ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 21 POTENSI KUDAPAN BIFIDO PISANG (KBP) DALAM PENGHAMBATAN BAKTERI ENTEROPATOGEN Oleh: Iswidhani Dosen Pada Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mataram Abstrak : Jumlah mikroflora saluran cerna dapat dilakukan dengan menambahkan bifidobakteria yang merupakan bakteri non pathogen. Pertumbuhan bifidobakteria dapat ditingkatkan bila ada FOS dan Inulin.. Salah satu bahan makanan yang mengandung FOS adalah buah pisang. Rancangan penelitian adalah eksperimen. Bahan penelitian berupa kudapan bifido pisang (KBP) yang telah diperkaya dengan Bifidobacteria Longum B536, bakteri enteropatogen penyebab diare (E.Coli, V.Cholerae, S.Dysentriae, dan P.Mirabilis) yang diinfeksikan pada mencit Balb/C. Parameter yang diamati yakni sifat organoleptik (warna, aroma, rasa), Aktivitas penghambatan Kudapan Bifido Pisang (KBP) terhadap bakteri enteropatogen isolat klinik secara in vivo menggunakan hewan percobaan mencit Balb/C. Pengolahan dan analisis data hasil uji organoleptik mengunakan uji ANOVA. Apabila ada perbedaan yang signifikan dilanjutkan dengan uji DMRT. Data aktivitas penghambatan Kudapan Bifido Pisang (KBP) terhadap bakteri enteropatogen isolat klinik secara in vivo dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung pisang pada produk kudapan pisang dari 3 formula yang diteliti, dari segi organoleptik (warna, aroma, dan rasa) tidak ada pengaruh yang nyata (p>0,05). Formula 2 (penambahan tepung pisang 75 g) mempunyai warna dan aroma yang lebih disukai dari dua formula lainnya. Pemberian kudapan bifido pisang (KBP) pada hewan percobaan mencit balb/C selama 2 x 5 hari berturut-turut dapat meningkatkan keberhasilan penyembuhan dari hewan percobaan mencit tersebut. Penambahan bifidobacteria longum B536 pada kudapan pisang, dapat menghambat aktifitas dari bakteri enteropatogen penyebab diare seperti bakteri E. Coli, V. Cholerae, S. Dysentriae, dan P. Mirabilis. Kata kunci : Organoleptik, Kudapan Bifido Pisang, bakteri Enteropatogen PENDAHULUAN Status gizi masyarakat dapat merupakan tolok ukur dari kemajuan program pembangunan suatu negara. Karena itu program perbaikan gizi merupakan langkah penting yang perlu dilaksanakan. Salah satu usaha yang dapat ditempuh yaitu melalui penganekaragaman pangan berbasis tepung.Tepung terigu yang kaya akan zatzat gizi (Direktorat Gizi Dep.Kes.RI, 1981) seperti karbohidrat (77,3%), protein (8,9%), dan lemak (1,3%) dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan produk makanan seperti jajanan basah, jajanan kering, biscuit, cookies, maupun dalam bentuk cereal breakfast. Produk-produk makanan tersebut umumnya sangat disukai oleh anak-anak. Anak-anak sebagai aset bangsa untuk masa depan perlu dijaga kesehatannya. Mengingat anak-anak pada usia pertumbuhan terutama usia balita rentan terhadap serangan penyakit. Salah satunya penyakit saluran pencernaan (gastroenteritis) seperti diare. Diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas se Propinsi NTB. Penderita Diare selama kurun waktu tahun 2002 untuk anak di bawah 5 tahun sebesar 45.9 % (Dikes Prop NTB, 2002). Terjadinya diare pada anak disebabkan mikroflora saluran cerna yang bersifat patogen jumlahnya melebihi dari mikroflora yang bersifat saprofit atau non patogen. Hal ini dapat juga disebabkan karena mikroflora pathogen resisten terhadap antibiotika. Hasil studi Djelantik, I.G.G., dkk (1996) menunjukkan bahwa pada uji kepekaan terhadap antibiotika dari bakteri penyebab diare _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 3, Juni 2014 22 Media Bina Ilmiah hampir seluruhnya kebal terhadap berbagai antibiotika yang umum digunakan sehari-hari seperti tetrasiklin. Untuk menghindari terjadinya penyakit diare pada anak, mikroflora saluran cerna anak harus dijaga agar tetap seimbang jumlahnya. Salah satu contoh mikroflora yang dapat mmenyeimbangkan mikroflora usus adalah Bifidobacteria. Untuk menjaga pertumbuhan bifidobacteria dalam jumlah yang cukup, perlu diberikan media tumbuh (nutrient) yang sesuai untuk bifidobacteria tersebut. Nutrien tersebut dapat dalam bentuk FOS (Fructooligosakarida). FOS