GELAR-GELAR YESUS DALAM PERJANJIAN LAMA SEBUAH PENAFSIRAN KRITIK HISTORIS ATAS TEKS DANIEL PASAL 7 Oleh: Pdt. Marthen D. Boediman, M.Th. Abstract In the person of Jesus, there are so many titles, among others, he was called the Son of man. Is it true that the Son of Man who preached the writer of Daniel refers to Jesus who was born 200 years later? These reflective questions, motivated me to write this paper based on the interpretation of Historical Criticism. Overview of the Book of Daniel, the only Old Testament apocalyptic compose. Keywords: Jesus, the Son of Man, Salvation I. Latar Belakang kitab Daniel A. Tentang kitab. Kitab Daniel terdiri dari 12 pasal, 1–6 7 – 12 berisi tentang cerita/pengalaman Daniel bersama ketiga temannya di masa pemerintahan Nebukadnezar, Belsyazar, Darius dan Cyrus. 4 laporan : sebuah mimpi dan tiga penglihatan dimasa pemerintahan ketiga raja diatas. Ketiga penglihatan itu, berhubungan dengan peristiwa akhir pembuangan sampai pada masa pemerintahan eskatologis Allah. Dalam bagian pertama (1-6) teks ditulis dalam bentuk orang ketiga tunggal. Alurnya demikian : Pasal 1 Menceritakan tentang tokoh Daniel yang dibuang ke Babel bersama-sama orang Israel lainnya termasuk ketiga temannya : Hananya (kemudian menjadi Sadrak), Misael (kemudian menjadi Mesakh) dan Azarya (kemudian menjadi Abednego). Selama berada di Babilonia, mereka dididik menjadi pelayan istana, tetapi mereka tetap taat/setia kepada Allah dan Tauratnya. Karenanya, Daniel secara khusus dianugerahkan kebijaksanaan yang luar biasa, yang dengannya Daniel bisa mengatasi cerdik pandai yang ada di istana dan orang Babilonia lainnya. Karena bisa mengatasi atau meramalkan mimpi raja, maka mereka diberi jabatan dalam istana raja. Satu peristiwa yang penting di sini adalah pengakuan raja terhadap Allah-nya Daniel (psl 2). Dalam pasal 3, kembali raja mengakui Allahnya Daniel dan teman-temannya. Hal ini terjadi setelah ketiga teman Daniel melewati masa pencobaan yang memaksa mereka untuk menyembah patung, tetapi mereka menolaknya. Akibatnya : mereka dibuang ke dalam tungku api, tetapi malaikat Tuhan datang menolong mereka. Peristiwa lain adalah bagaimana Daniel menubuatkan tentang penyakit yang akan menimpa raja, tetapi raja akan sembuh, nubuat Daniel terbukti. Raja kembali mengakui Allah Daniel ( 3:31-34). Pasal 5:1-6:1 Menceritakan tentang pesta yang diadakan oleh Belsyazar. Dalam pesta tersebut munculah tulisan misterius di dinding, dan Daniel mampu menafsirkan tulisan tersebut : yakni menunjuk pada kejatuhan kekaisaran/kerajaan Babilonia ditangan Darius raja baru Media. Akhirnya, bagian 1-6 ditutup dengan peristiwa dibuangnya Daniel ke gua singa atas tuduhan bahwa ia menolak berdoa untuk raja. Tetapi tragedi itu berakhir dengan dibebaskannya Daniel secara “ajaib”, karena kesetiaannya kepada Yahweh. Kembali di sini terjadi lagi pengakuan dari orang-orang Babel terhadap Allah Daniel (6:2-29). Bagian kedua dari kitab ini (7-12) ditulis dalam bentuk orang pertama : “Aku”. Bagian ini dapat diuraikan demikian: Pasal 7 Menceriterakan tentang mimpi mengenai permusuhan antara empat kerajaan yang dilambangkan dengan binatang-binatang dan pemerintahan “Anak Manusia”. Pasal 8 Menceriterakan dengan panjang lebar akan penglihatan tentang peperangan antara seekor domba jantan (yang ditafsirkan sebagai petunjuk terhadap raja-raja Media) dengan seekor kambing jantan (petunjuk terhadap raja-raja Persia). Pasal 9 Malaekat Gabriel menginstruksikan kepada Daniel tentang arti 70 tahun pembuangan yang diumumkan oleh nabi Yeremia (lihat Yer.25:11; 29:10). Pasal 10 Merupakan kunci daripada tiga pasal yang terakhir, sebab dalam pasal ini, Daniel mendapat penglihatan tentang masa depan dari bangsa Israel : “….. Aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi bagi bangsamu pada hari-hari terakhir” (10:14). Pasal 11 Menceriterakan tentang proses sejarah berlangsung, dengan raja-raja dari bebarapa kerajaan akan saling berkuasa. Dikatakan bahwa seorang raja dari kerajaan Yunani akan berkuasa, tetapi masa kejayaannya tidak lama, karena kerajaannya akan pecah menjadi 4 bagian menurut arah mata angin (11:4). Kekuasaannya akan jatuh kepada orang-orang lain yang bukan keturunannya. Pasal 12 Menubuatkan tentang akhir zaman : waktu kesesakan yang besar seperti yang belum pernah terjadi sejak adanya bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Di sini muncul pula berita tentang penghakiman, di mana semua orang baik yang sudah mati maupun yang masih hidup akan dihakimi; yang setia akan mendapat hidup yang kekal, sedangkan yang tidak setia akan mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal. B. Tentang Penulis dan Waktu Penulisan Penulis Kitab Daniel memperkenalkan seorang “tokoh” yang bernama Daniel, tetapi kitab ini sedikitpun tidak menyarankan bahwa penulisnya adalah “tokoh” tersebut. Baik di Synagoge maupun dalam Gereja, umumnya tradisi menerima bahwa Daniellah penulis kitab ini; (Sellin-Fohrer,1972:472; band. MAWI, Kitab Suci; Kitab Nabi-nabi II, Daniel, hal. VI). (karena menerima Daniel sebagai penulisnya, kitab ini ditanggalkan pada periode pembuangan (antara tahun 587-538 SM). Untuk melacak lebih jauh lagi tentang persoalan ini, maka hemat penulis, satu pertanyaan harus dijawab lebih dahulu : “adakah Daniel yang historis” ? Dalam kitab Yehezkiel, ada