Negatif And Positif Reinforcement By. Noor Alfu Laila Jenis-Jenis Schedule Penguatan Mengingat bahwa variabel bebas Skinner adalah yang paling menarik dalam penyelidikan, yaitu jenis penguatan dan schedule penguatan (bagaimana penguatan diberikan). Dia memandang bagaimana hal tersebut mempengaruhi karakteristik perilaku seperti, bagaimana pembelajaran terjadi, angka respon, dan seberapa lama perilaku tersebut berlangsung tanpa adanya penguatan (disimpulkan dalam tabel 4 .3). Salah satu kesimpulan awal Skinner yang penting adalah, bahwa meskipun hadiah itu kecil tetapi mengarah pada pembelajaran yang efektif dan akan menjaga perilaku untuk waktu yang lama. Hal itu juga jelas bahwa terlalu banyak hadiah akan mengarah pada gencatan perilaku. Beberapa arahan dalam penggunaan penguatan di bahas dalam bab 11. Bagaimanapun juga hal ini harus diinterpretasikan secara hati-hati. Hubungan antara perilaku dan bagaimana penguatan itu diatur (mengarah pada jadwal penguatan) dan telah diselidiki secara ekstensif. Tanpa terkecuali schedule meliputi penguatan yang berkelanjutan, dimana setiap respon yang tepat (sebagai sebuah percobaan) dikuatkan, atau penguatan berkala (partial reinforcement), dimana hanya beberapa respon tepat yang harus diperkuat atau kombinasi dari penguatan berkala dan berkelanjutan. Penguatan schedule sementara mencakup penguatan proporsi tertentu (ratio schedule), atau schedule lain yang mendasarkan pada waktu-waktu tertentu (an interval schedule). Contoh Ratio schedule menguatkan satu dari respon yang tepat ; An interval schedule bisa menguatkan respon setiap 15 detik perubahan. Pada kasus lain, ada 2 pilihan ; penguatan dapat diberikan pada penunjukan yang ditentukan (fixed schedule) atau dengan cara acak (random or variable schedule). Atau hal-hal yang benar-benar membingungkan dalam psikologis yang tepat. Schedule yang berbeda dapat digunakan secara berurutan sebagai diistilahkan dengan combined schedule. Tidak ada pilihan, untungnya ...... kecuali hanya ada satu. Ini disebut superstitious schedule (schedule hayalan). Superstitious schedule menyediakan penguatan yang beraturan tanpa memandang apa yang sedang dilakukan pelajar. Faktanya adalah sebuah schedule inverval yang baku tanpa ketetapan yang mana ada respon yang tepa sebelum penguatan terjadi. Skinner (1948) meninggalkan 6 merpati semalaman pada Superstitious Schedule (mereka menerima penguatan pada interval yang beraturan tanpa menghiraukan apa yang mereka lakukan). Dia menemukan di pagi hari salah satu burung telah mempelajari perpindahan jarum jam sebelum penguatan yang lain, yang lain menunjukan kepalanya ke pojok, dan beberapa pelajaran yang menunjukan mengayun kebelakang dan kedepan. Skinner menyarankan kita sering mempelajari perilaku-perilaku berhayal sebagai hasil dari penguatan yang terjadi secara bebas atas apa yang kita lakukan. Contoh, beberapa dari kita berkerut ketika kita sedang berpikir atau mengusap rambut kita atau menggaruk kepala kita. Apakah kita benar-benar melakukan hal tersebut karena mereka benar-benar membantu kita? Atau apakah kita melakukannya itu karena kebiasaan kita ketika kita mendapat penguatan (mungkin karena mendapat ide yang hebat) di masa lalu? Pada Bagian ini sekilas tentang schedule penguatan yang pertama kali mungkin akan membingungkan. Jika demikian, baca lagi perlahan-lahan gambar 4.10. Hal itu benar-benar sederhana. Peneliti memiliki dua pilihan : Jika mereka memilih A, mereka tidak memiliki pilihan, tetapi jika memilih B, mereka memiliki 2 pilihan baru. Masing-masing dari ini menawarkan dua pilihan lagi. Dan akhirnya 4 pilihan terakhir dapat dikombinasikan atau peneliti lain bisa menambahkan dalam Superstitious Schedule. 1 Efek-efek dari Variasi Schedule Mengingat bahwa kebanyakan dari hasil karya Skinner yang mengarah pada penemuan hubungan antara variasi penguatan Schedule dan tiga pengukuran Schedule pembelajaran : rate of learning (rata-rata pembelajaran), response rate (rata-rata responsif) and extinction rate (rata-rata penghapusan). Beberapa dari hasil-hasil tersebut mempunyai implikasi penting dalam pengajaran. Efek-Efek Schedule Pada Rate Of Learning Pada tahapan awal pembelajaran nampak bahwa penguatan yang berkelanjutan sangat efektif. Ketika pembelajaran sederhana merespon seperti menekan kunci pintu, tikus akan bingung dan cepat atau lambat pastinya akan belajar dari respon awal menjadi lebih responsif dengan respon yang dikuatkan. Dalam pelaksanaan dikelas, ini bermakna bahwa pembelajaran awal, khususnya bagi anak kecil, memerlukan lebih banyak penguatan dari pada pembelajaran pada orang dewasa (Lee & Belifore,1977) Efek-Efek Schedule Pada Rate Of Extinction Menariknya, meskipun penguatan yang berkelanjutan sering mengarah pada pembelajaran yang cepat, itu tidaklah selalu menghasilkan ingatan yang lama dari apa yang dipelajari. Faktanya, rate of extinction untuk perilaku penguatan yang berkelanjutan dianggap lebih cepat dari pada perilaku penguatan berkala. Penghapusan bermakna penghentian atas sebuah respon dari suatu perilaku yang diperkuat sebentar. Rate of extinction sederhananya adalah kejadian yang berlalu antara awal periode tanpa penguatan dan penghentian perilaku. Pemanfaatan penghapusan di sekolah-sekolah itu menyebar sangat efektif. Kadangkadang tidak lebih kompleks daripada pengurangan perhatian (sebuah penguat yang positif) dalam sebuah kasus yang sulit dikendalikan, perilaku yang menarik perhatian. Meskipun sering memerlukan keaktifan guru untuk melakukan penguatan atau mencegah hal itu terjadi. Beberapa ilustrasi disajikan pada chapter 11. Karena itu secara umum Schedule yang baik akan memunculkan untuk mengadakan penguatan berkelanjutan lebih awal, selanjutnya diikuti oleh penguatan berkala. Diantara Schedule-schedule berkala, serangkaian rasio randum biasanya menghasilkan rate of extinction paling lambat. Efek-Efek Schedule Pada Rate Of Responding Diantara subyek hewan rate of responding merupakan sebuah kejelasan fungsi dari Schedule yang digunakan. Sebagai contoh merpati dan tikus sering berperilaku sebagaimana mereka diharapkan dapat berkembang karena adanya hadiah. Seekor merpati yang telah diajarkan untuk mematuk piringan dan telah diperkuat untuk patukan pertama sesudah 15 detik (fixed interval) sering menghentikan patukan dengan segera setelah diperkuat dan memulai lagi sebelum interval 15 detik berakhir. Dengan kata lain, jika merpati itu diperkuat pada basis ratio random (rasio acak), maka rata-rata responnya secara keseluruhan akan tinggi dan konstan, sering mencapai 2000 patukan atau lebih per jam. (Lihat gambar 4.11) Efek-Efek Schedule Pada Manusia Jadi, seseorang dapat memperkuat perilaku tikus-tikus dan merpati dengan cara-cara cerdas yang bervariasi dan mencatat sejumlah efek-efek yang konsisten yang nampak pada perilaku sederhana yang konyol. Dalam hal ini, beberapa