PENGARUH LAMA PERENDAMAN SABUT KELAPA SEBAGAI PUPUK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN UBI JALAR Iva Tifani(1), Iwan Sasli(2),Evi Gusmayanti (2) (1) Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman sabut kelapa terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan dalam bentuk faktorial dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari satu faktor yaitu lama perendaman (P) yang terdiri dari 5 taraf yaitu p0 (1 hari), p1 (7 hari), p2 (14 hari), p3 (21 hari) dan p4 (28 hari). Setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 5 sampel, sehingga terdapat 25 satuan perlakuan dan 375 tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu berat kering tanaman bagian atas (g), jumlah umbi per tanaman (umbi), berat segar umbi per tanaman (g), berat segar umbi per petak (g). Hasil penelitian lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah umbi per tanaman, berat basah umbi per tanaman dan berat basah umbi per petak. Sedangkan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair tidak berpengaruh nyata terhadap variabel berat kering tanaman bagian atas. Perlakuan lama perendaman14 hari (p3) memberikan rerata tertinggi pada variabel jumlah umbi per tanaman yaitu 3,24 buah, variabel berat segar umbi per petak yaitu 2804,83 g dan berat segar umbi per tanaman yaitu 186,98 g. Perlakuan lama perendaman sabut kelapa 1 hari (p0) memberikan rerata terendah terhadap ketiga variabel namun memberikan rerata tertinggi pada variabel pengamatan berat kering tanaman bagian atas. Kata kunci : Pupuk Cair, Sabut Kelapa, Ubi Jalar. THE INFLUENCE OFSOAKING TIME THE COCONUT FIBER AS LIQUID FERTILIZER ON THEGROWTHAND YIELDOF SWEET POTATO (1) Iva Tifani(1), Iwan Sasli(2), Evi Gusmayanti (2) Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRACT This research was conducted to determine the best soaking time of coconut fiber as liquid fertilizer and its responses to the growth and yield of sweet potato. This research used field experiment of randomized block design, which consisting of one factor: the soaking time of coconut fiber (P) at 5 levels: p0 (1 day), p1 (7 days), p2 (14 days), p3 (21 days) and p4 (28 days). Each treatment consisted of five replications. Each replication consisted of 5 samples, so there were 25 units and 375 treatment plants. The variables observed in this research were the above ground dry matter (g), the number of tuber per plant (tuber), fresh weight of tuber per plant (g), fresh weight of tubers per plot (g). The results showed that soaking time of the coconut fiber significantly affected the number of tuber per plant, fresh weight of tuber per plant and fresh weigth of tuber per plot. While the soaking time of coconut fiber treatment have no significantly affected above ground dry matter variable. Treatment of soaking time 14 days (p3) gave the highest value of tubers per plant (3,24), fresh weight of tuber per plot (2084,83) and fresh weight of tuber per plant (186,98). Treatment of 1 day soaking time (p0) gave the lowest value of the three variables but gave the highest value on above ground dry matter variable. Keywords: Coconut Fiber, Liquid Fertilizer, Sweet Potato. 1 PENDAHULUAN Ubi jalar adalah salah satu komoditi pangan yang memiliki prospek baik di dunia. Komoditas ini memiliki potensi ekonomi dan sosial yang tinggi karena ubi jalar merupakan tanaman sumber karbohidrat yang sangat sesuai untuk digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak maupun industri. Ubi jalar mengandung kalori yang cukup besar yaitu 123 kal/100 g berat basah umbi (Rukmana, 1997). Kandungan pati yang tinggi, gula yang rendah, bertekstur kering serta terdapat vitamin A dan C yang tinggi juga menjadi peluang bagi ubi jalar dalam proses diversifikasi pangan. Di luar negeri khususnya negara – negara maju, ubi jalar dijadikan bahan makanan seperti tepung, kecap, gula permen, dan sirup.Selain itu dapat pula dijadikan sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia selain sebagai komoditas tanaman pangan penting dalam rangka mendukung ketahanan pangan masyarakat dan perekonomian nasional, sekarang ini digunakan juga untuk bahan baku industri gula cair, alkohol, sorbitol hingga pembuatan plastik yang mudah terurai. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), luas panen tanaman ubi jalar di Kalimantan Barat mencapai 1.867 ha dengan produktivitas mencapai 79,74 ku/ha dan produksi mencapai 14.959 ton, sedangkan di Indonesia produksi ubi jalar mencapai 2.056.046 ton dengan produktivitas 113,27 ku/ha. Produksi ubi jalar secara nasional lebih besar dari produksi di Kalimantan Barat, sehingga Kalimantan Barat berpeluang meningkatkan 1,4 kali dari produktivitas ubi jalar saat ini. Produksi ubi jalar dapat ditingkatkan dengan berbagai cara salah satunya dengan pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan daun.Pupuk padat biasanya diberikan melalui tanah dan pupuk cair diberikan melalui tanah dan daun. Pupuk organik cair dari sabut kelapa merupakan olahan dari pemanfaatan limbah sabut kelapa yang sangat banyak ditemui di Indonesia. Pupuk cair ini merupakan hasil perendaman selama beberapa minggu dan diindikasikan mengandung unsur K. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan pupuk cair sabut kelapa serta mengetahui pengaruh lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di jalan Rubini Kelurahan Tengah Kecamatan Mempawah Hilir. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 26 Agustus 2012 sampai dengan 28 Januari 2013. Penelitian menggunakan bahan yang terdiri dari : tanah alluvial, sabut kelapa, bibit stek ubi jalar ungu varietas lokal, pupuk anorganik (Urea, SP-36 dan KCl), pestisida alami (tembakau). Sedangkan alat yang terdiri dari : cangkul, arit, handsprayer, termohygrometer, timbangan elektrik, corong, wadah, alat tulis dan alat-alat lain yang menunjang penelitian seperti meteran, ember, kertas label, palu, gergaji, paku, kantong plastik, karung, kayu, gelas ukur. Penelitian menggunakan eksperimen lapangan dengan metode RAK, satu faktor yaitu lama perendaman (P) yang terdiri dari 5 taraf yaitu p0 (1 hari), p1 (7 hari), p2 (14 hari), p3 (21 hari) dan p4 (28 hari). Setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 5 sampel, sehingga terdapat 25 satuan perlakuan dan 2 375 tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu berat kering tanaman bagian atas, jumlah umbi per tanaman, berat basah umbi per tanaman, dan berat basah umbi per petak. Analisis data dengan menggunakan ANOVA kemudian data yang berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Variabel pengamatan dalam penelitian ini terdiri dari berat kering tanaman bagian atas, jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman dan berat segar umbi per petak. Lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair berpengaruh nyata pada tiga variabel pengamatan, yaitu pada variabel jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman dan berat segar umbi per petak. Namun, lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan berat kering tanaman bagian atas. Rekapitulasi analisis keragaman pengaruh lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar, dapat dilihat pade Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Keragaman Pengaruh Lama Perendaman Pupuk Cair Sabut Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar F Hitung F Tabel Berat Berat Berat Kering Jumlah. Segar Segar SK DB Tanaman Umbi Umbi Umbi 5% Bagian per per per Atas