KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM SEKTOR KETENAGALISTRIKAN Seminar Ketenagalistrikan Percepatan Pembangunan Ketenagalistrikan Untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Jakarta, 28 Agustus 2014 Kebijakan Sektor Ketenagalistrikan (Berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan) Tujuan Pembangunan Ketenagalistrikan Untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (Pasal 2 ayat (2)). Penguasaan dan Pengusahaan Penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara yang penyelenggaraannya dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah berlandaskan prinsip otonomi daerah (pasal 3 ayat (1)); Pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan oleh BUMN dan BUMD (pasal 4 ayat (1)); Untuk wilayah yang belum mendapatkan pelayanan tenaga listrik, Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya memberi kesempatan kepada BUMD, badan usaha swasta, atau koperasi sebagai penyelenggara usaha penyediaan tenaga listrik terintegrasi (pasal 11 ayat (3)). 1 1 © DJK – 2014 DASAR HUKUM UU Ketenagalistrikan 30/2009 PERMEN 42/2012 PERMEN 35/2013 PERMEN 62/2012 Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Negara Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik PERPRES 4/2010 Penugasan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas PERMEN ESDM 010/2005 PERPRES 71/2006 jo 59/2009 jo 47/2011 jo. 45/2014 Penugasan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara PERMEN ESDM 004/2007 KEPMEN 1122K/30/MEM/2002 Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalitrikan Untuk Lintas Provinsi atau yang Terhubung dengan Jaringan Transmisi Nasional Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Terbesar (di bawah 1 MW) Amendment of PERMEN 001/2006 Prosedur Pembelian Tenaga Listrik dan/atau Sewa Menyewa Jaringan dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum PERMEN ESDM 002/2006 PERMEN ESDM 15/2010 jo. 01/2012 jo. 21/2013 Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah (1-10 MW) PERMEN ESDM 12/2014 jo. 22/2014 Pembelian Tenaga Listrik dari PLTA ≤10 MW oleh PT PLN (Persero) PERMEN ESDM 004/2012 Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN (PERSERO) dari Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil dan Menengah atau Kelebihan Tenaga Listrik (Harga bawah 10 MW) © DJK – 2014 Daftar Proyek-Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas Serta Transmisi Terkait PERMEN ESDM 28/2012 Tata Cara Permohonan Wilayah Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum PERMEN ESDM 22/2012 Penugasan kepada PT PLN (PERSERO) untuk Melakukan Pembelian Tenaga Listrik dari PLTPb dan Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT PLN (PERSERO) dari PLTPb 2 2 PERAN PEMERINTAH DAERAH Berdasarkan UU 30/2009, pasokan listrik masih dikuasai oleh negara, tetapi dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah melalui PLN dan badan usaha milik daerah. Pasal 21 • PJPK memberikan izin usaha listrik kepada departemen terkait, provinsi, kabupaten atau kota tergantung pada lingkup fisik proyek yang ditentukan oleh jaringan proyek yang sudah terkoneksi. Pasal 34 (1) dan (2) • Tarif dasar listrik akan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pasal 36 • Pemerintah akan mengumumkan suatu peraturan pemerintah mengenai tata cara penetapan tarif. 3 3 © DJK – 2014 Mekanisme Investasi Listrik Swasta (IPP) (Sesuai Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2012) RUK dan RUPTL Pelelangan Umum Pemilihan Langsung Penunjukan Langsung Pada dasarnya pembelian tenaga listrik oleh Pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dilakukan melalui pelelangan umum, kecuali memenuhi kondisi untuk dilakukan pemilihan langsung atau penunjukan langsung - dalam rangka diversifikasi energi pembangkitan ke non BBM. - dalam hal pada lokasi pusat pembangkit tenaga listrik yang telah beroperasi terdapat lebih dari 1 (satu) pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik. - pembelian tenaga listrik dari pembangkit yang menggunakan energi terbarukan, gas marjinal, batubara di mulut tambang, dan energi setempat lainnya; - pembelian kelebihan tenaga listrik; - sistem tenaga listrik setempat dalam kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik; dan/atau - penambahan kapasitas pembangkitan pada pusat pembangkit tenaga listrik yang telah beroperasi di lokasi yang