BAHAN AMELIORAN DAN TUMBUHAN LIAR

advertisement
BAHAN AMELIORAN DAN TUMBUHAN LIAR
SEBAGAI BAHAN PUPUK DAN PENGENDALI HAMA
DI LAHAN RAWA PASANG SURUT
Asikin1 dan Khairuddin2
1
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra)
Jl. Kebun Karet Loktabat Utara Banjarbaru, Kalimantan Selatan
2
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan
Jl. Panglima Batur Barat No.4 Banjarbaru Kalimantan Selatan
e-mail :
ABSTRAK
Dalam budidaya tanaman khususnya tanaman pangan, padi selalu mendapat tantangan yang
serius terutama serangan hama tanaman. Adapun jenis serangga hama yang sering
menyerang padi setiap musim tanam di lahan rawa pasang surut adalah hama penggerek
batang padi. Hama penggerek batang padi dapat menyerang mulai dari semai hingga fase
vegetatif. Jenis hama putih palsu yang ditemukan di lahan rawa pasang surut adalah
penggerek batang padi putih (Scirphopaga innotata). Dari beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian amelioran abu sekam sebanyak 1,0 ton/ha dan tanaman
perangkap purun tikus yang tumbuh di tepi sawah dapat menekan serangan hama penggerek
batang padi putih di lahan rawa pasang surut, dengan tingkat serangan berkisar antara 1,52,5%.
Kata kunci : Bahan amelioran, pupuk, rawa pasang surut, tanaman
Pendahuluan
Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan
produksi hasil pertanian. Di lahan rawa pasang surut ditemukan beberapa jenis hama
tanaman padi yang selalu menyerang disetiap musim tanam padi adalah serangga hama
penggerek batang padi, hama perusak daun (hama putih, hama putih palsu, ulat daun),
wereng hijau, orong-orong dan walang sangit. Tetapi dari sekian banyak jenis hama, yang
paling dominan menyerang adalah hama penggerek batang padi putih.
Dalam
mengendalikan hama pada umumnya selalu bertumpu pada bahan pestisida sintetik.
Penggunaan bahan pestisida yang berlebihan dan terus-menerus akan berdapkan negatif
terhadap lingkungan dan hewan peliharaan serta manusia atau konsumen. Maka dari itu
untuk mengatasi atau mengurangi penggunaan bahan pestisida tersebut perlu dicari
alternative pengendalian dengan menggubahan bahan amelioran dan tanaman perangkap.
Menurut Asikin (2005), bahan amelioran yang cukup efektif dalam mengendalikan hama
penggerek batang padi adalah penggunaan abu sekam sebagai sumber silikai (Si) yang dapat
mempengaruhi dari kekerasan tanaman terutama batang dan daun.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 375
Menurut Asikin dan M.Thamrin (2001) dan Asikin (2008a), di lahan rawa pasang
surut ditemukan jenis tumbuhan teki atau purun tikus (Eleocharis dulcis) dapat digunakan
sebagai tanaman perangkap untuk hama penggerek batang padi putih.
Makalah ini bertujuan untuk menginformasikan penggunaan bahan amelioran abu
sekam dan tanaman perangkap tumbuhan purun tikus dalam mengendalikan hama
penggerek batang padi putih terutama dalam rangka mengurangi penggunaan bahan
pestisida sintetik beracun.
Teknologi Pengendalian
Pemanfaatan bahan amelioran (Abu sekam)
Pemberian abu sekam sebagai pupuk memberikan tambahan unsur hara bagi
tanaman. Abu sekam tersebut mengandung bahan silikat yang cukup tinggi, kalium
dioksida, magnesium oksida, fosfat oksida, sulfat oksida dan karbon (Badan Pengendali
Bimas, 1983). Menurut Ritonga (1991), pengaruh silikat terhadap tanaman yaitu dapat
memperbaiki daya tumbuh, meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit,
memperlancar penyerapan hara dan dapat juga membantu penghematan pemakaian air pada
tanaman.
Menurut Husni (1990) dengan pemupukan kalium dapat menekan perkembangan
larva penggerek batang padi putih. Selain itu kalium juga dapat memperkuat batang dan
mempertinggi tingkat ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.Asikin dan
Thamrin (1994), melaporkan bahwa pemupukan kalium yang dikombinasikan dengan abu
sekam dapat menekan intensitas serangan penggerek batang padi putih, dengan takaran
pupuk kalium 120 kg K2O dan abu sekam 0,5 t/ha, intensitas serangan sebesar 5,16%.
