PowerPoint - Just be Good

advertisement
Keunikan Ajaran Buddha
Keunikan Ajaran Buddha
• Filosofi
• Doktrin
• Praktek
Keunikan Ajaran Buddha
• Filosofi
• Doktrin
• Praktek
Keunikan Ajaran Buddha
• Filosofi
• Doktrin
• Praktek
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi
1. Free Enquiry
2. Realistic and Practical
3. Moralitas and Praktek over Faith
and Worship
4. Tolerance and Respect
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
2. Realistic and Practical
3. Moralitas and Praktek over Faith
and Worship
4. Tolerance and Respect
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
2. Realistis dan Praktis
3. Moralitas and Praktek over Faith
and Worship
4. Tolerance and Respect
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
2. Realistis dan Praktis
3. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
4. Tolerance and Respect
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
2. Realistis dan Praktis
3. Moralitas and Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
4. Toleransi and Sikap hormat
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
• Blind faith is not only not required,
it is discouraged.
• Instead, questioning and investigating
is encouraged, so that we can make
our own informed decisions about the
path we want to take for ourselves.
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
• Kepercayaan buta bukan hanya tidak
dibutuhkan, tetapi tidak dianjurkan.
• Instead, questioning and investigating
is encouraged, so that we can make
our own informed decisions about the
path we want to take for ourselves.
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
• Kepercayaan buta bukan hanya tidak
dibutuhkan, tetapi tidak dianjurkan.
• Sebaliknya, bertanya dan meneliti
dianjurkan, sehingga kita dapat membuat
keputusan tentang jalan yang ingin kita
lalui untuk diri kita sendiri.
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
• Kepercayaan buta bukan hanya tidak
dibutuhkan, tetapi tidak dianjurkan.
• Sebaliknya, bertanya dan meneliti
dianjurkan, sehingga kita dapat membuat
keputusan tentang jalan yang ingin kita
lalui untuk diri kita sendiri.
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
• Kepercayaan buta bukan hanya tidak
dibutuhkan, tetapi tidak dianjurkan.
• Sebaliknya, bertanya dan meneliti
dianjurkan, sehingga kita dapat membuat
keputusan tentang jalan yang ingin kita
lalui untuk diri kita sendiri.
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
Dalam Kalama Sutta, Buddha berkata bahwa
bersikap meragui dan bertanya adalah hal yang
benar.
He did not say “do not believe the others,
believe me”.
Instead, the Buddha taught us proper way
to discover the truth.
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
Dalam Kalama Sutta, Buddha berkata bahwa
bersikap meragui dan bertanya adalah hal yang
benar.
Beliau tidak berkata “Jangan mempercayai yang
lainnya, percayalah pada saya”.
He did not say “do not believe the others,
believe me”.
Instead, the Buddha taught us proper way
Filosofi
1. Kebebasan Menyelidiki
Dalam Kalama Sutta, Buddha berkata bahwa
bersikap meragui dan bertanya adalah hal yang
benar.
Beliau tidak berkata “Jangan mempercayai yang
lainnya, percayalah pada saya”.
Sebaliknya, Buddha mengajari kita cara yang
baik dalam menemukan kebenaran.
He did not say “do not believe the others,
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Penampilan luar
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Penampilan luar
Opini pribadi
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Penampilan luar
Opini pribadi
Kekuasaan atau Ahli
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Penampilan luar
Opini pribadi
Kekuasaan atau Ahli
Guru sendiri
Kalama Sutta
Kriteria penerimaan atau penolakan
Kalama Sutta
Kriteria penerimaan atau penolakan
• Amati, selidiki dan cobalah untuk diri anda sendiri.
Kalama Sutta
Kriteria penerimaan atau penolakan
• Amati, selidiki dan cobalah untuk diri anda sendiri.
• Apakah hal itu dapat diterima akal?
Kalama Sutta
Kriteria penerimaan atau penolakan
• Amati, selidiki dan cobalah untuk diri anda sendiri.
• Apakah hal itu dapat diterima akal?
• Akankah hal itu membawa pada kerugian atau
kebaikan untuk diri anda sendiri dan yang lainnya?
Kalama Sutta
Kriteria penerimaan atau penolakan
• Amati, selidiki dan cobalah untuk diri anda sendiri.
• Apakah hal itu dapat diterima akal?
• Akankah hal itu membawa pada kerugian atau
kebaikan untuk diri anda sendiri dan yang lainnya?
• Akankah hal itu membawa pada penderitaan atau
kebahagiaan untuk diri anda sendiri dan yang
lainnya?
Kalama Sutta
Kriteria penerimaan atau penolakan
• Amati, selidiki dan cobalah untuk diri anda sendiri.
• Apakah hal itu dapat diterima akal?
• Akankah hal itu membawa pada kerugian atau
kebaikan untuk diri anda sendiri dan yang lainnya?
• Akankah hal itu membawa pada penderitaan atau
kebahagiaan untuk diri anda sendiri dan yang
lainnya?
• Akankah orang bijak memuji atau mencelanya?
Kalama Sutta
Kriteria penerimaan atau penolakan
Apabila ya, terimalah dan jadikan
teladan hidup.
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
Most other Doktrin and religions place
faith and worship above all else.
However, while Buddhism recognizes
that faith and worship can be helpful in
some circumstances, what is far more
important is Moralitas and Praktek.
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
Kebanyakan ajaran dan agama dunia
meletakkan kepercayaan dan
penyembahan diatas segalanya.
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
Kebanyakan ajaran dan agama dunia
meletakkan kepercayaan dan
penyembahan diatas segalanya.
Betapapun, sementara ajaran Buddha
mengenali bahwa kepercayaan dan
penyembahan dapat membantu dalam
keadaan tertentu, apa yang lebih penting
adalah moralitas dan praktek.
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
•Kepercayaan
• Wisdom faith
- Receptive, enquiring
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
Kepercayaan
• Kepercayaan buta
- Dogmatis, tanpa dapat
dipertanyakan
• Wisdom faith
- Receptive, enquiring
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
Kepercayaan
• Kepercayaan buta
- Dogmatis, tanpa dapat
dipertanyakan
• Kepercayaan yang bijak
- Bersedia menerima, bebas
menyelidiki
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
Moralitas
• Externalized
- Responsibility is outside
• Internalized
- Responsibility is within
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
Moralitas
• Urusan luar
- Tanggung jawab ada di luar
• Internalized
- Responsibility is within
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
Moralitas
• Urusan luar
- Tanggung jawab ada di luar
• Urusan dalam
- Tanggung jawab ada di dalam
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
Ajaran Buddha mendorong :
Internalized Moralitas
+
Wisdom faith
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
Ajaran Buddha mendorong :
Moralitas dalam
+
Wisdom faith
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
Ajaran Buddha mendorong :
Moralitas dalam
+
Kepercayaan yang bijak
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
“Apa yang perlu dilihati dari tubuh yang kotor
ini?
He who sees the Dhamma, sees me;
he who sees me, sees the Dhamma.
Truly seeing the Dhamma, one sees me;
seeing me, one sees the Dhamma.“
Vakkali Sutta Sn 22.87
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
“Apa yang perlu dilihati dari tubuh yang kotor
ini?
Dia yang melihat Dhamma, melihat saya; dia
yang melihat saya, melihat Dhamma.
