bab iii stabilitas keamanan di kawasan asia timur

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Perubahan politik dunia yang terjadi di era globalisasi, telah menghadirkan
suatu kompetisi antar bangsa. Kondisi tersebut cenderung mengarah pada
perebutan pengaruh yang cukup ketat, baik global, regional maupun nasional.
Perkembangan tersebut antara lain menyebabkan terjadinya perubahan pada
situasi keamanan dunia dengan munculnya isu-isu keamanan baru.1
Di masa lalu, isu keamanan tradisional cukup menonjol, yakni yang
berhubungan dengan geopolitik dan geostrategi, khususnya pengaruh kekuatan
blok barat dan blok timur. Pada masa itu, kekhawatiran dunia terutama ditujukan
pada masalah pengembangan kekuatan militer dan senjata strategis serta
hegemoni.
Dimasa sekarang isu keamanan tradisional pun masih dan cukup
mengemuka dan sangat penting untuk di perhatikan karena, Dalam tingkat
strategis, isu politik, ekonomi, dan tindakan ilegal lintas negara, memiliki
jangkauan wilayah nasional, regional, serta global, dan isu tersebut merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap keamanan nasional, regional, dan global. Isu
politik, ekonomi, dan keamanan memiliki keterkaitan yang sangat erat dan saling
mempengaruhi, selanjutnya isu tersebut akan
1
selalu menjadi perhatian
“Pertahanan Wikipedia Indonesia” dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Buku_Putih_Pertahanan. Diakses 15 Agustus 2006.
1
2
masyarakat internasional karena akan menyangkut pada kepentingan nasional
masing-masing negara. 2
Berakhirnya perang dingin belum menjamin bagi terwujudnya keamanan
dan perdamaian dunia. Konflik antar etnis/ras, terorisme, pencucian uang,
penyelundupan manusia, perdagangan ilegal, narkoba adalah ancaman non
tradisional, dan merupakan ancaman terhadap keamanan domestik, regional, dan
global. Sedangkan ancaman tradisional seperti senjata pemusnah masal, sengketa
antar negara, dan perlombaan senjata tetap merupakan isu laten. Ancaman
tradisional maupun ancaman non-tradisional tetap menimbulkan kekhawatiran
bagi masyarakat internasional karena merupakan bentuk ancaman terhadap
perdamaian dunia yang dapat berkembang menjadi ancaman berskala besar.
Isu keamanan pada dekade terakhir ini makin kompleks dengan
meningkatnya aktivitas terorisme, perampokan dan pembajakan, penyeludupan,
imigrasi gelap, penangkapan ikan secara ilegal, dan kejahatan lintas negara
lainnya. Bentuk-bentuk kejahatan tersebut makin kompleks karena dikendalikan
oleh aktor-aktor dengan jaringan lintas negara yang sangat rapi, serta memiliki
kemampuan teknologi dan dukungan finansial.
Kecenderungan keamanan dunia diwarnai oleh isu keamanan nontradisional yang semakin marak,seperti terorisme, narkoba,disamping isu
keamanan tradisional, yang diantaranya isu tentang Nuklir dan senjata pemusnah
masal, yang belum dapat diabaikan sama sekali. Kompleksitas keamanan global
semakin bertambah dengan adanya upaya mengembangkan dan mempertahankan
2
Konteks Strategis, Bab III Buku Putih Departemen Pertahanan RI., “Konteks strategis
global, regional, peran negara-negara besar, isu perbatasan antar negara dan nasional”. dalam
http://www.dephan.go.id/buku_putih/bab_iii.htm. Diakses 20 Juli 2006.
2
3
hegemoni melalui penguatan aliansi, pengembangan kemampuan militer,
keunggulan teknologi, maupun dengan mempertahankan keunggulan ekonomi.
Globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi telah
menghadirkan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat dunia. Akses
informasi semakin mudah dan cepat, dapat mencapai tempat lain tanpa
memandang jarak dan batas negara. Batas suatu negara seakan-akan menjadi
kabur dan seolah-olah menghadirkan dunia tanpa batas. Hakekat kedaulatan
negara mendapat tantangan karena kewenangan negara berkurang jangkauannya
dalam aspek tertentu. Seperti menghadapi arus informasi, negara tidak dapat
sepenuhnya mengatur arus informasi, walaupun informasi tersebut dapat
mempengaruhi perilaku warga negaranya.
Pada lingkup regional, perkembangan dan kecenderungan global
merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dinamika keamanan
kawasan regional. Kecenderungan yang muncul di kawasan adalah terjadinya
pergeseran pada masalah keamanan regional, antara lain adanya konflik yang
menyangkut klaim teritorial, jalur komunikasi laut dan jalur perdagangan melalui
laut. Isu-isu keamanan non-tradisional yang terjadi pada ruang lingkup global,
juga menjadi isu utama kawasan regional. Interaksi dan dinamika hubungan
negara-negara besar dunia seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Rusia dan Uni
Eropa, akan menjadi faktor yang berpengaruh dalam peta keamanan di Asia
Pasifik.
3
4
Kawasan Asia Timur merupakan suatu kawasan yang menjadi pusat
penting dalam percaturan politik, ekonomi, dan keamanan internasional. Kawasan
ini juga merupakan ajang pertemuan peradaban barat dan timur yang akan
berpengaruh bagi stabilitas keamanan dan tatanan politik regional dan global.
Strategi dan ukuran militer Asia Timur yaitu dengan memandang
hubungan antara tiga atau lebih kekuatan militer utama dari kawasan ini. Yaitu
kekuatan Amerika Serikat, Cina, Jepang, Rusia dan Korea Utara.. Kekuatan ini
dilihat dari suatu hubungan jaringan yang kompleks antara kekuatan utama
dengan kekuatan negara-negara lain di Asia Timur dan implikasinya terhadap
regional balance of power (kekuatan yang seimbang) di kawasan ini. Dimana
basis keamanan Asia Timur berputar mengelilingi aktor-aktor utama, dan setiap
perkembangannya terutama mengenai stabilitas keamanan sangat tergantung pada
jaringan itu.3
Pada periode 1990-an yang ditandai dengan hancurnya Uni soviet berarti
hancur pula struktur perimbangan kekuatan bipolar. Ketidakmampuan Rusia
memainkan peranan penting di Asia Timur sehingga dapat diartikan Asia Timur
telah jatuh ke tangan Amerika Serikat. Akan tetapi berakhirnya perang dingin,
ditandai oleh berkurangnya kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan Asia
Timur, yang pada akhirnya menimbulkan ketidak pastian dan kekhawatiran akan
peningkatan proyeksi kekuatan regional yang berpotensi menjadikan kawasan
Asia Timur menjadi wilayah rivalitas pengaruh dan kepentingan dari negaranegara besar Asia Timur lainnya seperti RRC, Jepang dan Korea Selatan.4
3
Alwi Shihab, “Diplomasi RI Memasuki Abad Ke-21 Perkembangan Dunia dan
Kebijaksanaan Luar Negeri” ( Jakarta : 2000) dalam http://www.deplu.go.id.
4
Bintarto Bandoro, “Isu Keamanan di Asia Pasifik” : Rekomendasi untuk ASEAN dan
Indonesia, dalam Analisis CSIS, Tahun XXII No. 4, Jakarta, 1993. hlm. 297.
4
5
Perimbangan kekuatan militer di kawasan Asia Timur memang dilihat
sebagai isu yang sangat sensitif oleh pihak manapun yang berkepentingan di
wilayah ini. Runtuhnya Uni Soviet diikuti dengan perubahan drastis atas struktur
kekuatan dunia, yang semula bipolar berubah menjadi multipolar serta
memunculkan Amerika Serikat menjadi satu-satunya kekuatan adidaya. Meskipun
dunia didominasi oleh kekuatan Amerika Serikat, namun Rusia, Uni Eropa, Cina,
dan Jepang merupakan negara besar yang mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi masyarakat internasional. Dengan kekuatan politik, ekonomi, dan
militer yang dimilikinya, negara-negara tersebut di atas tidak dapat diabaikan dan
mempunyai kemampuan yang signifikan dalam menentukan keamanan kawasan
dan perdamaian dunia.5
Penarikan kekuatan militer Amerika Serikat dari Filipina dan Jepang
menyebabkan perimbangan kekuatan di kawasan Asia Timur mengalami
perubahan, hal ini dimanfaatkan oleh negara-negara super power dalam scope
regional untuk meningkatkan peran mereka di kawasan ini.
Penarikan tersebut menciptakan power vacuum di kawasan Asia Timur
yang menyebabkan aktor-aktor negara seperti Cina, Jepang dan India berlombalomba untuk mengisi kekosongan tersebut.6 Upaya yang dilakukan ketiga negara
ini, terutama Cina dan Jepang adalah peningkatan proyeksi kekuatan militer yang
dapat dilihat dari beberapa indikator berikut : anggaran belanja militer yang terus
5
Konteks Strategis Bab III, Buku Putih Dephan RI., “Konteks strategis global, regional,
peran negara-negara besar, isu perbatasan antar negara dan nasional”. dalam
http://www.dephan.go.id/buku_putih/bab_iii.htm.
6
Rizal Sukma, “Security and Arrangement in the Southeast Asia Pasific : A Challenge for
Asean in Post Cold War Era”, dalam The Indonesian Quarterly, Vol XX No.3, CSIS. Jakarta 1992.
hlm 274
5
6
meningkat, impor senjata konvensional yang meningkat, dan modernisasi
angkatan bersenjata.7
Asia merupakan pembeli persenjataan dalam jumlah yang sangat besar.
Dari total kontrak pembelian senjata AS pada tahun 1998, yaitu senilai 4,6 milyar
dollar.8 Bahkan negara-negara di Asia diperkirakan akan menghabiskan dana
sebesar 70 milyar dollar AS untuk membeli peralatan pertahanan dari 2003
sampai 2006.9
Ruang lingkup Asia Timur meliputi negara-negara yang berada di kawasan
Asia Timur Laut yang terdiri dari negara Jepang, Cina, Taiwan, Korea Selatan dan
Korea Utara serta Mongolia. Ditambah dengan sebelas negara yang berada di Asia
Tenggara, yakni Singapura, Malaysia, Vietnam, Philiphina, Indonesia, Brunei
Darussalam, Thailand, Laos, Myanmar, Kamboja dan Timor Leste.
Di Asia Tenggara, upaya modernisasi peralatan militer telah marak
dilakukan sejumlah negara-negara di Asia Tenggara selama kurun waktu 1 (satu)
tahun terakhir. Lima negara yang kaya akan sumber daya meningkatkan
kemampuan angkatan perangnya, Malaysia, Indonesia, Singapura dan Thailand.
Sedangkan negara lainnya seperti Filipina dan Brunei yang kekuatan
persenjataanya tidak begitu mencolok, namun mereka memiliki negara-negara
besar dan kuat yang melindunginya, seperti Amerika Serikat dan Inggris. Upaya
tersebut untuk melindungi wilayah teritorialnya agar tidak diintervensi oleh
negara lain. Apalagi sejumlah peralatan militer negara-negara tersebut sampai
7
Oman Heryaman, “Studi Analisis Perbandingan Dinamika Persenjataan, dan Peran
Perkaitan Faktor-faktor Domestik dengan Perubahan Strategis Lingkungan Internasional dari
Era Ke Pasca Perang Dingin (1975-1990) dan (1991-2000)”, (Jakarta: Tesis Magister HI Program
Pasca Sarjana Universitas Jayabaya), Hlm 220-221.
8
http://www.aviationnow.com%2Favnow%2Fnews%2Fchannel_awst_story.jsp%3Fview%3D
story%26id%3Dnews%2F1999sb06.xml. Diakses 6 September 2006.
9
Mahatir Mohammad, “Asia Tingkatkan Anggaran Militer”, Pikiran Rakyat 1 Oktober 2003.
dalam http://pikiran-rakyat.com/cetak/1002/05/0801.htm
6
7
pertengahan tahun 1990-an lalu, kebanyakan masih terdiri dari teknologi yang
sudah ketinggalan jaman.10
Tahun 2003 merupakan masa kebangkitan militer Asia Tenggara untuk
mengejar ketertinggalannya. Walaupun dengan dana yang kurang memadai,
negara-negara di Asia Tenggara memaksakan diri untuk membeli peralatan baru,
walau jumlahnya belum mencukupi. Namun konsekuensinya jika mereka tidak
ikut andil dalam memperbaharui persenjataan mereka, jelas mereka akan semakin
tertinggal dari negara-negara di Asia Timur apalagi di Asia Pasifik.
Jepang ditafsirkan akan menjadi sosok negara militer yang cukup kuat.
Selain itu juga karena Jepang memiliki kelompok “Chauvinist” yang lebih dikenal
sebagai kaum “Ultra-Nasionalis” serta pemikiran jiwa “Bushido” dan sementara
kehilangan payung pertahanan Amerika Serikat. Faktor-faktor yang disebutkan
diatas dimaksudkan untuk menimbulkan alasan yang kuat untuk membenahi
kemampuan “Self Defence Forces” (SDF)
Dalam merumuskan kebijakan pertahanannya, Jepang mendasari pada
perkembangan lingkungan strategis serta persepsi ancaman pembangunan
kemampuan pertahanan berpedoman pada “National Defense Program Outline”
(NDPO) yang penjabarannya dituangkan melalui program pembangunan lima
tahunan yang disebut Mid-Term Defense Program (MTDP). NDPO pertama yang
disusun tahun 1976 digunakan pada tahun 1995 dan NDPO versi pertama ini
sangat memprioritaskan pada persiapan ancaman dalam skala besar terutama yang
datang dari Uni Soviet. Dengan berbagai perubahan mendasar situasi keamanan
dunia yang dinilai cenderung ke arah ketidakpastian, Jepang berupaya menyikapi
10
Chappy Hakim, “Masa Modernisasi Peralatan Militer”, Pikiran Rakyat, 5 Oktober 2003.
dalam http://pikiran-rakyat.com/cetak/1002/05/0102.htm.
7
8
dengan lebih aktif memainkan peran dalam setiap upaya perdamaian dan
keamanan. Dalam kaitan dengan ambisi untuk lebih berperan tersebut, Jepang
memandang perlu untuk mendefinisikan kembali peran yang harus dilakukan oleh
SDF. Dengan mengadopsi NDPO versi 1976, pada tahun 1996 disusun “NDPO in
and after FY 1996”. Sesuai yang digariskan NDPO, kemampuan pertahanan yang
dimiliki SDF harus ditinjau kembali melalui restrukturisasi baik dalam skala
maupun fungsi dengan suatu presmis bahwa keamanan Jepang serta kebijakan
dasar pertahanan tetap dipertahankan. Garis besar strategi pembangunan kekuatan
SDF yang dilaksanakan meliputi: perampingan organisasi, peningkatan fungsifungsi yang diperlukan dan peningkatan kualitatif agar didapat kemampuan reaksi
cepat dalam merespons setiap bentuk ancaman serta peningkatan fleksibilitas.
Perubahan situasi internasional termasuk diantaranya percobaan rudal oleh
Korea Utara dan kegiatan riset angkatan laut Cina di sekitar teritorial Jepang telah
mendorong peerintah untuk kembali merevisi NDPO. Kementrian Pertahanan
Jepang (Japan Defense Agency) mengumumkan rencana revisi terhadap NDPO
tersebut pada tanggal 3 september 2001, latar belakang perlunya merevisi kembali
NDPO antara lain adalah percobaan peluru kendali yang melewati teritorial
Jepang pada tahun 1998 oleh Korea Utara, selain itu pula beberapa kapal matamata negara tersebut telah melakukan penyusupan ke daerah perairan Jepang.
Untuk memperkuat kekuatan militernya Jepang sudah terlibat dalam
operasi maritim sejauh lebih dari 1000 mil laut, yang ke arah selatan hampir
mencapai Filipina. Dalam syarat regional, Jepang telah memiliki sebuah kekuatan
laut yang besar dan sangat modern, termasuk 100 pesawat tempur maritim, 64
pesawat tempur utama untuk permukaan (6 pemusnah dan 58 pesawat frigate),
8
9
dan 14 kapal selam. Ia berada dalam proses pembangunan berbagai kelas
pemusnah Yukikaze yang diperlengkapi dengan sistem Aegis; ia sedang
memodernisasi armada kapal selamnya; ia sedang merencanakan untuk
mendapatkan pesawat terbang tanker untuk memperluas jajaran pencakupan
udaranya.
Jepang, masih di nilai patut mendapat kekhawatiran oleh negara-negara
lain terutama oleh negara-negara Asia Timur dikaitkan dengan sejarah Perang
Dunia II, kini orang bisa melihat arah baru mengenai peningkatan kemampuan
militernya. Meski kekuatan yang disebut Angkatan Bela Diri ini semula
dikembangkan dalam koordinasi dengan kekuatan AS, dalam perkembangannya
kemudian dengan pernyataan untuk melindungi jalur pelayaran untuk pasokan
dalam negeri Jepang telah berhasil mengembangkan kekuatan militer yang lebih
dari cukup, bahkan dalam dekade lalu saja sudah berkapasitas lebih dari sekedar
untuk defensif, misalnya dengan kapal perusak berpeluru kendali jenis Aegis.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji penelitian
dengan judul :
“PENGARUH PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANG DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP STABILITAS KEAMANAN REGIONAL DI
KAWASAN ASIA TIMUR”.
9
10
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis kemukakan identifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang melatar belakangi Jepang melakukan peningkatan kekuatan
angkatan bela dirinya?
2. Sejauh
mana
Jepang
melakukan
program
restrukturisasi
dalam
pengeluaran belanja militer dan akuisis persenjataan ?
3. Bagaimana implikasi peningkatan kekuatan militer angkatan bersenjata
bela diri Jepang terhadap keamanan regional di kawasan Asia Timur serta
bagaimana
respon
negara-negara
Asia
Timur
terhadap
program
restrukturisasi peningkatan kekuatan militer angkatan bela diri Jepang?
1.
Pembatasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan yang dikemukakan diatas, maka penulis
mencoba untuk membatasi masalah pada proses restrukturisasi militer angkatan
bersenjata bela diri Jepang dan implikasinya terhadap stabilitas keamanan regional
di kawasan Asia Timur tahun 2001 – 2005.
2.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah ini diajukan untuk memudahkan penganalisassi yang
berdasarkan pada identifikasi masalah, maka penulis akan mencoba mengamati
dan merumuskan permsalahan dalam bentuk research problem sebagai berikut :
“ Sejauh mana Pengaruh Peningkatan Kekuatan Militer Angkatan Bela Diri
Jepang Dan Implikasinya Terhadap Stabilitas Keamanan Regional di
Kawasan Asia Timur?“
10
11
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui latar belakang restrukturisasi kekuatan militer angkatan
bersenjata bela diri Jepang
2. Untuk mengetahui sejauhmana implikasi peningkatan kekuatan militer
angkatan bersenjata bela diri Jepang terhadap stabilitas keamanan regional
di kawasan Asia Timur
3. Untuk mengetahui sejauhmana korelasi aksi dan reaksi yang diakibatkan
oleh program restrukturisasi kekuatan militer angkatan bersenjata bela diri
Jepang di kawasan Asia Timur
2. Kegunaan Penelitian
1. Memberikan gambaran bagi penulis sejauhmana program restrukturisasi
kekuatan militer angkatan bersenjata bela diri Jepang dan implikasinya
terhadap stabilitas keamanan regional di kawasan Asia Timur
2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan kepustakaan
atau sumber referensi ilmiah bagi rekan-rekan mahasiswa yang berminat
mempelajari tentang program restrukturisasi peningkatan kekuatan militer
angkatan bersenjata bela diri Jepang dan implikasinya terhadap stabilitas
keamanan regional di kawasan Asia Timur
3. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana strata
satu (S-1) pada Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.
11
12
D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis
1. Kerangka Teoritis
Sebagai panduan dalam melakukan penelitian, penulis mengacu pada
beberapa teori dan konsep dari para ahli Hubungan Internasional khususnya
bidang kajian hubungan internasional kawasan dan politik internasional. Adapun
definisi Hubungan Internasional yang dikemukakan oleh K.J. Holsti adalah
sebagai berikut:
Istilah Hubungan Internasional akan berkaitan dengan segala bentuk
interaksi diantara masyarakat, negara-negara baik yang dilakukan oleh
pemerintah, ataupun warga negara. Pengkajian Hubungan Internasional
termasuk pengkajian terhadap politik luar negeri dan meliputi segala
hubungan diantara berbagai negara.11
Akan tetapi ruang lingkup hubungan internasional tidak hanya terjadi
antara satu negara dengan negara lainnya dalam bidang diplomasi atau hubungan
negara yang formal akan tetapi terjadi hubungan sosial antar masyarakatnya.
Hubungan internasional adalah sebagai fenomena sosial. Hubungan adalah
menyangkut semua bentuk hubungan atau interaksi dalam kehidupan sosial umat
manusia yang melintasi batas-batas negara.
Studi tentang Hubungan Internasional banyak diartikan sebagai suatu studi
tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara. The Dictionary of
World Politics mengartikan Hubungan Internasional sebagai: “Suatu istilah
yang digunakan untuk melihat seluruh interaksi antara aktor-aktor negara
dengan melewati batas-batas negara”.12
Hubungan internasional dapat dilihat dari berkurangnya peranan negara
sebagai aktor dalam politik dunia dan meningkatnya peranan aktor-aktor non11
K.J. Holsti, Politik Internasional Suatu Pengantar Analisis (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya,1986), Hlm. 26.
12
Graham Evans dan Jeffney Newham, The Dictionary of World Politcs : A Reference Guide
to Concepts, Ideas, and Institutions (Hasvester:Wheatsheft. 1990) Hlm. 194.
12
13
negara. Batas-batas yang memisahkan negara semakin tidak relevan, bagi
beberapa aktor non negara bahkan batas-batas geografis tidak dihiraukan. 13
Hubungan Internasional berkaitan dengan politik, sosial, ekonomi, budaya
dan interaksi lainnya diantara aktor-aktor negara dan non-negara. Hubungan
internasional juga mengkaji tentang politik internasional walaupun istilah-istilah
seperti Hubungan Internasional, politik dunia (world politics) dan politik
internasional memiliki arti yang sama (sinonim).
Suwardi
Wiriatmadja
memberikan definisi
mengenai
hubungan
internasional, sebagai berikut :
Hubungan Internasional adalah lebih sesuai untuk
mencakup segala macam hubungan antar bangsa dan
kelompok bangsa-bangsa dalam masyarakat dunia dan
kekuatan, tekana-tekanan proses yang menentukan cara
hidup, cara bertindak dan cara berfikir dari manusia.14
Berakhirnya era perang dingin di abad ke-20 ditandai dengan hilangnya
batasan-batasan antara Blok Barat dengan Blok Timur secara perlahan-lahan.
