Hidrolika
Perencanaan Hidrolis
Aliran dalam pipa riol berfluktuasi;
dipengaruhi pemakaian air bersih
Pemakaian puncak debit puncak (Qpb dan Qpk)
Pemakaian minimum debit minimum Qmin
Dimensi pipa riol, harus mampu mengalirkan air
buangan pada saat Qpb, dan tidak boleh penuh
Kedalaman air dalam pipa riol
Aliran air buangan dalam pipa gravitasi
tidak boleh dalam keadaan tertekan, tidak
poleh dalam keadaan penuh
Pada Qmax d:D = 2:3
Dalam pipa perlu ruang udara
mencegah kondisi anaerob
D<600mm : max 0,6
D>600mm : max 0,8
Untuk instalasi pemompaan, diperlukan
injeksi udara karena alirannya penuh
dengan persyaratan (td = 10 menit)
Q udara = 1 L/menit per mm diameter
pipa
Kecepatan Aliran
Kecepatan swa bersih (self velocity)
Kecepatan pada waktu debit maksimum, Qpb,
antara 0,6-0,75 m/dt atau lebih
Untuk daerah beriklim panas vpb > 0,9 m/det
Penetapan vpb harus dicek sewaktu kedalaman
berenang, db (swimming depth) dimana
kecepatan alirannya vb, harus masih dapat
menghanyutkan pasir dan grit (tidak mengendap)
Dianjurkan vb > 0,30 m/detik
Kedalamanan berenang, db :
Kedalaman air kritis terkecil yang masih
dapat memberenangkan tinja (di
Indonesia = 5 cm; eropa = 2 cm)
Pada Qmin dmin > db
Kriteria lain
Jika beban organiknya relatif kecil
Kecepatan rerata (6 jam pada Qpk) : vpk
> 0,45m/det
Jika pada jaringan riol mengandung air
limbah dengan kekerasan normal : vpk >
0,60 m/det
Kecepatan penggelolantoran berkala vg >
0,75 m/det
Kecepatan Maksimum
Mengandung pasir dan grit v maks =
2,0 m/det
Konsentrasi pasir/kricak kecil vmaks =
3,0 m/det
Kecepatan Penuh
Kecepatan penuh (m/det) dalam istilah
penyaluran air buangan artinya kecepatan
dalam keadaan pipa penuh, tetapi tanpa
tekanan.
Jika pipa dalam keadaan tekanan,
kecepatan disebut kecepatan bertekanan.
Dalam desain PAB tidak boleh ada terjadi
aliran penuh
Istilah kecepatan penuh hanya sebagai
media perhitungan saja
Notasi kecepatan penuh vfull
Pada konsidi v penuh terjadi Q penuh
Dari keadaan aliran penuh ini dapat di tentukan:
Diameter pipa = D (m)
Kemiringan lajur ipa (m/m)
Kedalaman air dalam pipa (d)
Perbandingan kedalaman dan diameter pipa d/D
perbandingan ini dipakai untuk mencari perbandingan
unsur-unsur lainnya misal Q/Qf; v/vf; n/nf; b/D
Penetapa vf dalam desain dapat memberikan ciri
kecepatan-kecepatan aktual dalam setiap d/D
Jenis Kecepatan Aliran