Tanaman Tanaman Petak Ulangan 4 Perlakuan 4 0,66tn 5,00* 15,43* 15,43* 3,01 Galat 16 KK (%) 22,08 13,90 13,76 13,76 Keterangan : * : berbeda nyata tn : berbeda tidak nyata Perlakuan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman, dan berat segar umbi per petak, sedangkan untuk berat kering tanaman bagian atas berpengaruh tidak nyata. Perlakuan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair 14 hari (p2) memberikan hasil terbaik terhadap tiga variabel tersebut. Pada variabel jumlah umbi per tanaman yaitu 3,24 umbi, berat segar umbi per tanaman yaitu 186,99 gram dan berat umbi per petak yaitu 2804,83 gram setara dengan 5,61 ton/ha. Data rerata semua variabel pengamatan pengaruh sabut kelapa sebagai pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar dan hasil uji beda nyata dapat dilihat pada Tabel 2. 3 Tabel 2. Data Rerata Semua Variabel Pengamatan Pengaruh Lama Perendaman Sabut Kelapa sebagai Pupuk Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar Perlakuan Berat Kering Jumlah Umbi Berat Segar Berat Segar (Lama Tanaman per Tanaman Umbi per Umbi per Perendaman) Bagian Atas (umbi) Petak (gram) Tanaman (gram) (gram) p0 (1hari) 32,37 2,32a 1429,59a 95,31a p1 (7 hari) 30,15 2,72ab 1931,34ab 128,76ab p2 (14 hari) 30,57 3,24b 2804,83b 186,99b p3 (21 hari) 26,72 2,40bc 1956,97bc 130,46bc p4 (28 hari) 27,28 2,92bc 2136,61c 142,44c Uji BNJ 5% 0,51 546,93 36,46 Keterangan : Angka yang memiliki notasi berbeda pada kolom yang sama diartikan berbeda nyata Pada perlakuan lama perendaman 14 hari (p2) memberikan rerata tertinggi terhadap jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman, dan berat segar umbi per petak. Pengamatan terhadap berat kering tanaman bagian atas dilakukan pada masa vegetatif maksimum.Berdasarkan analisis keragaman, diketahui bahwa perlakuan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman bagian atas ubi jalar. Berat kering mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil di sintesis tanaman dari senyawa organik terutama air dan karbohidrat. Unsur hara yang telah diserap akar baik yang digunakan dalam sintesa senyawa organik maupun yang tetap dalam bentuk ionik dalam jaringan tanaman dalam akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan berat kering tanaman. Goldworthy dan Fisher (1986) menyatakan bahwa paling sedikit 90% bahan kering tanaman adalah hasil fotosintesis. Laju fotosintesis yang tinggi menyebabkan karbohidrat yang dihasilkan tanaman menjadi lebih banyak dimana dengan meningkatnya fotosintat (hasil dari fotosintesis) akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Menurut Tjitrosomo (1983) keefektifan proses fotosintesis pada suatu tanaman dapat diketahui melalui pengukuran berat kering yang terbentuk selama masa pertumbuhan. Selain itu berat kering tanaman dapat diketahui dari kenaikan bahan organik di dalam tubuh sebagai hasil fotosintesis. Pada variabel berat kering tanaman bagian atas menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan hasil analisis pupuk cair sabut kelapa kandungan jumlah N totalnyasama tiap-tiap perlakuan. Hal ini menyebabkan nitrogen dapat dimanfaatkan tanaman dalam jumlah yang relatif sama sehingga tidak memberikan pertumbuhan yang berbeda pada variabel berat kering tanaman bagian atas tiap perlakuan pada proses pertumbuhan tanaman. Dalam pertumbuhannya tanaman bagian atas memanfaatkan banyak nitrogen dan unsur hara lainnya sebagai pendukung proses fotosintesis untuk menghasilkan fotosintat bagi tanaman di bawahnya. Tersedianya unsur hara di dalam tanah akan mampu mendukung pertumbuhan tanaman di atasnya sehingga dapat menyebabkan berat kering 4 meningkat. Menurut Lingga (1992) unsur hara nitrogen sangat berperan penting untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya cabang, batang, dan daun serta penting dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil), protein, lemak, dan persenyawaan organik lainnya. Unsur hara di dalam tanah sangat mudah terikat ataupun tereduksi oleh zat hara lainnya, selain itu unsur hara mudah tercuci bersama air tanah maupun air permukaan.Berdasarkan data analisis tanah, dalam kriteria penilaian sifat kimia tanah kandungan P2O5 yang terkandung di dalam tanah tergolong sangat tinggi dan kandungan hara lainnya seperti N, K dan Ca tergolong rendah.Kandungan P yang tinggi dapat dimanfaatkan tanaman secara maksimal apabila tidak banyak yang tercuci pada awal pertumbuhan. Menurut Yon (1994), P dan N merupakan unsur yang harus disediakan pada tahap-tahap awal pertumbuhan untuk memastikan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pada awal tanam yaitu mulai dari 1-2 bulan setelah tanam, dilakukan penyiraman sebanyak 2 kali sehari pagi dan sore, kadang terjadi hujan ketika malam hari setelah dilakukan penyiraman sore hari sehingga mungkin banyak air terserap di dalam tanah maupun yang mengalir di permukaan. Hal ini mungkin saja menyebabkan unsur hara yang terkandung di dalam tanah dan pupuk cair sabut kelapa serta pupuk anorganik tambahan yang diberikan pada masa awal tanam mengalami pencucian dan hilang bersama aliran air sebelum mampu diserap oleh akar. Kekurangan unsur hara ini dapat menyebabkan pembentukan batang dan daun terhambat, sehingga pemberian pupuk cair sabut kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman bagian atas dalam penelitian ini. Perhitungan variabel jumlah umbi pertanaman, berat segar umbi per tanaman dan berat segar umbi per petak dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada saat tanaman ubi jalar dipanen. Hasil analisis keragaman menunjukkan perlakuan p2 berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per tanaman, berat basah umbi per tanaman dan berat basah umbi per petak. Adanya pengaruh nyata dari pengaruh lama perendaman pupuk cair sabut kelapa selama 14 hari terhadap beberapa variabel tersebut, diduga karena kandungan pupuk cair sabut kelapa mangandung P dan K yang mampu diserap tanaman dan diikat oleh partikel tanah, dengan C/N rasio yang tidak terlalu besar. Unsur K dalam tanah juga membantu ketersediaan bagi tanaman, sehingga pertumbuhan umbi dapat terjadi dengan baik.Kalium diabsorpsi pada tanaman dalam bentuk K+. Bentuk dapat ditukar atau bentuk yang tersedia bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air. Pupuk cair sabut kelapa mengandung K yang lebih banyak daripada P dan N serta diberikan dalam bentuk larutan. Kalium yang ditambahkan melalui pemupukan dapat menjenuhkan kompleks absorbsi sehingga tercapai kesetimbangan dengan K dalam larutan tanah. Tan (2001) menyatakan bahwa jumlah kalium yangdapat diabsorbsi oleh tanah tergantung pada tingkat kejenuhannya. Kalium yang diabsorbsi sebagian besar terdapat dalam keadaan setimbang dengan kalium yangberada dalam larutan tanah yang merupakan sumberutama bagi tanaman. Oleh sebab itu maka pemupukan K meningkatkan kadar Kdd dalam tanah. Hal ini sesuai juga dengan pendapat Ispandi dan Munip (2004) yang menyatakan bahwa efek pemupukan K dapat meningkatkan Kdd tanah. 