makalah pertumbuhan

advertisement
DAFTAR PUSTAKA
1.
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 2
1.2 Tujuan ............................................................................................................................... 3
1.3 Manfaat ............................................................................................................................. 3
2.
PERTUMBUHAN TANAMAN ........................................................................................... 4
2.1 Pertumbuhan Vegetatif ..................................................................................................... 4
2.1.1 Struktur biji ................................................................................................................ 6
2.1.2 Proses Perkecambahan .............................................................................................. 6
2.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Akar ..................................................................... 8
2.1.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Daun .................................................................. 13
2.2 Pertumbuhan Generatif................................................................................................... 17
2.2.1 Pertumbuhan Bunga ................................................................................................. 17
2.2.2 Pengertian Fotoperiodisme ....................................................................................... 21
2.2.3 Induksi Fotoperiodisme............................................................................................. 23
2.2.4 Pertumbuhan dan perkembangan Buah................................................................... 26
2.3 Proses pembentukan Buah .............................................................................................. 27
2.4 Pemasakan Buah (Ripening)............................................................................................ 28
3. PHOTOMORFOGENESIS ................................................................................................... 31
3.1 Peran Cahaya dalam Pertumbuhan Tanaman ................................................................ 31
3.2 Fitokrom ......................................................................................................................... 31
3.1.2 Kriptokrom, Penerima Cahaya Biru/UV-A ............................................................... 32
3.2 Hubungan Dosis-Respon dalam Fotomorfogenesis ......................................................... 32
3.3 Peranan Cahaya pada Perkecambahan Biji .................................................................... 34
3.4 Efek fotomorfogenetik pada tumbuhan vegetatif ............................................................. 35
1
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman akan membentuk berbagai
macam organ. Secara umum, organ tanaman terdiri dari organ vegetatif dan organ generatif.
Akar, batang, dan daun dikelompokkan sebagai organ vegetatif, sedangkan bunga, buah, dan
biji digolongkan sebagai organ generatif. Organ-organ vegetatif akan terbentuk lebih awal
dibandingkan organ-organ generatif. Fase dimana tanaman hanya membentuk organ-organ
vegetatif disebut fase pertumbuhan vegetatif.
Pertumbuhan vegetatif dicirikan dengan berbagai aktivitas pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang berhubungan dengan pembentukan dan pembesaran daun,
pembentukan meristem apikal atau lateral dan pertumbuhannya menjadi cabang-cabang, dan
ekspansi sistem perakaran tanaman. Pertumbuhan generatif atau pertumbuhan reproduktif
dimulai dengan pembentukan bunga. Bunga kemudian berkembang menjadi buah. Biji
terbentuk bersama dengan perkembangan buah. Pada beberapa spesies, bunga mulai
terbentuk hanya dalam waktu beberapa bulan setelah ditanam. Kelompok tanaman ini secara
agronomis digolongkan sebagai tanaman semusim. Pada beberapa spesies lainnya, bunga
baru terbentuk setelah tanaman berumur beberapa tahun. Pada tanaman duku (Lansium
domesticum) yang diperbanyak secara generatif, bunga terbentuk setelah tanaman berumur
lebih dari 5 tahun. Kelompok tanaman yang berbunga setelah berumur beberapa tahun
digolongkan pada tanaman tahunan.Beberapa spesies tanaman hanya akan memasuki fase
pertumbuhan generatif jika mendapat perlakuan lama penyinaran (panjang hari tertentu) atau
suhu rendah.
Secara umum, bunga akan berkembang menjadi buah setelah bunga tersebut
mengalami penyerbukan, yakni peristiwa dimana tepung sari jatuh pada kepala putik.
Walaupun perlu diingat bahwa buah pada spesies tanaman tertentu akan tetap tumbuh
membesar walaupun tidak terjadi penyerbukan. Tidak semua bunga pada satu individu
tanaman akan berkembang menjadi buah, karena keberhasilan pembentukan buah ini
tergantung pada proses penyerbukan dan kondisi lingkungan.
Buah yang terbentuk tidak selalu mengandung biji. Buah yang tidak mengandung biji
disebut buah parthenokarpi. Buah tanpa biji umumnya dijumpai pada tanaman pisang (Musa
2
sp.). Buah tanpa biji ini lebih disukai konsumen, oleh sebab itu sekarang telah banyak
dikembangkan tanaman buah-buahan tanpa biji, misalnya semangka.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami dan mengetahui proses
dan fase pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
1.3 Manfaat
Dalam makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengetahui proses
dan fase pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
3
2.
PERTUMBUHAN TANAMAN
2.1 Pertumbuhan Vegetatif
Fase vegetative tanaman merupakan fase berkembangnya bagian vegetative dari
suatu tanaman. Bagian vegetative dari tanaman adalah akar, batang dan daun.Fase
pertumbuhan vegetatif mencakup pertumbuhan akar, batang, dan daun. dalam fase ini
tanaman memerlukan banyak cadangan makanan (karbohidat) yang akan dirombak menjadi
energy untuk pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan vegetative ini ada tiga aspek penting
yang perlu dikeahui yaitu pembelahan sel (cell defision), pembelahan sel (cell enlargement)
dan deferensiasi (penggandaan) (cell deferentation).Apabila tumbuhan ditanam dengan
menggunakan bijinya, maka oertumbuhan vegetative diawali dari proses perkecambahan.
Pada fase ini berhubungan dengan 3 proses : pembelahan sel, perpanjangan sel dan
tahap pertama diferensiasi. Pada proses pembelahan sel, memerlukan karbohidrat dalam
jumlah yang besar, karena dinding sel terbentuk dari selulosa dan protoplasmanya dari gula.
Pembelahan sel terjadi dalam jaringan merismatis pada titik tumbuh batang daun ujung akar
dan kambium.Untuk kegiatan perpanjangan sel, hal ini terjadi pada saat pembesaran sel,
proses ini membutuhkan pemberian air yang cukup. Lalu hormon untuk merentangkan
dinding sel. Dan yang terakhir adalah dengan adanya ketersediaan gula.
Diferensiasi adalah suatu situasi dimana sel-sel meristematik berkembang menjadi
dua atau lebih macam sel/jaringan/organ tanaman yang secara kualitatif berbeda satu dengan
yang lainnya. Merupakan proses hidup yang menyangkut transformasi sel tertentu ke sel-sel
yang lain menurut spesialisasinya (baik spesialisasi dalam hal proses biokimia, fisiologi,
maupun struktural) Misalnya pada pembentukan jaringan xylem dan phloem.
Proses diferensiasi sendiri mempunyai tiga syarat, yaitu :
Hasil assimilasi yang tersedia dalam keadaan berlebihan untuk dapat dimanfaatkan pada
kebanyakan kegiatan metabolisme Temperatur yang menguntungkan Terdapat sistem enxzym
yang tepat untuk memperantarai proses diferensiasi.Fase vegetatif ini sendiri berlangsung
selama periode tertentu. Setiap tanaman memiliki periode fase vegetatif yang berbeda-beda.
Selama fase vegetatif ini berjalan pada periode tertentu, maka tanaman juga akan berangsurangsur masuk dan berganti ke fase generatif.
Dalam satu daur pertumbuhan tanaman, fase vegetatif dan fase generatif saling
bergantian.pertumbuhan vegetatife sendiri sudah dimulai sejak tanaman di tanam dalam
media yang sudah paten. Hal ini berarti, sejak masa pembenihan dan perkecambahan. Setelah
masa penyiangan maka pertumbuhan vegetatif baru akan berjalan secara maksimal.
4
Pertumbuhan ini yaitu mulai tumbuhnya akar sejati yang sudah kuat dan berkembang terus
kedalam tanah. Untuk batangnya sendiri juga akan terus bertambah besar dan tinggi.Jika pada
tanaman yang berkambium, maka tanaman ini juga akan tumbuh melebar dan menjadi
semakin keras. Pada daun sendiri akan terus bertambah sampai nanti memasuki fase
generatifnya.
Meristem apikal
Pertumbuhan dan perkembangan bagian-bagian vegetatif tanaman di atas tanah
terutama ditentukan oleh aktivitas meristem apikal karena disini primordia daun terbentuk,
karena pemanjangan batang permulaannya tergantung pada jaringan batang baru yang
terbentuk pada ujung dan karena banyak rangsangan hormonal yang menentukan
pertumbuhan dan perkembangan semua bagian tanaman berikutnya, diketahui berasal baik
dari ujung itu sendiri maupun daun-daun muda yang terbungkus rapat membentuk tunas
apikal. Dua deerah ujung biasanya dibedakan. Pertama adalah tunika dimana sel-selnya
membelah dengan membentu dinding-dinding baru dalam suatu bidang antiklinal, yaitu tegak
lurus pada permukaan ujung. Jadi, tunika membesar untuk melindungi ujung yang tumbuh
tetapi ketebalannya, biasanya beberapa lapisan sel secara komperatif tetap konstan. Dalam
korpus tidak ada keteraturan dalam bidang-bidang pembelahan dan karena itu struktur lapisan
yang nyata tidak didapat pada bagian tengah. Pembelahan tunika-korpus hanya dapat
diterapkan untuk ujung itu sendiri, yaitu kubah jaringan antara dua primordia daun termuda.
Sementara primordia berkembang, pola sel menjadi berubah karena pengaturan yang khas
pada ujung berubah menjadi primordia.
Pengaturan daun-daun pada batang (filotaksis) dapat dilacak secara langsung terhadap
kedudukan geometrik dan waktu pembentukan primordia daun yang baru. Jadi, dalam suatu
jenis tumbuhan dengan filotaksis spiral (misalnya kapas) primordia termuda muncul dengan
pusatnya dan primordia tertua berikutnya membentuk suatu sudut tertentu pada pusat ujung
jika dipandang dari irisan melintang. Primordia yang lebih muda juga terpancang lebih tinggi
di kubah apikal. Dalam filotaksis yang berselang-seling (misalnya jagung), sudut antara
primordia yang berurutan adalah 180o sehingga semua primordia terpusat dalam satu bidang
tegak melewati ujung. Antara ujung dan primordia daun, berkembang primordium suatu
tunas samping yang dalam kondisi yang sesuai dapat berkembang menjadi cabang samping
(lateral). (Goldsworthy and Fisher, 1996)
5
2.1.1 Struktur biji
Biji dilindungi oleh kulit biji yang terdiri atas jaringan-jaringan yang secara genetik
identik dengan tanaman induknya dan biasanya berkembang dari integumen bakal biji, dalam
beberapa biji, kulit biji dapat menjadi satu dengan struktur-struktur lain, sebenarnya lebih
merupakan bagian buah daripada biji. Pada tanaman padi-padian, biji adalah buah berbiji
tunggal yang disebut kariopsis. Embrio biasanya merupakan hasil pembuahan dan karena itu
secara genetik tak sama dengan tanaman induk atau paling sedikit secara potensial demikian.
