BAB I MANUSIA SEBAGAI SUBYEK HUKUM

advertisement
BAB I
SUBYEK HUKUM
Pengajar:
IRDANURAPRIDA IDRIS, SH, MH
I. MANUSIA
Dalam Hukum Islam, manusia
yang sudah dapat dibebani
Hukum disebut dengan Mukallaf
I.
MANUSIA
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam Mukallaf
adalah:
Orang yang telah dianggap mampu bertindak
hukum, baik yang berhubungan dengan
perintah Allah SWT. Maupun dengan
larangan-Nya. Seluruh tindakan hukum
mukallaf harus dipertanggungjawabkan.
Mukallaf dalam
Ensiklopedi Hukum Islam
Apabila ia mengerjakan perintah Allah
SWT, maka ia mendapat imbalan
pahala dan kewajibannya terpenuhi,
sedangkan apabila ia mengerjakan
larangan Allah SWT, maka ia
mendapat risiko dosa dan
kewajibannya belum terpenuhi
Dari segi kecakapan untuk
melakukan akad
Manusia dapat terbagi atas 3 (tiga) bentuk,
yakni:
a. Manusia yang tidak dapat melakukan
akad apapun, misalnya karena cacat
jiwa, cacat mental, atau anak kecil yang
belum mumayyiz.
b. Manusia yang dapat melakukan akad
tertentu, misalnya anak yang sudah
mumayyiz, tetapi belum mencapai baligh.
Akad-akad tertentu ini adalah suatu
akad atau kegiatan muamalah dalam
bentuk penerimaan hak, seperti
menerima hibah.
Sedangkan akad atau kegiatan
muamalah yang mungkin merugikan
atau mengurangi haknya adalah tidak
sah, seperti memberi hibabh atau
berwasiat, kecuali mendapat izin atau
pengesahan dari walinya.
Dari segi kecakapan untuk
melakukan akad
C.
Manusia yang dapat melakukan
seluruh akad, yakni untuk yang telah
memenuhi syarat-syarat mukallaf.
Syarat sebagai Subyek
Syarat yang harus dipenuhi oleh manusia
untuk dapat menjadi subyek menurut
Hamzah Ya’cub adalah:
a. Aqil
b. Tamyiz
c. Mukhtar
AQIL
Yakni:
Orang yang harus berakal sehat.
Nabi Muhammad SAW, bersabda:
“ Diangkatkan pembebanan hukum dari tiga
jenis orang: orang tidur sampai ia bangun,
anak kecil sampai ia baligh, dan orang gila
sampai ia sembuh”
TAMYIZ
Yakni:
Orang yang dapat membedakan
baik dan buruk
MUKHTAR
Yakni:
Orang yang bebas dari paksaan.
Dalam QS. an-Nisa (4):29, dikemukakan
bahwa:
Suatu akad harus dilaksanakan secara
suka sama suka di antara para pihak
BALIGH
Selain ketiga syarat yang disebutkan, hal
yang paling umum disyaratkan dalam
mukallaf adalah baligh sebagai ukuran
kedewasaan seseorang.
Hal ini terjadi pada laki-laki yang telah
bermimpi (ikhtilam) dan apad perempuan
yang telah haid.
BALIGH
• Seseorang dikatakan sudah baligh juga
pada usianya yang sudah 15 tahun.
• Berdasarkan Hadits dari Ibnu Umar,
bahwa Ibnu Umar tidak diizinkan Nabi
Muhammad SAW, untuk ikut berperang
(perang Uhud) ketika usianya masih 14
tahun
BALIGH
• Ketika usianya sudah mencapai 15 tahun ia
diizinkan untuk ikut berperang (perang
Khandaq).
• Menurut Imam Muhammad Abu Zahrah, pada
usia baligh ini, seseorang sudah dapat dibebani
hukum taklif atau sudah dapat bertindak hukum,
karena ia dianggap sudah berakal dan memiliki
kecakapan bertindak dalam hukum secara
sempurna (ahliyyah al-ada’ al-kamilah).
Ada 3 (tiga) komponen yang
berkenaan dengan Subyek Hukum
a. Ahliyah (Kecakapan)
1. Ahliyah Wujub
2. Ahliyah Ada’
2.a. Ahliyah ada’ al naqishah
2.b.Ahliyah ada’ al kamilah
b Wilayah (Kewenangan)
1. Niyabah Ashliyah
2. Niyabah Syar’iyyah
c. Wakalah (Perwakilan)
AHLIYAH
(Kecakapan)
Kecakapan seseorang untuk
memiliki hak dan kewajiban atas
orang itu dan kecakapan
melakukan tasharruf
AHLIYAH
(Kecakapan)
1. Ahliyah Wujub
kecakapan untuk memiliki suatu hak
kebendaan
2. Ahliyah ada’
Kecakapan memiliki tasharruf dan
dikenai tanggung jawab atau kewajibab,
baik berupa hak Allah SWT, atau hak
manusia.