disebut seorang yang bernama Daniel; dan mereka yang berpendapat bahwa kitab ini ditulis oleh Daniel, menghubungkannya dengan tokoh yang disebut dalam kitab Yehezkiel (14:14, 20; 28:3). Pendapat ini kini ditantang. Sebab menurut kitab Yehezkiel, Daniel (semestinya Dan`el) adalah seorang yang benar, karena itu ia disebut dengan orang-orang yang benar lainnya : Nuh dan Ayub. Di samping itu, Daniel dalam kitab Yehezkiel, hikmat atau kebijaksanaannya dibandingkan dengan hikmat raja Tirus bukan dengan yang lain. Sebaliknya, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa tokoh Daniel dalam kitab Daniel tidak boleh disamakan dengan Daniel dalam kitab Yehezkiel. Lanjut dikatakan bahwa tokoh Daniel menurut kitab Yehezkiel rupa-rupanya ada hubungannya dengan tokoh mitos yang senama. Argumentasi itu didasarkan pada laporan yang termuat dalam dokumen-dokumen Kanaan (Ras-Syamra; Ugarit). Tokoh yang dimaksud dalam dokumen ini adalah tokoh semi dewa . (J. Blomendaal,1982:166; band. H. Haag,1982: 86; band Sellin-Fohrer, 1972:472 ). Di samping itu, dalam salah satu kitab apokrip (kitab Jubili 4:20) menyebut Daniel sebagai paman dari ayah mertua Henokh. Dan kalau ditarik atau dihubungkan dengan silsilah dalam Alkitab, maka Daniel adalah leluhur dari Nuh (Sellin-Fohrer,1972 ). Selain daripada alasan-alasan yang dikemukakan sehubungan dengan penolakan terhadap pendapat yang mengatakan bahwa Daniel-lah penulis kitab ini, maka alasan lain ialah nama dari ketiga temannya adalah nama-nama yang umum di abad ke-5 SM (lihat Ezra 8:2; Neh.8:5; 10:2,6,23) (Sellin-Fohrer,1972 ). Jadi kesimpulannya bahwa tidak ada alasan yang kuat untuk menerima Daniel sebagai penulis kitab Daniel. Kalau begitu, siapa penulis kitab ini? Pertanyaan ini sulit dijawab, sebab data yang diperoleh lewat ini tidak jelas; identitas penulis sulit ditemukan. Hanya dapat dikatakan di sini bahwa penulis kitab ini sekurangkurangnya mengenai 2 situasi, yakni situasi masa lampau (pembuangan) dan situasi di mana ia berada. Untuk lebih memperjelas permasalahan ini, umumnya diterima bahwa orang lain/bukan Daniel yang menulis kitab ini. Waktu Penulisan Seorang Neo-Platonis, Porphyry, (Sellin-Fohrer,1972) yang meninggal kira-kira 304 M, mengatakan bahwa kitab Daniel ditulis pada abad ke-2 SM. Itu berarti, ia menolak pandangan pertama tadi. Sellin Fohrer (1972), sependapat dengan pernyataan dari Porphyry, alasannnya adalah: Pertama, Kitab ini hanya disebut dalam tulisan-tulisan kemudian (mis. I.Mak.2:59-60 yang ditulis kira-kira tahun 100 SM; tetapi tidak terdapat dalam Ecc. 44 : 49, yang ditulis kira-kira tahun 200 SM). Kedua, Fragmen-fragmen dari Qumran memperlihatkan bahwa kitab ini belum dianggap sebagai yang kanonik pada abad I SM. Meskipun kitab ini pernah dianggap sebagai kitab nabi-nabi (Band. Mat.24:15, namun dalam Kanon Yahudi kitab ini digolongkan kepada Tulisan-tulisan).Ketiga Bahasa dari Dan. 2:4b-7:28, bercorak Aram imperial; sedangkan 1:1-2:4a;8-12 adalah bahasa Ibrani yang lebih kemudian. Keempat, Pengetahuan pengarang tentang sejarah periode pembungan tidak tepat : tidak ada pembungan di tahun 605 SM; Belsyazar bukan putra raja Nebukadnezar yang terakhir, tetapi Nabonidus. Belsyazar tidak pernah menjadi raja; Darius yang disebut secara salah dengan nama `Mede`, adalah seorang penerus Cyrus bukan pendahulunya. Kelima, Ide religius seperti pengabadian nama Yahweh; kepercayaan kepada malaekat-malaekat; kepercayaan kepada kebangkitan, bukanlah ide-ide pada abad ke-6 SM, tetapi ide-ide pada masa yang jauh lebih kemudian. Keenam, Diterima bahwa kitab ini ditulis semasa penghambatan-penghambatan kepada umat Yahudi oleh Antiokhus IV Ephifanes (175-164 SM), raja Seleukid. Dialah yang dilukiskan oleh penulis kitab ini dengan gelar `tanduk kecil` (Dan. 7:8), dan lebih terperinci lagi, ia dilukiskan dalam Daniel 11. Dia juga dilukiskan sebagai seorang raja yang sangat angkuh. Pada masanya, umat Israel sangat menderita. Tetapi, pada masanya juga, Allah akan bertindak untuk menghancurkan dan membawa umatNya ke zaman baru. Dalam hubungan dengan penentuan waktu penulisan, Floger Otto (1968) berpendapat demikian: Komentar–komentar terhadap kitab Daniel, hampir sepakat dalam memperbedakan antara alegenda-legenda atau cerita cerita dari bagian pertama dengan penglihatan penglihatan pada bagian kedua. Juga ada kesepakatan umum bahwa legenda legenda atau cerita-cerita boleh dianggap sebagai yang berasal dari periode pra-Makabi, sedangkan penglihatan-penglihatan ditempatkan pada tahun-tahun terakhir pemerintahan raja Antiokhus IV Ephifanes.Dalam periode ini juga dikenal suatu peristiwa sejarah, di mana munculnya perlawanan dari keluarga Makabi sebagai protes terhadap usaha Antiokhus IV untuk menghelenisasikan umat Allah. Untuk lebih memperjelas persoalan ini, perlulah dilihat corak/bentuk kitab ini. Bentuk/Corak Sastra Khususnya pada bagian kedua (7-12), kitab ini mempunyai kecenderungan apokaliptis, di mana isinya berbicara tentang bagaimana Allah bekerja dalam sejarah dunia dan kedatangan Kerajaan Allah. (Band. J. Blommendaal,1982:165). Ada pendapat lain yang memasukkan pasal 2 ke dalam corak ini; ( MAWI,hal. VII; band. B.W. Anderson,1966:537). Lebih lanjut dikatakan bahwa corak ini muncul pada abad ke-2 SM sampai pada abad ke-3 M. Kitab Daniel adalah satu-satunya kitab