Truly seeing the Dhamma, one sees me;
seeing me, one sees the Dhamma.“
Vakkali Sutta Sn 22.87
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
“Apa yang perlu dilihati dari tubuh yang kotor
ini?
Dia yang melihat Dhamma, melihat saya; dia
yang melihat saya, melihat Dhamma.
Sungguh, dengan melihat Dhamma, dia
melihat saya;
dengan melihat saya, dia melihat Dhamma.”
Vakkali Sutta Sn 22.87
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
"Bukan dengan kelahiran seseorang menjadi
orang buangan;
bukan dengan kelahiran seseorang menjadi
brahmana.
By deed one becomes and outcast,
by deed one becomes a brahman.”
Vasala Sutta: Snp 1.7
Filosofi
2. Moralitas dan Praktek diatas
Kepercayaan dan Penyembahan
"Bukan dengan kelahiran seseorang menjadi
orang buangan;
bukan dengan kelahiran seseorang menjadi
brahmana.
Dengan perbuatan seseorang menjadi orang
buangan,
dengan perbuatan seseorang menjadi
brahmana.”
Vasala Sutta: Snp 1.7
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
The Buddha is like a doctor :
1.
2.
3.
4.
Discovering the illness
Diagnosing the illness
Seeing that there is a cure
Prescribing the correct medicine for
our health and well-being
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Buddha bagaikan seorang dokter :
1.
2.
3.
4.
Discovering the illness
Diagnosing the illness
Seeing that there is a cure
Prescribing the correct medicine for
our health and well-being
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Buddha bagaikan seorang dokter :
1.
2.
3.
4.
Menemukan penyakit
Diagnosing the illness
Seeing that there is a cure
Prescribing the correct medicine for
our health and well-being
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Buddha bagaikan seorang dokter :
1.
2.
3.
4.
Menemukan penyakit
Mendiagnosa penyakit
Seeing that there is a cure
Prescribing the correct medicine for
our health and well-being
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Buddha bagaikan seorang dokter :
1.
2.
3.
4.
Menemukan penyakit
Mendiagnosa penyakit
Mendapatkan cara pengobatan
Prescribing the correct medicine for
our health and well-being
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Buddha bagaikan seorang dokter :
1.
2.
3.
4.
Menemukan penyakit
Mendiagnosa penyakit
Mendapatkan cara pengobatan
Menentukan obat yang benar bagi
kesehatan dan kesejahteraan kita.
5. Prescribing the correct medicine for
our health and well-being
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Empat Kebenaran Mulia :
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Empat Kebenaran Mulia :
1. Semua makhluk adalah sasaran dari
dukkha
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Empat Kebenaran Mulia :
1. Semua makhluk adalah sasaran dari
dukkha
2. Dukkha timbul dari hasrat dan nafsu
keinginan
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Empat Kebenaran Mulia :
1. Semua makhluk adalah sasaran dari
dukkha
2. Dukkha timbul dari hasrat dan nafsu
keinginan
3. Dukkha dapat diakhiri
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Empat Kebenaran Mulia :
1. Semua makhluk adalah sasaran dari
dukkha
2. Dukkha timbul dari hasrat dan nafsu
keinginan
3. Dukkha dapat diakhiri
4. Jalan Ariya Berunsur Delapan adalah
jalan menuju kedamaian dan
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Sejalan dengan Pengetahuan Modren :
Diantara semua agama besar dunia,
Ajaran Buddha tidak memiliki konflik
besar atau yang berarti dengan
penemuan pengetahuan modren.
It does not have any creation myths, nor
does it attempt to attribute any natural
phenomenon to supernatural causes.
Filosofi
3. Realistis dan Praktis
Sejalan dengan Pengetahuan Modren :
Diantara semua agama besar dunia,
Ajaran Buddha tidak memiliki konflik
besar atau yang berarti dengan
penemuan pengetahuan modren.
Ia tidak mengenali mitos penciptaan,
atau berusaha menghubungkan
fenomena alam manapun dengan sebab
Filosofi
4. Toleransi dan Sikap hormat
The Buddha never used any threats, or
tried to force anyone to accept His
Doktrin. He believed in freedom of
thought.
He recognized that not everyone will
accept His Doktrin, and that people
progress differently and will choose
different paths for themselves.
Filosofi
4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha tidak pernah menggunakan ancaman
apapun, atau berusaha memaksa siapapun
untuk menerima ajaran-Nya. Beliau percaya
pada kebebasan berpikir.
He recognized that not everyone will
accept His Doktrin, and that people
progress differently and will choose
different paths for themselves.
Filosofi
4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha tidak pernah menggunakan ancaman
apapun, atau berusaha memaksa siapapun
untuk menerima ajaran-Nya. Beliau percaya
pada kebebasan berpikir.
Beliau mengenali bahwa tidak semua orang
dapat menerima ajaran-Nya, dan bahwa setiap
orang mengalami kemajuan yang berbeda dan
akan memilih jalan yang berbeda pula.
Filosofi
4. Toleransi dan Sikap hormat
Beliau memilih untuk menjelaskan ajaranNya dengan cara yang logis dan masuk
akal, dan menginginkan orang-orang
untuk memahami dan menyadari ajaran
tersebut untuk diri mereka sendiri tanpa
takut akan hukuman apapun dari-Nya.
Buddhism is not about threats or rewards,
but about knowledge and understanding.
Filosofi
4. Toleransi dan Sikap hormat
Beliau memilih untuk menjelaskan ajaranNya dengan cara yang logis dan masuk
akal, dan menginginkan orang-orang
untuk memahami dan menyadari ajaran
tersebut untuk diri mereka sendiri tanpa
takut akan hukuman apapun dari-Nya.
Ajaran Buddha bukanlah tentang
ancaman atau imbalan, tetapi tentang
pengetahuan dan pemahaman.
Filosofi
4. Toleransi dan Sikap hormat
Upali adalah salah seorang pengikut
utama dari guru Jain, Mahavira. Karena
kecerdasannya, Upali sering muncul di
perdebatan umum mewakili kaum Jain.
Upali once had a debate with the Buddha
and he was so impressed with His
Doktrin that he asked to be the
Enlightened One's follower.
Filosofi
4. Toleransi dan Sikap hormat
Upali adalah salah seorang pengikut
utama dari guru Jain, Mahavira. Karena
kecerdasannya, Upali sering muncul di
perdebatan umum mewakili kaum Jain.
Upali pernah berdebat dengan Buddha
dan dia begitu terkesan dengan ajaranNya sehingga dia meminta untuk
menjadi pengikut dari Yang Terberkahi.
Filosofi
4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha berkata, “Kamu sedang diatas
emosi kamu. Pulang dan pertimbangkan
kembali dengan teliti sebelum kamu
membuat permintaan lagi".
Upali was extremely impressed, "If it was
any other guru, he will parade a banner
saying, 'Mahavira's chief lay-disciple has
become my follower'.
Filosofi
4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha berkata, “Kamu sedang diatas
emosi kamu. Pulang dan pertimbangkan
kembali dengan teliti sebelum kamu
membuat permintaan lagi".
Upali sangat terkesan, "Apabila guru lain,
dia akan berpawai bendera dan berkata,
'Pengikut awam utama Mahavira telah
menjadi pengikutku'.
Filosofi
4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha setuju menerima dia dengan satu
syarat, "Upali, sebagai seorang Jain,
kamu senantiasa bersedekah pada
praktisi Jain.
