[KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] [Oktober 2010] PUBLIC SPEAKING I. PENDAHULUAN Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri paling tidak sejak dilahirkan sudah berkomuniaksi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis manusia pada saat pertama saat dilahirkan merupakan tanda komunikasi. Salah satu hal yang paling ditakuti dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional adalah ketika harus berbicara atau berkomunikasi di depan banyak orang, baik untuk acara sosial, seminar, kuliah, presentasi bisnis, pidato perpisahan, bahkan dalam acara apa saja, dimana sebagian besar hadirin adalah orang yang telah dikenal dengan baik. Hampir pasti disetiap kesempatan manusia memiliki peluang untuk untuk terlibat dalam pembicaraan public, baik berbicara di depan telepon, berbicara dengan pasangan, tetangga, anak buah atasan sampai arang asing sekali pun. Namun demikian masih disadari oleh sebagian besar orang bahwa salah satu hal yang relative ditakuti dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional adalah ketika harus berbicara atau berkomunikasi di depan banyak orang, seperti untuk acara sosial, seminar, kuliah, presentasi bisnis, pidato perpisahan, bahkan dalam acara apa saja, dimana sebagian besar hadirin adalah orang yang telah dikenal dengan baik. Berbicara di depan publik bagi sebagian besar orang adalah sesuatu yang menegangkan dan menakutkan. Public speaking tidak hanya milik selebrity atau tokoh tetentu, tetapi setiap manusia dapat melakuiannya. Sudah merupakan karunia Tuhan yang sangat luar biasa bahwa setiap manusia yang dilahirkan mendapatkan talenta menjadi pembicara yang unggul di depan umum. Hanya saja kesempatan untuk berbicara di depan public lebih terbuka untuk profesi para penampil (performer). Namun tidak berarti keahlian ini eksklusif milik para penampil saja, keahlian itu ada pada diri setiap manusia. Berbicara di depan publik, merupakan keterampilan yang harus dikuasai, karena pada suatu saat, pastilah seseorang harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat tentang sesuatu hal yang diyakini. Untuk menguasai Public speaking tersebut tentunya dapat dipelajari dengan cara mengetahui key success factor dari public speaking. Page | 1 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] [Oktober 2010] II. HUKUM KOMUNIKASI Dalam kaitannya dengan ilmu komunikasi, maka public speaking adalah bagian dari ilmu komunikasi, sedangkan presentation skill adalah bagian dari public speaking dan ilmu komunikasi. Sehingga pembahasan mengenai public speaking dan presentation skill tidak terlepas dari ilmu komunikasi secara umum. Dalam ilmu komunikasi dikenal 5 Hukum Komunikasi yang efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication), dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang berarti merengkuh atau meraih. Karena ada keyakinan bahwa komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. Berikut ini uraian dari kelima hukum komunikasi efektif tersebut. a. Respect Hukum pertama dalam berkomunikasi secara efektif, khususnya dalam berbicara di depan publik adalah sikap hormat dan sikap menghargai terhadap khalayak atau hadirin. Hal ini merupakan hukum yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain, termasuk berbicara di depan publik. Pembicara atau presenter harus memiliki sikap (attitude) menghormati dan menghargai hadirin. Harus diingat bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika dalam presentasi harus mengkritik seseorang, lakukan dengan penuh respect terhadap harga diri dan kebanggaaan orang tersebut. b. Empathy Hukum kedua adalah empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Rasa empati akan memberi kemampuan untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam berbicara di depan publik, pembicara harus terlebih dulu memahami latar belakang, golongan, lapisan sosial, tingkatan umur, pendidikan, kebutuhan, minat, harapan dan sebagainya, dari calon hadirin (audiences). Jadi sebelum membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, pembicara perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan atau pun umpan balik apa pun dengan sikap yang positif. Page | 2 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] [Oktober 2010] Banyak sekali dari orang yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam berbicara di depan publik, pembicara harus siap untuk menerima masukan atau umpan balik dengan sikap positif. c. Audible Hukum ketiga adalah audible. Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Audible dalam hal ini berarti pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui medium atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. d. Clarity Hukum keempat adalah kejelasan dari pesan yang disampaikan (clarity). Selain bahwa pesan harus dapat diterima dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity juga sangat tergantung pada kualitas suara dan bahasa yang digunakan. Penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh hadirin, akan membuat pidato atau presentasi tidak dapat mencapai tujuannya. Seringkali orang menganggap remeh pentingnya Clarity dalam public speaking, sehingga tidak menaruh perhatian pada suara (voice) dan kata-kata yang dipilih untuk digunakan dalam presentasi atau pembicaraannya. e. Humble Hukum kelima dalam komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang dimiliki. Kerendahan hati juga bisa berarti tidak sombong dan menganggap diri penting ketika berbicara di depan publik. Justru dengan kerendahan hatilah, pembicara atau presenter dapat menangkap perhatian dan respon yang positif dari publik pendengar kita. Kelima hukum komunikasi tersebut sangat penting untuk menjadi dasar dalam melakukan pembicaraan di depan publik. Page | 3 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] [Oktober 2010] Berbicara di depan publik merupakan salah satu seni berkomunikasi, ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus diperhatikan. Kelima unsur tersebut adalah: pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau medium), penerima pesan (receiver), dan umpan balik (feedback) Dalam komunikasi terdapat elemen komunikasi yang pentig untuk diperhatikan, yaitu : 1. Speaker (Pengirim Pesan) Speaker (pengirim pesan) dalam public speaking mempunyai pengaruh yang besar. Seorang speaker harus mengetahui bagaimana berbicara yang efektif agar pesan yang disampaikan tepat pada sasarannya. Tetapi banyak orang tidak mau menjadi public speaker, hal ini karena mereka takut membuat kesalahan. Adapun faktor-faktor penyebab kegagalan adalah kurangnya seorang pengirim pesan dalam hal : • Membangun rasa percaya diri • Mengendalikan rasa takut dan emosi • Latihan dan persiapan penguasaan materi • Pengenalan audience • Penguasaan tempat acara • Pemahaman alat bantu 2. Audience (Penerima Pesan) Audience (penerima pesan) adalah pihak yang diberikan informasi oleh public speaker, oleh karena itu penting seorang speaker untuk melakukan beberapa hal seperti : • Memahami karakter Audience • Menentukan Cara dan Gaya Penyampaian Pesan • Siapa yang menjadi audience : mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang siapa yang menjadi pendengarnya, antara lain menyangkut informasi tentang profesi, jenis kelamin, umur, dan jumlahnya. • Apa yang ingin diketahui audience : William D. Wells mengatakan bahwa komunikasi yang baik seharusnya memenuhi rumus ROI, yakni Relevance, Original dan Impact. Presentasi yang tidak relevan maka tujuannya tidak jelas. )resentasi yang tidak orisinil, tidak akan menarik perhatian, presentasi yang tidak menimbulkan pengaruh Page | 4 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] [Oktober 2010] yang kuat, tentunya tidak akan menimbulkan kesan (impresi) yang tak berkesudahan. 