PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 PENGOLAHAN FLUIDA TERPRODUKSI LAPANGAN MINYAK MINAS: DARI PEMBELIAN BAHAN KIMIA KE KONTRAK JASA ATAS DASAR KINERJA Dasmaji, Muliater Hariandja PT. Caltex Pacific Indonesia Kata kunci: Bahan kimia, kontrak jasa, kemitraan, metrik, performance-factor, imbalan jasa ABSTRAK Mulai memproduksi minyak pada tahun 1952, lapangan minyak Minas pada saat ini sedang giat dan konsisten menerapkan teknologi water flood untuk memperbaiki tingkat produksi minyaknya. Rata-rata produksi untuk enam bulan terakhir adalah sekitar 130 MBOPD dan 5,500 MBIWPD. Besarnya volume fluida terproduksi ini mendorong dilakukannya program pengolahan kimiawi secara intensive yang meliputi pemecahan emulsi air dalam minyak, emulsi minyak dalam air, pencegahan korosi dan pencegahan pembentukan kerak calcium carbonat. Menyadari bahwa proses pengadaan bahan kimia dengan cara pembelian berulang-ulang dirasakan kurang efektif dan berperan menyebabkan tingginya biaya pengolahan fluida terproduksi, PT Caltex Pacific Indonesia (selanjutnya disebut perusahaan) mulai mencari model proses pengadaan yang lebih baik. Pengembangan strategi pengadaan bahan kimia telah bergerak dari purchase order biasa ke blanket purchase order sebelum akhirnya menggunakan sistem kontrak jasa pengolahan bahan kimia secara terpadu. Sistem ini menggunakan metode pembayaran atas dasar hasil kinerja pengolahan di lapangan. Model pengadaan terpadu yang baru ini merupakan suatu bentuk kemitraan jangka panjang dengan mitra kerja yang terbukti dapat memperpendek siklus waktu pengadaan, meniadakan cadangan bahan kimia di gudang perusahaan dan menurunkan biaya (harga) pengolahan sebesar 26%. Sedangkan keuntungan bagi mitra kerja, model pengadaan baru ini dapat memberikan kepastian bisnis jangka panjang yang memungkinkan untuk membuat rencana produksi yang tepat yang menghasilkan penurunan biaya pemasaran dan operasional secara signifikan. Tulisan ini memberikan penjelasan mengenai kontrak jasa pengolahan menggunakan bahan kimia secara terpadu tersebut di atas yang mencakup proses seleksi rekanan bisnis yang fair dan trasparan melalui prosedur dan aturan lelang terbuka yang berlaku, skrining laboratorium, kompetensi asesmen para peserta lelang, dan evaluasi faktor kinerja di lapangan. Semua proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan metrik yang spesifik namun jelas untuk menjamin sistem penilaian yang adil dan konsisten. 1. PENDAHULUAN Pada periode sebelum bulan April 1999 pengadaan bahan kimia untuk keperluan pengolahan fluida terproduksi di lapangan minyak Minas masih dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan cara membeli sejumlah bahan kimia tertentu yang dibutuhkan untuk periode tertentu, menyimpan di gudang perusahaan dan memakainya sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Cara pengadaan seperti ini mengharuskan perusahaan untuk melakukan pekerjaan administrasi pembelian yang berulang-ulang, melakukan pengontrolan mutu bahan kimia yang diserahkan pemasok, melakukan inventory di gudang, dan mendistribusikan ke tempat penyuntikan bahan kimia di lapangan. Kemungkinan terjadinya penurunan mutu selama penyimpanan, kebocoran wadah atau tumpahan bahan kimia tersebut yang mungkin menjadi masalah pencemaran lingkungan juga menjadi tanggungan perusahaan. Semua rangkaian aktivitas ini dapat memicu biaya operasi perusahaan yang relatif lebih tinggi. Bahan kimia yang dibeli perusahaan ialah bahan kimia yang telah terbukti ampuh bekerja di