PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IIS 2 SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF THE LEARNING CELL TYPE TO INCREASE THE LEARNING OUTCOMES IN SOCIOLOGY SUBJECT STUDENTS OF X IIS 2 AT SENIOR HIGH SCHOOL GONDANGREJO IN THE ACADEMIC YEAR OF 2016/2017 Aditya Wisnu Aji, Siti Rochani, Siany Indria Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jl. Ir Sutami No.36A, Jebres Kota Surakarta ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar Sosiologi peserta didik kelas X IIS 1 SMA Negeri Gondangrejo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe The Learning Cell. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari tahap Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi dan Refleksi. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X IIS 2 SMA Negeri Gondangrejo yang terdiri dari 36 peserta didik. Sumber data diperoleh dari guru dan peserta didik. Teknik utama dalam penelitian ini melalui observasi dan test, sedangkan teknik pendukung pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sosiologi Kelas X IIS 2 SMA Negeri Gondangrejo tahun pelajaran 2016/2017, yang dimulai dari tahap pratindakan, siklus I dan siklus II. Hasil belajar ranah kognitif pada tahap Pra Tindakan menunjukkan 68,61 dengan prosentase ketuntasan peserta didik sebesar 55%. Hasil belajar mengalami peningkatan pada Siklus I menjadi 79,3 dengan prosentase ketuntasan sebesar 86%. Kemudian hasil belajar pada Siklus II kembali meningkat menjadi 86,53 dan prosentase ketuntasan sebesar 92%. Sedangkan pada ranah afektif diperoleh prosentase pada Siklus I sebesar 78% menjadi 85% pada Siklus II. Kemudian prosentase ranah Psikomotor mengalami peningkatan dari 84% pada Siklus I menjadi 92% pada Siklus II.Simpulan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X IIS 2 SMA Negeri Gondangrejo. Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, The Learning Cell, Hasil Belajar ABSTRACT The research purpose is to increase the learning outcomes in Sociology subject through the implementation of cooperative learning model of The Learning Cell type to the students of X IIS 2 Senior High School Gondangrejo year of 2016/2017. This research is as a classroom action research ( CAR ) which acted for two cycles. Each cycle consists of the steps of Planning, Actuating, Observing, and Reflecting. The subject of this research is students X IIS 2 Senior High School Gondangrejo as many as 36 students. The sources of data are collected from the teacher and the students. The main data collection technique used are observation and test, while the proponent technique used interview and documentation technique. Data analysis used are qualitative and quantitative data analysis. The result of this research showed that the implementation of Cooperative learning model in The Learning Cell type can improve the learning outcomes on Sociology subjects students of X IIS 2 Senior High School Gondangrejo, which is started from pre-action stage, cycle I, and cycle II. In the step of Pre Action the learning outcome on the cognitive domain shows 68,61 with the completeness percentage retrieved 55%. The learning outcome increase 79,3 on the first cycle with the completeness percentage retrieved 86%. Then, on second cycle the learning outcome increase 86,53 with the completeness percentage retrived 92%. While, the learning outcomes of the affective learning completeness percentage obtained on cycle I was 78% to 85% in cycle II. Then the sphere Psychomotor precentage from 84% in the cycle I to 92% in cycle II. The conclusion of this Class Action Research is that the Implemantation of Cooperative Learning Model of The Learning Cell type can increase the learning outcomes in Sociology subject students of X IIS 2 Senior High School Gondangrejo in The Academic Year of 2016/2017. Keyword: Classroom Action Research, The Learning Cell, Students Learning Outcomes Pendahuluan yang dapat memberikan semangat belajar Sistem pendidikan di Indonesia bagi semua siswa. dapat Bahkan secara dikatakan bahwa telah kita ketahui sekarang ini mengalami keseluruhan banyak perubahan. Perubahan-perubahan pembaharuan dalam sistem pendidikan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai nasional usaha pembaharuan dalam pendidikan. komponen yang ada. Akibat pengaruh itu pendidikan nasional Pembaharuan yang mencakup seluruh kurikulum semakin mengalami kemajuan, pendidikan pendidikan nasional yang sebelumnya di sekolah-sekolah telah menunjukkan menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat perkembangan yang pesat. Perkembangan Satuan Pendidikan) yang kini diubah itu terjadi karena terdorong adanya menjadi pembaharuan, contohnya. 