3. Delivery (Cara Penyampaian) Delivery (cara penyampaian) dalam public speaking haruslah sesuai dengan teknik yang baik dan benar. Dalam cara penyampaian, seorang public speaker harus mengetahui karakter dari si penerima pesan. Penerima pesan mempunyai beberapa karakter diantaranya - Ektrafert (Pribadi yang terbuka), Intrafert (Pribadi yang cenderung tertutup), Intuitive (Pribadi yang sering menggunakan intuisinya), Feeling (Pribadi yang selalu menggunakan perasaanya), Judging. - Visual (Orang lebih menyukai jika terdapat alat peraga karena cenderung mengutamakan penglihatan), Audithory (Orang lebih menyukai jika terdapat alat pendengar atau suara public speaker yang jelas), Kinesthetic (Orang lebih mengutamakan menggunakan perasaan mereka) - Gender, wanita dan pria. Wanita lebih cenderung lebih sering berbicara dibandingkan pria. Cara penyampaian pesan harus juga melihat gender para penerima pesan. Hal ini agar bahasa, gaya, dan cara penyampaian sesuai. - Agresif (cenderung melakukan dengan dua arah), Pasif (cenderung melakukan pembicaraan satu arah), dan Asertif. Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif (Horgie, 1990). Stresterhim dan Boer (1980), mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang berpendapat dari orientasi dari dalam, memiliki kepercayan diri yang baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut danberkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri terlalu mudah mengalah/ lemah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri sendiri, sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain, dan tidak bebas mengemukakan masalah atau hal yang telah dikemukakan. Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relative terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Sementara menurut Lange dan Jukubowski (1976), seperti yang dikutip oleh Calhoun (1990), perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu Page | 5 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] [Oktober 2010] mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat. - Tipe golongan darah pun mempengaruhi cara penyampaian dalam public speaking. Jepang telah melakukan penelitian tentang karakteristik manusia yang lebih ditentukan oleh golongan darah. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa golongan darah itu ditentukan oleh protein-protein tertentu yang membangun semua sel di tubuh manusia. Oleh karena itu Jepang mengatakan bahwa golongan darah dapat menjadi penentu akan psikologis manusia. Menurut penelitian yang telah di jabarkan dibawah ini sangat banyak ditemukan kebenaran pada karakteristik melalui penelitian tentang golongan darah dibawah ini. Golongan darah secara umum mempunyai sifat-sifat seperti di bawah ini : A : Terorganisir, jiwa kerja sama yang tinggi, konsisten, tapi selalu cemas (karena perfeksionis) yang terkadang bikin org mudah sebel. B :Santai, easy going, bebas, dan paling menikmati O : Berjiwa besar, supel, tidak mau kalah, alergi pada yang detil. hidup. AB : Unik, nyeleneh, banyak akal, berkepribadian ganda. - Cara penyampaian pun melibatkan otak kanan dan otak kiri. Untuk berbicara kita menggunakan otak kanan, tetapi untuk mengambil database tentang apa yang akan dibicarakan adanya di otak kiri. - Sanguinis, Koleris, Melankolis, dan Plagmatis. 4. Message (Pesan) Pesan sangat penting untuk diperhatikan, karena dalam public speaking akan terjadi perpindahan informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Informasi tersebut adalah pesan itu sendiri. 5. Tools (Alat Bantu) Alat bantu yang baik dan benar haruslah mendukung kegiatan public speaking atau mendukung selama kita berbicara sebagai public speaker. Alat bantu tersebut seperti : - Self Perfoming - Teknis - Elektronis - Non-Teknis Page | 6 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] [Oktober 2010] III. DEFINISI PUBLIC SPEAKING Dalam buku komunikasi atau pun public speaking yang banyak dipublikasikan terdapat beberapa definisi public speaking diantaranya Public speaking diartikan sebagai bentuk komunikasi dimana seorang pembicara menghadapi pendengar dalam jumlah yang relatif besar dan pembicaraan yang relatif kontinu. Public speaking juga bisa berarti tata cara melakukan bicara di depan umum, secara runtut dan terencana, Ada 6 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan public speaking agar dapat efektif yaitu harus mengetahui komponen mengapa, siapa, dimana, kapan, apa dan bagaimana. 