disertasi dan sejumlah besar penelitian yang 2 dipublikasikan dapat digunakan untuk pengetahuan para mahasiswa serta kekaguman dari masyarakat. Tetapi bagaimana dengan makhluk hidup? Bagaimana mereka dipengaruhi oleh schedule penguatan ? Kollins, Newland dan Critchfield (1997) mereview 25 pengkajian dengan memperhatikan pertanyaan ini. Mereka melaporkan, beberapa kesimpulannya bahwa manusia itu kurang sensitif dibandingkan dengan bukan manusia terhadap schedule penguat mereka. Tetapi inspeksi terdekat tentang 25 kajian itu adalah sebuah kesimpulan invalid. Para ahli ada yang menentang itu, faktanya manusia justru lebih responsif terhadap schedule penguatan dibanding penguatan yang dilakukan binatang. Pada tahapan awal pembelajaran kita menampilkan lebih baik dibawah schedule berkelanjutan, tetapi respon-respon lebih tahan lama dan lebih mudah diprediksi jika kita kemudian diperkuat secara berkala. Sebagai contoh, perilaku mencari perhatian dari anak-anak itu sangat tinggi, karena perilaku mereka diperkuat secara berkala, saran Bandura dan Walters (1963). Ada beberapa contoh dari efek schedule dari perilaku manusia. Seorang tukang pancing ke arus yang sama dari waktu kewaktu, meskipun dia jarang menemukan ikan itu menunjukan hasil schedule penguatan berkala. Seorang murid dari kota kecil yang telah berada tingkat akhir dikelasnya selama 8 tahun dan sekarang mendapatkan dirinya telah memenangkan perlobaan sengit untuk sebuah sekolah baru, berhenti untuk belajar : Dia sedang menunjukan penghapusan yang cepat yang mengikuti penguatan berkelanjutan. Mengetahui bagaimana penguatan schedule mempengaruhi perilaku manusia dapat digunakan dalam variasi situasi praktis. Sebagaimana seorang istri yang kadang-kadang memuji penampilan suaminya atau masakan akan membuktikan. Dia boleh jadi terus memasak dan tampil baik disamping rangkaian panjang tanpa penguatan. Shaping Melalui Operant Conditioning Merupakan hal yang cukup sederhana untuk melatih tikus untuk menekan kunci pintu, seekor merpati mematuk piringan atau anak umur 2 tahun mengucapkan ”wazoo” . Kenapa? Karena ini adalah hal-hal dimana tikus, merpati dan anak-anak lakukan, tetapi sebagaimana Guthrie (1935) teliti, ”kita tidak bisa mengajarkan sapi untuk menangkap stick karena ini adalah satu hal yang tidak dikerjakan sapi” (1935,P:45) Itu, bisa saja mengajarkan sapi untuk menangkap stick. Para psikolog menganggap bahwa tugas tersebut bisa saja dilakukan, bersandar dipagar, hari-demi hari, memperhatikan demi pertanyaan-pertanyaan perilaku yang muncul. Dan ketika sapi akhirnya memutuskan untuk mengambil stick dengan caranya sendiri, itu akan menjadi hal yang sederhana (secara teoritis yakin untuk memperkuatnya) – sayangnya baik psikolog maupun sapi akan mati karena umur sebelum hasilnya didapatkan. Lainnya, ada banyak cara untuk mengajarkan kompleksitas perilaku binatang menggunakan operant conditioning yang disebut shaping. Shaping ini meliputi penguatan perilaku setiap binatang yang membawanya mengarah kepada perilaku yang diinginkan. Sebagai contoh, jika objeknya adalah mengajarkan sapi untuk mengambil stick, maka peneliti terlebih dahulu akan memperkuat sapi membawa stick setiap waktu. Kemudian, setiap kali sapi telah belajar untuk mengambil stick dengan sendirinya dan dapat diprediksi, maka tidak perlu lama diperkuat sampai dia mendekat kearahnya. Dan jika penguatan yang diikuti oleh pemunahan stimulus sebagaimana suara bell (diskriminasi stimulus) bahkan sapi bisa berjalan setiap kali dia mendengar bunyi bell. Dan mengikuti perilaku penguatan sistematik secara sukses mendekati operan yang diinginkan, pada akhirnya sapi akan belajar mengambil 3 dan mengangkat tongkat, meletakannya ditangan psikolog yang tentu saja telah mengherankan dan mengagetkan nenek saya!. Untuk alasan yang jelas shaping juga disebut ”differential reinforcement of successive approximations”. Ini adalah salah satu teknik umum ayng digunakan dalam pelatihan penampilan binatang. Faktanya, Lukas, Marry dan Maple (1998) menyarankan bahwa dengan membawa anak-anak ke kebon binatang bersama pelatih binatang merupakan salah satu cara terbaik untuk mengajarkan mereka tentang operant conditioning. Tapi apakah shaping memiliki relevance terhadap kehidupan manusia? Generalisasi dan Descriminasi Itu tidaklah mungkin bagi sekolah-sekolah dan para guru untuk mengekspose murid mereka kepada semua situasi untuk mencocokkan perilaku yang mereka pelajari. Tidaklah mungkin memberikan mereka pengalaman dangan semua situasi yang mana perilaku tertentu yang dipelajari tidak akan cocok. Salah satu tugas penting sekolah adalah mempersiapkan tanggung jawab merereka untuk merespon dengan tepat dalam situasi-situasi baru.proses pertama, mentranfer espon dari satu situasi ke situasi lain yang serupa, disebut generalization. Generalization meliputi pencegahan dari membuat pertanyaan karena adanya perbedaan antara situasi dan situasi lain untuk respon yang lebih cocok. Sebagai contoh, beberapa anak belajar untuk mendapatkan perhatiann ibunya dengan cara menangis. Sehingga mereka belajar dengan mengeneralisir perilaku ini dari situasisituasi tertentu dimana mereka telah mendapat perhatian ibunya akan situasi baru yang mereka inginkan. Ibu yang bijak dapat membedakan pembelajaran ini dengan tidak memperhatikan anaknya pada situasi tersebut. Dimana dia tidak ingin diganggu. Implikasi Pendidikan Atas Operant Principles Prinsip operant learning sangat relevan bagi sebuah pengajaran. Sebagaimana Sparzo (1992) kemukakan, Skinner membuat sedikit percobaan dengan analisisnya tentang konsekuensi perilaku peran dan diarea pemahaman perilaku verbal, instruksi yang terprogram dan perilaku sosial. Sebuah ruang kelas itu diumpamakan seperti kotak skinner yang besar. Itu dibangun sehingga respon-respon tertentu lebih memungkinkan dari yang lain. Sebagai contoh, lebih gampang duduk dimeja daripada bersandar diatasnya dan lebih gampang bangun ketika duduk daripada ketika bersandar. Dan didepan kelas berdiri penguatnya anak-anak yaitu para guru. Mereka tersenyum atau cemberut, mereka mengucapkan ”keren atau itu bau” mereka memberikan nilai tinggi atau nilai rendah. Maksud dari pemanfaatan penguatan dan hukuman, kadang-kadang dikembangkan dan direncanakan dan kadang-kadang hampir tidak disadari, para guru membentuk perilaku murid mereka. Salah satu aplikasi langsung dari teori Skinner terhadap pengajaran meliputi penggunaan teknik-teknik operant conditioning dalam pencapaian informasi sistematik melalui program-program tertulis (deustsch, 1992). Program-program tersebut merupakan instruksi yang terprogram. Sebuah tema didiskusikan dengan deteil Chapter 12. 