Suatu radikula dapat dikenali yang berkembang membentuk akar tumbuhan anak dan pluma
berkembang membentuk tunas. Endosperm berasal dari sebuah inti yang terbentuk dari
peleburan tiga inti yaitu dua inti induk dan satu inti jantan. Dalam beberapa spesies,
endosperm hampir hilang dalam proses pemasakan biji tetapi pada tanaman padi-padian, ia
menempati sebagian besar volume biji yang merupakan jaringan penyimpanan utama.
(Goldsworthy and Fisher, 1996)
Gambar. Struktur biji dikotil dan monokotil
2.1.2 Proses Perkecambahan
Pertumbuhan pada tumbuhan spermatophyta diawal biji. Bentuk,ukuran, dan struktur
biji bervariasi. Biji memilki tiga bagian, yaitu inti biji, tali pusar, dan kulit biji.
Gambar 1. Bagian-bagian Biji
6
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan bagian-bagian biji lainnya untuk
tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Biji dapat mengalami masa tidak aktif
(dormansi) akibat kandungan air dalam biji yang rendah, yaitu 5-10%. Dormansi pada biji
dapat dilihat pada kulit biji yang keras yang menghalangi penyerapan air dan oksigen.
Dormansi sangat bermanfaat pada situasi yang tidak menguntungkan seperti suasana sangat
dingin atau kekeringan. Pada kondisi tertentu yang memungkinkan biji untuk tumbuh, biji
akan mengakhiri masa dormansinya dan mulai berkecambah (germinasi).
Tahap awal perkecambahan dimulai pada saat biji menyerap air. Penyerapan air
(imbibisi) terjadi melalui liang biji (mikrofil). Penyerapan air merupakan tahap penting dalam
perkecambahan. Biji yang telah menyerap air akan membesar sehingga mengakibatkan
robeknya kulit biji.
Peningkatan kandungan air dalam biji memicu pengaktifan enzim-enzim dalam
kotiledon yang akan merombak cadangan makanan menjadi molekul-molekul sederhana,
yang selanjutnya akan diangkut menuju lokasi pertumbuhan pada embrio. Gejala awal dari
perkecambahan biasanya terlihat dari pembengkakan akar lembaga yang menyebabkan kulit
biji sobek dan kecambah mulai tumbuh.
Perkecamabahan biji dipengaruhi faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang
mempengaruhi perkecambahan biji antara lain viabilitas atau kemampuan berkecambahan
biji, cadangan makanan dalam biji, dan hormon yang terkandung dalam biji.
Viabilitas biji menentukan kecepatan perkecambahan. Cadangan makanan dalam biji
mempengaruhi proses perkembangan kecambah. Hormon yang terkandung dalam biji akan
memacu proses perkecambahan dengan mengaktifkan enzim-enzim untuk perkecambahan.
Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan biji antara lain ketersediaas air,oksigen,
dan cahaya. Air berfungsi untuk melunakkan kulit biji dan melarutkan cadangan makanan.
Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi dan respirasi biji untuk menghasilkan energi yang
diperlukan untuk perkecambahan, sedangkan cahaya akan memicu perkecambahan.
Ada 2 tipe perkecambahan, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal.
Pada perkecambahan epigeal, kotiledon dan pucuk tunas terangkat ke atas permukaan tanah.
Tanaman dikotil seperti kacang tanah dan kacang buncis mengalami perkecambahan epigeal.
Pada perkecambahan hipogeal, bagian yang terangkat ke atas permukaan tanah hanya pucuk
tunas dan daun pertama sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah, misalnya
perkecambahan pada jagung. (Furqonita, 2007)
7
Gambar 2. Tahapan perkecambahan
(Furqonita, 2007)
2.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Akar
Organ pertama yang terbentuk pada kebanyakan tanaman adalah akar. Pada saat
perkecambahan, radikel akan tumbuh menembus kulit biji lebih dahulu dibanding hipokotil
pada saat perkecambahan berlangsung pada kebanyakan spesies tanaman. Walaupun tentu
terddapat beberapa spesies sebagai pengecualian. Radikel ini selanjutnya berkembang
menjadi akar primer atau disebut akar tunggang (top root) pada tanaman dikotil. Pada
tanaman monokotil, beberapa (1 sampai 4) akar seminal akan pula terbentuk dari embrio
benih.
Pertumbuhan lebih lanjut dari akar primer tergantung pada aktivitas dari meristem
apikalnya. Pembelahan sel berlangsung sangat aktif pada bagian meristem akar ini. Bagian
meristem akar ini dilindungi oleh tudung akar (root cap). Peranan tudung akar penting sekali
dalam proses pemanjangan akar, pada saat akar melakukan penetrasi ke dalam tanah. Tudung
akar juga menghasilkan sejenis bubur polisakarida yang disebut musigel (mucigel) yang
berfungsi sebagai pelumas untuk mempermudah penetrasi akar dalam tanah. Musigel juga
mungkin penting artinya dalam mengikat mikroorganisme tanah untuk bersimbiosis dengan
akar tanaman, misalnya jamur mikoriza dan bakteri Rhizobium.
Sel-sel muda yang terbentuk pada meristem kemudian berkembang menjadi sel-sel
epidermis, korteks, endodermis, perisikel, xilem, dan floem. Zona meristem akar dapat
dideteksi dengan mengamati secara mikroskopik letak sel-sel yang sedang aktif membelah
diri (mitosis) atau dengan mendekteksi dimana sintesis DNA berlangsung dengan
menggunakan senyawa thimidin (digunakan dalam sintesis DNA) yang bermuata radioaktif.
Sintesis DNA dan mitosis berlangsung pada lokasi yang sama walaupun pada waktuk yang
agak berbeda. (Lakitan, 1996)
8
Di balik tudung akar (di depan meristem) terdapat suatu zona yang terdiri dari
beberapa sel yang tidak aktif membelah diri. Zona ini disebut quiescent center. Zona ini
berfungsi sebagai pengganti tudung akar atau meristem jika mengalami kerusakan.
Gambar 1. Anatomi Akar
Menurut Lakitan (1996), zona pemanjangan (elongation zone) akar berkisar antara 0,5
cm sampai 1,5 cm pada bagian ujung akar. Laju pemanjangan akar dapat mencapai 2 cm/hari,
akar primer memanjang lebih cepat dibandingkan akar sekunder. Demikian pula akar
sekunder memanjang lebih cepat dibandingkan akar tertier. Laju pemanjangan akar juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan berbagai faktor lingkungan. faktor internal yang
mempengaruhi adalah pasokan fotosintat (umumnya dalam bentuk sukrosa) dari daun. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi antara lain adalah suhu tanah dan kandungan air tanah.
Di belakang zona pemanjangan terdapat zona bulu akar (root hair zone). Beberapa sel
epidermis pada zona ini membentuk tonjolan yang tumbuh memanjang antara 0,5 mm sampai
1,5 mm. Tonjolan pada sel epidermis ini disebut bulu akar. Keberadaan bulu akar
memperluas total las permukaan akar, sehingga penting artinya dalam serapan air dan unsur
hara bagi tanaman.
Selain tumbuh memanjang, akar juga tumbuh secara radial. Akar tanaman
gimnosperma dan tanaman dikotil mempunyai kambium vaskuler yang terletak pada posisi
diantara pembuluh floem dan xilem. Kambium ini yang berperan dalam penambahan
diameter akar (pertumbuhan radial), terutama karena kambium ini berperan dalam
9
pembentukan sel-sel xilem (ke arah internal) dan sel-sel floem (ke arah eksternal). Tanaman
monokotil tidak memiliki kambium vaskuler. Pertumbuhan radial pada akar tanaman
monokotil hanya disebabkan oleh pembesaran sel-sel nonmeristematik. Dengan demikian,
pertumbuhan radial pada akar tanaman monokotil sangat terbatas.
Pada spesies tanaman tertentu, pertumbuhan radial akar berlangsung secara luar biasa,
sehingga membentuk organ tanaman yang disebut umbi, misalnya pada tanaman bit (Beta
vulgaris) dan ketela rambat (Ipomoea batatas). Umbi ini terbentuk karena pada bagian akar
ini terdapat 8-12 lingkaran kambium, dimana pada akar biasa hanya terdapat 1 lingkaran
kambium. Inisiasi lingkaran-lingkaran kambium tersebut dimulai sejak awal perkembangan
akar tanaman ini. pembesaran umbi selanjutnya disebabkan karena pembentukan sel-sel baru
(pembelahan sel) pada masing-masing kambium tersebut, sedangkan ukuran sel pada umbi
relatif kostan. Akar primer selanjutnya akan memebentuk cabangyang disebut sebagai akar
sekunder. Akarsekunder umumnya tumbuh secara lateral (horizontal) oleh sebab itu sering
pula disebut sebagai akar lateral. Akar sekunder ini terbentuk beberapa milimeter atau
beberapa sentimeter dari ujung akar primer.
Pertumbuhan akar sekunder dimulai pada sel-sel perisikel akar primer, sel-sel
perisikel akar sekunder ini sangat aktif membelah diri dan tumbuh menembus lapisan sel-sel
korteks dan epidermis akar primer. Sel-sel perisikel calon akar sekunder ini diduga
menghasilkan enzim hidrolitik yang berperan mengurai bahan-bahan penyusun dinding sel
korteks dan epidermis yang dilalui dalam proses ertumbuhannya. Melalui proses yang sama,
akar-akar tertier akan tumbuh dari sel-sel perisikel akar sekunder.
Faktor yang mempengaruhi atau merangsang pembentukan cabang akar belum
banyak mendapat perhatian, tetapi diyakini bahwa pembentukan akar sekunder akan lebih
terangsang jika pertumbuhan akar primer mendapat hambatan atau gangguan. Sebagai contoh,
akar lateral (dan akar adventif) lebih dominan peranannya pada tanaman yang akar primernya
mengalami kerusakan akibat tergenang. Fenomena ini telah dilaporkan pada tanaman buncis
(Phaeolus vulgaris). Akar adventif merupakan akar yang tumbuh dari pangkal batang atau
ruas batang pada tanaman monokotil atau organ tanaman lainnya, selain akar primer (dari
radikel), akar seminal, dan cabang-cabang dari akar ini. daerah penyebaran sistem perakaran
tanaman secara horizontal umumnya 1,5 sampai 2 kali diameter tajuknya. Luas penyebaran
sistem perakaran tanaman ini juga dipengaruhi oleh sifat fisik tanah.
