BAB II - Repository | UNHAS

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1
Pengertian Pemasaran
Istilah pemasaran dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama marketing.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting dari perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen yang pada akhirnya dapat menghasilkan
keuntungan.
Menurut American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:45)
bahwa pemasaran adalah “Marketing is an organization function and a set processes for
creating communicating, and delivering value to customers and for managing customer
relationship in ways that benefit the organization and it stakeholders”.
Pemasaran adalah fungsi organisasi dan satu set proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai kepada pelanggan untuk membangun
hubungan pelanggan yang memberikan keuntungan bagi organisasi dan pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap organisasi.
Menurut Kotler dan Keller (2009:45) definisi pemasaran dapat dibedakan antara
definisi pemasaran secara manajerial dan secara sosial. Definisi secara manajerial
pemasaran sering digambarkan sebagai seni menjual produk, sedangkan definisi
pemasaran secara sosial adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
8
9
menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan
pihak lain.
Berdasarkan definisi pemasaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pemasaran adalah fungsi organisasi dan satu set proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai kepada pelanggan untuk membangun
hubungan pelanggan yang memberikan keuntungan bagi organisasi dan pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap organisasi.
2.2
Konsep Pemasaran
Konsep-konsep pemasaran yang bersaing dan telah digunakan oleh organisasi
pada kegiatan pemasaran mencakup konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan
konsep pemasaran dan konsep pemasaran holistik.
(Kotler dan Keller, 2009:58)
1. Konsep produksi
Konsep ini berorientasi pada proses produksi atau operasi. Produsen meyakini
konsumen hanya akan membeli produk-produk yang murah dan mudah diperoleh.
Para manajer mengansumsikan bahwa konsumen terutama tertarik pada
ketersediaan produk dan harga yang rendah. Orientasi ini berguna ketika
perusahaan ingin memperluas pasar.
2. Konsep produk
Dalam konsep ini pemasar beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki
produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur atau penampilan superior.
10
Para manajer organisasi memusatkan perhatian untuk menghasilkan produk yang
unggul dan memperbaiki mutunya dari waktu ke waktu.
3. Konsep penjualan
Konsep ini berorientasi pada tingkat penjualan, dimana pemasar beranggapan
bahwa konsumen harus dipengaruhi agar penjualan dapat meningkat. Konsep ini
mengasumsikan bahwa konsumen umumnya menunjukkan keengganan atau
penolakan untuk membeli sehingga harus dibujuk supaya membeli.
4. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan dengan anggapan bahwa
konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi
kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan. Konsep pemasaran
terdiri atas empat pilar yakni: pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran
terpadu atau terintegrasi dan berkemampuan menghasilkan laba.
2.3
Persepsi Konsumen
Persepsi merupaka salah satu faktor psikologis selain motivasi pembelajaran dan
kepercayaan serta sifat yang dapat mempengaruhi individu dan organisasi dalam
menentukan kepuasan pembelian
Menurut Philip Kotler ( 2005:216 ) persepsi adalah :”proses yang digunakan oleh
individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan informasi guna
menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti”.
11
Menurut Lamb et. al. (2001: 224), definisi persepsi adalah “proses dimana kita
memilih, mengatur dan menginterpretasikan rangsangan tersebut ke dalam gambaran
yang memberikan makna dan melekat”.
Sedangkan menurut Simamora (2004:102) definisi persepsi adalah “sebagai
suatu
proses,
dengan
mana
seseorang
menyeleksi,
mengorganisasikan,
dan
menginterprestasi stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh”.
Sementara menurut Boyd, dkk (2001:133) definisi persepsi adalah “proses
dengan apa seseorang memilih, mengatur dan menginterprestasikan informasi”. Kunci
terpenting dalam persepsi adalah bahwa manusia menyimpan informasi dalam bentuk
hubungan asosiatif, dan hubungan asosiatif itu membantu manusia menginterpretasikan
dunia disekitarnya.
Secara singkat persepsi adalah cara kita memandang dunia di sekitar kita serta
bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita membutuhkan bantuan dalam membuat
suatu keputusan pembelian
Definisi di atas menerangkan bahwa persepsi merupakan proses dimana
individual terlebih dahulu mengenali objek-objek dan fakta objektif disekitarnya. Seperti
halnya dengan pengamatan, persepsi diawali dengan kegiatan panca indera, selanjutnya
akan terjadi proses psikologis. Sehingga individual dapat mengorganisir dan
menafsirkan informasi.