1. Mengapa : Menetapkan Sasaran Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran seorang public speker adalah menetapkan sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai dengan sasaran. Pada umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, misalnya presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan sebagainya. 2. Siapa : Pendengar Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang akan disampaikan dan meyakinkan diri Anda bahwa public speaker menyampaikan bahan pembicaraan kepada pendengar yang tepat. Hal yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain : 1. Berapa banyak orang yang hadir? 2. Mengapa mereka hadir di ruang tersebut? 3. Bagaimana tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan? 4. Apa harapan mereka atas topik pembicaraan? 5. Bagaimana usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka? 3. Dimana : Tempat dan Sarana Penting bagi public speaker untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan dilaksanakan. Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara : 1. Melakukan praktek: Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, maka akan lebih baik untuk mencoba suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul berbicara di depan sidang pendengar. Page | 7 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] 2. [Oktober 2010] Mempelajari sarana yang tersedia: Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat mengoperasikan tombol-tombol lampu, slide projector, dan OHP (Over Head Projector). 3. Meneliti gangguan yang mungkin timbul: Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan dilakukan dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat. 4. Tata letak tempat duduk: Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan dengan sasaran pembicaraan. 4. Kapan : Waktu Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembicaraan? Anda perlu memperhatikan manajemen waktu. 1. Waktu penyelenggaraan sangat mempengaruhi: Biasanya, waktu sesudah makan siang dikenal sebagai waktu ‘kuburan’. Pendengar yang sudah makan kenyang, apalagi jika makanan yang disajikan enak rasanya, akan membuat pendengar lebih tertarik untuk ‘berngantuk ria’ daripada mendengarkan pembicaraan. 2. Berapa lama waktu yang digunakan: Anda perlu memperhatikan waktu, misalnya waktu untuk pembahasan, waktu istirahat, atau waktu tanya jawab. Agar punya manajemen waktu yang baik, maka perlu latihan terlebih dulu. 3. Masalah konsentrasi: Sangat sulit bagi pendengar untuk berkonsentrasi penuh selama lebih dari 2 jam. Apalagi bila mereka merasa bahwa pembicaraan Anda tidak menarik, tidak bermanfaat, dan tidak berminat. Umumnya seseorang dapat berkonsentrasi penuh pada 20 menit di awal pembicaraan, setelah itu konsentrasi akan menurun sedikit demi sedikit. 5. Apa : bahan yang akan digunakan Agar sasaran pembicaraan dapat dicapai, maka persiapan bahan perlu dilakukan. Berikut ini beberapa saran dalam pemilihan bahan: 1. Menyusun dan memilih bahan: Susunlah pokok-pokok pembicaraan. Sebaiknya pada 45 menit pertama jangan terlalu banyak pokok-pokok yang akan disampaikan. Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan: sasaran pembicaraan, waktu yang tersedia, pendengar, mana bahan yang harus diberikan dan bahan yang tidak perlu diberikan. Page | 8 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] 2. [Oktober 2010] Gunakan contoh: Sederhanakan informasi yang sulit dan kompleks. Gunakan juga contoh-contoh yang benar-benar terjadi dan kaitkan dengan pokok-pokok yang ingin disampaikan. 3. Membuka dan menutup pembicaraan: Dalam membuka pembicaraan perlu dirancang agar dapat menimbulkan minat pendengar, dapat menimbulkan rasa butuh dari pendengar, dapat menjelaskan garis besar dan sasaran pembicaraan. Dalam menutup pembicaraan, Anda harus dapat menyimpulkan hal-hal yang telah dibicarakan. 4. Membuat catatan-catatan apa yang ingin dibicarakan. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengingat urut-urutan dalam pembicaraan adalah membuat catatan tertulis dengan menggunakan kartu-kartu atau kertas kecil. Hal yang dituliskan dalam kartu sebaiknya kata-kata kunci saja dan waktu yang digunakan untuk membicarakan apa yang tertulis di setiap kartu. 