Ahliyah Ada’
a. Ahliyah ada’ al naqishah
Kecakapan bertindak yang tidak sempurna yang
terdapat pada mumayyiz dan berakal sehat. Ia
dapat ber-tasharruf tetapi tidak cakap melakukan
akad.
b. Ahliyah ada’ al kamilah
Kecakapan bertindak yang sempurna yang
terdapat pada aqil baligh dan berakal sehat. Ia
dapat ber-tasharruf dan cakap untuk melakukan
akad.
WILAYAH
(Kewenangan)
• Kekuasaan hukum yang pemiliknya dapat
ber-tasharruf dan melakukan akad dan
menunaikan segala akibat hukum yang
ditimbulkan.
• Syarat seseorang untuk mendapatkan
wilayah akad adalah orang yang cakap
ber-tasharruf secara sempurna.
WILAYAH
(Kewenangan)
• Sedangkan orang yang kecakapan
bertindaknya tidak sempurna tidak
memiliki wilayah, baik untuk dirinya
sendiri maupun orang lain untuk
melakukan tasharruf.
Niyabah Ashliyah
• Seseorang yang mempunyai
kecakapan sempurna dan
melakukan tindaka hukum untuk
kepentingan dirinya sendiri.
Niyabah al-Syar’iyyah
(Wilayah niyabiyah)
• Kewenangan atau kekuasaan yang
diberikan kepada pihak lain yang
mempunyai kecakapan sempurna untuk
melakukan tasharruf atas nama orang lain.
• Kewenangan ini dapat didasarkan pada
ikhtiyariyah (memilih menentukan sendiri)
atau pada ijbariyah (keputusan hakim)
Niyabah al-Syar’iyyah
(Wilayah niyabiyah
Syarat yang harus dipenuhi oleh wali dalam
mendapatkan wilayah ini adalah sebagai
berikut:
a). Mempunyai kecakapan yang sempurna
dalam melakukan tasharruf;
b). Memiliki agama yang sama (Islam)
antara wali dan maula’alaihi (yang
diwakili)
Niyabah al-Syar’iyyah
(Wilayah niyabiyah
c).
d).
e).
Mempunyai sifat adil, yakni Istiqamah
dalam menjalankan ajaran agama dan
berakhlak mulia;
Mempunyai sifat amanah, dapat
dipercaya.
Menjaga kepentingan orang yang ada
dalam perwaliannya
WAKALAH
(Perwakilan)
Pengalihan kewenangann perihal harta
dan perbuatan tertentu dari seseorang
kepada orang lain untuk mengambil
tindakan tertentu dalam hidupnya.
Wakil dan muwakil (yang diwakili) harus
memiliki kecakapan ber-tasharruf yang
sempurna dan dilaksanakan dalam bentuk
akad berupa ijab dan kabul.
WAKALAH
(Perwakilan)
Dengan demikian, harus jelas
objek dan tujuan akad tersebut.
Biasanya, wakil memiliki hak
untuk mendapatkan upah.
II. BADAN HUKUM
• Merupakan badan yang dianggap dapat
bertindak dalam hukum dan yang
mempunyai hak-hak, kewajibankewajiban, dan perhubungan hukum
terhadap orang lain atau badan lain.
• Dalam Islam, badan hukum disebut juga
al-syirkah
II. BADAN HUKUM
• Dalam QS. An-Nisa (4):12
“Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari
seorang, maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu….”
• QS. Shaad (38):24
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orangorang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman…..”
II. BADAN HUKUM
• Dari Hadits Qudsi, Nabi Muhammad SAW
bersabda:
“Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua
orang yang berserikat, sepanjang salah
seorang dari keduanya tidak berkhianat
terhadap lainnya. Apabila seseorang
berkhianat terhadap lainnya maka Aku
keluar dari keduanya.”
Perbedaan antara Badan Hukum dan
Manusia sebagai Subjek Hukum
Menurut TM Hasbi Ash Shiddieqy
a. Hak-hak Badan Hukum berbeda dengan hakhak yang dimiliki manusia, seperti hak
berkeluarga, hak pusaka, dan lain-lain.
b. Badan Hukum tidak hilang dengan
meninggalnya pengurus Badan Hukum. Badan
Hukum akan hilang apabila syarat-syaratnya
tidak terpenuhi lagi.
Perbedaan antara Badan Hukum dan
Manusia sebagai Subjek Hukum
c. Badan Hukum diperlukan adanya
pengakuan hukum.
d. Ruang gerak Badan Hukum dalam
bertindak hukum dibatasi oleh ketentuanketentuan hukum dan dibatasi dalam
bidang-bidang tertentu.
Perbedaan antara Badan Hukum dan
Manusia sebagai Subjek Hukum
e. Tindakan hukum yang dapat dilakukan
oleh Badan Hukum adalah tetap, tidak
berkembang.
f. Badan Hukum tidak dapat dijatuhi
hukuman pidanan, tetapi hanya dapat
dijatuhi hukuman perdata.
Ada Pertanyaan atau
komentar?
- Terima Kasih –
-Sampai Minggu Depan -
Download