Panca indera kita terdiri dari lima yaitu: penglihatan, penciuman, rasa, sentuhan,
dan pendengaran. Kemudian dengan panca indera tersebut kita akan menerima
rangsangan berupa objek-objek dan fakta objektif untuk diatur dan dinterprestasikan ke
12
dalam pikiran kita terlebuh dahulu. Di dalam proses tersebut kita menggunakan
keterbukan yang selektif untuk menentukan mana rangsangan yang harus diperhatikan
dan mana yang harus diabaikan.
Pengenalan akan suatu objek, jelas, gerakan, intensitas (seperti: volume yang
meningkat) dan aroma adalah suatu petunjuk yang akan mempengaruhi persepsi.
Konsumen menggunakan petunjuk tersebut untuk mengidentifikasi produk dan merek.
Bentuk kemasan sebuah produk seperti bentuk luar sabun cair Lux misalnya akan dapat
mempengaruhi persepsi. Kemudian warna adalah suatu pertunjukan yang lain, dan
warna memegang peran kunci terhadap persepsi konsumen.
Apa yang diterima konsumen dapat juga bergantung pada kemudahan
rangsangan atau tarif yang mengejutkan (shock value). Peringatan grafis akan bahayanya
menggunakan sebuah produk akan diterima lebih cepat dan selalu diingat bahkan lebih
akurat dibandingkan peringatan yang kurang mudah atau peringatan yang berupa teks
tertulis.
Pada dasarnya kita dapat membedakan menjadi 3 (tiga) faktor dalam persepsi
yang biasa dilakukan manusia terhadap rangsangan yaitu:
1. Keterbukaan yang Seleksi (Selective Exposure)
Merupakan proses dimana seorang konsumen mendapatkan suatu rangsangan dan
mengabaikan rangsangan yang lain. Hal ini berarti para pemasar harus bekerja keras
untuk menarik perhatian konsumen.
13
2. Distorsi seleksi (Selective Distortion)
Distro seleksi terjadi ketika konsumen mengubah atau mengganti informasi yang
bertentangan dengan perasaan atau kepercayaan mereka, dalam hal ini konsumen
mempunyai kecenderungan untuk mengolah informasi menjadi suatu pengertian
pribadi.
3. Ingatan yang Seleksi (Selective Retention)
Merupakan proses pada saat seorang konsumen hanya mengingat informasi yang
mendukung perasaan dan kepercayaan pribadi seseorang. Konsumen akan
meluapkan semua informasi yang tidak konsisten yang pernah diterimanya.
2.3.1
Proses Persepsi
Persepsi merupakan salah satu dari berbagai faktor yang mempengaruhi pilihan
konsumen terhadap produk. Biasanya konsumen yang termotivasi tentang suatu produk
telah siap untuk melakukan pembelian. Namun, bagaimana seseorang bertindak
dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi tertentu.
Persepsi memegang peran penting dalam konsep positioning karena manusia
menafsirkan suatu produk atau merek, yaitu hubungan-hubungan asosiatif yang
disimpan melalui proses sensasi.
Proses persepsi merupakan serangkaian kegiatan yang melalui beberapa tahapan
terlebih dahulu. Berikut ini sebuah model tahapan dari proses persepsi individu yang
dikemukakan oleh Sutisna (2002:62):
14
GAMBAR 2.1
Tahapan Proses Persepsi
Stimuli





Penglihatan
Suara
Bau
Rasa
Teksture
Sensasi
Pemberian arti
Indra
penerima
Perhatian
Interpretasi
Tanggapan
Persepsi
Sumber: Sutisna (2002:62)
Model ini menekankan bahwa persepsi secara substansial bisa saja berbeda
dengan realitas. Apakah persepsi individu terhadap suatu situasi benar/tidaknya realitas
yang mampu membuktikan itu.
Tugas pemasar adalah mengetahui proses terbentuknya persepsi dari tahap awal
hingga tahap akhir. Adapun proses terbentuknya persepsi tersebut, adalah:
1. Stimuli
Stimuli/stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang
dapat mempengaruhi tanggapan individu. Suatu stimuli pada hakikatnya merupakan
satu unit input bagi salah satu dari lima indra manusia. Ada dua stimuli penting yang
dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah pemasaran dan lingkungan (sosial
dan budaya).
15
a. Stimuli Pemasaran
Adalah setiap komunikasi atau stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi
konsumen. Stimuli pemasaran terdiri atas dua komponen, yaitu stimuli utama
dan stimuli tambahan:
1. Stimuli utama terdiri dari produk dan komponennya seperti, kemasan, isi, dan
ciri-ciri fisik.