SWA BERSIH
Pada saat terjadi kedalaman brenang (db), kecepatan
berenang (vb) harus dapat membawa pasir yang ada
dalam aliran, vb > 0,3 m/s
Kecepatan penuh: vfsb (m/det)
Dapat diterapkan pada daerah dengan kemiringan
yang mencukupi
vfsb = 1,364 D0,5
vbsb = 0,33 m/det
Jenis Kecepatan Aliran
MODERAT
Pada saat terjadi kedalaman brenang (db),
kecepatan berenang (vb) harus kecepatan
moderat, vb > 0,25 m/s
Kecepatan penuh: vfm (m/det)
Dapat diterapkan pada daerah yang agak
landai
vfm = 1,03 D0,5
vbm = 0,25 m/det
Jenis Kecepatan Aliran
NON BERSIH
Pada saat terjadi kedalaman brenang (db),
kecepatan berenang (vb) terjadi kecepatan
non bersih, vb > 0,2 m/s
Kecepatan penuh: vfnb (m/det)
Dapat diterapkan pada daerah yang sangat
landai
vfnb = 0,82 D0,5
vbnb = 0,20 m/det
Ukuran Diameter pipa riol bentuk
Lingkaran
Pada awal perhitungan diameter ditetapkan d/D = 0,6
Q/Qfull (diagram S) = 0,56
Hitung Qfull, dimana Q = Qpb awal
Qfull/vfull (vfull tergantung jenis alirannya) A = ¼ π
D2
Aliran SWA BERSIH:
Qf= Qpbawal /0,56; vfsb=1,364 D0,5; A=¼ π D2
D = 1,23 (Qpbawal)0,4
MODERAT
NON BERSIH
: D = 1,373 (Qpbawal)0,4
: D = 1,504 (Qpbawal)0,4
Kecepatan puncak ruas awal pipa pada musim
hujan, vpb awal adalah:
d/D = 0,6; v/vf = 0,89 (grafik)
vpb awal = 0,89 x vfsb
= 0,89 x 1,364 x D 0,5
= 0,89 x 1,364 x (1,23 (Qpbawal)0,4)0,5
= 1.35 (Qpb awal)0,5
Pada ujung sebelah hilir suatu ruas (ak=akhir) lajur pipa
dengan diameter tertentu harus diperbesar diameternya.
Pada titik tersebut d/D = 0,8 kecepatannya lebih
besar dari kecepatan pada awal saluran.
d/D = 0,8;
v/vf = 1,02 vpb ak = 1,02 vf
Q/Qf = 0,87 Qpb ak = 0,87 Qf
Qf = 0,56 Qpb aw (d/D = 0,6)
Qpb ak = 0,87(0,56 Qpb aw)
Atau setelah Qpb ak, yaitu setelah
mendapatkan tambahan debit dari daerah
pelayanan beserta infiltrasinya
Δ Q = (Qpb ak – Qpb aw)
= (0,87/0,56-1) Qpb aw
Hubungan diameter awal (D1) dan diameter
akhir (D2)
d1/D1 = 0,6 Q1/Qf1 = 0,56 Qf1=Q1/0,56
d2/D1 = 0,8 Q2/Qf1 = 0,87 Qf1=Q2/0,87
Q2 =0,87/0,56 Q1
SWA BERSIH D2 = 1,1927 D1
Perhitungan hubungan D dengan Qpb ak :
Qf = Qpb ak/0,87
SWA BERSIH :
(Qpb ak/0,87)/(1,364 D0,5) = ¼ π D2
D = 1,03 (Qpb ak)0,4
Perhitungan vpb ak : akhir suatu ruas
salah satu lajur dengan diameter yang
sama
Vpb ak = 0,89x1,364x(1,03(Qpb ak)0,4)0,5
= 1.412 (Qpb ak)0,2
Kemiringan Pipa Riol
Ditentukan agar memperoleh kecepatan swa
bersih.