(Lakitan, 1996)
10
2.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Batang
Gambar.2 Struktur Batang
Pada batang yang sedang aktif tumbuh, zona pembelahan sel (meristem) terletak lebih
jauh dari ujung batang, dibanding posisi meristem pada akar. Pada tanaman gimnosperma dan
dikotil, pembelahan dan pembesaran sel terjadi pada jaringan yang terletak beberapa
sentimeter dari ujung batang. Ada yang dilaporkan terjadi pada posisi sejauh 10 cm dari
ujung batang.
Pada tanaman rumput-rumputan (graminae), pembelahan dan pembesaran sel dapat
terjadi jauh dari ujung batang, tetapi hanya pada posisi tertentu, yakni pada bagian pangkal
masing-masing ruas (internode) batang. Zona meristematik pada pangkal ruas ini disebut
meristem interkalari (intercalary meristem), karena terletak antara jaringan-jaringan tua yang
sel-selnya tidak lagi aktif membelah diri. Dengan demikian, masing-masing ruas terdiri dari
sel-sel tua pada bagian atas dan sel-sel muda pada bagian bawah.
Sel-sel meristem batang mula-mula membesar secara radial dan setelah itu terjadi
diferensiasi. Mula-mula terbentuk prakambium, kemudian floem san xilem. Diferensiasi ini
berlangsung secara akropetal, mulai dari sel-sel yang lebih tua. Setelah diferensiasi terjadi,
sel-sel ini membesar secara longitudinal, mengakibatkan pemanjangan batang. Sebagaimana
yang terjadi pada akar, pertumbuhan batang secara radial terjadi sebagai akibat dari aktivitas
kambium.
Laju pemanjangan batang berbeda antara spesies dan dipengaruhi oleh lingkungan
dimana tanaman tersebut tumbuh. Laju pemanjangan yang paling tinggi terjadi pada tanaman
bambu. Pada tanaman bambu muda (rebung), laju pemanjangan batang dapat mencapai 2,5
11
cm/jam, tetapi laju pemanjangan batang yang umum adalah 10 sampai 100 kali lebih lambat
dibanding tanaman bambu tersebut.
Faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pemanjangan batang adalah suhu
dan intensitas cahaya. Suhu optimum untuk pemanjangan batang bervariasi tergantung jenis
tanaman. Laju pemanjangan batang berbanding terbalik dengan intensitas cahaya.
Pemanjangan batang lebih terpacu jika tanaman ditumbuhkan pada tempat dengan intensitas
cahaya
rendah.
Berdasarkan
ini,
maka
sesungguhnya
panjang
batang
(tinggi tanaman) merupakan indikator yang buruk untuk mengukur pertumbuhan. Peristiwa
pemacuan pemanjangan batang pada intensitas cahaya rendah disebut etiolasi. Fitokrom
berperan penting dalam peristiwa etiolasi ini.
Meristem apikal batang merupakan tempat dimana daun, cabang, dan organ generatif
akan terbentuk. Pembentukan daun dan organ generatif akan diuraikan tersendiri.
Kemampuan tanaman untuk membentuk cabang batang sangat bervariasi. Tanaman bunga
matahari (Helianthus annuus) dan jagung (Zea mays) sangat jarang membentuk cabang.
Cabang tumbuh dari tunas aksiler atau tunas lateral. Pada beberapa spesies tanaman, tunas
aksiler berada dalam keadaan dorman dan hanya akan terangsang untuk tumbuh menjadi
cabang jika tunas apikal dibuang. Gejala ini disebut dominansi apikal. Dominansi apikal ini
berhubungan dengan peranan auksin.
Pembentukan cabang dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan dalam upaya
meningkatkan hasil tanaman. Secara umum, pembentukan cabang akan menguntungkan jika
cabang-cabang tersebut akan terbentuk organ hasil. Sebaliknya, akan merugikan jika cabangcabang yang terbentuk tidak produktif, sehingga menjadi pesaing bagi organ hasil dalam
memanfaatkan fotosintat yang dihasilkan daun.
Umbi kentang merupakan penggemukan batang atau stolon yang berlangsung secara
eksesif (berlebihan). Inisiasi umbi kentang dipacu oleh kondisi hari pendek, kekurangan
nitrogen, kekurangan fosfor, intensitas cahaya tinggi, atau suhu rendah. Pembentukan umbi
pada kentang mulai terdeteksi jika sel-sel pada ruas paling muda pada batang diogeotropik
yang tumbuh di dalam tanah (stolon) membesar secara radial. Pembesaran radial ini akan
membentuk bakal umbi.Pembelahan bakal umbi selanjutnya berlangsung pada semua selnya,
sehingga penampang melintang (diameter) umbi bertambah dengan cepat. Perkembangan
daun pada stolon atau umbi terhenti pada stadia yang sangat awal.
Ukuran umbi pada dasarnya tergantung pada aktivitas pembelahan sekunder yang
terjadi pada semua sel umbi, tetapi laju pembelahan dam pembesaran sel tidak seragam pada
12
semua bagian umbi. Pembelahan sel umumnya lebih aktif pada jaringan korteks dan jaringan
disebelah luar dari korteks tersebut dibandingkan pada bagian internal (pith).
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan umbi adalah laju dan kuantitas
fotosintat yang dipasok dari tajuk tanaman. Pada tanaman kentang, ukuran umbi rata-rata
berbanding langsung dengan pertumbuhan tajuk dan berbanding terbalik dengan jumlah umbi
yang terbentuk. Pertumbuhan umbi akan terhenti jika tajuk tanaman mati, karena pasokan
fotosintat untuk menopang pertumbuhan umbi terhenti. Laju pertambahan berat umbi lebih
ditentukan oleh fotosintat yang dihasilkan selama periode perkembangan umbi yang
bersangkutan, sedangkan asimilat yang sintesis sebelum inisiasi umbi disimpan pada batang
hanya memberikan konribusi sekitar 10%.
Umbi dapat berperan sebagai penyangga parsial (partial buffer) untuk penyedia air
bagi daun dan pada kondisi kekurangan air. Jika air diangkut dari umbi ke daun, maka
pertumbuhan umbi akan terhambat , tetapi pertumbuhan umbi akan berlangsung kembali jika
kemudian air tersedia. Pada kondisi yang ekstrem, pertumbuhan umbi akan terhenti sama
sekali dan stolon hanya akan tumbuh memanjang. (Lakitan, 1996)
2.1.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Daun
Gambar 3. Pertumbuhan Daun
Tanda awal dari perkembangan daun pada tanaman gimnosperma dan angiosperma
umumnya adalah pembelahan sel pada 3 lapisan sel terluar pada ujung batang (shoot apex).
Pembelahan secara periklinal yang diikuti pembesaran sel-sel yang muda akan membentuk
primordia daun. Pembelahan sel secara antiklinal yang berlangsung kemudian akan
memperluas permukaan primordia daun ini.
Primordia daun berkembang pada posisi yang teratur (tidak secara acak) pada ujung
batang. Masing-masing spesies mempunyai tata letak posisi daun (filotaksis atau phyllotaxis)
13
yang spesifik. Faktor yang menyebabkan tata letak daun masih perlu pengkasijan lebih
mendalam. Ada 2 teori yang dikembangkan untuk menjelaskan tentang keteraturan tata letak
daun. Teori pertama, primordia daun yang telah terbentuk akan menghasilkan suatu senyawa
penghambat (inhibitor) yang berperan mencegah terbentuknya primordia daun lain pada zona
di sekitar primordia daun yang telah terbentuk tersebut. Diasumsikan bahwa senyawa
penghambat ini akan berangsur-angsur terurai setelah berdifusi cukup jauh dari primordia
daun yang menjadi sumbernya. Teori kedua, primordia daun akan berkompetisi dalam
memanfaatkan ruang, dimana primordia daun akan terbentuk jika cukup ruang tersedia untuk
perkembangannya.
Laju pembentukan daun (jumlah daun per satuan waktu) atau nilai indeks plastokhron
(selang waktu yang dibutuhkan per daun tambahan yang terbentuk) relatif konstan jika
tanaman ditumbuhkan pada kondisi suhu dan intensitas cahaya yang juga konstan. Karena
sifatnya yang konstan ini, maka indeks plastokhron sering digunakan sebagai satuan ukuran
perkembangan tanaman. Hal ini telah terbukti paling tidak untuk tanaman ketimun (Cucumis
sativus)
Suhu optimal untuk pembelahan sel daun (berarti juga inisiasi pembentukan daun)
akan bervariasi antara spesies. Pada spesies atau individu tanaman yang sama, suhu optimum
untuk pembelahan sel daun umumnya sekitar 5-6 oC lebih tinggi dibandingkan dengan suhu
optimum untuk pembesaran sel.
Bentuk primordia daun tergantung pada arah pembelahan dan pembesaran sel. Jika
pembelahan daun berlangsung secara periklinal, maka pimordia daun yang dihasilkan akan
berbentuk ramping dan panjang, sedangkan jika pembelahan sel berlangsung secara antiklinal,
maka primordia dauan yang dihasilkan akan berbentuk pendek dan melebar. Perkembangan
daun lebih lanjut akan sangat bervariasi sebagaimana tercermin dari berbagai bentuk akhir
daun pada berbagai spesies tanaman. Selama perkembangan daun untuk mencapai bentuk
akhir dan ukuran maksimalnya, pembelahan sel dapat berlangsung baik secara periklinal
maupun secara antiklinal.
Pada saat daun masih kecil (dengan panjang sekitar 1 mm), aktivitas meristematik
berlangsung pada seluruh daun. Pada tanaman serealia dan tanaman berdaun jarum, aktivitas
meristematik mula-mula terhenti pada bagian ujung (distal) daun yang kemudian bergeser ke
arah pangkal daun. Penambahan lebar daun pada tanaman angiosperma disebabkan oleh
aktivitas jaringan meristem yang terletak di sepanjang tepi aksis daun (leaf axis). Aktivitas
meristematik ini terhenti jauh sebelum daun menjadi tua (mature).
14
Pada daun rumputan, meristem basal pada pangkal daun merupakan intercalary yang
tetap berpotensi meristematik dalam waktu yang lama, walaupun setelah daun menjadi tua.
Aktivitas meristematik pada pangkal daun ini akan terpacu jika terjadi defoliasi pada helai
daun yang bersangkutan, misalnya jika sebagian helai daun dipangkas atau dimakan ternak.