Perjanjian Lama yang bercorak apokaliptis, karena hal itu dapat dilihat dalam beritanya. Kitab ini berusaha menyatakan dan berlakunya zaman-zaman dan `menyingkapkan` rahasia-rahasia masa akhir. Jadi, dengan beberapa alasan yang dikemukakan, maka pendapat Porphyry diterima : Kitab ini ditulis pada abadke-2 SM (175-164). Masih dalam hubungan dengan pokok ini, dengan memperhatikan pendapat Ploger, satu pertanyaan muncul di sini : bagaimana dengan cerita-cerita/legenda-legenda dalam bagian pertama, yang kalau ditanggalkan berada disekitar pembungan. Apakah pengarang kitab ini hanya menulis bagian kedua, sedangkan bagian pertama merupakan dokumendokumen tua yang dikumpulkannya ? Ada beberapa ahli yang mengomentari hal ini. Pendapat mereka dikumpulkan oleh Sellin Fohrer (473-474:1978) sebagai berikut: a. Rowley mengikuti Van Gaal, Marti dan Charles, yang menganut dugaan tentang kesatuan buku ini. Pandangan ini juga diperlihatkan oleh Bentzen, yang menurutnya, pengarang mempergunakan suatu lingkungan legenda-legenda yang diwariskan secara lisan untuk pasal 1-6; Eisfieldt pun demikian : pengarang memakai ceritera-ceritera yang lebih tua (untuk 1 – 6) dan unsur-unsur mitologis bersama-sama dengan penelitian histories untuk 7 – 12. b. Dugaan bahwa inti daripada kitab ini adalah pada 2:4b – 6:29 dan sebagian juga untuk 1:1-2:4a dan 7. Meinhold mengatakan bahwa 2:4b – 6:29 berasal dari periode sekitar 300 SM, dan pasal 7 merupakan suatu tambahan kemudian; Holscher berpendapat sama; sama seperti Montgomery, yang mengatakan bahwa 1-6 berasal dari abad ke 3 SM; Sellin-Rost menduga ada sebuah kitab Daniel yang lebih tua yang terdiri dari pasal 2-6 dengan introduksi bahasa Ibraninya dalam pasal 1 dan barangkali Apokalipsi Aram dalam pasal 7. Sellin memandang 1-7 sebagai biografi Daniel dari abad ke-3 SM; Haller dan Noth juga menganggap 1-7 sebagai pra-Makabi; Haller mengambil pasal 7, Noth mengambil 2 dan 7 sebagai bagian inti kitab ini dan menempatkannya pada abad 4 SM. Berbeda dengan pendapat-pendapat di atas, Ginsberg menyarankan 4 pengarang : untuk 1-6 (ditulis antara tahun 292-261 SM; pasal 7 ( 175-167 SM) pasal 8 dan 10-12 (166/165) dan pasal 9 lebih agak kemudian. c. Yang lebih sesuai dengan pandangan tradisionil adalah Junker, yang menduga sumber sumber yang lebih tua dari masa pembuangan untuk 8-12; Erdmans menempatkan 2 dan 7 pada masa pembuangan; Lowinger yang mempertimbangkan ceritera tentang mimpi Nebukadnezar sebagai yang histories dan Cruse yang menuntut suatu strata dasar yang berasal dari pembuangan, yang diperbaharui sekitar 300 dan 194 SM . Dalam hubungan dengan pertanyaan di atas, Blommendaal (1982) berpendapat demikian: rupanya kitab ini pada mulanya terdiri dari dua bagian yang berdiri sendiri. Pendapat Blommendaal didasarkan pada pemakaian bahasa yang berbeda. Hemat saya, persoalan ini harus dipahami tidak lepas daripada maksud kitab ini ditulis. Dalam bagian sebelumnya telah disinggung bahwa bukan Daniel penulis kitab ini. Kalau begitu : apa hubungannya tokoh ini dengan berita yang ada dalam kitab ini? Tokoh ini memang tidak dijumpai di dalam kitab kitab PL lainnya, tetapi itu tidak berarti orangorang yang menjadi alamat dari kitab ini tidak mengetahui atau mendengar tentang tokoh ini. Kemungkinan besar tokoh ini dikenal umum (paling tidak bagi penerima kitab ini). Jika tokoh ini tidak dikenal, maka untuk apa si pengarang kitab ini mentokohkan Daniel dalam kitabnya? Kemudian, persoalan ini juga harus dihubungkan dengan jenis kesusasteraan kitab ini. Merahasiakan nama adalah salah satu ciri apokalips. Demikianlah pengarang kitab ini. Ia meletakan nubuat-nubuatnya kedalam mulut seorang tokoh kuno (apakah itu historis atau yang diduga historis, tetapi setidak-tidaknya, cerita tentang tokoh itu ada), untuk menarik para pembaca. Kitab ini bermaksud untuk menghibur umat Allah yang setia terhadap perintahNya. Hal mana dihubungkan dengan kesetiaan dari Daniel dan teman-temannya. Sebab Allah tidak akan berdiam diri membiarkan umatNya mengalami penderitaan. Keyakinan pengarang masa itu akan berakhir dengan datangnya pemerintahan Allah. Boleh dikatakan bahwa kitab ini berusaha memberikan penghiburan kepada umat Allah, yang ‘kini’ tengah hidup dibawah kekuasaan penjajah asing yaitu pada masa penghambatan dari Antiokhus IV Ephifanes. Jadi dalam menyampaikan beritanya, pengarang memanfaatkan cerita-cerita yang tua untuk dikenakan kepada situasi di mana ia berada. II. Arti dan Latar Belakang “Anak Manusia” pada umumnya. Ungkapan Anak Manusia diterjemahkan dari bahasa Aram, yakni bar’enas atau bar nas atau dalam bentuknya yang lebih tepat lagi : bar’ enasa atau bar nasa ( lihat A. Richardson,1961:128; S. Mowinckel, He That Cometh, hal 346). Ungkapan ibrani yang berhubungan dengan ungkapan Aram ini ialah : ben ‘adam ( ben ha adam) . Secara harafiah, berarti : seorang anak manusia, seorang kanak kanak manusia. Ungkapan ini adalah ungkapan yang biasa dalam ke dua bahasa tadi, yang dalam dirinya sendiri tidak lebih daripada individu dari jenis manusia, mahluk manusia. Petunjuk terhadap individu, dinyatakan dengan awalan ‘anak (daripada)’ kepada jenis manusia, misalnya : Ben dalam bahasa ibrani dan Bar dalam bahasa Aram untuk jenis maskulin. Sedangkan untuk jenis feminin dipakai kata bath dalam bahasa ibrani dan berat dalam bahasa