Available Online at http://fe.unp.ac.id/ Book of Proceedings published by (c) SNEMA-2015 SEMINAR NASIONAL EKONOMI MANAJEMEN DAN Padang-Indonesia. AKUNTANSI (SNEMA) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG ISBN: 978-602-17129-5-5 Analisis Karakteristik Perusahaan Yang Melakukan Misstatement Pelaporan Keuangan Di Indonesia Zumratul Meini1), Sidharta Utama2) Fakultas Ekonomi Universitas Nasional1), Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia2) Jl. Sawo Manila, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 1), Kampus UI, Kota Depok, 16424 Telp: 021-7806700 Email: [email protected]) Abstract Misstatement in financial reporting may cause financial report to be inaccurate and will affect the decision of users of financial statements. This study aims to analyze the characteristic of misstating companies in Indonesia. Yet many studies evaluating companies that do misstatement, especially in Indonesia, makes it an interesting area for a research. Using a sample of 21 companies that do misstatement, this study analyze the characteristics of companies not only from financial performance, but also non-financial performance. The results showed that in the year in which the company conducts misstatement, account sales / revenue increase relatively high, moreover its profit have decline. Leverage ratio of the company is also likely to be high. Furthermore, 86% companies that do misstatement were audited by KAP non-Big4 Keyword: Misstatement, Financial Report, Indonesia 1. PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan kinerja keuangan yang lampau dan posisi keuangan saat ini yang disusun oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Laporan keuangan merupakan informasi yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan suatu perusahaan, oleh karena itu laporan keuangan perlu memberikan infomasi yang terjamin kebenarannya. Kesalahan pencatatan akuntansi (misstatement) dapat menyebabkan salah saji material pada pelaporan keuangan. Salah saji material pada pelaporan keuangan mengacu pada pengertian bahwa keputusan pengguna laporan keuangan akan terpengaruh/terkecoh oleh ketidakakuratan informasi yang terjadi karena salah saji tersebut. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa misstatements mengakibatkan beberapa konsekuensi, antara lain reaksi pasar yang negatif (Palmrose et al 2004), pergantian auditor yang relatif tinggi (Hennes et al., 2010), reaksi negatif dari costumer (Pandit et al., 2011) dan juga memberi pengaruh negatif terhadap reputasi Manajer (Fich and Shivdasani, 2007). Di Indonesia, kesalahan pencatatan akuntansi ini juga banyak terjadi dalam level perusahaan, baik perusahaan swasta maupun pemerintah. Kasus penggelembungan nilai asset yang dilakukan oleh Indofarma pada tahun 2004 merupakan salah satu contoh kasus yang sangat merugikan komunitas keuangan di Indonesia. Contoh lainnya adalah kesalahan atau “kekurang hati-hatian” manajemen Bank Lippo dalam memberikan informasi laporan keuangannya yang terjadi pada tahun 2002. Informasi yang menyesatkan tersebut sangat merugikan para investor dan merupakan indikasi besar terjadinya kecurangan pelaporan keuangan. Pengawasan terhadap perusahaan yang terdaftar di BEI dilakukan oleh Bapepam-LK yang sekarang sudah menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK bertugas mengawasi perusahaan yang diduga melakukan pelanggaran dan memberi sanksi berupa peringatan tertulis ataupun denda untuk mereka yang terbukti melakukan pelanggaran yang salah satunya adalah kesalahan dalam penyajian laporan keuangan (misstatement/overstatement). Peraturan yang menjadi dasar adalah Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor 1 Penelitian ini merupakan tugas akhir mata kuliah Seminar Doktoral Akuntansi Keuangan di Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi (PPIA) FEB Universitas Indonesia Zumratul Meini dan Sidharta Utama : Kep-347/BL/2012 Tanggal : 25 Juni 2012 peraturan nomor VIII.G.7: Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Sampai dengan tanggal 23 Desember 2013, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menetapkan 959 (Sembilan ratus limapuluh sembilan) Sanksi Administratif kepada para pelaku di industri Pasar Modal. Sebanyak 36 Sanksi Administratif terkait kasus pelanggaran ketentuan bidang Pasar Modal bukan karena keterlambatan penyampaian laporan dan sebanyak 923 Sanksi Administratif karena pelanggaran ketentuan