6. Bagaimana : Teknik Penyampaian Penggunaan kata merupakan basis komunikasi, tetapi dalam kenyataannya keberhasilan dalam pembicaraan tidak hanya ditentukan dari penggunaan kata saja, tetapi justru penggunaan nonkata. Bicara di depan umum yang berhasil seharusnya memenuhi persentase kontribusi sebagai berikut : Kebanyakan orang menghindari untuk berbicara didepan umum karena dianggap cukup menegangkan dan menakutkan. Seprang Ronald Reagon yang sering berbicara didepan umum pun mengungkapkan “Saya heran mengapa saya masih juga merasa tertekan saat akan membacakan pidato”. Hal ini menunjukan bahwa public speaking tidak mudah dilakukan gahkan oleh orang yang sudah biasa sekalipun. Penyakit utama ketika akan berbicara di depan publik adalah kecemasan “nervous”. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan diantaranya: Pengalaman pertama Suasana baru Merasa menjadi pusat perhatian Merasa berbeda Trauma masa lalu Tidak siap tampil Page | 9 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] [Oktober 2010] Disamping kecemasan beberapa hal yang juga dapat menghambat dalam public speaking diantaranya: Tidak yakin diri kita akan menarik/berhasil, kegagalan membangun kredibilitas, munculnya noises yg tak terhindari, alat bantu yang justru mengganggu, lupa dengan tujuan yg ingin dicapai dan penutup yang bertele-tele atau ngambang. Untuk mengurangi rasa kecemasan dan hambatan dalam melakukan public speaking beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya: Mempersiapkan dan melakukan latihan Mencari pengalaman Melalukan kegiatan fisik Menganggap demam panggung adalah hal yang wajar Menghilangkan pikiran negatif Mengenali tempat Dalam menyampaikan pesan dihadapan masayarakat (public speaking) secara umum terbagi dalam tiga tahapan atau kategori yaitu kategori pembukaan, isi dan penutup. 1. Pembukaan (Opening/Beginning) Pembukaan harus dilakukan secara efektif. Pembukaan yang tidak efektif dapat menghambat keseluruhan presentasi/pidato. Sampaikan pembukaan dalam waktu 60-90 detik pertama dan pesan yang diutarakan memiliki makna tertentu dan pantas diingat sehingga hadirin teralihkan perhatiannya. Enam puluh detik pertama dari sebuah pidato adalah saat-saat terpenting yang bertujuan untuk memperoleh perhatian penuh pendengar dan ketertarikan atau rasa ingin tahu mereka. Dari enam puluh detik pertama inilah yang akan menentukan pidato selanjutnya apakah pendengar/audience akan tertarik mendengarkan seluruh pidato atau tidak. Menurut Rhenald Kasali dalam melakukan pembukaan dapat digunakan metode SICONCA (Situasi, Content dan Cara) Situasi : Menaruh perhatian terhadap situasi yang akan atau sedang dihadapi (audience, moderator, susunan acara, bentuk ruangan, sound system Content: apa yang dibutuhkan audience, apa yang benar-benar kita kuasai, materi apa saja yang yang mampu menimbulkan impact dan surprice bagi audince Page | 10 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] Cara [Oktober 2010] : Gunakan cara yang membuat kita merasa nyaman dan audience menyukainya 2. Isi Pidato (Middle/The body) Isi sebuah pidato adalah bagian yang terpenting. Isi dapat disusun dalam bentuk series of points to raise (isu-isu yang akan dibahas). Setiap points (isu) harus saling berhubungan atau ada keterkaitan satu dan lainnya. Namun kita harus membatasi points (isu) yang akan disampaikan sehingga tidak berlebihan. Harus diprioritaskan mana yang lebih penting Dalam menyampaikan isi pidato terdapat dua hal yang dapat membantu agar isi yang disampaikan dapat diterima oleh audience dengan baik yaitu suara, dan bahasa tubuh o Suara Perhatikanlah ucapan suara yang keluar. Aturlah irama dan tempo suara dengan mengatur pernapasan dengan baik. Gunakan jeda suara secara jelas. Ucapan yang keluar harus terdengar jelas, tetapi tidak terlalu cepat. Kualitas suara merupakan faktor kunci yang menentukan apakah hadirin memperhatikan baik kepada presenter maupun pesan yang di sampaikan. Suara harus keras dan jelas terdengar, bahkan oleh hadirin yang