2013 dalam selalu ingin kurikulum ini dimaksudkan agar tercipta menemukan metode dan peralatan baru peningkatan pada system pendidikan yang guru Pembaharuan adalah di pengajaranpun sehingga Kurikulum terhadap ada di Indonesia. Jika pada kurikulum dalam proses pembelajaran adalah dengan sebelumnya hanya menekankan pada menerapkan model pembelajaran tertentu. terapainya aspek pengetahuan siswa saja, Dengan penerapan model pada system kurikulum 2013 ini tidak pembelajaran tertentu guru dapat lebih hanya menekankan pada pencapaian aspek mudah dalam membantu peserta didik pengetahuan saja namun juga pada aspek menumbuhkan keinginan belajar mereka ketrampilan serta aspek sikap dan perilaku sehingga nantinya peserta didik secara siswa. Pada sistem kurikulum 2013 ini, mandiri dapat menemukan ide, informasi, partisipasi siswa lebih ditonjolkan dalam dan juga mengaplikasikan materi yang pembelajaran di kelas dan guru merupakan mereka fasilitator siswa- permasalahan yang disajikan oleh guru. siswanya. Sehingga diharapkan terjadi Model pembelajaran yang diterapkan guru pembelajaran yang lebih baik, baik itu dalam proses pembelajaran pun terus untuk peserta didik maupun untuk guru. mengalami perkembangan dari masa ke yang membimbing Suatu proses pembelajaran peserta dapatkan dalam berbagai masa. Model pembelajaran yang semula didik dapat dikatakan baik dalam belajar bersifat apabila peserta didik secara semangat perlahan namun pasti berubah menjadi mengikuti proses pembelajaran tersebut model pembelajaran yang bersifat modern dan (student juga mendominasi proses tradisional center). (teacher Salah satu center) model pembelajaran itu sendiri. Namun, tidak pembelajaran yang dapat diaplikasikan mudah menciptakan guru guna merangsang keaktifan pesecrta kegiatan pembelajaran yang seperti apa didik dalam proses pembelajaran seperti yang diharapkan bisa untuk meningkatkan apa yang diharapkaan adalah model hasil belajar. Guru diharapkan harus pembelajaran kooperatif atau biasa disebut mampu dengan cooperative learning. memang untuk menciptakan pembelajaran sedemikian suasana rupa yang Sebelumnya peneliti telah mampu merangsang minat belajar peserta mengadakan observasi awal di kelas X IIS didik dan mampu membuat peserta didik 2 SMA Negeri Gondangrejo. Hal ini terlibat proses dilakukan guna memperoleh gambaran pembelajaran. Salah satu hal yang dapat secara umum kondisi peserta didik ketika dilakukan guru untuk dapat menciptakan kegiatan suasana belajar yang dapat merangsang didalam kelas. Ketika peneliti melakukan minat belajar peserta didik dan mampu observasi awal di kelas X IIS 2 pada hari membuat peserta didik terlibat secara aktif kamis jam pelajaran ke 5-7 pukul 10.15 secara aktif dalam pembelajaran berlangsung sampai dengan 12.45. Jadi pada saat kelas menjadi gaduh. Tidak sedikit pula masuk jam pelajaran seharusnya dimulai peserta ada sebagian siswa yang belum siap dan handphone masih ada siswa yang diluar kelas(kantin). memberikan penjelasan materi. Selain itu Karena jam ke 5 itu merupakan jam setelah selama istirahat pertama dilakukan. Jadi waktu berlangsung, kegiatan di dalam kelas pembelajaranpun tersita kurang lebih 10 hanyalah guru menerangkan dan siswa menit dari waktu semestinya hanya untuk mencatat, namun ada juga beberapa siswa menunggui siswa yang belum didalam yang tidak kelas. guru diterangkan oleh guru. Hal ini juga melakukan apersepsi dengan tahapan guru disebabkankan kurangnya literatur karena mempersiapkan kelas dan memantau memang kurikulum 2013 masih terkesan kehadiran dengan melakukan presensi baru dan dalam masa penjajakan, selain itu peserta guru siswa tidak memiliki buku pendamping menyampaikan kompetensi dasar (KD) untuk belajar. Sedangkan dari guru yang yang guru mengampu pelajaran sosiologi di kelas X pembelajaran. IIS 2 memiliki suara guru yang kurang Terahir guru mengaitkan hal-hal yang keras sehingga