4 RINGKASAN KONSTRIBUSI BEHAVIORISTIK TERHADAP PENGAJARAN “Untuk memenuhi permintaan pendidikan, teori pembelajaran harus “berdiri sendiri” begitu juga untuk mengumandangkan teori pengajaran” (Gage, 1964. p.269). rupanya hasil yang serupa akan diperoleh jika murid diminta untuk berpikir sementara teori tetap diterima. Sayangnya, meskipun pengukuran kuat mempertahankan teori behavioristik ini namun tetap tidak dianggap sebagai teori-teori pengajaran. Dengan kata lain, mereka perlu diberi sedikit nama untuk menghasilkan sebuah variasi dari prinsip-prinsip nilai-beberapa telah di terangkan dan diilustrasikan diawal bab ini. Kebanyakan dari prinsip-prinsip ini adalah teacher-centere. Dimana mereka (principles) menekankan peran guru dalam mengatur dan memindahkan informasi dan dalam aspek penting pengendalian terhadao situasi pembelajaran. Prinsipprinsip ini sangat harmonis dengan model pengajaran langsung dibandingkan melalui syudent-centered, pendekatan-pendekatan construktivist. Prinsip yang paling penting akan di ringkaskan sebagai berikut: Penguatan itu sangatlah penting dalam menghubungkan pembelajaran dan perilaku. Keyakinan ini membentuk the corner stone bagi sistem skinner dan thorndike. Hukuman sangatlah tidak efektif untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. (thorndike, 1932) Ketertarikan dalam hasil dan peningkatan diarahkan kepada pembelajaran (thorndike, 1935). 5 TABLE 4.5 Beberapa Konsep Operant Conditioning Yang Di Aplikasikan Terhadap Pengajaran Konsep Penjelasan/ effek Illustrasi Penguatan positif Kemungkinan meningkatnya tingkahlaku mengikuti urutan kehadiran biasanya menghasilkan positif. Ellen menulis sebuah puisi, membacanya di kelas dan mendapatkan hadiah. Penguatan negatif (celaan) Kemungkinan meningkatnya perilaku mengikuti hilangnya urutan biasanya menghasilkan a keseganan Negative Punishment (hukuman) Kemungkinan menurunnya perilaku mengikuti a urutan biasanya menghasilkan keseganan Kemungkinan menurunnya perilaku ketika itu mengarah kpd hilangnya stimulus biasanya menghasilkan positif. Sebuah perilaku kompleks yang diperoleh atau di modifikasi melalui penguatan penaksiran sukses terdekat Leonard merasa takut membuat kesalahan ketika mempresentasikan percobaan ilmiahnya di depan kelas; dia hanya tinggal dirumah pad hari tsb, ketakutannya muncul. Ayah Leonard Leonard bisa jadi menegurnya bbrapa kali lebvih suka untuk tetap dirumah sekolah, meskipun sepulang sekolah. menakuntukannya akan tugas-tugas. Punishment positif (hukuman) Shaping Kemungkinan urutan Peningkatan kesenangan sehingga helen akan menulis lebih banyak puisi dan membacnya di kelas Peningkatan akan kesenangan dimana leonard sesudah itu akan mencoba untuk menghindari situasi stress. Sammy menggertak Sammy jadi tidak anak-anak kecil di taman, suka menggertak konsekuensinya, gurunya akan-anak lagi. memotong separuh dari jam jam bermainnya selama seminggu. Di awal kelas bhs. Pengucapan sylvia Spanyol, Sylvia di puji meningkat drastis atas ucpn “hey meee, nah melalui latihanme emportay,” dan phrase latihan. sejenis lainnya tdk masalah seberapa buruk pengucapannya. Tapi di kelas berikutnya, dia menerima hadiah hanya untk phrase yang tdk mencakup kesalahankesalahan dasarnya. Akhirnya, ada hadiah yang hanya untuk phrase 6 yang diucapkan dengan benar. Seorang guru tk.2 Juan, yang baru saja mempersiapkan “Store” belajar B. Inggr, di kelas ESL setelah itu bisa Multiculturalnya dimana berbelanja di store anak-anak dapat tetangganya menggunakan uang dengan sangat mainan untuk membeli baik, menggunakan berbagai macam benda. aturan tambahan dan perkalian yang telah di pelajari dan di praktekkan di sekolah. Generalization Respon yang di pelajari padaan suatu situasi ditransfer kesituasi serupa lainnya. Diskriminasi Respon-respon yang dipelajari pada suatu situasi dianggap tidak coccok pada situasi yang serupa tapi bukan situasi yang mirip. Pd awal sept, semua anak-anak berteriak satu sama lain di taman bermain selama istrirahat, bbrp murid tk 1 terus melakukan hal serupa, ketika mereka kembali ke kelas mereka sesudah itu; guru menggunakan berbagai kombinasi variatif untuk penguatan & hukuman untuk menekan keributan. Di bulan Oct kebanyakan murid tk1 telah mempelajari pembedaan kesiapan antara situasi – situasi. Dimana suara yang keras itu pantas dan sebaliknya. Penghapusan Respon yang tidak diperkuat menjadi tidak sering/ berkurang Cheryl kesenangan untuk membuat teman-teman sekelasnya tertawa, biasanya melalui pembentukan wajah jelek atau membuat keributan kasar dengan tangannya dan ketiaknya, sering menggangu activitas kelas, dia tidak memperhatikan guru ketika diminta kemudian dia menghentikan perilaku ini dan nampak tidak terganggu dengan berbagai jenis hukuman yang diberikan guru serta kepala. Akhirnya, guru meminta murid-murid untuk mengacuhkan Perilaku Cheryl menjadi berkurang, akhirnya menghilang sama sekali. 7 Cheryl sebanyak yang mereka bisa. DIBAWAH KEMERDEKAAN : DISKUSI PHILOSOPIS Jika kebanyakan perilaku signifikan manusia dikendalikan oleh penguatan atau sebaliknya, selanjtnya kita dikontrol oleh lingkungan dan kebebasan yang kita sangat banggakan itu hanyalah sebuah ilusi. Jika saya terbangun di pagi hari dan memutskan untuk menyikat gigi saya, apakah saya benar-benar bebas untuk melakukan pilihan? Bisa tidaknya saya menyikat gigi atau tidak tergantung kepada siapakah kejadian itu? atau apakah saya diikat oleh diktat pada penguatan masa lalu dalam buku skinner tentang kebebasan dan martabat dia mengungkapkan bahwa autonomous person adalah sebuah mitos. “Autonomous man,” jelasnya “adalah sebuah alat yang digunakan untuk menjelaskan apa yang tidak bisa kita jelaskan. Dia telah di konstruksikan dari penolakan kita, dan sebagai meningkatnya pemahaman kita, dan hal-hal yang berubah menghilang” (Skinner, 1971,p.200). kita dikendalikan oleh lingkungan kita kata skinner, tapi dia menjamin kita bahwa ini adlah lingkungan dimana kita hampir keseluruhan dalam kontrol-atau paling tidak lingkungan adalah buatan kita. Namun ada perbedaan fundamental antara du hal itu: sebuah lingkungan yang kita kendalikan menyiratkan bahwa kita bebas, karena kita dapat merubah reinforcement contingencies dari lingkungan itu. Lingkungan dari hasil buatan kita , tapim kita tidaki memiliki kendali langsung, menyiratkan bahwa kita tidak bebas. Mungkin sebagai makhluk kita mengotrol takdir kita sendiri, tapi sebagai individu kita tidk mengendalikan perbuatan kita. Skinner membahas kemungkinan akan penerapan pengetahuan perilaku manusia untuk keuntungan kemanusiaan, dan perjalanan yang menyiratkan ketinggian derajat terhadap kontrol perilaku manusia(Skinner, 1953,1961). Aspek dari hasil ini telah mendapatkan perlawanan besar dan Tapi semua ini mulai terjadi sebelum skinner, dan sebagaimana dia tulis, “tiada teori yang mengubah tentang teori itu sendiri; manusia mengingat apa-apa yang selalu terjadi. Sekurangkurangnya, penjelasan teori dari kondisi jiwa ini memiliki beberapa penentang yang terdiri dari beragam kritik- seperti Skiner yang telah memperkirakan itu. Intinya, dia