When you become my follower, you will
CONTINUE to give alms to Jain monks.”
Upali agreed and became one of the
Buddha's disciples.
Filosofi
4. Tolerance and Respect
Buddha setuju menerima dia dengan satu
syarat, "Upali, sebagai seorang Jain,
kamu senantiasa bersedekah pada
praktisi Jain.
Ketika kamu menjadi pengikutku, kamu
akan TERUS bersedekah pada praktisi
Jain.”
Upali agreed and became one of the
Filosofi
4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha setuju menerima dia dengan satu
syarat, "Upali, sebagai seorang Jain,
kamu senantiasa bersedekah pada
praktisi Jain.
Ketika kamu menjadi pengikutku, kamu
akan TERUS bersedekah pada praktisi
Jain.”
Upali setuju dan menjadi salah satu
Keunikan Ajaran Buddha
Doktrin
1.
2.
3.
4.
Ultimate and Universal Truths
Rationality and Free Will
Self Salvation and Self Realization
Compassion and Equality
Keunikan Ajaran Buddha
Doktrin
1.
2.
3.
4.
Kebenaran Pokok dan Universal
Rationality and Free Will
Self Salvation and Self Realization
Compassion and Equality
Keunikan Ajaran Buddha
Doktrin
1.
2.
3.
4.
Kebenaran Pokok dan Universal
Rasionalitas dan Kemauan bebas
Self Salvation and Self Realization
Compassion and Equality
Keunikan Ajaran Buddha
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
2. Rasionalitas dan Kemauan bebas
3. Keselamatan dan Penyadaran
dengan usaha sendiri
4. Compassion and Equality
Keunikan Ajaran Buddha
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
2. Rasionalitas dan Kemauan bebas
3. Keselamatan dan Penyadaran
dengan usaha sendiri
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
No other teacher in the world has ever
perceived and taught the Three
Characteristics of Existence which are the
ultimate and universal truths :
• Anicca / Impermanence
• Dukkha / Unsatisfactoriness
• Anatta / Insubstantiality
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tiada guru lain di dunia yang mengetahui
dan mengajari Tiga Karakteristik
Kehidupan yang merupakan kebenaran
pokok dan universal :
• Anicca / Impermanence
• Dukkha / Unsatisfactoriness
• Anatta / Insubstantiality
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tiada guru lain di dunia yang mengetahui
dan mengajari Tiga Karakteristik
Kehidupan yang merupakan kebenaran
pokok dan universal :
• Anicca / Ketidak-kekalan
• Dukkha / Unsatisfactoriness
• Anatta / Insubstantiality
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tiada guru lain di dunia yang mengetahui
dan mengajari Tiga Karakteristik
Kehidupan yang merupakan kebenaran
pokok dan universal :
• Anicca / Ketidak-kekalan
• Dukkha / Ketidak-puasan
• Anatta / Insubstantiality
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tiada guru lain di dunia yang mengetahui
dan mengajari Tiga Karakteristik
Kehidupan yang merupakan kebenaran
pokok dan universal :
• Anicca / Ketidak-kekalan
• Dukkha / Ketidak-puasan
• Anatta / Tanpa Inti
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anicca – Ketidak-kekalan
All things are impermanent, and
everything is in the process of changing
into something else.
For example, we are all in the process of
aging. Even the stars and galaxies are in
the process of change.
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anicca – Ketidak-kekalan
Segala sesuatu tidak kekal, dan segala
sesuatu dalam proses perubahan menjadi
sesuatu yang lainnya.
example, we are all in the process of
aging. Even the stars and galaxies are in
the process of change.
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anicca – Ketidak-kekalan
Segala sesuatu tidak kekal, dan segala
sesuatu dalam proses perubahan menjadi
sesuatu yang lainnya.
Sebagai contohnya, kita semua dalam
proses penuaan. Bahkan bintang dan
galaxi juga dalam proses perubahan.
Tiga Karakteristik Kehidupan
Dukkha – Ketidak-puasan / Penderitaan
Because all things are impermanent,
existence is subject to dukkha.
There will always be the craving for the
pleasant, and the aversion to the
unpleasant, resulting from the everchanging nature of existence.
Tiga Karakteristik Kehidupan
Dukkha – Ketidak-puasan / Penderitaan
Karena segala sesuatu tidak kekal,
kehidupan adalah sasaran dari dukkha.
There will always be the craving for the
pleasant, and the aversion to the
unpleasant, resulting from the everchanging nature of existence.
Tiga Karakteristik Kehidupan
Dukkha – Ketidak-puasan / Penderitaan
Karena segala sesuatu tidak kekal,
kehidupan adalah sasaran dari dukkha.
Selalu saja ada hasrat dengan hal yang
menyenangkan, dan keengganan dengan
hal yang tidak menyenangkan, yang
berasal dari sifat alami kehidupan yang
senantiasa berubah.
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anatta – Tanpa Inti / Tanpa Diri
There is no permanent or unchanging self.
The 'self' which we are conditioned to
believe exists, is comprised of nothing
more than different mental and physical
constituents, which are in a state of
constant change because of Cause and
Effect.
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anatta – Tanpa Inti / Tanpa Diri
Tidak ada diri yang kekal atau diri yang
tidak berubah.
The 'self' which we are conditioned to
believe exists, is comprised of nothing
more than different mental and physical
constituents, which are in a state of
constant change because of Cause and
Effect.
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anatta – Tanpa Inti / Tanpa Diri
Tidak ada diri yang kekal atau diri yang
tidak berubah.
'Diri' yang keberadaannya kita percayai,
tak lain hanya terdiri dari berbagai unsur
mental dan jasmani, yang dalam keadaan
yang terus berubah oleh proses Sebab
dan Akibat.
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya
guru di dunia yang menyadari bahwa kita
terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok
Kehidupan :
• Rupa / Body
• Vinnana / Consciousness
• Vedana / Feelings
• Sanna / Perception
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya
guru di dunia yang menyadari bahwa kita
terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok
Kehidupan :
• Rupa / Materi
• Vinnana / Consciousness
• Vedana / Feelings
• Sanna / Perception
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya
guru di dunia yang menyadari bahwa kita
terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok
Kehidupan :
• Rupa / Materi
• Vinnana / Kesadaran
• Vedana / Feelings
• Sanna / Perception
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya
guru di dunia yang menyadari bahwa kita
terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok
Kehidupan :
• Rupa / Materi
• Vinnana / Kesadaran
• Vedana / Perasaan
• Sanna / Perception
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya
guru di dunia yang menyadari bahwa kita
terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok
Kehidupan :
• Rupa / Materi
• Vinnana / Kesadaran
• Vedana / Perasaan
• Sanna / Persepsi
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya
guru di dunia yang menyadari bahwa kita
terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok
Kehidupan :
• Rupa / Materi
• Vinnana / Kesadaran
• Vedana / Perasaan
• Sanna / Persepsi
• Sankhara / Bentukan mental
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tanpa mempraktekkan ajaran dari
Buddha, kita akan senantiasa dihalangi
oleh kebodohan dan khayalan.
By practicing the Doktrin, we will gradually
be able to see the ultimate and universal
truths of our existence and thereby attain
true and lasting peace and happiness.
Doktrin
1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tanpa mempraktekkan ajaran dari
Buddha, kita akan senantiasa dihalangi
oleh kebodohan dan khayalan.
