Keperawatan Sistem respirasi 1 Pertemuan 5

advertisement
ANATOMI DAN FISIOLOGI
SISTEM RESPIRASI
LUKY DWIANTORO
Perkembangan sistem respirasi pada
masa intrauterine

Janin mulai menunjukkan gerak
pernapasan sejak usia sekitar 18 minggu.
Perkembangan struktur alveoli paru sendiri
baru sempurna pada usia 24-26 minggu.
surfaktan mulai diproduksi sejak minggu
ke-20, tetapi jumlah dan konsistensinya
sangat minimal dan baru adekuat untuk
survival ekstrauterin pada akhir trimester
ketiga.
 Aliran keluar-masuk yang terjadi pada
pernapasan janin intrauterin bukanlah
aliran udara, tetapi aliran cairan amnion.
Seluruh struktur saluran napas janin
sampai alveolus terendam dalam cairan
amnion tersebut


Minggu 24
Paru-paru mulai mengambil oksigen
meski bayi masih menerima oksigen
dari plasenta. Untuk persiapan hidup
di luar rahim, paru-paru bayi mulai
menghasilkan surfaktan yang
menjaga kantung udara tetap
mengembang.
 Minggu
25
Bayi cegukan, apakah anda
merasakannya? Ini tandanya ia
sedang latihan berhafas. Ia
menghirup dan mengeluarkan air
ketuban. Jika air ketuban yang
tertelan terlalul banyak, ia akan
cegukan. Beratnya 560 gram.

Minggu 27
Minggu pertama trisemester ketiga,
paru-paru, hati dan sistem kekebalan
masih harus dimatangkan. Namun
jika ia dilahirkan, memiliki peluang
85% untuk bertahan. Panjangnya
23cm dengan berat 900 gram.

Minggu 32
Jari tangan dan kaki telah tumbuh
sempurna, begitu pula dengan bula mata,
alis dan rambut di kepala bayi yang semakin
jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi
mulai rontok tetapi sebagian masih ada di
bahu dan punggung saat dilahirkan. Dengan
berat 1800 gram dan panjang 29 cm,
kemampuan bertahan hidup di luar rahim
sudah lebih baik apabila ia dilahirkan pada
minggu ini.

Minggu 33
Vernix yang menutupi kulit bayi
sudah cukup tebal. Paru-parunya
hampir matang dan ia terus berlatih
pernafasan setiap hari. Pada minggu
ini, ia mulai berada dalam posisi
kelahiran.
 Minggu
34
Bayi yang dilahirkan pada minggu ini,
paru-parunya sudah cukup matang.
ukuran rata-ratanya 2250 gram dan
32 cm sehingga ia sudah mampu
bertahan hidup tanpa bantuan
peralatan medis.

Minggu 37
Meskipun sudah cukup bulan, bayi masih
terus berkembang. Ia mulai menghasilkan
kortison, hormon yang membantu
kematangan paru-paru untung mengambil
udara tanpa bantuan.
PERUBAHAN ANATOMI DAN ADAPTASI
FISIOLOGIS PADA IBU HAMIL
PERUBAHAN SISTEM PERNAFASAN
 Ketidaknyamanan dan gangguan
memperberat penyakit saluran respirasi
 Perubahan mukosa saluran respirasi
Diafragma naik atau terjadi desakan
diafragma akibat dorongan rahim yang
membesar
 Pernafasan menjadi lebih pendek dan
dalam (frekuensi 14-15 x/menit) akibat
peningkatan penggunaan oksigen
 Peningkatan konsumsi oksigen
 Progesteron menyebabkan hiperventilasi
 Penurunan kadar CO2 menyebabkan
alkalosis

ADAPTASI /PERUBAHAN
FISIOLOGI PADA BBL

Selama dalam uterus, janin mendapatkan
oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran
gas harus melalui paru – paru.
a. Perkembangan paru-paru
 Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang
muncul dari pharynx yang bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk
struktur percabangan bronkus proses ini
terus berlanjut sampai sekitar usia 8
tahun, sampai jumlah bronkus dan
alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya
gerakan napas sepanjang trimester II dan
III.

Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL
sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan
sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada
rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1). Hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
2). Tekanan terhadap rongga dada, yang
terjadi karena kompresi paru - paru
selama persalinan, yang merangsang
masuknya udara ke dalam paru - paru
secara mekanis.
 Interaksi antara system pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur
dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
3). Penimbunan karbondioksida (CO2)
 Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat
dalam darah dan akan merangsang
pernafasan. Berurangnya O2 akan
mengurangi gerakan pernafasan janin,
tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan
pernapasan janin.
4). Perubahan suhu
 Keadaan dingin akan merangsang
pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk
bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi
berfungsi untuk :
1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2). Mengembangkan jaringan alveolus paruparu untuk pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus
terdapat survaktan (lemak lesitin
/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah
ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai
pada 20 minggu kehamilan, dan
jumlahnya meningkat sampai paru-paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan).
Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu
untuk menstabilkandinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir
pernapasan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan
alveoli kolaps setiap saat akhir
pernapasan, yang menyebabkan sulit
bernafas. Peningkatan kebutuhan ini
memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan glukosa. Berbagai
peningkatan ini menyebabkan stres pada
bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
 Bayi cukup bulan mempunyai cairan di
paru-parunya. Pada saat bayi melewati
jalan lahir selama persalinan, sekitar
sepertiga cairan ini diperas keluar dari
paru-paru.
 Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio
sesaria kehilangan keuntungan dari
kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka
waktu lebih lama.

Dengan beberapa kali tarikan napas yang
pertama udara memenuhi ruangan trakea
dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap
oleh pembuluh limfe dan darah.
Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan
fungsi kardiovaskuler
 Oksigenasi yang memadai merupakan faktor
yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat
hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi,
berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka
guna menerima oksigen yang berada dalam
alveoli, sehingga menyebabkan penurunan
oksigen jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia.

Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan akan membantu
menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin
menjadi sirkulasi luar rahim.
Perubahan sistem respirasi /
pernapasan yang terjadi Pada Lansia
A. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Sistem
Respirasi pada lansia
Pada usia lanjut terjadi perubahanperubahan anatomik yang mengenai
hampir seluruh susunan anatomik tubuh,
dan perubahan fungsi sel, jaringan atau
organ.
.
1. Perubahan Anatomik Sistem Respirasi
Menurut Stanley, 2006, perubahan anatomi
yang terjadi pada sistem respiratory akibat
penuaan sebagai berikut :
a. Paru-paru kecil dan kendur.
b. Hilangnya recoil elastic.
c. Pembesaran alveoli.
d. Penurunan kapasitas vital ; penurunan
PaO2 dan residu.
e. Pengerasan bronkus dengan peningkatan
resistensi.
f. Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang
iga pada kondisi pengembangan
g. Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan
kenaikan dasar paru.
h. Kelenjar mucus kurang produktif.
i.
Penurunan sensivitas sfingter
esophagus.
j. Penurunan sensivitas kemoreseptor
2. Perubahan-perubahan fisiologis Sistem
Respirasi
Proses penuaan menyebabkan beberapa
perubahanstructural dan fungsional pada
toraks dan paru – paru. Kita ketahui
bahwa tujuan pernapasan adalah untuk
pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara lingkungan eksternal dan darah.

Pada lansia ditemukan alveoli menjadi
kurang elastic dan lebih berserabut serta
berisi kapiler – kapiler yang kurang
berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan
menurun karena kapasitas difusi paru –
paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi
permintaan tubuh.

Daya pegas paru – paru berkurang,
sehingga secara normal menahan thoraks
sedikit pada posisi terkontraksi disertai
dengan penurunan kekuatan otot rangka
pada toraks dan diafragma. Karena
dinding toraks lebih kaku dan otot
pernapasan menjadi lemah, maka
menyebabkan kemampuan lansia untuk
batuk efektif menurun.

Dekalsifikasi iga dan peningkatan
klasifiaksi dari akrtilago kostal juga terjadi.
Membran mukosa lebih kering, sehingga
menghalangi pembuangan secret dan
menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi
pernapasan. (Maryam, 2008).