telah mempertanyakan pengendalian yang dilatih melalui “ananomous person” dan mendemonstrasikan pengendalian yang dilatih melalui lingkungan, dalam usahanya untuk menciptakan ilmu perilaku. Pendekatan itu sendiri pertanyaan nilai dan martabat manusia. “ini adalah penyapuan perubahan,” kata skinner, “and those who are committed to traditional theories and practices naturally resist them” (1971,p.21). Theory Kognitif Sosial Bandura Salah satu karakteristik yang membuat manusia lebih daripada anjing adalah, psychologist cognitive menyarankan, bahwa mereka memahami sesuatu atas konsekwensi atas perilaku mereka. Sehingga, mereka bisa mengantisipasi, menyebabkan, memutuskan untuk bertindak atau tidak. Behaviorist seperti Skinner tdk setuju dengan konsep mentalistic ini, tapi ini tidak berarti bahwa behaviorist menolak kejadian-kejadian ini. Apa maksudnya, disamping mereka yakin bahwa hal itu tidak perlu dan sia-sia jg mencakup hasil yang rendah, tdk berharga, dan sering aktivitas-aktivitas yag tdk dpt diselidiki dalam ilmu perilaku dan pembelajaran manusia. Bagaimanapun para physikologist, seperti Albert bandura (1997; bandura & walter, 1963), telah berusaha untuk menegetahui dan memahami kegiatan metalistic ini sambil tetap yakin pada penegasa para behaviorist akan kejadian-kejadian yang diselidiki. Selanjutnya, bandura membuat kegunaan konsep-konsep ekstensif dari operant conditioning dalam teori yang menguji beberapa aspek kognitif dari social learning dan behavior. Conceptually, teori memberikan sebuah transisi penting antara pendekatan behavioristic dan kognitif dan sering disebut teori social kognitif. Social Learning Dalam phychologi, kata social learning sering digunakan tanpa makna yang pasti, meskipun setiap orang secara intuisi mengetahui dengan pasti apa maksudnya dan kita semua setuju dengan makna itu. Nyatanya istilah tersebut digunakan dalam dua cara : bagi sebagian penulis maksudnya semua pembelajaran yang terjadi adalah sebagai hasil dari, atau mencakup, interaksi social (Solomon & 8 Perkins,1968). Yang lain mengunakannya untuk memberi tahukan tipe-tipe pembelajaran, termasuk menemukan jenis penerimaan perilaku sosial dan harapan –harapan maupun hal-hal yang tidak diharapkan. Perbedaan makna pada intinya sebuah penghapusan anatara proses dan hasil dengan kata lain sosial learning mengacu pada bagaimana pembelajaran terjadi (misal melalui interaksi sosial) atau tentang apa yang dipelajaran (product: perilaku yang diterima). Perilaku Yang Diterima Secara Sosial : Product Hasil perilaku yang diterima secara sosial bermacam-macam dari budaya ke budaya dan bahkan dari kelompok ke kelompok dalam budaya sebuah yang sama. Contoh, hal itu dapat secara secara sosial bagi murid-murid di beberapa negara asia untuk membungkuk terhadap guru-guru mereka dan menawarkan hadiah-hadiah. Disebagian negara barat seorang murid yang membungkuk terhadap gurunya dan memberikan hadiah akan mempermalukan dirinya maupun gurunya. Hal yang sama perilaku yang dtterima secara sosial adlah sering sebuah fungsi dari usia dan jenis kelamin. Anak-anak tidak diharapkan untuk memanggil guru dan oragn dewasa dengan memanggil nama depan mereka, mereka diharapkan untuk belajar dan mematuhi dari bermacam-macam aturan yang tak tertulis atas penghormatan dan jarak sosial. Dalam sebagian hal beberapa perilaku secara sosial diharapkan tentunya secara budaya cocok-bagi laki-laki tetan dan tapi bukan untuk perempuan dan sebaliknya. Mungkin salahsatu dari sekian banyak pekerjaan rumah yang penting diawal tahun kehidpan anakanak (dikemudian, disekolah) adalah untuk menanamkan perkembangan perilaku yang cocok – prosesnya disebut sosialisasi. Proses ini mencakup perpindahan budaya dari masyarakat kepada anakanak dan mengajarkan mereka perilaku yang cocok sesuai dengan kelamin mereka dan lingkungan masyarakat sekitarnya- atau di negara maju, mengajarkan mereka bahwa perilaku yang cocok itu tidak tergantung pada jenis kelamin atau lingkungan sosial. Pembelajaran Perilaku Sosial Proses Salah satu pertanyaan penting dari sudut pandang guru adalah: bagaimana seorang anak belajar perilaku yang dapat diterima sosial ? tanggapan Banduras adalah pembelajaran sosial terjadi secara luas melalui Imitation, sebuah proses yang juga disebut dengan observational Learning. Pembelajaran melalui imitasi atau pembelajaran observasi mencakup perolehan respon-respon baru atau memodifikasi yang lama sebagai hasil dari menyaksikan suatu model. Berdasarkan Bandura (1969), proses-proses yang mencakup imitasi adalah “salah satu sarana yang penting dimana bentuk perilaku yang baru dihasilkan dan memodifikasi pola-pola yang telah ada sebelumnya”. (P 118). Ulasan Teori Kognitif Sosial Bandura Kebanyakan pembelajaran kita, kata Bandura, merupakan hasil dari imitasi. And cara yang terbaik untuk memahami bagaimana pembelajaran melalui imitasi dengan mengacu pada Perant conditioning. Teori bandura tentang observational learning dapat diringkas sebagai berikut : Kebanyakan pembelajaran manusia adalah fungsi dari dari observasi dan meniru perilaku lain atau comtoh-contoh symbol seperti karakter fiksi dalam buku atau program tv. Menggunakan istilah Skinner, perilaku yang meniru dapat dianggap sebagai operant. Ketika hasil perilaku yang meniru dalam hal yang kemungkinan positif atau negatif atau pencegahan, menjadi lebih mungkin (Masia & Chase, 1997). Selain berdasarkan prinsip-prinsip operant conditioning, dan bahkan mungkin lebih penting, teori bandura mengakui kepentingan yang mendasar dari kemampuan melambangkan, membayangkan, mengungkap hubungan sebab-akibat dan mengantisipasi hasil dari perilaku kita, Bandura memberitahukan; ada sedikit keraguan bahwa kita terikat pada beberapa perilaku karena adanya konsekuensi penguatan yang harus dilakukan. Tapi penguatan tidak mengontrol kita secara ketat; yang mana pengaruhnya sangat bergantung kepada kesadaran kita akan hubungan antara perilaku dan hasil. Sebagaimana temuan Grusec (1992) penekanan utama dari teori bandura adalah pada kapasitas informasi yang membimbing perilaku individu. Penguatan tidak mengarah atau mempengaruhi perilaku secara langsung, catatan Bruner (1985), karena penguatan terjadi sesudah 9 perilaku (kadang-kadang dianggap sesudah). Dibandingkan, konsekuensi dari antisipasi individu secara langsung mempengaruhi pembelajaran dan berkelakuan. Kemampuan kita untuk melambangkan dna mengantisipasi tidak hanya terefleksi pada kemampuan untuk membayangkan konsekuensi dari perilaku kita dan sehingga mengatur diri kita tetapi juga terefleksi dalam kebiasaan kita atas penataan lingkungan kita untuk mengendalikan konsekuensi perilaku. Sebagaimana bandura ungkapkan (1977), “melalui penataan rangsangan lingkungan, membangkitkan dukungan-dukungan kognitif, dan menghasilkan konsekuensikonsekuensi dari tindikan mereka sendiri, orang mampu melatih