Dengan mempraktekkan ajaran tersebut,
kita secara perlahan-lahan akan mampu
melihat kebenaran pokok dan universal
dari kehidupan kita dan dengan demikian
mencapai kedamaian dan kebahagiaan
yang sejati dan abadi.
Doktrin
2. Kamma dan Kemauan Bebas
Kamma literally means 'intentional action', and this
refers to the Buddhist belief in the Principle of Cause
and Effect. That is, every intentional act will give rise to
a corresponding result, in either the present life or in a
future one, when conditions are right.
The results of kamma are not rewards or punishments,
but simply the results or outcome of intentional
acts. Positive actions will eventually result in positive
consequences, and negative actions will eventually
result in negative consequences.
Doktrin
2. Kamma dan Kemauan Bebas
Kamma secara harfiah berarti ‘tindakan yang
dikehendaki’, dan ini merujuk pada kepercayaan umat
Buddha tentang Prinsip dasar Sebab dan Akibat. Yakni,
setiap tindakan yang dikehendaki dapat memberikan
akibat yang sesuai, baik di kehidupan sekarang ataupun
di kehidupan yang akan datang, ketika kondisikondisinya tepat.
The results of kamma are not rewards or punishments,
but simply the results or outcome of intentional
acts. Positive actions will eventually result in positive
consequences, and negative actions will eventually
Doktrin
2. Kamma dan Kemauan Bebas
Kamma secara harfiah berarti ‘tindakan yang
dikehendaki’, dan ini merujuk pada kepercayaan umat
Buddha tentang Prinsip dasar Sebab dan Akibat. Yakni,
setiap tindakan yang dikehendaki dapat memberikan
akibat yang sesuai, baik di kehidupan sekarang ataupun
di kehidupan yang akan datang, ketika kondisikondisinya tepat.
Hasil dari kamma bukanlah imbalan atau hukuman,
tetapi hanyalah hasil atau akibat dari tindakan yang
dikehendaki. Tindakan yang positif akan menghasilkan
akibat yang positif, dan tindakan yang negatif akan
menghasilkan akibat yang negatif.
Doktrin
2. Kamma dan Kemauan Bebas
Orang-orang selalu keheranan tentang keadilan dalam hidup, dan
mengapa tidak semua orang terlahir sama.
Questions are always asked about why is one person so
healthy, and another with many physical afflictions. Why
is one person born wealthy, and another born into
poverty. Why one person can enjoy a long and happy
life, and another dying by violence or accident.
Buddhists do not believe that all these inequalities are
because of random events, luck, fate or the will of a
god. Kamma and rebirth are able to explain these
differences in people's lives.
Doktrin
2. Kamma dan Kemauan Bebas
Orang-orang selalu keheranan tentang keadilan dalam hidup, dan
mengapa tidak semua orang terlahir sama.
Berbagai pertanyaan selalu dikemukakan tentang mengapa orang
yang satu ini sangat sehat dan yang lainnya terlahir dengan
berbagai penyakit jasmani. Mengapa orang yang satu ini terlahir di
keluarga kaya, dan yang lainnya terlahir dalam kemiskinan papah.
Mengapa orang yang satu ini mampu menikmati hidup bahagia dan
berumur panjang, dan yang lainnya pendek umur oleh kekerasan
atau musibah.
Buddhists do not believe that all these inequalities are
because of random events, luck, fate or the will of a
god. Kamma and rebirth are able to explain these
Doktrin
2. Kamma dan Kemauan Bebas
Orang-orang selalu keheranan tentang keadilan dalam hidup, dan
mengapa tidak semua orang terlahir sama.
Berbagai pertanyaan selalu dikemukakan tentang mengapa orang
yang satu ini sangat sehat dan yang lainnya terlahir dengan
berbagai penyakit jasmani. Mengapa orang yang satu ini terlahir di
keluarga kaya, dan yang lainnya terlahir dalam kemiskinan papah.
Mengapa orang yang satu ini mampu menikmati hidup bahagia dan
berumur panjang, dan yang lainnya pendek umur oleh kekerasan
atau musibah.
Umat Buddha tidak percaya bahwa semua perbedaan ini
disebabkan oleh sembarang kejadian, keberuntungan, nasib atau
takdir Tuhan. Kamma dan kelahiran ulang mampu menjelaskan
perbedaan-perbedaan ini dalam kehidupan manusia.
Doktrin
2. Kamma dan Kemauan Bebas
Pikiran adalah pelopor dari segala
kejahatan. Pikiran adalah pemimpin dan
segala kejahatan adalah ciptaan pikiran.
If one speaks or acts with a corrupt mind;
Suffering follows as the wheel follows the
hoof of the ox.
Dhammapada Verse 1
Doktrin
2. Kamma dan Kemauan Bebas
Pikiran adalah pelopor dari segala
kejahatan. Pikiran adalah pemimpin dan
segala kejahatan adalah ciptaan pikiran.
Bila seseorang berbicara atau berbuat
dengan pikiran jahat;
Penderitaan mengikuti bagaikan roda
pedati mengikuti langkah kaki lembu yang
menariknya.
Dhammapada Syair 1
Doktrin
2. Kamma dan Kemauan Bebas
Pikiran adalah pelopor dari segala
kebaikan. Pikiran adalah pemimpin dan
segala kebaikan adalah ciptaan pikiran.
If one speaks or acts with a pure mind;
Happiness follows as one’s own shadow
that never leaves.
Dhammapada Verse 2
Doktrin
2. Kamma dan Kemauan Bebas
Pikiran adalah pelopor dari segala
kebaikan. Pikiran adalah pemimpin dan
segala kebaikan adalah ciptaan pikiran.
Bila seseorang berbicara atau berbuat
dengan pikiran baik;
Kebahagiaan mengikuti bagaikan bayangbayang yang tak pernah meninggalkan
bendanya.
Dhammapada Syair 2
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
The Buddha declared that he was selfenlightened without any external help :
All-abandoning,
released in the ending of craving:
having fully known on my own,
to whom should I point as my teacher?
I have no teacher,
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Buddha menyatakan bahwa pencerahannya
adalah dengan usaha sendiri tanpa bantuan luar
manapun :
All-abandoning,
released in the ending of craving:
having fully known on my own,
to whom should I point as my teacher?
I have no teacher,
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Buddha menyatakan bahwa pencerahannya
adalah dengan usaha sendiri tanpa bantuan luar
manapun :
Semua noda,
dilepaskan pada saat berakhirnya hasrat :
having fully known on my own,
to whom should I point as my teacher?
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Buddha menyatakan bahwa pencerahannya
adalah dengan usaha sendiri tanpa bantuan luar
manapun :
Semua noda,
dilepaskan pada saat berakhirnya hasrat :
setelah diriku telah sepenuhnya memahami,
Siapakah yang seharusnya saya tunjuk sebagai
guru?
I have no teacher,
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Buddha menyatakan bahwa pencerahannya
adalah dengan usaha sendiri tanpa bantuan luar
manapun :
Semua noda,
dilepaskan pada saat berakhirnya hasrat :
setelah diriku telah sepenuhnya memahami,
Siapakah yang seharusnya saya tunjuk sebagai
guru?
Saya tidak memiliki guru,
dan seseorang seperti diriku tidak dapat ditemui.
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan
dan oleh diri sendiri seseorang ternodai;
By oneself is evil not done
and by oneself is one purified.
