pengolahan fluida terproduksi lapangan minyak minas

advertisement
PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001
Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001
PENGOLAHAN FLUIDA TERPRODUKSI LAPANGAN MINYAK MINAS:
DARI PEMBELIAN BAHAN KIMIA KE KONTRAK JASA
ATAS DASAR KINERJA
Dasmaji, Muliater Hariandja
PT. Caltex Pacific Indonesia
Kata kunci: Bahan kimia, kontrak jasa, kemitraan, metrik, performance-factor, imbalan jasa
ABSTRAK
Mulai memproduksi minyak pada tahun 1952, lapangan minyak Minas pada saat ini sedang giat dan konsisten menerapkan
teknologi water flood untuk memperbaiki tingkat produksi minyaknya. Rata-rata produksi untuk enam bulan terakhir adalah sekitar 130
MBOPD dan 5,500 MBIWPD. Besarnya volume fluida terproduksi ini mendorong dilakukannya program pengolahan kimiawi secara
intensive yang meliputi pemecahan emulsi air dalam minyak, emulsi minyak dalam air, pencegahan korosi dan pencegahan
pembentukan kerak calcium carbonat.
Menyadari bahwa proses pengadaan bahan kimia dengan cara pembelian berulang-ulang dirasakan kurang efektif dan
berperan menyebabkan tingginya biaya pengolahan fluida terproduksi, PT Caltex Pacific Indonesia (selanjutnya disebut perusahaan)
mulai mencari model proses pengadaan yang lebih baik. Pengembangan strategi pengadaan bahan kimia telah bergerak dari purchase
order biasa ke blanket purchase order sebelum akhirnya menggunakan sistem kontrak jasa pengolahan bahan kimia secara terpadu.
Sistem ini menggunakan metode pembayaran atas dasar hasil kinerja pengolahan di lapangan. Model pengadaan terpadu yang baru ini
merupakan suatu bentuk kemitraan jangka panjang dengan mitra kerja yang terbukti dapat memperpendek siklus waktu pengadaan,
meniadakan cadangan bahan kimia di gudang perusahaan dan menurunkan biaya (harga) pengolahan sebesar 26%. Sedangkan
keuntungan bagi mitra kerja, model pengadaan baru ini dapat memberikan kepastian bisnis jangka panjang yang memungkinkan untuk
membuat rencana produksi yang tepat yang menghasilkan penurunan biaya pemasaran dan operasional secara signifikan.
Tulisan ini memberikan penjelasan mengenai kontrak jasa pengolahan menggunakan bahan kimia secara terpadu tersebut di
atas yang mencakup proses seleksi rekanan bisnis yang fair dan trasparan melalui prosedur dan aturan lelang terbuka yang berlaku,
skrining laboratorium, kompetensi asesmen para peserta lelang, dan evaluasi faktor kinerja di lapangan. Semua proses evaluasi
dilakukan dengan menggunakan metrik yang spesifik namun jelas untuk menjamin sistem penilaian yang adil dan konsisten.
1. PENDAHULUAN
Pada periode sebelum bulan April 1999 pengadaan bahan
kimia untuk keperluan pengolahan fluida terproduksi di
lapangan minyak Minas masih dilakukan dengan cara
konvensional yaitu dengan cara membeli sejumlah bahan
kimia tertentu yang dibutuhkan untuk periode tertentu,
menyimpan di gudang perusahaan dan memakainya sesuai
dengan kebutuhan di lapangan. Cara pengadaan seperti ini
mengharuskan perusahaan untuk melakukan pekerjaan
administrasi pembelian yang berulang-ulang, melakukan
pengontrolan mutu bahan kimia yang diserahkan pemasok,
melakukan inventory di gudang, dan mendistribusikan ke
tempat penyuntikan bahan kimia di lapangan. Kemungkinan
terjadinya penurunan mutu selama penyimpanan, kebocoran
wadah atau tumpahan bahan kimia tersebut yang mungkin
menjadi masalah pencemaran lingkungan juga menjadi
tanggungan perusahaan. Semua rangkaian aktivitas ini dapat
memicu biaya operasi perusahaan yang relatif lebih tinggi.
Bahan kimia yang dibeli perusahaan ialah bahan kimia yang
telah terbukti ampuh bekerja di lapangan. Pembelian