2. Stimuli tambahan adalah komunikasi yang didesain untuk mempengaruhi
perilaku konsumen seperti, mempresentasikan produk dalam kata-kata,
gambar, simbol, atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk
seperti, harga, toko tempat jual, dan pengaruh sales.
b. Stimuli Lingkungan
Indera penerima terdiri dari mata, telinga, hidung, mulut, dan jari yang menerima
dan memberikan tanggapan atas stimuli utama.
2. Indra Penerima
Indra penerima atau penerimaan sensor (sensory receptors) yaitu yang disebut
sebagai organ manusia berupa panca indra (mata, telinga, hidung, mulut dan kulit)
yang menerima sensor input.
3. Perhatian
Perhatiaan yang dilakukan oleh konsumen data terjadi secara sengaja atau tidak
sengaja.
16
a. Perhatian secara sengaja (voluntary attention)
Terjadi ketika konsumen secara aktif mencari informasi yang mempunyai
relevansi pribadi. Persepsi selektif terjadi ketika konsumen malakukan voluntary
attention. Persepsi selektif yang merupakan tafsiran secara selektif oleh individu
ada yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman,
dan sikap terjadi ketika konsumen melakukan voluntary attention. Ketika
konsumen memiliki keterlibatan yang besar terhadap suatu produk, maka pada
saat itu konsumen bisa disebut melakukan proses perhatian selektif. Proses
perhatian selektif terjadi karena dengan mempunyai keterlibatan yang tinggi
terhadap suatu merek produk berarti konsumen telah secara aktif mencari
informasi mengenai produk itu dari berbagai sumber. Jika dihubungkan dengan
teori pembelajaran, proses perhatian selektif ini identik dengan active learning.
b. Perhatian tidak sengaja (involuntary attention)
Terjadi ketika konsumen dipaparkan sesuatu yang menarik, mengejutkan,
menantang, atau sesuatu yang tidak diperkirakan, yang tidak ada relenvasinya
dengan tujuan atau kepentingan konsumen. Stimuli dengan ciri-ciri diatas akan
secara otomatis mendapat tanggapan konsumen.
3. Interpretasi
Proses terakhir dari persepsi adalah memberikan interpretasi atas stimuli yang
diterima oleh konsumen. Setiap stimuli yang menarik perhatian konsumen baik
disadari atau tidak disadari, akan diinterpretasikan oleh konsumen. Dalam proses
interpretasi konsumen membuka kembali berbagai informasi dalam memori yang
17
telah tersimpan dalam waktu yang lama (long term memory) yang berhubungan
dengan stimuli yang diterima. Informasi dalam long term memory akan membentuk
konsumen untuk menginterprestasikan stimuli. Interprestasi itu didasarkan
pengalaman-pengalaman pada masa lalu, dan pengalaman itu tersimpan dalam
memori jangka panjang konsumen.
Satu
masalah
yang
dihadapi
oleh
pemasar
dari
persepsi
konsumen
menginterpretasikan stimuli yang secara berbeda. Sebagai contoh yang paling klasik
adalah pemasaran lintas cultural, penggunaan suatu warna tertentu akan
diinterpretasikan secara berbeda pada tiap budaya.
Selain informasi yang tersimpan dalam long term memory, apa yang diharapkan
konsumen juga mempengaruhi bagaimana suatu stimuli diinterpretasikan. Harapan
(expectation) adalah keyakinan, kepercayaan, individual sebelumnya mengenai apa
yang seharusnya terjadi pada situasi tertentu.
4. Tanggapan
Setelah melalui tahapan akhir dari proses persepsi maka, konsumen akan bereaksi
terhadap informasi yang diperolehnya tadi yang kemudian akan menghasilkan
tanggapan. Tanggapan inilah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan
pembelian.
18
2.3.2
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Bagaimana individu-individu mungkin memandang satu benda yang sama
dengan yang berbeda, faktor-faktor berikut menjelaskan bahwa pihak pelaku persepsi
(perceiver), dalam objeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks situasi
di mana persepsi itu dilakukan akan dapat mempengaruhi terbentuknya suatu persepsi.
Seperti yang akan dijelaskan dibawah ini, menurut Robbins (2006:89):
1. Pelaku Persepsi
Bila seorang individu memandang pada satu obyek dan mencoba menafsirkan apa
yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi ke
perilaku persepsi individu itu. Diantara karakteristik pribadi yang lebih relevan yang
mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman
masa lalu, dan pengharapan (expectation).