Purity and impurity depend entirely on
oneself; no one can purify another.
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan
dan oleh diri sendiri seseorang ternodai;
Oleh diri sendiri kejahatan tidak dilakukan
dan oleh diri sendiri seseorang menjadi suci.
Purity and impurity depend entirely on
oneself; no one can purify another.
Dhammapada Verse 165
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan
dan oleh diri sendiri seseorang ternodai;
Oleh diri sendiri kejahatan tidak dilakukan
dan oleh diri sendiri seseorang menjadi suci.
Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri;
tiada seorang pun yang dapat menyucikan
orang lain.
Dhammapada Syair 165
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Jadilah pulau bagi diri anda sendiri,
Jadilah pelindung bagi diri anda sendiri,
Tanpa pelindung yang lain;
With the Dhamma as your island,
the Dhamma as your refuge,
seeking no other refuge."
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Jadilah pulau bagi diri anda sendiri,
Jadilah pelindung bagi diri anda sendiri,
Tanpa pelindung yang lain;
Dengan Dhamma sebagai pulau anda,
Dengan Dhamma sebagai pelindung
anda, tanpa pelindung yang lain."
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Kata-kata terakhir Buddha adalah :
"All composite things pass away.
Strive for your own salvation with
diligence."
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Kata-kata terakhir Buddha adalah :
"Segala sesuatu yang berkondisi akan
lenyap.
Strive for your own salvation with
diligence."
Doktrin
3. Penyadaran dan Keselamatan
dengan usaha sendiri
Kata-kata terakhir Buddha adalah :
"Segala sesuatu yang berkondisi akan
lenyap.
Berjuanglah untuk keselamatan anda
dengan tekun."
Doktrin
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Belas kasih tanpa syarat :
The desire for all beings without exception, to be
well and happy. Similar to the love that a
mother has for her only child.
“So with a boundless heart
Should one cherish all living beings,
Radiating kindness over the entire world.”
Karaniya Metta Sutta
Doktrin
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Belas kasih tanpa syarat :
Keinginan yang ditujukan pada semua makhluk
tanpa pengecualian, semoga sejahtera dan
bahagia. Similar to the love that a mother has
for her only child.
“So with a boundless heart
Should one cherish all living beings,
Radiating kindness over the entire world.”
Karaniya Metta Sutta
Doktrin
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Belas kasih tanpa syarat :
Keinginan yang ditujukan pada semua makhluk
tanpa pengecualian, semoga sejahtera dan
bahagia. Serupa dengan kasih yang dimiliki oleh
seorang ibu terhadap anak satu-satunya.
“So with a boundless heart
Should one cherish all living beings,
Radiating kindness over the entire world.”
Karaniya Metta Sutta
Doktrin
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Belas kasih tanpa syarat :
Keinginan yang ditujukan pada semua makhluk
tanpa pengecualian, semoga sejahtera dan
bahagia. Serupa dengan kasih yang dimiliki oleh
seorang ibu terhadap anak satu-satunya.
“Jadi dengan hati tanpa batas
Begitulah seharusnya seseorang menghargai
semua makhluk hidup,
Menyebarkan kebaikan keseluruh dunia.”
Doktrin
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Belas kasih tanpa syarat :
"Sekarang saya mengajari kamu doktrin ini :
Letakkan diri anda pada posisi orang lain.
Imagine and experience both their comforts
and discomforts, their joys and their sorrows.
Feel for yourself their likes and dislikes.
Live truly in the midst of others all the time."
Veludvareyya Sutta
Doktrin
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Belas kasih tanpa syarat :
"Sekarang saya mengajari kamu doktrin ini :
Letakkan diri anda pada posisi orang lain.
Bayangkan dan alami kesenangan dan
kegelisahan mereka, kegembiraan dan kesedihan
mereka.
Feel for yourself their likes and dislikes.
Live truly in the midst of others all the time."
Doktrin
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Belas kasih tanpa syarat :
"Sekarang saya mengajari kamu doktrin ini :
Letakkan diri anda pada posisi orang lain.
Bayangkan dan alami kesenangan dan
kegelisahan mereka, kegembiraan dan kesedihan
mereka.
Rasakan untuk diri anda sendiri, yang mereka
sukai atau yang tidak.
Senantiasa hidup ditengah-tengah orang lain."
Veludvareyya Sutta
Doktrin
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Kesetaraan Sosial :
Dalam ajaran Buddha, semua kelompok sosial yang
berbeda dalam lingkungan memiliki tanggung-jawab
timbal balik terhadap satu sama lain. Berbeda
dengan sistem kasta, tiada suatu kelompok pun
yang memiliki dominasi atas kelompok yang
lainnya.
For example, children and parents, students and
teachers, husbands and wives, friends and
associates, employees and employers, lay
Doktrin
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Kesetaraan Sosial :
Dalam ajaran Buddha, semua kelompok sosial yang
berbeda dalam lingkungan memiliki tanggung-jawab
timbal balik terhadap satu sama lain. Berbeda
dengan sistem kasta, tiada suatu kelompok pun
yang memiliki dominasi atas kelompok yang
lainnya.
Sebagai contohnya, anak dan orang tua, murid dan
guru, suami dan istri, teman dan kolega, pekerja
dan majikan, umat awam dan guru spiritual.
Doktrin
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Kesetaraan Jenis kelamin :
Berbeda dengan kebanyakan ajaran yang lainnya,
Buddha mengajarkan kesetaraan antara jenis
kelamin. Sebagai contohnya, Beliau mengizinkan
wanita bergabung dalam Sangha berhubung wanita
juga mampu mencapai pencerahan.
His foster-mother, Maha Pajapati was the first in
the Order of Nuns; and his wife Yasodhara also
became a Bhikkhuni. Both became Arahants.
Doktrin
4. Belas kasih dan Kesetaraan
Kesetaraan Jenis kelamin :
Berbeda dengan kebanyakan ajaran yang lainnya,
Buddha mengajarkan kesetaraan antara jenis
kelamin. Sebagai contohnya, Beliau mengizinkan
wanita bergabung dalam Sangha berhubung wanita
juga mampu mencapai pencerahan.
Ibu angkatnya, Maha Pajapati adalah yang pertama
dalam orde Bhikkhuni; dan istrinya Yasodhara juga
menjadi seorang Bhikkhuni. Keduanya menjadi
Arahat.
Keunikan Ajaran Buddha
Praktek
1.
2.
3.
4.
Differentiated and Gradual
Systematic and Consistent
Verifiable
Immediate Results
Keunikan Ajaran Buddha
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
2. Systematic and Consistent
3. Verifiable
4. Immediate Results
Keunikan Ajaran Buddha
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
2. Sistematis dan Konsisten
3. Verifiable
4. Immediate Results
Keunikan Ajaran Buddha
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
2. Sistematis dan Konsisten
3. Dapat dibuktikan
4. Immediate Results
Keunikan Ajaran Buddha
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
2. Sistematis dan Konsisten
3. Dapat dibuktikan
4. Hasil yang segera
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
The Buddha adapted the manner and
style of his Doktrin using simpler concepts
for the ordinary folk, and more complex
ideas for educated and intellectual
audiences.
He realized that we all travel at different
paces, are at different stages of progress,
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Buddha mengadoptasikan cara dan gaya dari
ajarannya dengan menggunakan konsep yang
lebih sederhana untuk orang biasa, dan ide
yang lebih kompleks untuk pendengar yang
lebih berpendidikan dan pintar.