Pada tanaman dikotil, pembelahan sel umumnya terhenti jauh sebelum daun mencapai
ukuran maksimalnya. Biasanya terhenti setelah daun mencapai ukuran setengah atau kurang
dari setengah ukuran maksimalnya. Sebagai contoh, pembelahan sel pada daun primer
(monofoliat) pada tanaman kacang-kacangan terhenti saat ukuran daun hanya 20% dari
ukuran maksimal. Jadi pertambahan luas daun selanjutnya (80%) sepenuhnya disebabkan
oleh pembesaran individu sel yang telah terbentuk. Pembesaran sel ini berlangsung pada
semua bagian daun, walaupun dengan laju yang tidak sama. Sel-sel pada daun muda tersusun
sangat kompak (rapat). Selama pertumbuhan dan perkembangan daun (leaf expansion)
berlangsung, sel-sel mesofil berhenti membesar lebih awal sedangkan sel-sel epidermis masih
tetap membesar. Sebagai akibatnya sel-sel mesofil akan tercarai dan rongga-rongga udara
akan terbentuk pada bagian internal daun.
Gambar 4. Penampang melintang daun untuk menunjukkan sel-sel mesofil dan rongga udara
antar sel mesofil
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun antara
lain adalah intensitas cahaya, suhu udara, ketersediaan air dan unsur hara. Berat dan volume
daun maksimum lebih tinggi pada intensitas cahaya yang tinggi, tetapi luas daun maksimum
telah tercapai pada intensitas cahaya yang relatif rendah. Dengan kata lain, intensitas yang
tinggi menyebabkan bahan kering yang terakumulasi lebih banyak dan daun menjadi lebih
15
tebal, tetapi luas daun tidak dipengaruhinya. Suhu optimum untuk pertumbuhan
dannperkembangan daun berbeda antara spesies.
Daun pada kebanyakan spesies tidak terpengaruh pertumbuha dan perkembangannya
jika kadar airnya berkisar antara 90-100%, tetapi jika kadar air turun (<90%), maka
pembesaran sel daun menjadi terhambat, dan pembesaran sel daun akan terhenti sama sekali
jika kadar air turun sampai 70-75%. Pembelahan sel tidak terpengaruh secara drastis oleh
penurunan status air daun. Penurunan yang drastis dari laju pembesaran sel jika kadar air
daun turun disebabkan karena untuk pembesaran sel tersebut dibutuhkan tekanan hidrolik
internal (internal hydraulic pressure) atau tekanan turgor.pengaruh ini disebut dengan
pengaruh langsung. Pada kondisi kekurangan air yang berlangsung lama, pembesaran sel juga
secara tidak langsung terhambat karena penurunan laju fotosintesis, penurunan ketersediaan
unsur hara, hambatan terhadap sintesis protein, peningkatan sintesis sukrosa (sebagai hasil
penguraian pati), an gangguan metabolisme lainnya. Unsur hara yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen. Konsentrasi nitrogen tinggi
umumnya menghasilkan daun yang lebih besar.
Perubahan struktur fisik daun juga berpengaruh pada komposisi kimia dan aktivitas
fisiologinya. Kandungan nitrogen, protein, senyawa fosfat, RNA, khlorofil, dan senyawa
penyusun dinding sel secara kontinu meningkat sampai mendekati daun maksimal, setelah itu
kandungan nitrogen dan fosfor atau senyawa-senyawa yang mengandung kedua unsur
tersebut mulai menurun.
Perubahan komposisi kimia sebagaimana dijelaskan diatas merupakan refleksi daari
perubahan aktivitas enzim-enzim daun. Laju fotosintesis dan respirasi pada daun juga
berubah. Laju fotosintesis per satuan luas daun mencapai puncaknya pada saat menjelang
tercapainya luas daun maksimal. Selain dipengaruhi oleh kandungan khlorofil dan aktivitas
enzim-enzim yang terlibat, laju fotosintesis juga dipengaruhi oleh ketersediaan CO2.
Ketersediaan CO2 ini ditentukan oleh daya hantar stomata. Secara umum, terutama pada
tanaman C3, daya hantar stomata mencapai maksimum pada saat daun menjelang ukuran
maksimumnya dan setelah itu daya hantar stomata juga menurun. Pada tanaman C4 misalnya
jagung, daya hantar stomata tidak menurun walaupun ukuran daun telah mencapai ukuran
maksimal. Hal ini merupakan keunggulan tanaman C4 dibandingkan dengan tanaman C3.
Pada awal perkembangannya sampai berukuran 20-30% ukuran maksimalnya, daun
tanaman dikotil tergantung pada karbohidrat yang dikirim dari daun-daun tua. Daun muda
tersebut lebih berperan sebagai limbung (sink) dan belum berfungsi sebagai sumber (source)
karbohidrat bagi tanaman. Daun tanaman ini juga mengimpor nitrogen (dalam bentuk nitrat
16
atau asam amino), fosfor, dan kalium secara terus-menerus sampai mencapai ukuran
maksimalnya. Pada awal perkembangannya, unsur-unsur hara tersebut berasal dari daun tua
dan kemudian berangsur-angsur menerima lebih banyak unsur hara yang berasal dari akar.
Daun tua akan menjadi senescence. Senescence dibedakan menjadi progressive
senescence (penuaan yang berlangsung tidak berkaitan dengan pembentukan organ generatif)
dan flowering senescene (penuaan daun yang disebabkanoleh perkembanagn organ generatif).
Pada daun yang telah mengalami senescene, kandungan klorofil menurun, kerusakan organel
dan membran sel meningkat, dan kadar air daun menurun, dimana pada akhrinya daun
tersebut akan mati. Senescene ini akan terpacu pada saat tanaman aktif tumbuh dan
memerlukan banyak unsur-unsur hara tetapi tidak sepenuhnya dapat dipenuhi dari tanah.
(Lakitan, 1996)
2.2 Pertumbuhan Generatif
Pertumbuhan generatif atau pertumbuhan reproduktif dimulai dengan pembentukan
bunga. Bunga kemudian berkembang menjadi buah. Biji terbentuk bersama dengan
perkembangan buah. Pada beberapa spesies, bunga mulai terbentuk hanya dalam waktu
beberapa bulan setelah ditanam. Kelompok tanaman ini secara agronomis digolongkan
sebagai tanaman semusim. Pada beberapa spesies lainnya, bunga baru terbentuk setelah
tanaman berumur beberapa tahun. Pada tanaman duku (Lansium domesticum) yang
diperbanyak secara generatif, bunga terbentuk setelah tanaman berumur lebih dari 5 tahun.
Kelompok tanaman yang berbunga setelah berumur beberapa tahun digolongkan pada
tanaman tahunan.Beberapa spesies tanaman hanya akan memasuki fase pertumbuhan
generatif jika mendapat perlakuan lama penyinaran (panjang hari tertentu) atau suhu rendah.
2.2.1 Pertumbuhan Bunga
2.2.1.1 Pertumbuahan dan perkembangan Bunga
Evokasi pada meristem apical mengubah sifat perkembangan meristemdari keadaan
vegetatif menjadi reproduktif dan mengakibatkan banyakperubahan fisiologis yang menarik.
Pada berbagai spesies kedatangan stimuluspembungaan menyebabkan peningkatan aktivitas
mitosis dengan segera, sertaukuran inti dan nukleolus sering meningkat. Sering terjadi
pertambahan jumlahribosom dan mitokondria serta banyaknya RNA di sel apikal.
Pertambahan RNA mungkin berlangsung sebelum stimulus tiba. Evokasi merupakan suatu
proses yangterdiri dari sejumlah urutan perubahan dan setiap urutan diatur sendiri-sendiri.
Jadi, perubahan yang berbeda pada meristem dapat disebabkan oleh stimulus yang berlainan
17
dan pada waktu yang berbeda. Walaupun stimulus masih harus diidentifikasi, sudah jelas
bahwa beberapa atau semuanya dibentuk di daun sebagai respon terhadap fotoperiode dan
faktor lingkungan lain.
2.2.1.2 Bagian-bagian Bunga
Bunga merupakan fase penting dalam proses pembentukan biji. Pada dasarnya bunga
terdiri dari beberapa organ, namun hanya dua organ saja yang terlibat dalam pembentukan
biji, yaitu benang sari (stamen) dan putik (pistil). Benang sari menghasilkan serbuk sari yang
masing-masing membentuk gamet jantan. Sedangkan putik akan membentuk bakal biji
(ovulum) yang mengandung telur. Pada waktu proses penyerbukan, yaitu jatuhnya serbuk sari
pada kepala putik, terbentuklah tabung serbuk sari, kemudian berlangsung pembuahan antara
sperma dengan telur. Proses akhir dari pembuahan ini adalah terbentuknya biji. Struktur
bunga sangat beragam, walaupun demikian terdapat pola umum dari berbagai macam
tumbuhan. Semua bunga mempunyai kerangka struktur yang sama. Bunga terbentuk pada
tangkai khusus yaitu tangkai bunga atau pedicellus. Pada apeks yang membesar tersusun
bagian-bagian bunga. Salah satu bagian bunga adalah kelopak bunga (calyx) dimana biasanya
bagian ini menumpang pada daun kelopak berwarna hijau (sepalum).
Sebelum mekar, kelopak daun ini membungkus bagian bunga yang lain. Sedangkan
bagian ang paling menonjol adalah daun mahkota bunga (petalum) yang secara kolektif
disbeut mahkota (corolla). Calyx dan corolla bersama-sama membentuk hiasan bunga atau
perianth. Petal dapat berwarna putih, merah, jingga, kuning, biru dan sebagainya.
Gambar 5. Struktur bunga yang lengkap
Jika diperhatikan gambar mofologi sebuah bunga, maka bagian pusat bunga terletak pada
putik (pistillum), yang biasanya berbentuk botol dengan dasar membengkak yang dinamakan
18
dengan bakal buah (ovarium). Bagian ini dihubungkan ke kepala putik oleh tangkai putik
(stylus). Di dalam bakal buanh terdapat bakal biji. Putik sendiri dibentuk oleh satuan danun
buah (carpellum) yang secara kolektif dinamakan gynaecium). Di atas petal terdapat benang
sari yang terdiri dari tangkai sari (filamentum) yang bentuknya ramping dengan kepala sari
(enthra) yang berisi serbuk sari (pollen). Seluruh kumpulan benang sari dinamakan
androecium. Ada dua macam putik, yaitu putik sederhana dan putik majemuk.
Putik manjemuk terdiri dari dua daun buah atau lebih, sedangkan puitik sederhana
hanya tersusun dari satu kapel saja. Bakal biji terbentuk pada permukaan sebelah dalam dekat
dengan tepi daun buah. Tempat melekat bakal biji atau biji dinamakan tembun atau plasenta.
Pada tanaman ercis dan kacang-kacangan ter-dapat sebaris bakal biji yang melekat pada tepi
karpel yang melebur. Sedangkan pada bunga cempaka (Magnolia) terdapat beberapa putik
sederhana. Biasanya bila terdapat be-berapa putik, maka akan melebur membentuk pistil
majemuk dan hanya satu putik saja yang terbentuk dalam bunga.