dapat dijumpai didalam bahan pangan yang mengandung karbohidrat seperti madu, bawang, asparagus, rye, oats, dan buah pisang. Buah pisang mengandung vitamin dan mineral, gula alami, pati dengan serat rendah, dan bebas gluten, serta fructooligosakarida (Winarno, F.G., 1990). Hasil studi menunjukkan bahwa pemberian FOS sebanyak 8 g per hari selama 2 minggu dapat meningkatkan jumlah bifidobacteria hingga 1000% dan frekuensi kemunculan bifidobacteria setelah perlakuan tersebut meningkat dari 87% menjadi 100% (Mitsuoka, T., et all, 1987). Pisang sebagai salah satu bahan pangan sumber FOS perlu dipertimbangkan untuk diteliti. Penelitian yang akan dilakukan dalam bentuk penambahan tepung pisang kedalam formula makanan balita yang berbasis tepung terigu, dalam bentuk Kudapan Pisang yang akan diperkaya dengan Bifidobacteria Longum BB 536. Produk makanan yang bernama Kudapan Bifido Pisang (KBP) selanjutnya akan diujicobakan secara in vivo untuk melihat potensi aktivitas penghambatannya pada bakteri enteropatogen penyebab diare dengan menggunakan hewan percobaan mencit dari jenis balb/C. METODE PENELITIAN Metoda penelitian menggunakan metode experimen (percobaan di laboratorium) dengan 3 (tiga) tahap sbb: Tahap Satu: Pembuatan Tepung Pisang dan Isolat Bifidobakteri, Pembuatan Isolat Bifidobacteria Tahap Dua: Pembuatan Kudapan Pisang (KP) dilanjutkan dengan Uji Sifat Organoleptik KP, dan Pembuatan _____________________________________________ Volume 8, No. 3, Juni 2014 ISSN No. 1978-3787 Kudapan Bifido Pisang (KBP) dengan diperkaya isolat bifidobacteria Tahap Ketiga: Uji Aktivitas Penghambatan Kudapan Bifido Pisang (KBP) terhadap Bakteri Enteropatogen Isolat Klinik secara in vivo pada hewan percobaan mencit balb/C. Parameter Yang Diamati 1. Sifat organoleptik (warna, aroma, rasa) Kudapan Pisang (KP) (Metode Hedonik, Soekarto, S.T., 1985) 2. Aktivitas Penghambatan Kudapan Bifido Pisang (KBP) terhadap bakteri enteropatogen isolat klinik secara in vivo menggunakan hewan percobaan mencit balb/C (Metode Marchetti M., et all., 1995) Pengolahan dan Analisis Data 1. 2. Data sifat organoleptik (warna, aroma, dan rasa) dikumpulkan dengan menggunakan formulir isian uji hedonik (terlampir). Data ini akan diolah dan dianalisis menggunakan komputer program Minitab for Windows Versi 13,0, dengan uji ANOVA untuk melihat perbedaan perlakuan. Apabila ada perbedaan yang signifikan, maka uji dilanjutkan dengan uji DMRT. Data aktivitas penghambatan Kudapan Bifido Pisang (KBP) terhadap bakteri enteropatogen isolat klinik, akan diolah dan dianalisis secara deskriftif. HASIL PENELITIAN : a. Sifat Organoleptik Kudapan Pisang Berdasarkan hasil pengamatan uji organoleptik terhadap warna, aroma, dan rasa dari kudapan pisang diperoleh data hasil pengamatan seperti terlihat dalam tabel 1. Tabel 1. Data rata-rata hasil pengamatan terhadap warna, aroma, dan rasa kudapan pisang N o. Rata-rata hasil pengamatan 1. Formula Kudapan Pisang Formula 1 2. 3. Warna Aroma Rasa 2,850 a 2,850 a 3,400 a Formula 2 3,150 a 3,450 a 3,150 a Formula 3 2,950 a 2,800 a 2,850 a http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 23 Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama tidak bermakna pada α 5%. Hasil uji sidik ragam terhadap warna, aroma, dan rasa dari kudapan pisang diperoleh hasil uji seperti terlihat dalam tabel 2. Tabel 2. Hasil uji sidik ragam terhadap warna, aroma, dan rasa dari kudapan pisang No. Parameter No. Bakteri penginfeksi 1. Probabilitas Keterangan Jumlah Mencit Keberhasilan penyembuhan (%) Kultur + Kultur - E. Coli 1 4 80 2. V. Cholerae 1 4 80 1. Warna 0,755 NS 3. S. Dysentirae 2 3 75 2. Aroma 0,088 NS 4. P. Mirabilis 2 3 75 3. Rasa 0,298 Keterangan: NS = Non Signifikan NS Hasil pengamatan terhadap uji rangking, menunjukkan bahwa sebanyak 60% panelis memberikan rangking 1 pada produk kudapan pisang yang berasal dari formula 2. Sedangkan produk kudapan pisang yang berasal dari formula 1 dan formula 3, berturut-turut sebanyak 15%, dan 25%. Sehingga produk kudapan pisang yang berasal dari formula 2 yang terpilih untuk diperkaya dengan isolat bifidobacteria longum B536, dan selanjutnya produk