ukuran-ukuran pengendalian atas perilaku mereka”. Menurut salah satu sebutan Bandura dalam teori nya adalah reciprocal determinism. Proses-Proses Pembelajaran Observasi Meskipun penguatan itu penting untuk pembelajaran melalui imitasi, Bandura (1977) menjadi jelas bahwa pengaruh model merupakan hasil dari apa yang dia sebut “Informative Function”. Dengan kata lain, dari pengamatan model kita belajar secara kognitif bagaiman melakukan hal-hla tertentu dan juga apa konsekuensi dari tindakan tersebut. Berdasarkan Bandur (1977) 4 proses penghapusan yang terdapat dalam pembelajaran observational: proses perhatian, proses ingatan, proses menghasilkan gerak dan proses motivasi (Lihat gambar 4.12). Proses-proses Perhatian: kita tidak belajar banyak dari model selain meneliti gambaran yang signifikan dari perilaku yang kita pelajari. Beberapa perilaku dimana ikatan model tersebut tidak memiliki nilai bagi kita sehingga kita memberikan sedikit perhatian dan tidak mempelajarinya. Sebagaicontoh ketika saya tinggal dengan nenek sewaktu masih remaja, saya sangat tertarik dengan jebakan dan perangkap binatang liar demi uang dan makanan. Dan ketika saya memiliki kesempatan pergi ke hutan dengan George Ahenikue, saya menyaksikan setiap gerakannya seperti seekor elangbagaimana dia berjalan, bagaimana dia memandang sekitar, bagaimana dan dimana dia berhenti, bagaimana dia menampilkan dirinya dan bagaimana dia menyusun perangkapnya. Perilaku ini memiliki nilai tinggi bagi saya. Sebagai mana temuan Brewer dan Wann (1998) yang sangat membantu, bahwa George Ahenikue adalah seorang penjebak yang terkenal. Dalam istilah mereka, keahliannya memberikan dirinya kekuatan sebagai seorang model. Guru yang memberikan kekuatan terbesar (dari pengetahuan, akibat dari reputasi mereka, atau karena mereka bintang olahraga atau nama-nama pahlawan lainnya) sering dianggap model yang paling berpengaruh. Tapi ketika saya, sebagai penjebak pemula, menangkap seekor kelenci yang sedang melakukan kesalahan dengan masuk perangkap, saya memberikan sedikit perhatian tentang bagaimana nenek saya kecewa merebus binatang, saya hanya tidak mnarik perhatian saya, meskipun saya yang mendpatkannya. Tidak sampai beberapa tahun kemudian, ketika saya harus memasak kelinci di dapur pribadi saya, saya menyadari betapa sedikit yang saya pelajari dari Nenek saya tentang rahasia dapur.meskipun saya telah melihat dia memasak kelinci beberapa kali, namun perilakunya tidaklah cukup untuk menarik perhatian saya. Kemudian saya memanggil nenek saya dan menanyakan tentang bagaimana caranya memasak kaki kelinci, dia pun menjelaskan. Disamping keefektifan dan nilai fungsional dari dari perilaku yang diperagakan, berbagai faktor lain mempengaruhi proses perhatian. Sebagaimana kita lihat hal ini juga mencakup “power’ dari model. Dan juga mencakup penghapusan, kompleksitas, dan juga meratanya stimuli. Karakteristik pembelajar juga penting, termasuk motivasi, kesiapan untuk meneliti, dan sejarah dari penguatan masa lampau. Process Ingatan Ketika kita memberikan perhatian maka kita belajar, jadi harus kita ingat bahwa kita telah meneliti. Karena pengaruh dari peniruan itu biasanya agak lambat atau tidak langsung, kita perlu beberapa cara untuk pelambangan, pemahaman dan menyusun pengmatan kita.. Menurut Bandura (1997), observational learing terdiri dari dua tipe system: visual (dalam hal ini imaginal) dab verbal. Sebagai contoh, untuk mempelajari complek motor skill, kadang-kadang 10 berguna untuk meneliti sebuag model dangan dekat dan menampilkan rangkaian visual perilaku. Yang kemudian memungkinkan untuk memperbaiki perilaku yang diinginkan. Bandura (1977)menyebuukan penelitian menandakan bahwa secara mental pelatihan serangkaian gerak kompeks (seperti loncat tinggi, renang, atau gymnastic) dapat secara signifikan meningkatkan penampilan. Dia menyarankan bahwa cara terbaik untuk belajar dari seorang model adalah menata dan melatih perilaku yang diamati secara kognitif dan kemudian memperagakannya. Motor Reproduction Process Peragaan perilaku seorang model meliputi perpindahan tindakan yang secara simbolik dihadirkan (secara mental divisualkan dan dibayangkan) kedalam gerakan fisik. Melakukan hal tersebut dengan baik tentu saja tergantung pada pentingnya kemampuan fisik: jelasnya, sebagian dari kita tidak akan mampu untuk melompat sangat tinggi tidak peduli seberapa banyak model yang telah kita amati. Reproduksi gerak akurat dari perilaku yang diamati juga bergantung pada kemampuan individu baik untuk memantau reproduksi yang diusahakan maupun untuk menggunakan gerak feedback dalam perbaikan. Peniruan (imitasi) gerak reproduksi secara baik jarang di peroleh untuk pertama kalimereka harus di saring. Seorang pelatih akan mendemonstrasikan secara berulangulang bagaimana cara terbaik untuk berdiri, memegang bat, bagaimana menurunkan dan menaikkan beratnya, apa yang harus mata dan jari kakinya lakukan. Tapi pada akhirnya, hal-hal terbaik akan disaring dan menyempurnakan her batting melalui process percobaan yang panjaang (motor reproductions). Hal ini, bagaimanapun bukanlah proses trial dan error yang dihasilkan secara sembarangan diulang-ulang sampai menemukan yang terbaik. Melainkan, percobaan-percobaan dari model yang dilakukan dengan teliti serta dievaluasi dan perlahan-lahan dimodifikasi sebagai sebuah fngsi feedback, menyeluruh, seberapa kontak yang dilakukan oleh bola, seberapa jauh ketika bola menyerang, dan apakah pelatih trsenyum atau cemberut ketika menyaksikan. Proses Motivasi (Motivational Process) Kebanyak apa yang orang orang amati dan pelajari tidak pernah dimanifastasikan dalam perilakumereka. George Ahenikue, sebagai contoh adalah seorang model yang penting bagi saya atas perhormatan dalam menjebak kelinci, dia mengetahui banyak trik untuk membuat perangkap. Saya menyerap banyak trik sebanyak saya bisa dan masih mengingat banyak hal-hal penting tentang itu. Perbedaan antara perolehan dan penampilan adalah penting dlam teori pembelajaran sosial karena sebagaimana kita ketahui kebanyakan dari apa yang kita teliti dan amati itu tidak pernah di tampilkan. Baik perilaku model itu ditampilkan sebagai sebuat fungsi dari penguatan maupun penguatan yang diantisipasi. Kesimpulannya, observational learning dimulai dengan kejadian peniruan (mungkin a real life model melakukan sesuatu, a symbolik model, atau kombinsi dari dua hal ini) dan mencapai puncak di beberapa bagian penyesuaian penampilan dari pengamat. 