sama. Mekanisme IUPL, Harga Jual dan Kontrak Pengujian Laik Operasi (Disahkan dengan Sertifikat Laik Operasi , SLO) Operasi Komersial 4 4 © DJK – 2014 Skema Partisipasi Swasta • Engineering Procurement and Construction (EPC) Contract Pemilik proyek adalah PLN. Proyek Engineering Procurement and Construction (EPC) ditawarkan kepada pihak swasta melalui tender/lelang. Dalam model ini PLN menyediakan pembiayaan. Contoh: Program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW Tahap 1 dan beberapa proyek dalam Program percepatan pembangunan pembangkit Tahap 2. • Independence Power Producer (IPP) Pemilik proyek sekaligus pelaksana EPC adalah pihak swasta. 100% pembiayaan berasal dari swasta dan ditransformasikan melalui harga jual tenaga listrik. Contoh: Proyek-proyek IPP dan beberapa proyek dalam program percepatan pembangunan pembangkit tahap 2. • Public Private Partnership (PPP) Project Proyek pemerintah yang ditawarkan kepada pihak swasta melalui mekanisme tender/lelang. Pemerintah dapat memberikan dukungan atau jaminan pemerintah. Apabila pihak swasta sebagai inisiator proyek, pemerintah dapat memberikan kompensasi. Contoh: Proyek PLTU Jawa Tengah 2 x 1.000 MW. 5 5 © DJK – 2014 RINGKASAN PILIHAN PENGADAAN LISTRIK SWASTA Jaminan mengikat secara hukum diberikan oleh Menteri Keuangan kepada perusahaan IPP (atau pemberi pinjaman) untuk menutup risiko terutama standar PLN PLN - EPC Jenis Pembangkit Listrik FTP PPP 1 Jaminan KEMENKEU (BVGL) Tender Terbuka Tender konvensional di bawah peraturan Kementerian ESDM, dengan minimal 3 penawar di babak pertama * Jaminan IIGF Tender Terbuka Jaminan mengikat secara hukum diberikan kepada perusahaan proyek, untuk menutupi pelanggaran risiko kontrak PLN Swasta 2 IPP Tidak Ada Jaminan Tender Terbuka 3 Penunjukan Langsung Tidak ada jaminan yang diberikan baik perusahaan IPP atau pemberi pinjaman (termasuk FIT) PLN mengusulkan untuk menunjuk langsung pemain swasta (atau konsorsium) tanpa tender ** Surat mengikat non-hukum (catatan konfirmasi) diberikan kepada pemberi pinjaman IPP Note: FTP PPP BVGL/JKU IIGF/PII Comfort letter*** : Fast Track Program : Public Private Partnership : Business Viability Guarantee Letter/Jaminan Kelayakan Usaha : Indonesia Infrastructure Guarantee Fund/Penjaminan Infrastruktur Indonesia Tender Terbuka 3 Penunjukan Langsung (termasuk FIT) 6 6 © DJK – 2014 IPP MENURUT PERATURAN KPS (1) Ada dua peraturan utama dalam IPP menurut kategori KPS: Topik Peraturan 1. Peraturan Presiden Nomor 67 Peraturan Tahun 2005 tentang Kerja Umum dalam Sama Pemerintah dan Badan KPS Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; 2. Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Poin Utama Peraturan ini mengatur proyek-proyek infrastruktur KPS tertentu. Ini termasuk: bandara, pelabuhan, kereta api, jalan, sistem penyediaan air/irigasi, air minum, air limbah, limbah padat, informasi & teknologi komunikasi, listrik, dan minyak & gas. Proyek dapat dikembangkan secara solicited atau unsolicited, tetapi dalam semua kasus pemilihan Badan Usaha harus dilakukan melalui proses tender terbuka. “solicited" proyek diidentifikasi dan disiapkan oleh Pemerintah, sedangkan proyek “unsolicited" diidentifikasi dan diusulkan kepada Pemerintah dengan Badan Usaha. Badan Persetujuan Pemerintah mungkin di tingkat regional atau nasional. Sebuah proyek KPS mungkin didasarkan pada baik lisensi pemerintah atau Perjanjian Kerjasama (CA). Pemerintah dapat memberikan dukungan fiskal dan / atau non-fiskal untuk meningkatkan kelayakan proyek infrastruktur. Proyek harus terstruktur untuk mengalokasikan resiko kepada pihak yang paling mampu mengelola risiko. 7 7 © DJK – 2014 IPP MENURUT PERATURAN KPS (2) Topik Prosedur untuk Memberikan Dukungan Pemerintah Kontinjensi Peraturan Poin Utama 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian dan Pengelolaan Risiko atas Penyediaan Infrastruktur; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38 Tahun 2006 menjelaskan kondisi dan proses untuk memberikan dukungan pemerintah kontingen, yaitu jaminan. Berdasarkan peraturan ini Departemen Keuangan dapat memperpanjang jaminan yang terkait dengan tiga jenis risiko: Risiko Politik, Risiko Kinerja Proyek, dan Risiko Demand. 2. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Peraturan Nomor 4 Tahun 2006 tentang Metodologi Evaluasi untuk Proyek Infrastruktur KPS yang Perlu Dukungan Pemerintah; Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Peraturan Nomor 4 Tahun 2006 mensyaratkan bahwa permintaan untuk dukungan kontingen harus dilakukan setidaknya sebagian berdasarkan studi kelayakan. Ini adalah persyaratan ketat daripada studi pra-kelayakan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38 Tahun 2006. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Partisipasi Negara untuk Pendirian Perseroan Terbatas untuk Jaminan Infrastruktur Pemerintah telah mendirikan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) untuk mengelola jaminan tersebut. Hal ini diharapkan dapat mengurangi biaya pendanaan proyek infrastruktur KPS dengan meningkatkan kualitas proyek KPS dan kelayakan kredit mereka, dan untuk membantu pemerintah mengelola risiko fiskal lebih baik dengan kewajiban / jaminan Pemerintah. 8 8 © DJK – 2014 PLTU Batang 9 9 © DJK – 2014 10 10 © DJK – 2014 Pengelolaan Proyek 11 11 © DJK – 2014 Roadmap Clean Coal Technology (CCT) di Indonesia SC, = 35-40% USC, 43% Bekasi (USC 2x600 MW) Cirebon (SC 1x660 MW) 2011 2015 2020 Paiton 3 (SC 1x815 MW) Indramayu #1 (USC 1000 MW) 2025 2000–3000 MW per year Indramayu #2 (USC 1000 MW) IGCC 1000 MW Class SC : Super Critical USC : Ultra Super Critical IGCC : Integrated Gasification Combined Cycle Sumber: The Project for Promotion of CCT in Indonesia, Interim Report, October 2011, Jakarta, JICA Study Team. © DJK – 2014 IGCC 45-48% 12 12 PLTU Batang dalam Sistem Kelistrikan Jawa Bali PLTGU Muara Karang 450 MW (2016) PLTGU Muara Tawar Add-on Blok 2,3,4 650 MW (2018) PLTU Banten 625 MW (2016) SRLYA BANTEN ~ PLTU ~SURALAYA ~ PRIOK MKRNG DKSBI BKASI KMBNG ~ CWANG TMBUN BRAJA CBTUBRU CSKAN PS PLTU Jawa-1 1.000 MW (2018) PLTU 2x1.000 MW TJATI B CRATA ~ SGLNG ~ BDSLN PLTU Jawa-7 2x1.000 MW (2021) JATENG IPP PLTU 2x660 MW ~ UNGAR UJBRG ~ TASIK PLTA Jatigede 2x55 MW (2017) PLTA Rajamandala 47 MW (2017) Upper Cisokan PS 4x260 MW (2017) PLTU Tj. Awar-awar 2x350 MW (2014) PLTGU Jawa-1 800 MW (2017) NGBNG RWALO GRATI PLTGU Grati 450 MW (2015/16) SBSLN PITON PEDAN KDIRI BANGIL ~ PLTU Pacitan 2x315 MW (2013) PLTU Jawa Tengah 2x1.000 MW (2018/19) PLTU Clk. Bawang 380 MW (2014/15) NEW ANTOSARI ~ PLTU Cilacap 614 MW (2016) Matenggeng PS 4x225 MW (2020/21) PLTU Madura 2x200 MW (2022) TANDES SOLO PLTU Adipala 660 MW (2014) ~ GRSIK SBBRT CLCAP IPP ADIPALA PLTU Pelabuhan Ratu 3x350 MW (2013/14) SUTET 500 kV Rencana SUTET 500 kV PLTU 1x1.000 MW ~MDCAN PMLNG CGRLNG PLTU Jawa-3 2x660 MW (2019/20) PLTU Jawa-4 2x1.000 MW (2019/20) IDRMYU CBATU GNDUL CIBNG DEPOK XBOGOR Pembangkit Rencana Pembangkit GITET 500 kV Rencana GITET 500 kV PLTU Indramayu 2x1.000 MW (2022) MTWAR PLTU 4x1.000 MW 2x1.000 MW CLGON ~ PLTU Jawa-5 2x1.000 MW (2019/20) PLTU Jawa-6 2x1.000 MW (2021) PLTU Lontar Exp #4 315 MW (2017) Keterangan : PLTGU Jawa-2 800 MW (2018) ~ PLTMG Pesanggaran 200 MW (2015) 13 13 © DJK – 2014 Status PLTU Batang • Progress pembebasan lahan untuk area power block s.d. Maret 2014 mencapai 87,41% (197,56 ha) dari total kebutuhan lahan seluas 226 ha • Pemerintah akan menjalankan proses pembebasan lahan sesuai Undang – Undang No. 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Pembangunan bagi Kepentingan Umum. Dengan demikian, pemerintah akan mengambil kebijakan khusus dalam proses pembebasan lahan untuk PLTU Batang • Pembebasan lahan akan dikoordinasikan atau diambil alih PLN, BUMN yang merupakan representasi dari pemerintah. PLN juga yang nantinya akan melanjutkan PLTU Batang bila proses kontrak BOT (Build, Operation, Transfer) dengan BPI telah selesai 25 tahun mendatang. Sehingga, PLN berkepentingan dalam proyek ini. 14 14 © DJK – 2014 Risiko Keterlambatan PLTU Batang • Reserve Margin di bawah Normal yaitu 18% (batas normal : 25 – 30%) : Proyek CJPP 2x1.000 MW diharapkan dapat mulai beroperasi pada tahun 2018/2019 Proyeksi pada tahun 2018 adalah sebagai berikut : - Prakiraan beban puncak= 34.605 MW - Prakiraan daya mampu netto= 43.239 MW berkurang menjadi 42.239 MW (asumsi jika proyek CJPP delay 1 tahun). Reserve Margin sebesar 18% sangat tergantung keberhasilan penyelesaian proyek : • Mismatch antara Supply vs Demand. • Reputasi Pemerintah dan PLN atas delay Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) pertama yang berdampak kepada tingkat kepercayaan Investor. 15 15 © DJK – 2014 Terima kasih 16 16 © DJK – 2014