Dominasi blok barat atas sejumlah wilayah blok timur yang telah kehilangan
kemampuan, kekuatan dan kekuasaan menjadikan arus sosial budaya, politik dan
ekonomi Blok Barat mengalir dengan lajunya merasuki sendir kehidupan di
negara Timur yang bertujuan untuk menyebarluaskan “Western Style”.
Sedikit demi sedikit, tersebarlah arus informasi baik berupa teknologi,
ilmu pengetahuan, masalah sosial, budaya, kesehatan atau ekonomi tidak
terkecuali juga politik yang banyak memberikan warna baru bagi negara-negara
dunia ke-3 yang sebagian besarnya adalah negara-negara yang sedang
berkembang. Timbullah suatu fenomena baru di kalangan dunia internasional,
13
Anak Agung Banyu Perwita. Pengantar Hubungan Internasional. 2005. Hal 4.
Suwardi Wiriatmadja, Pengantar Hubungan Internasional (Surabaya:Tinta Mas,1970),
Hlm. 39.
14
13
14
baik itu negara yang sedang berkembang maupun negara yang sudah maju.
Terlebih lagi saat ini, dimana arus globalisasi begitu deras dan kencang, sehingga
batas-batas negara dalam bidang perdagangan, ekonomi, sosial dan budaya
bahkan politik menjadi semakin tipis atau bahkan hilang sama sekali.
Suatu negara akan berinteraksi dengan negara lain dalam mempertahankan
eksistensinya dalam lingkungan internasional. Sedangkan bentuk interaksi dari
hbungan yang dilaksanakan telah ditetapkan oleh masing-masing negara di dalam
kebijaksanaan politik luar negerinya. Hal ini dapat dilihat dan dipertegas oleh
Mochtar Kusumaatmadja sebagai berikut: “Politik luar negeri pada
hakikatnya alat suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya.
Kebijaksanaan luar negeri merupakan aspek cita-cita suatu bangsa dan oleh
karenanya politik luar negeri merupakan aspek dari strategi nasional
beserta sasaran jangka pendek dan jangka panjang”.15
Dari paparan diatas, jelaslah bahwa didunia ini tak ada satupun yang
berdiri sendiri tanpa bantuan dari negara lain. Suatu negara akan berinteraksi
dengan negara lain dalam mempertahankan eksistensinya di dalam pergaulan
internasional. Sedangkan bentuk interaksi dari hubungan yang telah dilaksanakan
telah ditetapkan oleh masing-masing negara didalam kebijaksanaan politik luar
negerinya. Hal ini merupakan penjelmaan dari kepentingan nasional yang hendak
dicapai.
Suatu negara memiliki gaya karakteristik tertentu, namun tidak berarti
menjamin akan selalu bertindak dalam bentuk yang diramalkan. Faktor
situasional yang terpaut dengan permasalahan spesifik barangkali akan
selalu serupa, tetapi tidak berarti akan sepenuhnya sama. Meskipun
demikian, dalam arena diplomatik, bilamana variabel di lingkungan
internasional tidak berada dalam pengendalian ilmu pengetahuan, maka
tidak ada pedoman bagi aksi dan reaksi yang harus diperhatikan.
15
Mochtar Kusumaatmadja, Politik Luar Negeri dan Pelaksanaan Dewasa Ini, 1983. Hlm
152.
14
15
Fenomena Balancing of power merasuki politik internasional dan menjadi
bentuk utama dalam power struggle. Hal ini merupakan pengaruh langsung atau
diakibatkan oleh sistem kenegaraan yang menganggap setiap negara memiliki
kemerdekaan dan kedaulatan serta bebas untuk bergabung atau menolak menyatu
dalam aliansi atau blok yang dipacu atas dalil untuk memaksimalkan
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta kepentingan nasionalnya.
Balance of power bukan merupakan cerminan dari konsep kepentingan
umum yang abstrak seperti perdamaian, karena perdamaian dapat atau juga tidak
dapat memenuhi kepentingan nasional sebuah negara secara tunggal, tetapi
tergantung pada faktor waktu, tempat dan situasi.
Balance of power tidak memiliki pranata yang memadu pelaksanaannya,
sehingga seluruh negara yang terpaut dalam perimbangan biasanya ditandai
dengan perubahan atau pergantian anggota didalam aliansi atau blok, ikatan
aliansi yang relatf tidak lama, serta memiliki tujuan yang terbatas.
Menurut Jack C. Plano dan Roy Olton, bahwa :
Balance of power merupakan sebuah konsep yang menggambarkan
bagaimana negara mengurus masalah-masalah yang berkaitan dengan
keamanan nasional dalam konteks perubahan aliansi dan blok. Sistem
perimbangan ini menggejala pada saat negara revisionist mengancam
kelangsungan hidup negara status quo. Konsep bahwa Balance of Power
dalam Hubungan Internasional dapat diungkapkan dalam bentuk
terminologi kesetaraan power, artinya masing-masing negara yang
memiliki kekuatan serta yang berada dalam situasi equilibrium, atau
salah satu negara dalam konteks ini memiliki power (sementara) yang
lebih besar daripada negara lainnya. Karena setiap negara memiliki
kedaulatan dan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan
nasionalnya, maka balance of power biasanya berlangsung dalam suatu
kondisi yang senantiasa berubah-ubah. Sebuah negara, barangkali secara
sadar menetapkan kebijaksanaan luar negeri balance of power.16
16
Jack. C. Plano dan Roy Olton, kamus Hubungan Internasional (Terjemahan Wawan
Juanda), (Bandung :Putra A. bardin, 1999), hlm. 271.
15
16
Bagi para penempuh studi Hubungan Internasional tradisional, tujuan
aktor negara dan power merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan
kata lain, tujuan setiap aktor (negara) adalah power. Dalam studi disiplin
Hubungan Internasional, power adalah salah satu konsep yang paling sering
digunakan sekaligus pula menjadi andalan satu konsep yang paling kontroversial
dan sulit untuk didefinisikan.
Selain itu juga, power merupakan salah satu faktor utama dalam
Hubungan Internasional. Menurutnya kelompok-kelompok masyarakat (negara)
dalam suatu sistem internasional akan melakukan apa yang mereka kuasai secara
fisik lebih daripada apa yang seharusnya mereka lakukan secara moral. Namun
demikian, power bukanlah sesuatu yang bersifat destruktif, liar dan statis. Power
merupakan perpaduan antara pengaruh persuasif dan kekuatan koersif. Power juga
dapat diartikan sebagai fungsi dari jumlah penduduk, teritorial, kapabilitas
ekonomi, kekuatan militer, stabilitas politik dan kepiawaian diplomasi
internasional. Oleh karena itu, national power suatu negara tidak saja mencakup
kekuatan militer belaka melainkan pula tingkat teknologi yang diakuasainya,
sumber daya alam, bentuk pemerintahan dan kepemimpinan politik dan ideologi.
Power dapat juga dimaknai sebagai kemampuan untuk menggerakkan orang lain
dengan ancaman atau perampasan hak-hak sedangkan pengaruh berarti
kemampuan untuk hal-hal yang sama melalui janji-janji ataupun pemberian
keuntungan (konsesi). Dengan kata lain, power merupakan kemampuan untuk
memperoleh apa yang diinginkan untuk mencapai output politik luar negeri
melalui kontrol terhadap lingkungan eksternal yang berubah.
16
17
Power disini menyangkut kekuasaan juga kekuatan. Dimana kekuasaan
menurut Miriam Budiardjo adalah: “Kemampuan seseorang atau sekelompok
manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain
sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu sesuai dengan keinginan dan
tujuan dari orang yang memiliki kekuasaan itu”.17
Kepentingan nasional berkaitan dengan politik luar negeri karena
mencerminkan perwujudan tujuan nasional seperti yang dijelaskan oleh K.J.
Holsti sebagai berikut : “Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
negara lain untuk mempengaruhi orientasi, melaksanakan peranan dan
untuk mencapai dan mempertahankan tujuan tersebut”.18
Kepentingan nasional juga dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental
dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu
negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. Kepentingan nasional suatu
negara secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk kebutuhan negara
yang paling vital, seperti pertahanan, keamanan, militer dan kesejahteraan
ekonomi.
Tujuan nasional, ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan yang digariskan
dalam
setiap
anggaran
dasar
pembangunan.
Sehingga
dengan
adanya
kebijaksanaan yang menetapkan tujuan nasional dari pelaksanaan politik luar
negeri, maka konsistensi suatu negara dalam hal ini Jepang akan tetap berada pada
perwujudan kepentingan Jepang.
17
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, ( 1996), hlm. 35.
K.J. Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis (terjemahan Wawan Juanda)
1988, Hal 52-53.
18
17
18
Istilah kawasan menurut Horman D. Palmer adalah sebagai berikut :
Region may also describe in term of level analysis as an increasingly
important level between thew nation-state and international institutions
they are also geographic home for a variety of political, economic, social
and cultural system, or subordinate system is particulary useful for political
analysis. Kawasan boleh juga menguraikan dalam hal analisa tingkatan
sebagai suatu tingkatan yang terus meningkat penting antar negara dan
lembaga internasional mereka adalah juga rumah mengenai ilmu bumi
untuk berbagai politik, ekonomi, sosial dan sistem budaya, atau sistem
bawahan subordinat adalah particular yang bermanfaat untuk analisa
politik. 19
Kepentingan nasional secara umum adalah masalah keamanan yang
dihadapi oleh suatu negara, dalam hubungan dengan kebijakan-kebijakan dan
program yang dikeluarkan oleh negara tersebut. Atau proses pemerintahan yang
meliputi kebijakan dan program yang diputuskan atau dikeluarkan.
Setiap negara akan menetapkan kepentingannya dalam skala prioritas, dan
kepentingan vitalnya akan menduduki skala tertinggi. Kepentingan vital adalah
kepentingan yang biasanya negara tersebut akan siap terjun dalam peperangan
langsung memepertahankan kemerdekaan, sistem, kesatuan wilayah, dan menjaga
wibawa negara dari penghinaan yang memalukan. Daftar kepentingan vital
tersebut akan panjang sesuai dengan kekuatan dan kedudukan negara secara
internasional. Setelah itu, baru kemudian kepentingan sekunder.
Dari berbagi literatur, para sarjana Hubungan Internasional berargumen
bahwa konsep keamanan merupakan sebuah “contested concepts”. Walter
Lippmann, misalnya menyatakan bahwa:
A nation is secure to the extent to which it is not in danger of having to
sacrifice core values if it wishes to avoid war, and is able, if challenged, to
maintain them by victory in such a war . suatu bangsa aman kepada tingkat
yang mana itu tidaklah dalam bahaya mempunyai dan nikmati untuk
mengorbankan inti menilai jika mengharapkan untuk menghindari
19
Horman D. Palmer, The New Regionalism In Southeast Asia and Pasific. 1992. hlm. 57.
John baylis dan Steve Smith, “The Globalization of World Politics:An Introduction to
International Relations” (UK:Oxford University, 2001), hlm. 255.
20
18
19
peperangan, dan dapat jika ditantang, untuk memelihara kemenangan dalam
suatu peperangan.20
Konsep keamanan kini dapat dikaji sebagai pengaruh dari masing-masing
posisi ekstrim antara kekuatan dan perdamaian. Menurut Buzan, keamanan
berkaitan dengan masalah kelangsungan hidup (survival). Isu-isu yang
mengancam kelangsungan suatu unit kolektif atau prinsip-prinsip yang dimiliki
oleh unit-unit kolektif tertentu akan dipandang sebagai ancaman yang eksistensial.
Untuk itu diperlukan tindakan untuk memprioritaskan isu tersebut agar ditangani
sesegera mungkin dan menggunakan sarana-sarana yang ada untuk menangani
masalah tersebut. Berdasarkan kriteria isu keamanan, Buzan membagi keamanan
kedalam lima dimensi, yaitu politik, militer, ekonomi, sosial dan lingkungan.
Tiap-tiap dimensi keamanan tersebut memiliki unit keamanan, nilai dan
karakteristik survival dan ancaman yang berbeda-beda.
Ancaman juga memiliki dimensi
horizontal
yang menambahkan
kompleksitas persepsi atau ancaman. Dimensi sejarah berakibat bagaimana
ancaman dipersepsikan. Ancaman yang berhubungan dengan pengalaman sejarah
akan memperkuat kepekaan suatu negara.
Kebijaksanaan keamanan dapat dianggap sebagai bagian dari politik luar
negeri sebuah negara, yang dimaksudkan untuk menciptakan kondisi politik
nasional dan internasional yang dapat melindungi tujuan-tujuan mendasar sebuah
negara. Kebijaksanaan keamanan ini memiliki tiga dimensi, yakni kebijaksanaan
ekonomi, kebijaksanaan militer dan kebijaksanaan diplomatik. Kebijaksanaan
ekonomi memusatkan perhatian pada alokasi sumberdaya di dalam masyarakat
dan menangani hubungan ekonomi dengan negara lain. Kebijaksanaan diplomatik
19
20
meperhatikan soal-soal pengelolaan hubungan politik antar negara. Kebijaksanaan
militer terdiri dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang secara langsung berkenaan
dengan angkatan bersenjata dan penggunaan kekuatan militer.
Bagi negara-negara Asia Timur lainnya program peningkatan kekuatan
militer angkatan bela diri Jepang dapat menimbulkan persepsi ancaman bagi
stabilitas keamanan Asia Timur.
Menurut James C.F. Wang dalam bukunya Contemporary Chinese
Politics tentang pembangunan militer adalah:
Ukuran pembangunan militer suatu negara pada umumnya menyangkut
hal-hal sebagai berikut: anggaran militer, termasuk pengembangan
peralatan dan perlengkapan militer, penyekolahan kader-kader militer
negara, pembelian senjata, perekrutan pemuda ke dalam wajib militer
dan profesionalisme personil militer.21
Persepsi ancaman militer masih menguasai secara teroritis dan selama
politik internasional masih berbentuk anarki, ancaman militer masih tetap menjadi
perhatian utama. Ancaman-ancaman tersebut bukanlah merupakan hal yang jelas
untuk dipahami dan diantisipasi, karena ancaman-ancaman di lingkungan
internasional merupakan ancaman ganda dan pengetahuan mengenai hal itu
dibatasi. Sangat banyak pilihan dalam mengantisipasi ancaman yang timbul,
semua tergantung pada negara masing-masing dalam mengalokasikan ancamanancaman tersebut pada keamanan nasional.
Pembangunan militer ini merupakan perkembangan strategi pertahanan
nasional atas dasar “pertahanan aktif” yang lebih komprehensif. Dengan kata lain,
Jepang menyadari pentingnya pertahanan yang meliputi darat, laut dan udara
untuk menjaga keamanan nasional. Dimana pembangunan ini ditujukan untuk
21
James C.F. Wang. Contemporary Chinese Politics.1989. hal 202
20
21
memperkuat sistem pertahanan dan keamanan dalam negeri Jepang semata, dan
bukan menjadi ancaman bagi negara-negara Asia Timur.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis mencoba memberikan
asumsi yang akan sesuai dengan pokok bahasan yang akan penulis kaji, sebagai
berikut:
1. Perkembangan politik di kawasan Asia Timur menyusul berakhirnya era
perang dingin telah melahirkan tantangan, tekanan, dan sekaligus peluangpeluang baru bagi Jepang. Ini menjadi faktor pendorong bagi peningkatan
kekuatan militer Jepang di masa mendatang.
2. Perangkat militer dinilai menjadi salah satu kemungkinan yang akan
digunakan Jepang sebagai instrumen politik luar negeri meskipun hanya pada
lingkup operasi terbatas. Dengan kekuatan militernya sekarang, besar
kemungkinan Jepang mampu menjadikan dirinya sebagai kekuatan utama di
kawasan Asia Timur.
2. Hipotesis
Berdasarkan kerangkan pemikiran dan perumusan masalah diatas, penulis
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Karena Jepang melakukan Program restrukturisasi peningkatan kekuatan
militer angkatan bersenjata bela diri Jepang melalui peningkatan anggaran
belanja militer yang menjadikan Jepang mampu menjadi kekuatan
penyeimbang di kawasan Asia Timur, maka negara-negara di kawasan
regional Asia Timur berupaya untuk melakukan perimbangan dan
peningkatan persenjataan yang ditandai dengan peningkatan sumber daya
21
22
tentaranya, kenaikan anggaran belanja militer serta akuisisi persenjataan
yang semakin modern
3. Operasionalisasi Variabel dan Indikator (konsep teoritik, Empirik, dan
analisis)
Tabel 1
Variabel
Dalam Hipotesis
(Teoritik)
Variabel Bebas:
• Karena Program
restrukturisasi
peningkatan
kekuatan militer
angkatan bersenjata
bela diri Jepang
melalui
peningkatan
anggaran belanja
militer yang
menjadikan Jepang
mampu menjadi
kekuatan utama di
kawasan Asia
Timur
Variabel Terikat:
• maka negara-negara
di kawasan regional
Asia Timur
berupaya untuk
melakukan
perimbangan dan
peningkatan
persenjataan yang
ditandai dengan
peningkatan sumber
daya tentaranya,
kenaikan anggaran
belanja militer serta
akuisisi
persenjataan yang
semakin modern
Indikator
(Empirik)
Verifikasi
(Analisis)
•
Pengeluaran belanja
pertahanan yang terus
meningkat
•
Data mengenai
peningkatan anggaran
belanja militer Jepang
dari tahun 2001 – 2005
•
Akuisisi persenjataan
yang semakin kuat
dan semakin modern
•
Data peningkatan
akuisisi persenjataan
yang semakin kuat dan
modern
•
Kenaikan anggaran
belanja militer
negara-negara Asia
Timur
•
•
Sumber daya manusia
atau tentaranya
melalui peningkatan
kualitas man power
•
Akuisisi persenjataan
yang semakin modern
Data mengenai
peningkatan anggaran
belanja militer negara
Asia Timur tahun
2001-2005
Data mengenai
sumberdaya manusia
atau tentaranya
melalui peningkatan
kualitas man power
Data mengenai
modernisasi akuisisi
persenjataan yang
dimiliki oleh negaranegara Asia Timur
yang semakin modern
•
•
22
23
4. Skema Kerangka Teoritis
Gambar 1
Alur Pemikiran Perimbangan kekuatan Di Kawasan Asia Timur
ASIA TIMUR
JEPANG
RESTRUKTURISASI
MILITER
GSDF
ASDF
MSDF
PERSEPSI
ANCAMAN
CINA
KOREA UTARA
KOREA SELATAN
TAIWAN
PENINGKATAN KEKUATAN MILITER
DAN AKUISISI PERSENJATAAN
PERIMBANGAN PERSENJATAAN DI
KAWASAN ASIA TIMUR
Judul Penelitian:
Pengaruh Peningkatan Kekuatan Militer Jepang dan Implikasinya Terhadap Stabilitas Keamanan Regional di
Kawasan Asia Timur (2001-2005)
23
24
E. Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Penelitian
Dalam kegiatan penelitian ini, penulis menggunakan Metode Deskriptif
Analitis, yaitu metode pemecahan masalah yang dilakukan apabila bertujuan
untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada
masa sekarang. Metode ini berusaha mengumpulkan dan menyusun data yang
diperlukan yang kemudian diajukan dengan menganalisa data tersebut atau
menganalisa fenomena tersebut serta suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Dalam metode ini pula dipelajari
masalah-masalah yang berlaku dalam masyarakat termasuk tentang hubungan,
kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang sedang berlangsung. Selain itu juga
menerangkan hubungan, menguji hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan
makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam hal ini
adalah menggambarkan dan menganalisis mengenai program restrukturisasi
militer Jepang dan implikasinya terhadap dinamika perimbangan persenjataan di
kawasan Asia Timur.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan studi
kepustakaan (library research), yaitu suatu usaha mencari data melalui
penelaahan data terhadap buku teks, jurnal ilmiah, dokumen, majalah berita, surat
kabar, laporan lembaga pemerintahan dan non-pemerintahan, maupun data-data
yang terdapat dalam website/internet tentang Jepang yang menurut penulis masih
ada relevansinya dalam kegiatan penelitian yang penulis lakukan.
24
25
F. Lokasi Dan Lama Penelitian
1. Lokasi Penelitian
a. Kedutaan Besar Jepang
Jalan M.H. Thamrin kav. 24 Jakarta Pusat
b. Centre for Strategic and International Studies (CSIS)
Jalan Tanah Abang III No. 23-27 Jakarta Barat
c. Departemen Luar Negeri RI
Jalan Pejambon 6 Jakarta
d. Perpustakaan Universitas Katolik Parahyangan
Jalan Ciumbeuleuit No. 94 Bandung
e. Perpustakaan Universitas Pasundan
Jalan Lengkong Tengah No. 68 Bandung
f. Perpustakaan Universitas Padjajaran
Jalan Raya Sumedang, Jatinangor
2. Lamanya Penelitian
Adapun lama penelitian yang dilakukan penulis adalah kurang lebih lima
bulan, dari Agustus 2006 sampai Desember 2006.
25
26
26
27
G. Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian ini merupakan bagian awal yang diharapkan dapat
mengantarkan pembaca untuk dapat memahami permasalahan yang
dikaji dalam penelitian ini. Di dalamnya meliputi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran dan
hipotesis, metode penelitian, teknik pengumpulan data dan
sistematika penulisan.
BAB II
PENINGKATAN KEKUATAN MILITER ANGKATAN
BERSENJATA BELA DIRI JEPANG
Pada bagian ini penulis lebih memfokuskan serta menjelaskan
secara lebih lengkap tentang variabel ke-1 penelitian yang dikaji.
Adapun yang menjadi fokus perhatian adalah mengenai situasi
yang melatarbelakangi program restrukturisasi peningkatan
kekuatan militer angkatan bersenjata bela diri Jepang, kebijakan
keamanan Jepang, faktor pendorong restrukturisasi militer jepang
dan tujuan utama peningkatan kekuatan militer jepang.
BAB III
STABILITAS KEAMANAN REGIONAL DI KAWASAN
ASIA TIMUR
Pada bagian ini penulis lebih memfokuskan serta menjelaskan
secara lebih lengkap tentang variabel ke-2 penelitian yang dikaji.
Adapun yang menjadi fokus perhatian adalah mengenai
perkembangan militer di Asia Timur, stabilitas keamanan di Asia
Timur.
BABIV
PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANG DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP STABILITAS KEAMANAN
REGIONAL DI KAWASAN ASIA TIMUR
Pada bagian ini penulis memberikan pandangan dan penilaian
tentang apa yang telah diteliti sebelumnya serta analisa tentang
perkaitan antara program peningkatan kekuatan militer angkatan
bela diri Jepang dengan stabilitas keamanan regional di kawasan
Asia Timur.