Menurut Pathak (1977), kepekaan tanaman padi terhadap serangan penggerek batang
ditentukan juga oleh sukar atau mudahnya larva penggerek masuk kedalam batang. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sunjaya (1981) dalam Asikin (2006) , bahwa varietas yang
mempunyai jaringan sklerenkim yang tebal dan banyak mengandung lignin sukar digerek
oleh larva penggerek batang.
Penelitian membuktikan bahwa pemberian silikat dapat menekan serangan hama
seperti penggerek batang, wereng coklat, wereng hijau, dan hama punggung putih (Ma dan
Takahashi 2002 dalam http://pangan.litbang.deptan.go.id). Larva yang memakan tanaman
yang mengandung SiO2 kadar tinggi mengakibatkan alat mulutnya aus, sehingga tanaman
terhindar dari serangannya (Sasamoto 1961 dalam http://pangan.litbang.deptan.go.id).
Penelitian di Kebun Percobaan Belandean pada musin tanam 2005/2006
menunjukkan bahwa pengendalian dengan mengaplikasikan abu sekam cukup efektif dalam
mengendalikan hama penggerek batang padi di lahan pasang surut. Rata-rata intensitas
kerusakan hanya berkisar antara 2-5%, sedangkan pada perlakuan tanpa pengendalian dapat
mencapai 35-50% (Gambar 1.) (Asikin, 2006). Varietas yang digunakan adalah varietas
Margarasi, dimana varietas tersebut batangnya lemah dibandingkan varietad padi unggul
lainnya . Dengan pemberian abu sekam 0,5-1,5 t/ha batangnya lebih kuat dibandingkan
tanpa pemberian abu sekam. Dengan lebih kuatnya batang tanaman tersebut dapat
mempengaruhi tingkat ketahanan serangan penggerek batang tersebut. Tanaman padi yang
memperoleh cukup silikat pertumbuhannya akan lebih baik dan hasilnya cukup tinggi,
sedangkan tanpa silikat daunnya akan lemah dan melengkung kebawah.
Asikin dan Khairuddin : Bahan amelioran dan tumbuhan liar sebagai bahan pupuk | 376
Pengaruh Abu Sekam Terhadap Peng.Batang
4
Kerusakan/Hasil
3.5
3
2.5
Sundep
2
Beluk
1.5
Hasil (T/ha)
1
0.5
0
0.5
1
1.5
Dosis/Takaran
Sumber : Asikin (2006)
Gambar 1. Intensitas kerusakan penggerek batang padi pada varietas Margasari
di KP. Belandean pada MT. 2005/2006.
Tanaman Perangkap
Asikin (2008), melaporkan bahwa tumbuhan E.dulcis sangat disenangi oleh
penggerek batang dalam meletakkan telurnya yaitu dapat mencapai 6.459 kelompok telur/ha
dibandingkan tanaman padi serta tanaman gulma lainnya. Dengan demikian E.dulcis dapat
dijadikan sebagai tanaman pengendali alami bagi penggerek batang dan habitat serangga
musuh alami hama padi. (Gambar 2).
Kelompok Telur Penggerek Batang
8000
Jumlah Kel.telur
7000
E.dulcis
Pragmites
6000
5000
Stenoch
4000
Scirpus
3000
Leperonea
2000
Padi
1000
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
0
Pengamatan
Sumber : Asikin (2008a)
Gambar 2. Jumlah kelompok telur penggerek batang padi putuh pada beberapa jenis gulma
di lahan rawa pasang surut.