5 Hal ini memudahkan tanaman untuk mengikat K yang terlarut di dalam pupuk cair dan di dalam tanah sehingga menunjang dalam pembentukan umbi dengan baik. Salah satu kandungan utama dalam pupuk cair ini adalah kalium (K). Pemberian pupuk kalium akan menyebabkan bertambahnya konsentrasi kalium dalam tanah sehingga akan meningkatkan serapan kalium tanaman. Menurut Wargiono (1989) K berperan dalam pembentukan karbohidrat, dan dengan meningkatnya karbohidrat yang dihasilkan juga meningkatkan hasil umbi salah satunya penambahan bobot segar umbi. Menurut Setyamidjaja (1986), secara fisiologis tidak mungkin tanaman dapat menumbuhkan semua umbi menjadi besar selama tanaman tersebut tidak menyediakan zat yang mencukupi untuk perkembangan umbi. Selain itu, pembentukan umbi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara yang akan digunakan dalam proses fotosintesis. Dinyatakan oleh Dwijoseputro (1984), bahwa sejumlah unsur hara bermanfaat bagi tanaman jika terdapat dalam bentuk ion yang mampu mengadakan pertukaran dengan koloid tanah dengan sel-sel akar. Menurut Cahyono (1992) bahwa pada umumnya pupuk organik mengandung mikroorganisme yang membantu proses dekomposisi. Mikroorganisme yang terkandung di dalam pupuk bisa membantu memperbaiki struktur tanah. Jenis tanah yang digunakan bertekstur liat, mungkin dengan beberapa kali pemupukan, mikroorganisme yang terdapat di dalamnya dapat bersimbiosis dengan bakteri tanah yang akan membantu tanah menjadi lebih terurai. Mikroorganisme didalam pupuk cair diduga juga membantu penguraian zat-zat terlarut dari sabut kelapa. Pupuk cair sabut kelapa memiliki pH masam sampai netral, dimana kondisi ini merupakan tempat terbaik berkembangnya mikroorganisme dari proses dekomposisi bahan organik. Berbagai mikroorganisme ini ikut bekerja didalam tanah setelah pemupukan dilakukan.Hal ini membantu memperbaiki sifat fisik tanah agar mudah ditembus akar dan memudahkan terjadinya pembesaran umbi. Menurut Marsono dan Paulus (2002) menyatakan bahwa tanah yang berstruktur gumpal, air dan udara serta unsur hara dalam kondisi terjerat partikel tanah sehingga susah diserap oleh akar tanaman. Pada masa awal pembentukan umbi kondisi tanah juga mendukung untuk perkembangan umbi, tanah selalu diberikan drainase yang baik sehingga unsur hara dan air tercukupi pada masa proses pembentukan umbi. Menurut Yudiwidodo (1995), aerasi tanah yang baik secara otomatis akan meningkatkan aktifitas pembelahan dan pembesaran sel khususnya pembentukan umbi. Apabila pada saat pembentukan umbi faktor lingkungan menunjang dan sesuai dengan kebutuhan tanaman maka produksi umbi yang dihasilkan meningkat begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis tanah, struktur pasir terkandung sebanyak 80% hal ini membuat umbi dapat berkembang, dengan kandungan bahan organik dalam tanah dan tambahan dari pupuk cair, maka akar lebih mudah menembus tanah yang tidak keras dan berstruktur remah. Sehingga membuat akar lebih mudah berkembang dan membesar dengan baik. Selain itu, drainase di lapangan juga menentukan perkembangan umbi. Pembuatan saluran drainase yang baik dapat mengurangi genangan air pada masa perkembangan umbi saat berumur 2-3 bulan. Sehingga umbi tidak 6 mengalami pembusukan dan tetap mendapatkan udara, air, dan unsur hara yang cukup menunjang pembesaran umbi. Menurut Sarwono (2005) tanaman dalam masa pertumbuhannya memerlukan unsur hara yang cukup. Ketersediaan unsur hara di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh reaksi tanah dan pH tanah. Level pH tanah yang cocok untuk tanaman ubi jalar adalah berkisar antara 4,5-7,5 dan pH optimal antara 5,57,5. Maka dengan pH yang sesuai akan mendukung pertumbuhan tanaman ubi jalar. Hal ini dapat dilihat dari hasil umbi per tanaman maupun per petak menunjukkan pengaruh yang nyata. Pada saat tanaman berumur 3 bulan, lahan penelitian tergenang air karena curah hujan yang tinggi yaitu mencapai 498,19 mm. Kondisi ini menyebabkan kelebihan air pada tanaman sehingga memicu beberapa tanaman terserang penyakit pada akhir pembesaran umbi, namun tidak mempengaruhi tanaman dan umbi menjadi rusak. Faktor lingkungan yang mempengaruhi jumlah umbi per tanaman termasuk faktor cahaya matahari dan curah