He realized that we all travel at different
paces, are at different stages of progress,
at different parts of our lives.
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Buddha mengadoptasikan cara dan gaya dari
ajarannya dengan menggunakan konsep yang
lebih sederhana untuk orang biasa, dan ide
yang lebih kompleks untuk pendengar yang
lebih berpendidikan dan pintar.
Beliau menyadari bahwa kita berjalan pada
langkah yang berbeda, pada tahapan kemajuan
yang berbeda, pada bagian kehidupan yang
berbeda pula.
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
TIADA filosofi ‘satu-ukuran cocok untuk
semuanya’ dalam ajaran Buddha.
“It is possible, Brahmin,
to describe gradual training,
gradual Praktek, and gradual progress
in this Dhamma and Discipline.”
Ganakamoggalaha Sutta
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
TIADA filosofi ‘satu-ukuran cocok untuk
semuanya’ dalam ajaran Buddha.
“Itu memungkinkan, Brahmin,
untuk menjelaskan tentang pelatihan yang
bertahap, praktek yang bertahap, dan kemajuan
yang bertahap dalam Dhamma dan Disiplin ini.”
Ganakamoggalaha Sutta
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Ketika mengajari Yasa dan teman-temannya,
Buddha berbicara dahulu tentang kemurahan
hati, moralitas, dan kelahiran ulang di alam
surga.
Then he spoke of the dangers of sensual
pleasures and the benefits of renunciation.
When Yasa was ready, only then did the
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Ketika mengajari Yasa dan teman-temannya,
Buddha berbicara dahulu tentang kemurahan
hati, moralitas, dan kelahiran ulang di alam
surga.
Beliau kemudian berbicara tentang bahaya dari
kesenangan sensual dan manfaat dari
pelepasan duniawi.
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Ketika mengajari Yasa dan teman-temannya,
Buddha berbicara dahulu tentang kemurahan
hati, moralitas, dan kelahiran ulang di alam
surga.
Beliau kemudian berbicara tentang bahaya dari
kesenangan sensual dan manfaat dari
pelepasan duniawi.
Hanya ketika Yasa telah siap, Buddha
mengajarinya tentang Empat Kebenaran Mulia.
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, keeping the Precepts
Sagga : the reward of a heavenly rebirth
Dana : Kemurahan hati, helping others
Sila : Moralitas, keeping the Precepts
Bhavana : meditation, mental cultivation
- To see and realize the Four Noble Truths
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, menjaga Sila
Sagga : the reward of a heavenly rebirth
Dana : Kemurahan hati, helping others
Sila : Moralitas, keeping the Precepts
Bhavana : meditation, mental cultivation
- To see and realize the Four Noble Truths
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, menjaga Sila
Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga
Dana : Kemurahan hati, helping others
Sila : Moralitas, keeping the Precepts
Bhavana : meditation, mental cultivation
- To see and realize the Four Noble Truths
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, menjaga Sila
Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, keeping the Precepts
Bhavana : meditation, mental cultivation
- To see and realize the Four Noble Truths
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, menjaga Sila
Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, keeping the Precepts
Bhavana : meditation, mental cultivation
- To see and realize the Four Noble Truths
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, menjaga Sila
Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, menjaga Sila
Bhavana : meditation, mental cultivation
- To see and realize the Four Noble Truths
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, menjaga Sila
Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, menjaga Sila
Bhavana : Meditasi, pengembangan mental
- To see and realize the Four Noble Truths
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, menjaga Sila
Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya
Sila : Moralitas, menjaga Sila
Bhavana : Meditasi, pengembangan mental
- Untuk melihat dan menyadari Empat
Kebenaran Mulia agar kita dapat meraih
keselamatan kita sendiri.
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Buddha :
Do not disregard merit saying it will not
come to me.
By each drop of water is a water-jar filled.
Similarly the wise man gathering little by
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Buddha :
Jangan meremehkan kebajikan dengan berkata
bahwa itu tidak memberikan pahala.
By each drop of water is a water-jar filled.
Similarly the wise man gathering little by
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Buddha :
Jangan meremehkan kebajikan dengan berkata
bahwa itu tidak memberikan pahala.
Setetes demi setetes tempayan air dipenuhi.
Similarly the wise man gathering little by
little, fills himself with good.
Praktek
1. Dapat dibedakan dan Bersifat
tahapan
Buddha :
Jangan meremehkan kebajikan dengan berkata
bahwa itu tidak memberikan pahala.
Setetes demi setetes tempayan air dipenuhi.
Demikian pula orang bijak sedikit demi
sedikit, memenuhi dirinya dengan kebajikan.
Dhammapada Syair 122
Praktek
2. Sistematis dan Konsisten
The Praktek of Buddhism is a very systematic
method of personal development as can be
seen in the teaching of the Noble Eightfold Path,
and also the training rules of the Five Precepts.
It is also highly internally consistent with few, if
any, contradictions based on the Doktrin of early
Buddhism as taught by the Buddha Himself.
Praktek
2. Sistematis dan Konsisten
Praktek dari ajaran Buddha adalah cara
pengembangan diri yang sangat sistematis
seperti yang dapat dilihat dalam ajaran tentang
Jalan Ariya Berunsur Delapan, dan juga
peraturan pelatihan dari Lima Sila.
It is also highly internally consistent with few, if
any, contradictions based on the Doktrin of early
Buddhism as taught by the Buddha Himself.
Praktek
2. Sistematis dan Konsisten
Praktek dari ajaran Buddha adalah cara
pengembangan diri yang sangat sistematis
seperti yang dapat dilihat dalam ajaran tentang
Jalan Ariya Berunsur Delapan, dan juga
peraturan pelatihan dari Lima Sila.
Secara internal juga sangat konsisten, jika ada,
beberapa kontradiksi berdasarkan pada ajaran
awal yang bersumber dari Buddha sendiri.