Aram. Dan adam serta nasa menunjuk pada manusia secara kolektif. LXX menerjemahkan ungkapan ini dengan ho huios tu anthropu : Ho : kata sandang nominative maskulin tunggal = itu Huios : kata benda nominative maskulin tunggal = anak Tu : kata sandang genetif maskulin tunggal = itu Anthropu : kata benda genetif maskulin tunggal dari anthropos = manusia Jadi artinya : anak (dari) manusia (itu). Karena pengertian anak manusia terdapat juga dalam beberapa kita PL maka perlu untuk melihatnya. Mazmur. Dalam Mazmur 8:5 ditulis : apakah manusia sehingga engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya? Apakah manusia = anak manusia? Jika Mazmur ini dibaca secara keseluruhan maka akan nampak apa yang dimaksud dengan ungkapan itu. Dapat dikatakan bahwa dengan ungkapan itu pemazmur mau mengungkapkan bahwa manusia yang sinonim dengan anak manusia adalah mahluk yang paling mulia dari antara ciptaan Tuhan yang lain. Manusia itu diberi kemuliaan dan hormat, bahkan berkuasa atas ciptaan yang lain. Aspek lain yang mendapat penekanan di sini ialah kerendahan atau kehinaan manusia jika dibandingkan dengan kemahakuasaan Allah. Yehezkiel. Ungkapan anak manusia juga muncul dalam kitab ini. Bahkan ungkapan ini paling banyak dipakai dalam kitab ini : sebagai petunjuk terhadap diri sang nabi/Yehezkiel.. Memang tidak ada petunjuk lebih lanjut tentang ungkapan ini dalam kitab Yehezkiel, tetapi Allah memanggil Yehezkiel sebagai anak manusia, pertanda suatu ‘gelar’ yang menitikberatkan kerendahan nabi atau statusnya sebagai manusia. Ia tidak lebih daripada manusia yang lain, yang adalah juga ciptaan Tuhan. Penekanan pemahaman di sini sama dengan yang ada dalam kitab Mazmur. Kitab Henokh dan II Esdras. Dalam I Henokh 37-71, anak manusia diidentifikasikan dengan ‘yang diurapi’. Pasal pasal ini memaklumkan kedatangan suatu langit baru dan suatu bumi baru serta penetapan Kerajaan Allah melalui wakilnya (yang diurapi). Dia adalah anak manusia surgawi, mahluk super natural, bukan dilahirkan dari manusia, apakah berasal dari keturunan Daud ataukah dari keturunan lainnya. Ia duduk di atas tahta Allah (I Henokh 51:3;62:3,5;69:27,29) dan memiliki kekuasaan universal (62:6), semua penghakiman diserahkan kepadanya (61:9; 69:27) (Richardson, hal. 129). Ada anggapan bahwa kitab Daniel (khususnya 7:12-14) mempunyai latar belakang yang sama dengan I Henok 37 – 71). Lebih lanjut dikatakan bahwa memang ada perbedaan menarik antara seorang seperti anak manusia dengan manusia sorgawi pra-ada dalam kitab Henok, tetapi adalah mungkin bahwa salah satu, malah kedua konsepsi ini, bias dilacak kembali ke belakang ke mitos purba mengenai `manusia pertama` (Primal Man). Adalah mungkin bahwa mitos kuno yang sama yang non Alkitabiah mengenai manusia pertama itu terletak di belakang kitab II Esdras 13. Di sana dikatakan bahwa Ezra bermimpi melihat `seakan-anak seperti seorang manusia` muncul darilaut (13:23), semua bangsa di bumi berperang melawan dia (13:5). Tetapi ia menggugurkan dirinya sendiri ke gunung yang besar dan muncul di atasnya (13:6); api yang besar dan nafas yang menghanguskan keluar dari mulutnya dan menghancurkan tentara-tentara sekutu itu (13:10 dst); manusia itu kemudian turun dari gunung itu dan bersatu dengan orang banyak lainnya (13:13) (Ibid). Penafsiran tentang mimpi Ezra itu dapat dilihat dalam ayat-ayatnya yang berikut. `Manusia dari laut itu` adalah `dia yang oleh Yang Maha Tinggi diberi umur panjang` untuk membebaskan coptaanNya (13:26). Untuk jelasnya, bagian ini dikutip (Ibid). Masanya akan tiba bilamana Yang Maha Tinggi mulai membebas-bebaskan mereka yang berdiam dalam bumi dan seorang akan berperang melawan yang lainnya, kota melawan kota, tempat melawan tempat, umat melawan umat, kerajaan melawan kerajaan. Dan akan terjadi bilamana semua ini akan berlalu, dan tanda-tanda yang sudah Kuperlihatkan kepadamu akan terjadi, maka anakKu akan dinyatakan, yaitu dia yang kamu lihat sebagai seorang manusia yang turun dari langit (13;29-32). Bangsa-bangsa akan bersatu di atas gunung Sion, gunung yang terpahat tanpa tangan (13:36), dan anakKu ini akan mencela bangsa-bangsa dan ia akan menghancurkan mereka tanpa kerja melalui hokum, yang mirip api (13:37 - dan seterusnya). Persekutuan yang cinta damai itu akan menjadi 10 suku Israel yang telah dibuang oleh Shalmaneser pada tahun 722 SM, yaitu persekutuan yang disediakan oleh Yang Maha Tinggi, suatu tanah lainnya (13:39-40). Targum-Targum (Terjemahan Perjanjian Lama ke dalam Bahasa Aram) Ungkapan `Anak Manusia` dalam Maz. 8:5 dan 144:3 (band. Maz. 130:8), ditafsirkan sebagai Mesias. Juga ungkapan yang sama dalam Dan. 7:13-14 ditafsirkan sebagai Mesias. Atau menggunakan Anani keturunan Daud yang terakhir dalam I Taw.3:24, sebagai manusia awan seorang yang datang dengan awan-awan sorgawi, sebagai Mesias (S. Mowinckel:357). Setelah melacak beberapa sumber sehubungan dengan latar belakang, baik dalam kitabkitab Perjanjian Lama maupun kitab lainnya. Maka ada beberapa pokok yang perlu disampaikan, antara lain : Ungkapan `Anak Manusia` dalam Daniel berbeda dengan kesaksian kitab Perjanjian Lama lainnya. Dia berbeda dengan manusia lainnya, karena ia datang dari `atas`, dia adalah makhluk surgawi, bahkan dia adalah seorang raja daripada kerajaan yang akan datang. Setelah melihat arti dan latar belakang dari ungkapan `anak manusia` secara umum, maka bagian berikut akan dilihat secara khusus pemahaman anak manusia dalam kitab Daniel III. Penafsiran Daniel pasal 7 Pengantar Kesulitan pertama yang harus dihadapi dalam menafsirkan pasal ini adalah mengambil keputusan dalam soal kesatuan teks. Pernyataan ini sengaja dimunculkan karena dalam pasal ini ditemui beberapa bentuk gaya bercerita dari pengarang, misalnya ayat 1-8,28 berbeda dengan ayat 9-10; 13-14; 23-27. Boleh dikatakan bahwa bagian pertama berbentuk prosa dan bagian ke dua berbentuk puisi (Lihat RSV-LAI tidak tampak). Hal ini bisa menjadi indikasi adanya ketidaksatuan naskah dan juga bias diduga ada bahanbahan yang disisipkan kemudian. Ada dugaan bahwa penglihatan tentang hakim yang ilahi yang memegang pengadilan dan tentang “Anak Manusia” yang datang kepada “Yang Lanjut Usia” dan menerima kekuasaan, tidak berhubungan dengan penglihatan tentang empat binatang (Norman Porteous,p.96). Bila pendapat ini diikuti, maka itu berarti bahwa pasal pasal lain dari kitab ini harus diterima pula sebagai yang mengandung bahan bahan yang disisipkan kemudian, karena pasal pasal itu juga mempunyai komposisi yang sama dengan pasal 7 ( lihat pasal 8,10,11) Hal lain yang perlu dilihat adalah bagaimana hubungan pasal ini dengan pasal sebelum dan sesudahnya. Kalau diperhatikan, pasal 7 mempunyai hubungan yang erat dengan pasal 2. Kedua pasal ini menceritakan tentang munculnya empat kerajaan yang akan memerintah secara bergantian, tetapi didalamnya juga diceritakan bagaimana akhir dari peristiwa peristiwa dunia. Proses berakhirnya sejarah dunia, dilukiskan dengan adanya campur tangan ilahi ( Lih. 2:34,43-44;7:7-27). Penafsiran. Ayat 1. ‘Pendahuluan’ yang menceritakan tentang penglihatan yang datang kepada Daniel pada tahun pertama pemerintahan Belsyazar, raja Babilonia.. Ada pendapat yang meragukan status atau peran Belsyazar sebagai raja Babilonia. Pendapat ini didasarkan pada sejarah umum yang menetapkan bahwa Nabonidus sebagai raja terakhir Babilonia, bukan Belsyazar. Lagi pula dikatakan bahwa Belsyazar bukan anak Nebukadnezar (Sellin-Fohrer). Dalam hubungan dengan persoalan ini, sebaiknya pendapat yang dikemukakan oleh F.L.Bakker dalam bukunya: Sedjarah Keradjaan Allah, Hal. 496-497 diperhatikan. “ …….segera sesudah Nebukadnezar meninggal, mulailah runtuh kerajaan Babilonia. Ia diganti oleh anaknya Evil-Marodack, yang memerintah antara tahun 561-559. Ia mati dibunuh dan diganti oleh menantu Nebukadnezar yang bernama Nergalsarezer, yang mati pada tahun 556. Anaknya Labasi-Marduk, yang memerintah hanya beberapa minggu saja , lalu diganti oleh Nabonidus, yang dalam sejarah umum dikenal sebagai raja Babilonia terakhir. Lama orang berada dalam kesangsian tentang kebenaran kebenaran keterangan yang diberikan oleh kitab Daniel tentang Belsyazar. Orang menganggapnya tidak benar. Tetapi dikemudian hari, keterangan yang diberikan Alkitab ternyata adalah benar. Ada ditemukan sebuah naskah di Babilonia yang disebut “ Tawarikh Nabonidus-Cyrus” yang menceritakan bahwa anak Nabonidus yakni ‘putra mahkota Belsyazar’ mempunyai peranan penting semasa pemerintahan bapaknya. Pendapat ini banyak pengikutnya, yakni menerima bahwa Belsyazar adalah ‘putra mahkota’. Pada waktu konflik dengan kaum imam di Babilonia, Nabonidus melarikan diri ke Tuna sehingga ia diganti oleh putra mahkota (Lihat Bakker) Benar bahwa dalam kitab ini ada dikatakan bahwa Belsyazar menyebut Nebukadnezar sebagai ayahnya. Anggapan ini dapat dikatakan sebagai sebuah kekeliruan yang dibuat oleh penulis kitab ini.. Ada dua alasan untuk mengatakan demikian : 1. Penulis kitab ini kurang mengetahui sejarah umum tentang raja raja yang memerintah di Babilonia (Sellin-Fohrer); atau, 2. Penulis kitab ini sulit untuk membedakan mana kata ibrani yang harus diterjemahkan dengan ‘anak’ dan mana yang harus diterjemahkan dengan ‘cucu’. Sebab dalam bahasa ibrani, untuk kedua kata tersebut hanya dipakai satu kata yakni ‘ben’ Hemat saya, persoalan tentang status Belsyazar sebagai raja Babilonia, bisa dipahami lewat berita yang disampaikan oleh nabi Yeremia yang juga pernah hidup di pembuangan. Yeremia 27:7………..segala bangsa akan takluk kepadanya dan kepada anaknya (beno) dan kepada cucunya (ben beno) sampai saatnya juga tiba bagi negerinya sendiri maka banyak bangsa dan raja raja yang besar akan menaklukannya. Mengacu pada beberapa pendapat terakhir, maka bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud oleh penulis kita ibi, belsyazar adalah cucu dari Nebukadnezar, bukan sebagai anak kandungnya. Ia adalah anak kandung dari Nabonidus-yang adalah anak dari Nebukadnezar yang naik tahta pada waktu ayahnya melarikan diri ke Tuna karena konflik dengan para imam. Ayat 2-8. Penglihatan tentang empat binatang. Dalam penglihtannya, Daniel melihat laut yang luas digoncangkan oleh keempat angin dari langit dan empat binatang yang timbul daripadanya. Ungkapan ‘keempat angin dari langit’ sering dikaitkan dengan epik penciptaan di Babel, dimana dikatakan bahwa keempat angin itu adalah alat ditangan Marduk untuk mencegah Tiamat (raksasa) melarikan diri (N.Porteous, hal.103). Tetapi teks mengatakan : angin angin itu menggocangkan laut’. Untuk mengerti hal ini, haruslah dipahami simbol simbol yang dipakai oleh penulis kitab ini. Dalam penjelasan tentang arti daripada