ini yang diujikan pada hewan percobaan mencit. b. Tabel 3. Data keberhasilan penyembuhan mencit yang terinfeksi bakteri enteropatogen penyebab diare dengan pemberian KBP pada pemeriksaan lima hari pertama. Pengaruh Penambahan Bifidobacteria pada Kudapan Bifido Pisang (KBP) terhadap Aktifitas Penghambatannya pada bakteri enteropatogen penyebab diare menggunakan hewan percobaan mencit 1. Pemberian KBP pada 5 (lima) hari pertama Pada pemberian kudapan bifido pisang (KBP) pada lima hari pertama, dengan rata-rata pemberian sebanyak 5 g per ekor per hari, diperoleh data keberhasilan penyembuhan mencit yang terinfeksi bakteri enteropatogen penyebab diare seperti terlihat pada tabel 3. Sedangkan mencit yang berfungsi sebagai kontrol positif, pada lima hari pertama, seluruhnya (100%) terinfeksi oleh bakteri enteropatogen penyebab diare dan mencit masih bertahan hidup. Demikian juga dengan kontrol negatif, seluruhnya masih hidup. 2. Pemberian KBP pada 5 (lima) hari kedua Pemberian kudapan bifido pisang (KBP) pada mencit yang telah terinfeksi oleh bakteri enteropatogen penyebab diare, dilanjutkan selama lima hari lagi, karena ada mencit yang masih terinfeksi. Pemberian KBP setiap hari untuk setiap ekor mencit diberikan 5 g, dan diperoleh data keberhasilan penyembuhan mencit yang terinfeksi bakteri enteropatogen penyebab diare seperti terlihat pada tabel 4. Tabel 4. Data keberhasilan penyembuhan mencit yang terinfeksi bakteri enteropatogen penyebab diare dengan pemberian KBP pada pemeriksaan lima hari kedua. No. Bakteri penginfeksi Jumlah Mencit Keberhasilan Kultur Kultur penyembuhan + (%) 1. E. Coli 0 5 100 2. V. Cholerae 0 5 100 3. S. Dysentirae 0 5 100 4. P. Mirabilis 0 5 100 Pada lima hari pertama, mencit yang sebagai kontrol positif (+) seluruhnya (100%) mati, sedangkan yang kontrol negatif seluruhnya (100%) masih hidup. PEMBAHASAN a. Sifat Organoleptik Kudapan Pisang Kudapan pisang merupakan salah satu produk diversifikasi dengan bahan dasar tepung pisang. Kudapan pisang ini diperuntukkan untuk kudapan bagi anak-anak maupun untuk orang dewasa. Berdasarkan hasil uji organoleptik (seperti pada _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 3, Juni 2014 24 Media Bina Ilmiah tabel 3.), terlihat bahwa kudapan pisang yang dibuat dari formula 2 (penambahan 75 g tepung pisang), memberikan sifat organoleptik seperti warna dan aroma yang lebih disukai oleh panelis dari formula lainnya yaitu berturut-turut sebesar 3,150 dan 3,450 dengan kriteria antara agak disukai sampai disukai. Sedangkan dari segi rasa, kudapan pisang yang berasal dari formula 1 (penambahan 100 g tepung pisang) mempunyai nilai yang lebih besar dari dua formula lainnya yaitu dengan nilai sebesar 3,400 (agak disukai sampai disukai). Namun berdasarkan hasil uji sidik ragam (tabel 4.) terhadap produk kudapan pisang pada ketiga formula tersebut untuk warna, aroma, dan rasa, menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Hal ini berarti bahwa penambahan tepung pisang berturut-turut sebanyak 50 g (formula 3), 75 g (formula 2), dan 100 g (formula 1) dari segi organoleptik masih dapat disukai oleh panelis. Walaupun dalam karateristik rasa tidak signifikan tetapi makin banyak kandungan tepung pisang seperti dalam produk formula 1 makin disukai. Tepung pisang dengan kandungan karbohidrat FOS dan atau inulin mampu memberikan karateristik khusus bagi produk dengan rasa manis dan sedikit aroma kecut yang khas. Karateristik ini didapatkan dari produk pisang dengan tingkat kematangan 25 %. b. Pengaruh Penambahan Bifidobacteria pada Kudapan Bifido Pisang (KBP) terhadap Aktifitas Penghambatannya pada bakteri enteropatogen penyebab diare menggunakan hewan percobaan mencit 1. Kudapan Bifido Pisang (KBP) Penggunaan kudapan bifido pisang (KBP) merupakan kombinasi antara prebiotik dan komponen probiotik.Menurut Gibson and Collins (1997) prebiotik adalah komponen zat gizi yang mempunyai kemampuan untuk terfermentasi oleh populasi bakteri pada usus yang dapat menguntungkan tubuh. Prebiotik yang paling banyak tersedia dan secara ekonomis cukup memadai di Indonesia berasal dari bahan inulin dan atau fructooligosaccharide (FOS) yang ditemukan pada pisang dan madu. Kedua sumber _____________________________________________ Volume 8, No. 3, Juni 2014 ISSN No. 1978-3787 inulin dan FOS merupakan makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh anak-anak. Inulin dan FOS merupakan komponen karbohidrat yang terdiri dari ikatan glukosa dengan unit-unit fruktosa tetapi tidak seperti gula dan tepung-tepungan, karena prebiotik ini tidak dicerna didalam sistem gastrointestinal bagian atas dan tidak mempengaruhi glukosa darah atau insulin. Bila prebiotik ini dikonsumsi maka komponen ini akan difermentasi oleh bakteri usus (colon). Secara in vitro, fructooligosaccharide dan inulin secara selektif merangsang pertumbuhan species bifidobacterium, genus dari bakteri yang bermanfaat untuk kesehatan. Karena ketersediaan bahan prebiotik ini menjadi sumber bahan makanan bagi mikroba probiotik sehingga jumlah prebiotik akan meningkat menjadi berlipat-lipat dan akan menekan jumlah bakteri pathogen. Efek inilah yang disebut fungsi prebiotik inulin. 2. Mekanisme Penghambatan Bifidobakteria dalam KBP Mekanisme kerja bifidobakteria dalam menekan menghambat atau menghambat bahkan dapat mematikan kuman patogen karena bifido menghasilkan asam lemak rantai pendek “Short Chain fatty Acids (SCFAs) seperti asam asetat, asam butirat, asam propionat, asam laktat dan asam format yang memiliki sifat dan aktivitas anti mikroba. Asam asetat akan masuk kedalam sel mikroba dan membentuk aktivitas penghambatan pada sel bakteri karena pada pH normal asam ini dapat larut pada membran sel bakteri dan menghalangi transportasi, penimbunan, mengasamkan interior sel dan mendesak pengaruh inhibitor lain pada pertumbuhan sel bakteri Tannock G.W. (1997) menyatakan bahwa jumlah bifidobacterium pada orang dewasa normal atau sehat diperkirakan hampir sama. Ketidakseimbangan mikroba dalam tubuh dapat terjadi bila bakteri pathogen masuk kedalam tubuh dan mikroflora usus tidak dapat menghambat perkembangbiakan bakteri pathogen. Penelitian Bouhnik (1996) menyimpulkan bahwa pemberian FOS dalam jumlah yang secara klinis dapat ditoleransi dengan dosis 12.5 gram perhari akan memacu peningkatan jumlah koloni bifidobakteria. http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 Usus besar dan usus halus mempunyai populasi mikroba terbesar dalam tubuh. Diduga bahwa jumlah mikroorganisme dalam spesimen tinja mendekati 1012 organisme per gram. Salah satu penghuni dari mikroorganisme flora normal usus adalah Bifidobakteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bifidobakteria yang menekan, menghambat dan mematikan bakteri patogen penyebab diare seperti Vibrio cholerae, Shigella dysentriae, Proteus vulgaris, Proteus mirabillis dan E. Coli strain ETEC yang biasanya secara makroskopis memiliki koloni yang kasar (rought) atau peralihan dari koloni halus (S) ke kasar (R). 3. Diare Penyakit diare masih merupakan penyakit yang menempati urutan teratas sebagai penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi maupun balita terutama di negara-negara sedang berkembang. Penyakit diare menjadi wabah pada masa peralihan musim panas dan musim penghujan. Pada tahun 2004 ini penyakit diare telah merebak dan diklasifikasikan sebagai kejadian luar biasa di beberapa propinsi seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi selatan, Jawa Timur dan termasuk NTB. Jumlah pasien diare yang masuk melalui Unit Gawat darurat Rumah Sakit Umum Mataram sejak bulan Nopember sampai minggu pertama bulan Desember sebanyak kurang lebih 200 kasus (Harian Lombok Post, 8 Desember 2004). Penyebab diare adalah adanya bakteri yang melalui mekanisme hidupnya merupakan penyebab terbesar terjadinya diare melalui 1. Kolonisasi dan pertumbuhan dalam saluran gastrointestinal, dimana bakteri dapat menginvasi jaringan hospes atau mensekresi eksotoksin. 