Lima Sila
1. Menghindari penganiayaan dan
pembunuhan makhluk hidup
2. Abstain from taking what is not given
3. Abstain from sexual misconduct
4. Abstain from lying and false speech
5. Abstain from abuse of intoxicants
and drugs
Lima Sila
1. Menghindari penganiayaan dan
pembunuhan makhluk hidup
2. Menghindari pengambilan sesuatu
yang tidak diberikan
3. Abstain from sexual misconduct
4. Abstain from lying and false speech
5. Abstain from abuse of intoxicants
and drugs
Lima Sila
1. Menghindari penganiayaan dan
pembunuhan makhluk hidup
2. Menghindari pengambilan sesuatu
yang tidak diberikan
3. Menghindari perbuatan asusila
4. Abstain from lying and false speech
5. Abstain from abuse of intoxicants
Lima Sila
1. Menghindari penganiayaan dan
pembunuhan makhluk hidup
2. Menghindari pengambilan sesuatu
yang tidak diberikan
3. Menghindari perbuatan asusila
4. Menghindari perkataan bohong dan
yang tidak benar
5. Abstain from abuse of intoxicants
Lima Sila
1. Menghindari penganiayaan dan
pembunuhan makhluk hidup
2. Menghindari pengambilan sesuatu
yang tidak diberikan
3. Menghindari perbuatan asusila
4. Menghindari perkataan bohong dan
yang tidak benar
5. Menghindari konsumsi minuman
keras dan obat bius
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan
Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar
Perbuatan Benar
Penghidupan Benar
Usaha Benar
Perhatian Benar
Konsentrasi Benar
Pemahaman Benar
Pikiran Benar
Moralitas
- Sila
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan
Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar
Perbuatan Benar
Penghidupan Benar
Usaha Benar
Perhatian Benar
Konsentrasi Benar
Pemahaman Benar
Pikiran Benar
Moralitas
- Sila
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan
Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar
Perbuatan Benar
Penghidupan Benar
Usaha Benar
Perhatian Benar
Konsentrasi Benar
Pemahaman Benar
Pikiran Benar
Moralitas
- Sila
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan
Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar
Perbuatan Benar
Penghidupan Benar
Usaha Benar
Perhatian Benar
Konsentrasi Benar
Pemahaman Benar
Pikiran Benar
Moralitas
- Sila
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan
Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar
Perbuatan Benar
Penghidupan Benar
Usaha Benar
Perhatian Benar
Konsentrasi Benar
Pemahaman Benar
Pikiran Benar
Moralitas
- Sila
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan
Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar
Perbuatan Benar
Penghidupan Benar
Usaha Benar
Perhatian Benar
Konsentrasi Benar
Pemahaman Benar
Pikiran Benar
Moralitas
- Sila
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan
Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar
Perbuatan Benar
Penghidupan Benar
Usaha Benar
Perhatian Benar
Konsentrasi Benar
Pemahaman Benar
Pikiran Benar
Moralitas
- Sila
NIBBANA!!
Pemasuk Arus
Kebijaksanaan &
Pemahaman
Perkembangan batin
Moralitas
Kebijaksanaan &
Pemahaman
Perkembangan batin
Moralitas
NIBBANA!!
Pemasuk Arus
Kebijaksanaan &
Pemahaman
Perkembangan batin
Moralitas
Kebijaksanaan &
Pemahaman
Pengembangan batin
Moralitas
NIBBANA!!
Pemasuk Arus
Kebijaksanaan &
Pemahaman
Perkembangan batin
Moralitas
Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin
Moralitas
NIBBANA!!
Pemasuk Arus
Kebijaksanaan &
Pemahaman
Perkembangan batin
Moralitas
Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin
Moralitas
NIBBANA!!
Pemasuk Arus
Kebijaksanaan &
Pemahaman
Pengembangan batin
Moralitas
Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin
Moralitas
NIBBANA!!
Pemasuk Arus
Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin
Moralitas
Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin
Moralitas
NIBBANA!!
Pemasuk Arus
Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin
Moralitas
Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin
Moralitas
NIBBANA!!
Pemasuk Arus
Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin
Moralitas
Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin
Moralitas
Praktek
3. Dapat dibuktikan
The Doktrin of Buddhism are verifiable not
through hearsay from third parties or from
academic knowledge. The Doktrin are directly
verifiable and can be directly experienced with
our own efforts through the Praktek of
Perkembangan batin :
• Usaha Benar
• Perenungan Benar
• Konsentrasi Benar
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Ajaran Buddha dapat dibuktikan bukan melalui
desas-desus dari pihak ketiga atau dari
pengetahuan akademis. The Doktrin are
directly verifiable and can be directly
experienced with our own efforts through the
Praktek of Perkembangan batin :
• Usaha Benar
• Perenungan Benar
• Konsentrasi Benar
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Ajaran Buddha dapat dibuktikan bukan melalui
desas-desus dari pihak ketiga atau dari
pengetahuan akademis. Ajaran tersebut dapat
langsung dibuktikan dan dapat langsung dialami
dengan usaha kita sendiri melalui praktek dari
Pengembangan batin :
• Usaha Benar
• Perenungan Benar
• Konsentrasi Benar
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Ajaran Buddha dapat dibuktikan bukan melalui
desas-desus dari pihak ketiga atau dari
pengetahuan akademis. Ajaran tersebut dapat
langsung dibuktikan dan dapat langsung dialami
dengan usaha kita sendiri melalui praktek dari
Pengembangan batin :
• Usaha Benar
• Perenungan Benar
• Konsentrasi Benar
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Ajaran Buddha dapat dibuktikan bukan melalui
desas-desus dari pihak ketiga atau dari
pengetahuan akademis. Ajaran tersebut dapat
langsung dibuktikan dan dapat langsung dialami
dengan usaha kita sendiri melalui praktek dari
Pengembangan batin :
• Usaha Benar
• Perenungan Benar
• Konsentrasi Benar
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Ajaran Buddha dapat dibuktikan bukan melalui
desas-desus dari pihak ketiga atau dari
pengetahuan akademis. Ajaran tersebut dapat
langsung dibuktikan dan dapat langsung dialami
dengan usaha kita sendiri melalui praktek dari
Pengembangan batin :
• Usaha Benar
• Perenungan Benar
• Konsentrasi Benar
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Usaha Benar
•
•
•
•
To apply mental discipline to prevent
unwholesome thoughts from arising.
To dispel unwholesome thoughts that have
arisen.
To develop wholesome thoughts.
To maintain those wholesome thoughts that
have arisen.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Usaha Benar
•
•
•
•
Menerapkan disiplin mental dalam
mencegah timbulnya pikiran jahat.
To dispel unwholesome thoughts that have
arisen.
To develop wholesome thoughts.
To maintain those wholesome thoughts that
have arisen.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Usaha Benar
•
•
•
•
Menerapkan disiplin mental dalam
mencegah timbulnya pikiran jahat.
Menghilangkan pikiran jahat yang telah
timbul.
To develop wholesome thoughts.
To maintain those wholesome thoughts that
have arisen.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Usaha Benar
•
•
•
•
Menerapkan disiplin mental dalam
mencegah timbulnya pikiran jahat.
Menghilangkan pikiran jahat yang telah
timbul.
Mengembangkan pikiran baik.
To maintain those wholesome thoughts that
have arisen.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Usaha Benar
•
•
•
•
Menerapkan disiplin mental dalam
mencegah timbulnya pikiran jahat.
Menghilangkan pikiran jahat yang telah
timbul.
Mengembangkan pikiran baik.
Mempertahankan pikiran baik yang telah
timbul.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Perenungan Benar
•
•
•
•
Be aware of the body.
Be aware of feelings.
Be aware of the mind.
Be aware of the Dhamma.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Perenungan Benar
•
•
•
•
Perenungan pada tubuh.
Be aware of feelings.
Be aware of the mind.
Be aware of the Dhamma.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Perenungan Benar
•
•
•
•
Perenungan pada tubuh.
Perenungan pada perasaan.
Be aware of the mind.
Be aware of the Dhamma.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Perenungan Benar
•
•
•
•
Perenungan pada tubuh.
Perenungan pada perasaan.
Perenungan pada pikiran.
Be aware of the Dhamma.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Perenungan Benar
•
•
•
•
Perenungan pada tubuh.
Perenungan pada perasaan.
Perenungan pada pikiran.
Perenungan pada Dhamma.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Konsentrasi Benar
•
To Praktek meditation to train the mind to be
focused and disciplined in order to cultivate
and acquire wisdom.
•
This will enable us to see things as they truly
are, understand and realize the Four Noble
Truths, and attain enduring peace and
happiness for ourselves and others too.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Konsentrasi Benar
•
Mempraktekkan meditasi untuk melatih pikiran
yang terpusat dan disiplin dalam
mengembangkan dan memperoleh
kebijaksanaan.