sudah berusaha ditegurpun dikemukakan peserta didik dengan materi siswa tidak begitu menghiraukan interupsi yang akan dipelajari yaitu pengaruh dari guru. Setelah semuanya didik akan sosialisasi kemudian diajarkan menyampaikan tujuan nilai siap lalu budaya terhadap pembentukan kepribadian. Saat didik yang asik mereka proses bermain ketika belajar guru mengajar mencatat materi yang Dari beberapa masalah di atas menyebabkan rendahnya siswa pembelajaran kegiatan inti peneliti temuan awal terkait Berdasarkan hasil evaluasi belajar dari beberapa permasalahan didalam kelas ulangan tengah semester yang dilakukan pembelajaran mulai dari guru melakukan guru, pembelajaran dengan cara ceramah saja 44,4% (16 siswa) dari 36 siswa, yang tanpa ada variasi model pembelajaran. mendapatkan Guru menerangkan dengan materi yang KKM:70) yang mengidentifikasi bahwa ditayangkan di LCD, namun masih kurang pembelajaran mengeksplor dilakukan belum berhasil. mendapatkan sajian materi yang ditayangkan. Kemudian ada beberapa dalam pemahaman sosiologi. prestasi belajar sosiologi hanya Peneliti nilai diatas sosiologi dan KKM(nilai selama guru ini kemudian siswa yang sibuk saling tegur-menegur melakukan refleksi dan menyimpulkan satu dengan lainya sehingga membuat bahwa yang menjadi penyebab utama rendahnya hasil belajar sosiologi siswa secara aktif dalam kelompok belajar. adalah metode dan model pembelajaran Dengan berkelompok maka siswa bukan yang digunakan kurang tepat. Guru hanya mendengarkan guru tetapi juga menyadari bahwa metode pembelajaran harus yang masih berpusat pada guru (teacher mendiskusikan center) kurang efektif. Metode yang sering kelompoknya. Sehingga kebiasaan kurang digunakan guru adalah ceramah dan baik peserta didik seprti berbicara sendiri dilanjutkan dengan tanya jawab atau dengan teman sebangku saat pembelajaran memberi penugasan mengerjakan LKS. berlangsung bisa diarahkan ke hal yang Belum ada variasi model atau media positif yaitu kelompok diskusi. Dari hal itu pembelajaran. Padahal penting untuk peneliti dipahami guru bahwa setap peserta didik pembelajaran yang cocok untuk mengatasi mimiliki kemampuan yang berbeda-beda permaslahan yang ada dikelas X IIS 2. dalam menerima materi pelajaran yang Penelitipun disampaikan oleh guru. Sehingga guru pembelajaran cooperative learning tipe harus bisa melakukan variasi dalam The Learning Cell, setelah itu peneliti metode pembelajaran agar peserta didik mempertimbangkan dan menilai model tertarik dengan materi pelajaran, lebih dengan guru pengampu sosiologi. Peneliti mudah memahami materi dan akhirnya dan guru menilai model pembelajaran ini hasil belajar bisa meningkat. merupakan model pembelajaran yang bisa memahami kemudian dengan teman berupaya mencari menemukan model model Variasi selain ceramah adalah tepat dan sesuai untuk meningkatkan hasil model pembelajaran yang bisa belajar. Sehingga dari itu peneliti dan guru dengan mengaktifkan siswa dengan cara pengampu sepakat menggunakan pembelajaran koperatif. Pengertian dari cooperative learning tipe The Learning pembelajaran koperatif menurut salah satu Cell untuk mengatasi permasalahan yang ahli yaitu Saryadi dalam Isjoni (2012;15) ada di kelas X IIS 2. pembelajaran The Learning Cell merupakan kooperatif merupakan salah satu model salah satu tipe pembelajaran yang dapat pembelajaran untuk membantu meningkatkan hasil belajar berfikir siswa. Dalam kegiatan pembelajaran The menyatakan “Model yang meningkatkan efektif kemampuan peserta didik”. Jadi model pembelajaran Learning ini menuntut peserta didik untuk dapat berpasangan, jadi peserta didik belajar berperan bersama secara aktif dalam proses pembelajaran dan juga berpartisipasi Cell dalam peserta suatu didik meja. akan Dalam penerapan cooperative learning tipe The Learning Cell, guru membuat siswa (2015) menjadi berpasang pasang. Pasangan bisa pembelajaran kooperatif tipe The Learning menurut teman sebangku maupun siswa Cell terbukti berhasil meningkatkan hasil bisa memilih pasanganya sendiri. Misal, belajar. setelah pasangan terbentuk, siswa A menunjukkan Berdasarkan bahwa model pengamatan awal berperan terlebih dahulu berperan sebagai yang telah dilakukan oleh peneliti maka pembuat soal terlebih dahulu. Sedangkan kelas X IIS 2 menjadi pilihan peneliti siswa menjawab untuk melakukan kegiatan Penelitian persoalan yang dibuat oleh siswa A tadi. Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Setelah dijawab siswa A mengoreksinya “Penerapan dan memberi masukan kepada siswa B. Cooperative Learning Tipe The Learning Jika siswa A selesai mengajukan satu Cell Untuk Meningkatkan Hasil Belajar pertanyaan kemudian dijawab oleh siswa Sosiologi Peserta Didik Kelas X IIS 2 SMA B, maka siswa A dan siswa B bertukar Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun perann. Siswa A menjadi penjawab dan Pelajaran 2016/2017” B berkewajiban Model Pembelajaran ganti siswa B yang bertanya dan begitu seterusnya sampai target materi terselesaikan. Merode Penelitian Penelitian Dengan kelas ini model dilaksanakan di kelas X IIS 2 SMA Negeri cooperative learning tipe The Learning Gondangrejo. Jumlah subjek penelitian Cell peserta didik tanpa mereka sadari sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 30 dituntut untuk dapat saling membantu siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki. rekannya dan bekerjasama. Hal ini dengan Penelitian dilaksanakan pada semester sendirinya akan membuat peserta didik genap tahun pelajaran 2016/2017 tepatnya aktif dalam menyelesaikan permasalahan- pada bulan Januari-April 2017. Sumber permasalahan yang diberikan oleh guru data dalam penelitian ini adalah siswa kelas dan berbagi X IIS 2 dan guru Sosiologi kelas X IIS 2 pengetahuan yang mereka miliki kepada SMA Negeri Gondangrejo, peristiwa serta sesama rekan mereka. Sehingga peserta arsip ataupun dokumen yang berkaitan didik akan lebih mudah dalam memahami dengan kegiatan pembelajaran. juga menggunakan tindakan mampu saling dan menguasai materi pembelajaran serta diharapkan bisa meningkatkan Teknik pengumpulan data yang hasil digunakan dalam penelitian ini antara lain belajar siswa. Berdasarkan penelitian yang dengan menggunakan observasi dan tes dilakukan oleh Febriyanti dan Luthfi serta teknik wawancara dan dokumentasi sebagai teknik pendukung. Teknik penguji tipe The Learning Cell minimal rata-rata validitas data pada Penelitian Tindakan hasil belajar kelas 85 dan minimal tuntas Kelas(PTK) ini menggunakan trianggulasi 80% dari peserta didik mampu mencapai yang merupakan salah satu cara yang KKM 70. Prosedur penelitaian tindakan digunakan untuk meningkatkan validitas kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masing- data. Trianggulasi data yaitu, data yang masing sama akan lebih mantap kebenaranya bila pelaksanaan digali dari beberapa sumber data yang refleksi. berbeda sehingga data yang diperoleh siklus meliputi tindakan, Pelaksanaan perencaan, observasi dilakukan dan dengan benar-benar objektif. Data dapat diperoleh mengadakan pembelajaran yang dalam satu dari hasil belajar peserta didik pada saat pra siklus ada 3 kali tatap muka yang tindakan, siklus 1 dan siklus 2. Teknik disesuaikan dengan RPP. Ada 4 tahapan analisis dalam penting dalam penelitian tindakan kelas dan yaitu, perencanaan, pelaksaan tindakan, data penelitian yang ini digunakan yaitu kuantitatif kualitatif. Pada teknik kuantitatif analisis observasi data cara perencaan peneliti meminta izin kepada hasil pihak dialkukan memmbandingkan dengan peningkatan dan refleksi. sekolah, Pada membuat serta belajar peserta didik pada setiap siklus yaitu merancang berupa nilai rata-rata kelas dilengkapi menyusun instrument penelitian, menyusun dengan ketuntasan hasil belajar peserta lembar observasi peserta didik, serta didik yang disajikan dalam data dengan menyusun alat evaluasi pembelajaran bak bentuk tabel dan grafik. Pada teknik berupa soal tes untuk mengetahui hasil kualitatif analisis data yang dilakukan yaitu belajar dengan mengamati dan membandingkan Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam 2 aktifitas pembelajaran yang dilakukan guru siklus masing-masing siklus terdiri dari 3 dan peserta didik baik itu sikap, tingkah pertemuan. Pelaksanaan dilakukan sesuai laku, dan ketrampilan saat penerapan model dengan perencanaan yang telah dibuat. pembelajaran kooperatif tipe The Learning Pengamatan Cell pada setiap siklus dan nantinya selama kegiatan penelitian berlangsung digunakan dan sedangakan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan pelaksanaan tindakan untuk melakukan memperbaiki