Sedangkan menurut Stokslager, 2003 perubahan
fisiologis pada sisitem pernapasan sebagian
berikut:
1. Pembesaran hidung akibat pertumbuhan
kartilago yang terus-menerus.
2. Atrofi umum tonsil.
3. Deviasi trakea akibat perubahan di tulang
belakang yang menua.
4. Peningkatan diameter dada anteropsterior
sebagai akibat perubahan metabolism kalsium
dan kartilago iga.

5. Kekakuan paru ; penurunan jumlah dan
ukuran alveolus.
6. Kifosis.
7. Degenerasi atau atrofi otot pernapasan
8. Penurunana kapasitas difusi
9. Penurunanan kekuatan otot inspirasi
dan ekspirasi; penurunan kapasitas vital
10. Degenerasi jaringan paru, yang
menyebabkan penurunan kemampuan
recoil elastic paru dan peningkatan
kapasitas residual.
11. Ventilasi buruk pada area basal (akibat
tertutupnya jalan napas ) yang
mengakibatkan penurunan area
permukaan untuk pertukaran gas dan
pertukaran tekanan oksigen.
12. Penurunan saturasi oksigen sebesar 5%
13. Penurunana cairan respiratorik sekitar
30%, peninggian risisko infeksi paru dan
sumbat mukus.
14. Toleransi rendah terhadap oksigen
b. Sistem respirasi. Pada penuaan terjadi
perubahan jaringan ikat paru. Kapasitas
parutetap, tetapi volume cadangan paru
bertambah. Volume tidal bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang rugi paru.
Udara yang mengalir ke paru berkurang.
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi
toraks mengakibatkan gerakan pernafasan
terganggu dan kemampuan perengangan
toraks berkurang. Umur tidak
berhubungan dengan perubahan otot
diafragma.
Apabila terjadi perubahan otot diafragma,
otot torak menjadi tidak seimbang dan
menyebabkan distorsi dinding toraks
selama respirasi berlangsung. Kalsifikasi
kartilago kosta mengakibatkan penurunan
mobilitas tulang rusuk sehingga ekspansi
rongga dada dan kapasitas ventilasi paru
menurun.

Perubahan Sistem Respirasi pada Penuaan
Perubahan Morfologis dan Struktur Thoraks
1. Kalsifikasi pada bronkus dan kartilago
costae
2. Peningkatan kekakuan sendi
kostovertebralis
3. Peningkatan diameter AP
4. Peningkatan kerja otot pernafasan,
penggunaan otot bantu pernafasan
Perubahan FungsionalTHORAKS
1. Peningkatan tahanan dinding dada
2. Penurunan keefektifan
3.
Penurunan volume tidal
4.
Peningkatan exercise induce
hyperpnea
5.
6.
7.
Penurunan ventilasi sadar maksimal
Penurunan kekuatan batuk
Peningkatan resiko aspirasi
Perubahan Morfologis dan Struktur PARU
1. Peningkatan ukuran duktus alveolus
2. Penurunan jaringan penyokong
3. Peningkatan ukuran alveolus
4. Peningkatan pemenuhan alveolus

Perubahan Fungsional PARU
1. Penurunan area pertukaran gas
2. Peningkatan ruang rugi fisiologis
3. Penurunan elastisitas regangan paru
4. Penurunan kapasitas vital paru
5. Penurunan volume cadangan inspirasi
6. Peningkatan volume cadangan ekspirasi
7. Peningkatan volume residu dan volume
residu fungsional.
8. Penurunan arus ventilasi paru
9. Penurunan distribusi ventilasi
10. Peningkatan penutupan aliran udara
bebas
11. Peningkatan desaturasi arterial
12. Peningkatan tahanan terhadap aliran
udara pada saluran udara yang kecil.
13. Pengurangan jaringan kapiler paru
14. Penurunan distribusi perfusi
15. Peningkatan hambatan kapasitas difusi
16. Peningkatan jaringan ikat pada tunika
intima kapiler
17. Penurunan ventilasi untuk perfusi yang
sebanding.
Download