4 proses menghalangi presentasi antara model dan kemunculan perilaku model. Pertama, pengamat harus memberikan perhatian; kedua, pengamat harus menghadirkan perilaku yang diteliti secara kognitif, menampilkannya dan mungkin melatihnya; ketiga, jika pengamat memiliki kemampuan yang diharapkan, dia menghasilkan dan menyaring perilaku yang diamati, keempat,memberikan kondisi motivasi yang cocok (diutamakan melatih dalam hal penguatan antisipasi), pengamat menampilkan perilaku yang dipelajari. Kelaziman Peniruan (The Prevalence Of Imitation) Meniru perilaku orang lain adalah phenomena yang umum. Pembelajaran melalui imitasi dapat diperagakan diantara merpati yang telah belajar untuk mematuk piringan atau menekan kunci sebagai sebuah fungsi dari melihat burung terlatih lain lakukan. (Kaiser, Zentall & Galef, 1997). Imitation juga jelas bagi masyarakat pedalaman seperti Canadian Ojibwa. Ampai pada abad 20, Ojibwa sangat tergantung pada perangkap, perburuan, dan pemancingan bagi kehidupan mereka. Dalam suku Ojibwa, anak kecil laki-laki mengikuti ayah mereka berburu sejak mereka mampu secara fisik. Untuk tahun-tahun pertama mereka hanya mengamati, kemudian mereka mulai menggunakan senjata mereka dan menjebak serta menyiapkan perangkap mereka sendiri sebagaimana yang telah mereka liat dari ayah mereka. Apapun yang mereka peroleh akan di masukkan kedalam keranjang ayahnya. Jika seorang anak mempunyai saudari, maka dia (saudari) harus berlajar untuk menyiapkan 11 tempat berlindung, daging, ikan, dan bagaimana membuat pakaian, bagaimana membersihkan tempat tinggal, dan melakukan hal lain yang pernah ibu mereka lakukan. Ketika dia sudah cukup dewasa, dia harus mengurus tangkapan saudaranya, menyiapkan makanannya dan membuat pakaiannya. Di belahan masyarakat yang sudah mengenal teknologi seperti kita, biasanya tidak mungkin untuk menyediakan anak-anak dengan replika pekerjaan dan benda-benda yang digunakan oleh orang tua mereka- dan tidak mungkin juga bagi anak-anak untuk mengamati pekerjaan ayah mereka. Sampai pengetahuan observational learning dapat bernilai practical oleh para guru. Kita mungkin tidk belajar dari orang tua kita untuk menyiapkan perangkap, tapi kita belajar hal lain dari mereka_ dan dari model-model lain disekitar kita. Models Istilah model dapat merujuk pada seseorang dimana perilakunya memberikan stimulus untuk respon pengamat, atau sebagaimana kasus yang terjadi di masyarakat kita, juga disebut a symbolic model. Sebagaimana kita lihat, simbolik model mencakup hal-hal baik instruksi lisan maupun tulisan, gambar, mental images, kartun atau karakter film, gambaran religi, dan tidak kalah pentingnya – isi dan karakter dari buku dan televisi. Bagi sebagian anak, simbolik model bisa jadi sangat penting sebagaiman real life model. Tanpa mengesampingkan kelompok, keluarga, dan orangtua juga memberikan model atau guru-guru maupun perilaku baik dari orang lain sering membantu sebagai contoh contoh pembantu. (“kenapa kamu tidak berperilaku seperti Dr. Lefrancois? Lihat betapa baiknya dia duduk di gereja dengan memejamkan matanya. Dia berdoa untuk kita”) Sumber-Sumber Penguatan Dalam Imitasi. Ada 2 kemungkinan sumber penguatan untuk perilaku imitasi: langsung dan seolah dialami sendiri. Penguatan langsung terjadi ketika konsekuensi perilaku mengarah pada penguatan. Sebagai contoh, penguatan langsung itu nampak ketika orangtua memuji seorang anak untuk mengulangi kata dengan baik, atau anak kecil yang baru belajar berjalan untuk mengembalikan bola kembali kepada ibunya. Dan juga nampak ketika perilaku imitatif itu effektif dalam mencapai tujuan__ seperti botol susu yang merespon akan permintaan susu. Meskipun seorang anak belajar untuk mengucapkan “susu” sebagian sebagai sebuah fungsi imitasi dan sebagian lagi sebagai fungsi atas penguatan model kepadanya, dia tidak akan langsung suka mengucapkan “susu” kecuali seseorang memberikannya susu ketika dia mengucapkan kata tesebut. Berlawanan dengan penguatan langsung, penguatan yang seolah dialami langsung (vicarious reinforcement) meliputi mendapatkan hal kedua-sebab itu, vicarious reinforcement dari pengamatan perilaku seseorang dalam cara tertentu. Sebagaimana pengamat asumsikan bahwa model melakukan sesuatu karena dia mendapatkan penguatan dari perilaku. Karena itu, gunakan logika pengamat, orang lain terikat dalam perilaku yang sama dan menerima penguatan yang sama. Menariknya, vicarious reinforcement dapat mengarahkan pengamat untuk terikat dalam perilaku yang tidak efektif untuk waktu yang lama. Perilaku itu dipelihara pada kurangnya penampilan pada direct reinforcement, yang mana merupakan bukti bahwa beberapa jenis vicarious reinforcement itu mencakup. Faktanya, pengkajian telah membuktikan bahwa pengaturan reward maupun punishment terhadap model memiliki efek terhadap perilaku pengamat serupa dengan pengaturan langsung reward atau punishment. Suatu penelitian (bandura1962) meliputi pengeksposan 3 kelompok anak kepada 3 model yang berbeda. Semua model berperilaku agresif terhadap boneka plastik. Model petama dihargai untuk melakukan hal demikian, yang kedua di hukum dan yang ketiga menerima konsekuensi positif maupun negatif. Akibatnya, group model yang dihargai berperilaku lebih berarti dan lebih agresif dibandingkan kelompok yang dihukum. Pengaruh dari penghargaan dan hukuman yang ditransfer oleh model ini secara tidak langsung menuju kepada pelaku. Pengaruh-Pengaruh Imitasi. Sebuah pengujian terhadap respon-respon mencakup dalam saran pembelajaran observasi yang mana ada tiga kategori perilaku peniruan. Bandura (Bandura & Walters,1963) mengambarkan hal ini sebagai pengaruh dari imitasi: pengaruh modeling, pengaruh dari pembiasaan dan ketidakbiasaan, dan pengaruh pendapatan. 12 Pengaruh modeling meliputi perolehan dari respon-respon baru. Pengaruh pembiasaan dan ketidakbiasaan meliputi dari respon pembiasaan dan ketidakbiasaan yang menyimpang, biasanya sebagai hasil dari melihat model perilaku yang dihukum dan dipuji. Pengaruh perolehan pendapatan mencakup perilaku bukan hanya novel bagi pengamat maupun bagi pelaku peyimpangan, dimanisfetasikan ketika pengamat terikat dalam perilaku yang berhubungan dengan (tetapi tidak identik) model. Kerena pentingnya pengsruh ini dalam pengajaran, masihng-masing akan diilustrasikan dan digambarkan secara detail (lihat tabel 4.6). Pengaruh Modeling (The Modelling Efect) Pengaruh modeling mencakup perolehan dari perilaku baru sebagai hasil dari melihat model perilaku yang ditunjukan. Pengaruh ini akan diilustrasikan dalam perolehan perilaku agresif, yang mana secara ekstensif telah dipelajari dalam lab. Biasanya oleh perawat anak (sebagai contoh lihat Huesmann, 1997). Jenis percobaannya meliputi menunjukan subjek kepada real-life model, kartun, atau film yang mempertunjukan perilaku agresif kepada boneka plastik-seperti meninju, memukul dengan hammaer, menendang, atau duduk diatasnya. Group kontrol ditunjukan kepada model sama yang duduk diatas boneka secara tenang. Hasil dari percobaan ini hampir sama sekali mengilustrasikan pengaruh modeling yaitu ketika ditinggalkan sendiri dengan boneka tersebut anak-anak agresif, anak-anak menjadi lebih agresif dibanding kan dari kontrol gruop. Lebih jauh reespon agresif mereka biasanya diperoleh dari