selanjutnya. ditentukan untuk menyusun rencana Indikator dalam strategi RPP tahap Sosiologi dilakukan pembelajaran, peserta oleh didik. observer kinerja yang tindak lanjut dari tindakan yang telah penelitian yaitu dilaksanakan. penerapan model pembelajaran kooperatif Hasil dan Pembahasan Penelitian tindakan dengan Penelitian ini diawali dengan kegiatan Pembelajaran Pratindakan untuk mengetahui kondisi awal Kooperatif tipe The Learning Cell pada dan permasalahan yang di hadapi kelas X mata pelajaaran Sosiologi di kelas X IIS 2 IIS 2 dalam mata pelajaran Sosiologi. SMA Dengan Pratindakan ini dilaksanakan selama dua penerapan Model Pembelajaran Kooperatif kali pertemuan yaitu pertemuan pertama tipe The Learning Cell, peserta didik secara observasi berpasangan dan juga kelompok akan pelaksanaan pretest. Setelah Pelaksanaan bekerja sama dan belajar bersama melalui Pratindakan, peneliti menemukan beberapa metode yang telah dirancang. Metode permasalahan yang dihadapi peserta didik pembelajaran seluruh kelas X IIS 2. Permasalah tersebut peserta didik untuk aktif dalam kegiatan diantaranya guru melakukan pembelajaran tersebut, dengan cara ceramah saja tanpa ada variasi menerapkan kelas Model Negeri Gondangrejo. ini mendorong karena setiap peserta didik memiliki tanggung pertemuan kedua untuk model pembelajaran. Guru menerangkan yang dengan materi yang ditayangkan di LCD, disampaikan guru, Memungkinkan peserta namun masih kurang mengeksplor sajian didik untuk bekerja sendiri dan bekerja materi yang ditayangkan. Kemudian ada 2 sama serta siswa yang sibuk saling tegur-menegur satu Mengoptimalkan partisipasi peserta didik. dengan lainya sehingga membuat kelas Sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat menjadi gaduh. Tidak sedikit pula peserta pada guru (teacher center) dan peserta didik yang asik bermain handphone mereka didik dapat secara aktif dalam kegiatan ketika guru memberikan penjelasan materi. pembelajaran aktivitas Selain itu selama proses belajar mengajar keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan berlangsung, kegiatan di dalam kelas pembelajaran tersebut diharapkan akan hanyalah guru menerangkan dan siswa meningkatkan pemahaman peserta didik mencatat, namun ada juga beberapa siswa sehingga hasil belajar peserta didik kelas X yang IIS 2 SMA Negeri Gondangrejo dapat diterangkan oleh guru. Hal ini juga meningkat. disebabkankan kurangnya literatur karena menyelesaikan dengan jawab dan persoalan orang Dengan lain tidak mencatat materi yang Penelitian Tindakan Kelas di kelas X memang kurikulum 2013 masih terkesan IIS 2 SMA Negeri Gondangrejo ini baru dan dalam masa penjajakan, selain itu dilaksanakan bersama guru kolaborator siswa tidak memiliki buku pendamping yaitu Ibu Yosy Alfiantara, S.Pd sebagai untuk belajar. Sedangkan dari guru yang guru pengampu Mata Pelajaran Sosiologi. mengampu pelajaran sosiologi di kelas X IIS 2 memiliki suara yang kurang keras pelajaran sehingga sudah berusaha ditegurpun siswa mengubah cara guru mengajar. Dengan tidak begitu menghiraukan interupsi dari permasalahan guru. Terdapat 16 peserta didik yang belum dipilihlah model pembelajaran Kooperatif dapat mencapai batas Kriteria Ketuntasan tipe The Learning Cell untuk meningkatkan Minimal pada Mata Pelajaran Sosiologi hasil belajar mata pelajaran Sosiologi yaitu peserta didik kelas X IIS 2 SMA Negeri 70. Diketahui dari hasil test Pratindakan terdapat 16 peserta didik yang tersebut ataupun yang dengan ditemukan, maka Gondangrejo. belum mencapai KKM, dengan rata-rata Metode “sell belajar” pertamakali sebesar 68,61 atau belum mencapai batas dikembangkan oleh Goldschmid dari Swiss KKM. Federal Tabel 1. Hasil belajar Sosiologi Peserta of Technology di Lausanne. Menurut Suprijono (2012:122) “The Learning Cell adalah pembelajaran didik pada Pretest yang menunjuk pada suatu bentuk belajar Pratindakan Kriteria Institute Jml Siswa Prosentase kooperatif dalam bentuk berpasangan, Tuntas 20 55,56% dimana siswa bertanya dan menjawab Tidak 16 44,44% secara bergantian berdasarkan materi yang sama, sehingga siswa lebih dilibatkan Tuntas Total 36 dalam proses pembelajaran.” Model The 100% Learning Untuk memperbaiki proses kegiatan Cell dianggap tepat untuk meningkatkan hasil belajar dan partisipasi hasil peserta didik dalam