Medan Ligan dan Teori Orbital Molekul Mata Kuliah: KIMIA KOMPLEKS Oleh: Muhamad Nurissalam Bambang Iswantoro PROGRAM PASCASARJANA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2014 PENDAHULUAN Teori Ikatan Valensi (VBT) Bentuk Molekul Teori Medan Kristal (CFT) Sifat Magnet dan warna Medan Ligan Teori Orbital Molekul Medan Ligan Teori Orbital Molekul Interaksi Kovalen Interaksi Elektrostatis Dalam teori ini, orbital–orbital dari atom pusat akan saling berinteraksi dgn orbital – orbital dari ligan membentuk orbital – orbital molekul Splitting Energi Orbital d pada Oktahedral [CoF6]3ada empat elektron tidak berpasangan [Co(NH3)6]3+ tidak memiliki elektron berpasangan Tdk mampu dijelaskan dengan VBT, namun Medan kristal dapat menjelaskan Medan ligan mengkolaborasikan ikatan kovalen dan elektrostatis Orientasi Medan ligan Orbital d pada ion logam Gambar 1. Lima orbital d dari ion logam transisi Jika ion logam dikelilingi oleh bola elektrostatis, energi orbital d akan meningkat secara keseluruhan dalam jumlah yang sama. Pada gambar 2 kompleks oktahedral dari sebuah ion logam yang dikelilingi oleh enam ligan. Gambar 2. Senyawa kompleks oktahedral dengan 6 ligan pada sumbu x, y, z. Gambar 3. Splitting orbital d dalam medan kristal untuk oktahedral simetri Spektrum tunggal yang menunjukkan ikatan luas yang dipusatkan di 20.300 cm -1, yang sesuai langsung dengan ∆o. Energi yang terkait dengan ikatan ini dihitung sebagai berikut Energi ini (243 kj mol-1) cukup besar untuk menimbulkan efek ketika sebuah ion logam yang dikelilingi oleh enam ligan ion : Ti2+ dalam Ti(H2O)63+ Elektron d akan menempati orbital t2g. ∆o= perbedaan energi orbital t2g dan eg ion ini akan menangkap sekuanta radiasi dan mengubah energi tersebut ,energi eksitasi elektron dari t2g ke eg,dari spektrum tampak, maka ion Ti(H2O)63+ bertanggung jawab pada =20300 cm-1 yang dihubungkan ke energi sekitar = 243 kJ/mol menghasilkan warna ungu Gambar 4. Medan kristal dari perbandingan energi dari elektron pairing energi Splitting Energi Orbital d pada Medan Simetri lain TETRAHEDRAL Gambar 5. Kompleks tetrahedral dalam sistem koordinat. Dua lobes of dz2 pada garis z aksis, dan dual lobes dari orbital dx2-y2 pada garis x pola splitting yang dihasilkan oleh suatu oktahedral terbalik dalam sebuah tetrahedral. Besarnya splitting dalam sebuah tetrahedral ditetapkan sebagai ∆t, Ada beberapa perbedaan antara pemisahan oktahedral dan tetrahedral. Tidak hanya dua set energi orbital terbalik tapi juga mengalami splitting di tetrahedral jauh lebih kecil daripada yang dihasilkan oleh sebuah oktahedral. Pertama, hanya ada empat ligan memproduksi medan dibandingkan enam ligan hadir dalam kompleks oktahedral Kedua, tak ada satupun dari orbital d titik langsung di ligan di tetrahedral. Dalam sebuah kompleks, oktahedral dua dari titik orbital langsung ke arah ligan dan tiga titik antara mereka. Hasilnya, ada sebuah energi maksimum membuat efek spitting orbital d dalam sebuah oktahedral. Bahkan, hal ini dapat menunjukkan bahwa jika ligan identik hadir dalam kompleks dan metal-to-ligand jarak yang identik, ∆t = (4/9) ∆o. Hasilnya adalah bahwa tidak ada low-spin pada kompleks tetrahedral karena