bidang Pasar Modal terkait keterlambatan penyampaian laporan (Draft Press Release Bapepam-LK 2013). Termasuk di dalam Sanksi Administratif Terkait Kasus Pelanggaran Ketentuan Bidang Pasar Modal selain Keterlambatan Penyampaian Laporan yaitu peraturan nomor VIII.G.7. Setiap tahunnya dalam Press Release yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK selalu saja memberi bukti bahwa beberapa perusahaan terbukti melakukan misstatemen/overstatement sehingga dapat menyebabkan investor dan pihak terkait akan terkecoh menilai kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada penelitian yang menganalisa perusahaan yang melakukan misstatement di Indonesia, hal ini antara lain disebabkan oleh ketidaktersediaan data yang ada. Berdasarkan fenomena ini, maka menjadi menarik untuk meneliti bagaimana karakteristik perusahaan di Indonesia yang melakukan misstatement pada pelaporan keuangannya yang dilihat dari sisi kinerja keuangan maupun non keuangan. 2. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Menurut Dechow et al (2011) penelitian yang memberikan gambaran dan memprediksi perusahaan yang akan melakukan misstatement pada laporan keuangan atau melakukan fraud merupakan penelitian yang terus berkembang dengan sampel yang digunakan bersumber dari Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAERs). Studi mengenai perusahaan yang melakukan misstatement di Amerika sudah dilakukan antara lain oleh Feroz, Park, dan Pastena (1991) yang mengamati 224 AAER yang diterbitkan antara April 1982 dan April 1989. Feroz et al menyajikan deskripsi yang mendetail terhadap sampel mereka yang terdiri dari 188 perusahaan yang mana 58 di antaranya memiliki informasi harga saham. Mereka membuktikan bahwa receivable dan inventory adalah yang paling sering misstated. Dua paper awal dalam menganalisa perusahaan yang melakukan misstatement adalah Beneish (1997 dan 1999). Beneish (1997) menganalisa 363 AAER dan mendapatkan sampel sebanyak 49 perusahaan yang melanggar GAAP. Dia juga mengumpulkan sampel sebanyak 15 perusahaan yang mana accounting-nya dipertanyakan oleh media berita antara 1987 dan 1993. Kedua kelompok perusahaan diklasifikasikan dalam sample manipulator. Beneish (1997) mendapati bahwa akrual, day’s sales dalam receivable dan kinerja masa lalu adalah penting untuk menjelaskan perbedaan antara kedua grup. Beneish (1999) mencocokkan sampel manipulator terhadap 2,332 sampel yang non manipulator di tahun yang sama dengan model sebelumnya, hasilnya adalah atas tujuh dari delapan rasio laporan keuangan yang dianalisa dihitung indeksnya. Nilai indeks yang lebih tinggi mengindikasikan lebih tingginya kecenderungan laba yang overstatement. Beneish (1999) menunjukkan bahwa indeks receivable, indeks gross margin, indeks kualitas asset, indeks pertumbuhan sales, dan akrual adalah penting. Selanjutnya Dechow, Sloan, dan Sweeney (1996) menganalisa 436 AAER yang diterbitkan antara April 1982 dan Desember 1992. Sample final mereka setelah eliminasi terdiri dari 92 perusahaan. Setiap perusahaan dibandingkan dalam tahun sebelum misstatement terhadap sebuah perusahaan control dalam industri SIC tiga-digit yang sama dan dengan nilai aset yang serupa. Terdapat beberapa bukti bahwa akrual tampak lebih tinggi pada saat misstatement. Penelitian Dechow et al (1996) berfokus untuk menunjukkan bahwa berbagai faktor terkorelasi dengan misstatement. Sebagai contoh, mereka mendapati bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan misstatement memiliki jumlah insider dalam dewan yang lebih tinggi dan seorang CEO yang lebih powerful dan entrenched. Skousen dan Wright (2006) menganalisa 86 perusahaan misttatement dipadankan dengan industri dan penjualan. Serupa dengan Dechow et al. (1996), mereka berfokus pada variabel-variabel governance. Mereka mendapati bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan misstatement cenderung memiliki manager dengan stock holding yang lebih tinggi (lebih dari lima persen), memiliki komite audit yang kurang efektif, memiliki CEO yang lebih powerful, dan lebih mungkin belum lama berganti auditor. Apabila pengendalian dilaksanakan secara efektif maka hal ini dapat mengurangi kesempatan manajemen maupun karyawan untuk melakukan segala bentuk tindakan yang akan merugikan perusahaan, termasuk kesalahan pencatatan/kecurangan. Matsumura (1992), Beasley (1996), Smith et al., (1997), Reinstein (1998), Beasley et al., (2000), dan Abbot et al., (2002) menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Wilopo (2006) meneliti kecenderungan kecurangan akuntansi di Indonesia. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pengendalian internal yang efektif memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi di suatu 374 Analisis Karakteristik Perusahaan Yang Melakukan Misstatement.... perusahaan. Artinya semakin efektif pengendalian internal di perusahaan, semakin rendah kecenderungan kecurangan akuntansi oleh manajemen perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa karakteristik yang berhubungan dengan kecenderungan perusahaan melakukan misstatement. Penelitian ini akan melihat performa perusahaan yang dikenakan sanksi atas pelanggaran standar akuntansi di BEI terkait misstatement/overstatement yang dilihat dari rasio leverage dan sales, meneliti variabel Corporate Governance berupa Karakteristik Dewan yang berkaitan dengan independensi dari dewan komisaris, ada atau tidaknya Komite Audit, jumlah rapat, serta kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan yang bersangkutan (Big 4 dan Non Big 4). 3. METODE PENELITIAN Menggunakan analisis kualitatif, penelitian ini ingin melihat karakteristik perusahaan yang melakukan misstatement di Indonesia. Analisis dilakukan terhadap performa keuangan dan non keuangan sebelum dan pada saat terkena sanksi dari Bapepam-LK. Karakteristik yang akan dilihat adalah: a. Sales dan Inventory b. Revenue, Net Income, dan Rasio Leverage c. Faktor Corporate Governance : Direksi, Komite Audit, Auditor Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang terkena sanksi terkait pelanggaran peraturan nomor VIII.G.7 terkait penyajian dan pengungkapan laporan keuangan sebanyak 33 perusahaan yang diperoleh dari Press Release Bapepam-LK dari tahun 2000-2012. Dari 33 perusahaan tersebut, 12 perusahaan tidak ditemukan data laporan keuangannya, sehingga sampel akhir yang akan dianalisis menjadi 21 perusahaan saja. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Statistik Hasil statistik deskriptif data penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini Keterangan Revenue Net Incone Inventory Leverage Auditor Dewan Komisaris Jumlah Rapat Komite Audit ahli Sumber: Hasil analisis data Tabel 1. Statistik Deskriptif Sebelum Pelanggaran Turun (57%) Naik (67%) Turun (67%) Saat Pelanggaran Naik (53%) Turun (81%) Naik (76%) Naik (71%) Non Big 4 (86%) <50% (43%) 4x (28%) <67% (43%) 4.2 Kinerja Keuangan Berdasarkan hasil telaah atas laporan keuangan, dapat terlihat bahwa rata-rata sebelum melakukan misstatement, penjualan perusahaan cenderung mengalami penurunan. Ketika tahun dimana perusahaan melakukan misstatement, nilai penjualan cenderung menjadi naik. Di sisi lain, Laba perusahaan rata-rata mengalami penurunan. Menurut penulis, perusahaan yang melakukan misstatement adalah perusahaan yang cenderung mengalami penurunan laba, sehingga misstatement dilakukan agar penurunan laba tidak terlalu signifikan. Inventory perusahaan yang terkena sanksi cenderung mengalami kenaikan, mengindikasikan bahwa kemungkinan misstatement dilakukan pada akun ini. Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Feroz, Park, dan Pastena (1991). Sementara rasio leverage perusahaan hampir semua mengalami kenaikan dengan tingkat rasio yang relatif tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu, yang menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan misstatement ataupun fraud, cenderung memiliki rasio leverage yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya. 4.3 Kinerja Non Keuangan Dari semua sampel perusahaan yang melakukan misstatement, hanya 3 perusahaan saja yang di audit oleh Kantor Akuntan Publik kategori Big 4, yaitu perusahaan Kimia Farma, Indo Farma dan Bank Lippo. Selebihnya diaudit oleh Kantor Akuntan Publik non Big 4. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa kualitas laporan keuangan dapat ditentukan oleh faktor Auditor nya juga. Kemungkinan perusahaan melakukan misstatement lebih tinggi terjadi pada perusahaan yang diaudit oleh Akuntan Publik non Big 4. 375 Zumratul Meini dan Sidharta Utama Prosentase perusahaan sampel yang memiliki Dewan Komisaris yang berasal dari luar juga relatif lebih kecil, yaitu hanya 9 perusahaan saja yang tercatat memiliki Dewan Komisaris dari luar dengan komposisi bervariasi <50%. Rapat yang dilakukan juga tercatat hanya 28% dari sampel yang melakukan rapat dengan ratarata 4x. Jumlah tenaga ahli dalam Komite Audit tercatat rata-rata 2 dari 3 komposisi anggota (namun tercatat hanya 10 perusahaan saja yang tersedia datanya). Dengan demikian faktor Dewan Komisaris juga mungkin akan mempengaruhi kecenderungan perusahaan melakukan misstatement. Tetapi ini perlu dilakukan peneltian lebih lanjut, mengingat sampel data tidak mencukupi. 