Peleburan daun buah dapat terjadi dengan dua cara. Pertama, peleburan karpel dekat
tepi atau sepanjang tepi hingga membentuk satu kantung besar yang di dalamnya berkembang
bakal biji. Kedua, karpel melebar ke tengah dan peleburan terjadi sepanjang tepinya,
sehingga bakal biji terkumpul di pusat. Hal ini merupakan ciri khas pada berbagai kelompok
tumbuhan dan digunakan sebagai faktor dalam kunci identifikasi dan klasifikasi. Walaupun
umumnya bunga memiliki struktur yang sama, keragaman bunga ditunjukkan dengan adanya
odifikasi bagianbagian bunga. Beberapa modifikasi ini memungkinkan adanya keragaman
dalam penyerbukan. Selain itu modifikasi juga merupakan indikasi proses evolusi, sehingga
digunakan sebagai alat untuk mengetahui kekerabatan berbagai tumbuhan. Bagian-bagian
bunga umumnya disusun dalam lingkaran. Jumlah lingkaran biasanya empat atau lima.
Lingkaran luar menunjukkan sepalum, dan seterusnya petalum, satu atau dua lingkaran
stamen, satu lingkaran karpel yang bersatu menjadil pistil majemuk. Jumlah bagian pada
setiap lingkaran bervariasi sesuai species, tetapi biasanya tetap.
Pada kelas Angiospermae, pengelompokan monokotil dan dikotil dibedakan dari
jumlah bagian bunga pada setiap lingkaran. Pada kelompok dikotil, jumlah bagian tersebut
empat atau lima atau kelipatannya, misalnya lima sepalum, lima petalum, 10 stamen, dan
lima karpel. Pada tanaman tulip terdapat enam bagian perianth, enam stamen, dan tiga karpel.
Pada beberapa tumbuhan stamen dan karpel yang jumlahnya banyak melekat pada receptacle
secara terpilin dan bukan lingkaran. Kombinasi antar susunan dalam spiral dan besarnya
19
jumlah stamen dan karpel dianggap sebagai suatu petunjuk tingkatan yang ebih primitif
dalam perkembangan evolusioner dibandingkan dengan susunan dalam lingkaran dengan
bagian-bagiannya dalam jumlah kecil.
Peleburan bagian-bagian bunga dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu petal
membentuk tabung, karpel menjadi pistil majemuk, dan dinding bakal buah melebur. Adanya
peleburan
bagian-bagian
bunga
menunjukkan
adanya
perkembangan
evousioner.
Pengelompokan bunga dapat berdasarkan kelengkapan bagian-bagian bunga, yaitu bunga
sempurna dan bunga tidak sempurna. Bunga sempurna mempunyai empat organ bunga yang
dapat dibedakan, yaitu sepal, petal, stamen dan pistil. Bunga tidak sempurna bilamana salah
satu organnya tidak ada, kalaupun ada bentuknya rudimenter dan hanya dapat dikenali
dengan pemeriksaan cermat. Pada banyak tanaman, misalnya petal telah hilang, dan sepalnya
hanya berbentuk sisik, gigi, atau takik. Tumbuhan yang bagian perianthnya menjadi amat
kecil atau tidak menyolok. Contohnya Gramineae, beberapa Acer, Quercus, dan Ulmus.
Reduksi dalam jumlah dapat pula didapati pada stamen dan pistil. Bunga yang
mempunyai keduanya dan berfungsi disebut biseksual. Jika salah satu tidak ada atau tidak
berfungsi, maka bunga tersebut disnamakan bunga uniseksual. Jika hanya ada stamen, maka
dinamakan staminat atau bunga jantan; sebaliknya disebut pistilat atau bunga betina jika
hanya memiliki pistil tanpa stamen. Kedua macam bunga uniseksual dapat dijumpai pada
tanaman yang sama, seperti jagung, kebanyakan begonia, waluh jepang, mentimun dan lainlain.
2.2.1.3 . Pembungaan (flowering)
Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting,yang semuanya harus
berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu biji.Masing-masing tahap tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal yang berbeda.
1. Induksi bunga (evokasi)
Adalah tahap pertama dari proses pembungaan, yaitu suatu tahap ketika meristem
vegetatif diprogram untuk mulai berubah menjadi meristem reproduktif. Terjadi di dalam
sel.dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat dan protein, yang
dibutuhkan dalam pembelahan dan diferensiasi sel.
20
2. Inisiasi bunga
Adalah tahap ketika perubahan morfologis menjadi bentuk kuncup reproduktif mulai
dapat terdeteksi secara makroskopis untuk pertama kalinya. Transisi dari tunas vegetatif
menjadi kuncup reproduktif ini dapat dideteksi dari perubahan bentuk maupun ukuran
kuncup, serta proses-proses selanjutnya yang mulai membentuk organ-organ reproduktif.
3. Perkembangan kuncup bunga menuju anthesis (bunga mekar)
Ditandai dengan terjadinya dierensiasi bagian-bagian bunga.Pada tahap ini terjadi
proses megasporogenesis dan mikrosporogenesis untuk penyempurnaan dan pematangan
organ-organ reproduksi jantan dan betina.Merupakan tahap ketika terjadi pemekaran
bunga.Biasanya anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan
betina, walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Ada kalanya organ reproduksi,
baik jantan maupun betina, masak sebelum terjadi anthesis, atau bahkan jauh setelah
terjadinya anthesis.dan Bunga-bunga bertipe dichogamy mencapai kemasakan organ
reproduktif jantan dan betinanya dalam waktu yang tidak bersamaan.
2.2.2 Pengertian Fotoperiodisme
Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang
pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperodisme digunakan untuk
fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran yang
diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa jenis tumbuhan perkembangannya sangat
dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan
memasuki fase generatifnya, misalnya pembungaan. Menurut Lakitan (1996) Beberapa
tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika
tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang >14 jam dalam setiap periode sehari
semalam, sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase generatif jika
menerima penyinaran singkat <10 Jam. (Mader, 1995) Berdasarkan panjang hari, tumbuhan
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang dari
12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung, kedelai, anggrek, dan bunga
matahari. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih
dari 12 jam (14 – 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit
gula, selada, dan tembakau.
Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12
jam sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu.Tumbuhan hari netral,
21
tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk pembungaannya. Tumbuhan hari
netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan kapas.
Tumbuhan hari panjang (long day plant) ini umumnya berbunga pada akhir musim
semi atau awal musim panas. Bayam, misalnya, memerlukan panjang siang hari 14 jam ata
lebih lama. Lobak, selada, iris, dan banyak varietas sereal lain merupakan tumbuhan hari
panjang. Perbungaan pada kelompok ke tiga, yaitu tumbuhan hari netral, tidak dipengaruhi
oleh fotoperiode. Tomat, padi, dan dandelion adalah contoh tumbuhan hari netral (day neutral
plant) yang berbunga ketika mereka mencapai tahapan pematangan tertentu, tanpa
memperdulikan panjang siang hari pada waktu itu. Yang dimaksud dengan panjang hari
disini bukan panjang hari secara mutlak, tetapi panjang hari kritis. Tumbuhan hari panjang
(LDP) mungkin memiliki panjang hari kritis lebih pendek dari tumbuhan hari pendek (SDP).
Dinyatakan bahwa tumbuhan hari panjang akan berbunga apabila memperoleh induksi
penyinaran yang sama atau lebih dari panjang harin kritisnya dan sebaliknya tumbuhan hari
pendek akan berbunga, apabila memperoleh penyinaran sama atau lebih pendek dari panjang
hari kritisnya.
Sebelumnya diduga bahwa tumbuhan dirangsang perbungaannya oleh lamanya
panjang hari (day length). Pada tahun 1940-an peneliti menemukan bahwa sesungguhnya
panjang malam atau panjang kegelapan tanpa selingan cahaya atau niktoperiode, dan bukan
panjang siang hari, yang mengotrol perbungaan dan respons lainnya terhadap fotoperiode.
Banyak peneliti bekerja dengan cocklebur, yaitu suatu tumbuhan hari pendek yang berbunga
hanya ketika panjang siang hari 16 jam ata lebih pendek (dan panjangnya malam paling tidak
8 jam). Jika siang hari fotoperiode diselang dengan pemberian kegelapan yang singkat, tidak
ada pengaruh pada perbungaan. Namun, jika bagian malam atau periode gelap dari
fotoperiode disela dengan beberapa menit penerangan cahaya redup, tumbuhan tersebut tidak
akan berbunga. Coklebur memerlukan paling tidak 8 jam kegelapan secar terus menerus
supaya dapat berbunga. Tumbuhan hari pendek sesungguhnya adalah tumbuhan malam
panjang, tetapi istilah yang lebih kuno tersebut tertanam kuat dalam jargon fisiologi
tumbuhan. Tumbuhan hari panjang sesungguhnya tumbuhan malam pendek, apabila ditanam
pada fotoperiode malam panjang yang biasanya tidak menginduksi perbungaan, tumbuhan
hari panjang akan berbunga jika periode kegelapan terus menerus diperpendek selama
beberapa menit dengan pemberian cahaya.
Dengan demikian, respon fotoperiode tergantung pada suatu panjang malam kritis.
Tumbuhan hari pendek akan berbunga jika durasi malam hari lebih lama di banding dengan
panjang kritis (8 jam untuk cocklebur), tumbuhan hari panjang akan berbunga ketika malam
22
hari lebih pendek dibanding dengan panjang malam kritis. Industri penanaman bunga telah
menerapkan pengatahuan ini untuk menghasilkan bunga diluar musimnya. Chrythemum
misalnya adalah tumbuhan hari pendek yang biasanya berbunga pada musim gugur, tetapi
perbungaannya dapat ditunda sampai hari ibu (amerika serikat, red) pada bulan mei dengan
cara menyelang setiap malam panjang dengan seberkas cahaya, yang mengubah satu malam
panjang menjadi malam pendek.
Pada banyak spesies tumbuhan hari pendek atau tumbuhan hari panjang, perbungaan
cukup diinduksi dengan memaparkan sebuah daun tunggal terhadap fotoperiode yang tepat.