duduk paling jauh sekalipun. Jika tersedia, selalu gunakan pengeras suara (loudspeaker), meskipun suara sudah cukup keras. Cobalah dengan berlatih mendengarkan suara sendiri. Caranya dengan menutup mata, berbicaralah, kemudian perhatikan kualitas, kekuatan dan kejelasan suara. Suara merupakan aset yang paling berharga dalam berkomunikasi secara lisan. Oleh karena itu memelihara kualitas suara dan berlatih secara kontinu merupakan keharusan jika ingin menjadi pembicara publik yang sukses. Jika suara kurang bagus dan sumbang, hal yang perlu dilakukan adalah mencari pelatih suara profesional. \ o Bahasa Tubuh Di samping penyampaian dengan menggunakan kata, maka kesuksesan dalam pembicaraan justru bergantung pada hal yang non kata, seperti: gerakan tubuh, tangan, kontak mata, cara berdiri, dan ekspresi muka. Jangan terpaku di satu tempat seperti patung atau sibuk membaca catatan. 3. Penutup (The Closing) Penutup harus berisi isu-isu utama yang menjadi fokus bahasan pidato. Suatu penutup dapat berbentuk summary yang menyimpulkan tujuan pidato Page | 11 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] [Oktober 2010] atau dapat juga berbentuk food for thought, berupa hal-hal yang dapat dipertimbangkan dan diingat oleh pendengar, dapat berisi point utama. Suatu penutup yang baik dapat memberikan kenangan/ ingatan positif bagi pendengar. IV. KIAT SUKSES PUBLIC SPEAKER Beberapa hal berikut dapat dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan public speaking: Persiapan matang untuk materi pesan maupun psikologis. Ketahui dengan baik siapakah calon khalayak anda. Berpikirlah bahwa anda menguasai semua pesan yang akan disampaikan. Bersikap optimis bahwa ketika anda diminta untuk berbicara, maka andalah satu-satunya orang yang menguasai masalah termaksud. Jangan segan untuk bertemu pandang dengan khalayak secara gentle. Seringlah berlatih napas diafragma ( napas perut ) dan senam mulut, guna menghindari fears of inaudible. Jangan malu membawa teks atau catatan kaki terutama apabila anda sangat sulit menghafal data akurat. Disamping itu dalam mencapai keberhasilan suatu public speaking tentunya kita juga dapat belajar dari pengalaman-pengalam yang telah dialami oleh para public speaker yang telah berhasil. Beberapa tips yang diungkapkan oleh para public speaker dapat dijadikan ilmu dan memacu kita agar tercapai keberhasilan dalam melakukan public speaking. Berikut beberapa pernyataan dari pelaku (public speaker) “Berbicara yang baik dan benar itu bukan bakat tetapi berdasarkan latihan secara terus menerus (Tantowi Yahya/Pemilik Public Speaking School) “Kuasai Medan. Datanglah lebih awal, test suara di mikrofon, cobalah duduk dikursi audiens dan bayangkan anda sedang tampil di atas panggung (Ferdy Hasan/MC) “Yang saya takutkan saat berbicara di depan umum adalah jika saya ceroboh dan salah menyebut nama dan jabatan (Muhammad Farhan/MC) “Otak manusia seperti parasut ia baru bekerja kalau terbuka” (Rhenald Khasali/Penulis Buku Re-Code Your Change DNA)) Page | 12 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] [Oktober 2010] “Data statistik mengungkapkan bahwa 90 persen dari efektivitas sebuah komunikasi disumbangkan oleh komunikasi non verbal” (Hap P. Hannan/Penulis Buku Look Who’s Talking) V. PEMAPARAN DAN DISKUSI PEMBICARA Profil Pembicara : Nama : Dr. Ir. Arif Budimanta, MSc Jabatan : Anggota Komisi XI DPR RI Direktur Eksekutif Indonesia Center for Sustainable Development(ICSD), Pengajar di Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB dan PPS UI Hasil Pemaparan dan Diskusi Hal yang biasanya menjadi halangan bagi seseorang ketika akan melakukan public speaking / berbicara di depan banyak orang yaitu menghadapi rasa kecemasannya atau biasa disebut nervous. Seseorang yang sering merasakan nervous biasanya kurang memiliki rasa percaya diri. Kepercayaan diri seseorang dapat ditimbulkan dari pergaulan sehari-hari, terutama jika aktif dalam organisasi. Kemampuan seseorang dalam public speaking bukan merupakan sesuatu yang given, melainkan dapat dilatih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melatih