dilakukan dengan cara penunjukan langsung kepada pemasok
yang mempunyai bahan kimia yang paling cost-effective.
Dengan klaim telah mendapatkan temuan bahan kimia baru
yang lebih ampuh dibanding bahan kimia yang sedang dipakai
oleh perusahaan, pemasok atau produsen lain meminta
perusahaan untuk mengujicobakan bahan kimia barunya
tersebut. Sayangnya setelah dilakukan uji lapangan tidak
selalu diperoleh hasil yang lebih cost-effective, sehingga baik
perusahaan maupun pemasok sering melakukan pekerjaan
yang tidak ada nilai tambahnya. Hal ini menyebabkan
tingginya biaya pemasaran para pemasok bahan kimia. Model
IATMI 2001-48
pengadaan seperti ini juga tidak menjamin kepastian bagi
pemasok apakah bahan kimianya masih akan tetap dibeli oleh
perusahaan pada waktu yang akan datang sehingga biaya
produksi dan operasi pemasok menjadi lebih tinggi.
Untuk mengurangi pekerjaan yang berulang-ulang tersebut di
atas, sejak bulan April 1999, perusahaan menerapkan model
pengadaan blanket purchase order. Model ini pada dasarnya
sama dengan purchase order tetapi dengan komitmen jumlah
volume pembelian yang lebih besar untuk jangka waktu
kebutuhan yang lebih panjang. Cara ini akan memberikan
kepastian pada pemasok untuk melakukan rencana produksi
yang lebih pasti dan menurunkan harga jual kepada
perusahaan.
Dengan blanket purchase order perusahaan masih tetap
melakukan pekerjaan administrasi pembelian, uji mutu,
inventori dan pendistributian ke tempat penyuntikan di
lapangan. Observasi menunjukkan bahwa biaya pengolahan
menggunakan bahan kimia masih dapat dibuat lebih efisien.
Untuk itu usaha pencarian model pengadaan bahan kimia
yang lebih baik dan efisien terus dilakukan.
2. DISKUSI
Idealnya proses pengadaan bahan kimia yang diterapkan harus
dapat meberikan keuntungan baik bagi perusahaan maupun
pemasok. Kondisi ini diyakini akan dapat dicapai melalui
pendekatan strategi kemitraan. Perusahaan berkeinginan
untuk menetapkan atau meciptakan suatu model kemitraan
yang harmonis dalam jasa pengolahan fluida terproduksi di
lapangan dengan pemasok jasa (dan selanjutnya disebut mitra
kerja) yang memproduksi bahan kimianya sendiri guna
Pengolahan Fluida Terproduksi Lapangan Minyak Minas :
Dari Pembelian Bahan Kimia ke Kontrak Jasa Atas Dasar Kinerja
mendapatkan kinerja pengolahan yang baik untuk keuntungan
kedua belah pihak.
Dasmaji, M Hariandja
diwujudkan dalam suatu kontrak jasa pengolahan fluida
terproduksi di lapangan minyak Minas berjangka waktu 4
tahun.
2.1. Kemitraan yang Saling Menguntungkan
2.2. Keuntungan bagi Perusahaan
Pemicu dilakukannya kemitraan ini adalah oportunitas bisnis
yang dimiliki perusahaan, munculnya trend “global sourcing”
yang membutuhkan produk bahan kimia lokal yang kompetitif
dan adanya dukungan dari pemerintah. Oportunitas bisnis
yang dimiliki perusahaan antara lain ialah kebutuhan akan
bahan kimia yang cukup banyak dan kontinyu,
menyederhanakan rantai “supply chain” bahan kimia,
banyaknya calon mitra kerja yang sudah memproduksi bahan
kimia secara lokal, calon mitra kerja lokal telah mampu
bersaing dengan calon mitra kerja internasional, kemungkinan
untuk memperpedek siklus waktu pengadaan dan meniadakan
inventori bahan kimia yang berarti menurunkan biaya operasi
secara keseluruhan.
Untuk dapat mewujudkan kemitraan yang menguntungkan
bagi kedua belah pihak, perusahaan harus mau dan sanggup
memberikan kepercayaan kepada mitra kerja sepenuhnya.
Perusahaan mendelegasikan semua rangkaian pekerjaan
pengadaan bahan kimia sampai ke tempat penyuntikan kepada
mitra kerja. Pengiriman, uji mutu, inventori, pendistributian
semua bahan kimia di lapangan didelegasikan ke mitra kerja.