2. Sekresi eksotoksin yang dapat terjadi dalam makanan dan kemudian tertelan oleh hospes (intoksikasi). Contoh bakteri yang termasuk dalam golongan seperti tersebut di atas adalah kelompok bakteri enteritis seperti Shigella dysentriae, Vibrio cholerae, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Salmonella thyposa, dan E. Coli. Kelompok bakteri ini termasuk dalam strain ETEC (Entero Toksigenic E. Coli). Media Bina Ilmiah 25 Penyakit diare yang ditimbulkan oleh bakteribakteri tersebut diatas sering disebut dengan sindroma diare secara klasik. Penyakit ini sering didapatkan pada bayi dalam perawatan di rumah sakit dengan gambaran klinik diare berat dengan mengeluarkan stool yang mirip dengan hasil cucian air beras (rice water stool). Kejadian ini akan mengakibatkan dehidrasi dan schok (Shulman, S.T et al, 1994). 4. Aktivitas penghambatan Bifido Terhadap bakteri Enteropatogen Penyebab Diare Hasil penelitian menunjukkan bahwa hewan coba mencit (Mus musculus) strain balb/c jantan yang masing-masing yang diinfeksi dengan bakteri 4 jenis bakteri patogen dan tidak diberikan tambahan bifidobakteria ternyata pada 5 hari pertama 100 % mati. Hal ini menunjukkan bahwa kolonisasi Bifidobakteria yang jumlahnya sedikit yang secara normal ada sebagai mikroflora usus tidak mampu menekan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri enteropatogen. a). Eschericia coli (E.coli) Hasil penelitian pada hewan coba yang diberi perlakuan pemberian Kudapan Bifido pisang pada 5 hari pertama ternyata hanya memberikan keberhasilan penghambatan pertumbuhan bakteri enteropatogen mencapai 75 % - 80 %. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan sifat virulensi dari masing-masing bakteri. E. Coli walaupun merupakan flora normal dalam usus dan jumlah da;lam tinja hanya 0,06 % tapi dapat bersifat patogen terutama yang berasal dari koloni rought (kasar). Serotipe yang sering menyebabkan sindroma diare pada anak dan dapat menyebabkan kematian adalah Serotipe 0111/B4 dan 055/B5 E. Coli. Kebanyakan diare pada bayi berasal dari E.coli enteropatogen ETEC dan EPEC (Enteropatogenik E.coli) (Shulman, S.T et al, 1994). E.coli strain ETEC akan menghasilkan satu atau dua toksin protein. Satu labil terhadap panas dan akan mengaktifkan adenilsiklase. Bakteri ini dapat di inaktifkan oleh panas ≥ 60°C sedangkan yang lain stabil terhadap panas. Strain E.coli ini dapat menghasilkan satu atau dua enterotoksin ini yang dapat _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 3, Juni 2014 26 Media Bina Ilmiah menyebabkan diare yang lebih berat. Kemampuan E.coli menembus dan membelah dengan mengeluarkan enterotoksin didalam sel epitel usus akan menyebabkan nekrisis epitel setempat. Kolonisasi E.coli dalam usus dapat ditekan oleh keberadaan bifidobakteria karena jumlahnya yang sedikit (0,06 %). Bila dilihat hasil penelitian hewan coba yang diinfeksi dengan E.coli selama 5 hari pertama pemberian KBP menunjukkan keberhasilan penyembuhan 80 %. Asam butirat merupakan asam yang paling dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen diantara asamasam lain yang dihasilkan dari proses fermentasi prebiotik dengan bifidobakteria. b). Vibrio cholerae Vibrio cholerae merupakan bakteri enteropatogenik yang sangat virulen. Bakteri ini tetap berkolonisasi dalam saluran cerna. Virulensinya ditentukan dengan toksin kholera yang sangat berbahaya. Toksin kholera diserap kedalam sel epitel gangliosida pada usus dan merangsang hipersekresi air dan khlorida. Pada semua bagian usus halus sambil menghambat penyerapan natrium. Akibatnya terjadi pengeluaran cairan dan elektrolit yang akan menyebabkan diare, dehidrasi, asidosis, schok, dan bahkan kematian. Selain itu virulensi Vibrio kholera ditentukan oleh struktur antigen yang membagi serotipe menjadi ogaira, inaka, dan hikojima. Vibrio kholera tumbuh subur dalam suasana alkali (pH 9.2). Dengan adanya suplementasi Bifidobakteria yang menghasilkan asam lemak bebas rantai pendek sehingga membuat pH dalam usus menurun sehingga mekanisme penekanan pertumbuhan vibrio kholera dapat terjadi. Jumlah koloni yang terbatas hanya pada saluran cerna sehingga tidak dapat tumbuh secara optimal karena terjadi penghambatan oleh keberadaan bifidobakteria serta pH optimal yang tidak dapat dicapai oleh kedua jenis bakteri patogen ini untuk tumbuh normal, yang menyebabkan keberhasilan penyembuhan lebih tinggi jika dibandingkan dengan 2 jenis bakteri yang