This will enable us to see things as they truly
are, understand and realize the Four Noble
Truths, and attain enduring peace and
happiness for ourselves and others too.
Praktek
3. Dapat dibuktikan
Konsentrasi Benar
•
•
Mempraktekkan meditasi untuk melatih pikiran
yang terpusat dan disiplin dalam
mengembangkan dan memperoleh
kebijaksanaan.
Ini dapat memungkinkan kita untuk melihat
segala sesuatu seperti apa adanya, memahami
dan menyadari Empat Kebenaran Mulia, dan
mencapai kedamaian dan kebahagiaan sejati
Lima Kekuatan Pencerahan
Lima Kekuatan Pencerahan
Keyakinan
Lima Kekuatan Pencerahan
Keyakinan
Pengetahuan
Lima Kekuatan Pencerahan
Keyakinan
Energi
Pengetahuan
Lima Kekuatan Pencerahan
Keyakinan
Pengetahuan
Energi
Konsentrasi
Lima Kekuatan Pencerahan
Keyakinan
Pengetahuan
Perenungan
Energi
Konsentrasi
Praktek
4. Hasil yang Segera
The Six Virtues of the Dhamma
1. Svakkhato Bhagavata Dhammo – Discovered and
well expounded by the Buddha.
2. Sanditthiko – Can be directly experienced.
3. Akaliko – With immediate results.
4. Ehipassiko – To be approached to be seen.
5. Opanayiko – Capable of being attained.
6. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be
comprehended by the wise, for himself.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Enam Keluhuran dari Dhamma :
1. Svakkhato Bhagavata Dhammo – Discovered and
well expounded by the Buddha.
2. Sanditthiko – Can be directly experienced.
3. Akaliko – With immediate results.
4. Ehipassiko – To be approached to be seen.
5. Opanayiko – Capable of being attained.
6. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be
comprehended by the wise, for himself.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Enam Keluhuran dari Dhamma :
1. Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan
dibabarkan dengan baik oleh Buddha.
2. Sanditthiko – Can be directly experienced.
3. Akaliko – With immediate results.
4. Ehipassiko – To be approached to be seen.
5. Opanayiko – Capable of being attained.
6. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be
comprehended by the wise, for himself.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Enam Keluhuran dari Dhamma :
1. Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan
dibabarkan dengan baik oleh Buddha.
2. Sanditthiko – Dapat langsung dialami.
3. Akaliko – With immediate results.
4. Ehipassiko – To be approached to be seen.
5. Opanayiko – Capable of being attained.
6. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be
comprehended by the wise, for himself.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Enam Keluhuran dari Dhamma :
1. Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan
dibabarkan dengan baik oleh Buddha.
2. Sanditthiko – Dapat langsung dialami.
3. Akaliko – Dengan hasil yang segera.
4. Ehipassiko – To be approached to be seen.
5. Opanayiko – Capable of being attained.
6. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be
comprehended by the wise, for himself.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Enam Keluhuran dari Dhamma :
1. Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan
dibabarkan dengan baik oleh Buddha.
2. Sanditthiko – Dapat langsung dialami.
3. Akaliko – Dengan hasil yang segera.
4. Ehipassiko – Didekati untuk dapat dilihat.
5. Opanayiko – Capable of being attained.
6. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be
comprehended by the wise, for himself.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Enam Keluhuran dari Dhamma :
1. Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan
dibabarkan dengan baik oleh Buddha.
2. Sanditthiko – Dapat langsung dialami.
3. Akaliko – Dengan hasil yang segera.
4. Ehipassiko – Didekati untuk dapat dilihat.
5. Opanayiko – Mampu untuk diraih.
6. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be
comprehended by the wise, for himself.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Enam Keluhuran dari Dhamma :
1. Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan
dibabarkan dengan baik oleh Buddha.
2. Sanditthiko – Dapat langsung dialami.
3. Akaliko – Dengan hasil yang segera.
4. Ehipassiko – Didekati untuk dapat dilihat.
5. Opanayiko – Mampu untuk diraih.
6. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – Untuk diselami
oleh yang bijaksana, bagi dirinya sendiri.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Ajaran Buddha yang awal dan asli tidak bersifat
mistik atau misteri.
The Buddha never resorted to supernatural
rituals or asked for blind faith in any of his
Doktrin.
His Doktrin are rational and sensible, relevant to
the present and very much down-to-earth.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Ajaran Buddha yang awal dan asli tidak bersifat
mistik atau misteri.
Buddha tidak pernah memilih ritual gaib atau
meminta kepercayaan buta pada ajarannya
yang manapun juga.
His Doktrin are rational and sensible, relevant to
the present and very much down-to-earth.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Ajaran Buddha yang awal dan asli tidak bersifat
mistik atau misteri.
Buddha tidak pernah memilih ritual gaib atau
meminta kepercayaan buta pada ajarannya
yang manapun juga.
Ajarannya rasional dan masuk akal, relevan
dengan masa sekarang dan sederhana.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Ajaran ini tidak susah, dan dapat dipraktekkan
oleh siapapun, baik Buddhis maupun NonBuddhis.
Approach these Doktrin with an open
mind. Make a sincere attempt to observe and
Praktek them.
The results will be immediate and beneficial, for
this life and future lives to come.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Ajaran ini tidak susah, dan dapat dipraktekkan
oleh siapapun, baik Buddhis maupun NonBuddhis.
Dekati ajaran ini dengan pikiran yang
terbuka. Berusahalah dengan tulus untuk
mengamati dan mempraktekkan mereka.
The results will be immediate and beneficial, for
this life and future lives to come.
Praktek
4. Hasil yang Segera
Ajaran ini tidak susah, dan dapat dipraktekkan
oleh siapapun, baik Buddhis maupun NonBuddhis.
Dekati ajaran ini dengan pikiran yang
terbuka. Berusahalah dengan tulus untuk
mengamati dan mempraktekkan mereka.
Hasilnya akan bersifat segera dan bermanfaat,
untuk kehidupan ini dan juga kehidupan
mendatang.
Ringkasan Ajaran Buddha
• Avoid evil
• Do good
• Purify our minds
This is the teaching of all the
Buddhas.
Dhammapada - Verse 183.
Ringkasan Ajaran Buddha
• Hindari kejahatan
• Do good
• Purify our minds
This is the teaching of all the
Buddhas.
Dhammapada - Verse 183.
Ringkasan Ajaran Buddha
• Hindari kejahatan
• Lakukan kebajikan
• Purify our minds
This is the teaching of all the
Buddhas.
Dhammapada - Verse 183.
Ringkasan Ajaran Buddha
• Hindari kejahatan
• Lakukan kebajikan
• Sucikan pikiran kita
This is the teaching of all the
Buddhas.
Dhammapada - Verse 183.
Ringkasan Ajaran Buddha
• Hindari kejahatan
• Lakukan kebajikan
• Sucikan pikiran kita
Ini adalah ajaran semua Buddha.
Dhammapada - Syair 183.
Ringkasan Ajaran Buddha
Jalan telah ditunjukkan
oleh Buddha.
We just need to walk
the Path!
Ringkasan Ajaran Buddha
Jalan telah ditunjukkan
oleh Buddha.
Kita hanya perlu
menjalaninya!
Dipersiapkan oleh T Y Lee
www.justbegood.net
Download