2. Target dan Obyek
Karakteristik dari target yang akan diamati dapat dipengaruhi apa yang
dipersepsikan gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target membentuk
cara kita memandangnya. Karena target tidak dipandang dalam keadaan tersolasi,
hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti
kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau
mirip.
19
3. Situasi
Penting bagi kita melihat konteks obyek atau pariwisata. Unsur-unsur lingkungan
sekitar mempengaruhi persepsi kita. Waktu adalah di mana suatu obyek atau
peristiwa itu dilihat agar dapat mempengaruhi perhatian, seperti juga lokasi, cahaya,
panas, atau setiap jumlah faktor situasional.
Gambar 2.2
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor dalam persepsi




Sikap
Motif
Pengalaman
Pengharapan
Faktor dalam situasi



Waktu
Keadaan / tempat
kerja
Keadaan sosial
Persepsi
Faktor pada target





Sumber: Robbins (2006:89)
Hal baru
Gerakan
Bunyi
Ukuran latar belakang
kedekatan
20
2.4
Merek (Brand)
Suatu produk dapat dibedakan dari produk lainnya dari segi merek (brand).
Merek tersebut dapat dipakai sebagai alat untuk menciptakan pandangan tertentu dari
para pembeli, baik melalui periklanan maupun melalui kegiatan promosi yang lain.
Peranan merek tidak hanya sekedar pembeda suatu produk, namun tidak mustahil pada
kondisi tertentu akan berwujud aset yang bernilai ekonomis. Menurut Kotler dan
Amstrong (1999:245), merek adalah:
Brand is name, term, sign, symbol, or design, or a combination of these intended
to identify the goods or services of one seller or group of seller and to
differentiate them from those of competitors.
Menurut Keegan et. Al (1996:318), merek adalah:
Brand is a complex bundle of images and experiences in the customer’s
mind that communicates a promise about the benefits of a particular
product manufactured by a particular company.
Jadi dapat disimpulkan bahwa merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau
desain dari produk atau jasa atau kombinasi keseluruhan yang dimaksud untuk
mengidentifikasi barang dan jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk
membedakan dari produk pesaing. Merek juga meninggalkan citra dan pengalaman
dibenak konsumen mengenai keuntungan dari produk yang diproduksi dari perusahaan.
Menurut Kotler (2005:82), merek merupakan janji penjual untuk secara
konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek
terbaik memberikan mutu, tetapi merek lebih dari sekedar simbol.
Sementara definisi merek yang dikemukakan oleh American Marketing
Association dalam buku The Power of Brand, Freddy Rangkuti (2002:2) adalah: “nama,
21
istilah, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian
merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda
dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing.
Merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Namun pemberian nama atau
merek pada suatu produk handaknya tidak hanya merupakan suatu simbol, karena merek
memiliki enam tingkat pengertian:
1. Atribut Produk
: Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu, seperti halnya
kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain dan lain-lain.
Contohnya, Mercedes menyatakan sesuatu yang mahal, produk
yang dibuat dengan baik, terancang baik, tahan lama, bergengsi
tinggi, nilai jual kembali tinggi, cepat dan lain-lain. Perusahaan
dapat memberikan satu atau lebih atribut-atribut ini atau untuk
mengiklankan produknya.
2. Manfaat
: Merek tidak hanya serangkaian atribut. Pelanggan tidak
memberi atribut, tetapi mereka membeli manfaat. Atribut
diberikan untuk dikembangkan menjadi manfaat fungsional atau
emosional.
3. Nilai
: Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
Contohnya, Mercedes menyatakan produk yang kinerja tinggi,
aman, bergengsi, dan lain-lain. Dengan demikian produsen
Mercedes juga mendapat nilai tinggi di mata masyarakat. Maka,
22
produsen harus dapat mengetahui kelompok pembeli mobil
yang mana mencari niai-nilai ini.
4. Budaya
: Merek juga mewakili budaya tertentu. Contohnya, Mercedes
mencerminkan budaya Jerman yang terorganisasi, konsisten,
tingkat keseriusan tinggi, efesien, dan berkualitas tinggi.
5.
Kepribadian
: Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali
produk tertentu mengunakan kepribadian orang yang terkenal
untuk mendongkrak atau menopang merek produkya.
6.