BAB V
KESIMPULAN
Merupakan bagian akhir dari laporan penelitian ini sekaligus sikap
akhir dari penulis mengenai permasalahan yang diangkat
didalamnya. Selain kesimpulan mengenai hasil penelitian, penulis
menyampaikan pula hasil pemikiran berupa rekomendasi yang
diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak
yang
memerlukannya kelak
27
28
BAB II
PROGRAM PENINGKATAN KEKUATAN
MILITER ANGKATAN BERSENJATA BELA
DIRI JEPANG
A. LATAR BELAKANG PROGRAM PENINGKATAN KEKUATAN
MILITER JEPANG
Berakhirnya Perang Dingin telah berdampak pada hilangnya bentuk
konfrontasi antara blok Barat dan blok Timur22dari segi militer. Selain itu,
kekuatan konvensional militer Rusia secara bertahap juga berkurang dan
nampaknya tidak ada lagi Negara yang mampu menyaingi kekuatan militer AS
sehingga kemungkinan timbulnya konflik militer dalam skala besar juga hilang.
Namun demikian konflik-konflik menyangkut sengketa Teritorial, Agama
maupun Etnis justru telah berkembang ke arah yang berlawanan dengan
perkembangan positif di dunia militer dan menimbulkan situasi yang sangat
complicated. Era abad 21 juga di warnai dengan kecenderungan semakin
meningkatnya penyebarab senjata pemusnah missal (senjata Nuklir, Biologi, dan
Kimia) dan peluru kendali. Kondisi tersebut telah mengkondisikan dunia
Internasional diliputi oleh suasana tidak menentu dan penuh ketidakpastian.
Nuansa lain yang dirasakan pada saat ini adalah aspek detterence dan stabilitas
melalui
keseimbangan
kekuatan
masih
dipertahankan
sementara
saling
ketergantungan antar Negara semakin kuat meningkat23.
Wilayah Asia Pasifik secara geografis maupun dari latar belakang sejarah kaya
akan berbagai perbedaan dan Negara-negara di wilayah ini termasuk Jepang
22
Deplu Indonesia, Laporan Tahunan Jepang 2000-2001 (Jakarta; Deplu Indonesia,
2001), hlm, 29.
23
Ibid
28
29
tentunya mempunyai pandangan yang berbeda pula menyangkut masalah
keamanan nasionalnya24. Selama hampir setengah abad sejak berakhirnya perang
dunia ke 2 Jepang berhasil memelihara perdamaian dan keamanan negaranya di
tengah-tengah berbagai konflik yang melanda dunia Internasional sehingga
Negara ini berhasil membangun standar hidup dan dan perekonomian
masyarakatnya.
Tidak dapat di pungkiri bahwa perubahan drastis situasi lingkungan
strategis dunia Internasional yang terjadi di penghujung abad ke 20, telah
berdampak besar terhadap kebijakan suatu Negara termasuk Jepang. Masingmasing Negara di tuntut untuk menerapkan kebijakan pemerintahnya di segala
bidang agar dapat merespon perubahan-perubahan tersebut. Di bidang pertahanan
dan keamanan bereakhirnya perang dingin ternyata tidak secara otomatis
menghilangkan sumber-sumber instabilitas. Jepang memahami bahwa dalam
waktu dekat kemungkinan konflik militer pada skala luas sangat tipis
kemungkinannya, namun demikian pengalaman sejarah mengisyaratkan bahwa
pada kondisi ini tidak ada pula yang mampu menjamin tetap terselengaranya
stabilitas dan perdamaian dunia.
1. Politik Luar Negri dan Kepentingan Nasional Jepang
Jepang setelah kekalahannya pada perang dunia ke 2 sangat menginginkan agar
dapat di terima kembali di dalam komunitas internasional, untuk itu salah satu
cara simbolis Jepang afdalah bergabung menjadi anggota PBB, tahun 1956
Jepang di terima sebagai anggota PBB, sejak itu masyarakat Jepang merasa
bahwa Negara mereka akhirnya menjadi bagian dari komunitas internasional
24
Ibid
29
30
namun sayang aktifitas Jepang di percaturan dunia internasional di batasi oleh AS.
Salah satunya adalah AS membatasi Jepang dalam membangun kekuatan
militernya. Namun masyarakat Jepang berontak dan menentang segala kebijakan
AS yang sangat membatasi Jepang dalam dalam membangun kekuatan militernya
dengan alas an mereka tidak dapat mempersenjatai diri terhadap segala bentuk
ancaman yang akan terjadi.
Dalam bidang pertahanan dan keamanan, Jepang memiliki kebijakan luar
negri yang memberi kontribusi pada perdamaian dunia tanpa melangar konstitusi
pasca perang 1947, mengenai langgaran senjata militer dalam menyelesaikan
perselisihan internasional. Secara umum kebijakan luar negri Jepang dalam
bidang pertahanan dan keamanan berlandaskan pada Basic Policy For National
Defence25 :
1. Mendukung aktifitas PBB dalam mempromosikan kerjasama Internasional
dengan demikian mendukung usaha pencapaian perdamaian.
2. Mengantisipasi segala bentuk agresi eksternal yang di dasarkan pada
pengaturan keamanan Jepang-AS.
Selain dasar-dasar di atas, Jepang juga memilki tiga kebijakan utama,
yakni,
memelihara
dengan
tegas
persekutuan
keamanan
Jepang-AS,
meningkatkan pertahanan nasional Jepang dan melaksanakan diplomasi aktif guna
menciptakan lingkungan internasional yang lebih damai, kebijakan-kebijakan luar
negri Jepang yang mencakup bidang ekonomi, politik dan keamanan kemudian
akan di tafsirkan dalam aktifitas-aktifitas diplomatic yang berlandaskan usaha
25
Defence of Japan, The Japan Times 1993, White Paper Defence Agency (Japan, 1993)
hlm 65.
30
31
memelihara dunia yang damai di bawah system demokrasi dan ekonomi pasar
terbuka.
Ada dua tokoh pemikir bangsa Jepang,Tenshin Okakura (1861-1943) dan
Yukichi Fukukawa (1835-1901)26, yang di kenal sehubungan filsafat mengenai
orientasi Jepang dalam pelaksanaan hubungan dan pergaulan internasional.
Masing-masing memunculkan segi pendekatan yang berbeda mengenai posisi
Jepang dalam dunia modern. Bagaimana sebaiknya orientasi Jepang dalam
penyelenggaraan hubungan luar negri dengan bangsa-bangsa lainnya, serta
hubungan luar negri Jepang dengan kawasan di sekitarnya.
Yukichi Fukukawa menganjurkan Jepang berkiblat ke barat dan mengikuti
pola-pola kebudayaan serta kekuasaan barat. Pendekatan ini mendapat tempat
pada era Meiji (1868), sampai-sampai terjadi konflik ekonomi dan keamanan
dengan kekuatan-kekuatan barat pada era pasca konferensi Washington (1922)
dan menjelang depresi ekonomi dunia (1929), lalu digandrungi kembali pada era
pasca perang dunia ke dua sampai tercapainya kejayaan ekonomi.
Tenshin Okakura, menganjurkan Jepang memelihara hubungan baik
dengan Negara-negara Asia karena jepang termasuk bangsa Asia. Slogan yang di
kemukakan “kita berada di Asia dan Asia adalah satu”. Pengakuan terhadap
realita budaya dan geografis , walau memang ada tersirat pemikiran agar Jepang
lah yang memimpin Asi. Versi jahat dari pemikiran Okakura adalah gagasan
Jepang pemimpin Asia Timur Raya, yang menjerumuskan Jepang dalam perang
dunia ke 2, sedangkan versi baiknya adalah yang di jalankan Jepang belakangan
26
Teuku May Rudi, Studi Kawasan: Sejarah Diplomasi dan Perkembangan Politik di
Asia, (Bandung Bina Budhaya, 1997), hlm. 119.
31
32
ini ( yang dapat berawal dengan doktrin Fukuoda, 1977), yaitu untuk
meningkatkan hubungan dengan Negara-negara Asia.
Keberhasilan di bidang pembangunan ekonomi Jepang sudah tentu di
tunjang oleh berbagai kebijakan dan sikap dalam menentukan langkah diplomasi.
Sejak cabinet Fukuoda sampai sekarang di kenal apa yang dinamakan OmniDirectional Diplomacy.27
Perkembangan yang selama ini di alami Jepang sebagai Negara dengan
luas wilayah yang terbatas dan miskin sumberdaya alam serta kelebihan penduduk
hingga Jepang mencuat selaku raksasa ekonomi dunia merupakan landasan yang
turut menentukan sikap politik luar negri Jepang.
Dalam konstitusi 1946 dapat di tentukan tujuan pokok politik luar negri
Jepang. Tujuan pokok politik luar negri Jepang adalah memberikan sumbangan
bagi perdamaian dan stabilitas dunia serta kemajuan pada harmoni seluruh
masyarakat internasional dengan terus meningkatkan kerjasama dan dialog antara
bangsa-basngsa dunia. Hal ini di lakukan dengan mengikatkan diri kepada
konstitusi 1946 tanpa melibatkan diri kedalam hubungan permusuhan dengan
suatu Negara melalui jalan dialog dan tak memandang perbedaan ideologi
(politik).
Garis besar politik luar negri Jepang di jalankan tanpa prasangka terhadap
hubungan bersahabat dan kerjasama dengan Negara-negara barat. Tetapi
hubungan rapat Jepang-AS merupakan hal yang penting dalam politik luar negri.
Jepang mengganggap penting untuk mempertahankan dan meningkatkan
27
Ibid, hlm 226.
32
33
hubungan tradisional dengan Negara tetangga di Asia, khususnya di Negaranegara Asia Timur.
Ada tiga masalah utama dalam politik luar negri Jepang yaitu (1) Usaha
mendapatkan dan mempertahankan basis ekonomi (2) Usaha mendapatkan
perlindungan dan jaminan keamanan, serta (3) Keterlibatan dalam politik
internasional sebagai bagian dari pembuktian Jepang sebagai salah satu kekuatan
dunia.
Ketiga masalah utama tersebut berkaitan erat dengan tujuan dan orientasi
politik luar negri, dasar-dasar diplomasi modern, factor-faktor utama dalam
pelaksanaan politik luar negri, serta penggambaran para perumus kebijakan luar
negri Jepang.
Tujuan dan orientasi politik luar negri Jepang digambarkan dalam bentuk
memelihara aliansi dengan AS, membina persahabatan dengan seluruh Negara di
dunia, dan mengembangkan pemasaran seluruh hasil industri, serta usaha
mendapatkan bahan mentah dan energi. Orientasi itu sendiri tertuju pada bidang
utama : 1. Kepentingan ekonomi politik, kepentingan ini dimaksudkan untuk
menempatkan Jepang sebagai suatu kekuatan dunia berdasarkan kemajuan
ekonomi ; 2. Kepentingan militer, kepentingan ini dimaksudkan untuk menjamin
ekonomi Jepang.
Di samping terdapat beberapa hal yang menjadi dasar Diplomasi modern Jepang,
antara lain :
1. Menyadari kecenderungan instabilitas politik internasional yang memerlukan
sikap lunak dan flexsibel.
33
34
2. Beracuan khusus dalam pengembangan peluang bagi sesuatu kekuatan
ekonomi untuk turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara aktif
memalui kerjasama organisasi guna kestabilan ekonomi dunia.
3. Merujuk pemecahan masalah energi berdasarkan kerjasama dengan Negara
penghasil.
4. Berpartisiasi memecahkan masalah dan dialog Utara-Selatan.
Secara singkat dapat di jelaskan bahwa butir pertama yang di maksudkan
adalah untuk memenuhi kepentingan nasional disebut Diplomasi pasif, butir ke
dua, dan ketiga, di maksudkan untuk mempetahankan kepentingan nasional di
sebut Diplomasi untuk sumber-sumber daya alam dan butir ke empat di
maksudkan untuk berpartisipasi dalam hubungan internasional.
Dari factor geopolitik menempatkan Jepang memiliki kemampuan ganda
secara geografis mengingat kepaduan wilayah lautan dan daratan. Masing-masing
wilayah mempunyai masalah sendiri, terutama wilayah lautan yang mendorong
kebutuhan Jepang bekerjasama dengan RRC, Korea Selatan dan Rusia. Factor
social ekonomi menempatkan Jepang sebagai Negara yang miskin akan bahan
mentah dan sumber energi.
Factor ini membuat Jepang menjadi tergantung kepada dunia luar, dalam
hal ini kelangsungan eksistensinya sebagai kekuatan ekonomi dunia. Sehingga
menjadi hal utama yang membatasi kualitas dan pandangan politik luar negri
Jepang. Factor lingkungan internasional memperlihatkan ketergantungan Jepang
akan payung nuklir AS dan memaksa Jepang memelihara aliansi dengan AS
sebagai basis keamanan dan diplomasi.
34
35
2. Kebijakan Pertahanan Dan Keamanan Jepang
Pemerintah Jepang telah menyadari tentang perlunya perubahan pola dan
strategi di bidang pertahanan dan keamanannya agar dapat merespon dengan
cepat dan tepat berbagai bentuk ancaman. Kendala terbesar yang harus di hadapi
Jepang dalam upaya mengembangkan kapabilitas pertahanannya adalah adanya
pasal 9 UUD Perdamaian yang menyebutkan bahwa Jepang tidak bisa memiliki
kekuatan angkatan bersenjata walaupun sejak di berlakukannya UUD Perdamaian
tahun 1947 telah ada upaya di kalangan politisi konservatif untuk merevisi pasal 9
tersebut, nampaknya kekuatan kelompok yang ingin mempertahankan kemurniaan
UUD tersebut juga juga cukup besar sehingga sampai saat ini upaya tersebut
belum berhasil. Namun demikian, upaya-upaya kelompok konservatif ini tidak
sepenuhnya gagal karena pada perkembangan terakhir kesadaran tentang perlunya
system pertahanan mandiri telah meningkat baik di kalangan masyarakat umum
maupun di kalangan politisi non-konservatif. Kelompok sosialis telah mulai
bersikap lunak dan bahkan partai komunis yang selama ini di kenal sebagai
pendukung radikal kemurnian UUD perdamaian telah mengubah platformnya
sehingga lebih bersikap kooperatip terhadap eksistensi Pasukan Bela Diri Jepang.
Di parlemen telah di bentuk suatu badan pengkajian UUD Perdamaian yang
terdiri dari anggota Majelis Rendah dan Majelis Tinggi dari berbagai partai politik
dan bertugas untuk mengkaji kembali UUD Perdamaian.
Sementara dasar hukum pembangunan bidang pertahanan masih terus di
perdebatkan, pemerintah Jepang telah melaksanakan pengembangan kekuatan
pertahanannya secara betahap. Pengembangan kekuatan pertahanannya dilakukan
35
36
secara hati-hati dengan mempertimbangkan reaksi yang mungkin timbul baik dari
masyarakat Jepang sendiri maupun dari Negara-negara tetangga28.
Di dalam hal politik Jepang bukanlah sebuah Negara yang sepenuhnya
independent, Jepang merupakan sebuah Negara yang berada di bawah
perlindungan AS29. Pasukan bersenjata yang di miliki oleh Jepang lebih bersipat
untuk melindungi dari pada besifat sebagai sebuah pasukan independent di bawah
Negara yang berdaulat jadi militer Jepang lebih bersipat tidak lebih sebagai
pasukan tambahan bagi kekuatan AS dari pada bertindak dengan tujuannya
sendiri.
Kebijakan nasional keamanan suatu Negara harusnya dilihat dari dua sisi,
yakni kebijakan domestik dan kebijakan luar negrinya. Kebijakan nasional
keamanan di pengaruhi oleh lingkungan domestic dan internasional serta sebagai
hasil dari gabungan kedua elemen inilah kebijakan domestic dan luar negri
mempengaruhi keamanan suatu negara 30. Dalam merumuskan kebijakan
pertahanan dan keamanan Jepang mengacu pada konstitusi artikel pasal 9 yang
melarang penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan konflik internasional dan
meminimalkan penggunaan kekuatan militernya demi menjaga perdamaian dan
mencapai stabilitas keamanan dalam hubungan internasional31, namun dalam
konteks keamanan, Jepang berstandar pada jaminan keamanan AS akibat dari
konstitusi Jepang yang tidak mengizinkan adanya kekuatan militer domestic
dalam kebijakan nasional Jepang.
28
Ibid, hlm 30
Budi Sujatniko, “Pengaruh Pengiriman Angkatan Bersenjata Bela Diri Jepang ke Iraq
dan Implikasinya Terhadap Keinginan Jepang Menjadi Anggota Dewan Keamanan PBB”, skripsi
tidak di terbitkan, Universitas Parahyangan, 2005, hlm 76.
30
Anak Agung Banyu Perwita,” Hand Out Kajian Strategis Compiled By”, (Desember
2004), hlm. 23.
31
“Basis of Defence Policy: Basic Policy For National Defence,sources: dalam :
www.mofa.go.jp.
29
36
37
Tujuan fundamental dari kebijakan pertahanan Jepang adalah mencegah agresi
dengan mengatur posisi pertahanan agar Jepang dalam menghadapi segala agresi
dengan memelihara kapabilitas pertahanan pada tingkat tertentu dan tetap
berpegang pada perjanjian keamanan Jepang-AS.
Merupakan fakta sejarah bahwa kekuatan militer Jepang dalam perang
dunia ke dua yang telah memporak-porandakan bala tentara sekutu telah
mempunyai kisah masa lalu yang kelam dengan reputasi sebagai penjajah yang
kejam. Meskipun sudah lima dasawarsa berlalu namun phobia kekejaman ini
masih menghinggapi Negara-negara sekelilingnya sehingga setiap perkembangan
militer Jepang akan seringkali mendapat respon yang sering kali sangat
berlebihan. Sensivitas ini tidak hanya berlaku bagi Negara-negara sekelilingnya,
bagi masyarakat Jepang sendiri yang sudah mengecap kenikmatan sebagai hasil
dari kemakmuran pasca perang maka isu-isu masalah pertahanan dan keamanan
masih sering di persepsikan keliru yaitu di samakan dengan militerisme32.
Masyarakat Jepang semakin menyadari bahwa masalah pertahanan dan
keamanan merupakan masalah kelangsungan hidup bangsa dan untuk itu tidak ada
tempatnya kalau harus menggantungkannya pada suatu kekuatan lain.aspirasi
politik ini secara hati-hati mulai di kembagkan melalui kebijakan pertahanan dan
keamanan yang tepat di sertai prinsip transparansi dengan mengakomodasi baik
aspirasi politik di dalam negri maupun pertimbangan masyarakat internasional.
Dari pelaksanaan politik luar negri yang selama ini di jalankan yaitu mengarah
pada kontribusi aktif Jepang pada setiap upaya penciptaan stabilitas dan
keamanan kawasan, dapat di pahami bahwa kondisi perdamaian di sekitarnya
32
Deplu Indonesia, Laporan Tahunan Jepang 2001-2002 (Jakarta: Deplu Indonesia,
2002), hlm, 18.
37
38
merupakan jaminan utama bagi keamanan Jepang. Dalam kerangka keamanan ini
langkah essential yang utama adalah menangkal
setiap invasi kewilayahnya
melalui suatu kemampuan pertahanan sendiri serta gabungan kekuatan bersama
yang di tuangkan dalam suatu pengaturan kerjasama AS- Jepang.
Tiga pokok permasalahan dalam membahas persepsi dasar tentang
kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang adalah startegi yang harus di gunakan
guna menjamin keamanannya, konstitusi dan hak untuk mempertahankan diri
serta kebijakan dasar pertahanan, ketiga tinjauan hal tersebut adalah :
Pertama, Keamanan Jepang adalah ketika dalam merumuskan kebijakan
pertahanannya, Jepang mendasari pada perkembangan lingkungan strategis serta
persepsi ancaman. Jepang memahami bahwa dalam waktu dekat kemungkinan
konflik militer pada skala luas, tipis kemungkinananya. Namun pengalaman
sejarah mengisyaratkan bahwa pada kondisi ini tidak ada pula yang mampu
menjamin tetap terselenggaranya stabilitas dan perdamaian di dunia. Di tengah
situasi ketidakpastian yang di tandai dengan timbulnya berbagai konflik. Dalam
merumuskan strategi keamanannya persepsi dasar yang di gunakan adalah bahwa
kondisi keamanan Jepang akan maksimal apabila perdamaian dan stabilitas
keamanan di sekelilingnya dalam hal ini kawasan Asia Pasifik senantiasa dapat
terpelihara.
Kedua,
Konstitusi dan Hak Mempertahankan Diri merupakan
kesengsaraan pasca perang dunia ke dua tealah memberikan pelajaran yang sangat
berharga bagi bangsa Jepang karena tidak hanya menyengsarakan bangsa-bangsa
di sekelilingnya, namun juga merampas sendi-sendi kehidupan serta kehormatan
bagi bangsa jepang sendiri. Konstitusi yang kemudian di gunakan mempunyai
38
39
semangat anti militerisme, penolakan perang, tidak boleh mempunyai potensi
perang, serta menolaksetiap bentuk perundang-undangan yang akan mendorong
kearah ekspansionis. Namun konstitusi juga menjamin hak-hak Jepang sebagai
Negara berdaulat dengan salah satu haknya yaitu hak untuk mempertahankan diri
menghadapi setiap ancaman dari luar. Dengan tidak dihilangkannya hak ini,
diartikan bahwa konstitusi tidak melarang di milikinya suatu kekuatan senjata
untuk digunakan dalam melaksanakan haknya tersebut. Berdasrkan persepsi ini
pemerintah Jepang memutuskan untuk menganbil “exsclusively defenced oriented
policy” untuk di gunakan sebagai dasar kebijakan pertahanan nasionalnya. Sesuai
pasal 9, kemampuan Japan Self Defence Forces (JSDF) yang di perbolehkan
adalah sebatas kebutuhab minimal yang di perlukan. Kebutuhan minimal secara
spesifik untuk mendukung kemampuan mempertahankan diri dapat berubah
sesuai perkembangan internasional, standar teknologi militer serta perubahanperubahan kondisi lainnya. Sebagai acuan agar postur kemampuan tidak
melanggar konstitusi ialah bahwa Jepang tidak tidak diperbolehkan memiliki
kesenjataan ofensif serta berkemampuan menghancurkan secara total Negara lain.
Dengan demikian JSDF tidak diperbolehkan mempunyai jenis ICBM, pembom
strategis jarak jauh ataupun kapal induk.
Terakhir atau ketiga, Dasar Kebijakan Nasional adalah Dasar kebijakan
pertahanan Jepang yang di gunakan oleh badan pertahanan nasional merupakan
perwujudan konstitusi di bidang pertahanan yang telah di setujui kabinet pada
bulan Mei 1957. Dasar yang pertama adalah konstribusi dalam kerjasama
internasional untuk setiap upaya penciptaan stabilitas dan perdamaian untuk
kesejahteraan dunia, yang kedua adalah mengembangkan secara efektif
39
40
kemampuan pertahanan serta pengaturan kerjasama keamanan Jepang-AS.