lapangan. Pembelian dilakukan dengan cara penunjukan langsung kepada pemasok yang mempunyai bahan kimia yang paling cost-effective. Dengan klaim telah mendapatkan temuan bahan kimia baru yang lebih ampuh dibanding bahan kimia yang sedang dipakai oleh perusahaan, pemasok atau produsen lain meminta perusahaan untuk mengujicobakan bahan kimia barunya tersebut. Sayangnya setelah dilakukan uji lapangan tidak selalu diperoleh hasil yang lebih cost-effective, sehingga baik perusahaan maupun pemasok sering melakukan pekerjaan yang tidak ada nilai tambahnya. Hal ini menyebabkan tingginya biaya pemasaran para pemasok bahan kimia. Model IATMI 2001-48 pengadaan seperti ini juga tidak menjamin kepastian bagi pemasok apakah bahan kimianya masih akan tetap dibeli oleh perusahaan pada waktu yang akan datang sehingga biaya produksi dan operasi pemasok menjadi lebih tinggi. Untuk mengurangi pekerjaan yang berulang-ulang tersebut di atas, sejak bulan April 1999, perusahaan menerapkan model pengadaan blanket purchase order. Model ini pada dasarnya sama dengan purchase order tetapi dengan komitmen jumlah volume pembelian yang lebih besar untuk jangka waktu kebutuhan yang lebih panjang. Cara ini akan memberikan kepastian pada pemasok untuk melakukan rencana produksi yang lebih pasti dan menurunkan harga jual kepada perusahaan. Dengan blanket purchase order perusahaan masih tetap melakukan pekerjaan administrasi pembelian, uji mutu, inventori dan pendistributian ke tempat penyuntikan di lapangan. Observasi menunjukkan bahwa biaya pengolahan menggunakan bahan kimia masih dapat dibuat lebih efisien. Untuk itu usaha pencarian model pengadaan bahan kimia yang lebih baik dan efisien terus dilakukan. 2. DISKUSI Idealnya proses pengadaan bahan kimia yang diterapkan harus dapat meberikan keuntungan baik bagi perusahaan maupun pemasok. Kondisi ini diyakini akan dapat dicapai melalui pendekatan strategi kemitraan. Perusahaan berkeinginan untuk menetapkan atau meciptakan suatu model kemitraan yang harmonis dalam jasa pengolahan fluida terproduksi di lapangan dengan pemasok jasa (dan selanjutnya disebut mitra kerja) yang memproduksi bahan kimianya sendiri guna Pengolahan Fluida Terproduksi Lapangan Minyak Minas : Dari Pembelian Bahan Kimia ke Kontrak Jasa Atas Dasar Kinerja mendapatkan kinerja pengolahan yang baik untuk keuntungan kedua belah pihak. Dasmaji, M Hariandja diwujudkan dalam suatu kontrak jasa pengolahan fluida terproduksi di lapangan minyak Minas berjangka waktu 4 tahun. 2.1. Kemitraan yang Saling Menguntungkan 2.2. Keuntungan bagi Perusahaan Pemicu dilakukannya kemitraan ini adalah oportunitas bisnis yang dimiliki perusahaan, munculnya trend “global sourcing” yang membutuhkan produk bahan kimia lokal yang kompetitif dan adanya dukungan dari pemerintah. Oportunitas bisnis yang dimiliki perusahaan antara lain ialah kebutuhan akan bahan kimia yang cukup banyak dan kontinyu, menyederhanakan rantai “supply chain” bahan kimia, banyaknya calon mitra kerja yang sudah memproduksi bahan kimia secara lokal, calon mitra kerja lokal telah mampu bersaing dengan calon mitra kerja internasional, kemungkinan untuk memperpedek siklus waktu pengadaan dan meniadakan inventori bahan kimia yang berarti menurunkan biaya operasi secara keseluruhan. Untuk dapat mewujudkan kemitraan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, perusahaan harus mau dan sanggup memberikan kepercayaan kepada mitra kerja sepenuhnya. Perusahaan mendelegasikan semua rangkaian pekerjaan pengadaan bahan kimia sampai