PENERANGAN DAN KOMUNIKASI SOSIAL B A B XIX PENERANGAN DAN KOMUNIKASI SOSIAL 1. PENDAHULUAN Kebijaksanaan penerangan diarahkan untuk memperluas partisipasi masyarakat dalam membangun suatu stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, mengembangkan pertumbuhan Demokrasi Pancasila secara sehat, memperkuat kehidupan konstitusionil dan meningkatkan tegaknya hukum. Dalam hubungan ini kegiatan di bidang penerangan terutama ditujukan untuk: a. Memantapkan penghayatan dan pengamalan Pancasila. b. Memantapkan pembinaan kesatuan, persatuan dan jiwa bangsa. c. Menumbuhkan pengertian, kesadaran dan gairah membangun di kalangan masyarakat. d. Merangsang kreativitas masyarakat. e. Menunjang berhasilnya PEMILU 1977. f. Memantapkan stabilitas nasional yang dinamis. Oleh karena itu, maka sasaran penerangan dalam rangka pembangunan nasional adalah sebagai berikut: a. partisipasi rakyat dalam pembangunan nasional, dalam arti ikut sertanya rakyat mengambil bagian dan ikut memikul tanggung jawab dalam pelaksanaan pembangunan karena kesadaran bahwa pembangunan nasional menjadi tanggung jawabnya. b. terciptanya iklim dan kondisi sosial yang memungkinkan berlangsungnya pembangunan nasional. Iklim sosial yang dimaksud terutama dapat memberikan kepada masyarakat dan para warganya suatu perasaan aman 769 tenteram dan terlindungi dalam hukum, suatu perasaan adanya keadilan sosial, dan berkembangnya suatu kebebasan yang bertanggung jawab yang memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas masyarakat. Untuk mendukung kebijaksanaan pembangunan di bidang penerangan ini, telah dilakukan pengembangan sarana penerangan serta penyempurnaan sistim penerangan. Dalam tahun 1974/75 telah dilaksanakan peningkatan Program Pengembangan Operasi Penerangan, Program Pengembangan Sarana Radio, Televisi dan Film, Program Pembinaan dan Pengem bangan Pers, Program Pendidikan Penerangan dan Komunikasi, Program Penelitian Penerangan dan Komunikasi, Program Peningkatan Prasarana Fisik dan Effisiensi. 2. PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN HASIL YANG DICAPAI a. Pengembangan operasi penerangan Hasil-hasil penelitian oleh universitas-universitas telah membuktikan bahwa dialog antara pemerintah dan rakyat telah meningkat. Di desa-desa terpencil ternyata bahwa lurah adalah sumber informasi pertama tentang pembangunan. Lurah dengan dibantu oleh para pamong desa melalui anjang sana ke desa-desa, berusaha memperoleh pengertian dan partisipasi penduduk. Komunikasi sosial ini sangat menunjang kegiatan-kegiatan penerangan lainnya seperti mimbar-mimbar pertemuan, pameran keliling, pertunjukan dengan mempergunakan hiburan tradisionil rakyat dan lain-lain. Kegiatan operasi penerangan terutama ditujukan untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang transmigrasi, koperasi, BUUD dan KUD, BIMAS, INMAS, TASKA dan TABANAS, Keluarga Berencana, Penanggulangan Kenakalan Remaja dan Pembinaan Generasi Muda, serta kewaspadaan nasional terhadap usaha subversi dan rongrongan sisa-sisa G30S/PKI. Selain itu kegiatan operasi penerangan ditunjang oleh siaran pedesaan, siaran pertanian dan siaran pendidikan. 770 Untuk menunjang kegiatan penerangan operasionil ini dalam tahun 1974/75 telah dibuat film penerangan tentang pembangunan antara lain 38 nomor film Gelora Indonesia, 17 judul film berita (Siaran khusus), 12 judul film seri dokumenter termasuk 2 judul film berwarna, bahan penerangan berupa slides, foto, poster, pita suara, dan lain-lain. Kegiatan ini ditunjang pula oleh sarana operasi penerangan lainnya berupa mobil unit darat, mobil unit air, televisi umum, proyektorproyektor, kaset rekaman, alat-alat foto dan lain-lain. b. Pengembangan sarana radio, televisi dan film Kebijaksanaan di bidang pembinaan dan pengembangan sarana radio, televisi dan film ditujukan untuk meningkatkan mutu teknis, mutu penyajian dan perluasan jangkauan siaran radio dan televisi, serta penyempurnaan dan perluasan sarana film. Apabila kegiatan dalam tahun 1973/74 meliputi rehabilitasi dan penyempurnaan studio-studio RRI di Jakarta, Ujung Pandang, Yogyakarta, Medan, Jambi, Jayapura dan beberapa studio regional lainnya, maka dalam tahun 1974/75 kegiatan dilanjutkan dengan pembangunan pemancar-pemancar radio bergelombang menengah (medium wave) di Medan, Palembang, Pekanbaru, Tanjung Karang dan Semarang. Di samping itu dilanjutkan pula rehabilitasi dan pembangunan pemancarpemancar radio bergelombang pendek (short wave) di Cimanggis/Jakarta, Jambi, Yogyakarta, Pontianak, Jember. Khusus di wilayah Irian Jaya telah direhabilitir 7 pemancar radio di Jayapura, Merauke, Fak-fak, Biak, Manokwari, Nabire dan Serui. Dalam mengikut sertakan radio-radio siaran non RRI untuk menunjang pembangunan, maka dalam tahun 1974/75 telah diadakan penataran-penataran bagi para penanggung jawab siaran dan tehnik radio sebanyak 3 kali yang meliputi 140 orang. Jumlah radio siaran non RRI di seluruh Indonesia meliputi 385 radio non Pemerintah komersiil, 80 radio non Pemerintah non komersiil dan 78 radio Pemerintah Daerah. 771 511120 Dalam tahun 1973/74 kegiatan Televisi hanya mencapai jangkauan 72.100 km2 dengan jumlah siaran per tahun sekitar 4.780 jam. Luas jangkauan TVRI tersebut dalam tahun 1974/ 75 telah dapat diperluas menjadi 72.900 km2 dengan jumlah siaran 6.030 jam per tahun. Di bidang pengembangan acara siaran telah dilaksanakan pola acara siaran baru yang lebih menegaskan lagi peranan siaran televisi dalam rangka pembinaan bangsa dalam arti yang luas. Mengingat kepekaan pengaruh siaran televesi terhadap kehidupan rumah tangga/keluarga, maka siarannya selalu diteliti dan dinilai. Dengan demikian diusahakan agar isi maupun mutu siaran TV sesuai dengan kepentingan pembangunan nasional dan menserasikan antara kebutuhan masyarakat terhadap penerangan dan pendidikan, dan dilain pihak kebutuhan terhadap siaran hiburan. Pengembangan jaringan siaran televisi diselaraskan dengan tahap-tahap pembangunan nasional, dan dengan memperhatikan satuan-satuan wilayah pengembangan yang diperkirakan merupakan titik-titik strategis, baik dilihat dari sudut geografi, penyebaran penduduk, sosial ekonomi, sosial budaya maupun hankamnas. Sistim jaringan siaran televisi nasional diusahakan melingkupi seluruh Wawasan Nusantara dan dengan demikian menjadi salah satu unsur penting dalam ketahanan Nasional. Perkembangan kegiatan televisi tersebut dapat dilihat pada Tabel XIX — 1, XIX — 2, XIX — 3, X I X — 4 . TABEL XIX — 1 LUAS DAERAH DAN JUMLAH PENDUDUK DAERAH PANCARAN TV-RI 1972— 1974 1972 Luas daerah (Km2) Jumlah penduduk dalam daerah pancaran (juta) 772 36.500 37,5 1973 72.100 40,0 1974 72.900 40,5 TABEL XIX — 2 PERKEMBANGAN JUMLAH JAM SIARAN TV-RI MENURUT KLASIFIKASI, 1972 — 1974 Jenis Siaran 1972 1973 1974 Hiburan 930 2.610 3.020 Berita/Penerangan(Budaya) 800 1.700 2.410 Iklan 270 470 600 2.000 4.780 6.030 Jumla h TABEL XIX — 3 PERKEMBANGAN JUMLAH STUDIO DAN STASION PEMANCAR TV-RI, 1972 — 1974 1972 Jumlah studio Jumlah stasion Pemancar 1973 1974 4 6 6 10 22 23 TABEL XIX — 4 PERKIRAAN PERKEMBANGAN JUMLAH PESAWAT TELEVISI, 1972 — 1974 TAHUN Jumlah pesawat televisi 1972 220.000 1973 300.000 1974 360.000 773 Untuk melayani peningkatan volume sarana radio maupun televisi; maka Pusat Latihan/Pendidikan Radio dalam tahun 1974/75 telah melatih 30 orang dalam bidang siaran, tehnik pemancar, studio dan antena radio. Selanjutnya TV-RI dalam tahun yang sama telah menghasilkan 170 tenaga terdidik untuk bidang produksi, operasi studio, film TV dan pemancar. Di bidang perfilman, pembinaannya ditujukan agar film nasional menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan pembangunan di bidang film yang menuju suatu kegiatan industri. Untuk meningkatkan mutu film nasional telah dikembangkan kemampuan serta ketrampilan para karyawan dan artis film dengan menyediakan fasilitas pendidikan dan latihan. Jumlah produksi film nasional dan jumlah film yang diimpor diatur sedemikian rupa, sehingga tercapai persediaan film yang dapat memenuhi keperluan para penonton serta menguntungkan perkembangan film nasional. Produksi film nasional yang berjumlah 60 judul dalam tahun 1973 meningkat menjadi 77 judul dalam tahun 1974. c. Pembinaan dan pengembangan pers Bantuan pemerintah dalam pembinaan pers lebih dititikberatkan kepada peningkatan mutu pers, sarana, usaha dan produksinya. Pembinaan yang telah dilakukan adalah dalam bidang peningkatan pengetahuan pers dalam tata-laksana/keuangan/ permodalan, periklanan dan sirkulasinya. Dalam bidang periklanan telah dianjurkan agar