Menurut Rosa et.al (2007), bahwa hasil analisis kromatografi gas semua ekstrak yang
digunakan (heksana, klorofrom dan metanol) menunjukkan bahwa tumbuhan purun tikus
(E.dulcis) mengandung komponen kimia yang termasuk beberapa golongan yaitu steroid,
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 377
alkaloid, methyldiena, dan vitamin dan disamping itu ditemukan juga golongan lainnya
seperti alkohol, karboksilat, alkenon, alkil benzena, esiensial oil, asam lemak, hidrokarbon,
azole, analina dan penol. Menurut Rosa et.al (2007), melaporkan bahwa hasil analisis
kromatografi gas semua ekstrak yang digunakan (heksana, klorofrom dan metanol)
menunjukkan bahwa tumbuhan purun tikus (E.dulcis) mengandung komponen kimia yang
termasuk beberapa golongan yaitu steroid, alkaloid, methyldiena, dan vitamin dan
disamping itu ditemukan juga golongan lainnya seperti alkohol, karboksilat, alkenon, alkil
benzena, esiensial oil, asam lemak, hidrokarbon, azole, analina dan penol
Bahan Attraktan
Ada lima jenis rumputan yang disenangi oleh penggerek batang padi putih
meletakkan telurnya yaitu rumput purun tikus (Eleocharis dulcis), kelakai (Stenochlaena
palutris), perupuk (Phragmites karka), rumput bundung (Scirpus grosus), rumput purun
kudung (Lepironea articulata). Tetapi dari kelima jenis rumputan tersebut yang paling
disenangi dan paling banyak ditemukan kelompok telurnya hanya pada E. dulcis. (Gambar
3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak purun tikus (Eleocharis dulcis), dan
kemudian diikuti prupuk (Phragmites karka) mempunyai potensi sebagai attraktan bagi
penggerek batang padi putih.
Pengaruh Ekstrak Tum.Rawa Terhadap Peng.Batang
JJlh.Kel.Telur
60
50
40
30
20
10
0
E.dulcis
S.grosus L.articulata S.palutris
P.karka
Kontrol
Jenis Ekstrak
Sumber : Asikin (2002).
Gambar 3. Jumlah kelompok telur penggerek batang yang terperangkap, Inlitra Banjarbaru
MT.2001
Tanaman Perangkap Purun Tikus Sebagai Berlindungnya Musuh Alami
Menurut Gabriel et.al (1986), Asikin,dan Thamrin (2003) di lahan rawa pasang surut
ditemukan kurang lebih 62 yang terdiri dari ordo Arachnida, Orthoptera, Coloptera ,
Odonata, Hemiptera, Dirmeptera. Tetapi yang paling dominan ditemukan dilahan rawa
pasang surut adalah dari ordo Odonata, Arachnida dan Coleptera.
Parasitoid
Diketahui bahwa populasi parasitoid masih banyak ditemukan di daerah pasang surut
(Tabel 1), karena penggunaan pestisida relatif sedikit bahkan ada di beberapa derah yang
Asikin dan Khairuddin : Bahan amelioran dan tumbuhan liar sebagai bahan pupuk | 378
tidak menggunakannya. Jumlah parasitoid Telenomus rowani dan Tetrastichus schoenobii
dalam satu kelompok telur penggerek batang padi putih berkisar antara 8-29 ekor dengan
tingkat parasitasi berkisar antara 10-36%
Tabel 1. Parasitoid penggerek batang padi pada purun tikus di lahan pasang surut
Kalimantan Selatan
Spesies
Famili
Populasi
Ischnojoppa luteator
Ichneumonidae
Xanthopimpla punctata
Ichneumonidae
Goryphus sp
Ichneumonidae
Trathala sp
Ichneumonidae
Cremnops sp
Ichneumonidae
Telenomus rowani
Scelionidae
Tetrastichus schoenobii
Scelionidae
Trichogramma sp
Trichogrammatidae
Elasmus sp
Eulophidae
Apanteles sp
Braconidae
+++ = tinggi, ++ = sedang, + = rendah Sumber : Asikin dan Thamrin (2003)
++
++
+
+
+
+++
++
++
+
+
Menurut Asikin dan Thamrin (2000) pada tumbuhan purun tikus (E.dulcis) dan
tumbuhan lainnnya ditemukan cukup bervasiasi jenis musuh alami yang terdiri dari jenis
parasitoid dan predator. Adapun jenis parasitoid yang paling dominan adalah parasitoid
telur (T.rowani, Trichogramma sp dan T. Schoenobii), sedangkan parasitoid larva hanya
jenis Apenteles sp. Ketertarikan serangga hidup pada purun tikus tersebut diduga pada
tanaman tersebut cukup banyak tersedianya makanan bagi musuh-muasuh alami tersebut.
Seperti parasitoid telur, dimana pada purun tikus terbut cukup banyak tersedianya telur-telur
penggerek batang, sehingga dapat mempertahan hidupnya. Menurut Asikin (2008b),
kelompok-kelompok telur yang terperangkap pada purun tikus terparasit oleh parasitoid
berkisar antara 7,5-58% bahkan dapat mencapai 66%.(Gambar 4).
Parasitisasi Parasitoid
60
% Prasitisasi
50
40
T.rowani
30
T.schoenobii
Trichogramma
20
10
T
h.