ke tempat penyuntikan kepada mitra kerja. Pengiriman, uji mutu, inventori, pendistributian semua bahan kimia di lapangan didelegasikan ke mitra kerja. Perusahaan tinggal menghitung jumlah bahan kimia yang harus diinjeksikan dan memonitor kualitas hasil pengolahannya. Dilain pihak mitra kerja harus dengan penuh rasa tanggung jawab mampu melaksanakan pekejaan yang didelegasikan perusahaan tersebut di atas. Mitra kerja diwajibkan memiliki gudang di lapangan untuk melakukan inventori bahan kimia sesuai dengan kebutuhan di lapngan. Mitra kerja juga harus menyediakan tenaga kerja, kendaraan dan peralatan yang diperlukan untuk mendistribusikan bahan kimianya ke tempat penyuntikan di lapangan. Para pegawai mitra kerja di lapangan bertanggung jawab atas kelancaran dan ketepatan jumlah bahan kimia yang harus diinjeksikan pada setiap titik penyuntikan. Perusahaan menyadari bahwa mitra kerja mempunyai kompetensi yang lebih baik dalam hal mencari, menentukan dan pengecekan kualitas bahan kimia yang terbaik dan paling cocok digunakan di lapangan. Tingkat kompetesi yang tinggi diantara banyak calon mitra kerja yang ada memicu mitra kerja terpilih untuk bekerja lebih baik dan tidak mau gagal dalam menerima tanggung jawab yang diberikan perusahaan. Bagi mitra kerja terpilih, kegagalan memberikan jasa yang diminta berarti reputasi menjadi pudar dan masa depan bisnisnya terancam. Dengan menerima tanggung jawab yang diberikan perusahaan, mitra kerja akan terpicu untuk menjadi lebih efisien dan kompetitif. Kemitraan ini, secara logis, akan lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak apabila diwujudkan dalam kesepakatan dengan jangka waktu yang lebih panjang. Hal ini akan memberikan kepastian dalam tenggang waktu yang cukup bagi mitra kerja untuk melakukan efisiensi bisnisnya. Jangka waktu yang panjang juga diperlukan oleh pihak mitra kerja untuk mencari formulasi yang terbaik dalam memberikan jasa pengolahan fluida terproduksi kepada pihak perusahaan. Berdasarkan pemikiran ini perusahaan memutuskan untuk melakukan kemitraan dengan mitra kerja terpilih yang IATMI 2001-48 Sesuai dengan objektif perusahaan, bentuk kemitraan di atas akan dapat memberikan keuntungan sebagai berikut: • • • • • Mendapatkan harga bahan kimia yang kompetetif Memperpendek siklus waktu pengadaan Mencapai “zero” stock bahan kimia Tidak perlu lagi melakukan pekerjaan uji mutu bahan kimia Dapat melakukan realokasi “resources”. Semua itu akan memberikan kontribusi terhadap usaha perusahaan untuk menurunkan biaya operasi secara menyeluruh dan menjadi lebih efisien. 2.3. Keuntungan bagi Mitra Kerja Dipandang dari sudut mitra kerja, keuntungan yang diperoleh dari sistem kemitraan bisnis dalam proses pengadaan bahan kimia dapat dilihat dari proses seleksinya, pengadaan jasa, strategi bisnis jangka pendek, menengah dan panjang. Proses seleksi pemilihan mitra kerja dan produknya telah dilakukan dengan suatu rangkaian proses yang teliti, fair, dan memerlukan jangka waktu yang cukup panjang untuk mencapai suatu keputusan yang di dasarkan pada basis produk yang "cost-effective". Proses ini pada umumnya dapat dijadikan pedoman atau tolok ukur bagi mitra kerja untuk merancang design produk dan margin keuntungan yang akan dicapai dalam kurun waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan masa kontrak. Sementara itu, dengan adanya kepastian kontrak jangka panjang, aspek pengadaan bahan kimia (termasuk penyediaan tenaga dan peralatan operasi) dapat diprediksi dan direncanakan oleh mitra kerja