Disamping dua kebijakan tersebut di atas Jepang secara konsisten membangun
kekuatan pasukan Bela Dirinya sebatas yang di tentukan konstitusi. Dalam
pelaksanaan pembangunannya, kebijakan yang di ambil mempunyai sasran
berupa kemampuan penangkalan yang seoptimal mungkin di sertai tetap
terpeliharanya kerjasama keamanan dengan AS dengan memperhatikan tentunya
sensitivitas Negara-negara di sekelilingnya. Dasar kebijakan pertahanan tersebut
meliputi : Exsclusively Defence Oriented Policy tidak menjadi kekuatan militer,
taat pada 3 prinsip non-nuklir dan control sipil atas militer 33.
3. Perkembangan Struktur Pertahanan Jepang
Kebijakan dasar pertahanan Jepang telah di tetapkan oleh dewan keamanan
nasional pada tahun 1957 yang menyebutkan bahwa tujuan pertahanan nasional
adalah untuk mencegah agresi langsung maupun tidak langsung, dan mengusir
segala bentuk invasi terhadap wilayah Jepang untuk memelihara kedaulatan dan
perdamaian Jepang berdasarkan prinsif-prinsif demokrasi. Untuk mencapai
sasaran tersebut pemerintah akan melaksanakan prinsip seperti :
a.
Mendukung kegiatan PBB dan turut aktif dalam kerjasama internasional
untuk menciptakan perdamaian dunia.
b.
Memajukan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kecintaan rakyat
terhadap negrinya engan menumbuhkan kesadaran atas pentingnya
memeilihara keamanan Jepang.
33
Ibid, hlm 21.
40
41
c.
Membangun kapabilitas pertahanan secara efektif yang di perlukan untuk
mempertahankan diri sesuai dengan potensi-potensi nasional dan situasi
dalam negeri.
d.
Akan segera mengatasi agresi dari luar berdasarkan perjanjian keamanan
Jepang-AS, untuk kemudian menyelesaikan masalah agresi tersebut melalui
wewenang PBB.
Dalam merumuskan kebijakan pertahanannya, Jepang mendasari pada
perkembangan lingkungan strategis serta persepsi ancaman pembangunan
kemampuan pertahanan perpedoman pada “National Defence Programe Outline”
(NDPO). Yang penjabarannya di tuangkan melalui program pembangunan lima
tahunan yang di sebut Midterm Development Programe (MTDP). NDPO yang
pertama di susun tahun 1976 dan di mgunakan sampai tahun 1995.
Dengan berbagai perubahan mendasar situasi keamanan dunia yang di
nilai cenderung kearah ketidakpastian, Jepang berusaha menyikapi dengan lebih
aktif dalam memainkan peran dalam setiap upaya perdamaian dan keamanan.
Dalam kaitannya dengan ambisi untuk lebih berperan tersebut , Jepang
memandang perlu untuk mendefinisikan kembali peran yang harus dilaksanakan
SDF. Dengan mengadopsi NDPO versi 1976, pada tahun 1996 di susun “NDPO
in and after FY 199634”.
Sesuai yang di gariskan NDPO, kemampuan pertahanan yang di miliki
SDF harus di tinjaukembali melalui restrukturisasi baik dskala Maupun maupun
fungsi dengan suatu premis bahwa keamanan Jepang serta kebijakan dasar
pertahanan tetap di pertahankan. Garis besar strategi pembangunan kekuatan SDF
34
Ibid, hlm 30.
41
42
yang di laksanakan meliputi, perampingan organisasi, peningkatan pungsi-pungsi
yang di perlukan dan peningkatan kualitatif agar di dapat kemampuan reaksi cepat
dalam merespon setiap bentuk ancaman serta peningkatan flexsibilitas dalam
menghadapi setiap perkembangan situasi.
Perubahan-perubahan
situasi
internasional
termasuk
diantaranya
percobaan rudal oleh Korut dan kegiatan riset angkatan laut Cina di sekitar
territorial Jepang telah mendorong pemerintah untuk kembali merevisi NDPO.
Kementerian pertahanan Jepang (Japan Defence Agency) mengumumkan rencana
revisi terhadap National Defences Programe Outline/NDPO, tersebut pada tanggal
3 September 2001. latar belakang perlunya merevisi kembali NDPO antara lain
percobaan peluru kendali yang melewati territorial Jepang pada tahun 1998 oleh
Korut. Selain itu di sinyalir juga beberapa kapal mata-mata Negara tersebut telah
melakukan penyusupan ke wilayah perairan Jepang. JDA mengharapkan dapat
menyelesaikan NDPO baru pada tahun 2005 bersamaan dengan berakhirnya
rencana pembangunan pertahanan jangka menengah / Mid-ter Development
Programe tahun 2001-2005. beberapa revisi yang di perbaharui antara lain :
1.
Mengubah
prioritas
kebijakan
dari
pertahanan
untuk
meghadapi
kemungkinan ancaman dalam skala besar menjadi pertahanan untuk
menghadapi ancaman gerilya, ganguan
di system pertahanan laut,
kecelakaan nuklir dan bencana alam.
2.
Memperkuat unit-unit di Okinawa dan laut selatan.
3.
Penangganan teknologi tingi di bidang komunikasi militer dan riset bersama
Jepang-AS di bidang system pertahanan rudal.
42
43
4.
Peningkatan partisipasi personil SDF dalam penangulangan bencana alam
dan kegiatan perdamaian.
Dalam kontak aliansi antara AS dan Jepang fungsi utama dari pasukan
Bela Diri Jepang adalah untuk mengamankan wilayah utama di sekitar Jepang
untuk membantu Angkatan laut dan Udara
AS dalam menjaga parameter
pertahanan perbatasan termasuk juga patroli sejauh 1000 mil zona selatan Jepang
dan menyediakan pangkalan untuk operasi AS di wilayah tersebut. Angkatan
Bersenjata Bela Diri Jepang memang di bentuk dan di desain untuk tugas seperti
hal di atas. Jepang sangat membatasi peranan mereka dari setiap tugas tersebut.
Struktur pertahanan Jepang juga akan lebih flexsibel dan dapat di
pertahankan jika hanya melaksanakan tugas-tugas tersebut. Flexsibilitas tersebut
semakin jelas dengan tipe teknologi militer yang di pergunakan, mereka
mengunakan bahan material yang unggul dalam memproduksi senjata yang di
pergunakan dan Jepang menaruh perhatian terhadap pengembangan system
senjata-senjata baru.
Dalam beberapa kurun waktu Jepang mulai menyadari bahwa mereka
harus memiliki kekuatan militer yang independent untuk berfungsi pada era pasca
perang dingin. Kesadaran ini dating dari semua sector dalam tatanan politik
masyarakat Jepang. Mantan menteri luar negri Jepang,Motofumi Asai, berkata :
“at atime when Soviet union can no longger afford to maintain its military aggressiveness, should
the US continue its cold war strategy of maintaining world order by the deterrence of its military
strength ? Japan should re- examine its adherge to the security threaty with the US’.35
Menurutnya jika Uni Soviet tidak lagi menjadi ancaman dan AS tetap meneruskan
strategi perang dinginnya dalam menjaga tatanan dunia dengan menghindari
35
Takeshi Kitazuma, “Departure Puts Japanese Defences in to New Light”, Japan Time
Weekly, January 13, 1990, hlm 5.
43
44
penggunaan kekuatan militernya maka Jepang akan harus merevisi kembali
mengenai ketaatannya terhadap perjanjian keamanannya dengan AS.
Dia juga menekankan bahwa kebijakan pertahahan Negara harus berubah
sesuai dengan situasi internasional saat ini dan dari pada melihat ke perjanjianperjanjian dan dokumen-dokumen lama Jepang harus mulai mengadopsi sebuah
program pertahanan berdasar pertimbangan hubungan Timur dan Barat.
Pada bulan Maaret 1988, terjadi perdebatan mengenai masa depan
kapabilitas pertahanan Jepang. Perdebatan tersebut di mulai ketika perdana
menteri Noburo Takeshita menyampaikannya di hadapan para calon perwira
pasukan Bela Diri Jepang, ia menyatakan bahwa Jepang harus memiliki
kapabilitas pertahanan yang sepadan dengan kekuatan nasional Jepang36.
Tahun 1990 merupakan titik balik bagi Jepang dan hal tersebut melalui 2
tahapan, pertama yaitu pada saat perang dingin berakhir, kedua rencana
pembangunan pasukan bersenjata pasca perang dingin. Di bawah rencana
tersebut, kemudian pasukan Bela Diri Jepang di rampingkan menjadi 13 divisi
ditambah 6 brigade, 62 kapal anti kapal selam, 16 kapal selam, 214 kapal tempur
laut, dan pasukan pertahanan udara lengkap dengan 415 pesawat tempur37.
Struktur administratif dari angkatan bersenjata Jepang di disain untik
meminimalisir perang modern. Pasuakan Bela Diri Jepang tidak hanya berada di
bawah control Menteri Pertahanan, melainkan oleh suatu badan perwakilan di
daloam Office of the Prime Minister. Departemen pertahanan Jepang / Japan
Defence Agency (JDA) di kepalai oleh seorang Dirjen – Direktur Jendral dari
36
Bruce Roscoe,” Japan Puts Priority on Defence”, Japan Times Weekly, Desember 10,
1998,hal 147.
37
” Japan’s DefencePlaning in era of Global Change”, Japan Economic Institute, 14
September 1990, hlm4.
44
45
JDA, adalah seorang Menteri yang duduk dalam kabinet dan memiliki kekuasaan
secara penuh seperti layaknya seorang perdana menteri.
Struktur Departemen Pertahanan
Jepang (JDA)
merupakan sebuah
lembaga departemen pertahanan. Direktur Jendral dari JDA juga bertugas sebagai
menteri Pertahanan Negara. Dalam kapasitas normal ia harus melaporkan setiap
aktifitasnya kepada cabinet. Perdana Menteri dan kabinet keduanya bertugas di
dalam dewan keamanan Jepang (security council of Japan) yang merupakan
pembaharuan dari dewan pertahanan nasional.
Perdana Menteri mengetuai dewan pertahanan bersama dengan Dirjen
JDA, kementrian luar negri, menteri keuangan, ketua dari komisi keamanan
public dan Direktur Jendral dari biro perencanaan ekonomi. Hal yang paling
penting JDA mengatur anggaran belanja, baik mengatur anggaran belanja umum
dan dalam membandingkan anggaran gengan Negara-negara lain, besarnya
anggaraan belanja pertahanan dari JDA mempengaruhi kapasitas dan ukuran dari
angkatan bersenjata pasukan Bela Diri Jepang.
Selain pemeliharaan dan peningkatan kapabilitas pertahanan berdasarkan
MTDP, kebijakan penting lainya yang perlu di laksanakan adalah pengkajian
terhadap revolusi di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang kemungkinan
akan mengakibatkan perubahan besar terhadap strategi pertahanan yang berlaku
sat ini.
45
46
B. ANGKATAN BERSENJATA BELA DIRI JEPANG
1. Sejarah Singkat Pembentukan Pasukan Bela Diri Jepang
Perang Korea yang terjadi pada tahun 1950-1953 merupakan awal
perkembangan pasukan Bela Diri Jepang (Japan Self Defence/JSDF), dimana
Jepang di beri kekuasaan untuk membentuk cadangan polisi nasional karena AS
kekurangan pasukan. Bagi Jepang ini merupakan kebangkitan di bidang ekonomi
dan militer. Kemudian pada tahun 1951 AS dan Jepang menandatangani San
Fransisco Treaty, yang berisi kesepakatan antara Jepang dan AS di mana pasukan
Jepang sebagai pasukan pertahanan dan AS sebagai pelindung wilayah tersebut.
JSDF bukan militer, Jepang tidak memiliki hokum perang atau pengadilan perang
dalam artikel 18 dinyatakan bahwa Jepang menentang segala bentuk perbudakan
yang di sengaja dan juga tidak mengadakan wajib militer. Rencana pertahanan
tahun 1966 mengubah Self Defence Forces/ SDF, dari untuk menanggulangi
agresi menjadi penangkal agresi.
Tahun 1980an, angkatan bersenjata Bela Diri Jepang / Self Defence Forces beralih
menjadi Comprehensive Security yang berdasarkan pada :
1. Kekuatan militer yang minimum
2. Kemajuan
ekonomi
yang
berupa
pemberian
kepada
Negara-negara
berkembang
3. Diplomasi yang menjamin keamanan dan kepantingan Jepang.
Kata Bela Diri yang terdapat dalam pasukan Bela Diri Jepang, secara
resmi digunakan karena pengaruh dari konstitusi tahun 1949 yang terkenal dengan
artikel 9 yang melarang Negara Jepang untuk memiliki kekuatan atau pasukan
militer. Ketika Jepang menyerah kepada negara-negara yang bersekutu pada
46
47
Agustus 1945, angkatan darat, laut dan udara mereka yang terkenal hebat di
bubarkan sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Negara-negara sekutu
yang bertujuan untuk menghentikan dan mencegah pemberontakan Jepang dan
menciptakan suatu masyarakat yang demokratis dan damai.38
Ketika perang Korea terjadi 1950, pasukan AS yang menduduki Jepang di
kerahkan ke semenanjung Korea. Jendral, Douglas M’c Arthur, komandan dari
pasukan pendudukan Jepang memerintahkan untuk mendirikan National Police
Reserve yang terdiri dari 75.000 personil untuk memperkuat Jepang dalam
memelihara ketertiban. Pasukan ini lebih hebat dari polisi yang telah ada pada
saat itu. Tahun 1952 namanya berubah menjadi National Safety Forces dan
bersama dengan penjaga maritime, dikelola oleh sebuah lembaga baru yaitu
Safety Agency. Dengan diterimanya hukum Self Defence Forces tahun 1954,
lembaga Safety Agency menjadi Defence Agency (lembaga pertahanan), dan
pasukan pertahanan yang telah ada dikenal dengan pasukan Bela Diri, ( Self
Defence Forces/SDF ). Dengan 3 cabang angkatan : angkatan darat (Ground Self
Defence Forces), angkatan laut ( Maritim Self Defence Forces ), angkatan udara (
Air Self Defence Forces ).39
2. ORGANISASI DAN KOMANDO
Komando tertinggi dan pengawasan berada ditangan Perdana Menteri
yang memiliki kabinet pemerintan. Dirjen dari Dephan yang merupakan salah
satu anggota cabinet menerima perintahnya dari Perdana Menteri dan ia
38
Deplu Indonesia, Laporan Tahunan Jepang 1999-2000 (Jakarta: Deplu Indonesia,
1999), hlm, 33.
39
Ibid, hlm 4.
47
48
bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang di berikan kepada pasukan Bela
Diri Jepang.
Direktur Jendral dibantu oleh personil sipil yang yang bertugas di Dephan
dan juga oleh para personil pasukan Bela Diri yang bertugas
sebagai staf
komando di dalam departemen pertahanan yang diwakili dari setiap divisi.
Ketiga kepala staf dari setiap divisi angkatan bersenjata tersebut bertugas ontuk
mengawasi setiap aktifitas cabang dari tiap-tiap divisi, dan dari setiap perintah
harus ada persetujuan dari Dirjen Dephan. Jika terjadi perang akan dibentuk suatu
unit gabungan dari ketiga divisi angkatan bersenjata,dan kepala Majlis Dewan
bersama akan menentukan setiap rantai komando. Dan jika didalam masa damai
kekuatan kepala Majlis Dewan bersama terbatas terhadap setiap formulasi dan
koordinasi dari setiap rencana-rencana pertahanan.
3. PERSONIL PASUKAN BELA DIRI JEPANG
Anggota-anggota pasukan Bela Diri Jepang yang merupakan bagian
system daftar sukarela dari anak-anak muda Jepang dengan umur antara 18-25
thn. Masa tugas selama kurang lebih 2-3 tahun. Tetapi masa tugas tersebut dapat
di perpanjang karena gejolak periode pergaulan internasional dan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.
Pasukan Bela Diri mengalami kesulitan dalam merekrut anggota. namun
dalam beberapa tahun terakhir rendahnya
pertumbuhan ekonomi telah
meningkatkan daftar pelamar. Tahun 1974, untuk mengatasi kekurangan anggota
pasukan Bela Diri Jepang bermaksud untuk merekrut anggota wanita, hal ini telah
memperlihatkan kemajuan melihat banyaknya daftar nama anggota dan prigram
48
49
tersebut kembali dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 1980, 3000
wanita telah menjadi anggota Pasukan Bela Diri Jepang.
Pasukan cadangan dari anggota pasukan Bela Diri Jepang yang terdiri dari
para sukarelawan dibentuk karena banyak yang mulai mengundurkan diri dari
tugas aktif. Pada tahun 1980 sebanyak 37.900 pasukan cadangan tersedia untuk
angkatan darat dan 500 orang tersedia untuk pasukan maritime.
Umur pensiun diberikan hingga umur 50 tahun dan mereka yang sampai
pangkat sersan hingga letkol. Dan untuk colonel adalah 53 thn, mayjen hingga 55
thn, letjen hingga 58 thn. Umur tersebut terhitung muda jika dibandingkan dengan
AS dimana umur 60 thn adalah batas maksimal pensiunan bagi mereka yang
berpangkat letnan sampai brigadir.
C. PROGRAM PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANG
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan MTDP
antara lain adalah situasi internasional, trend iptek di bidang militer, produk
pertahanan serta teknologi infrastruktur, perkiraan ekonomi jangka panjang serta
perkembangan militer. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang digariskan dalam
National Defence Program Outline (NDPO) tahun 1995, MTDP diarahkan pada
upaya-upaya perampingan pasukan Bela Diri Jepang (Japan Self Defence), system
pertahanan yang efektif dan compact, dalam upaya pencapaian tingkat kekuatan
seperti yang dicantumkan dalam NDPO serta pengembangan kualitas pertahanan.
Untuk mencapai sasaran tersebut MTDP memprioritaskan pada hal-hal berikut :
1. Penangganan revolusi Tekhnologi informasi dan komunikasi
49
50
2. Peningkatan kapabilitas untuk mengatasi kemungkinan berbagai ancaman
asimetris (asymmetrical threats) termasuk ancaman gerilya komando dan
senjata NBC (nuklir, biology, chemical)
3. Peningkatan kapabilitas pengganan bencana alam
4. Kebijakan personildan pendidikan diarahkan pada memelihara dan mendidik
personil berkualitas tinggi, peningkatan disiplin kerja, penigkatan taraf hidup
personil, dan kebijakn untuk meningkatakan pemahaman masyarakat terhadap
peran dan aktifitas JSDF.
1. Anggaran Belanja Bidang Pertahanan
Tahun 2000 merupakan tahun terakhir dari MTDP 1996-2000. dalam
kaitannya dengan hal tersebut, badan keamanan nasional Jepang (Security
Council of Japan) pada 15 Desember 2000 menyetujui anggaran belanja
pembangunan pertahanan MTDP 2001-2005 senilai 25,16 trilyun Yen.40 anggaran
ini mengalami peningkatan sebesar 930 miliar Yen dibandingkan dengan MTDP
sebelumnya. Berdasarkan perhitungan dengan anggaran sebesar 25,16 trilyun
Yen ini maka anggaran akan pertahanan akan mengalami peningkatan sebesar 0,7
% setiap tahunnya. Program-program pembangunan kekuatan berdasarkan MTDP
ini antara lain untuk meng-upgrade system technology informasi dan system
control and command. Dan untuk penangganan bencana alam program yang akan
dilaksanakan adalah membentuk pasukan gerak cepat berkekuatan 2.700 personil
di berbagai unit SDF. Bidang ini mendapat alokasi dana 150 milyar Yen.
40
Deplu Indonesia, Laporan Tahunan Jepang 2000-2001 (Jakarta: Deplu Indonesia,
2001), hlm, 32.
50
51
Anggaran belanja bidang pertahanan tahun 2001-2005 meningkat 0,4%
dibandingkan dengan anggaran belanja tahun sebelumnya yaitu mencapai 4,955
trilyun Yen. Pengeluaran terbesar akan ditujukan untuk kepentingan personil dan
food supply yaitu 2,23 trilyun Yen, mengalami peningkatan 23,5 trilyun Yen.
Selanjutnya bagi pembayaran kontrak pembelian Alusista sebesar 1,77trilyun
Yen. Beberapa mata anggaran baru yang harus dikeluarkan selama FY 2001/2002
antara lain :
1. Reorganisasi divisi pertama Ground Self Defence Forces (GSDF) Eastern
Army menjadi unit khusus anti gerilya dan pembentukan unit anti serangan
NBC dengan biaya 6,4 milyar Yen
2. Biaya penelitian pengadaan pesawat Tanker sebesar 8 juta Yen. SDF belum
mengajukan biaya pengadaan pesawat Tanker pada TA 2001-2002
3. Pembangunan 2 jenis pesawat yaitu pesawat anti kapal selam MSDF untuk
menggantikan pesawat P-3C dan pesawat angkut ASDF untuk menggantikan
pesawat C-1. biaya pembangunan kedua jenis pesawat tersebut diperkirakan
mencapai 5,3 miliar Yen.
4. Biaya konsolidasi pangkalan AS di Okinawa sebesar 16,5 miliar Yen. 41
Untuk tahun anggaran 2002-2003 JDA telah mengajukan usulan anggaran
sebesar 5,0278 trilyun Yen bagi anggaran belanja tahun 2002-2003, dengan
demikian mengalami peningkatan 1,8% dibandingkan dengan tahun anggaran
sebelumnya. Selain anggaran resmi diatas pihak JDA juga mengharapkan
mendapatkan anggaran alokasi dana dari 7 sektor yang mendapat kuota khusus
41
Ibid, hlm 34.
51
52
dengan dana sekitar 2 trilun Yen yang disediakan pemerintah bagi program
prioritas yang lain.
Selain itu pemerintah Jepang juga mengalokasikan dana anggaran sebesar
70,7 miliar Yen pada tahun 2002-2003 untuk pengadaan satelit inteljen yang
selama ini belum dimiliki. Menurut rencana 66 miliar Yen dari anggaran tersebut
akan digunakan untuk membangun dan meluncurkan dua pasang satelit pada
bulan February dan juni 2002 sementara 4 miliar Yen lainnya akan di gunakan
untuk meluncurkan dua satelit tambahan pada tahun 2005 dan 2006 serta biaya
bagi penyelidikan advance satellite. Empat satellite yang di luncurkan pada tahun
2002 terdiri dari dua satelit radar dengan kemampuan photographic jarak jauh.