Meskipun hanya satu daun dibiarkan bertaut pada tumbuhan, fotoperiode akan tetap
terdeteksi dan tunas bunga akan diinduksi. Namun, jika semua daun dibuang, tumbuhan akan
buta terhadap fotoperiode. Transmisi meristem dari pertumbuhan vegetatif sampai ke
perbungaan. Apapun kombinasi petunjuk lingkungan (seperti fotoperiode) dan sinyal internal
(seperti hormon) yang diperlukan untuk perbungaan, hasilnya adalah transmisi meristem
tunas dari keadaan vegetatif menjadi satu keadaan perbungaan. Transmisi ini memerlukan
perubahan ekspresi gen-gen yang mengatur pembentukan pola. Gen identitas meristem yang
menentukan bahwa tunas akan membentuk bunga terlebih dahulu dan bukan membentuk
tunas vegetatif, harus diaktifkan (di-on-kan) terlebih dahulu. Kemudian gen identitas organorgan bunga kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik diaktifkan pada daerah
meristem yang tepat. Penelitian mengenai perkembangan bunga sedang berkembang pesat,
yang bertujuan untuk mengidentifikasi jalur transduksi sinyal yang menghubungkan
petunjuk-petunjuk seperti fotoperiode dan perubahan hormonal dengan ekspresi gen yang
diperlukan untuk perbungaan. (Sasmitamihardja,1996)
2.2.3 Induksi Fotoperiodisme
Induksi fotoperiodisme sangat penting dalam perbungaan atau lebih tepat disebut
induksi panjang malam kritisnya. Respon tumbuhan terhadap induksi fotoperioda sangat
bervariasi, ada tumbuhan untuk perbungaannya cukup memperoleh induksi dari fotoperioda
satu kali saja, tetapi tumbuhan lain memerlukan induksi lebih dari satu kali.Xanthium
strumarium untuk perbungaannya memerlukan 8 x induksi fotoperioda yang harus berjalan
terus menerus. Apabila tanaman ini sebelum memperoleh induksi lengkap, mendapat
gangguan atau terputus induksi fotoperiodanya, maka tanaman itu tidak akan berbunga.
Kekurangan induksi fotoperioda tidak dapat ditambahkan demikian saja, karena efek
fotoperioda yang telah diterima sebelumnya akan menjadi hilang. Untuk memperoleh induksi
lengkap, tanaman tersebut harus mengulangnya dari awal kembali.
23
Di dalam menerima rangsangan fotoperioda ini, organ daun diketahui sebagai organ
penerima rangsangan. Ada 4 tahap yang terjadi dalam resepon perbungaan terhadap
rangsangan fotoperioda, pertama menerima rangsangan, kedua transformasidari organ
penerima rangsangan menjadi beberapa polametabolisme baru yang berkaitan dengan
penyediaan bahan untuk perbungaan, ketiga pengangkuatan hasil metabolisme dan keempat
terjadinya respon pada titik tumbuh untuk menghasilkan perbungaan.
Beberapa percobaan dalam hubungan dengan rangsangan ini, menunjukkan bahwa
apabila daun dibuang segera setelah induksi selesai, tidak akan terjadi perbungaan ,
sedangkan apabila daun dibuang setelah beberapa jam sehabis selesai induksi, tumbuhan
tersebut dapat berbunga. Rangsangan yang diterima oleh satu tumbuhan dapat diteruskan
pada tumbuhan lain yang tidak memperoleh induksi, melalui cara tempelan (grafting)
sehingga tumbuhan tersebut dapat berbunga. (Putra dkk,2011)
Perubahan penampilan tanaman dikenal dengan istilah perkembangan fenologi.Masa
vegetatif tanaman memiliki 2 jenis pertumbuhan vegetatif yaitu :

Determinate, yaitu masa vegetatif akan terus berlangsung sampai saat sebelum masa
generatif dimulai.

Indeterminate, yaitu masa vegetatif yang terus berlangsung pada masa generatif yang
diawali dengan pembentukan bunga, diikuti pembentukan dan pengisian buah, polong
atau sejenisnya, kemudian diakhiri dengan masa pemasakan.
(Gardner, 1991)
Tanaman kedelai termasuk berbatang semak yang dapat mencapai ketinggian antara
30-100 cm. batang ini beruas-ruas dan memilki percabangan antara 3-6 cabang. Tipe
pertumbuhan tanaman kedelai dibedakan atas 3 macam, yaitu tipe determinate, semideterminate dan indeterminate.
Tipe determinate memiliki ciri-ciri antara lain ujung batang tanaman hampir sama
besarnya dengan batang bagian tengah, pembungaannya berlangsung secara serempak
(bersamaan), pertumbuhan vegetatif akan berhenti setelah berbunga, tinggi tanaman termasuk
kategori pendek sampai sedang, dan daun paling atas ukurannya sama besar dengan daun
bagian batang tengah.
Tipe indeterminate mempunyai ciri-ciri antara lain ujung tanaman lebih kecil
dibandingkan dengan batang tengah, ruas-ruas batangnya panjang dan agak melilit,
pembungaannya berangsur-angsur dari bagian pangkal ke bagian batang atas,pertumbuhan
24
vegetatif terus-menerus setelah berbunga, tinggi batang termasuk kategori sedang sampai
tinggi, dan ukuran daun paling atas lebih kecil dibandingkan dengan daun pada batang tengah.
Tipe semi-indeterminate mempunyai ciri-ciri diantara tipe determinate dan
indeterminate. Meskipun demikian pada umumnya varietas-varietas kedelai yang banyak
ditanam para petani termasuk tipe determinate atau indeterminate.
(Rukmana & Yuyun, 2002)

Annual
Annual merupakan tanaman musiman yang tumbuh sekitar 3-4 bulan seprti. Jagung,
tumat dan kedelai. Tanaman ini tumbuh dengan fotoperiode short-day plants (tanaman hari
pendek) SPDs. Pembungan digalakkan oleh panjang hari yang lebih pendek daripada hari
maksimum kritis (yang bervariasi antar sepesies dan varietas) dan biasanya dipengaruhi oleh
factor-faktor lingkungan lainya, seperti temperature. Tanaman-tanaman annual sangat pekah
terhadap fotoperiode.
Pembentukan bunga pada tumbuhan musiman, trasformasi kuncup vegetative (penghasil daun)
ke pembungaan mengakhiri produksi daun lebih lanjut. Pemulaan pembungaan pada
tanaman-tanaman tersebut dapat dianggap sebagai keterlibatan terakhir dari sumber energi.
Setelah pembungaan dan pembuahan tanaman akan mati.

Bienial
Bienial merupakan tanaman yang tumbuh sekitar 12-24 bulan atau dapat di sebut
tanaman dua tahunan. Tanaman ini seperti bit dan wortel. Tanaman ini masuk pada
fotoperiode long-day plants (tanaman hari panjang) LDPs. Pembungaan di galakan oleh
panjang hari yang lebih panjang dari pada panjang hari minimum kritis (yang dipengaruhi
oleh genotip dan faktor-faktor lingkungan lainya). Pada tanaman bienial pembentukan bunga
serupa sperti dengan tanaman annual. Secara khas tanaman biennial menghasilkan
pertumbuhan dan menghasilkan batang, bunga, dan buah dalam tahun kedua.

Pereninial
Perennial merupakan tanaman tahunan yang dapat berupa pepohonan dan rerumputan
tahunan. Pada tanaman ini fotoperiode untuk pepohonan masuk pada longt-day plants
(tanaman hari panjang) LDPs. Pembungaan digalakkan oleh panjang hari yang lebih panjang
dari pada panjang hari minimum kritis (yang dipengaruhi oleh genotip dan faktor-faktor
lingkunan lainya). Sedangkan untuk tanaman rerumputan tahunan seperti rumput orchard
ialah short-long-day plants (tanaman hari pendek-panjang) SLDPs. Pembungaan digalakan
25
karena terkena serangkaian hari pendek sebelum dikenai serangkaian hari panjang. Bayak
rumput-rumputan tahunan di daerah beriklim sedang termasuk dalam kategori ini, walaupun
responya lebih kompleks dari pada yang di sebutkan di atas karena juga diperlukan suatu
periode dingin (vernalisasi) di antara waktu dikenai hari pendek dan dikenai hari panjang.
Pada tanaman ini transisi perbungaanya terjadi di meristem pucuk menghasilkan
pumula daun atau perbungaan, tergantung fotoperiode dan kemungkinan interaksi denga
temperature. Pada beberapa spesies tumbuhan tahunan, pertumbuhan vegetative mungkin
terus menerus dilanjutkan tanpa batas, terpisa atau serentak dengan pembungaan. Kucup
ketiak yang memiliki cadangan makanan yang cukup, memperbarui pertumbuhan vegetatif
apabila pembentukan daun terhenti karena terjadi pembungaan pada pucuk yang lebih tua.
(Franklin, 1985)
2.2.4 Pertumbuhan dan perkembangan Buah
Buah merupakan bagian yang penting dari tanaman karena organ ini merupakan
tempat yang sesuai bagi perkembangan, perlindungan, dan penyebaran biji. Pada buah normal,
pembentukan buah dimulai dengan adanya proses persarian (polinasi) kepala putik (stigma)
oleh serbuk sari (polen) secara sendiri (self pollination) atau oleh bantuan angin, serangga
penyerbuk (polinator), dan manusia (cross pollination). Selanjutnya polen ber-kecambah dan
membentuk tabung pollen (pollen tube) untuk menca-pai bakal biji (ovule). Peristiwa
bertemunya polen (sel jantan) dengan bakal biji (sel telur) di dalam bakal buah (ovary)
disebut pembuahan (fertilisasi). Kemudian bakal buah akan membesar dan berkembang
menjadi buah bersamaan dengan pembentukan biji.
Akhirnya akan dihasilkan buah yang fertil (berbiji). Beberapa jenis tanaman
mempunyai kemampuan untuk membentuk buah tanpa melalui proses polinasi dan fertilisasi.
Buah yang terbentuk tanpa melalui polinasi dan fertilisasi ini disebut buah partenokarpi. Dan
biasanya buah partenokarpi ini tanpa biji (seedless) karena tanpa melalui fertilisasi.
Partenokarpi ini kurang menguntungkan bagi program produksi benih/biji, tetapi lebih
bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan produktivitas buah, khususnya pada jenis tanaman
komersial(hortikultura).
Sebagai contoh, pada terung partenokarpi dapat meningkatkan kualitas buah,
sedangkan pada Actinidia dapat meningkatkan produktivitas buah dan tidak membutuhkan
bantuan serangga penyerbuk (pollinator). Partenokarpi dapat terjadi secara alami (genetik)
ataupun buatan (induksi). Partenokarpi alami ada dua tipe, yaitu obligator apabila terjadinya
tanpa faktor/pengaruh luar dan fakultatif apabila terjadinya karena ada faktor/pengaruh dari
luar/ lingkungan yang tidak sesuai untuk polinasi dan fertilisasi, misalnya suhu terlalu tinggi
26
atau rendah. Sedangkan partenokarpi buatan dapat diinduksi melalui aplikasi zat peng-atur
tumbuh (fitohormon) pada kuncup bunga atau melalui polinasi dengan polen inkompatibel
atau dapat diserbuki dengan polen yang telah diradiasi sinar X.