lain. _____________________________________________ Volume 8, No. 3, Juni 2014 ISSN No. 1978-3787 c). Shigella dysentriae Shigella dysentriae umumnya menyebabkan diare yang berat yang sering disebut dengan dysentri. Bakteri ini akan menyebabkan bakterimia yang biasanya dimanifestasikan dengan demam dan pada stool didapatkan lendir dan darah. Shigellosis atau dysentiae dapat menyebabkan kematian terutama pada anak. Proses patologis yang penting adalah invasi epitel selaput lendir, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang cenderung mengakibatkan nekrosis selaput lendir, ulcerasu superfisial, perdarahan dan pembentukan pseudomembran pada daerah ulkus. Setelah 18-24 jam sejak terinfeksi Shigella dysentriae timbul diare hebat. Fese encer dan mengandung lendir dan darah dan biasanya disertai dengan nyeri yang hebat (tenesmus). Pada anak kecil dapat menyebabkan kematian karena dehidrasi dan asidosis. Kuman dapat hidup pada pH 6,4 – 7,8 tetapi dapat mati pada pH asam (4). Fermentasi bifidobakteri sehingga menghasilkan asam yang dapat larut dalam sel bakteri akan menyebabkan kerusakan terhadap aktivitas sel bakteri sehingga dapat membunuh bakteri ini. Berdasarkan hasil penelitian pada hewan coba keberhasilan penyembuhan lebih lambat. Penyebabnya disamping sifat virulensi yang lebih tinggi, Shigella dysentriae mempunyai antigenik yang lebih komplek sehingga walaupun penderita sudah sembuh tetapi yang memiliki antigen O maka mikroba akan menetap dalam usus sehingga menjadi kuman usus menahun sehingga bila keadaan memungkinkan maka akan terjadi serangan infeksi yang berulang-ulang (Shulman, S.T et al, 1994). d). Proteus mirabilis Proteus mirabilis dapat menyebabkan gastroenteritis pada anak dengan gejala yang hebat. Spesies proteus dapat menghasilkan enzim urease yang sangat kuat dan merupakan ciri spesifiknya serta koloni yang sifatnya menyebar (swarming). Hal inilah yang sangat menentukan virulensi serta patogenitas dari http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 proteus. Proteus dapat bertahan lebih lama di dalam usus walaupun terdapat flora normal yang dihasilkan usus termasuk bifidobakteria. Hal ini terjdi karena kemampuannya menghasilkan enzim urease yang dapat menghidrolisa urea dengan cepat sehingga dapat membebaskan amonia (NH3) dalam jumlah besar sehingga dapat menetralkan pH usus. Penghambatan terhadap bakteri ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian KBP dalam 5 hari pertama hanya mencapai keberhasilan penyembuhan sebanyak 75 %. Hasil penelitian Gibson G.R. dan Wang X. (1994) pada subyek yang mendapat makanan masing-masing selama 15 hari yang terdiri dari 15 g oligofruktosa per hari, 15 g sucrosa per hari, dan 15 g inulin per hari, menunjukkan subyek yang mendapat diit oligofruktosa dan inulin secara signifikan mengalami peningkatan jumlah bifidobacterium dari 8,8 menjadi 9,5 log 10g/stool dan 9,2 sampai 10,1 log 10g/stool. Sementara, mikroba yang lain seperti bakteroides, clostridia, dan fusobakteria menurun pada subyek yang diberi oligofruktosa dan gram + cocci menurun pada subyek yang diberi inulin. Sehingga pemberian 15g per hari diit yang mengandung oligofruktosa atau inulin akan membuat bifidobakterium menjadi secara numerik predominan pada faeces. Perubahan kecil pada diit dapat merubah keseimbangan bakteri kolon menjadi bakteri potensial yang lebih sehat. Pemberian kudapan bifido pisang (KBP) pada hewan percobaan mencit dilanjutkan selama 5 hari berikutnya untuk melihat perkembangan keberhasilan penyembuhan. Hasil penelitian menunjukkan pada tahap kedua keberhasilan penyembuhan mencapai 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan atau penekanan pertumbuhan terhadap bakteri patogen membutuhkan waktu yang lebih lama terutama pada bakteri seperti Shigella dysentriae yang dapat menjadi bakteri usus menahun serta Proteus mirabilis yang dapat menghasilkan enzim urease yang dapat menetralkan pH. Hasil penelitian Grill P et al (1995) menunjukkan pertumbuhan bifidobakteria dipengaruhi oleh konsentrasi nitrit yang lebih besar dari 2000mumol/1-1 dan dapat diobservasi bahwa Media Bina Ilmiah 27 6 strain bifidobakteria