Pemakai
: Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan
produk tersebut. Kebanyakan pemakai adalah
orang-orang yang menghargai nilai budaya dan kepribadian
produk tersebut. Misalnya Mercedes pada umumnya diasosikan
dengan orang kaya, kalangan manajer puncak, dan sebagainya.
Apabila suatu perusahaan memperlakukan merek hanya sekedar suatu nama, maka
perusahaan tersebut tidak melihat tujuan mereka sebenarnya. Dengan enam tingkat
pengertian dari merek diatas, perusahaan harus menentukan tingkat mana akan
ditetapkan identitas merek. Merupakan satu kesalahan untuk mempromosikan hanya
atribut merek. Pertama, konsumen tidak begitu tertarik dengan atribut merek
dibandingkan dengan manfaat merek. Kedua, pesaing dapat dengan mudah meniru
atribut tersebut. Ketiga, atribut yang sekarang lama kelamaan akan menurun artinya,
sehingga merugikan merek yang terikat pada atribut tersebut.
23
Merek merupakan hal yang sangat penting, baik bagi konsumen maupun
produsen. Dari sisi konsumen, merek mempermudah pembelian. Bila tidak ada merek,
konsumen harus mengevaluasi semua produk yang tidak memiliki merek setiap kali
mereka akan melakukan pembelian. Mereka juga membantu menyakinkan konsumen
bahwa mereka akan mendapatkan kualitas yang konsisten ketika mereka membeli
produk tersebut. Dari sisi produsen, merek dapat dipromosikan. Merek dapat dengan
mudah diketahui ketika diperhatikan atau ditempatkan dalam suatu display.
Selain itu, merek mempermudah mengidentifikasikan suatu produk, merek juga
bisa membuat konsumen yakin akan memperoleh kualitas yang sama jika mereka
membeli ulang. Maksudnya merek dapat membantu konsumen agar tidak keliru dalam
memilih produk yang diinginkan para konsumen, yakni terhadap mutu dan harga. Merek
mengurangi perbedaan harga, karena konsumen akan mudah membandingkan harga dari
suatu produk dengan merek yang berbeda dan akhirnya bagi produsen dapat menambah
prestasi. Karena merek adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam
memandingkan produk-produk sejenis.
Kotler (2005:90) berpendapat bahwa merek memiliki peranan dilihat dari sudut
pandang produsen, dimana merek memiliki peranan serta kegunaan sebagai berikut:
1. Merek memudahkan penjual untuk memproses pesanan dan menelusuri bila terjadi
kesalahan. Di samping itu juga lebih mudah bagi produsen untuk menemukan kalau
ada keluhan dari konsumen.
2. Merek memberikan kesempatan pada penjual untuk menarik pelanggan yang setia
dan menguntungkan. Kesetiaan merek memberikan perlindungan terhadap produsen
24
dari pesaing serta pengendalian yang lebih besar dalam perencanan program
pemasarannya.
3. Merek dan tanda dagang produsen memberikan perlindungan hukum atas tampilan
produk yang unik, yang tanpa itu akan dapat ditiru oleh pesaing.
4. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
5. Merek yang baik membantu citra perusahaan. Dengan membawa nama perusahaan,
merek membantu mengiklankan mutu dan ukuran perusahaan.
2.4.1
Brand Association
Menurut Darmadi, dkk (2001:4) brand association adalah:
Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam
kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk,
geografis, harga, pesaing, dan lain-lain.
Pengertian asosiasi merek yang dikemukakan oleh Aaker (1996:106) dalam buku
The Power of Brand, Freddy Rangkuti (2002:43) adalah “segala hal yang berkaitan
dengan ingatan mengenai merek”. Asosiasi akan menjadi faktor yang penting, jika
merek yang produsen miliki mirip dalam hal atribut dengan merek lainnya atau jika
perusahaan merupakan hal penting untuk dilihat. Suatu merek akan lebih kuat apabila
dilandasi pada banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi
yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau
brand image didalam benak konsumen. Secara sederhana, pengertian brand image
adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak konsumen. Konsumen yang
25
terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand
image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality).
Berikut ini adalah beberapa contoh di mana tercipta brand association :
1. “Merek ini dibuat oleh perusahaan yang saya percaya.” Sebagai gambaran, jika
orang mendengar tentang sebuah merek, misalnya Sabun Kecantikan Lux, maka
mereka akan langsung mengasosiasikannya dengan Unilever atau ketika mereka
mendengar So Klin, mereka akan ingat tentang Wings. Syarat agar produsen dapat
diingat adalah produsen tersebut harus sering diiklankan dan harus membuat
konsumen percaya akan produk yang dibuatnya.