Bahkan, kini dengan adanya kemajuan teknologi di bidang biologi molekuler
partenokarpi dapat diinduksi secara endogen melalui teknik rekayasa genetika,yaitu dengan
cara menyisipkan gen partenokarpi (pengkode IAA/giberelin) ke dalam genom tanaman
target melalui proses transformasi genetik. Tanaman transgenik yang telah mengandung gen
partenokarpi akan mengekspresikan senyawa auksin pada plasenta dan ovule atau giberelin
pada polen sebelum polinasi.
(Tomes et al., 1996).
2.3 Proses pembentukan Buah
Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium). Setiap bakal buah
berisi satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing mengandung sel telur. Bakal
biji itu dibuahi melalui suatu proses yang diawali oleh peristiwa penyerbukan, yakni
berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di
kepala putik, serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang
berisi sperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik menuju bakal biji, di mana
terjadi persatuan antara sperma yang berasal dari serbuk sari dengan sel telur yang berdiam
dalam bakal biji, membentuk zigot yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan
berbunga ini melibatkan baik plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur dan sperma,
dan kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya. Setelah itu, zigot yang terbentuk mulai
bertumbuh menjadi embrio (lembaga), bakal biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal
buah, yang disebut perikarp, tumbuh menjadi berdaging (pada buah batu atau drupa) atau
membentuk lapisan pelindung yang kering dan keras (pada buah geluk atau nux). Sementara
itu, kelopak bunga (sepal), mahkota (petal), benangsari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur
atau bisa jadi bertahan sebagian hingga buah menjadi. Pembentukan buah ini terus
berlangsung hingga biji menjadi masak. Pada sebagian buah berbiji banyak, pertumbuhan
daging buahnya umumnya sebanding dengan jumlah bakal biji yang terbuahi.
Dinding buah, yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada bunga,
dikenal sebagai perikarp (pericarpium). Perikarp ini sering berkembang lebih jauh, sehingga
dapat dibedakan atas dua lapisan atau lebih. Yang di bagian luar disebut dinding luar,
eksokarp (exocarpium), atau epikarp (epicarpium); yang di dalam disebut dinding dalam atau
27
endokarp (endocarpium); serta lapisan tengah (bisa beberapa lapis) yang disebut dinding
tengah atau mesokarp (mesocarpium).
Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah tenggelam,
kadang-kadang bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya tabung perhiasan bunga,
kelopak, mahkota, atau benangsari) bersatu dengan bakal buah dan turut berkembang
membentuk buah. Jika bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah, maka buah itu
lalu disebut buah semu.
Pada umumnya buah hanya akan terbentuk sesudah terjadi penyerbukan dan
pembuahan pada bunga. Walaupun demikian mungkin pula buah terbentuk tanpa adanya
penyerbukan dan pembuahan. Peristiwa terbentuknya buah yang demikian dinamakan
partonekarpi (parthenenocarpy). Buah yang terjadinya tanpa penyerbukan dan pembuahan
biasanya tidak mengandung biji, atau jika terdapat adanya biji, biji itu mengandung lembaga.
Jadi bijinya tidak dapat dijadikan sebagai alat perkembangbiakan. Apabila penyerbukan pada
bunga telah terjadi dan kemudian diikuti pula oleh pembuahan, maka bakal buah akan
tumbuh menjadi buah, dan bakal biji yang terdapat di dalam bakal buah akan tumbuh menjadi
biji.
Pada pembentukan buah, seringkali bagian bunga selain bakal buah ikut tumbuh dan
merupakan suatu bagian buah sedang umumnya setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan
bagian-bagian bunga selai bakal buah segera mejadi layu dan gugur. Dari putik sendiri
disebut hanya bakal buahnya. Karena biasanya tangkai dan kepala putiknya gugur pula
sepertihalnya dengan bagian bagian yang lain. Bagian-bagian bunga yang kadang-kadang
tidak gugur melainkan ikut tumbuh dan tinggal pada buah, biasanya tidak mengubah bentuk
dan sifat buah itu sendiri sehingga tidak merupakan suatu bagian yang penting dari buah.
Misalnya, daun-daun pelindung, daun-daun kelopak, tangkai kepala daun, dan kepala putik.
2.4 Pemasakan Buah (Ripening)
Etilen adalah zat cair yang tidak berwarna, kental dan manis, mudah larut dalam air,
memiliki titik didih relatif tinggi dan titik beku rendah. Senyawa ini sering digunakan sebagai
pelarut dan bahan pelunak (pelembut). Pada bidang pertanian etilen digunakan sebagai zat
pemasak buah. Etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin,
griberelin dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur
kimianya sangat sederhana sekali. Etilen di alam akan berpengaruh apabila terjadi perubahan
28
secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan
buah dalam fase klimaterik.
Perlakuan pada buah mangga dengan menggunakan etilen pada konsentrasi yang
berbeda akan mempengaruhi proses pemasakan buah. Pemasakan buah ini terlihat dengan
adanya struktur warna kuning, buah yang lunak dan aroma yang khas. Kecepatan pemasakan
buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula. Proses
pemecahan tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan yang
ditandai dengan perubahan warna, tekstur dan bau buah.
Proses sintesis protein terjadi pada proses pematangan seacra alami atau hormonal,
dimana protein disintesis secepat dalam proses pematangan. Pematangan buah dan sintesis
protein terhambat oleh siklohexamin pada permulaan fase klimatoris setelah siklohexamin
hilang, maka sintesis etilen tidak mengalami hambatan. Sintesis ribonukleat juga diperlukan
dalam proses pematangan. Etilen akan mempertinggi sintesis RNA pada buah mangga yang
hijau.
Etilen dapat juga terbentuk karena adanya aktivitas auksin dan etilen mampu
menghilangkan aktivitas auksin karena etilen dapat merusak polaritas sel transport, pada
kondisi anearob pembentukan etilen terhambat, selain suhu O2 juga berpengaruh pada
pembentukan etilen. Laju pembentukan etilen semakin menurun pada suhu di atas 30 0 C dan
berhenti pada suhu 40
0
C, sehingga pada penyimpanan buah secara masal dengan kondisi
anaerob akan merangsang pembentukan etilen oleh buah tersebut. Etilen yang diproduksi
oleh setiap buah memberi efek komulatif dan merangsang buah lain untuk matang lebih
cepat.
Buah berdasarkan kandungan amilumnya, dibedakan menjadi buah klimaterik dan
buah nonklimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang banyak mengandung amilum, seperti
pisang, mangga, apel dan alpokat yang dapat dipacu kematangannya dengan etilen. Etilen
endogen yang dihasilkan oleh buah yang telah matang dengan sendirinya dapat memacu
pematangan pada sekumpulan buah yang diperam. Buah nonklimaterik adalah buah yang
kandungan amilumnya sedikit, seperti jeruk, anggur, semangka dan nanas. Pemberian etilen
pada jenis buah ini dapat memacu laju respirasi, tetapi tidak dapat memacu produksi etilen
endogen dan pematangan buah.
Proses Klimaterik dan pematangan buah disebabkan adanya perubahan kimia yaitu
adanya aktivitas enzim piruvat dekanoksilase yang menyebabkan keanaikan jumlah
asetaldehid dan etanol sehingga produksi CO2 meningkat. Etilen yang dihasilkan pada
29
pematangan mangga akan meningkatkan proses respirasinya. Tahap dimana mangga masih
dalam kondisi baik yaitu jika sebagian isi sel terdiri dari vakuola.
Perubahan fisiologi yang terjadi sealam proses pematangan adalah terjadinya proses respirasi
kliamterik, diduga dalam proses pematangan oleh etilen mempengaruhi respirasi klimaterik
melalui dua cara, yaitu:
1. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran, sehingga permeabilitas sel menjadi
besar, hal tersebut mengakibatkan proses pelunakan sehingga metabolisme respirasi
dipercepat.
2. Selama klimaterik, kandungan protein meningkat dan diduga etilen lebih merangsang
sintesis protein pada saat itu. Protein yang terbentuk akan terlihat dalam proses
pematangan dan proses klimaterik mengalami peningkatan enzim-enzim respirasi.
30
3. PHOTOMORFOGENESIS
3.1 Peran Cahaya dalam Pertumbuhan Tanaman
Cahaya adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan.Alasan utamanya tentu saja karenacahaya menyebabkan
fotosintesis. Efek lain dari cahaya diluar fotosintetis adalah mengendalikan wujud tanaman,
yaitu perkembangan struktur ataumorfogenesisnya. Pengendalian morfogeneis oleh cahaya
disebut fotomorfogenesis. Agar cahaya mampu mengendalikan perkembangan pertumbuhan
maka tumbuhan harus menyerap cahaya.Terdapat empat macam penerima cahayayang
dikenal dalam mempengaruhi fotomorfogenesis pada tumbuhan.
Empat macam penerima cahaya dalam tumbuhan,Fitokrom paling kuat menyerap
cahaya merah dan merah jauh. Ada juga fitokrom penyerap cahaya biru.Kriptokrom,
sekelompok pigmen yang serupa mampu menyerap cahaya biru dan panjang gelombang
ultraviolet – gelombang panjang (daerah UV-A320 -400 nm), dinamakan kiptokrom karena
peran pentingnya padakriptogram (tumbuhan tak berbunga) Penerimacahaya UV-B, senyawa
tak dikenal/bukan pigmen yg menyerapradiasi UV 280-320 nm4.Protoklorofilida a, pigmen
cahaya yang menyerap cahaya merah dan biru ,bias tereduksi menjadi klorofil a.