5. SIMPULAN Penelitian ini ingin melihat karakterisitik perusahaan yang melakukan misstatement di Indonesia. Hasil pengamatan terhadap laporan keuangan 21 perusahaan yang terbukti terkena sanksi/denda dari Bapepam-LK menunjukkan bahwa selama tahun terjadinya misstatement, sales/revenue dan inventory perusahaan mengalami kenaikan, sementara laba perusahaan cenderung mengalami penurunan (penurunan laba/peningkatan rugi). Rasio leverage juga cenderung meningkat. Hasil pengamatan juga membuktikan bahwa hampir semua sampel perusahaan yang terkena sanksi diaudit oleh KAP non-Big 4. Namun faktor Dewan Komisaris dan Komite Audit perlu diteliti lebih lanjut apakah mempengaruhi misstatement perusahaan, mengingat keterbatasan data yang diperoleh penulis. Penelitian ini masih sangat banyak kelemahannya, terutama terkait waktu pengumpulan data dan ketersediaan data. Untuk penelitian lebih lanjut bisa ditambahkan dengan pengujian statistik, untuk memperkuat hasil penelitian. Bisa dilakukan pengujian model logistis dengan mengambil sampel berpasangan (matchedpairs sample) antara perusahaan yang telah terdeteksi melakukan misstatement/overstatement (diperoleh dari data sanksi Bapepam-LK) dengan perusahaan pengendalinya. Pengambilan sampel secara berpasangan ini juga dilakukan oleh Beasley (1996), Chen et al. (2006), dan Ettredge et al. (2006). REFERENSI Beasley, M. S. , 1996. An Empirical Analysis of the Relation between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review, vol. 71 no. 4 (Oct.), pp: 443-465 Beneish, M. D. 1997. Detecting GAAP violations: Implications for assessing earnings management among firms with extreme financial performance. Journal of Accounting and Public Policy 16 (3): 271–309 Beneish, M. D. 1999b. Incentives and penalties related to earnings overstatements that violate GAAP. The Accounting Review 74 (4): 425–57. Chen, Gongmeng, Michael Firth, Gao, Oliver M. Rui, 2006. Ownership structure, corporate governance and Fraud: Evidence from China. Journal of Corporate Finance, Vol 12 (3), 424-448. Dechow, P. M., R. G. Sloan, and A. P. Sweeney. 1996. Causes and consequences of earnings misstatement: An analysis of firms subject to enforcement actions by the SEC. Contemporary Accounting Research 13 (1): 1–36 Dechow, Patricia, Ge Weili, Larson, Chad R., Sloan, Richard G., 2011. Predicting Accounting Misstatements. Contemporary Accounting Research Vol. 28 No. 1 (Spring 2011) pp. 17–82 Ettredge, Michael, Lili Sun, Picheng Lee, Asokan Anandarajan,. 2006. Do deferred tax data signal earning fraud?, Working paper. www.ssrn.com Feroz, Ehsan H., Park, Kyung Joo, Pastena, Victor. 1991. The Financial and Market Effects of the SEC’s Accounitng and Auditing Enforcements Release. Journal of Accounting Research, Vo. 29 pp. 107-142 Fich, E., Shivdasani, A., 2007. Financial Fraud, Director Reputation, and shareholder wealth. Journal of Financial Economics 86, 306-336. Hennes, Karen M., Leone, Andrew J., Miller, Brian P. 2010. Matsumura, E. M., and Robert R. Tucker, 1992. Fraud detection: A Theoretical Foundation. The Accounting Review, vol. 67 no. 4. Palmrose, Zoe-Vonna, Richardson, Vernon J., Scholz, Susan. 2004. Determinants of Market Reactions to Restatement Announcements. Journal of Accounting & Economics 37 (2004) 59-89 Reinstein, A., and Bayou, M. E., 1998. A Comprehensive Structure to Help Analyse, Detect and Prevent Fraud. Working paper, MBAYOU@SOM. UMD.EMICH.EDU 376 Analisis Karakteristik Perusahaan Yang Melakukan Misstatement.... Skousen, C. J., and C. J. Wright. 2006. Contemporaneous risk factors and the prediction of financial statement fraud. Working paper, University of Texas at Arlington. Smith, R., Sam Tiras, and Stan Vichitlekarn, 1997. The Interaction Between Internal Control Assessment and Substantive Testing in Audits for Fraud. Working Paper www.ssrn.com Wilopo, 2006. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungn Kecurangan AKuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia. The Indonesia Journal of Accounting Research (Jurnal Riset Akuntansi Indonesia) Vol. 9 No.3 (Sept 2006) 377