supaya pers mencegah adanya persaingan yang tidak sehat di bidang tarif periklanan, mengingat bahwa periklanan merupakan salah satu sumber kelangsungan hidup penerbitan. Lokakarya yang telah diadakan bagi karyawan pers meliputi bidang jurnalistik, segi-segi management maupun segi-segi grafika. Kecuali berfungsi untuk meningkatkan kecakapan tehnis jurnalistik, lokakarya pers juga mementingkan pembinaan sikap mental karyawan pers yang sehat agar pers dapat memenuhi fungsinya untuk memberikan penerangan kepada masyarakat seluas dan seobjektif mungkin 774 di samping menyalurkan pendapat rakyat yang konstruktif, sebagaimana tercantum dalam GBHN. Hasil-hasil riset seperti penelitian mengenai "Audit Bureau of Circulation", periklanan, keagenan dan lingkungan hidup pers di daerah, diperlakukan oleh Pemerintah untuk menentukan kebijaksanaan lebih lanjut di masing-masing bidang yang bersangkutan. Di samping itu, dalam rangka pembinaan seperti tersebut di atas, oleh Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Pers telah diberikan gelar Perintis Pers kepada 11 orang tokoh pers terkemuka di Indonesia. Dalam usaha memperluas peredaran pers ke kota-kota kecil dan pedesaan, telah dimulai kegiatan "koran masuk desa" sebagai perintis. Dalam tahun 1974 telah diterbitkan mingguan "Tandang" di Jawa Barat yang kemudian disusul dengan penerbitan serupa di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adapun maksud perintisan tersebut adalah menghidupkan kebiasaan membaca di kalangan penduduk yang jauh dari kota, sehingga apabila kebiasaan ini telah tergugah maka untuk selanjutnya pers dapat memasuki desa. Masalah penyediaan bahan baku khususnya kertas koran untuk keperluan pers sampai sekarang masih sepenuhnya tergantung pada impor dari luar negeri, sehingga hal ini merupakan kerawanan bagi pers nasional. Dalam usaha mengatasi masalah tersebut telah disediakan fasilitas-fasilitas untuk memperlancar penyediaan dan penyaluran kertas koran, di samping memberikan keringanan bea masuk dan subsidi ongkos angkut/ potong bagi kertas koran untuk dipergunakan oleh pers di daerah. Dalam lapangan angkutan, pers nasional memperoleh keringanan dalam biaya ongkos kirim surat kabar melalui pengangkutan udara dan ongkos tilgram. Agar penerangan dapat mencapai penduduk di pelosokpelosok maka dalam tahun 1974/75 telah disediakan 234 penerbitan yang meliputi terbitan umum, terbitan khusus, dan lain sebagainya. 775 d. Pendidikan Penerangan dan Komunikasi Kegiatan pendidikan penerangan dan komunikasi meliputi penyelenggaraan pendidikan dan latihan untuk meningkatkan keahlian dan ketrampilan para juru penerangan dan petugaspetugas penerangan serta tenaga-tenaga tehnik di bidang radio, televisi, film, foto, grafika dan audio-visual. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan dilakukan melalui Pusat Pendidikan dan Latihan (PUSDIKLAT) Penerangan di Jakarta. PUSDIKLAT membawahi Akademi Penerangan, Sekolah Staf Pimpinan Administrasi (SESPA) Penerangan, Pendidikan Juru Penerangan, Pendidikan Kader Teknik Penerangan serta Pendidikan Pegawai Staf Departemen Penerangan (PPSD) di Bandung, Yogyakarta, Padang, Manado dan Ujung Pandang. Hasil-hasil pendidikan tersebut dapat ,dilihat pada Tabel XIX — 6. TABEL XIX — 5 PERKEMBANGAN JUMLAH PRODUKSI FILM NASIONAL, 1972 — 1974 Tahun Jumlah Produksi (judul) 1972 1973 1974 55 60 77 TABEL XIX — 6 JUMLAH PESERTA PENDIDIKAN/LATIHAN, 1972 — 1974 Jenis Pendidikan 1972 1973 1974 Akademi Penerangan PPSD Pendidikan Kader Teknik Pendidikan/Latihan Juru Pene rangan Sespa — Penerangan 140 348 100 116 250 50 178 250 250 80 80 850 35 Jum1ah 668 496 1.563 776 e. Penelitian Penerangan dan Komunikasi Kegiatan penelitian ditujukan untuk mengumpulkan data di bidang penerangan serta sarana penerangan melalui media massa, untuk menunjang perumusan kebijaksanaan penerangan dan pengembangan usaha-usahanya. Dalam tahun 1974/75 telah dilakukan penelitian di bidang penerangan rakyat, sikap masyarakat terhadap masalah-masalah nasional kebiasaan dan sikap pendengar radio dan penonton televisi, penonton film, oplah dan pola keagenan pers, serta situasi sarana teknik radio dan televisi dewasa ini. Semua penelitian ini merupakan bahan tambahan untuk menyusun kebijaksanaan penerangan yang lebih mantap. 777