dengan lebih akurat, sehingga proses pengadaan bahan baku (raw material), proses produksi, penyimpanan dan transportasi dapat dikalkulasikan dengan kondisi yang lebih pasti dan terencana. Strategi bisnis, baik jangka pendek menengah maupun panjang, dapat dirancang dengan lebih cermat dengan memperhitungkan semua faktor yang terlibat di dalam sistem kemitraan bisnis tersebut. Dengan melihat jenis dan volume bahan kimia yang dibutuhkan dalam kontrak serta tingkat persaingan pada proses lelangnya, maka mitra kerja dapat merancang strategi yang akan dipergunakan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Mitra kerja biasanya memutuskan untuk menurunkan harga bahan kimianya dibandingkan dengan yang sudah ada, dengan perhitungan bahwa sistem ini akan memberikan kepastian keuntungan untuk jangka waktu tertentu yang lebih panjang meskipun tidak terlalu besar. Sedangkan untuk jangka waktu yang lebih panjang lagi, bermitra dengan perusahaan minyak yang besar, akan dapat memelihara sistem jaringan, data referensi, pengenalan lapangan, interaksi dan kerjasama dengan wakil perusahaan secara terus menurus dan tak terputuskan. Dalam konteks bisnis, faktor-faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap strategi bisnis jangka panjang mitra kerja. Pengolahan Fluida Terproduksi Lapangan Minyak Minas : Dari Pembelian Bahan Kimia ke Kontrak Jasa Atas Dasar Kinerja Dasmaji, M Hariandja 2.4. Proses Lelang dan Seleksi Mitra Kerja Seleksi untuk menentukan mitra kerja terbaik yang dapat memberikan jasa pengolahan fluida terproduksi paling “cost effective” dilakukan melalui proses lelang terbuka sesuai prosedure dan peraturan pemerintah yang berlaku. Persyaratan khusus yang diminta ialah bahwa calon mitra kerja harus mempunyai fasiltas “blending plant” sendiri yang terletak di wilayah Indonesia. Calon mitra kerja yang mempunyai laboratorium penunjang dengan peralatan analysis, penelitian dan pengembangan yang lebih lengkap juga akan menjadi preferensi perusahaan. Secara umum proses lelangnya meliputi seleksi persyaratan admistrasi, skrining atau uji laboratorium bahan kimia calon mitra kerja, pengujian bahan kimia calon mitra kerja di lapangan, pembuatan dan presentasi rencana kerja dan usulan perbaikan dari calon mitra kerja untuk program pengolahan fluida terproduksi di lapangan minyak Minas dan lelang komersial bagi calon mitra kerja yang lulus dalam tahapan teknikal tersebut di atas. Penentuan pemenang lelang atau mitra kerja terpilih didasarkan pada rumusan sebagai berikut: Total bid price Winner = ……. (1) (85% FTPF + 10%TQIC + 5% FOSI) Total bid price = harga penawaran total calon mitra kerja FTPF = Field test performance factor TQIC = Technical and quality improvement capabilities FOSI = Field operational service index Pemenang lelang atau mitra kerja terpilih ialah calom mitra kerja peserta lelang tahap komersial yang mempunyai nilai Winner pada persamaan (1) paling rendah. Proses seleksi dan evaluasi calon mitra kerja dilakukan dengan seimbang, fair dan transparan. Nilai FTPF diperhitungkan berdasarkan hasil uji coba di lapangan yang diperhitungkan secara seimbang dari beberapa jenis bahan kimia yang diuji. TQIC dan FOSI untuk setiap calon mitra kerja diperhitungkan melalui asesmen yang teliti menggunakan metrik yang spesifik dan jelas. Field test performance factor Nilai FTPF merefleksikan kualitas bahan kimia calon mitra kerja dalam mencapai spesifikasi kinerja pengolahan yang ditetapkan selama masa uji lapangan. Empat jenis bahan kimia diuji di