Perusahaan tinggal menghitung jumlah bahan kimia yang
harus diinjeksikan dan memonitor kualitas hasil
pengolahannya.
Dilain pihak mitra kerja harus dengan penuh rasa tanggung
jawab mampu melaksanakan pekejaan yang didelegasikan
perusahaan tersebut di atas. Mitra kerja diwajibkan memiliki
gudang di lapangan untuk melakukan inventori bahan kimia
sesuai dengan kebutuhan di lapngan. Mitra kerja juga harus
menyediakan tenaga kerja, kendaraan dan peralatan yang
diperlukan untuk mendistribusikan bahan kimianya ke tempat
penyuntikan di lapangan. Para pegawai mitra kerja di
lapangan bertanggung jawab atas kelancaran dan ketepatan
jumlah bahan kimia yang harus diinjeksikan pada setiap titik
penyuntikan.
Perusahaan menyadari bahwa mitra kerja mempunyai
kompetensi yang lebih baik dalam hal mencari, menentukan
dan pengecekan kualitas bahan kimia yang terbaik dan paling
cocok digunakan di lapangan. Tingkat kompetesi yang tinggi
diantara banyak calon mitra kerja yang ada memicu mitra
kerja terpilih untuk bekerja lebih baik dan tidak mau gagal
dalam menerima tanggung jawab yang diberikan perusahaan.
Bagi mitra kerja terpilih, kegagalan memberikan jasa yang
diminta berarti reputasi menjadi pudar dan masa depan
bisnisnya terancam. Dengan menerima tanggung jawab yang
diberikan perusahaan, mitra kerja akan terpicu untuk menjadi
lebih efisien dan kompetitif.
Kemitraan ini, secara logis, akan lebih menguntungkan bagi
kedua belah pihak apabila diwujudkan dalam kesepakatan
dengan jangka waktu yang lebih panjang. Hal ini akan
memberikan kepastian dalam tenggang waktu yang cukup
bagi mitra kerja untuk melakukan efisiensi bisnisnya. Jangka
waktu yang panjang juga diperlukan oleh pihak mitra kerja
untuk mencari formulasi yang terbaik dalam memberikan jasa
pengolahan fluida terproduksi kepada pihak perusahaan.
Berdasarkan pemikiran ini perusahaan memutuskan untuk
melakukan kemitraan dengan mitra kerja terpilih yang
IATMI 2001-48
Sesuai dengan objektif perusahaan, bentuk kemitraan di atas
akan dapat memberikan keuntungan sebagai berikut:
•
•
•
•
•
Mendapatkan harga bahan kimia yang kompetetif
Memperpendek siklus waktu pengadaan
Mencapai “zero” stock bahan kimia
Tidak perlu lagi melakukan pekerjaan uji mutu bahan
kimia
Dapat melakukan realokasi “resources”.
Semua itu akan memberikan kontribusi terhadap usaha
perusahaan untuk menurunkan biaya operasi secara
menyeluruh dan menjadi lebih efisien.
2.3. Keuntungan bagi Mitra Kerja
Dipandang dari sudut mitra kerja, keuntungan yang
diperoleh dari sistem kemitraan bisnis dalam proses
pengadaan bahan kimia dapat dilihat dari proses seleksinya,
pengadaan jasa, strategi bisnis jangka pendek, menengah dan
panjang.
Proses seleksi pemilihan mitra kerja dan produknya telah
dilakukan dengan suatu rangkaian proses yang teliti, fair, dan
memerlukan jangka waktu yang cukup panjang untuk
mencapai suatu keputusan yang di dasarkan pada basis produk
yang "cost-effective". Proses ini pada umumnya dapat
dijadikan pedoman atau tolok ukur bagi mitra kerja untuk
merancang design produk dan margin keuntungan yang akan
dicapai dalam kurun waktu yang telah ditetapkan sesuai
dengan masa kontrak.
Sementara itu, dengan adanya kepastian kontrak jangka
panjang, aspek pengadaan bahan kimia (termasuk penyediaan
tenaga dan peralatan operasi) dapat diprediksi dan
direncanakan oleh mitra kerja dengan lebih akurat, sehingga
proses pengadaan bahan baku (raw material), proses produksi,
penyimpanan dan transportasi dapat dikalkulasikan dengan
kondisi yang lebih pasti dan terencana.
Strategi bisnis, baik jangka pendek menengah maupun
panjang, dapat dirancang