2. “Saya kagum pada Perusahaan merek X.” Di sini konsumen menyebutkan
asosiasinya sebagai akibat dari kekagumannya pada merek tersebut atau program
dari merek tersebut.
3. “Saya akan bangga menjalin bisnis dengan perusahan merek X,” atau Saya bangga
menggunakan perusahaan merek X.” Misalnya konsumen bangga, jika mengunakan
produk Mercedes Benz atau BMW.
Citra merek merupakan persepsi pelanggan terhadap sebuah merek yang
mencerminkan pada serangkaian asosiasi yang dikaitkan oleh pelanggan bersangkutan
dengan nama merek tertentu dalam memorinya. Dalam artikelnya yang dipublikasikan di
journal of consumer marketing yang dikemukakan oleh del Rio, Vazquez, dan Iglesias
(2001) menganalisis asosiasi merek berdasarkan fungsi dan manfaat yang diasosiasikan
konsumen dengan merek tertentu. Ketiga pakar pemasaran ini mengukur fungsi dan
26
manfaat merek asosiasi (brand association) melalui enam dimensi utama dalam buku
Marketing Scales, Tjiptono, dkk (2004:239-242), yaitu:
1. Jaminan
Janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen,
dimana para konsumen akan diberikan ganti rugi bila ternyata produk tidak bisa
berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
2
Identifikasi Pribadi
Merupakan semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan
yang dibuat konsumen tentang objek, atribut dan manfaat dari produk tersebut.
3. Identifikasi Sosial
Tingkah laku konsumen yang dipengaruhi karena faktor-faktor seperti keluarga,
kelompok kecil, serta peran dan status sosial konsumen.
4. Status
Setiap produk yang membawa status yang mencerminkan penghargaan yang
diberikan oleh masyarakat, maka sering kali konsumen memilih produk yang
menunjukkan statusnya dalam masyarakat.
5. Kesediaan Menerima Perluasan Merek
Masyarakat menerima produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan dengan
menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induknya.
6. Kesediaan untuk Merekomendasikan Merek
Masyarakat bersedia menunjukkan merek produk, yang dikonsumsinya ke orang
lain.
27
Brand association tidak relevan untuk semua merek, dan pengukuran yang tidak
relevan dapat menyebabkan interprestasi yang salah. Pengukuran brand association juga
kurang peka karena mengubah citra perusahaan adalah sulit.
Unsur-unsur brand association adalah:
1. Orientasi pada Masyarakat/Komunitas (Society/Community Orientation)
Organisasi yang baik dapat dibuktikan melalui banyak hal seperti peka terhadap
lingkungan, mensposori kegiatan amal, memperlakukan pekerja/karyawan dengan
layak. Brand Association sangat diperlukan dalam mengembangkan asosiasi yang
berorientasi pada komunitas/masyarakat, tentu saja mempertinggi loyalitas
konsumen. Walaupun sangat sulit untuk menyatakan besarnya loyalitas itu. Progam
peduli lingkungan adalah cara lain untuk menjadi perusahaan yang baik, seperti
pengguna kemasan atau komposisi yang dapat didaur ulang sehingga ramah
lingkungan, kesan bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan akan lebih sulit
untuk ditiru, hal itu lebih dapat dilihat dan dipercaya.
2. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)
Persepsi kualitas hampir selalu manjadi pertimbangan pada setiap pilihan konsumen.
Kualitas dapat dikomunikasikan secara langsung dengan demonstrasi atau argumen
bahwa sebuah atribut produk lebih unggul dibandingkan yang dimiliki pesaing.
Banyak perusahaan berkomitmen pada kualitas atau ingin menjadi “yang terbaik”.
Brand Association menjadi sarana yang baik umtuk mengkomunikasikan kualitas
yang dapat dipercaya dan selanjutnya membantu mengembangkan loyalitas.
28
3. Inovasi
Inovasi boleh jadi adalah asosiasi merek kunci bagi perusahaan Jepang. Inovasi juga
merupakan hal penting bagi perusahaan barat, terutama persaingan di dalam kelas
produk dimana teknologi dan inovasi menjadi penting bagi konsumen, seperti Oral B
dikategorikan sikat gigi atau Intel dikategorikan sebagai mikroprosesor. Inovasi juga
dapat menjadi saran untuk membuat merek produk tampil lebih modern dan up to
date.