Perlu diketahui:
Fluktuasi debit
Kandungan benda padat
Kandungan sulfat
Untuk mendapatkan kecepatan swa bersih ada
dua hal yang perlu dipakai sebagai kontrol:
Kontrol sulfida Index Pameroy, Z=7500
Kontrol endapan gaya geser kritis σc > 0,15kg/m2
(0,33-0,38 kg/m2)
Kontrol Endapan
S = 0,0191 [σc/{(Rm/D)(Qpb)3/8}]16/13
Kontrol H2S
S = [(P/b)x3xEBOD/(Z(Qpb)1/3}]2
Dimana:
S
=
σc
=
Rm
=
Rf
=
Qpb
=
P
=
Z
=
EBOD =
T
=
BOD5
Kr
kemiringan pipa (m/m)
Gaya geser kritis (kg/m2)
jari-jari hidrolis saat debit min (m)
jari-jari hidrolis saat aliran penuh (m)
Debit max (puncak basah) (m3/det)
perimeter atau keliling basah saat debit max (m)
Pameroy index = 7500
BOD efektif atau ultimate = BOD5 (1,07)T-20
temperatur rerata air limbah dalam pipa riol selama 3 bulan musim
panas maksimum selama periode desain (oC)
= 0,04 x 106/kr
= volume air limbah/pengencer dalam riol (L/kapita/hari)
Kemiringan lajur pipa riol untuk kecepatan
swa bersih:
S = 11,81 n2 D-1/3
Dimana:
S = kemiringan pipa (m/m)
n = angka kekasaran manning
D= diameter pipa (m)
Pemilihan kemiringan pipa
Kemiringan
jalan (Sj)
Kemiringan pipa riol (Sp)
Keterangan
Sj < Sp minimum
yang diijinkan
Dipakai Sp minimum yang
diijinkan
V tidak swa bersih ; MH
awall, hb minimum lajur
sampai MH akhir hb maks
Perlu instalasi pompa dan
penggelontoran
Sp min < Sj < Sp
max yang diijinkan
1. Jika
Kemiringan medan ideal
V harus swa bersih
Sj > Sp max yang
diperpendek,
diijinkan
MH hulu diperdalam,hb< max; Jarak MH hulu-MH hilir =
Sp maks; MH hilir, hb minimum DMH
MH hulu hb min, Sj=Sp
atau
2. Jika MH hulu, hb > minimum,
Sp menjadi galian minimum
pada MH hilir, namun So >
min yang diijinkan
Peletakan Jalur Pipa Riol
Denah Peletakan Pipa (Plan Lay Out)
Pemasangan pipa bawah jalan, tidak boleh
mengganggu lalulintas sampai terhenti
pada jalan itu, demikian pula saat O/M
Peletakan harus lebih dekat sisi dengan
penyambung terbanyak
Alternatif lain peletakan pipa:
Jalan sangat sempit, dimana lebar jalan = lebar galian letak pipa
pada sumbu jalan/gang
Jalan lingkungan kota, (min 2 jajar kendaraan). Lahan tanah arah
melintang jalan datar letak pada sisi jalan dengan jumlah
sambungan terbesar
Jalan lingkungan kota, (min 2 jajar kendaraan). Lahan tanah arah
melintang jalan ada kemiringan letak pada sisi jalan dengan persil
yang tanahnya terendah
Jalan dua jalur, di tengah ada taman pembagi, arah melintang jalan
lahan tanahnya datar
1. ditengah-tengah lajur taman pembagi atau
2. ada dua lajut, masing-masing pada tepi jalan dekat lahan persil
perumahan/gedung, agar sambungan rumah tidak terlalu
panjang
Jalan dua jalur, di tengah ada taman pembagi, arah melintang jalan
lahan tanahnya ada kemiringan ada dua lajut, masing-masing pada
tepi jalan dekat lahan persil perumahan/gedung
Letak pipa dalam potongan memanjang:
Sp min < Sj < Sp maks
Sj > Sp max
MH awal : hb min
Sp = Sj
MH akhir : hb min
MH hulu agak diperdalam, hb min < hb < hb maks
Smax; jarak antar MH diperpendek
MH hilir = drop manhole, dimana pipa masukan dengan hb min,
sedangkan pipa keluaran agak diperdalam dengan hb min< hb< hb
max, dst
Sj< Sp min
MH awal : hb min
Sp min kecepatan mungkin tidak swa bersih, perlu penggelontor
(berkala/kontinyu)
MH akhir : hb max
Instalasi pompa, dimana aliran dinaikan kedalam pipa dengan hb min
dst