Pemerintah juga akanmenambah staf yang diperbantukan di cabinet satellite
information center dari 160 menjadi 190 staf.42
2. Kekuatan Ground Self Defence Forces
Ground Self Defence Forces (GSDF) adalah pasukan militer Bela Diri
Jepang yang memilki kekuasaan autoritas di darat. Arah reorganisasi yang di
terapkan oleh GSDF berdasarkan NDPO adalah untuk merampingkan kekuatan
dari 180 authorized personnel dengan unit-unit utama terdiri dari 13 divisi dan 2
brigade gabungan menjadi 160.000 personil (145.000 personil reguker dan 15.000
ready reserve personnel ), terdiri dari 9 divisi dan 6 brigade. Berdasarkan MTDP
2001-2005, akan dilakukan reorganisasi terhadap 5 divisi dan 1 brigade gabungan
dengan menerapkan modernisasi alutsista. Diantaranya 1 divisi dan 1 brigade
42
Ibid, hlm 37.
52
53
gabungan akan di reorganisasi menjadi 2 brigade dimana masing-masing unit
akan di isi oleh ready reserve personnel.
GSDF juga akan membentuk unit khusus untuk mengantisipasi
kemungkinan adanya serangan gerilya dan restrukturisasi divisi ke 5 GSDF di
Hokkaido dan Composite Division ke 2 di Kagawa. Dengan restrukturisasi ini
GSDF akan merampingkan personilnya hingga 156.000 pasukan pada tahun
terakhir MTDP. Alutsista besar yang akan diadakan terutama Tank-Tank baru
dengan pasilits komando dan control berkemampuan tinggi.
Jenis-jenis peningkatan Alutsista yang dimiliki oleh GSDF :
No.
Tabel 3
Alat Utama Sistem Senjata (GSDF)
Jenis Alutsista
Jumlah
1.
Tank
91 unit
2.
Artillery (kecuali Mortar)
47 unit
3.
Multiple Launch Rocket System
18 unit
4.
Armored Vehicle
129 unit
5.
Anti – Tank Helicopter
10 unit
6.
Helicopter angkut (CH-47 JA)
7 unit
7.
Peralatan & Material untuk Rudal darat dan udara
0,25 group
8.
Rudal baru jarak menengah
1,25 group
Sumber : Deplu Indonesia, Laporan Tahunan Jepang 2000-2001
Sementara langkah modernisasi Alutsista dan peralatan tempur lain terus
dilaksanakan, maka restrukturisasi terhadap 5 divisi dan 13 divisi dilaksanakan. 2
diantaranya akan di bentuk menjadi beberapa brigade dimana salah satunya akan
dibentuk menjadi beberapa brigade dimana salah satunya akan menjadi brigade
lintas udara. Beberapa unit dari divisi dan brigade yang di restrukturisasi
kemudian akan dilebur kedalam pasukan cadangan. Secara bertahap baik
organisasi maupun pengawakan organisasi GSDF kemudian akan dikurangi dan
53
54
direncanakan pada akhir MTDP akan didapatkan postur GSDF dengan kekuatan
172.000 personil terdiri dari 167.000 pasukan regular dan 5000 pasukan cadangan
dan diharapkan nantinya akan didapatkan postur ideal GSDF dengan 145.000
pasukan regular.
3. Kekuatan Maritim Self Defence Forces
Dalam menyelenggarakan keamanan wilayah laut disekitarnya yang
dilaksanakan dengan armada laut baik kekuatan atas air maupun kekuatan bawah
air, modernisasi atau penggantian Sistanya di upayakan untuk mengedepankan
azas efisiensi. Sedangkan kemampuan udaranya , Maritim Self Defence Forces
(MSDF) mengandalkan pada pesawat patroli helicopter SH-60J. mengantisipasi
kemajuan masa depan, MSDF terus meningkatkan kemampuan P-3C Orion untuk
tugas-tugas patroli laut.
Pada awal tahun anggaran 2000-2001, JMSDF akan mulai melakukan
pembangunan pesawat p-3C secara domestic. Pihak-pihak MSDF saat ini
berupaya memberikan landasan hukum agar kapal MSDF dapat melakukan
pengejaran dan penangkapan terhadap kapal asing yang memasuki wilayah
perairan Jepang.
Untuk melindungi wilayah pantai dan daratan dari ancaman pendaratan
Amphibi, selain mengandalkan kemampuan pesawat tempur taktis F-1 juga mulai
menggunakan pesawat tempur taktis baru jenis F-2 serta penggunaan Rudal darat,
air SSM-1 untuk menghadapi seranga Amphibi.disamping transportasi laut, untuk
transportasi dan mobilitas pasukan dimanfaatkan untuk kemampuan pesawat
helicopter CH-47 Chinook dan transport Jet C-1.
54
55
Selain itu untuk merampingkan dan mengefisiensikan pasukan, MSDF
akan melakukan konsolidasi terhadap unit-unit Destroyer (Regional District Unit)
dari 10 menjadi 7 divisi, 2 flotila unit minesweeping diubah menjadi 1 dan 16
land base skadron peasawat patrol menjadi 13.selain itu MSDF juga akan
menghapus satu group destroyer, pengadaan Alutsista adalah 2 kapal perang
pengangkut helicopter kelas 13.000 ton dan 2 destroyer yang dilengkapi dengan
system Aegis.
Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan bawah air, akan dibentuk
sebuah unit pendidikan baru. 2 gugus laut dari unit anti ranjau akan dilebur
menjadi 1 gugus laut. Selain itu 1 skadron pesawat patroli akan dilikuidasi
sedangkan 2 skadron pesawat patroli (Fixed Wing dan Helicopter) akan diubah
menjadi skadron training.dan direncanakan pada akhir MTDP akan didapatkan
postur MSDF dengan kekuatan 45.000 personil.
Jenis-jenis peningkatan Alutsista yang dimiliki MSDF
Tabel 4
Alat Utama Sistem Senjata (MSDF)
Jenis Alutsista
No.
1.
2.
3.
Destroyer
Kapal Selam
Total tonase kapal yang akan dibangun
4.
Jumlah
5 unit
5 unit
86.000 ton
Helicopter Patrol
(SH-60J&SH60J<MODIFIKASI>)
39 UNIT
5.
Helicopter Transport dan Penyapu ranjau
2 unit43
Sumber : Deplu Indonesia, Laporan Tahunan Jepang 2000-2001
43
Ibid, hlm 55.
55
56
4. Kekuatan Air Self Defence Forces
Sesuai dengan kondisi geografis Jepang yang merupakan suatu gugusan
kepulauan yang mirip busur dengan laut disekelilingnya, kemungkinan paling
besar datangnya invasi melalui wahana udara. Untuk kemampuan pertahanan
udara melalui penyergapan di udara, Air Self Defence (ASDF ) masih
mengandalkan kemampuan pesawat F-15 yang dimilikinya. Mengantisipasi
kemajuan teknologi persenjataan, ASDF terus mengembangkan kemampuan jenis
pesawat ini melalui berbagai modifikasi sedangkan untuk kemampuan pertahanan
area maupun titik, diupayakan untuk terus meningkatkan kemampuan Sista Rudal
Patriot dan Hawk. Sehubungan dengan dengan adanya revisi kerjasama
pertahanan Jepang- AS, pihak kementerian pertahanan akan melakukan
pembangunan pesawat angkut jarak jauh kelas menengah untuk menggantikan
pesawat C-1. diharapkan dalam waktu 10 tahun yang akan dating JDA mampu
melakukan pengadaan 50 pesawat angkut jenis ini.
Rencana pengadaan lainnya adalah untuk jenis pesawat tempur yang
mampu mengadakan pengisian bahan baker di udara (air refueling) dan pesawat
Tangkernya. Diharapkan pada tahun anggaran 2005-2006 Jepang telah memiliki 4
pesawat tempur jenis ini.
Selain itu pada September 2000, Jepang menerima 2 peaswat Support
Fighter F-2 yang akan ditempatkan di pangkalan udara Mirsawa, Prefektur
Aomori. Peaswat F-2 adalah pesawat yang dikembangkan secara bersama oleh
Jepang dan AS. Berdasarkan prototype peasawat F16. biaya pembangunan 1
peasawat mencapai 12 milyar Yen, merupakan pesawat termahal yang dimiliki
56
57
Jepang. Japan Defence Agency (JDA) akan mengadakan sekitar 130 F-2 untuk
menggantikan pesawat tempur F-1 dan F-4.
Dengan telah dilengkapinya kekuatan pertahanan udaranya melalui
pengadaan pesawat AWACS, maka beberap group Warning dan Control akan
dibentuk menjadi satuan setingkat skadron. Selain itu 1 skadreon buru sergap juga
akan dilikuidasi selain itu, 28 group Aircraft Control and Warning Unit akan
dirampingkan menjadi 8 Warning group da 20 Warning skadron dan 13 skadron
tempur akan dirampingkan menjadi 12 skadron. Selam MTDP 1996-2000, 12
Warning group telah direorganisasi menjadi skadron sebagai implementasi dari
rencana membentuk 16 Warning Group dan 12 Warning Skadron. Berdasarkan
MTDP 2001-2005, 8 Warning goup akan direorganisasi menjadi skadron untuk
memenuhi target struktur baru unit-unit utama.dan direncanakan pada akhir
MTDP akan didapatkan postur ASDF dengan kekuatan 47.000 personil.
Jenis-jenis peningkatan Alutsista yang dimiliki ASDF.
No.
1.
2.
3.
4.
Tabel 5
Alat Utama Sistem Senjata (ASDF)
Jenis Alutsista
Modernized Fighter-Interceptor (F-150)
Fighter Support (F-2)
Helicopter Angkut (CH-47)
Pesawat dengan kemampuan pengisian bahan baker di udara
dan angkutan personil
Sumber : Deplu Indonesia, Laporan Tahunan Jepang 2000-2001
57
Jumlah
12 Unit
47 Unit
12 Unit
4 Unit
58
BAB III
STABILITAS KEAMANAN DI KAWASAN
ASIA TIMUR
A. PERKEMBANGAN POLITIK, MILITER, DAN KEAMANAN PASCA
PERANG DINGIN DI ASIA TIMUR.
Di dalam sistem internasional yang anarkis, stabilitas akan dicapai melalui
perimbangan kekuatan (balance of power). Perimbangan ini bersifat dinamis
yaitu, setiap saat dapat berubah sejalan dengan perubahan-perubahan yang
berkembang, baik di tingkat nasional maupun internasional. Namun, pada
akhirnya perimbangan baru akan tercipta, baik melalui jalur damai maupun
kekerasan (perang). Pertanyaannya kemudian adalah: apakah keberhasilan Korea
Utara melakukan percobaan nuklir akan merubah perimbangan kekuatan di Asia
Timur?
Jika melihat kondisi Korea Utara, sulit untuk menyatakan bahwa
perimbangan kekuatan di Asia Timur akan berubah. Walaupun dengan pemilikan
senjata nuklir kapabilitas militer Korea Utara dapat meningkat, kondisi
perekonomiannya yang buruk menghambat korea Utara menjadi kekuatan
regional di Asia Timur. Sulit untuk membayangkan sebuah negara menjadi
kekuatan regional tanpa didukung oleh kedua faktor tersebut, militer dan
ekonomi.
Kemungkinan perubahan perimbangan kekuatan datang dari respon yang
diberikan oleh negara-negara di Asia Timur terhadap kemampuan nuklir Korea
58
59
Utara. Jika melihat perkembangan terakhir, melalui sikap kerasnya terhadap
Korea Utara, Jepang dapat menjadi pemicu pergeseran perimbangan kekuatan di
Asia Timur. Kemampuan delivery system Korea Utara (Taepodong I), yang dalam
beberapa tahun ke depan kemungkinan akan dapat membawa hulu ledak nuklir,
yang dapat mencapai seluruh wilayah Jepang dapat mendorong Jepang untuk
meningkatkan kemampuan militernya. Salah satunya telah dimulai melalui
pengembangan sistem pertahanan rudal balistik (balistic missile defense system)
bekerjasama dengan AS.
Pemerintah Jepang telah menyatakan bahwa ambisi Korea Utara untuk
menguasai senjata nuklir dan modernisasi militer Cina merupakan ancaman utama
Jepang saat ini. Jika Jepang melakukan modernisasi militer maka negara-negara
lain di seluruh kawasan Asia Timur akan melakukan hal yang sama karena
ketakutan terhadap kebangkitan militer Jepang merupakan alasan negara-negara
di kawasan ini melakukan modernisasi persenjataan. Apalagi jika Korea Utara
sukses dalam pengembangan Taepodong II yang memiliki daya jelajah 4.400 km6.700 km. Sehingga mampu menjangkau AS (Alaska), India, Pakistan dan seluruh
wilayah Indonesia. Dengan melihat konflik yang terjadi, Asia Timur merupakan
kawasan yang rawan konflik antar negara (inter-state conflict). Berkaitan dengan
klaim wilayah, di Asia Timur terdapat beberapa sumber konflik teritorial yaitu,
Kepulauan Paracel, Kepulauan Spratly, dan Kepulauan Diaoyu/Senkaku.
Wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah yang kaya sumber daya mineral.
Konflik di wilayah-wilayah itu bahkan telah sampai pada konflik militer.
Dimana masing-masing negara mengerahkan kekuatan militernya untuk
menghadang
lawan,
yang
seringkali
59
berakhir
dengan
konfrontasi.
Ini
60
memperlihatkan bahwa perubahan perimbangan kekuatan di Asia Timur potensial
melahirkan perang (terbatas) sebelum mencapai perimbangan baru.
Dengan melihat efek nuklir Korea Utara yang demikian besar selayaknya
masyarakat internasional tidak lagi menggunakan pola alienasi dan sikap yang
keras dalam menghadapi Korea Utara. Karena terbukti sikap demikian malah
memprovokasi Korea Utara untuk bersikap makin agresif. Keinginan Korea Utara
untuk berdialog langsung dengan AS menjadikan AS sebagai faktor kunci dalam
perubahan sikap masyarakat internasional tersebut. Selayaknya tawaran Korea
Utara tersebut disambut positif oleh AS demi kepentingan stabilitas di kawasan
Asia Timur.
Sebagian besar Asia Timur telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang
luarbiasa selama dua dekade terakhir ini, saat mana telah ditetapkan program
tambahan persenjataan yang terluas.
Dilihat dari sudut ekonomi, Jepang merupakan salah satu negara yang
paling maju di dunia. GDP (produk domestik bruto, yaitu nilai semua barang dan
jasa yang dihasilkan di Jepang dalam setahun) adalah kedua tertinggi di dunia, dan
merk-merk Jepang seperti Toyota, Sony, Fujifilm, dan Panasonic terkenal di
seluruh dunia. Industri manufaktur adalah salah satu kekuatan Jepang, tapi negara
ini miskin akan sumber daya alam. Pola umum yang dijalankannya adalah sebagai
berikut: Perusahaan-perusahaan Jepang mengimpor bahan-bahan mentah, lalu
mengolah dan membuatnya sebagai barang jadi, yang dijual di dalam negeri atau
diekspor. alah satu bidang yang memberi harapan bagi pertumbuhan ekonomi
Jepang adalah perobotan, di mana teknologi Jepang memimpin dunia. ASIMO,
robot humanoid (berbentuk seperti manusia) dikembangkan oleh Honda, dapat
60
61
berjalan dengan dua kaki dan berbicara bahasa manusia. Di masa dekat ini, robot
akan aktif dalam berbagai bidang dan mungkin hidup berdampingan dengan
manusia, seperti dalam film-film fiksi sains.
1. Kondisi Politik Pasca Perang Dingin Di Kawasan Asia Timur
Transformasi radikal yang telah terjadi dalam hubungan Timur-Barat telah
mengakibatkan berakhirnya suasana perang dingin dan demikian telah
membebaskan pemikiran, upaya serta sumber daya umat manusia dari belenggu
persaingan ideologi dan pertentangan strategis militer antara kedua blok tersebut.
Percaturan hubungan internasional ditandai oleh munculnya berbagai persepsi,
konsepsi dan pendekatan baru mengenai penyelesaian berbagai permasalahan
global, mengenai pengaturan tata hubungan antar negara maupun pola
pengelolaan dunia, dalam suasana saling ketergantungan dan saling keterkaitan
antar bangsa dan antar masalah yang semakin erat.44
Prospek era baru dalam hubungan internasional telah melahirkan harapan
pula akan terciptanya suatu sistem pengelolaan global dan suatu tatanan dunia
baru yang lebih damai, aman, sejahtera yang berlandaskan prinsip-prinsip
demokrasi, HAM, dan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Dalam bidang politik setelah perang dingin berakhir mengantarkan era baru dalam
hubungan internasional yang lebih sehat. Dimana kesadaran politik telah
berkembang, menciptakan tantangan dan peluang bagi negara-negara regional
power di kawasan Asia Timur.45
44
Perimbangan Kekuatan Baru di Asia Pasifik (Cina, Korea, Jepang) dalam Perspektif
Hubungan Internasional, Kerjasama Departemen Luar Negeri dengan Kajian Pusat Kajian Pasifik
Universitas Hasanuddin.1992-1993. hal 15
45
Ibid
61
62
Kawasan Asia Timur telah menjadi kawasan penting dalam percaturan
politik internasional. Ciri utama dari kegiatan politik internasional di kawasan ini
adalah sifatnya yang dinamis. Dominasi dari kepentingan-kepentingan dan
interaksi yang sangat tinggi antar negara-negara kawasan dan non-kawasan, baik
ditinjau dari sudut ekonomi, politik, dan keamanan internasional telah
menempatkan kawasan ini sebagai sebuah arena (domain) yang strategis di
dunia.46
Keadaan strategis Asia Timur menempatkan kawasan ini sebagai suatu
kawasan yang potensial. Adanya perubahan yang signifikan setelah perang dingin
berakhir yaitu dampak dari perimbangan kekuatan konflik regional antar negara
besar yang memiliki kecenderungan unilateral dari hegemoni Amerika Serikat
yang ingin dipatahkan oleh Cina dan Jepang yang sama-sama memiliki
kepentingan strategis di kawasan Asia Timur.47
Dalam kerangka situasi terakhir ini, setelah perang dingin berakhir,
geopolitik telah digantikan dengan geoekonomi.48 Disini berarti sekarang bukan
isu pertarungan wilayah, tetapi pertarungan memperebutkan pasar. Meski elemen
militer dan pertahanan tetap penting, tetapi dominasi suatu negara tidak lagi
ditentukan oleh kemampuan menguasai dan menaklukan wilayah negara lain
secara militer namun seberapa jauh ia bisa mendominasi pasar negara lain. Tetapi
juga suatu realita, bahwa meski tema geoekonomi bisa diamati dengan jelas,
geopolitik tetap saja sulit untuk diabaikan.49
46
Ibid
Ibid, hal 89
48
Derek Mc Dougall. The International Politics of the Asia Pasific. Lynne Riener
Publisher. Colorado.1997. hal 7
49
Roni Sontari, Dody Aviantara, Ninok Leksono dan Beny Adrian. Pertahanan Asia
Timur Abad 21. Angkasa No.5 Februari 2001 Tahun XI
47
62
63
Ada empat keistimewaan dalam pola hubungan antar negara besar,50 yaitu:
a. munculnya struktur kekuatan multipolar sebagai pengganti struktur bipolar
b. berkurangnya persaingan ideologi
c. dominasi komunitas keamanan
d. diperkuat oleh masyarakat internasional
Mungkin dampak paling nyata dari berakhirnya perang dingin adalah
hilangnya persaiangan ideologi sebagai motivasi utama negara-negara besar untuk
melakukan penetrasi atau campur tangan dalam urusan-urusan kawasan. Dampak
lain adalah persaingan antagonisme lokal akan memiliki otonomi yang lebih besar
untuk berkembang. Ada yang berpendapat bahwa berakhirnya perang dingin
mungkin malah akan mempercepat proses yang sebenarnya telah berlangsung
lama yaitu regionalisasi konflik regional.51
Jepang sudah terlibat dalam operasi maritim sejauh lebih dari 1000 mil
laut, yang ke arah selatan hampir mencapai Filipina. Dalam syarat regional,
Jepang telah memiliki sebuah kekuatan laut yang besar dan sangat modern,
termasuk 100 pesawat tempur maritim, 64 pesawat tempur utama untuk
permukaan (6 pemusnah dan 58 pesawat frigate), dan 14 kapal selam. Ia berada
dalam
proses
pembangunan
berbagai
kelas
pemusnah
Yukikaze
yang
diperlengkapi dengan sistem Aegis; ia sedang memodernisasi armada kapal
selamnya; ia sedang merencanakan untuk mendapatkan pesawat terbang tanker
untuk
memperluas
jajaran
pencakupan
udaranya;
dan
ia
sedang
mempertimbangkan tambahan pesawat pengangkut “pertahanan”. Perkembangan
Jepang ini telah menarik perhatian para perencana pertahanan Cina, Taiwan dan
50
Bintarto Bandoro. Isu Keamanan di Asia Pasifik : Rekomendasi untuk ASEAN dan
Indonesia dalam Analisis CSIS. Tahun XXII No.4 Jakarta. 1993. hal 297
51
Ibid
63
64
korea Selatan, dan telah juga meningkatkan beberapa keprihatinan di Asia
Tenggara.
Kemampuan Cina untuk beroperasi di Pasifik Barat juga sedang
berkembang. Angkatan Laut Cina sedang memperoleh sebuah kelas baru
pemusnah (Luhu, atau Tipe 052), versi yang telah diubah dari pemusnah kelas
Luda, sebuah kelas baru (Jiangwei) dari pesawat misil frigate, dan kelas baru
kapal persediaan ulang dan serangan amfibi untuk menopang operasi yang lebih
jauh dri pantai dan untuk periode yang lebih panjang. Proyeksi kemampuan
kekuatan Cina di Laut Cina Selatan telah ditingkatkan dengan konstruksi sebuah
basis udara dan pelabuhan di Woody Island dalam Paracel Islands, dan tambahan
dari sebuah kemampuan pengisian kembali sistem udara-udara untuk kekuatan
udara angkatan lautnya.
Cina juga sedang memperoleh berbagai tipe pesawat terbang modern dari
Rusia termasuk SU-27 pesawat tempur Flanker (24 di antaranya telah dikirim,
dengan kemungkinan 48 yang lainnya), di mana beberapa di antaranya diharapkan
dilandaskan di Pulau Hainan; pesawat tempur penahan MiG-31 Foxhound (di
mana 24 di antaranya akan dikirim akhir-akhir ini, dengan kemungkinan dibuat di
pabrik lokal dengan jumlah sebanyak 200 di masa mendatang); dan bahkan
kemungkinan pesawat pembom Tu-22M Backfire. Untuk jangka waktu yang lebih
panjang, para perencana pertahanan Cina masih tetap secara aktif berminat untuk
memperoleh beberapa pesawat terbang berkemampuan pengangkut.52
Perkembangan Cina ini membangkitkan keprihatinan seluruh Asia Timur.
Beberapa negara, seperti Taiwan dan Korea Selatan, merasakan suatu kebutuhan
52
Ibid
64
65
yang memaksa untuk membalas beberapa kemampuan dari Cina dengan program
mereka sendiri. Yang lainnya lebih terganggu oleh ketidakterbukaan yang
mengikuti kemahiran Cina, yang berkenaan dengan tujuan strategis dari
kemampuan baru itu seperti juga halnya dengan dimensi utama kebangunan Cina.