menunjukkan kegiatan penghambatan. Asam yang diproduksi oleh bakteri diperkirakan berperan dalam pengurangan nitrit. Ditemukan juga bahwa bifidobakteria longum BB 536 dapat memetabolisme nitrosamin (sejenis protein) dengan mekanisme intraselular. Bifidobacterium dapat menyusup dan menciptakan efek penghambatan dengan tidak selalu harus berhubungan dengan produksi asam karena ditemukan 8 spesies bifidobakteria yang dapat mengekskresikan secara bervariasi substansi anti mikroba yang berspektrum luas. Spesies yang berasal dari genera Salmonella, Listeria, Campylobacter, Shigella serta Vibrio cholerae semua dapat dipengaruhi. Hasil ini menunjukkan bahwa bifido dpat menyusup lebih dari satu mekanisme penghambatan yang tentu akan sangat bermanfaat dalam hubungannya dengan perlindungan terhadap gastroenteritis. Proses kolonisasi memerlukan waktu. Pada bayi yang baru lahir tidak memiliki mikroba. Beberapa saat setelah lahir mikroba yang berasal dari luar akan tumbuh. Selama hidup akan sedikit terjadi perubahan pada komposisi flora intestinal tergantung dari adanya beberapa substansi dalam makanan, sampai adanya penyakit, penggunaan obat-obatan, dan umur. Flora intestinal dalam jumlah yang seimbang dapat memberikan kontribusi yang penting untuk kesehatan yaitu meningkatkan resistensi terhadap bakteri pathogen, stimulasi peristaltik usus, produksi substansi penting diantaranya asam dengan rantai pendek dan vitamin K, fermentasi zat gizi yang tidak dicerna, stimulasi sistem imun dan peningkatan penyerapan beberapa macam zat gizi. Kelemahan disain penelitian ini adalah tidak mengkuantifikasi data hasil pemeriksaan feses karena hanya menyajikan hasil kultur yaitu positif bila masih terdeteksi adanya mikroba penyebab infeksi atau negatif bila tidak ditemukan. Demikian juga tidak dapat diketahui jumlah koloni bifidobakterium yang tumbuh pada saat sebelum penelitian atau setelah penelitian dilakukan. Hasil penelitian Benno Y dan Mitsuoka T. (1992) terhadap 5 orang relawan yang sehat menunjukkan bahwa kelompok bakteri utama dari mikroflora feses tidak berubah dengan pemberian bifidobakterium tetapi terdapat penurunan jumlah lecithinase-negative clostridia. Demikian juga _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 3, Juni 2014 28 Media Bina Ilmiah prosentasenya terhadap total jumlah bakteri yang diisolasi. Penurunan yang signifikan terjadi pada pH feses. Konsentrasi amonia dan aktivitas beta glucoronidase dalam feses selama pemberian bifidobakterium jika dibandingkan dengan sebelum atau sesudahnya. Suplemen bifidobakteria longum secara oral mungkin dapat dilakukan untuk memperbaiki komponen feses seperti konsentrasi amonia, dan beta glucuronidase. Penelitian uji coba pada manusia masih pada individu yang sehat. Pada individu yang sakit penggunaan probiotik dalam penanganan infeksi gastrointestinal masih kontroversial. Penelitian yang dilakukan untuk pencegahan atau penanganan beberapa bentuk infeksi usus termasuk acute rotavirus diare, traveler’s diarrhoea, dll. Hasil yang paling nyata adalah pada rotavirus diarrhoea pada bayi dimana durasi gejala menurun bila mengkonsumsi laktobacilli. Sejalan dengan hasil tersebut juga ditemukan peningkatan kadar imunoglobulin spesifik untuk rotavirus. Penelitian terbaru Thibault (2004) dalam Sudarmo dan Ranuh, 2004 melaporkan bahwa formula fermentasi dapat menurunkan keparahan akut diare pada bayi-bayi yang sehat. Hal ini mungkin berhubungan dengan efek bifidogenik dan produk dari fermentasi dan interaksinya dengan sistem imun intestinal. SIMPULAN Penambahan tepung pisang sampai dengan 100 g pada produk kudapan pisang yang diteliti menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Formula 2.