penglihatan itu, maka ‘laut yang besar’ itu adalah ‘bumi’ (ayat 7), dan angin yang menggoncangkan laut menunjuk pada kekacauan kekacauan yang terjadi (Yes 17:12-13; Yer 6:23). Jadi teks tidak berbicara tentang sejarah penciptaan alam semesta, tetapi tentang sejarah bangsa bangsa. Tentang keempat binatang yang muncul, umumnya diterima sebagai yang menunjuk pada kerajaan Babilonia (seekor singa dengan sayap burung rajawali) Media (seekor beruang dengan tiga tulang rusuk dalam mulutnya) Persia (seekor macan tutul dengan sayap dipunggungnya dan berkepala empat) dan kerajaan Yunani (dengan gambaran binatang yang berbeda dengan binatang binatang sebelumnya (lihat: J. Barr, Daniel, dalam Peakes Commentary On the Bible, hal. 597; B.W. Anderson, hal. 544). Binatang keempat ini hanya dikatakan bertanduk sepuluh. Dan kemudian muncul sebuah tanduk yang kecil daripadanya, yang membuat tiga tanduk lainnya tercabut. Dan pada tanduk itu ada mata seperti manusia dengan mulutnya yang menyombong. Tentang penglihatan Daniel ini, Norman Porteous (1965:105-106) menjelaskan demikian : Uraian tentang binatang pertama, sebagai seekor singa bisa dianggap sebagai yang secara khusus punya nilai dalam identifikasinya dengan Nebukadnezar (bd.Yer 50:44), sedangkan lambang rajawali menunjuk pada Babilonia ( Yeh 17:3). Beruang adalah lambang untuk kerajaan Media, karena binatang tersebut terkenal dengan kekejamannya (Yes 13:17-18) dan kehebatan yang ia munculkan (Yes 21:2 dst). Tiga tulang rusuk yang ada dalam mulutnya, kemugkinan sebuah singgungan terhadap ketamakan orang Media terhadap barang rampasan, sedangkan perawakan yang aneh dari binatang itu bisa mengandung arti sifat agresif dari bangsa itu. Bginatang ketiga menunjuk kepada kerajaan Persia. Makna simbolisme secara tepat tidak bisa ditentukan. Apakah keempat sayap dan keempat kepala itu mengartikan atau menunjuk pada perluasan kerajaan Persia ke semua penjuru ataukah menandakan hal hal yang berbeda. Sayap sayap melambangkan cepatnya gerakan tentara tentara persia (Yes 41:P3) dan kepala kepala itu menmcakup kerajaan. Binatang keempat, tidak meragukan lagi, menunjuk pada kerajaan Yunani (Makedonia) dengan raja rajanya mulai Alexander Agung sampai kepada raja raja sesudahnya. Dalam penjelasan berikut, ketiga binatang pertama tidak lagi berperan kecuali binatang keempat. Binatang keempat yang emankutkan dan dahsyat itu memiliki 10 tanduk dan satu tanduk tambahan lainnya yang muncul kemudian adalah binatang yang memilki mata seperti manusia dengan 10 raja yang akan muncul, dan sesudah raja raja itu akan muncul seorang raja yang lain daripada yang mendahuluinya. Ia akan mengucapkan kata kata yang tidak senonoh terhadap Yang Maha Tinggi ( Dan 11:36). Ada kesepakatan umum yang menerima bahwa raja yang digelari dengan ‘tanduk kecil’ menunjuk pada Antiokhus IV Ephifanes. Karena pada masanya, persembahan kurban sehari hari yang dilakukanoleh umat Tuhan di Bait Allah dihentikan. Dia pula yang mendirikan sebuah mezbah untuk dewa Zaeus di atas mezbah persembahan kurban dari umat Yahudi. Perbuatan ini digambarkan oleh penulis kitab Daniel dengan ungkapan :kekejian yang membawa kebinasaan Ayat 9-14 “ Penglihatan tentang Yang Lanjut Usia tentang seorang seperti anak manusia” Cerita dari pasal ini dilanjutkan dengan penglihatan tentang ‘Yang Lanjut Usia’, yang duduk diatas takhta. Pakaiannya putih seperti salju dan rambut kepalanya seperti buluh domba, takhtanya (kursinya) dari nyala api dan roda rodanya menyala-nyala. Juga dikatakan, suatu sungai api mengalir dari hadapannya; seribu kali beribu ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa laksa berdiri dihadapNya, lalu duduklah majelis pengadilan dan dibukalah kitab-kitab. Dalam ayat 11 diceritakan tentang dibunuhnya binatang keempat yang mengucapkan kata kata sombong. Ada pendapat yang menduga bahwa ungkapan ‘Yang Lanjut Usia’ diambil alih dari lingkungan yang ada di ugarit dimana dewa EL disebut juga sebagai raja, Bapa sepanjang tahun (Porteous, hal. 107-108). Sulit untuk membuktikan kebenaran ini. Sebab dalam kesaksian kesaksian dari tulisan tulisan PL lainnya, ditemui gambaran yang serupa tentang ‘ Yang Lanjut Usia’ dengan segala atribut yang : takhta, api, ribuan pelayan. Montgomery (1927) dan juga Porteous (1965:107-108) berpendapat bahwa atribut atribut yang dikenakan kepada Yang Lanjut Usia terhubung erat dengan penglihatan Yehezkiel tentang kereta perang ilahi ( Merkhabah, Yeh 1). Kitab Henokh (14:14-29) juga menyinggung hal ini : “Aku memandang dan melihat suatu takhta yang mulia, kelihatannya seperti kristal, dan roda rodanya bagaikan matahari yang bersinar dan dari bawah takhta itu mengalirlah api yang menyala.” Atribut atribut lainnya, misalnya ribuan pelayan dapat dilihat dalam Keluaran 3:2; Ul 4:24; Maz 50:3; 97:3. Atribut atribut semacam itu dalam kesaksian alkitab (tulisan PL lainnya) tidak hanya dijumpai pada Yang Lanjut Usia, tetapi juga ditemui/dikenakan kepada Allah dalam PL. Dengan begitu barangkali yang dimaksud dengan ungkapan Yang Lanjut Usia adalah menunjuk pada Allah. Sebab ke dua pengertian ini sejajar (lihat ayat 13-14). Ungkapan anak manusia dalam bahasa Ibrani dan aram seperti yang sudah disinggungadalah sebuah ungkapan umum, menunjuk kepada manusia pada umumnya, karena itu anak manusia adalah suatu ungkapan biasa