Gambar 6. Spektrum serapan cahaya
3.2 Fitokrom
Fitokrom merupakan senyawa yang paling banyak dikenal dan tampaknyamerupakan
penerima cahaya terpenting pada tumbuhan berpembuluh. Fitokrom dan penerima cahaya
lainnya mengatur berbagai proses morfogenik yang bermula dari perkecambahan biji dan
31
perkembangan kecambah, serta mencapaipuncaknya pada pembentukan bunga dan biji
baru.Pengaruh cahaya pada perkecambahan :
1. Produksi klorofil terpacu oleh cahaya
2. Pembukaan daun terpacu oleh cahaya
3. Pemanjangan batang terhambat oleh cahaya
4. Perkembangan akar terpacu oleh cahaya.
Tentang lokasi fitokrom di dalam sel sama sekali tidak mengungkapkan caranya
bekerja.Pada kecambah yang lebih besar, yang tumbuh ditempat terang, bisa dikatakan
mengandung separuh fitokrom tipe 1 dan separuhnya lagi tipe 2. Namun bila biji
berkecambah dan kecambah tumbuh di tempat gelap, jumlah fitokrom tipe 1 meningkat kirakira seratus kali. Jadi Kecambah yang tumbuhdalam gelap mengandung total fitikrom
lebih banyak daripada kecambah yang tumbuh di tempat terang.Bila kecambah
menerima cahaya, salah satu responnya adalah hilangnya sebagian besar fitokrom tipe
1.Hal ini terjadi karena 3 sebab utama:
Tumbuhan berhenti membuat mRNA yang dibutuhkan untuk mensintesis fitokrom
tersebut mRNA fitokrom tipe 1 tampaknya merupakan mRNA yang tak mantap (cepat
terhidrolisis) 3.Sebagian besar protein fitokrom tipe 1 cepat rusak Jadi, Dalam keadaan gelap,
gen yang menyandikan fitokrom tipe 1 menjadisangat aktif, namun dalam terang menjadi
tidak aktif.
3.1.2 Kriptokrom, Penerima Cahaya Biru/UV-A
UV-A panjang gelombang antara 320-400 nm. Kriptokrom antara 320-500nm, diduga
berupa flavoprotein (melekat antara protein dan riboflavin), diduga bersatu dengan protein
sitokrom pada membram plasma. Puncak kerjanya didaerah biru-ungu 450 nm. Beberapa
efek cahaya yang diserap oleh kriptokrom antara lain yaitu adanya pigmen yang diaktifkan
bekerja secara bebas, yangterkadang memperkuat efek Pfr atau efek penerima UV-B. Perlu
diinget bahwa walaupun kriptokrom menyerap radiasi UV-A, puncak terbesar dalam
spektrumkerja biasanya terjadi di daerah biru – ungu didekat 450 nm. Juga, karena fotonbiru
dan cahaya ungu biasanya jauh lebih banyak mengenai tumbuhan dibandingkan foton UV,
maka respon akibat cahaya yang disebabkan oleh kriptokrom barangkali merupakan hasil
penyerapan panjang gelombang biru dan ungu yang biasanya disebut biru saja.
3.2 Hubungan Dosis-Respon dalam Fotomorfogenesis
Spektrum kerja untuk proses tertentu pada kecambah yang tumbuh dalam gelap
sangat berbeda-beda, bergantung pada pendek (Biasanya kurang 5 menit) panjangnya
32
(biasanya beberapa jam)
waktu pemberian cahaya. Misalnya, penyinaran singkat,
pembentukan pigmen lembayung antosianin yang terpacu cahaya, pada kecambah
mustard putih (Sinapsis alba), menunjukan puncaknya 660 nm; saat ini Pr menyerap paling
baik. Namun ,bila diberi penyinaran selama beberapa jam, terjadi puncak yang tinggi didekat
725 nm didaerah biru. Respon tumbuhan yang membutuhkan tingkat iridiansi yang cukup
tinggi dan yang memiliki spektrum kerja yang khas untuk respon fitokrom yang lazim
teramatidikenal reaksi iridiansi tinggi (HIR). Menurut Manchinelli (1980) menyimpulkan
bahwa, bergantung pada spesies dan respon yang diteliti, biasanya HIR memiliki tiga jenis
umum spektrum kerja.Salah satunya mempunyai puncak di satu daerah spektrum (biasanya
biru UV-A). Beberapa contohnya meliputi terpacunya sintesis anntosianin pada kecambah
sorgum yang tumbuh di tempat gelap, terbukanya gulungan daun kecambah padi,
tergulungnya kecambah kapri, dan fototropisme. Pada spektrum kerja kedua,terdapat puncak
di kedua daerah spektrum (biasanya biru/ UV-A dan merah). Jenis respon ini terlihat pada
kecambah, baik yang ditumbuhkan terus-menerus dalam terang maupun yang ditempatkan
lebih dahulu di tempat gelap,yang kemudian diikuti dengan tindakan penghijauan serta
deetiolasi dalamkeadaan terang.
Pada jenis spektrum kerja umum yang ketiga terdapat tiga daerah spektrum yang
memperlihatkan aktivitasnya (biru/UV-A, merah, dan merah-jauh), respon ini khas pada
kecambah teretiolasi Cahaya merah-jauh lebih lazim bekerja pada kecambah yang tumbuh
ditempat gelap daripada cahaya merah. Ketika cahaya terpajan cahaya dan menjadi hijau (dan
saat itu mengandung jauh lebih sedikit fitikrom tipe 1 yang takmantap). Mereka kehilangan
kepekaannya terhadap cahaya merah-jauh untuk menimbulkan HIR. Disamping mempunyai
tingkat iridiansi yang tinggi, HIR dicirikan pula tidak terjadinya pembalikan merah/merahjauh dan tak dapat dipertukarkannya pengaruh waktu serta tingkat iridiansinya.Hans Mohr
(1986) menyimpulkan bahwa untuk beberapa respon padakecambah angiospermae yang
teretiolasi, diperlukan pengaktifan kriptokrom (yang biasanya menimbulkan HIR), jika
kecambah itu diharapkan mampu memberikanrespon terhadap cahaya merah yang bekerja
pada fitokrom. Artinya fitokrom memungkinkan Pfr terekspresikan secara penuh. Tampaknya,
maknanya bagi tumbuhan di alam adalah bahwa kriptokrom dan fitokrom sering bekerjasama
dalam menghasilkan fotomorfogenesis.
Pada kecambah yang tumbuh ditempat terang, cahaya merah lebih efektif
dibandingkancahaya merah-jauh untuk HIR, barangkali karena Pfr tipe 2 lebih mantap
dankarena cahaya merah membentuknya lebih banyak daripada cahaya merah-jauh).
33
Tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap memberikan respon bukan hanyalaju fluensi yang
rendah dan tinggi, tapi juga apa yang dikenal sebagai responfluensi yang sangat rendah
(VLFR). Didapatkan respon fitokrom menggunakan lampu-aman hijau. Untuk banyak
macam respon, hal ini tidak menimbulkan masalah, tapi mesokotil dan koleoptiloat Sangat
peka, sekalipun terhadap lampu-aman hijau. VLFR tidak dapat dihapus oleh cahaya merahjauh, sebab cahaya merah-jauh tidak menimbulkan efek pada fluensi yang sangat rendah,
namun pada fluensi yang jauh lebih tinggi cahaya tersebut dapat menghasilkan responyang
sama. Kemiripan respon ini barangkali terjadi karena cahaya merah-jauhmembentuk sebagian
Pfr. Fase kedua respon dari setiap organ membutuhkan fluensi yang besarnya sekitar 10.000
kali lebih tinggi. Respon fluensi rendah (LFR)ini menunjukan adanyarespon fitokrom yang
agak khas dalam hal kebutuhan akanfoton, yang terhapuskan oleh cahaya merah-jauh, Ketika
Mandoli dan Briggs (1981) menaikkan fluensi lebih tinggi daripadayang dibutuhkan untuk
menjenuhkan LFR, terjadi cekungan lain tanpa ada penghambatan lagi, artinya HIR tak
tampak. Akan tetapi, HIR sempat teramti oleh Schafer dkk (1982) dalam percobaan dengan
memberikan cahaya merah ataumerah-jauh terus-menerus selama 24 jam, walaupun total
fluensinya tidak melebihi fluensi di daerah cekungan terakhir.
3.3 Peranan Cahaya pada Perkecambahan Biji
Perkecambahan yang ditentukan oleh cahaya
Penelitian lengkap mengenai perlunya cahaya untuk perkecambahan bijitertentu
dilaporkan pertama kali oleh Kinzel pada tahun 1907. Kinzel melaporkan bahwa dari 964
spesies, 672 spesies terpacu perkecambahannya oleh keadaan terang. Sedangkan Baskin dan
Baskin (1988) mengamati bahwa dari 142 spesies, yang perkecambahannya dipengaruhi oleh
cahaya ada 107 spesies, 32 spesies tidak menunjukkan respon, dan hanya 3 spesies terhambat
oleh cahaya. Bijisebagian besar spesies yang memberikan respon terhadap cahaya
adalahspesies liar.dan kaya akan lemak.Sebagian besar tanaman budidaya tidak memerlukan
cahaya, yang dapat dipastikan karena tindakan seleksi oleh manusia terhadap kebutuhan akan
cahayanya. Biji spesies liar ada pula yang terhambat perkecambahannya dalam keadaan
terang, seperti yang diamati oleh Kinzel dan pasangan Baskin,kadang olehcahaya biru,
namun terutama karena cahaya merah-jauh. Panjang gelombangmerah-jauh dari
sinar matahari hampir selalu merupakan panjang gelombang yang paling menghambat, yang
disuga karena cahaya tersebut menurunkan jumlah Pfr dalam biji sampai ke taraf yang lebih
rendah dari yang ada sebelumnya,yang dibutuhkan untuk perkecambahan. Biji yang
membutuhkan cahaya untuk berkecambah disebut fotodorman. Sedangkan istilah dormansi
34
itu sendiri diartikan sebagai jenis biji atau kuncup yang gagal tumbuh walaupun berada
dalam kondisi kelembapan dan udara yang memadai serta pada suhu pertumbuhan yang
cocok.
3.4 Efek fotomorfogenetik pada tumbuhan vegetatif
Pada banyak tumbuhan yang tumbuh dengan baik, terjadi berbagai proses
fotomorfogenetik. Jika tumbuhan dikotil hijau yang mampu berfotosintesis dikenai cahaya
merah (yang bekerja melalui kriptokrom), pemanjangan batang akan terhambat. Jika
tumbuhan hidup dibawah kanopi daun, sehingga cahaya merah- jauh, Pfr akan hilang dari
daun, dan batangnya menjadi sangat panjang. Dapat disimpulkan fungsi penting fitokrom
pada tumbuhan yang hidup di tempat terang adalah sebagai mekanisme untuk menghindari
naungan.
35
DAFTARPUSTAKA
Franklin, P. 1985. Physiology of Crop Plants. New York: The Lowa State University Press
Gardner, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Lakitan, Benyamin. 1996. Fisiologi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Mader, dkk.1995. Biologi, Evolusi, Keanekaragaman dan Lingkungan 3. Malaysia: Penerbit
Dewan Bahasa & Pustaka Kuala Lumpur
Putra,dkk.2011. Fotoperiodisme dan Vernalisas (Online). http://rikiharyanto.blogspot.com/.
Diakses pada 19 November 2012
Rukmana, Rahmat & Yuyun Yuniarsih.2002. Kedelai, Budidaya & Pasca Panen. Yogyakarta:
Kanisius
Sasmitamihardja, dkk. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan FMIPA-ITB
36
Download