lapangan yaitu demulsifier, reverse demulsifier, corrosion inhibitor dan scale inhibitor sehingga FTPF harus dihitung dari hasil uji lapangan keempat jenis bahan kimia tersebut menurut bobot penggunaan di lapangan. FTPF = 0.1PFdem+ 0.4PFrd+ 0.25PFci+ 0.25PFsi …. (2) Performance factor untuk hasil uji lapangan masing-masing jenis bahan kimia dihitung dengan rumus sebagai berikut: BS & WAct − BS & W Re q 100 PFdem = 1 − 0.10 BS & W Re q ….. .. (3) BS&Wact = Actual BS&W of the treated oil (%) BS&Wreq = Required BS&W of the treated oil (0.25%). IATMI 2001-48 OCST Act − OCST Re q PFrd = 1 − 0 .50 * 100 OCST Re q ..…(4) OCSTact = Actual oil content of treated water (ppm) OCSTreq = Required oil content of treated water (25 ppm). CR Re q − CRAct * 100 PFci = 1 + 0.25 . CR Re q ………..... (5) CRact = Actual field test corrosion rate (mpy) CRreq = Required corrosion rate ( 3.0 mpy). SGR Re q − SGRAct PFsi = 1 + 0.25 . * 100 SGR Re q ………… (6) SGRact = Actual scale growth (mg/sqft.day) SGRreq = Required scale growth (50 mg/sqft.day). Technical and quality improvement capabilities Kemampuan calon mitra kerja dalam bidang teknikal dan kemampuan melakukan perbaikan kualitas program pengolahan fluida terproduksi (TQIC) dinilai menggunakan sebuah metric dengan parameter utama sebagai berikut: • • • • • • • • Managemen perusahaan calon mitra kerja (5%) Perlindungan asuransi dan kondisi finansial (5%) Prestasi dan sertifikasi (5%) Tenaga Ahli Teknik (10%) Laboratorium beserta fasilitasnya dan kemampuan analisis di lapangan (15%) Blending plant facilities (10%) Sumber bahan baku, inventori dan quality control terhadap produk yang dihasilkan (10%) Presentasi dan pembuatan proposal program perbaikan kualitas pengolahan fluida terproduksi lapangan minyak Minas selama masa kontrak (40%). Untuk mendapatkan data yang akurat dan agar dapat melakukan penilaian dengan baik beberapa parameter tersebut di atas, perusahaan secara resmi melakukan kunjungan kepada para calon mitra kerja dan melakukan peninjauan ke fasilitas yang dimilikinya (laboratorium, jaringan komputer, gudang dan blending plant). Untuk menghidarkan adanya faktor bias dan untuk mendapatkan hasil evaluasi yang fair, penilian dilakukan dengan menggunakan metrik seperti tersebut di atas oleh 6 pegawai perusahaan dari berbagai team. Contoh metrik untuk penilaian proposal program perbaikan kualitas yang digunakan disajikan dalam Tabel-1. Field operational service index Kualitas jasa pengolahan fluida terproduksi yang diberikan para calon mitra kerja dievaluasi selama masa uji lapangan. Penilaian lebih banyak dilakukan oleh para pegawai (operator dan teknisi) perusahaan yang bekerja di lapangan yang bersangkutan. Faktor kinerja di lapangan yang dinilai meliputi: • Motivasi kerja pegawai calon mitra kerja di lapangan • Teamwork • Inisiatif dan kreativitas Pengolahan Fluida Terproduksi Lapangan Minyak Minas : Dari Pembelian Bahan Kimia ke Kontrak Jasa Atas Dasar Kinerja • • • • • • • • Kelancaran komunikasi Pengetahuan tentang sistem dan proses pengolahan yang ada di lapangan Pengetahuan dan kecakapan tenknik Kelengkapan peralatan pendukung di lapangan Ketersediaan tenaga kerja di lapangan Troubleshooting Kinerja di bidang keselamatan, kesehatan dan pelestarian lingkungan Etika para pegawai calon mitra kerja. 