PERAN NEGARA DALAM EKONOMI Sistem pengelolaan ekonomi suatu negara sangat tergantung pada sistem perekonomian apa yang mereka gunakan, dan ini sangat menentukan peran seperti apa yang akan dimainkan oleh negara. Sistem perekonomian ini akan sangat ditentukan oleh ideologi yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Hal inilah yang membedakan peran setiap negara dalam kegiatan perekonomian yang akan tergambar pada kebijakan yang dikeluarkan dalam mengelola perekonomian. Ada tiga sistem ekonomi yang dikenal di dunia, yaitu Sistem ekonomi Sosialis/komunis, Sistem ekonomi Kapitalis, dan Sistem ekonomi Islam. Masing-masing sistem ini mempunyai karakteristik. Pertama, Sistem ekonomi Sosialis/komunis. Paham ini muncul sebagai akibat dari paham kapitalis yang mengekploitasi manusia, sehingga negara ikut campur cukup dalam dengan perannya yang dangat dominan. Akibatnya adalah tidak adanya kebebasan dalam melakukan aktivitas ekonomi bagi individu-individu, melainkan semanya untuk kepentingan bersama, sehingga tidak diakuinya kepemilikan pribadi. Negara bertanggung jawab dalam mendistribusikan sumber dan hasail produksi kepada seluruh masyarakat. Kedua, Sistem ekonomi Kapitalis. Berbeda dengan sistem komunis, sistem ini sangat bertolak belakang dengan sistem Sosialis/Komunis, di mana negara tidak mempunyai peranan utama atau terbatas dalam perekonomian. Sistem ini sangat menganut sistem mekanisme pasar. Sistem ini mengakui adanya tangan yang tidak kelihatan yang ikut campur dalam mekanisme pasar apabila terjadi penyimpangan (invisible hand). Yang menjadi cita-cita utamanya adalah adanya pertumbuhan ekomomi, sehingga setiap individu dapat melakukan kegiatan ekonomi dengan diakuinya kepemilikan pribadi. Ketiga, Sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam hadir jauh lebih dahulu dari kedua sistem yang dimaksud di atas, yaitu pada abad ke 6, sedangkan kapitalis abad 17, dan sosialis abad 18. Dalam sistem ekonomi Islam, yang ditekankan adalah terciptanya pemerataan distribusi pendapatan, seperti terecantum dalam surat Al-Hasyr ayat 7 1 Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. Dengan demikian negara mempunyai peran dalam hal pemerataan distribusi pendapatan. Selain itu negara berperan sebagai Pengawas (hisbah), yang mengawasi berjalannya sistem pasar sehingga terwujud mekanisme pasar bebas. Dalam Islam kepemilikian pribadi juga diakui, namun terhadap setiap umat Islam yang mempunyai penghasilan yang mencukupi (memenuhi hisab), sebagain dari hartanya adalah milik orang-yang tidak mampu (zakat). Dalam Islam pilar yang menjadi etika ekonomi yang tidak terdapat dalam sistem ekonomi lainnya adalah tauhid, keadilan, keseimbangan, dan kebebasan. Pada masa Rasulullah dan para sahabat negara mempunyai kewajiaban untuk rakyat dan kewajiban negara atas rakyatnya adalah melayani dan mengurusi urusan ummat (kewajiban syara). Nabi Muhammad SAW bersabda : “Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusannya terhadap rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam memecahkan permasalahan perekonomian, berdasarkan fakta hakikat permasalahan ekonomi terletak pada bagaimana distribusi harta dan jasa di tengah-tengah masyarakat, sehingga titik berat pemecahan permasalahan ekonomi adalah bagaimana menciptakan suatu mekanisme distribusi ekonomi yang adil. Dalam sistem ekonomi islam Negara memberikan kebebasan dalam beraktivitas dalam perekonomian selain itu 2 Negara mempunyai tanggung jawab untuk mengatur ekonomi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat sehingga pada akhirnya negara menjadi kuat. Menurut Monzer Khaff, yang menjadi keteratasan negara saat ini dalam menerapkan sistem negara islam adalah kurangnya komitment terhadap syariah, dan kurangnya komitment terhadap shura (proses musyawaran untuk mufakat). Padahal menurut Ibnu Khaldun, keruntuhan dan kejayaan suatu dinasti tidak hanya tergantung pada variabel-variabel ekonomi namun tergantung