pembelajaran serta belajar peserta didik, guru dan peneliti peserta didik dituntut dapat bekerja sama melakukan refleksi atas temuan beberapa secara individu maupun kelompok untuk permasalahan di atas. Dari kegiatan refleksi mencapai yang dilakukan guru dengan peneliti maka model The Learning Cell ini dapat diperlukan proses meminimalisir agar peserta didik tidak pembelajaran yaitu dengan perubahan ramai saat pembelajaran berlangsung dan model dan peningkatan peran serta peserta juga bisa mengoptimalkan partisipasi siswa didik pembelajaran. karena dengan bekerja berpasangan secara Peningkatan peran serta peserta didik tidak langsung mereka harus berpartisipasi dalam dapat dalam diskusi tersebut. Ketika proses dilakukan dengan meningkatkan daya tarik penerapan The Learning Cell guru bisa pembelajaran dan memperbaiki perubahan dalam kegiatan kegiatan dalam pembelajaran tujuan bersama. Penerapan menggunakan video, gambar, maupun artikel yang terkait dengan materi yang dengan hasil belajar pada Pratindakan. berkaitan agar peserta didik tidak bosan. Rata-rata hasil belajar ranah kognitif yang Proses partisipasi peserta didik akan diperoleh pada tahap Pratindakan yaitu membuat pemahaman mereka menjadi sebesar bertambah sehingga akan meningkatkan menjadi 79,3 pada pelaksanaan Siklus I. hasil belajar peserta didik. Terdapat 5 peserta didik atau 14% peserta 68,61 kemudian meningkat Setelah melakukan kegiatan observasi didik dikelas belum mencapai batas KKM, awal selanjutnya peneliti bersama guru sedangkan 86% atau 20 peserta didik telah melakukan berhasil mencapai batas KKM. Perencanaan. Tahap Perencanaan ini meliputi Pembahasan materi yang digunakan dalam kegiatan Tabel 2. Hasil belajar Sosiologi Peserta didik pada Siklus 1 pembelajaran dengan menggunakan model pmbelajaran Kooperatif tipe The Learning Kriteria Pratindakan Jml Siswa Prosentase Cell, Penyusunan Rencana Pelaksanaan Tuntas 20 55,56% Pembelajaran (RPP), waktu pelaksanaan Tidak 16 44,44% tindakan, kegiatan pembelajaran dengan Tuntas menerapkan Total 36 100% model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua Selain mengukur hasil belajar ranah siklus, dengan setiap siklus berlangsung kognitif, peneliti juga mengukur hasil dalam belajar ranah afektif dan psikomotor. Untuk tiga pertemuan kali pertama pertemuan. digunakan Dimana untuk hasil belajar ranah afektif diperoleh Penyampaian Materi, pertemuan kedua prosentase sebesar 78%. Sedangkan untuk penerapan model pembelajaran Kooperatif hasil belajar ranah psikomotor diperoleh tipe The Learning Cell, Pertemuan ketiga prosentase sebesar 83,9%. Artinya capaian melanjutkan evaluasi prosentase hasil belajar peserta didik baik pembelajaran untuk mengukur hasil belajar dari psikomotor pada Siklus I sudah berada peserta di atas Indikator yang telah ditargetkan presentasi didik. dan Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning yaitu Cell peningkatan hasil belajar peserta didik dari ini menggunakan media video, 80%. Sedangkan prosentase disajikan film pendek tentang perilaku ranah menyimpang. Pada Siklus I yang telah indikator yang telah ditargetkan yaitu 80%, dilaksanakan, diperoleh peningkatan hasil belajar ranah kognitif jika dibandingkan afektif masih berada dibawah dan hasil belajar ranah kognitif belum mencapai target 85. Pelaksanaan Siklus II juga dilakukan dalam tiga kali pertemuan sama seperti Hasil belajar peserta didik pada siklus Siklus I. Berdasarkan hasil refleksi yang I ini sudah mengalami kemajuan walaupun dilakukan peneliti dengan guru, penerapan 2 ranah hasil belajar belum mencapai The target, hanya satu ranah yang mencapai memutuskan untuk menambahnya dengan target yaitu psikomor. Hal ini disebabkan sesi presentasi, karena pada siklus I sesi karena beberapa hal diantaranya kurangnya presentasi belum ada. Dengan adanya antusiasme peserta didik saat pelaksanaan presentasi maka siswa akan lebih aktif model dalam The Learning berlangsungnya Cell. kegiatan Dalam Learning Cell pada pembelajaran siklus dan II akan pembelajaran menimbulkan keberanian siswa dalam menggunakan The Learning Cell belum bertanya. Kemudian pembelajaran pada keseluruhan peserta didik berperan aktif Siklus II ini berlangsung lebih kondusif dalam kegiatan tersebut. Nampak 4 peserta dibandingkan saat pelaksanaan