Di Asia Tenggara, ada keprihatinan mengenai kemungkinan bahwa Cina mampu
untuk memperlihatkan keunggulannya atas seluruh Laut Cina Selatan. Di Asia
Timur lebih umum lagi, terdapat ketakutan tentang kemungkinan terjadinya
beberapa bentuk perlombaan angkatan bersenjata antara Cina dan Jepang dalam
dekade pertama pada abad yang akan datang yang secara tidak dapat dihindarkan
melibatkan seluruh sisa daerah itu.53
Beberapa perkembangan yang melibatkan India juga mempengaruhi Asia.
Walaupun perluasan angkatan laut India telah berhenti karena anggaran yang
memaksa selama beberapa tahun silam, namun India tetap berkomitmen untuk
merencanakan memperoleh pesawat terbang angkut yang lain, lebih bersifat
penyerang permukaan, lebih kepada pesawat terbang patroli maritim jarak jauh
tipe Dornier 288, dan sebuah armada kapal selam modern dan bertenaga nuklir.
Ia juga mengembangkan angkatan laut dan fasilitas udaranya secara bertahap di
Plau Andaman dan Nikobar, yang hanya berjarak 80 mil laut dari pantai utara
Sumatra.54
Walaupun jangkauan India ke Asia Timur masih tetap sangat terbatas,
namun kemungkinan persaingan aktif Sino-India akan memberikan gangguan
implikasi untuk daerah itu. Telah ada gambaran dalam laporan Cina untuk rejim
yang menindas di Birma untuk mana, sebagai balasan, Cina telah memberitakan
65
66
bahwa ia telah mendapatkan jalan masuk ke basis angkatan laut di Pulau Hanggyi
di Sungai Bassein pada muara Sungai Irawadi, yang dibangun untuk Birma, juga
sebagai suatu tempat untuk memonitor Pulau Coco kepunyaan Birma, tepat
sebelah utara Pulau Andaman India. Lebih tidak menyenangkan lagi, adanya
kemungkinan perlombaan angkatan bersenjata nuklit antara India dan Cina. 55
2. Kondisi Militer Pasca Perang Dingin di Kawasan Asia Timur
Di akhir Perang Dingin dan perubahan lingkungan keamanan regional,
banyak negara di Asia Timur telah menentukan untuk meningkatkan pertahanan
percaya diri mereka agar memungkinkan bagi mereka agar lebih dapat
menghadapi ketergantungan berdasarkan sumber alam mereka sendiri. (Beberapa
negara, tentu saja, seperti halnya Cina, Vietnam dan Indonesia, telah
menggunakan kebijaksanaan percaya diri atau “daya kenyal nasional” dalam
tahun 1960-an.56
Bagi sebagian besar negara di dalam daerah itu (pengecualian partialnya
adalah Korea Utara dan Selatan, Cina dan negara dari Indocina dan Asia Selatan),
peningkatan percaya diri melawan ketergantungan regional melibatkan sebuah
perhatian utama pada kemajuan pertahanan maritim. Dalam kasus strategi
pertahanan Australia, misalnya, koran resmi informasi kebijaksanaan, The
Defence of Australia 1987, menyatakan bahwa: ”Kepentingan yang fundamental
dari kendala antara laut dan udara (sekitar sebelah utara Australia) terhadap
keamanan kita memberikan prioritas utama kepada angkatan bersenjata maritim
56
china and asia's new dymicshttp://www.brookings.edu/comm/events/20060112.pdf
66
67
[angkatan laut dan udara] yang mampu untuk mencegah musuh dari operasi
substansial di dalam daerah itu”. 57
Untuk beberapa negara di dalam daerah itu, seperti halnya negara
ASEAN, permintaan maritim akan peningkatan percaya diri menuntut suatu
reorientasi perencanaan dan kemampuan yang radikal yang jauh dari operasi
perlawanan terhadap pemberontak terhadap medan perang maritim. Di dalam
kasus negara lainnya, seperti Jepang dan Australia, pembangunan maritim, secara
kontras, lebih merupakan bagian dari penetapan jangka panjang strategi yang
relatif.58
Banyak tuntutan untuk percaya diri yang lebih besar. Untuk memulainya,
percaya diri yang lebih besar menuntut pengawasan terhadap kemandirian,
peringatan, dan kemampuan intelegensia untuk memonitor perkembangan
regional, terutama di dalam memajukan maritim atau “kendala laut-udara”.
Sentralitas dari kemampuan ketidaktergantungan iteligensi nasional kepada suatu
kebijaksanaan percaya diri bahkan lebih banyak dinyatakan di mana
kebijaksanaan seperti itu mengikuti melalui suatu sikap bertahan atau sikap tidak
menyerang, yang secara umum meruapakan kasus di daerah Asia Pasifik (seperti
misalnya, sikap Jepang, Cina, Indonesia dan Australia). Sebagaimana Agen
Pertahanan Jepang (JDA) telah tetapkan sehubungan dengan peningkatan
kemampuan koleksi intelegensia teknik Jepang: “Sangatlah penting bagi Jepang,
yang semata-mata mengikuti suatu sikap pertahanan diri, untuk tetap
mengingatkan dan mengawasi di dalam daerah dan di sekitar ruang udara dan
airnya dan untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang penting untuk
57
58
Ibid
Ibid
67
68
pertahanan seperti itu. Aktifitas seperti itu harus dilaksanakan secara konstan,
baik pada waktu damai dan juga pada waktu darurat.”59
Kekuatan milter Asia Timur yang dapat dikemukakan tidak lain adalah
Cina dan Jepang, baik dilihat dari jumlah dan jenis persenjataan maupun
personilnya. Namun menurut pandangan lain yang pernah dikemukakan, selaian
Cina dan Jepang juga terdapat Korea Selatan Korea Utara serta Taiwan yang
harus diperhitungkan mengingat kemampuan militer negara tersebut cukup besar
untuk dapat mengembangkan kekuatan militernya. 60
Tabel 6
Anggaran Pertahanan dan Angkatan Bersenjata Negara Asia Timur dan Pasifik
Tahun 2002 -200361
ANGGARAN
PERTAHANAN (2002)
NEGARA
US$m
GDP (2002)
In 1.000s
ANGKATAN BERSENJATA
(2003)
Rank
Rank
Number
9
10.400.000
1
1.427.000
Rank
POPULASI
(2003)
Amerika
Serikat
Japan
Rusia
Cina
348.500
%
GDP
3.4
Rank
In 1.000s
Rank
2
%
pop
0.49
11
289.696
3
39.500
50.800
51.000
1.0
4.8
3.9
20
5
6
4.000.000
1.069.000
1.300.000
3
5
4
239.900
960.600
2.250.000
11
5
1
0.19
0.66
1.17
17
8
6
127.647
146.300
1.299.278
6
5
1
Kanada
India
6.800
13.800
1.1
2.7
19
11
604.000
505.000
6
7
60.600
1.325.000
16
3
0.21
0.13
16
19
29.236
1.040.245
11
2
Korea
Selatan
Korea
Utara
Australia
13.300
2.8
10
476.000
8
686.000
6
1.44
4
47.479
10
5.000
25.0
1
20.000
18
1.082.000
4
4.89
1
22.145
14
8.000
2.0
16
401.000
9
53.650
17
0.32
14
19.476
15
Taiwan
7.900
2.7
12
295.000
10
290.000
10
1.30
5
22.260
13
Indonesia
Thailand
6.600
1.800
3.7
1.5
7
17
177.000
121.000
11
12
302.000
314.200
9
8
0.14
0.49
18
10
218.509
64.123
4
9
Malaysia
Singapura
Philipina
3.400
4.600
1.600
3.6
5.2
2.1
8
3
15
94.000
88.000
77.000
13
14
15
104.000
72.500
106.000
14
15
13
0.46
1.69
0.14
12
3
20
22.533
4.292
78.415
12
18
8
667
1.2
18
56.000
16
8.610
18
0.22
15
3.844
19
2.400
267
92
7.1
5.2
2.5
2
4
13
34.000
5.100
3.700
17
18
19
484.000
7.000
125.000
7
20
12
0.60
2.05
0.89
9
2
7
80.048
341
14.007
7
21
16
14
1.0
21
2.800
20
3.100
21
0.06
21
4.992
17
25
2.3
14
1.100
21
8.600
19
0.32
13
2.674
20
New
Zealand
Vietnam
Brunie
Kamboja
Papua
Nugini
Mongolia
Sumber : The Militery Balance 2003 -2004. London : International Institute of Strategis Studies (IISS). 2003
59
Ibid
Perimbangan Kekuatan Baru di Asia Pasifik. Loc Cit. hal 89-90
61
Charles E Marrison. Asia Pacific Security Outlook 2004. Japan Centre For
International Exchange. New York. 2004. hal 12
60
68
69
Secara individual, dapat dikemukakan bahwa berbagai usaha yang telah
dilakukan untuk dapat memperkuat kemampuan militer berbagai negara Asia
Timur, sebagian merupakan pencerminan kebijakan politik nasionalnya disamping
politik regionalnya. Dalam hal kekuatan militer dapat disebutkan bahwa kesemua
negara yang ditujukan diatas, memiliki persepsi atau visi politik yang serupa
dalam memberi alasan bagi uasaha-usaha pengembangan kemamupuan militernya
masing-masing. 62
Cina sudah lama memiliki ambisi politik terhadap Laut Cina timur dan
selatan, secara tetap perlu diamati perkembangan militernya. Apalagi Cina
merupakan salah satu negara Asia Timur yang memiliki kemampuan nuklir dan
sedang berusaha untuk merestrukturisasi angkatan bersenjatanya, setelah tuntutan
mereka terhadap Kepulauan Sparatly yang juga diklaim beberapa negara
disekitarnya.
Jepang sebagai negara ekonomi raksasa Asia Timur kini diperbolehkan
mengambil bagian didalam kegiatan “Peace Keeping Operation” di Kamboja.
Jepang terus membenahi berbagai ketentuan yang berkaitan dengan larangan
konstitusional kegiatan dalam bidang tertentu dan tingkat tertentu. Apalagi
melintasi batas-batas negaranya. Dengan kata lain dengan adanya usaha-usaha
kearah pelonggaran ketentuan terhadap kegiatan militer, adanya Jepang
ditafsirkan akan menjadi sosok negara militer yang cukup kuat. Selain itu juga
karena Jepang memiliki kelompok “Chauvinist” yang lebih dikenal sebagai kaum
“Ultra-Nasionalis” serta pemikiran jiwa “Bushido” dan sementara kehilangan
62
Perimbangan Kekuatan Baru di Asia Pasifik. Loc Cit
69
70
payung pertahanan Amerika Serikat. Faktor-faktor yang disebutkan diatas
simaksudkan untuk menimbulkan alasan yang kuat untuk membenahi kemampuan
“Self Defence Forces” (SDF), disamping alasan pengamanan jalur ekonomi.63
Dengan mengikuti beberapa uraian yang telah diajukan, maka gambaran
tentang perimbangan persenjataan di kawasan Asia Timur banyak pula
ketergantungannya pada kompetisi peningkatan kekuatan militrer secara
individual negara dalam kawasan. Karena bagaimanapun diantara sekian negara
dilingkup Asia Timur, terdapat negara yang baik langsung maupun tidak langsung
telah menganut sistem “Gunboat Diplomacy” di dalam kebijakan politiknya.
Dengan kata lain “gunboat Diplomacy” merupakan kunjungan kapal-kapal perang
negara lain secara damai kesuatu negara, namun dibalik itu penafsiran bisa saja
memiliki warna lain secara militer.64
3. Kondisi Keamanan Pasca Perang Dingin Di Kawasan Asia Timur
Kawasan Asia Timur dalam pasca perang dingin telah menikmati
kemakmuran dan perdamaian yang relatif. Kerjasama ekonomi menjadi salah satu
fokus hubungan internasional kawasan Asia Timur. Tetapi kawasan Asia Timur
yang memfokuskan pada bidang tersebut tidak secara otomatis membebaskan
kawasan itu dari kekhawatiran potensi konflik, baik intrastate maupun antarstate.
Berakhirnya perang dingin dikawasan tersebut telah memberikan peluang bagi
munculnya ketidakpastian dan kekhawatiran akan ketidakstabilan-ketidakstabilan
yang baru.65
63
Ibid. hal 90-91
Ibid
65
Bintarto Bandoro. Agenda dan Penataan Keamanan di Asia Pasifik. CSIS. Jakarta
1996. hal 1
64
70
71
Ketidakpastian itu antara lain menyangkut intensi dan perilaku negaranegara besar. Jadi sekalipun lingkungan kawasan Asia Timur secara umum stabil,
terdapat persepsi yang cukup populer bahwa kawasan Asia Timur kini sedang
mengalami masa transisi menuju tatanan regional baru yang bentuknya masih
belum terasa jelas.66
Masalah-masalah keamanan, masalah perbesaan pandangan, konflik
warisan masa lalu seperti yang masih dihadapi Cina dan Taiwan, pertentangan dua
Korea masih hidup di kawasan ini. Memang ada persoalan yang laten seperti
tumpang tindih klaim teritorial di Kepulauan Sparatly, Laut Cina Selatan. Tetapi
hal tersebut nampaknya bukanlah isu yang dianggap urgent dan selama ini masih
dalam situasi terkendali.67
Atas dasar ini pula, negara kawasan Asia Timur juga nampaknya masih
memberikan perhatian khusus pada masalah pertahanan. Isu sekitar masalah ini
lazimnya sipilah-pilah menjadi sejumlah unsur, dalam hal ini adalah dinamika
keamanan yang berkembang dikawasan, kondisi politik di lingkup domestik, dan
program pembangunan angkatan perang yang ditandai dengan pembelian
perlengkapan pertahanan.
Secara umum, bangsa-bangsa dikawasan ini terus melihat bahwa pilar
keamanan di kawasan Asia Timur tetap ada pada tiga kekuatan yakni Amerika
Serikat (secara tidak langsung), Cina dan Jepang. Namun walaupun dalam realita
politik ketiga kekuatan tersebut merupakan faktor utama dalam keamanan
66
67
Ibid
Roni Sontai, Loc Cit.
71
72
kawasan ini, secara individual sebenarnya masing-masing memiliki persoalannya
sendiri terhadap kawasan. 68
Amerika Serikat misalnya, meski banyak negara di Asia Timur secara
terbuka atau diam-diam menginginkan Amerika Serikat terus hadir dan
‘menjamin’ keamanan di kawasan ini, ada pula sejumlah kalangan di Jepang dan
Korea Selatan yang menginginkan Amerika Serikat menarik pasukannya.
Sementara Cina dan Jepang masih dilihat sebagai aktor yang berdasar pengalaman
masa lalu bemum bisa dipercaya. Bila Jepang dalam kaitannya dengan sejarah
Perang Dunia II, Cina dalam kecenderungannya menggunakan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik dengan tetangganya, baik seperti yang terjadi dengan
Vietnam pada tahun 1988 maupun saat menghadapi klaim di Sparatly.69
Atas dasar ini pula di masa lalu, ada kelompok yang disponsori oleh Asia
Foundation memberikan rekomendasi kepada Presiden Amerika Serikat pada saat
itu, Bill Clinton yang meminta agas mewaspadai ancaman dari Cina, yang salah
satu isinya menyebutkan bahwa salah satu konflik yang akan meledak menjadi
perang besar adalah sengketa Cina dengan 15 negara tetangganya. Pembelian
kapal induk yang dikenal sebagai senjata proyeksi kekuatan dan pembelian
berbagai persenjataan dari Rusia khususnya jet tempur dan rudal sejak awal
dekade 1990-an, menambah keyakinan tersebut.70
Sementara terhadap Jepang, kalaupun dulu kekhawatiran terhadap negara
ini dikaitkan dengan sejarah Perang Dunia II, kini orang bisa melihat arah baru
mengenai peningkatan kemampuan militernya. Meski kekuatan yang disebut
Angkatan Bela Diri ini semula dikembangkan dalam koordinasi dengan kekuatan
68
Ibid
Ibid
70
Ibid
69
72
73
AS, dalam perkembangannya kemudian dengan pernyataan untuk melindungi
jalur
pelayaran
untuk
pasokan
dalam
negeri
Jepang
telah
berhasil
mengembangkan kekuatan militer yang lebih dari cukup, bahkan dalam dekade
lalu saja sudah berkapasitas lebih dari sekedar untuk defensif, misalnya dengan
kapal perusak berpeluru kendali jenis Aegis.71
Tetapi diluar problema itu, dan bila dipercayai bahwa kestabilan keamanan
lahir karena keseimbangan kekuatan, maka suka ataupun tidak suja memang
ketiga aktor diataslah yang besar peranannya dalam masalah keamanan di wilayah
ini. Jepang tanpa Amerika Serikat akan gentar terhadap Cina yang terus tumbuh
menuju negara adidaya, sementara Amerika Serikat tanpa Jepang lama kelamaan
akan kewalahan menanggung ongkos kehadiran militer di wilayah ini. 72
Tantangan terbesar yang kini dihadapi oleh Asia Timur adalah bagaimana
mengatur ketidakpastian ini. Dalam menghadapi situasi dan lingkungan semacam
itu, berbagai cara ditempuh oleh negara-negara dikawasan Asia Timur untuk
menjamin keamanan mereka, misalnya memanfaatkan kemajuan ekonomi untuk
memodernisasi kapabilitas pertahanan mereka atau mengembangkan kebiasaan
dialog. Cara yang disebut terkahir ini sepertinya menjadi cara yang paling banyak
ditempuh oleh negara-negara di kawasan.
Meskipun dialog itu sendiri tidak menjadi jaminan penyelesaian akhir
suatu masalah, namun setidaknya melalui dialog ini negara lainnya mengetahui
mengenai masalah keamanan baik itu yang berhubungan lasngsung maupun tidak
langsung dengan kepentingan mereka.
Cara
demikian juga membantu
meningkatkan dan menciptakan rasa saling percaya dan menghilangkan rasa
71
72
Ibid
Ibid
73
74
kecurigaan terutama diantara negara-negara yang sedang menghadapi konflik.
Sasaran utama dari sebuah proses dialog adalah mencari pola terbaik untuk
menata kembali lingkungan politik dan keamanan kawasan Asia Timur pasca
perang dingin sehingga stabilitas yang berkelanjutan dapat terus dipertahankan.73
Pasca perang dingin tidak secara otomatis menghapus konflik-konflik
regional bahkan menurut Soedjati Djiwandono mengatakan bahwa keamanan
Asia Timur bersifat kompleks dan ultidimensional, serta diikuti oleh kompetisi
stategis antara negara-negara besar (Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Korea
Selatan) yang dapat membuiat perimbangan regional menjadi tidak stabil.
Keamanan saat ini tidak lagi difokuskan pada faktor militer, karena adanya Policy
of Engagement, yaitu kebijaksanaan untuk mengintegrasikan sebanyak mungkin
negara di kawasan dalam proses dialog regional. Ini menjadi landasan bagi
hubungan yang lebih stabil dan baik karena akan memberikan insentif kepada
negara-negara untuk menyelesaikan masalah-masalah kawasan secara damai.
Engagement dan Mutual Respect dan Mutual Reassurance harus menjadi faktor
yang menuntun prilaku negara-negara dalam berinterasi satu dengan yang
lainnya.74
Kini, meski ada wadah dialog mengenai masalah keamanan di kawasan
ini, setiap negara tetap wajib untuk memelihara kemampuan pertahanannya,
karena dinamika internasional bisa menghadapkan kawasan pada perkembangan
dramatis. Ketika solusi politik tidak bisa tercapai, atau oleh sebab kawasan
memburuk dengan cepat, maka akan sulit bagi negara yang tidak siap untuk bisa
menghadapi keadaan darurat. Lebih-lebih karena kemampuan pertahanan tidaklah
73
74
Bintarto Bandoro. Op Cit. Hal 2
Bintarto Bandoro. Op Cit. Hal 5
74
75
tercipta dalam satu dua bulan, mengingat pemesanan perlengkapan ataupun
mendapatkan prajurit yang terlatih baik merupakan ikhtiar jangka panjang.75
Perubahan-perubahan yang strategis di Asia Timur setelah era perang
dingin sangat kentara. Peranan strategis kekuatan-kekuatan regional maupun
kekuatan-kekuatan lokal yang paling berpengaruh mulai mengalami perubahan
sejalan dengan berakhirnya era pergulatan bipolar dan munculnya lingkungan
Asia Timur yang multipolar. Riri Dwianto mengidentifikasi beberapa penyebab
ketidakpastian yaitu, pertama berkurangnya kehadiran militer Amerika Serikat
yang pada gilirannya menimbulkan kekhawatiran negara-negara Asia Timur akan
kekosongan kekuatan dan konsisi ini dimanfaatkan oleh negara-negara tertentu
untuk menggunakan kekuatan militer mereka dengan alasan melindungi
kepentingan mereka masing-masing. Kedua tidak adanya persepsi yang sama
mengenai
apa
yang
dianggap
sebagai sumber
ancaman.
Kondisi
ini
mengakibatkan negara-negara Asia Timur menemui kesulitas untuk bersama-sama
merumuskan ancaman yang dapat menjadi sumber konflik di masa mendatang dan
menemukan opsi-opsi untuk mewujudkan serta mempertahankan keamanan
kawasan. 76 Kawasan ini merupakan kompleks keamanan yang didalamnya
terdapat konflik dan saling mencurigai. Di kawasan Asia Timur ini pola-pola
hubungan permusuhan lebih dominan daripada pola-pola hubungan yang
bersahabat. Selain itu, tingkat pertumbuhan ekonomi dan karakter politik negara
75
76
Roni Sontani. Loc Cit
Riri Dwianto. Kerjasama Keamanan Asia Timur. Hal 182 - 183
75
76
yang berbeda. Yang kesemuanya ini menghambat terjalinnya kerjasama keamanan
di Asia Timur.77
B.
KONFLIK REGIONAL SEBAGAI
KAWASAN DI ASIA TIMUR
ANCAMAN
STABILITAS
Salah satu konsekuensi yang lebih patut disayangkan pada akhir Perang
Dingin adalah kemungkinan meningkatnya konflik regional. Yang menonjol itu
bukan hanya peningkatan konflik regional dalam istilah relatif karena hilangnya
konflik Timur-Barat, tetapi akhir konflik itu telah “memindahkan mekanisme
kemarahan” yang seringkali bertindak untuk mempertahankan keteganganketegangan regional berada di bawah kontrol.78
Di Asia Timur, masih tetap ada tempat yang subur untuk konflik regional.
Masih ada sejumlah persoalan konflik yang membara dan potensial yang
melibatkan persaingan dalam menuntut kedaulatan, tantangan terhadap hak
kekuasaan pemerintah, dan perselisihan teritorial.