dengan sejumlah faktor yang menentukan kualitas perorangan, masyarakat, pemerintahan dan Negara. Keseluruhan model ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Kekuatan penguasa (al mulk) tidak dapat diwujudkan kecuali dengan implementasi syariah 2. Syariah tidak dapat diwujudkan kecuali dengan syariah 3. Penguasa tidak dapat memperoleh kekuatan kecuali dari masyarakat 4. Masyarakat tidak dapat ditopang kecuali oleh kekayaan 5. Kekayaan tidak dapat diperoleh kecuali dari pembangunan 6. Pembangunan tidak dapat dicapai kecuali melalui keadilan 7. Keadilan merupakan standar (al mizan) yang akan dievaluasi Allah pada ummatnya 8. Penguasa dibebankan dengan adanya tanggung jawab untuk mewujudkan keadilan Rumusan ini menghubungkan semua variabel-variabel sosial, ekonomi dan politik, termasuk Syariah (S), kekuasaan Politik atau waazi’ (G), masyarakat atau rijal (N), Kekayaan atau sumber daya atau Maal (W), pembangunan atau imarah (g) dan keadilan atau ‘adl (j). Selanjutnya Ibnu Khaldun mengelompokkan kekuasaan negara atas 3 jenis, yaitu: Pertama, kekuasaan yang alamiah atau normal (tabi’i), yang membolehkan setiap orang memuaskan kepentingan pribadinya dan kesenangan hawa nafsu. Kedua, kekuasaan politik rasional (siyasah aqliyah) yang membolehkan setiap orang untuk memenuhi kepentingan pribadi, duniawi untuk mencegah kejahatan kejahatan sesuai dengan prinsip-prinsip rasional. Ketiga, kekuasaan berdasarkan moral (siyasah diniyyah atau khilafah) yang memungkinkan setiap orang untuk mewujudkan kesejahteraan dunia dan akhirat sesuai dengan syariah Dalam suatu welfare state yang islami, negara harus mengupayakan agar setiap orang mengikuti ajaran syariah dalam urusan duniawi mereka, menjamin pemenuhan 3 aqad dan menghormati hak milik serta menanamkan kesadaran kepada masyarakat prasyarat kualitas yang dibutuhkan untuk keharmonisan sosial dan pembangunan yang berdasarkan keadilan dan negara mestinya tidak menjalankan perannya dengan kekerasan dan penindasan. Pemerintah harus berusaha untuk mensejahterakan masyarakat dan mempercepat pertumbuhan kreativitas masyarakat dan aktivitas pembangunan. Disamping itu negara harus tetap mengawasi semua tingkah laku yang dapat membahayakan pembangunan sosial ekonomi seperti ketidakjujuran, penipuan dan ketidakadilan. Menurut Monzer Khaff, tujuan ekonomi dalam negara Islam adalah untuk administrasi publik, amar ma’ruf nahi munkar, mempertahankan agama dan kekuasaan, garansi minimum untuk kebutuhan dasar, meningkatkan kesejahteraan dunia serta akhirat, dan mengelola aset publik. Sedangkan fungsi ekonomi yang esensial adalah untuk meningkatkan kapasitas keimanan seseorang, jaringan keamanan dalam hal ekonomi, dan memaksimalkan manfaat dari poperti publik. Kekuatan yang utama pada welfare state Islam adalah pada pendidikan, tindakan persuasif dan lingkungan yang mendukung untuk mewujudkan cita-cita negara. Negara harus memiliki penguasa dengan karakter yang mulia sesuai dengan ilmu agama dan ilmu politik. Selain itu pemegang kedaulatan harus toleran, moderat, adil menghindari kelicikan, penipuan dan kesalahan. Pemegang kedaulatan harus memenuhi kewajiban, aqad, janji, dapat memenuhi protes masyarakat, mengindahkan keluhan masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama masyarakat miskin. Untuk mencapai tujuantujuannya pemegang kekuasaan harus mengangkat orang yang sesuai dan memiliki kompetensi di bidangnya. Dari pemikiran Monzer Khaff dapat disimpulkan hal-hal yang harus dilakukan dalam hal yang berkaitan dengan peran negara dalam perekonomian islam: 1. Memajukan sektor swasta dengan tetap memperhatikan kepentingan umum 2. Sumber daya alam dikelola secara bersama, di mana pengelola menyewa lahan kepada umum. 3. Kebijakan investasi secara langsung 4. Proyek yang dikerjakan oleh individu, tetap dapat dinikmati oleh orang banyak 4 DAFTAR PUSTAKA Ayat dan Hadits Hukum Ekonomi Makalah-makalah Ekonomi Makro Islam. Buku dan tulisan-tulisan lainnya. 5