meniru. Yaitu ketika model meninju boneka maka subjek akan melakukan hal yang sama, jika model menendang dan seterusnya maka pengamat melakukan hal yang ssama. Studi ini telah digunakan secara luas untuk mendukung kenyakinan bahwa akan lebih banyak gerakan yang dipelajari melalui imitasi dan tv, karena muatan kekerasan tidak dominan, lebih banyak mempengaruhi penempatan perilaku agresif. Yang lainnya menemukan bahwa studi tersebut mencakupo situasi lab yang mana tidak nyata dan gerakan tersebut diarahkan kepada benda mati bertentangan dengan kehidupan nyata. Bagaimanapun sebagai bahan pertimbangan mencegah dari penggunaan bayi disamping menggunakan boneka dalam percobaan ini. Olehkarena itu sulit untuk mengilustrasikan perolehan dari respon-respon agresif yang diujikan. Kesimpulan umum dari penelitian tv menyarankan bahwa menonton tayangan kekerasan dalam tv juga akan meningkatkan kekerasan perilaku penonton. (Rosenkoetter, huston, & Wright, 1990; Cohen, 1993/1994). Beberapa perilaku lain juga diserap melalui imitasi dan contoh model. Pembelajaran awal dari perilaku yang cocok di masyarakat dalam budaya primitif seperti suku Ojibwa memberikan sebuah ilustrasi. Belajar bahasa itu berbeda. Hal ini nampak pada orang dewasa yang belajar bicara bahasa asing melalui peniruan seorang guru atau audiotipe. Pengaruh Pembiasaan Dan Ketidakbiasaan. Pengaruh pembiasaan adalah sebuah pemaksaan dari perilaku menyimpang pada seorang pengamat. Biasanya sebagai hasil dari melihat model yang hukum dalam keterikatan perilaku yang sama. Sebaliknya Pengaruh ketidak biasaan adalah sebaliknya. Itu terjadi ketika pengamat menyatu dalam perilaku menyimpang yang dipelajari sebelumnya., biasanya sebagai hasil melihat dari model yang mendapat reward (minimal tanpa hukuman) untuk perilaku yang sama. Imitasi dari pengaruh pembiasaan dan ketidakbiasaan adalh penting bagi guru ketika berhadapan dengan perilaku yang menyimpang. Seperti bukti pengujian dari ketidakbiasaan, Bandura dan Walters 1963 mengemukankan kajian dimana menonton film menuntun anak pada gerakan yang diluar kebiasaan. Dalam beberapa kajian ini respon-respon agresif tidak terdapat pada novel tapi pada perilaku y ang dipelajari sebelumnya dimana anak-anak tertekan. Sejumlah respon agresif digolongkan dalam kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kontrol group. Dalam sebuah studi Bandura (1962) melihat pengaruh-pengaruh pada pengamat terhadap model yang dihukum atau dipuji. Tidaklah mengejuntukan, hukuman terhadap model akan menularkan perilaku yang sama pada pengamat, begitu sebaliknya dengan model yang dipuji. Pengaruh yang tidak pembiasaan. Bahkan lebih kuat dari itu ketika pengamat mendapatka hadiah untuk berperilaku secara agresif, semua perbedaan diantara kelompok telah hilang. Maka Sekarang bagi mereka yang 13 mendapatkan model yang dihukum akan bersifat agresif sebagaimana mereka yang mendapatkan model yangg dipuji. Secara khusus penelitian ini penting untuk menjelaskan mengapa hukuman bagi mereka yang berperilaku menyimpang sering menyemangati pelanggar yang lain. Salah satu alasan menghukum kriminal untuk membiasakan perilaku kriminal terhadap peniru perilaku yang potensial. Sayangnya, dilihat dari percobaan Bandura bahwa selama imitator memiliki dorongan sendiri atas perilaku, maka model mendapatkan hukuman atau hadiah sama baiknya sejauh pencegahannya di pertimbangkan. Serangkain percobaan yang menenangkan mengilustrasikan bahwa perilaku yang tidak diterima secar sosial pad aorang dewasa dapat di hilangkan melalui penggunaan model (Walters, Llewellyn, & Acker, 1962; Walter & Llewellyn, 1963). Studi ini ditiru sesudah pengkajian terkenal oleh Milgram (1963), mengilustrasikan bahwa mahasiswa dan orang dewasa akan bersedia memfasilitasi murid yang lain tentang apa yang mereka yakini, -keterkejutan yang tinggi- dan apa yang akan mereka lakukan begitu sederhana karena mereka telah belajar dari seorang penguji. Lebih jauh penayangan, sebelum menampilkan adegan kekerasan film secara drastis akan meningkatkan intensitas dari hukuman yang ingin mereka fasilitasi. Pengaruh Perolehan (The Eliciting Effect). Pengaruh perolehan terjadi ketika imitasi/peniruan mengarah kepada respon-respon yang tidak sesuai tapi berhubungan terhadap model tersebut. Sebagai contoh seorang laki-laki bersedia menjadi model yang rendah hati jika dia bekerja keras bagi organisasi publik, aktifitas gereja dan sekolah. Beberapa tetangganya akan berubah disebabkan oleh contoh perilaku nya menjadi dermawan dengan cara yang berbeda: seseorang akan menyumbang untuk amal, yang lain akan menyediakan hadiah untuk kegiatan gereja, dan memberikan petuah. Tidak ada satupun pengamat yang meniru perilaku model secara tepat tetapi masing-masing dari para tetangga memunculkan respon yang mencakup kedermawanan. Ilustrasi lain dari pengaruh perolehan di temukan dalam sekelompok perilaku yang terkadang muncul pada kejadian yang kadang-kadang muncul dikeramaian pada even olahraga. Tepuk tangan Seseorang memancarkan kegembiraan dan penghargaan di keramaian. Sorakan seseorang akan memancarkan hhubungan perilaku kepada yang lain. Tidak jauh berbeda ketika seseorang mulai menyanjung dengan lagu kebangsaan. Perilaku yang sama dapat dipancarkan pada sekelompok orang yang mana tidak segera menyadari mengapa mereka berdiri. Dari masing-masing ilustrasi pada pengaruh pemancaran tidak ada tambahan perilaku baru (sebagaimana pada kasus pengaruh modeling), dan perilaku yang masih dipertanyakan itu tidak menyimpang (sebagaimana terdapat dalam pengaruh pembiasaan dan ketidakbiasaan). Teori Kognitif Sosial Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran (Instructional Implication Of Social Cognitive Theory) Keuntungan pembelajaran terbesar melalui imitasi bentuk lain pembelajaran yang mana memberikan rangkain perilaku y ang lengkap bagi pelajar. Tidak ada keinginan kesuksesan yang tepat, untuk trial and error atau persatuan. Tak ada seorang pun yang akan membiarkan seseorang dibelakang stir mobil sendiri dan memperbolehkan dia belajar mengemudi sendiri. Disisi lain mengajar mengemudi pada seseorang dengan menghadirkan model satu atau lebih; menunjukan cara mengemudi seseorang, mengemudi sendiri, atau serangkaian perintah lissan. Sebagaimana beberapa jenis pembelajaran yang lain, itu akan sangat sulit untuk mengijinkan seseorang belajar hanya dengan melakukan tanpa pemahaman. Proses analisa meliputi belajar sosial yang menyarankan beberapa pertimbangan yang sangat penting bagi pengajaran. sebagai contoh, beberapa faktor yang diasosiasikan dengan proses perhatian (seperti dorongan stimuli, pada tahap pengembangan pembelajar, dan penguatan masa lalu) paling tidak sebagian dibawah kendali guru. Tidak jauh berbeda, guru bisa menyediakan petunjuk dan kesempatan untuk aktifitas yang mencakup ingatan dan perkembangan. Dan karena pengaruh 14 