1. Konflik Maritim
Perlu dicatat bahwa sepertiga dari persoalan tersebut melibatkan
perselisihan atas batas maritim dan klaim teritorial lepas pantai. Hal ini mencakup
perselisihan antara Rusia dengan Jepang atas Pulau Kurile bagian selatan atau
“Wilayah-wilayah Utara”; antara Jepang dan Cina atas Pulau Senkaku di Laut
Cina Selatan; antara Malaysia dan Singapore atas pulau dari Pulau Batu Putih di
77
Dalam pandangan Riri Dwianto, kawasan Asia Timur memiliki tiga pilihan kerjasama
multilateral, yaitu : (1) kerjasama dalam bentuk soft regionalism; (2) kerjasama yang bersifat a la
carte; dan (3) gabungan dari kedua kerjasama tersebut
78
China's Military and the New World Order. Dalam :
http://www.globalresearch.ca/PrintArticle.php?articleId=72
76
77
Selat Johor; antara Malaysia dan Indonesia atas pulau Sipadan dan Ligitan di Laut
Sulawesi, dan yang mungkin paling penting adalah tempat yang menjadi titik
cahaya maritim yang potensial, persaingan klaim atas Pulau Paracel dan Spratly di
Laut Cina Selatan, yang diperebutkan oleh Cina dan Taiwan. 79
Persoalan konflik maritim ini terbukti sangat penting dalam pembentukan
program modernisasi pertahanan yang sedang berlangsung di Asia Timur.
Bersama-sama dengan faktor lain mereka mendorong kebutuhan akan
kemampuan pengawasan maritim yang lebih besar, termasuk kecerdasan sinyal
basis-tanah dan pesawat pengintai maritim yang canggih. Mereka juga sedang
membangkitkan kebutuhan akan kemampuan untuk peperangan yang khusus,
seperti misalnya pesawat tempur permukaan dengan daya tahan yang lebih lama,
landasan yang memungkinkan untuk neluncurkan misil anti kapal, dan pesawat
terbang jarak jauh. (Cina misalnya, telah memasukkan di dalam daya guna
spesifikasi yang dibutuhkan untuk pesawat tempur baru kemampuan untuk
mengadakan operasi dengan alat khusus dan untuk waktu yang khusus pada
lingkungan daerah di Laut Cina Selatan dan khususnya Pulau Spratly yang
diklaimnya).80
Di seluruh daerah Asia Pasifik, keprihatinan keamanan diperluas untuk
mencakup persoalan ekonomi dan lingkungan. Keamanan ekonomi bukan hanya
melibatkan perlindungan garis kritis komunikasi laut (SLOC) tetapi juga
peningkatan perlindungan akan persediaan ikan dan sumber2 daya kelautan
lainnya. Berkenaan dengan perlindungan SLOC, Jepang—yang “sangat
mengandalkan negara lain untuk mensuplai sumber daya alam, energi, makanan
79
80
Ibid
Ibid
77
78
dan banyak material lainnya yang sangat diperlukan bagi eksistensi nasional”—
telah menetapkan suatu syarat untuk “menjamin keamanan perjalanan kelautan”
melalui pengamatan dan operasi pengawalan sampai sejauh 1000 mil.81
Banyak negara di daerah itu juga sangat prihatin mengenai peningkatan
aktifitas ilegal di Laut Cina Selatan dan jalan masuk sekitarnya, seperti misalnya
bajak laut, penyelundupan, penangkapan ikan liar. Keprihatinan ini telah
membangkitkan kebutuhan baru untuk kemampuan pengawasan maritim dan
operasi angkatan kepolisian maritim.82
2. Konflik Lingkungan
Saat ini persoalan lingkungan juga terdapat pada agenda keamanan di Asia
Timur. Polusi global, pemadang gurunan, penebangan hutan, dan pengaruh rumah
kaca, dengan keterangan tambahan tentang naiknya permukaan laut, merupakan
masalah yang sungguh di daerah ini. Tumpahan minyak dengan skala besar di
Selat Malaka atau Laut Cina Selatan dapat mengakibatkan kerusakan kehidupan
maritim dan sumber alam lepas pantai lainnya yang tidak dapat diperbaiki.
Penebangan huta di Malaysia dan Kalimantan sudah menandakan pengaruh yang
merugikan lingkungan di Asia Tenggara. Industrialisasi yang cepat telah
menyebabkan peningkatan emisi karbon dioksida secara dramatis. Pemanasan
global merupakan ancaman menghilangnya daerah rendah di pantai di mana
aktifitas ekonomi seringkali terkonsentrasi.83
81
Japan Defense Agency. Defense of Japan 1990. Dalam :
http://japansecurity.org/NYT/2005/NYT-241005.htm
82
Ibid
83
Ibid
78
79
Sebagai tambahan, persoalan lingkungan akan menjadi sebuah sumber
peningkatan perselisihan internasional. Eksternalitas/keadaan luar degradasi
lingkungan menahan batas nasional negara di dalam mana aktifitas yang
berbahaya dibangkitkan; biaya seringkali ditunjang oleh mereka yang tidak
menerima manfaat dari aktifitas. Konflik akan semakin banyak terjadi melebihi
pengakuan tanggungjawab untuk polusi lepas pantai dan kerusakan atas sumber
alam marinir, pemadangpasiran, hujan asam, peningkatan permukaan laut, dan
“pengungsi lingkungan”.84
3. Dinamika Perlombaan Senjata
Merupakan kasus yang nyata, paling tidak di dalam beberapa kejadian,
bahwa tambahan sistem persenjataan yang canggih sudah seharusnya sebesar
tambahan martabat pada pertimbangan geostrategi apapun. Kepemilikan atas
sistem
persenjataan
yang
berteknologi
tinggi,
dan
kemampuan
yang
didemonstrasikan untuk mengoperasikan dan mempertahankan mereka, dihargai
sebagai penunjuk modernisasi politik dan ekonomi. Pesawat tempur F-16 dan
frigate yang diperlengkapi dengan sistem elektronik yang canggih merupakan
simbol status seperti halnya penerbangan nasional dan program angkasa. 85
Dalam beberapa kasus, sistem persenjataan modern diperoleh karena
teknologi mereka yang baru, yang dapat ditransfer ke sektor sipil. Banyak
teknologi modern, seperti sarana peluncuran satelit dan komputer super, dapat
digunakan rangkap dua, sehingga investasi untuk tujuan pertahanan dapat juga
merangsang perkembangan komersial asli. Sejumlah kecil pesawat tempur
84
85
Ibid
Brown, Michael. East Asian Security. Oxford. Hal 89
79
80
modern dapat digunakan untuk memperkenalkan material campuran baru; sistem
informasi peperangan di atas frigate modern menyediakan jalan masuk ke sistem
penggabungan data manajemen; dan sistem peperangan elektronik yang lebih
maju berada pada batas kepemimpinan komunikasi dan teknik pengolahan sinyal.
Tidak diragukan lagi bahwa beberapa negara, seperti misalnya Cina, telah
memperoleh sejumlah kecil sistem persenjataan modern untuk tujuan-tujuan
“perencanaan pemutarbalikkan teknologi” dan transfer teknologi.86
Dengan berakhirnya Perang Dingin dan reduksi dalam anggaran
pertahanan di Amerika Serikat, Eropa dan pecahan Uni Sovyet, pabrik senjata
diharuskan untuk menjalankan barang mereka dengan lebih aktif di Asia dengan
maksud
untuk
mengimbangi
penurunan
pemasaran
di
dalam
mereka.pengunduran diri sejumlah besar persenjataan dari A.S.,
daerah
Sovyet, dan
pembuat-pembuat senjata Eropa juga telah menghasilkan persediaan yang besar
dari persenjataan yang berlebih dan peralatan yang oleh pemerintah dan pabrikpabrik bersedia menjualnya dengan potongan harga. Di dalam penilaian majalah
Economist, “pasar pembelian yang paling besar”.87
Orang Rusia dengan nyata bersedia menjual dengan sebenarnya apapun
kepada siapapun dengan pembayaran tunai, atau bahkan produk itu dengan barter.
Cina sudah menandatangani berbagai kontrak persenjataan dengan Rusia,
termasuk untuk pesawat tempur Su-27 dan MiG-31, dan telah membicarakan
tambahan dengan variasi yang luas, termasuk Tu-22 bomber Backfire, Il-76
pesawat Peringatan Angkutan Udara dan Sistem Kontrol (AWACS), misil2
permukaan-udara, sistem radar peringatan dini dan pertahanan udara, T-72 tank
86
87
Ibid
Asia’s Arm Race. Economist, 20 Februari 2000
80
81
perang, peralatan perang, dan pesawat tempur angkatan laut permukaan. Rusia
telah menjual kepada sejumlah 18 buah pesawat tempur MiG-29 kepada Malaysia,
dan telah menyetujui untuk menerima sebagian pembayaran dengan minyak palm,
tekstil dan barang lain. Rusia juga telah menawarkan untuk menjual helikopter
anti tank MiG-35 ke Malaysia. Misil Scud dan versi lanjutan pesawat tempur
MiG-21 ke Indonesia; dan kapal selam, helikopter penembak kapal, sarana tempur
angkatan bersenjata dan kapal patroli kepada negara ASEAN lainnya. 88
Sebuah faktor yang kurang lebih terlibat dalam beberapa perolehan akhir
ini adalah suatu keprihatinan bahwa persediaan sistem persenjataan yang
berlimpah-limpah dan peralatan yang berhubungan dengannya tidak akan
bertahan terlalu lama, dan karenanya pembelian harus dimasukkan selagi
persediaan habis dan sebelum beterbatasan internasional dibebankan pada transfer
persenjataan. Menurut para pejabat A.S., Cina sedang “bergerak cepat untuk
memperoleh sebanyak mungkin kemampuan militer sebelum komunitas
internasional menutup pintu penjualan teknologi militer yang lebih maju.89
Karakteristikasi dari program perolehan militer regional sebagai “suatu
perlombaan persenjataan Asia” memiliki sebuah kekurangan: ia tidak serasi
dengan definisi yang diterima secara umum tentang istilah “perlombaan
persenjataan”. Perlombaan persenjataan apapun harus memiliki dua ciri utama:
pertama, suatu nilai perolehan yangh sangat cepat, dengan para partisipan yang
merentangkan sumber daya mereka dengan maksud untuk menjamin bahwa
mereka masih tetap berada pada puncak perlombaan; dan, kedua, beberapa
dinamika timbal balik di mana perkembangan dalam kemampuan pertahanan dan
88
Budget Surprise for China's Army. Dalam :
http://www.taiwansecurity.org/CNN/2003/CNN-030703.htm
89
Ibid
81
82
penyerangan atas suatu musuh cocok dengan usaha untuk membalas pemikiran
keuntungan yang dapat diperoleh oleh orang lain. Jadi, perolehan yang
berkelanjutan atas kemampuan persenjataan baru menjadi suatu proses interaktif
di mana tuntutan persenjataan dari suatu kelompok tergantung pada kemampuan
yang diketahui, diharapkan, atau kemampuan yang diharapkan tentang kekuatan
dari kelompok lain.90
Terdapat tema umum yang jelas signifikan di dalam program perolehan
yang ada dalam perkembangan daerah akhir ini. Di Asia Timur, suatu daerah yang
secara ekstrim tersebar, dengan perbedaan yang luarbiasa dalam hal keamanan
dan persepsi tentang ancaman, derajat konsistensi dalam program perolehan
terlebih-lebih luarbiasa.91
Kebutuhan untuk meningkatkan percaya diri yang dipengaruhi oleh
berakhirnya Perang Dingin, waktu berakhirnya bipolaritas, dan penarikan mundur
kehadiran A.S. dan pimpinan modern, kontrol, dan sistem komunikasi (C3) dalam
program perolehan regional yang ada.
Bagaimanapun, sekarang percaya diri memerintah konstruksi pusat
pimpinan nasional dan markas-besar angkatan bersama, dan rancangan dan
pengembangan sistem komunikasi berbasis nasional dan berbagai fasilitas. Agen
Pertahanan Diri Jepang sedang membangun sebuah markas besar yang baru di
Tokyo untuk menyediakan, inter alia, kontrol yang lebih tersentralisasi atas
operasi agen pelayanan dan pertahanan intelijen. Di Korea Selatan, markas-besar
untuk masing pelayanan ditampung pada tempat umum di dalam daerah pinggiran
kota Taejon City di tengah negara itu. Singapore telah membangun sebuah markas
90
91
Ibid
Brown, Michael. East Asian Security. Oxford. Hal 94
82
83
Kementerian Pertahanan yang baru, lengkap dengan sebuah “pusat kontrol operasi
sentral bawah tanah yang dikeraskan” di Bukit Gombak, sekitar 7,5 km selatan
Kranji, yang akan dihubungkan dengan saluran gelombang mikro dan serabut
optik kepada sebuah pimpinan, kontrol, komunikasi dan jaringan kerja intelijen
untuk seluruh pulau.
Di seluruh daerah Asia Timur, terdapat sebuah perluasan yang signifikan
dalam bidang kemampuan teknik intelijen (terutama SIGINT) dan operasi
melebihi dekade terakhir, dan hal diperkirakan akan berlanjut melebihi masa
depan yang dapat diduga. Peningkatan kemampuan SIGINT adalah karena
kebutuhan akan percaya diri yang lebih besar, peningkatan kebutuhan akan
informasi pengawasan maritim, dan kebutuhan untukj mengumpulkan informasi
perintah elektronik untuk berperang (EOB) pada komunikasi dan sistem
elektronik dari negara tetangga dan kesanggupan musuh untuk tujuan peperangan
elektronik.92
Ketidaktergantungan kemampuan pengumpulan intelijen merupakan suatu
unsur penting pada sikap lebih percaya diri. Sebagai seorang pejabat pada Agen
Pertahanan Jepang yang ditetapkan saat ini, berkenaan dengan peningkatan
kemampuan JDA SIGINT: “Di dalam era perang dingin dunia ini bergerak dalam
kelompok, dan sebagai salah satu anggota team yang dipimpin Amerika,
pertimbangan kami tidaklah terlalu penting. Sekarang Jepang membutuhkan
kemampuannya sendiri”. Korea Selatan masih mengandalkan sistem intelijen A.S.
untuk strategi peringatan awal, tetapi Kementerian Pertahanan Nasional telah
melukiskan saat ini bahwa kebutuhan bagi kemampuan nasional Korea Selatan
92
Ibid
83
84
adalah sebagai berikut: “Dengan mengurangi ketergantungan kepada kekuatan
A.S. akan dibutuhkan perolehan pesawat terbang pengintai dan peralatan intelijen
terpadu sebagai pengganti yang dimiliki oleh angkatan bersenjata A.S., seperti
juga kemajuan peringatan dini dan kemampuan pengawasan medan perang,
kontrol, komunikasi dan sistem intelijen (C3I).93
Banyak dari perolehan SIGINT yang dirancang untuk mengumpulkan
informasi pengawasan maritim. Di Jepang, misalnya, stasiun di Miho di pulau
Honshu dan di Shiraho di pulau Ishigaki-Shima pada ujung selatan kepulauan
Ryuku (kira2 260 km sebelah timur Taiwan) diperlengkapi dengan susunan antena
yang diatur menjadi lingkaran yang luas (CDAA) dan dirancang untuk
menyediakan pengawasan laut atas SLOC Jepang dari Jepang, yaitu selatan dari
Filipina dan Timur dari Guam.94
Banyak negara di dalam daerah itu juga memperoleh kemampuan
angkatan udara SIGINT yang lebih maju, lagi-lagi untuk tujuan pengawasan laut.
Contohnya, Angkatan Bersenjata Pertahanan Diri Maritim Jepang (JMSDF), yang
saat ini mengoperasikan dua pesawat terbang EP-2J, sedang berusaha memperoleh
empat lagi pesawat terbang EP-3 SIGINT yang lebih cakap. Cina saat ini
mengoperasikan beberapa pesawat terbang EY-8 SIGINT, yang diperlengkapi
dengan BM/KZ-8608 sistem intelijen elektronik (ELINT) yang dirancang untuk
memonitor angkutan laut yang beremisi radar. Korea Selatan sedang
merencanakan untuk memperoleh beberapa lusin pesawat terbang SIGINT, yang
93
Ibid
David Lange. “Defense Satelite Communication Station”. 2 Desember 1998. lihat juga
di Brown, Michael. East Asian Security. Oxford. Hal 96
94
84
85
akan digunakan untuk pengawasan laut tetapi juga untuk koleksi umum
SIGINT.95
Banyak negara di dalam daerah itu yang dengan cepat mengembangkan
kemampuan elektronik untuk peperangan (EW). Telah secara luas diakui bahwa
operasi pertahanan pada medan perang modern tidak dapat secara efektif dipimpin
tanpa intelijen yang luas dan tepat waktu, yang melibatkan perintah elektronik
musuh tentang peperangan., katalog tentang sistem kebanyakan komunikasi,
radar, dan pemancar elektromagnetik yang dapat diharapkan di daerah operasi.
Data EOB yang dibutuhkan untuk merancang kemampuan EW yang sesuai telah
dikoleksi oleh berbagai macam sistem ELINT baru dengan tingkat kecanggihan.96
Saat ini, kebanyakan negara di dalam daerah itu sedang berusaha untuk
mendapatkan sejumlah signifikan pesawat terbang tempur berperan banyak
terdepan. Pesawat tempur dengan kemampuan menyerang kapal seperti juga
kemampuan pertahanan udara. Menurut suatu perkiraan, kemungkinan bahwa
“kira-kira 3000 pesawat tempur dan pesawat terbang penyerang akan diperoleh
dalam dekade ini oleh negara Asia Timur, sementara sejumlah pesawat terbang
yang ada akan diubah dengan tugas baru avionik dan alat perang. Sejumlah 1500
pesawat tempur ini akan disebarkan oleh empat angkatan udara Asia Timur—Cina
(550), Taiwan (466), Jepang (400), dan Korea Selatan (160). Di Asia Tenggara,
negara ASEAN kemungkinan akan memperoleh 300 pesawat tempur dan pesawat
terbang penyerang dalam dekade ini. 97
95
Ibid
Ibid
97
New Strategic Cruise Missiles: From the Land, Sea and Air. Dalam :
http://www.strategycenter.net/printVersion/print_pub.asp?pubID=71
96
85
86
Dalam banyak kasus, kemampuan untuk operasi serangan maritim
merupakan suatu faktor yang penting dalam program pesawat tempur baru ini. Di
Cina, misalnya, Su-27 Flankers dan pesawat tempur bomber B-7 Hong sedang
dibentuk untuk operasi anti kapal. Demikian juga, di Asia Selatan, seluruh
pesawat tempur dan pesawat terbang penyerang sedang diperlengkapi dengan
misil anti kapal Exocet atau Penguin. 98
Telah diperkirakan bahwa program yang ada akan melibatkan perolehan
yang jumlahnya lebih dari 120 pesawat terbang pengintai maritim di dalam daerah
itu, hampir dua kali inventaris yang ada. Angkatan Bersenjata Pertahanan Diri
Maritim Jepang, misalnya, sedang merencanakan untuk memperoleh sejumlah 74
buah P-3C pesawat terbang patroli maritim jarak jauh (LRMP), sedangkan Korea
Selatan akan memperoleh delapan sampai sepuluh P-3C. Thailand memiliki tiga
pesawat terbang Dornier-228 LRMP, dengan dua lagi yang sedang dirancanakan,
dan memiliki P-3A/B yang sedang dalam proses pengiriman. Lebih lanjut ke
selatan, Australia dan Selandia Baru memelihara sembilan belas P-3C dan enam
P-3K Orion. Seluruh P-3 itu diperlengkapi dengan misil anti kapal Harpoon. 99
Sebanyak 200 pesawat tempur permukaan utama yang baru telah
diprogram untuk didapatkan Asia Timur sepanjang tahun 1990, dengan jumlah 50
lainnya yang berada di bawa pertimbangan yang serius. Hal ini termasuk pesawat
terbang pengangkut seberat 13,0000 ton yang akan diperoleh Cina, lebih dari
seratus frigate baru; dan lebih dari seratus corvette dan kapal patroli laut dengan
berat 1000-1500 ton. Kemungkinan juga bahwa pada akhir dekade ini baik Cina
maupun Jepang telah membuat keputusan pasti untuk memperoleh beberapa
98
99
Ibid
Ibid
86
87
pesawat terbang berkemampuan pengangkut. Sebagai tambahan, kemungkinan
lebih dari 200 pesawat tempur penyerang permukaan minor baru (corvette,
pesawat terbang penyerang cepat, kapal patroli misil, dll) juga akan diperoleh
dalam daerah itu.100
Sudah ada lebih dari 300 pesawat tempur permukaan di angkatan laut Asia
Timur yang diperlengkapi dengan misil anti kapal modern seperti Harpoon dan
Exocet. Di antara mereka, pesawat tempur ini memiliki 1600 peluncur misil anti
kapal. Jumlah ini kemungkinan lebih dari dua kali dari seluruh latihan sepanjang
tahun 1990-an, sebagaimana sebagian besar perolehan pesawat tempur baru akan
diperlengkapi dengan rangkaian misil permukaan-ke-permukaan yang luas.101
Kecakapan yang tertinggi dari misil ini adalah Harpoon, yang saat ini
sedang dalam tugas bersama enam angkatan laut di darah itu (Jepang, Korea
Selatan, Indonesia, Singapore, Thailand dan Australia). Hampir semua angkatan
laut di dalam daerah itu memiliki salah satu misil anti kapal yang asli(C-801 Cina
dan Hsiung Feng II Taiwan) atau misil Exocet. 102
Sebagai tambahan, sebagian besar dari pesawat tempur baru dan pesawat
terbang patroli maritim jarak jauh yang telah diperkenalkan ke dalam daerah itu
juga telah diperlengkapi dengan kemampuan misil anti kapal—misil anti kapal
Harpoon, Exocet atau Penguin.103
Saat ini, Angkatan laut Asia Timur memiliki kira-kira 100 kapal selam,
walaupun banyak kapal selam jenis Romeo yang dimiliki oleh Cina dan Korea
Utara tidak lagi beroperasi. Lebih dari tujuh lusin kapal selam baru sedang
100
China's defense spending shoots up. Dalam :
9.6%http://www.atimes.com/atimes/china/EC08Ad03.html
101
Ibid
102
Ibid
103
Ibid
87
88
direncanakan untuk tambahan selama 2000-an. Korea Selatan paling tidak
menambah sembilan Tipe 209, dan Taiwan sedang mencoba untuk menambah
enam sampai sepuluh kapal. 104
104
China’s Quest for Asia. Dalam : http://www.policyreview.org/134/dillon.html
88
89
BAB IV
IMPLIKASI PENINGKATAN KEKUATAN MILITER
JEPANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS
KEAMAMAN DI KAWASAN ASIA TIMUR
A.