kemampuan public speaking tersebut adalah : - Kecepatan saat berbicara - Intonasi suara dalam menyampaikan materi - Gaya bicara / body language - Ekspresi wajah Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam melakukan public speaking, sebagai berikut : - Membangun first impression yang baik pada saat pembukaan. - Melihat sterotype audience, baik dari penampilan fisik dan suku bangsanya. - Mencoba memahami dan menangkap sudut pandang (point of view) secara general dari lawan bicara / audience. - Memahami dengan baik materi yang akan disampaikan. - Melakukan presentasi yang atraktif dengan audience. Page | 13 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] - [Oktober 2010] Perlunya membuat konteks yang tepat ketika berhadapan dengan audience, yang disesuaikan dengan isu-isu yang sedang berkembang di lingkungan audience sesuai dengan karakter audience. Menemukan pola/kebiasaan dari audience. Kemampuan public speaking seseorang perlu dilatih dari sejak dini, dapat mulai diajarkan dari lingkungan keluarga, karena saat ini kemampuan public speaking sangat diperlukan oleh semua orang. Dalam dunia bisnis, kemampuan public speaking sangat penting dimiliki. Hal tersebut diperlukan untuk membangun trust atau kepercayaan antar pihak yang terlibat. Keterbatasan bahasa merupakan salah satu hambatan dalam menciptakan efektifitas public speaking, kesalahpahaman/misunderstanding sebagai untuk menghindari pembicara adanya perlu jujur menyampaikan tentang keterbatasan bahasa tersebut, sehingga perlunya penerjemah dalam melakukan public speaking agar tidak terjadi kesalahan karena keterbatasan pemahaman dalam perbedaan bahasa yang digunakan. Jika kita kurang menguasai materi yang disampaikan dan kita mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan audience, sebaiknya kita menjawab sesuai dengan pengetahuan kita dan jujur bahwa kita kurang memahami hal tersebut. Sebagai public speaking yang baik, kita tidak boleh menyampaikan hal-hal yang kita tidak ketahui secara pasti, karena ditakutkan dapat menciptakan opini publik yang salah. Tanggapan Ir. Sri Bawono, MM Memahami point of view dari audience merupakan salah satu kemampuan dalam memberikan solusi untuk audience. Cara menghadapi atau menyikapi point of view yang berbeda dari audience yaitu dengan kreativitas yang dimiliki oleh public speaker. Memahami point of view atau sudut pandang dari audience dapat dilakukan dengan “mendengar” dan melihat dari corporate culture, team culture dan individual culture dari audience. Keberhasilan seseorang menjadi public speaker yaitu dengan adanya kemampuan untuk memiliki rasa emphatic terhadap lawan bicara/audience nya. Strategi-strategi yang dapat digunakan untuk melakukan public speaking yang baik yaitu dengan REACH yang merupakan kepanjangan dari : Relax santai dalam menyampaikan materi dan melakukan diskusi Page | 14 [KOMUNIKASI BISNIS DAN DIPLOMASI KORPORAT ] [Oktober 2010] Entertaiment cara menyampaikan materi tidak terlalu serius dan dapat menghibur audience Ambiance ≈ Emphaty kemampuan untuk memahami situasi dan kondisi lingkungan Concise konteks materi yang padat dan berisi, tidak bertele-tele, mudah di pahami dan dapat disesuiakan dengan keadaan audience Humor perlunya menyelipkan sedikit humor saat menyampaikan materi, hal ini bisa membuat pembicara merasa lebih dekat dengan audience Referensi Bacaan Chapel, Vincent. 2004. 50 Tip Menjadi Pembicara Profesional. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. Ehrenborg, J dan J. Mattock. 1993. Presentasi Bisnis – Strategi Efektif Memikat Peserta. Seri praktis No.6. Lembaga PPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta Pusat. Kaitokid724. Psikologis Manusia berdasarkan http://forum.kafegaul.com/showthread.php?t=179094 Golongan Darah. Guffey, M. E. 1991. Essentials of Business Communication. Second Edition. PWSKent Publishing Company. Boston. Macnamara, J. 1998. Panduan Presentasi Modern. Terjemahan edisi Indonesia. PT Kentindo Soho. Sirait, Charles B. 2010. The Power of Public Speaking. PT. Gramedia Jakarta. Jakarta Page | 15