20
0
T 0
h.
20
0
T 1
h.
20
0
T 2
h.
20
0
T 3
h.
20
0
T 4
h.
20
0
T 5
h.
20
0
T 6
h.
20
0
T 7
h.
20
0
8
0
Tahun Pengamatan
Sumber : Asikin (2008b).
Gambar 4. Parasitisasi parasitoid terhadap kelompok telur PBPP
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 379
Predator
Di lahan rawa pasang surut dijumpai beberapa jenis predator pemakan serangga
(Tabel 2), diantaranya ordo Arachnida (laba-laba) yang paling banyak dijumpai. Kehadiran
laba-laba pada pertanaman padi merupakan syarat utama, karena predator ini mampu
memangsa 2-3 serangga per hari dan dalam waktu yang relatif singkat dapat menghasilkan
turunan yang banyak sehingga dapat mengimbangi populasi hama serangga. Menurut
Shepard et.al., (1987), Lycosa pseudoanulata mampu menghasilkan 200-400 keturunan
dalam masa 3-5 bulan, Oxyopes javanus dan Oxyopes lineatipes menghasilkan 200-350
keturunan dalam masa 3-5 bulan sedang Tetragnatha hidup selama 1-3 bulan dan dapat
bertelur 100-200 butir. Seperti halnya laba-laba, capung juga merupakan predator yang
cukup tinggi populasinya terutama Agrionemis femina femina, Ischnura segegalensis dan
Orthetrum sabina sabina, namun data tentang perkembangbiakannya dan kemampuannya
dalam menekan hama serangga belum banyak diketahui. Populasi O.ishii ishii, P.fuscipes
dan Hapalochros rufofasciatus termasuk populasi yang tinggi namun muculnya tidak setiap
saat. Dilaporkan bahwa jenis predator ini lebih banyak memakan larva penggulung daun,
dalam satu hari mampu memangsa 3-5 larva (Shepard et.al., 1987).
Tabel 2. Jenis predator penggerek batang padi pada tumbuhan purun tikus di lahan pasang
surut Kalimantan Selatan.
Ordo/Spesies
Diptera
Anatrichus pygmaeus
Poecilotraphera taeniata
Coleoptera
Ophionea indica
Ophionea ishii ishii
Paederus fuscipes
Hapalochrus rufofasciatus
Orthoptera
Conosephalus longipennis
Metioche vittaticollis
Anaxipha longipennis
Odonata
Agriocnemis femina femina
Ischnura senegalensis
Orthetrum sabina sabina
Tholymis tillarga
Neorothemis fluctuans
Rhodothemis rufa
Rhyothemis phyllis phyllis
Famili
Populasi
Chloroipidae
Platysomatidae
+++
++
Carabidae
Carabidae
Staphylinidae
Malachiidae
++
+++
+++
++
Tettigoniidae
Gryllidae
Gryllidae
+++
+++
++
Agrionidae
Agrionidae
Libellulidae
Libellulidae
Libellulidae
Libellulidae
Libellulidae
+++
++
++
+
+
+
+
Asikin dan Khairuddin : Bahan amelioran dan tumbuhan liar sebagai bahan pupuk | 380
Lanjutan Tabel 2. Jenis predator penggerek batang padi pada tumbuhan purun tikus
Ordo/Spesies
Hemiptera
Mesovelia sp
Hydrometra sp
Microvelia sp
Paraplea sp
Micronecta sp
Limnogonus fossarum
Limnogonus nitidus
Arachnida
Araneus inustrus
Argiope catenulate
Neoscona mukerjei
Neoscona theisi
Oxyopes javanus
Oxyopes lineatipes
Leucage decorata
Tetragnatha mandibulata
Tetragnatha javana
Tetragnatha maxillosa
Tetragnatha nitens
Tetragnatha virecens
Tetragnatha japonica
Lycosa pseudoannulata
Pardosa sumatrana
Pardosa sp
Oxyopes javanus
Oxyopes lineatipes
Clubiona sp
Bianor sp
Auophyrs sp
Phidipus sp
Phlegra sp
Plexippus sp
Zygoballus sp
Callitrichia sp
+++ = tinggi, ++ = sedang, + = rendah
Sumber : Asikin dan Thamrin (2003)
Famili
Populasi
Mesovelidae
Hydrometridae
Veliidae
Pleidae
Corixidae
Gerridae
Gerridae
++
+
++
+
+
+
+
Araneidae
Araneidae
Araneidae
Araneidae
Oxyopidae
Oxyopidae
Tetragnathidae
Tetragnathidae
Tetragnathidae
Tetragnathidae
Tetragnathidae
Tetragnathidae
Tetragnathidae
Lycosidae
Lycosidae
Lycosidae
Oxyopidae
Oxyopidae
Clubiodae
Salticidae
Salticidae
Salticidae
Salticidae
Salticidae
Salticidae
Linyphiidae
+
++
+
+
+++
+
+
+++
++
++
+
+
++
+++
+
+
++
++
+
+
+
++
+
+
+
++
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 381
Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan abu sekam, tanaman
perangkap tumbuhan purun tikus dapat menekan serangan hama penggerek batang padi
putih dan disamping itu pula tanaman perangkap purun tikus berfungsi pula sebagai habitat
musuh alami hama padi. Dengan menggunakan 2 komponen pengendalian tersebut
diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan pestisida sintetik.