4. Perhatian pada Pelanggan (Concern for customers)
Banyak perusahaan selalu menempatkan konsumen pada tempat pertama sebagai
nilai inti. Beberapa merek perusahaan melihat konsep “persahabatan” sebagai
elemen identitas merek perusahaan. Hal ini mengimplikasikan bahwa merek tersebut
akan memberikan yang diinginkan oleh konsumen, seperti kejujuran, perhatian,
dapat dipercaya, dan rasa hormat.
5. Keberadaan dan Keberhasilan
Berbisnis dengan perusahaan yang mempunyai sumber daya yang mendukung
produk dan sejarah panjang dalam berbisnis dapat memberikan rasa aman. Sukses,
yang diindikasikan dengan penjualan dan atau pertumbuhan penjualan, juga
menciptakan rasa percaya diri bagi konsumen yang telah memilih merek tersebut.
6. Lokal vs Global
a. Menjadi Lokal
Satu pilihan strategi diferensiasi adalah membuat satu merek dipersepsikan
sebagai merek lokal dari perusahaan lokal. Menjadi lokal terutama efektif bila
29
program pemasaran pesaing global tidak peka atau tidak sejalan (atau bahkan
bertentangan) dengan selera lokal. Usaha yang serius untuk berlaku lokal juga
dapat menghasilkan pengertian yang lebih baik mengenai kebutuhan dan
kebiasan lokal.
b. Menjadi global
Pilihan identitas lain adalah menjadi global. Sebuah merek global memberikan
sinyal umur panjang, sumber daya untuk investasi merek, dan komitmen
terhadap masa depan merek. Sebuah perusahaan global akan dianggap lebih maju
secara teknologi, yaitu mampu berinvestasi di R&D dan mendatangkan
kemajuan di negara di mana merek berkompetisi. Sebuah merek global juga
mempunyai prestise karena ia mampu berkompetisi secara sukses dalam pasar
yang berbeda.
Selanjutnya apabila para konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik
berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus menerus
sehingga dapat membentuk kesetian terhadap merek tertentu, yang disebut dengan
loyalitas merek (brand loyalty).
Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan pelanggan, karena
dia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu
dari lain.
30
Terdapat lima keuntungan asosiasi merek, yaitu:
1. Dapat membantu penyusunan informasi. Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu
merek, dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang
dapat dengan mudah dikenal oleh pelanggan.
2. Perbedaan merupakan suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat
penting bagi usaha pembedaan. Asosiasi-asosiasi merek dapat memainkan peran
yang sangat penting dalam membedakan satu merek dari merek yang lain.
3. Alasan untuk membeli, pada umumnya asosiasi merek sangat membantu para
konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak .
4. Penciptaan sikap atau perasaan positif, asosiasi merek dapat merangsang perasaan
positif yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap produk yang
bersangkutan.
5. Landasan untuk perluasan, asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu
perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek dan
sebuah produk baru.
2.5
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dalam sebuah pamasaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Para ahli memiliki beberapa pandangan mengenai definisi ini antara lain: Engel
et al. (1995) dikutip oleh Simamora (2004:1) mendefinisikan perilaku konsumen, yaitu:
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghasilkan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
31
Menurut Peter (2003:6) definisi perilaku konsumen adalah:
Consumer behavior is the dynamic interaction of affect and cognition
behavior, and the environment by which human beings conduct the
exchange aspects of their lives.
American marketing association (AMA) seperti dikutip oleh Peter et al (2000:6)
mendefinisikan perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai “interaksi dinamis
antara pengaruh dan kondisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia
melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka”. Dari definisi yang diuraikan dapat
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.
2. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembeli serta
tindakan memperoleh, memakai, mengkonsumsi, dan menghasilkan produk.
3. Mengetaui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlsh
ysng dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang
sudah beli dikonsumsi, juga termasuk variabel-variabel yang tidak diamati seperti
nilai-nilai yang dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka
mengevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan
penggunaan produk yang bermacam-macam.
Dengan kata lain perilaku konsumen yang akan dipengaruhi oleh apa yang
dipikirkan dan perasaan yang timbul dari pengalaman orang tersebut dan kegiatan
mereka dalam proses mengkonsumsi.
32
Paling tidak terdapat tiga ide penting dalam definisi di atas yang dapat kita
ketahui, yaitu:
1. Perilaku adalah Dinamis
Pertama definisi di atas menekankan bahwa perilaku konsumen itu dinamis ini
berarti seorang konsumen atau kelompok konsumen, serta masyarakat luar selalu
berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap study
perilaku konsumen, demikian pula pada pengembangan strategi perusahaan. Dalam
hal study perilaku konsumen salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi
perilaku konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk, dan
individu atau kelompok tertentu. Dengan semakin dinamisnya perilaku konsumen
akan sangat tergantung pada kegiatan atau proses perilaku tersebut.