(penambahan 75 g tepung pisang) mempunyai sifat organoleptik yang lebih baik dari segi warna dan aroma jika dibandingkan dengan dua formula lainnya. Pemberian kudapan bifido pisang (KBP) pada hewan percobaan mencit selama 2 x 5 hari berturut-turut dapat meningkatkan keberhasilan penyembuhan dari hewan percobaan mencit tersebut. Penambahan bifidobacteria longum B536 pada kudapan pisang, dapat menghambat aktifitas dari bakteri enteropatogen penyebab diare seperti bakteri E. Coli, V. Cholerae, S. Dysentriae, dan P. Mirabilis. _____________________________________________ Volume 8, No. 3, Juni 2014 ISSN No. 1978-3787 DAFTAR PUSTAKA Benno Y., and Mitsuoka T. 1992. Impact of Bifidobacterium Longum on Human Fecal Microflora. Microbiol Immunol, 1992, 36:7, 683-94. Biacs, P.A. 2002. Probiotics and Prebiotocs. Ninth Seminar on Inulin: Budapest Hungary April 18-19, 2002 Bouhnik Y; Flourie B; Riottot M; Bisetti N; Gailing MF; Guibert A; Bornet F; Rambaud JC.1996. Effects of Fructooligosaccharides Ingestion on Fecal Bifidobacteria and selected metabolic Indexes of Colon carsinogenesis in Healthy Humans. Nutr Cancer, 1996,26:1, 21-9. Depkes RI. 1998. Pemberantasan Menular. Laporan Subdit P2M. Penyakit Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat.2002. Laporan Tahunan Program P2Diare Propinsi NTB Tahun 2002. Sub Dinas P2 Penyakit, Dikes Propinsi NTB, Mataram. Direktorat Gizi Depkes RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Djelantik, I.G.G. dkk 1996. Kuman Enteropatogen Penyebab Diare di Bangsal RSU Mataram. Laporan Penelitian Risbinkes 1995/1996. Badan Litbangkes. Jakarta. Gibson, G.R. and Wang, X. 1994. Regulatory Effect of Bifidobacteria on the Growth of other Colonic Bacteria. J. Appl Bacteriol. 1994. Oct, 77:4,412-20 Gibson, G.R and Collins, M.D. 1997. Concept of Balanced Colonic Microbiota, Prebiotics and Synbiotics. Didalam : Probiotics, Other Nutritional Factors and Intestinal Microflora, from the 42nd Nestle Nutrition Workshop. Nestle Nutrition Services http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 Grill JP, Crociani J ; Ballongue. 1995. Effect of Bifidobacteria on Nitrit and Nitrosamines. Lett Appl Microbiol, 1995 May, 20 :5,32830. Harian Lombok Post. Kejadian Diare. 8 Desember 2004 Hindler, J.A., Howard B.J., Keiser J.F. 1998. Antimicrobial Agents and Antimicrobial Susceptibility Testing. In: Clinical and Pathogenic Microbiology. Mosby, Boston. Holt, J.G. et all. 1997. Bergay’s Manual of Determinativa bacteriology 9ed. Williams and Wilkins, Maryland-USA. Kraft. 2002. Brosur Product Bluebarry Morning. . Labib, M. 1997. Mempelajari pemanfaatan Bekatul dalam Pembuatan Formula Roti Manis dan Biskuit Berserat Tinggi. Skripsi. Fakultas Teknologi pangan. IPB.Bogor Marchetti M., Arice B., Burroni D. 1995. Development of a Mouse Model of Helicobacter Pylori Infection That Mimics Human Disease. Science Vol.267. 17 March 1995. 1655-1658. Mitsuoka, T., Hidemasa H., Eida T., 1987. Effect of Fructooligosaccharides on Intestinal Microflora. Die Nahrung 1987: 31 (5-6): 427-36. Morinaga Milk Industri Co, Ltd. Leaflet Suplemen Makanan tentang Laktobion, Morinaga Milk Industri Co, Ltd, Tokyo-Japan. Patkai,Gy and Barta. J. 2002. Nutritive Value of Different Jerusalem artichokes Varieties. Ninth Seminar on Inulin: Budapest Hungary April 18-19, 2002 Media Bina Ilmiah 29 Percival, M. 1999. Intestinal Health. ANSRAPPLIED NUTRITIONAL SCIENCE REPORTS Vol 5 No. 5. Rahayu, W.P. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Fateta-IPB, Bogor. Shulman, S.T, Phair, J.P, Sommers, H.H.1994. Dasar Biologi dan Klinis Penyakit Infeksi. Edisi Keempat. Penerjemah Wahab A.S. Jogyakarta: Gajah Mada University Press. Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Sudarmo, S.M and Ranuh, R. 2004. Protective and Therapeutic effects of probiotics in Gastrointestinal Disease. Makalah disampaikan dalam International Symposium Probiotics for Human and immunity, September, 7-8, 2004. Seminyak Bali. Tannock G.W. 1997. The Microecology of Lactobacilli and Bifidobacteria Inhabiting the Digestive Tract : Essential Knowledge for Succesful Probiotic Research. Didalam : Probiotics, Other Nutritional Factors and Intestinal Microflora, from the 42nd Nestle Nutrition Workshop. Nestle Nutrition Services. US Wheat Association. 1983. Pedoman Pembuatan Roti dan Kue. Djambatan. Jakarta Winarno, F.G. 1990. Hasil Olahan Pisang dan Masa Depannya. Makalah Seminar Prospek Industri Pisang di Indonesia. Agri Businee Club, 12-13 September 1990 di Jakarta. _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 3, Juni 2014