Siklus I. didik tidak mengikuti proses diskusi secara Peran serta peserta didik dalam kegiatan aktif. Sehingga, peserta didik yang aktif pembelajaran melalui The Learning Cell dalam kegiatan diskusi saja yang mampu lebih meningkat karena hampir seluruh memahami materi pembelajaran. Selain itu, peserta didik turut aktif dalam kegiatan saat guru menjelaskan materi didepan kelas diskusi. Setelah dilaksanakan tes evaluasi masih banyak peserta di kelas yang tidak pembelajaran diakhir pertemuan diperoleh memperhatikan guru. Mereka malah asik rata-rata hasil belajar ranah kognitif sebesar mengobrol dengan teman maupun bermain 86,53. Hasil belajar ranah kognitif sudah handphone. berada Sehingga mereka tidak diatas indikator yang telah memahami materi yang telah disampaikan ditargetkan rata-rata sebesar 85. Pada guru. yang Siklus II, prosentase peserta didik adalah mendasari hasil belajar peserta didik yang sebesar 92% atau sekitar 33 peserta didik masih kurang. Dengan demikian, untuk telah berhasil mencapai nilai diatas KKM memperbaiki proses dan hasil belajar dan terdapat 3 peserta didik atau 8% yang peserta didik, guru dan peneliti melakukan masih mendapat nilai dibawah KKM. Permasalahan tersebut refleksi berdasarkan hasil dari Siklus I tersebut. Guru dan Peneliti melaksanakan Siklus II sebagai langkah perbaikan dari Siklus I. Tabel 3. Hasil belajar Sosiologi Peserta didik pada Siklus 2 Kriteria Pratindakan Jml Siswa Prosentase pelajaran Sosiologi peserta didik kelas X Tuntas 20 55,56% IIS 2 SMA Negeri Gondangrejo tahun Tidak 16 44,44% pelajaran 2016/2017. 36 100% Simpulan dan Saran Tuntas Total Kemudian hasil belajar ranah afektif Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diperoleh peningkatan rata-rata prosentase pada siswa kelas X IIS 2 SMA Negeri Siklus I sebesar 78% menjadi 85% pada Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Siklus II. Kemudian hasil belajar ranah dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing psikomotor diperoleh peningkatan rata-rata siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Setiap prosentase tiap aspek yaitu dari Siklus I siklus memiliki 4 tahap penelitian antara 84% dan Siklus II menjadi 92%. lain, perencanaan, observasi, evaluasi, dan Dari keseluruhan hasil penelitian di refleksi tindakan. Berdasarkan hasil atas menunjukkan bahwa hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang peserta didik kelas X IIS 2 SMA Negeri telah dilakukan dengan penerapan model Gondangrejo mata pelajaran Sosiologi pada pembelajaran kooperatif tipe The Learning Tahap Pratindakan, Siklus I dan Siklus II. Cell pada jenis materi dan dengan tuntutan Baik dari ranah kognitif, afektif dan siswa, maka dapat ditarik simpulan sebagai psikomor mengalami peningkatan dan telah berikut: memenuhi indikor capaian minimal sebesar 1. Penerapan model pembelajaran 80%. Peningkatan tersebut sesuai dengan kooperatif tipe The Learning Cell dapat teori yang dijelaskan oleh Mulyasa(2006: meningkatkan hasil belajar(kognitif) 101) yang menyatakan bahwa suatu siswa kelas X IIS 2 SMA Negeri pembelajaran dapat dinyatakan berhasil Gondangrejo tahun pelajaran 2016/ apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 2017. Hal ini dibuktikan dengan adanya sebagian besar siswa terlibat secara aktif, peningkatan yang terjadi pada nilai baik fisik, mental maupun sosial dalam siswa yang pada pratindakan nilai rata- proses pembelajaran. rata 68,6, dengan prosentase siswa yang Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan disimpulkan di bahwa atas maka dapat penerapan model tuntas mencapai KKM 55,6%. kemudian pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 79,3, dengan pembelajaran Kooperatif tipe The Learning prosentase siswa yang tuntas mencapai Cell dapat meningkatkan hasil belajar mata KKM 86,1%. Dan selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata siswa kembali meningkat menjadi dengan a. Siswa hendaknya mampu prosentase siswa yang tuntas mencapai menyesuaikan diri dengan KKM 91,6%. model pembelajaran kooperatif tipe 2. Penerapan model 86,5 1. Bagi Siswa pembelajaran kooperatif tipe The Learning Cell dapat meningkatkan hasil belajar(afektif) The Learning Cell. b. Siswa hendaknya tidak siswa kelas X IIS 2 SMA Negeri tergantung pada materi yang Gondangrejo tahun