2.5. Imbalan Atas Dasar Kinerja Dalam kontrak jasa ini, besarnya imbalan tidak secara langsung didasarkan pada volume bahan kimia yang dipakai tetapi perusahaan akan membayar imbalan jasa kepada mitra kerja atas dasar jumlah fluida terproduksi yang diolah dengan menggunakan bahan kimia dari mitra kerja dan kinerja atau kualitas hasil olahan yang dicapainya. Nilai imbalan yang akan dibayarkan perusahaan kepada mitra kerja dihitung dengan model persamaan (7) sebagai berikut: PAY = (Vtreated) x (Cdosage) x (UnitPrice) x (PF) ……(7) PAY Vtreated Cdosage UnitPrice PF = nilai imbalan (US$) = Volume fluida yang diolah (barrel) = Dosis standar bahan kimia (gallon/barrel) = Harga satuan bahan kimia (US$/gallon) = Performance factor Sedangakan performance factor (PF) dihitung dengan menggunakan model rumusan sebagai berikut: Qspec − Qact ……………………..….. (8) PF = 1 + a Qspec Qspec = standar kualitas yang diminta/ditetapkan Qact = kualitas hasil olahan yang dicapai di lapangan a = konstanta imbalan atas kinerja Nilai konstanta a pada persamaan (8) dimaksudkan untuk mengakomodasi konsep ”share-risk share-benefit” atas kinerja yang dihasilkan mitra kerja di lapangan. Nilainya berbedabeda untuk tiap jenis bahan kimia yang digunakan di lapangan. Konstanta ini ditetapkan sebelum calon mitra kerja mengajukan harga penawaran pada tahapan lelang komersial. Persyaratan yang perlu diperhatikan agar dapat menerapkan model pembayaran imbalan jasa ini antara lain ialah: • • • • • Pengukuran volume fluida terproduksi telah dilakukan dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tingkat konsistensinya. Facilitas alat proses dapat dikendalikan dengan baik. Karakteristik kinerja pengolahan telah dipahami dengan baik. Produksi fluida yang diolah selama masa kontrak telah diprediksikan. Tidak ada rencana penambahan peralatan proses yang cukup signifikan. Kalau ada rencana tentang hal ini harus dicantumkan dalam dokumen kontraknya. IATMI 2001-48 Dasmaji, M Hariandja 3. HASIL Implementasi kontrak jasa pengolahan fluida terproduksi di lapangan minyak Minas yang dimulai pada tanggal 1 October 2000 terbukti dapat menurunkan biaya operasi pengolahan menggunakan bahan kimia perusahaan sampai dengan 26%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Gambar-1 terlampir. Walaupun biaya operasi turun, kinerja pengolahan fluida terproduksi tetap bisa dipertahankan. Kinerja untuk untuk penggunaan masing-masing jenis bahan kimia sebelum dan selama masa kontrak jasa diterapkan dapat dilihat pada Gambar-2. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Management PT Caltex Pacific Indonesia, khususnya Management Minas SBU, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menulis dan mempresentasikan makalah ini pada Simposium Nasional IATMI 20001 di Yogyakarta. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dari Production Operations, Procurement Team, Legal Affair dan Laboratorium yang telah membantu pelaksanaan proses lelang kontrak jasa ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Gouldie, T.A. (1994) To Tender, Re-Negotiate or Partner: Strategies for Contracting Service Companies. SPE Asia Pacific Oil and Gas Conference, November 7-10, Melbourne – Australia. 2. Sien, H.P. (1999) Chevron Supplier Quality Improvement Process, Chevron Global Procurement, San Francisco, CA. Tabel-1 Metric for Assessing Bidder’s Quality Improvement Capability Pengolahan Fluida Terproduksi Lapangan Minyak Minas : Dari Pembelian Bahan Kimia ke Kontrak Jasa Atas Dasar Kinerja Gambar-1 Perbandingan Biaya Pengolahan Menggunakan Bahan Kimia Sebelum dan Selama Kontrak Jasa IATMI 2001-48 Dasmaji, M Hariandja Gambar-2 Kinerja Pengolahan Fluida Terproduksi Menggunakan Bahan Kimia Sebelum dan Sewaktu Kontrak Jasa