2. Perilaku Konsumen Melibatkan Interaksi
Hal kedua yang diterapkan dalam definisi konsumen adalah keterlibatan interaksi
antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kegiatan di sekitar ini yang berarti bahwa
untuk memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan
(pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa yang dipirkan, dirasa, dan
dilakukan konsumen.
3. Perilaku Konsumen Melibatkan Peraturan
Hal terakhir ditekankan dalam perilaku konsumen adalah pertukaran diantara
individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan
definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran.
33
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku
konsumen adalah tindakan-tindakan
yang dilakukan perorangan untuk dapat
menggunakan dan mengevaluasi suatu barang dan jasa. Pada dasarnya konsumen
menjadi pelaku sendiri di dalam ruang lingkup pasar. Hal ini dapat kita lihat bahwa
kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan para konsumen itulah yang selalu ingin
diketahui oleh perusahaan, perilaku konsumen juga merupakan suatu proses. Hal ini kita
lihat bahwa setiap manusia atau perusahaan yang memberi atau menerima sesuatu yang
bernilai merupakan suatu bagian dari proses marketing, perilaku konsumen juga dapat
mempengaruhi banyak pelaku pasar yang berbeda-beda.
2.6
Kerangka Pemikiran
Menurut Philip Kotler ( 2005:216 ) persepsi adalah :”proses yang digunakan oleh
individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan informasi guna
menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti”. Persepsi tidak hanya tergantung pada
rangsangan fisik, tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan
sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.
Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi, dan loyalitas pelanggan adalah
kunci sukses. Terlebih pada kondisi sekarang, pemasaran merupakan pertempuran
persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk. Beberapa produk dengan
kualitas, model, karakteristik tambahan (features), serta kualitas yang relatif sama dapat
memiliki kinerja yang berbeda di pasar karena perbedaan persepsi dalam benak
konsumen.
34
Pembentukan persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek. Pada uraian ini,
suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat akan berkesempatan membentuk landasan
merek yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan merek dalam persaingan apa
pun dalam waktu yang lama.
Citra merek merupakan persepsi pelanggan terhadap sebuah merek yang
mencerminkan pada serangkaian asosiasi yang dikaitkan oleh pelanggan bersangkutan
dengan nama merek tertentu dalam memorinya. Dalam artikelnya yang dipublikasikan di
journal of consumer marketing yang dikemukakan oleh del Rio, Vazquez, dan Iglesias
(2001) menganalisis asosiasi merek berdasarkan fungsi dan manfaat yang diasosiasikan
konsumen dengan merek tertentu. Ketiga pakar pemasaran ini mengukur fungsi dan
manfaat merek asosiasi (brand association) melalui enam dimensi utama dalam buku
Marketing Scales, Tjiptono, dkk (2004:239-242), yaitu:
1. Jaminan
Janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen,
dimana para konsumen akan diberikan ganti rugi bila ternyata produk tidak bisa
berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
2. Identifikasi Pribadi
Merupakan semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan
yang dibuat konsumen tentang objek, atribut dan manfaat dari produk tersebut.
3. Identifikasi Sosial
Tingkah laku konsumen yang dipengaruhi karena faktor-faktor seperti keluarga,
kelompok kecil, serta peran dan status sosial konsumen.
35
4. Status
Setiap produk yang membawa status yang mencerminkan penghargaan yang
diberikan oleh masyarakat, maka sering kali konsumen memilih produk yang
menunjukkan statusnya dalam masyarakat.
5. Kesediaan Menerima Perluasan Merek
Masyarakat menerima produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan dengan
menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induknya.
6. Kesediaan untuk Merekomendasikan Merek
Masyarakat bersedia menunjukkan merek produk, yang dikonsumsinya ke orang
lain.
36
Gambar 2.3
Bagan Kerangka Pemikiran
PT. Unilever, Tbk
Persepsi Konsumen
Sabun Mandi Cair Lux
Brand Association
Dimensi :
1. Jaminan
2. Identifikasi Pribadi
3. Identifikasi sosial
4. Status
5. Kesediaan menerima perluasan merek
6. Kesediaan untuk merekomendasikan Merek
Persepsi Brand
Association
Download