penguatan tergantung pada kesadaran kita akan hubungan antara perilaku kita dan konsekuensinya, para guru dapat juga melatih pengaruh yang penting pada proses motivasi. Penggunaan teori belajar sosial secara cermat untuk perubahan dan pengendalian perilaku (kadang-kadang mencakup istilah umum managemen perilaku atau modifikasi perilaku) juga menghadirkan implikasi pemdidikan penting lainnya, perhatikan bab 11. Baru-baru ini teori kognitif sosial bandura menempati putaran baru, yaitu penjelasan kognitif lebih jelas (bandura 1986,; evans, 1989). Mencakup dalaam istilah self-referent thought, yaitu pemikiran yang meliputi proses mental kita, kemungkinan sangat penting bagi para guru, perkiraan tentang keefektifitasan individu, atau apa yang disebut self-efficacy. Efficacy belief, kata Bandura 1993 “Pengaruhi bagaimana seseorang merasa, berfikir, memotivasi diri mereka dan berperilaku”.Selanjutnya bagaimana kita merasa akan kompetensi pribadi kita itu sangatlah penting. Aspek teori Bandura dibahas pada bab 10, yang sesuai dengan motivasi manusia. Topik-Topik Utama 1. Pembelajaran mencakup semua perubahan perilaku potensial secara permanen yang merupakan hasil dari pengalaman tetapi tidak meletihkan, pendewasaan, obat-obatan, luka atau penyakit. Perubahan didisposisikan atau kemampuan tidak harus dimanifestasikan dalam penampilan. 2. Teori pembelajaran behavioristic berhubungan dengan stimulus-respon dan pengaruh pengulangan, penyatuan dan penguatan. Teori kognitif megarahkan masalah kearah struktur memori, pemrosesan informasi, pemecahan masalah dan meta kognitif. Pendekatan humanis lebih memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan individu. 3. Aliran behaviorime setuju dengan pembelajaran asosiatif proses dibawah alam sadar dimana hubungan terbentuk antara stimulus, respon, dan konsekuensi respon. Classical Conditioning (Pavlov dan Watson) adalah jenis pembelajaran assosiatif meliputi pengulangan terhadap stimulus netral sebelumnya (Conditioned Stimulus atau CS) dengan stimulus efektif (unconditioned stimulus atau Us) sehingga CS memberikan sebuah respon serupa dengan apa yang diberikan oleh unconditioned stimulus. 4. Classical Conditioning kadang-kadang bermanfaat untuk menjelaskan pembelajaran emosional respon. Hal itu penting bagi para guru untuk mengetahui apa yang akan digunakan disekolah dan untuk memaksimalkan situasi dihubungkan emosi positif sementara meminimalkan hubungan perasaan negatif. 5. Teori Thorndike memberikan sebuah peran penting terhadap penguatan dalam mengenal pembelajaran (pengaruh aturan). Dalam ketiadaan pembelajaran terdahulu perilaku akan membentuk trial dan error dengan respon yang dipengaruhi oleh latar, elemen-elemen sejenis dalam situasi rangsangan, classical conditioning, elemen yang kuat. Teori Thordike menyarankan bahwa para guru mesti mengajar untuk mentransfer (generalisasi) melalui penekanan hubungan-hubungan diantara ide, dan menekankan pentingnya kesiapan siswa dan penguatan, sambil mengenal batas efektifitas hukuman. 6. Hasil responden dari stimulus yang diketahui responden adalah Reaction to; operant adalah yang dihilangkan (operant adalah actions upon). Model operant conditioning mempertahankan bahwa ketika sebuah operant diperkuat, kemungkinan akan meningkat. Penguat adalah stimulus yang mana meningkatkan kemungkinan ketika sebuah respon akan terjadi. Itu bisa jadi demikian dikarenakan ditambahkan pada suatu situasi (penguatan positif, hadiah) atau dihilangkan (penguatan negatif,hukuman). 7. Penguatan negatif bukanlah hukuman. Pengaruh hukuman adalah untuk mengurangi bukan menambah kemungkinan yang mana sebuah respon akan terjadi. Hukuman terjadi ketika 15 dorongan kesenangan itu berpindah (penalti, hukuman yang dikurangkan, type II punishment) atau suatu penegasan yang dikenal melalui perilaku (hukuman, kehadiran hukuman, type I punishment). Kendali yang tegas meliputi penggunaan dari penguatan negatif (sering dalam bentuk jebakan) dan dari hukuman. Konsekuensi emosional atas kendali positif lebih diinginkan. 8. Penguatan dapat berkelanjutan (setiap respon benar) atau sebentar-sebentar (bervariasi). Penguatan yang sementara dapat didasarkan pada sejumlah respon (rasio) atau jarak waktu (interval) dan dapat terjadi dengan cara acak atau campuran (hal itu dapat berkelanjutan, random rasio, random interval, fix rasio atau fix interval) secra umum jadwal berkelanjutan mengarah pada pembelajaran yang cepat, dimana jadwal yang sementara akan menghasilkan masa pengembangan lebih lama. 9. Shaping, penguatan differensial atas pendekatan suksesif, dapat digunakan untuk mengajar binatang, cerita perilaku atau untuk menyamarkan perubahan perilaku manusia. untuk megeneralisir adalah untuk merespon persamaan (meebuat respon yang sama dalam situasi yang sama); untuk mendiskriminasikan adalah merespon terhadap perbedaan (membedakan antar situasi dimana respon yang identik tidak tepat). 10. Beberapa orang yakin bahwa prinsip-prinsip behaviouristik dapat menyediakan kita teknologi pengajaran yang lebih efektif dibandingkan pendekatan lain. Orang-orang tersebut menyesali akan timbulnya keseganan para pendidik dalam menggunakan teknologi ini. Yang lain menegaskan bahwa pendekatan behavioristik itu terbatas, dimana para guru sering mengendalikan para penguat yang lemah dan beberpa masalah pengajaran (organizing, urutan, penjelasan,ilustrasi) tidak bisa dengan mudah membuat kegunaan prinsip-prinsip behavioristic. 11. Hal itu mungkin bahwa kita tidak bebas, kita dikendalikan oleh lingkungan kita, dan kita hanya memiliki ilusi kebebasan. 12. Teori kognitif sosial Bandura berpendapat bahwa peniruan (observational learning) adalah sebuah proses central dalam menghubungkan perilaku. Pembelajaran sosial melalui imitasi menggambarkan pengaruh penguatan, kesadaran pengamat atas hubungan antara perilaku dan hasil, dan kemampuan pengamat untuk melambangkan. Pembelajaran melalui imitasi memerlukan perhatian, pengingatan, reproducing dan sangat dianjurkan untuk melakukan demikian. 13. Istilah model merujuk pada seseorang yang mana siap sebagai contoh bagi yang lain atau model yang simbolik. Sumber penguatan dalam pembelajaran observasional meliputi penguatan langsung (baik oleh model atau konsekuensi perilaku) dan penguatan yang dialami orang lain (ketika hukuman atau hadiah yang pengamat yakini sebagai model telah mendapatkan pengaruh dari perilaku pengamat). 14. Tiga pengaruh imitasi adalah pengaruh modeling (the learning of novel responses); pengaruh pembiasaan dan ketidakbiasaan (perilaku menyimpang tidak dibiasakan atau ditekankan, biasanya sebagai sebuah fungsi atas konsekuensi respon atas model; dan pengaruh perolehan (pengeluaran respon yang berhubungan pada hal tersebut dibuat oleh model tetapi bukan novel ataupun penyimpang). Tiga pengaruh imitasi ini memiliki implikasi instruksional penting. 16