hujan, serta suhu dan kelembaban udara. Bila suhu rendah maka penguapan yang terjadi cukup rendah, sehingga pengisapan air oleh akar menjadi sedikit, mengakibatkan makanan dari hasil fotosintesis tidak maksimal. Sebaliknya jika suhu tinggi namun masih dalam kisaran suhu yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman, penguapan yang terjadi akan meningkat, sehingga berpengaruh dalam hal pengisapan air oleh akar-akar yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah makanan yang dihasilkan dari fotosintesis. Maka suhu udara pada saat pertumbuhan awal dan perkembangan tanaman ubi jalar sangat mendukung karena suhu udara berkisar antara 24ºC - 32ºC. Menurut Rukmana (1997), suhu yang paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman ubi jalar yaitu berkisar antara 21ºC - 27ºC. Menurut Dwidjoseputro (1985) bahwa kelembaban udara juga merupakan satu faktor yang berpengaruh terhadap fisiologis tanaman ubi jalar. Dalam proses transpirasi, dimana air yang ditranspirasikan sangat berpera penting dalam membantu proses penyerapan dan translokasi masuknya air dalam jaringan tanaman. Kelembaban relatif mempengaruhi masuknya air dalam jaringan tanaman dan translokasi air ke dalam tubuh tanaman, serta mencegah terjadinya cekaman air. KESIMPULAN 1. Lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap variabel berat kering tanaman bagian atas dan berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman dan berat segar umbi per petak. 2. Perlakuan lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair dengan waktu 14 hari memberikan hasil terbaik pada hasil tanaman ubi jalar. Pada variabel jumlah umbi per tanaman dengan rerata 3,24 buah, umbi segar per tanaman dengan rerata 186,98 gram, dan pada variabel berat segar umbi per petak dengan rerata 2804,83 gram atau setara dengan 5,61 ton/ha. 3. Pupuk cair sabut kelapa mengandung unsur hara N, P, dan K dengan pH mendekati netral sampai netral yaitu 6,20 – 7,41. 7 4. Pupuk cair sabut kelapa dapat digunakan sebagai pupuk organik pada budidaya tanaman ubi jalar di tanah alluvial. SARAN Jika ingin membudidayakan tanaman ubi jalar dengan pupuk cair, sebaiknya dilakukan pada bulan Maret-Oktober karena pada periode tersebut curah hujan tidak terlalu tinggi agar mengurangi resiko pupuk tercuci ataupun terserang hama penyakit, dan perlu dilakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta Goldworthy, P.R dan N.M. Fisher. 1996.Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan Tohari. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Ispandi, A., A. Munip. 2004 Efektivitas pupuk PK dan frekuensi pemberian pupuk K dalam meningkatkan serapan hara dan produksi kacang tanah di lahan kering Alfisol. Ilmu Pertanian.11 (2) : 11-24. Lingga, P. dan Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Lingga, P., B. Sarwono., F. Rahardi P.C ., J.J Afristini., R. Wudiyanto., W.H. Apriadji. 1989. Bertanam Ubi – ubian. Penebar Swadaya. Jakarta. Marsono dan P. Sigit.2002. Pupuk Akar Jenis & Aplikasi.PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Rukmana R. 1997. Ubi jalar, Budidaya dan Pasca Panen.Kanisius.Yogyakarta. Sarwono. 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya. Jakarta. Setyamidjaja, D. 1986.Pupuk dan Pemupukan.CV. Simplek. Jakarta. Tan, K.H. 2001.Kimia Tanah. Penerbit UGM Press.Yogyakarta. Tjitrosomo. 1984. Botani Umum I. Angkasa. Bandung. Wargiono, J. 1989. Budidaya Ubi Jalar. Bharata. Jakarta. Yon, R. Md. 1994.Introduction.p. 1-4. In. : R. Md. Yon (Ed). Papaya Fruit Development, Postharvest, Physiology, Handling and Market in ASEAN. Yudiwidodo. 1995. Umbi-umbian Potensi dan Prospeknya untuk Dimanfaatkan dalam Program Diversifikasi. Dalam Majalah Pangan. Nomor 22.Vol.VI 1995. Jakarta. 8