pelajaran 2016/ diberikan oleh guru saja, 2017. Hasil belajar afektif mengalami tetapi lebih aktif mencari kenaikan pada siklus I ke siklus II informasi sebesar 7%, yaitu dari hasil belajar sumber-sumber afektif siswa pada siklus I rata-rata sehingga akan menambah sebesar 78% mengalami peningkatan wawasan pada siklus II menjadi 85%. menyelesaikan 3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe The Learning Cell dapat meningkatkan hasil materi dari lain siswa dalam permasalahan pembelajaran yang dihadapi. c. Dalam penerapan model belajar(psikomotor) siswa kelas X IIS 2 pembelajaran The Learning SMA Cell Negeri Gondangrejo tahun hendaknya pelajaran 2016/ 2017. Hasil belajar berpartisipasi aktif dan mau psikomotor mengalami kenaikan pada bekerjasama siklus I ke siklus II sebesar 7,7%, yaitu anggota dari hasil belajar psikomor siswa pada kelompok siklus I rata-rata sebesar 83,9% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 91,6%. Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat peneliti sampaikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan, antara lain sebagai berikut: dengan lain dalam 2. Bagi Guru a. Guru hendaknya memilih dan mengembangkan pembelajaran dapat yang model tepat dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi ajar dan karakteristik sehingga siswa tujuan pembelajaran dapat tercapai upaya dengan baik. pembelajaran b. Guru hendaknya lebih tegas proses sehingga pembelajaran dalam pengondisian siswa berlangsung secara efektif saaat pembelajaran dan optimal serta masalah- dan masalah pembelajaran dapat berlangsung meningkatkan manajemen teratasi. waktu. b. Sekolah c. Guru hendaknya melakukan hendaknya senantiasa mendorong guru pendekatan kepada siswa agar agar mengembangkan komunikasi berlangsung arah, secara sehingga pembelajaran dua menerapkan pembelajaran dan model yang tepat proses disesuaikan dengan materi berlangsung ajar dan karakteristik siswa. efektif, dan tidak hanya c. Sekolah berpusat pada guru. 3. Bagi Sekolah a. Sekolah hendaknya hendaknya menambah fasilitas pendukung pembelajaran seperti LCD, buku literatur senantiasa mendorong guru K13 untuk melakukan penelitian bermanfaat tindakan pembelajaran sosiologi. kelas sebagai Daftar Pustaka Arikunto, perbaikan dll, karena dapat saat Crossword Puzzle Terhadap Hasil S.(2006). Belajar Biologi Siswa Kelas X Prosedur MAN Lubuklinggau Tahun Ajaran Penelitian.Jakarta:rhineka Cipta 2015/2016 (Versi Elektronik). Basuki, Rochani dan Maharromiyati. (2009). Sosiologi. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 7 Dimyati & Mudhiono. (2006). Belajar dan http://mahasiswa.mipastkipllg.com/ Pembelajaran. Jakarta: Februari Rineka Cipta Learning Cell Disertai 2017, dari index.php/ /article/view/5693/3989 Huda, Febriyanti, D. (2015). Pengaruh Strategi The (2), 1-14. Diperoleh pada 20 Miftahul. (2013). Cooperative Learning Metode, Teknik, struktur, dan model terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Isjoni. (2009). Cooperative Learning: “Efektifitas Pembelajaran Kelompok”. Bandung: Alfabeta. Soerjono Soekanto. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. The learning Cell Prosos pendekatan Scientific pada mata 2 Bojonegoro Elektronik). Jurnal Sugiyanto. dari http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/ index.ptb/article/view/11885/1546 0 (2013). (2009).Model-Model Raja Grafindo Persada Penelitian Diperoleh pada 20 Februari 2017, Abdul. Strategi Sunarto, Kamanto. (2000). Pengantar Sosiologi – Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning: “Teori dan Aplikasi Paikem”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyadi. (2010).Panduan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja tindakan Rosdakarya. Divapress Mulyasa, H. E. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Remaja Rosdakarya. Bandung: Pembelajaran Inovatif. Jakarta : PT (Versi Tindakan Kelas, 7 (2), 1-14. Majid, mengajar. Remaja Rosda Karya belajar siswa kelas XI Geomatika SMK Raja Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil dengan pelajaran Surveying terhadap hasil PT Grafindo Luthfi, D.A. (2015). Penerapan model pembelajaran Kooperatif metode Jakarta: Bandung: PT Zaini, H.,dkk. kelas. (2008). Penelitian Jogyakarta: Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan madani