pemisahan orbital d tidak cukup besar untuk memaksa pasangan elektron. Ketiga, karena hanya ada empat ligan sekitar ion logam dalam sebuah tetrahedral Susunan orbital d pada medan ligan dan perbandingan ligan pada sumbu z. Energi orbital d dari segiempat planar empat ligan. Metal-to-ligan dengan panjang ikatan yang besar dalam arah z dikenal sebagai tetragonal dengan perpanjangan sumbu z. Jika pada sumbu ligan z yang dekat dengan ion logam memaksa untuk menghasilkan tekanan tetragonal dengan z menunjukkan orbital dua set yang terbalik Susunan kompleks orbital d sedemikian seperti yang ditampilkan untuk perpanjangan sumbu z, kecuali bahwa splitting jauh dengan dxy di atas dz2 (planar segiempat) Hal ini dapat menandakan bahwa energi yang memisahkan dxy dan orbital dx2 _ y2 sebenarnya ∆o, pemisahan antara t2g dan eg dalam sebuah oktahedral Energi yang memisahkan dxy dan orbital dx2 _ y2 sebenarnya ∆o, pemisahan antara t2g dan eg dalam sebuah oktahedral. Pada d8 seperti ion Ni2+, Pd 2+, dan Pt 2+ membentuk komplek persegi planar yang diamagnetik. MENGAPA Delapan elektron dapat berpasangan di empat orbital energi terendah meninggalkan dx2 _ y2 tersedia untuk membentuk sebuah set orbital hibrida dsp2. Orbital hibrida sp3, yang akan mengakibatkan stuktur tetrahedral. Jika perbedaan energi antara dxy dan dx2 _ y2 tidak cukup untuk memaksa pasangan elektron, semua orbital d yang diduduki, dan kompleks memiliki empat ikatan akan diharapkan untuk memanfaatkan Kekuatan ligan dilihat dari deret spektrokimia Makin kuat suatu ligan berarti makin mampu membedakan jenis orbital eg atau t2g sehingga pembelahan energi orbital tersebut makin besar Faktor yang berpengaruh pada deret spektrokimia : 1. Ukuran atom/molekul, ex : bandingkan F- dan I2. Adanya pasangan elektron non – ikatan, ex : H2O & NH3 3. Adanya back boding ex : piridin, bipy dan terpiridin Harga ∆o kompleks oktahedral periode 4 ion logam transisi Penempatan Splitting dari Medan Kristal akibat dari splitting energi orbital d Jika ion +2 pada logam transisi periode 4 dianggap ada peningkatan panas hidrasi dalam struktur sebagai akibat dari penurunan radius ionik dibawa oleh kenaikan muatan inti Proses dalam hidrasi ion Kestabilan energi untuk ligan dalam Dq Panas dari hidrasi ion logam transisi 2+dari transisi pertama. DISTORSI JAHN-TELLER Gambar 12. Energi orbital d dari ion d9 hasil dari distorsi Jahn-Teller. Gambar 13. Sebuah ilustrasi dari prinsip Franck-Condon. Dalam hal ini, transisi adalah dari v = 0 dalam keadaan dasar elektronik dan v’ = 3 dalam keadaan elektronik tereksitasi. Gambar 14. Sistem koordinat orbital yang digunakan dalam membentuk orbital molekul untuk kompleks oktahedral. Gambar 15. Kombinasi orbital ligan dengan orbital s, px, py, pz, dz2, dan dx2-y2 dalam ion logam. Gambar 16. Diagram tingkat energi orbital molekul untuk kompleks oktahedral. Gambar 17. Kompleks tetrahedral dengan lobus dari dx2- y2 dan dz2 orbital diarahkan antara ligan. Gambar 18. Diagram kualitatif orbital molekul untuk kompleks tetrahedral. Gambar 19. Kombinasi logam dan orbital ligan di kompleks bujur sangkar. Gambar 20. Diagram tingkat energi orbital molekul untuk kompleks bujur sangkar. TERIMA KASIH