bagi seorang makhluk manusia tunggal. Pertanyaan kita : apakah demikian maksud penulis kitab Daniel ketika ia menggunakan ungkapan ini? Untuk memahami ungkapan ini (13-14), haruslah dilihat pada ide ide yang ada, bukan dilihat dari makna/pengertian bahasa Ibrani. Apalagi dalam kitab ini, dikatakan tentang ‘seorang seperti anak manusia’ bukan “anak manusia”. Menurut Mowinckel ( hal.347-352), sekitar abad ke 2 atau sebelumnya, dalam Yudaisme ada suatu konsep tentang suatu makhluk surgawi dalam bentuk manusia (seorang seperti anak manusia) yang pada perjalanan zaman, pada fajar zaman eskhatologis akan muncul dan akan menerima dari Allah kekuasaan dan kewibawaan yang diwakilkan atas semua kerajaan dan seluruh umat manusia. Tidak ada data yang saya peroleh untuk berani mengatakan bahwa konsep/ide tentang ‘seorang seperti anak manusia’ diambil alih dari dunia ide yang ada pada waktu itu ( baik dari dunia ide Yunani/Helenisme tentang anak manusia; maupun ide yang ada di timur kuno tentang ‘manusia pertama’. Atas dasar itu, sebaiknya ungkapan tersebut dipahami berdasarkan kesaksian kitab Daniel dan kitab kitab PL lainnya. Dari ayat 13-14, kita dapat melihat ciri khas dari pada ‘seorang seperti anak manusia’ dalam penglihatan Daniel, yakni : 1. Ia adalah makhluk surgawi karena berasal dari sana 2. Ia mendapat kemuliaana dan kuasa (sebagai raja) 3. Kekuasaan dan kerajaan-Nya adalah kekal dan tidak akan musnah. Dengan ciri ciri ini, kemudian membandingkannya dengan pengertian ungkapan anak manusia dalam kitab kitab PL lainnya (lihat catatan pendahuluan), maka ‘seorang seperti anak manusia’ dalam kitab Daniel ini mempunyai pengertian yang berbeda. Kalau dalam kesaksian kesaksian kitab yang lain dalam PL, ungkapan tersebut selalu menunjuk pada kerendahan manusia dihadapan Allah dan kemuliaannya dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang lain, maka ‘seorang seperti anak manusia’ dalam kitab Daniel mempunyai implikasi yang sangat luas. Ia bukan hanya menunjuk pada statusnya dalam bentuk manusia, tetapi lebih daripada itu ia adalah makhluk surgawi yang akan turun dari surga ke dunia untuk menjadi raja di atas segala raja. Berbeda dengan kerajaan dunia yang kekuasaannya terbatas dalam waktu, kerajaan ‘seorang seperti anak manusia’ itu adfalah kerajaan yang tanpa batas, bahkan kerajaannya tidak akan musnah.. Hal lain yang perlu dilihat adalah karakteristik daripada ‘tokoh’ tersebut. Ia adalah ’tokoh’ eskatologis. Ia belum muncul (masih bersifat penglihatan) tetapi pada ‘waktu/zaman akhir’nya ia akan dinyatakan. Dengan kedatangannya, itu berarti berakhir kekuasaan duniawi karena diganti dengan pemerintahan/kekuasaan Allah, dimana ‘seorang seperti anak manusia’ adalah raja dari kerajaan tersebut. Dia adalah ‘tokoh’ yang ada di sorga dan akan datang ke dunia ini untuk menjalankan tugas ilahi. Dialah wakil Allah di bumi. Ayat 15-27. a. Penjelasan pertama tentang penglihatan Daniel (ayat 15-18). Binatang binatang yang dilukiskan dalam ayat ayat ini menunjuk pada raja raja yang memerintah. Kekuasaan mereka akanberakhir dan diganti oleh orang orang milik ‘ Yang Maha tinggi’. Mereka akan memerintah sampai selama lamanya. b. Penjelasan kedua (19-27) Nampaknya bagi penulis kitab Daniel, binatang keempat adalah yang paling penting. Mengapa bukan ketiga binatang yang lain yang dilihat Daniel? Apakah karena itu konteks zamannya atau karena ia lebih dekat/berada pada masa pemerintahan ‘binatang’ keempat? Dan karena itu, baginya ketiga binatang yang pertama tidak perlu untuk dicari tahu lebih lanjut? Dalam latar belakang, telah disinggung bahwa binatang keempat menunjuk pada pemerintahan Antiokhus IV Ephifanes. Dialah yang melakukan penghambatan terhadap umat Allah yakni mereka yang disebut ‘milik Yang Maha Tinggi’ (ayat 27) ……ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama Satu masa, dua masa dan setengah masa……………………… Dalam 2: 21 dikatakan bahwa hanya Allah yang dapat mengubah saat dan waktu. Kalau begitu, apa artinya Antiokhus berusaha untuk mengubah waktu dan hukum? Apakah yang dimaksudkan disini bahwa ia dapat mengubah penetapan waktu sehubungan dengan kekuasaan/pemerintahan raja? Dan, apakah merubah hukum menunjuk pada perbuatan Antiokhus untuk menggantikan kepercayaan umat Allah dengan kebudayaan yang baru yakni kebudayaannya sendiri (helenis)? Sedangkan ungkapan ‘satu masa’ ‘dua masa’ dan’setengah masa’ biasanya dimengerti sebagai ungkapan yang tersembunyi untuk tiga setengah tahun. Kata untuk waktu adalah ‘iddan’ sedangkan disini dipakai ‘zeman’ yakni menunjukan pada perubahan waktu. Tetapi kekuasaannya akan lenyap dan ia akan dimusnahkan, dan semua kekuasaan yang ada di bumi akan diberikan kepada umat yang maha tinggi. Penutup (ayat 28) Adapun Daniel setelah mendapat penglihatan itu menjadi gelisah bahkan pucat. Dari ayat penutup ini, kurang jelas mengapa keberadaannya menjadi demikian. Tetapi alasan yang paling kuat untuk menduga mengapa Daniel menjadi demikian adalah karena penjelasan yang ia terima dari malaikat tentang penglihatan itu. “Dan aku menyimpan hal itu dalam ingatanku” Apa artinya ungkapan ini? Terkait dengan situasi dimana ia berada, maka Daniel mengungkapkan beritanya dengan hati-hati. Sebab yang mau dikatakannya lewat penglihatan itu ialah apa yang akan dengan kekuasaan kekuasaan yang ada pada zamannya. Ia