Daftar Pustaka
Asikin.S. dan M.Thamrin. 1994. Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi Dengan
Pemupukan K dan Abu Sekam. Laporan Hasil Penelitian Balittra. Banjarbaru. 6p.
Asikin.S. dan M.Thamrin. 2000. Peranan Purun tikus (Eleocharis dulcis) Sebagai Tanaman
Perangkap Hama Penggerek Batang Padi Putih. Disampaikan pada Seminar 27 – 28
Juli. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa. Banjarbaru. 9p.
Asikin., S dan M. Thamrin. 2001. Pengendalian Penggerek Batang Padi. Laporan Hasil
Penelitian Balittra. Banjarbaru.
Asikin., S. 2002. Daya Tarik Attraktan dari Tumbuhn liar Rawa Terhadap Imago Penggerek
atang Padi. Laporan Hasil Penelitian. Balittra Banjarbaru.
Asikin., S. dan M. Thamrin. 2003. Serangga Musuh Alami di Lahan Rawa Pasang Surut.
Laporan Hasil Penelitian. Balittra. Banjarbaru.
Asikin. S. 2005. Penggunaan Abu Sekam Terhadap Serangan Penggerek Batang Padi.
Laporan Hasil Penelitian. Balittra. Banjarbaru.
Asikin,S. 2006. Pengendalian Penggerek Batang Padi Dengan Tanaman Perangkap dan
Bahan Ameliorandi Lahan Pasang Surut. Laporan Hasil Penelitian. Balittra.
Banjarbaru.
Asikin., S. 2008a. Tanaman Perangkap Penggerek Batang Padi Di Lahan rawa Pasang
Surut. Laporan Kegiatan Hama Penyakit Balittra. Banjarbaru
Asikin., S. 2008b. Kelompok Telur Penggerek Batang yang Terparasit. Laporan Kegiatan
Hama Penyakit Balittra. Banjarbaru
Badan Pengendali Bimas. 1983.
Sayuran. Deptan. Jakarta.
Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija dan sayur-
Gabriel., B.P., M.Willis and S.Asikin. 1986. Parasites and Predatorof Insect Pest of Rice in
Swamplands of South and Central Kalimantan. Applied Agricultural Resarch
Project. BARIF. Banjarbaru.
Husni., H. 1990. Pengaruh pemupukan terhadap kerusakan malai oleh penggerek batang
padi putih pada tanaman padi varietas IR36. Tesis Sarjana Fak. Pertanian Unlam.
Banjarbaru.
http//:pangan.litbang.deptan.go.id. Hara Penting pada Sistem Produksi Padi. Diakses pada
tanggal 28 April 2010.
Asikin dan Khairuddin : Bahan amelioran dan tumbuhan liar sebagai bahan pupuk | 382
Shepard, B.M., A.T. Barion and J.A. Litsinger.
Pathogens. IRRI. 127p.
1987.
Helpful Insects, Spider and
Pathak., M.D. 1977. Insect Pest Rice. IRRI. Los Banos. Philippines.
Ritonga., L. 1991. Pengaruh Silikat Terhadap Perkembangan Wereng Coklat (Nilaparvata
lugens Stall) pada Tanaman Padi (Oryza sativa). Tesis Fak.Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rosa., H.O., S.Asikin dan M.Thamrin. 2007. Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif
Tumbuhan Purun Tikus (E.dulcis). Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersaing.
Fak.Pertanian UNLAM Banjarbaru.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 383
Download