dengan lebih cermat dengan
memperhitungkan semua faktor yang terlibat di dalam sistem
kemitraan bisnis tersebut. Dengan melihat jenis dan volume
bahan kimia yang dibutuhkan dalam kontrak serta tingkat
persaingan pada proses lelangnya, maka mitra kerja dapat
merancang strategi yang akan dipergunakan untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Mitra kerja biasanya
memutuskan untuk menurunkan harga bahan kimianya
dibandingkan dengan yang sudah ada, dengan perhitungan
bahwa sistem ini akan memberikan kepastian keuntungan
untuk jangka waktu tertentu yang lebih panjang meskipun
tidak terlalu besar. Sedangkan untuk jangka waktu yang
lebih panjang lagi, bermitra dengan perusahaan minyak yang
besar, akan dapat memelihara sistem jaringan, data referensi,
pengenalan lapangan, interaksi dan kerjasama dengan wakil
perusahaan secara terus menurus dan tak terputuskan. Dalam
konteks bisnis, faktor-faktor ini sangat besar pengaruhnya
terhadap strategi bisnis jangka panjang mitra kerja.
Pengolahan Fluida Terproduksi Lapangan Minyak Minas :
Dari Pembelian Bahan Kimia ke Kontrak Jasa Atas Dasar Kinerja
Dasmaji, M Hariandja
2.4. Proses Lelang dan Seleksi Mitra Kerja
Seleksi untuk menentukan mitra kerja terbaik yang dapat
memberikan jasa pengolahan fluida terproduksi paling “cost
effective” dilakukan melalui proses lelang terbuka sesuai
prosedure dan peraturan pemerintah yang berlaku. Persyaratan
khusus yang diminta ialah bahwa calon mitra kerja harus
mempunyai fasiltas “blending plant” sendiri yang terletak di
wilayah Indonesia. Calon mitra kerja yang mempunyai
laboratorium penunjang dengan peralatan analysis, penelitian
dan pengembangan yang lebih lengkap juga akan menjadi
preferensi perusahaan. Secara umum proses lelangnya
meliputi seleksi persyaratan admistrasi, skrining atau uji
laboratorium bahan kimia calon mitra kerja, pengujian bahan
kimia calon mitra kerja di lapangan, pembuatan dan presentasi
rencana kerja dan usulan perbaikan dari calon mitra kerja
untuk program pengolahan fluida terproduksi di lapangan
minyak Minas dan lelang komersial bagi calon mitra kerja
yang lulus dalam tahapan teknikal tersebut di atas.
Penentuan pemenang lelang atau mitra kerja terpilih
didasarkan pada rumusan sebagai berikut:
Total bid price
Winner =
……. (1)
(85% FTPF + 10%TQIC + 5% FOSI)
Total bid price = harga penawaran total calon mitra kerja
FTPF = Field test performance factor
TQIC = Technical and quality improvement capabilities
FOSI = Field operational service index
Pemenang lelang atau mitra kerja terpilih ialah calom mitra
kerja peserta lelang tahap komersial yang mempunyai nilai
Winner pada persamaan (1) paling rendah.
Proses seleksi dan evaluasi calon mitra kerja dilakukan
dengan seimbang, fair dan transparan. Nilai FTPF
diperhitungkan berdasarkan hasil uji coba di lapangan yang
diperhitungkan secara seimbang dari beberapa jenis bahan
kimia yang diuji. TQIC dan FOSI untuk setiap calon mitra
kerja diperhitungkan melalui asesmen yang teliti
menggunakan metrik yang spesifik dan jelas.
Field test performance factor
Nilai FTPF merefleksikan kualitas bahan kimia calon mitra
kerja dalam mencapai spesifikasi kinerja pengolahan yang
ditetapkan selama masa uji lapangan. Empat jenis bahan
kimia diuji di lapangan yaitu demulsifier, reverse demulsifier,
corrosion inhibitor dan scale inhibitor sehingga FTPF harus
dihitung dari hasil uji lapangan keempat jenis bahan kimia
tersebut menurut bobot penggunaan di lapangan.
FTPF = 0.1PFdem+ 0.4PFrd+ 0.25PFci+ 0.25PFsi …. (2)
Performance factor untuk hasil uji lapangan masing-masing
jenis bahan kimia dihitung dengan rumus sebagai berikut:

 BS & WAct − BS & W Re q 
100
PFdem = 1 − 0.10 
BS & W Re q



….. .. (3)
BS&Wact = Actual BS&W of the treated oil (%)
BS&Wreq = Required BS&W of the treated oil
(0.25%).
IATMI 2001-48

 OCST Act − OCST Re q 
PFrd = 1 − 0 .50 
* 100
OCST Re q



..…(4)
OCSTact = Actual oil content of treated water (ppm)
OCSTreq = Required oil content of treated water (25 ppm).

 CR Re q − CRAct 
 * 100
PFci = 1 + 0.25 .
CR Re q



………..... (5)
CRact = Actual field test corrosion rate (mpy)
CRreq = Required corrosion rate ( 3.0 mpy).

 SGR Re q − SGRAct 
PFsi = 1 + 0.25 .
 * 100
SGR Re q



………… (6)
SGRact = Actual scale growth (mg/sqft.day)
SGRreq = Required scale growth (50 mg/sqft.day).
Technical and quality improvement capabilities
Kemampuan calon mitra kerja dalam bidang teknikal dan
kemampuan melakukan perbaikan kualitas program
pengolahan fluida terproduksi (TQIC) dinilai menggunakan
sebuah metric dengan parameter utama sebagai berikut:
•
•
•
•
•
•
•
•
Managemen perusahaan calon mitra kerja (5%)
Perlindungan asuransi dan kondisi finansial (5%)
Prestasi dan sertifikasi (5%)
Tenaga Ahli Teknik (10%)
Laboratorium beserta fasilitasnya dan kemampuan
analisis di lapangan (15%)
Blending plant facilities (10%)
Sumber bahan baku, inventori dan quality control
terhadap produk yang dihasilkan (10%)
Presentasi dan pembuatan proposal program perbaikan
kualitas pengolahan fluida terproduksi lapangan minyak
Minas selama masa kontrak (40%).
Untuk mendapatkan data yang akurat dan agar dapat
melakukan penilaian dengan baik beberapa parameter tersebut
di atas, perusahaan secara resmi melakukan kunjungan kepada
para calon mitra kerja dan melakukan peninjauan ke fasilitas
yang dimilikinya (laboratorium, jaringan komputer, gudang
dan blending plant). Untuk menghidarkan adanya faktor bias
dan untuk mendapatkan hasil evaluasi yang fair, penilian
dilakukan dengan menggunakan metrik seperti tersebut di
atas oleh 6 pegawai perusahaan dari berbagai team. Contoh
metrik untuk penilaian proposal program perbaikan kualitas
yang digunakan disajikan dalam Tabel-1.
Field operational service index
Kualitas jasa pengolahan fluida terproduksi yang diberikan
para calon mitra kerja dievaluasi selama masa uji lapangan.
Penilaian lebih banyak dilakukan oleh para pegawai (operator
dan teknisi) perusahaan yang bekerja di lapangan yang
bersangkutan. Faktor kinerja di lapangan yang dinilai
meliputi:
• Motivasi kerja pegawai calon mitra kerja di lapangan
• Teamwork
• Inisiatif dan kreativitas
Pengolahan Fluida Terproduksi Lapangan Minyak Minas :
Dari Pembelian Bahan Kimia ke Kontrak Jasa Atas Dasar Kinerja
•
•
•
•
•
•
•
•
Kelancaran komunikasi
Pengetahuan tentang sistem dan proses pengolahan yang
ada di lapangan
Pengetahuan dan kecakapan tenknik
Kelengkapan peralatan pendukung di lapangan
Ketersediaan tenaga kerja di lapangan
Troubleshooting
Kinerja di bidang keselamatan, kesehatan dan pelestarian
lingkungan
Etika para pegawai calon mitra kerja.
2.5. Imbalan Atas Dasar Kinerja
Dalam kontrak jasa ini, besarnya imbalan tidak secara
langsung didasarkan pada volume bahan kimia yang dipakai
tetapi perusahaan akan membayar imbalan jasa kepada mitra
kerja atas dasar jumlah fluida terproduksi yang diolah dengan
menggunakan bahan kimia dari mitra kerja dan kinerja atau
kualitas hasil olahan yang dicapainya. Nilai imbalan yang
akan dibayarkan perusahaan kepada mitra kerja dihitung
dengan model persamaan (7) sebagai berikut:
PAY = (Vtreated) x (Cdosage) x (UnitPrice) x (PF) ……(7)
PAY
Vtreated
Cdosage
UnitPrice
PF
= nilai imbalan (US$)
= Volume fluida yang diolah (barrel)
= Dosis standar bahan kimia (gallon/barrel)
= Harga satuan bahan kimia (US$/gallon)
= Performance factor
Sedangakan performance factor (PF) dihitung dengan
menggunakan model rumusan sebagai berikut:

 Qspec − Qact 

……………………..….. (8)
PF = 1 + a 
Qspec



Qspec = standar kualitas yang diminta/ditetapkan
Qact = kualitas hasil olahan yang dicapai di lapangan
a
= konstanta imbalan atas kinerja
Nilai konstanta a pada persamaan (8) dimaksudkan untuk
mengakomodasi konsep ”share-risk share-benefit” atas kinerja
yang dihasilkan mitra kerja di lapangan. Nilainya berbedabeda untuk tiap jenis bahan kimia yang digunakan di
lapangan. Konstanta ini ditetapkan sebelum calon mitra kerja
mengajukan harga penawaran pada tahapan lelang komersial.
Persyaratan yang perlu diperhatikan agar dapat menerapkan
model pembayaran imbalan jasa ini antara lain ialah:
•
•
•
•
•
Pengukuran volume fluida terproduksi telah dilakukan
dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tingkat
konsistensinya.
Facilitas alat proses dapat dikendalikan dengan baik.
Karakteristik kinerja pengolahan telah dipahami dengan
baik.
Produksi fluida yang diolah selama masa kontrak telah
diprediksikan.
Tidak ada rencana penambahan peralatan proses yang
cukup signifikan. Kalau ada rencana tentang hal ini harus
dicantumkan dalam dokumen kontraknya.
IATMI 2001-48
Dasmaji, M Hariandja
3. HASIL
Implementasi kontrak jasa pengolahan fluida terproduksi di
lapangan minyak Minas yang dimulai pada tanggal 1 October
2000 terbukti dapat menurunkan biaya operasi pengolahan
menggunakan bahan kimia perusahaan sampai dengan 26%.
Data selengkapnya dapat dilihat pada Gambar-1 terlampir.
Walaupun biaya operasi turun, kinerja pengolahan fluida
terproduksi tetap bisa dipertahankan. Kinerja untuk untuk
penggunaan masing-masing jenis bahan kimia sebelum dan
selama masa kontrak jasa diterapkan dapat dilihat pada
Gambar-2.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Management PT Caltex Pacific
Indonesia, khususnya Management Minas SBU, yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk menulis dan
mempresentasikan makalah ini pada Simposium Nasional
IATMI 20001 di Yogyakarta. Disamping itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dari
Production Operations, Procurement Team, Legal Affair dan
Laboratorium yang telah membantu pelaksanaan proses lelang
kontrak jasa ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gouldie, T.A. (1994) To Tender, Re-Negotiate or Partner:
Strategies for Contracting Service Companies. SPE Asia
Pacific Oil and Gas Conference, November 7-10,
Melbourne – Australia.
2. Sien, H.P. (1999) Chevron Supplier Quality Improvement
Process, Chevron Global Procurement, San Francisco,
CA.
Tabel-1
Metric for Assessing Bidder’s Quality Improvement
Capability
Pengolahan Fluida Terproduksi Lapangan Minyak Minas :
Dari Pembelian Bahan Kimia ke Kontrak Jasa Atas Dasar Kinerja
Gambar-1
Perbandingan Biaya Pengolahan Menggunakan Bahan Kimia
Sebelum dan Selama Kontrak Jasa
IATMI 2001-48
Dasmaji, M Hariandja
Gambar-2
Kinerja Pengolahan Fluida Terproduksi Menggunakan Bahan
Kimia Sebelum dan Sewaktu Kontrak Jasa
Download