menyimpan hal itu dalam arti bahwa apa yang ia terima lewat penglihatan dan penjelesannya tidak dibeberkan di depan umum; sebab itu berhubung dengan situasi dimana ia berada. Kemudian bisa dikatakan bahwa Daniel menyimpan hal itu karena takut diketahui oleh orang orang yang bukan sebangsanya. Oleh sebab itu dalam menyampaikan beritanya, ia memakai bahasa lambang dan tentu saja dimengerti oleh penerima tulisannya. Relevansi Teks Menarik bahwa perikop ini hanya berbicara tentang peristiwa peristiwa dimana musnahnya kerajaan kerajaan dunia dan akan datangnya kerajaan baru yaitu kerajaan Allah ( Kerajaan Yang Lanjut Usia), yang rajanya adalah seorang seperti anak manusia. Ungkapan ini biasanya dimengerti sebagai suatu simbol daripada umat Allah. Sebagaimana binatang-binatang dimengerti sebagai simbol dari kerajaan dunia; demikian halnya dengan seorang seperti anak manusia. Ayat ayat yang mendukung pemahaman itu adalah ayat 12,22 dan khusus ayat 27 (baca teks). Jadi dari arti ungkapan itu dan dari bukti yang diberikan lewat ayat-ayat tersebut, maka disini (dalam kitab Daniel) tidak disinggung sedikitpun tentang raja keturunan Daud, malahan yang dikatakan disini adalah bahwa israel yang kini tengah mengalami berbagai macam penghambatan dari Antiokhus IV, akan menerima pemerintahan yang kekal. Dengan fakta tersebut, bolehkah disimpulkan bahwa kitab ini khususnya pasal 7 tidak terdapat nubuat sehubungan dengan pengharapan akan seorang Mesias/penyelamat? Kalau melihat situasi yang mereka (Israel) alami, bukan tidak mungkin mereka sementara mengharapkan akan datangnya seorang pembebas/penyelamat. Juga kalau diperhatikan maksud dari kitab ini ditulis, maka pembebas atau penyelamat yang akan datang menurut penglihatan Daniel adalah seorang seperti Anak Manusia. Tokoh yang akan datang itu dikatakan akan menghancurkan semua kerajaan dunia. Hemat saya, pengharapan akan seorang Mesias menurut kesaksian kitab ini adalah bagaimana mereka menantikan raja dari kerajaan Yang Lanjut Usia itu, dimana raja kerajaan itu dilukiskan sebagai seorang seperti anak manusia. Jadi ide tentang akan datangnya seorang seperti anak manusia seiring dengan pengharapan akan seorang penyelamat dalam nubuat nubuat yang mendahuluinya. Barangkali yang perlu dipersoalkan disini adalah tokoh yang ada dalam penglihatan Daniel. Apakah memang tokoh ini adalah lambang daripada umat Allah, seperti yang dimaksud oleh penulis kitab ini. Satu hal yang dapat dikatakan pasti disini bahwa tokoh itu datang dari ‘luar’. Ia dikatakan bukan berasal dari dunia ini, ia adalah makhluk sorgawi. Dengan mengikuti pemahaman bahwa tokoh itu adalah umat Allah, maka konsekuensinya umat Allah itu datang atau berasal dari sorga dan dapat dikatakan bahwa umnat Allah adalah makhluk sorgawi. Lain halnya dengan karangan-karangan umat Yahudi yang hidup sesudah dari masa kitab ini. Mereka memahami penglihatan Daniel yang melihat seorang seperti anak manusia adalah seorang pribadi, atau lebih jelas menunjuk pada raja Mesias. Persoalan di atas belum terjawab, apakah tokoh yang aakan datang itu seorang pribadi ataukah menunjuk pada suatu kolektivitas? Bisakah dipahami persoalan ini seperti kita memahami tokoh hamba Tuhan dalam syair hamba Tuhan dalam Deutro Yesaya ? Sebuah refleksi Yesus adalah Anak Manusia. Demikianlah gelar yang diberikan kepada Yesus oleh penulis kitab Injil. Hal ini dapat dilihat mulai dari percakapan Yesus dengan para muridNya pada waktu berada di Kaisaria. Setelah memperingatkan mereka ia berkata “anak manusia” harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak. Dari dialog itu terjadilah perdebatan. Secara spontan Petrus membantah apa yang dikatakan oleh Yesusdengan mengatakan tidak mungkin, jangan sampai hal itu terjadi atas tuan. Tetapi diluar dugaan pula Petrus dikecam oleh Yesus : enyahlah iblis. Engkau tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, melainkan apa yang dipikirkan oleh manusia…………… Dalam pelayanan Yesus, ungkapan/gelar ini selalu dipakai oleh Yesus. Di satu pihak ungkapan tersebut Yesus pakai sebagai petunjuk terhadap kemuliaanNya, tetapi dipihak lain ungkapan itu dipakai untuk menunjuk penderitaanNya. “Anak manusia harus menanggung banyak penderitaan dan akan ditolak”. Ungkapan ini tidak akan ditemui dalam kesaksian PL, karena berita yang ada dalam PL hanya mengenai ‘Anak manusia’ yang penuh dengan kemuliaan. Lalu, mengapa Yesus oleh penulis Perjanjian Baru diberi gelar ini? Pertanyaan ini kiranya mendorong kita untuk lebih menggali lagi makna teksteks PL khususnya pesan dalam kitab Daniel pasal 7. Buku sumber : Anderson,B.W, Understanding The Old Testament, Prentice Hall, Inc, New Yersey,1966 Bakker, F.L, Sedjarah Keradjaan Allah I, BPK GM, Jakarta, 1982 Blommendaal J, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, BPK GM, Jakarta, 1982 Haag H, Kamus Alkitab, Nusa Indah, Flores, 1982 Montgomery J.A, A Critical and Commentary on Daniel, ICC, T&T Clark, Edinburg, 1927 Floger O, Theocracy and Eschatology, Basil Blackwell, Oxford, 1968 Porteuos N.W, Daniel, A Commentary, SCM Press, London, 1965 Richardson A, An Introduction To The Theology of New Testament, SCM, London, 1961 Sellin-Fohrer, Introduction of The Old Testament, Abingdon Press, New York, 1978 Alkitab : LAI TB, 2005 Revised StandarVersion, 1946 King James Version, 1611