Implementasi Restrukturisasi Kekuatan Militer Jepang Dan
Pengembangan Teknologi Militer Jepang
1. Kekuatan Personel dan Persenjataan Jepang
Gambar 2
Peta Wilayah Jepang
Sumber: www.globalsecurity.org
Pengakuan Korea Utara (Korut) bahwa negara itu memiliki persenjataan
nuklir diperkirakan telah memberi angin pada para politisi konservatif Jepang
yang ingin meningkatkan kekuatan militer negara Matahari Terbit itu. Keinginan
ini sudah lama terhalang oleh konstitusi Jepang yang bersifat pasifis
(antiperang)105.
105
”Pertahanan Asia Timur : Ekonomi Krisis Bangun Senjata Jalan Terus”, Majalah
Angkasa, Jakarta 1 Oktober 2001, Hal 1.
89
90
para anggota parlemen Jepang dari "aliran pertahanan baru" (neo-defence
school) versi Jepang dari gerakan neokonservatisme yang tengah merebak di
Amerika Serikat-menginginkan agar Tokyo mempersenjatai diri agar dapat
digunakan untuk melakukan serangan penangkalan (pre-emptive strike) atas
Korut106.
Kebijakan semacam ini akan mengubah Jepang secara drastis, negara yang
konstitusinya tidak mengakui perang sebagai cara untuk menyelesaikan sengketa
internasional.
Berdasarkan konstitusi inilah Jepang dilarang memiliki angkatan darat,
laut, maupun udara. Larangan ini sudah lama diartikan sebagai keharusan Jepangyang sebelumnya memiliki angkatan bersenjata yang sama besarnya dengan
Inggris-menurunkan kemampuan angkatan bersenjatanya hanya sebatas untuk
mempertahankan diri107.
Menurut para anggota parlemen Jepang dari aliran pertahanan baru,
pembatasan itu kini tak lagi bisa diterima. Pasalnya, Jepang berada di dalam
jangkauan peluru kendali (rudal) balistik Korut dan Pyongyang yang diberitakan
sudah mengakui memiliki senjata nuklir.
Namun, meski dihantui pemerintah Pyongyang yang bersenjata nuklir,
sebagian besar pendukung gagasan militerisasi Jepang tak menyarankan
pemerintah Tokyo untuk membalas ancaman Korut dengan juga berusaha
memiliki senjata nuklir.
Jepang berada pada posisi yang tidak lazim untuk menjadi suatu kekuatan
ekonomi dan politik dunia, dengan sebuah tradisi militer yang agresif, melawan
106
“Jepang Dan Asia Timur Pasca Koizumi”, Kompas, Jakarta, 22 September 2006, Hal.
4.
107
Ibid
90
91
perkembangan
kekuatan-kekuatan
angkatan
perang
yang
kuat.
Sebuah
pengasingan militer dimasukkan pada pernyataan konstitusi tahun 1947, “Orang
Jepang selamanya meninggalkan peperangan sebagai suatu hak kedaulatan bangsa
dan ancaman atau menggunakan kekuatan sebagai sebuah sarana untuk
menyelesaikan perselisihan internasional.” Artikel itu, bersama-sama dengan
“Konstitusi Perdamaian”, mempertahankan dukungan pemerintah dan penduduk
dan diinterpretasikan sebagai mengijinkan Kekuatan Pertahanan Diri (SDF),
tetapi melarang kekuatan itu dalam memiliki senjata nuklir atau senjata penyerang
lainnya atau yang disebarkan di luar Jepang.108
SDF berada di bawah kontrol Agen Pertahanan sipil, yang berada di
bawah perdana menteri. Sekalipun telah sangat terlatih dan sepenuhnya
memenuhi persyaratan untuk memperlihatkan misi-misi terbatas yang ditugaskan
kepada mereka, namun SDF itu kecil, kurang jumlah stafnya, dan kurang
diperlengkapi untuk operasi militer yang lebih ekstensif. Aktivitas-aktivitasya
dibatasi pada penyelesaian bencana dan usaha pemeliharaan damai UN yang
terbatas.109
Di Jepang sendiri sekarang terdapat tiga kelompok yang menyikapi
tentang masa depan militer Jepang.
Kelompok pertama disebut mainstream. Sejak pertengahan 1990-an,
kelompok ini didominasi kalangan realis-militer yang menginginkan Jepang
memperoleh tanggung jawab politik dan militer lebih besar dalam kerja sama
pertahanan bilateral. Pasukan Bela Diri Jepang (SDF) harus meningkatkan
kemampuan command, control, communication and intelligence (C3I) serta
108
109
http://www.globalsecurity.org/military/world/japan.htm
Ibid
91
92
memiliki kemampuan militer yang independen. Terkait kerja sama pertahanan
AS-Jepang, kelompok ini berpandangan, Jepang dan AS harus membangun forum
dialog keamanan (security dialogue) serta meningkatkan saling-pemahaman
(mutual understanding) dan efektivitas aliansi.
Kelompok kedua disebut nasionalis yang berpandangan, Jepang harus
membangun kemampuan pertahanan sendiri dan melepaskan diri dari AS.
Langkah awal yang diusulkan adalah merevisi konstitusi yang membatasi Jepang
untuk mengembangkan kemampuan militer.
Kelompok ketiga adalah Pasifis yang menginginkan Jepang memberi
kontribusi dalam kepemimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mengakhiri
kerja sama keamanan dengan AS. Kalangan Pasifis juga mendukung Jepang untuk
mempertahankan konstitusi yang damai dan mengurangi kemampuan militer.
Ada banyak faktor yang mendorong berkembangnya pemikiran untuk
meningkatkan kemampuan militer Jepang. Pertama, persepsi ancaman keamanan
dari China. Perselisihan China-Jepang, terutama yang terkait luka sejarah ekspansi
Jepang ke China, yang diikuti aktivitas modernisasi militer China melahirkan
kecemasan di Jepang. Bagi Jepang, China merupakan ancaman terbesar
keamanannya, itu terlihat dari jajak pendapat Yomiuri Shimbun bahwa 65,3
persen dari 1.867 responden menyatakan China tidak dapat dipercayai.
Kedua, kecemasan terhadap aktivitas militer Korea Utara. Kemampuan
rudal balistik Korea Utara (Taepodong-1) yang mampu menjangkau wilayah
Jepang, diikuti penolakan Korea Utara mematuhi aturan keamanan internasional,
menjadi perhatian Jepang. Jepang cemas, itu tampak dari pernyataan Abe, jika
92
93
tidak ada pilihan, Jepang bisa saja menyerang basis-basis rudal Korea Utara
sebagai upaya mempertahankan diri.
Ketiga, desakan masyarakat lokal dan keinginan AS untuk mengurangi
kekuatan militernya di Asia Timur. Muncul aneka persoalan sosial terkait
kehadiran tentara AS di sejumlah negara melahirkan protes dan penolakan (di
Jepang, Korea Selatan, dan Filipina). Ini terlihat dari keinginan AS mengurangi
pasukannya di Korsel dari 32.500 menjadi 20.000. Diduga, pasukan-pasukan
"eks-Korsel" itu akan digunakan untuk menjalankan misi-misi AS di luar Asia.
Tabel 7
Jumlah Modernisasi GSDF Jepang110
Sumber : www.globalsecurity.org
Kebijaksanaan pertahanan nasional Jepang telah di dasarkan pada Dekrit
Kerjasama Timbal Balik dan Keamanan dengan Amerika Serikat, di bawah mana
Jepang mengasumsikan tanggungjawab unilateral untuk keamanan internalnya
sendiri dan Amerika Serikat setuju untuk ikut serta dalam pertahanan Jepang di
110
http://www.globalsecurity.org/military/world/japan/gsdf.htm
93
94
dalam peristiwa di mana Jepang atau daerahnya diserang. Walaupun besar dan
kemampuan SDF selalu dibatasi perannya, sampai tahun 1976 perencanaan
pertahanan berfokus pada pengembangan kekuatan yang cukup untuk berhadapan
dengan kemampuan konvensional dari potensi musuh regional. Pada awal tahun
1976,
kebijaksanaan
pemerintah
mempertahankan
bahwa
SDF
akan
dikembangkan hanya untuk memukul mundur penyerangan terbatas dalam skala
kecil dan bahwa bangsa itu akan bergantung kepada Amerika Serikat untuk
mendapatkan pertolongannya pada sebuah serangan yang lebih serius.111
Serangan Soviet atas Afghanistan dalam tahun 1979 dan pembangunan
kekuatan militer di Timur Jauh Soviet, termasuk sekelompok pulau sampai di
utara Hokkaido, yang ditempati oleh Uni Soviet tetapi yang diklaim oleh Jepang,
memimpin Jepang untuk mengembangkan sebuah program untuk memodernisasi
dan memperbaiki SDF dalam tahun 1980-an, terutama di bidang pertahanan udara
dan peperangan anti kapal selam. Di awal tahun 1990-an, pemerintah telah
merevaluasi kebijaksanaan keamanannya yang di dasarkan atas pengurangan
tekanan Timur-Barat.112
Tabel 8
Jumlah Modernisasi MSDF Jepang113
Sumber : www.globalsecurity.org
111
Ibid
www.mofa.go.jp/policy/other/bluebook/1989/1989-2-2.htm
113
http://www.globalsecurity.org/military/world/japan.htm
112
94
95
Pemerintah Jepang menghargai hubungan dekatnya dengan Amerika
Serikat, dan ia tetap bergantung pada payung nuklir Amerika Serikat. Jadi, ia
bekerja untuk memfasilitasi kontak militer dan mendukung Amerika Serikat
secara diplomatik bila hal itu memungkinkan. Bagaimanapun, pemerintah dan
masyarakat hanya mendukung peningkatan yang terbatas di bidang kemampuan
pertahanan diri. Dipercayai bahwa keamanan nasional, dibantu perkembangannya
oleh diplomasi internasional
dan bantuan ekonomi seperti halnya di bidang
kekuatan militer.114
Terdapat beberapa masalah kritis bagi keamanan intern Jepang. Kondisi
keteraturan masyarakat bersifat menguntungkan dibandingkan dengan negara lain
di dunia. Tingkatan kriminal sungguh rendah yang dipertahankan secara demikian
oleh karena kekuatan kepolisian yang terorganisasi dengan baik dan efisien yang
dibantu oleh kerja sama dan dukungan penduduk secara umum.
Pemerintah Jepang sedang meninjau ulang Garis Besar Program
Pertahanan Nasional, yang diformulasikan pada tahun 1995, pada akhir tahun
2004. Kesan bahwa Jepang telah meningkatkan kemampuan militernya telah
membingungkan Cina dan negara Asia lainnya yang diserbu Jepang selama
Perang Dunia II. Hubungan Jepang dengan Cina dirusak oleh kunjungan pejabat
berkedukuan tinggi yang berulang-ulang pada Yasukuni Shrine.115
Pada tanggal 4 Oktober 2004, Dewan Keamanan dan kemampuan
Pertahanan, sebuah kelompok penasihat pribadi perdana menteri, membuat
rekomendasi-rekomendasi kepada Perdana Menteri Junichiro Koizumi atas
kemampuan pertahanan masa depan Jepang. Laporan ini akan menjadi pedoman
114
115
Ibid
Ibid
95
96
dasar bagi pertahanan, yang akan disiapkan pada akhir tahun 2004. Hal itu akan
menjadi tinjauan ulang ketiga sejak Jepang dikalahkan dalam Perang Dunia
Kedua.116
Dewan menyatakan bahwa Jepang harus belajar untuk mendapatkan
kemampuan untuk mencegah serangan. “Berkenaan dengan pertanyaan tentang
apakah cocok . . . untuk memiliki kemampuan penyerangan terhadap basis peluru
kendali musuh sebagai sebuah usaha terakhir, sebuah keputusan harus diambil
setelah secara seksama mempelajari kredibilitas penolakan yang diberikan
Amerika Serikat.” Dewan itu merekomendasikan untuk mempelajari secara
seksama kredibilitas penolakan AS, efektifitas sistem BMD, efektifitas biaya
untuk sistem ini, dan dampak yang akan diberikan terhadap negara di daerah itu.
Bila hal ini diterima sebagai kebijaksanaan pemerintah, maka hal itu akan
menjadi sebuah perubahan utama dalam kebijaksanaan pertahanan Jepang pasca
peperangan. Laporan itu menyatakan bahwa Jepang tidak lagi dapat
mengharapkan untuk semata-mata bergantung pada kekuatan perlindungan AS.
Tetapi laporan itu merekomendasikan bahwa kekuatan Jepang yang dirancang
untuk pertahanan terhadap sebuah penyerangan dengan skala penuh harus secara
signifikan dikurangi. Dewan penasihat itu juga mendesak pemerintah untuk
mendiskusikan perluasan sebuah peran kebijaksanaan luar negeri bagi Kekuatan
Pertahanan Diri. Dan ia merekomendasikan untuk mengendorkan larangan atas
ekspor senjata ke Amerika Serikat dan negara lain, seperti juga halnya dengan
mendapatkan satelit pengamat yang lebih maju. Bagaimanapun, dewan itu
116
www.gio.gov.tw/taiwan-website/4-oa/20051005/2005100501.html
96
97
menyatakan dirinya menentang Jepang untuk memiliki senjata nuklir, dengan
mengatakan agar tidak merupakan ancaman bagi negara tetangga. 117
Dalam bulan November 2004 para pejabat Agen Pertahanan menetapkan
tiga skenario tentang kemungkinan penyerangan Cina atas Jepang karena agen itu
bersiap-siap untuk merubah strategi pertahanan nasional. Di bawah skenario yang
pertama, Cina kemungkinan akan menyerang bagian dari Jepang untuk mencegah
pertolongan angkatan bersenjata AS di Jepang dalam kasus perselisihan antara
Cina dengan Taiwan. Dalam skenario yang kedua, kemungkinan Cina akan
mengambil aksi militer untuk merampas Kepulauan Senkaku antara Taiwan dan
Jepang (yang disebut Cina sebagai Kepulauan Diaoyu).
Cina mengkalim bahwa terdapat bukti yang berlimpah untuk menunjukkan
bahwa Kepulauan Diaoyu adalah bagian dari Cina sejak zaman dahulu. Di bawah
skenario yang ketiga, Cina kemungkinan akan berpindah untuk menjamin
kepentingannya di Laur Cina Selatan. Eksplorasi gas dan minyak Cina di Laut
Cina Selatan telah dilaksanakan di dalam apa yang Cina anggap sebagai perairan
pantai yang tidak dapat disangkal, sumber pertengkaran antara kedua negara itu
atas energi dan daerah di Laut Cina Selatan. Tokyo dan Beijing berselisih tentang
pengembangan daerah gas yang berdekatan dengan batas maritim mereka.118
Menurut kebijaksanaan keamanan Jepang, memelihara sebuah keberadaan
militer merupakan salah satu metode – dan sama sekali bukan metode yang
terbaik – untuk mencapai keamanan nasional. Diplomatik, bantuan ekonomi dan
perkembangan, dan hubungan yang dekat dengan Amerika Serikat di bawah
syarat persetujuan keamanan tahun 1960 disadar sebagai suatu hal yang lebih
117
118
Ibid
Ibid
97
98
penting. Jepang hanya mempertahankan biaya militer sebesar 1% dari GDP,
walaupun hal ini masih merupakan sebuah jumlah yang sangat signifikan. Sikap
Jepang adalah defensif, dengan ketiadaan senjata pemusnah yang besar, tiada
pembom berjarak jauh, tiada peluru kendali berjarak menengah dan jauh, tiada
pesawat terbang pengangkut dan kapal selam nuklir. Tetapi Jepang memiliki
senjata yang sangat konvensional, dan ingin menggunakan Kekuatan Pertahanan
Diri untuk operasi pemeliharaan keamanan. Bagaimanapun Jepang sangat
berkepentingan dengan atas pembangunan militer di Asia Timur.119
Agen Pertahanan meminta 4.933 trilyun yen untuk anggaran belanja
tahunannya pada tahun 2005 untuk meningkatkan Kekuatan Pertahanan Diri. Hal
ini sama dengan $44.693 milyun pada pertukaran n[1USD = 110,375 YJP] yang
berlaku akhir tahun 2003.120
Pertahanan yang berhubungan dengan pengeluaran untuk FY (Tahun
Fiskal) 2002 berjumlah 4,9395 trilyun yen (diluar pengeluaran untuk SACO),
sejumlah 0,6 milyun yen atau peningkatan sebesar hampir nol pesen dibandingkan
dengan tahun fiskal sebelumnya, yang menunjukkan bahwa pengeluaran yang
berhubungan dengan pertahanan masih tetap moderat. Anggaran biaya untuk
TF2002 termasuk biaya yang berhubungan dengan SACO adalah 16,5 milyun.
Termasuk pengeluaran ini, maka biaya total yang berhubungan dengan pertahanan
adalah 4,9560 trilyun yen, yang jumlahnya hampir sama dengan tahun fiskal
sebelumnya.121
Bahkan dalam tahun 1980-an, pengeluaran pertahanan disetujui sebagai
prioritas yang relatif rendah. Untuk TF 1986 sampai ntahun 1990, pengeluaran
119
120
121
www.enigmaterial.com/dateline/hn_34/hn_34_07.html
Ibid
Ibid
98
99
umum bersama adalah sekitar 6,5 persen, dibandingkan dengan pengeluaran
sebesar kira-kira 28 persen untuk Amerika Serikat. Dalam tahun 1987 Jepang
memiliki peringkat keenam dalam pengeluaran pertahanan total dunia setelah Uni
Soviet, Amerika Serikat, Perancis, Republik Federal Jerman (Jerman Barat), dan
Inggris. Pada tahun ia menjadi peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dan Uni
Soviet, yang terutama disebabkan oleh meningkatnya nilai yen. Dalam TF 1991,
pertahanan berjumlah 6,2 persen dari biaya pengeluaran.122
Sebagai tambahan bagi biaya pengeluaran tahunan, Agen Pertahanan
mempersiapkan sejumlah rencana pembangunan yang disetujui kabinet mulai
tahun 1957, yang menyusun sasaran bagi kemampuan tujuan spesifik dan target
yang telah ditentukan untuk mencapai mereka. Di bawah ketiga rencana yang
pertama (untuk tahun 1968-60, 1962-66, dan 1967-71), mendanai prioritas
disusun untuk menetapkan kemampuan agresi tandingan yang terbatas. Kesulitan
ekonomi yang mengikuti krisis minyak pada tahun 1973, bagaimanapun, telah
mengakibatkan masalah utama dalam mencapai Rencana Pembangunan
Pertahanan Keempat (1972-76), dan memaksa pengurangan pembiayaan, dan
menimbulkan pertanyaan mengenai konsep dasar yang mendasari kebijaksanaan
pertahanan.123
Dalam tahun 1976, pemerintah menyadari bahwa peningkatan substansial
dalam pengeluaran, personil, dan basis benar-benar tidak memungkinkan.
Sebaliknya, sebuah “konsep dasar pertahanan” disarankan, sebuah penekanan
perbaikan yang kualitatif dalam SDF, lebih dari sekadar yang bersifat kuantitatif.
Telah diputuskan bahwa pengeluaran pertahanan harus berfokus pada pencapaian
122
123
jhu.edu/programs/asia/sea/sea_publications/asia_security_policy_forum/auer.pdf
Ibid
99
100
tingkat dasar sebagaimana yang telah disusun dalam Garis Besar Program
Pertahanan Nasional tahun 1976. setelah itu, pemerintah berhenti untuk
memberikan rencana pembangunan yang menggelisahkan masyarakat karena sifat
dasar mereka yang terlihat terbuka dan yang beralih kepada mempercayakan diri
pada rumus tahun fiskal tunggal yang memberikan sasaran yang eksplisit dan
ysng dapat dicapai.
Pengeluaran pertahanan agak meningkat selama akhir tahun 1973, dan
dalam tahun 1980-an hanya pengeluaran pertahanan dan Bantuan Pengembangan
Pegawai Negeri yang diijinkan untuk meningkat sesuai dengan syarat yang nyata.
Dalam tahun 1985 Agen Pertahanan mengembangkan objektif Perkiraan
Pertahanan Bersyarat Menengah untuk TF 1986 sampai tahun 1990, untuk
memperbaiki peralatan garis depan SDF dan menatar sistem pendukung logistik.
Karena GSDF, ukuran ini mencakup pembelian senjata yang telah lebih
dikembangkan dn peralatan untuk memperbaiki antitank, artileri, senjata api
darat-laut, dan kemampuan mobilitas. Karena MSDF, maka fokusnya adalah pada
penataran kemampuan anti kapal selam, dengan pembelian pengawal pemusnah
baru yang menggunakan sistem Aegis dan helikopter anti kapal selam SH-60J,
dan untuk memperbaiki peperangan anti ranjau dan sistem pertahanan udara.
Dana ASDF terkonsentrasi pada pembelian pesawat tempur dan helikopter
penyelamat. Biaya keseluruhan Perkiraan Pertahanan Bersyarat Menengah kirakira sebesar ¥ 18,4 trilyun (kira-kira USD 83,2 milyun, pada pertukaran uang
tahun 1985).124
124
Ibid
100
101
Dalam TF 1989, pengeluaran pertahanan sebesar ¥ 3,9 trilyun
diperhitungkan sebesar 6,49 persen dari pengeluaran total, atau 1,006 persen dari
GNP. Sebagai tambahan bagi Agen Pertahanan itu sendiri, maka pengeluaran
pertahanan mendukung Agen Administrasi Fasilitas Pertahanan dan Dewan
Keamanan. Pendanaan Agen Pertahanan mencakup GSDF, MSDF, ASDF, biro
internal, Dewan Staf Bersama, Akademi Pertahanan Nasional, Perguruan Tinggi
Medis, Institut Nasional untuk Pengetahuan Pertahanan, Institut Penyelidikan
Teknis dan Pengembangan, dan Kantor Pusat Pengadaan. 125
Dalam pembiayaan pertahanan FT 1990, pada peramalan GNP sebesar
0,997 persen, yang diturunkan di bawah tingkat 1 persen adalah yang pertama kali
sejak yang dicapai dalam tahun 1987. Tetapi lebih dari pengeluaran ¥ 4,1 trilyun
masih menandakan peningkatan sebesar 6,1 persen di atas pengeluaran pertahanan
TF 1989 dan benar memberikan keseluruhan jumlah ¥ 104 trilyun yang diminta
untuk penyelidikan dan pengembangan, termasuk pendanaan substansial untuk
peluru kendali dan teknologi komunikasi. Walaupun ¥ 34,6 milyun dibenarkan
selama beberapa tahun untuk kerjasama penyelidikan Jepang- Amerika Serikat
dan pengembangan pesawat tempur FSX eksperimental, namun perselisihan atas
proyek ini dipercayai telah meyakinkan Agen Pertahanan untuk memperkuat
kemampuan industri persenjataan domestik dan meningkatkan kontrak bersama
SDF.
Setelah dipotong secara orsinil, dana juga dinormalkan untuk tiga puluh
tank yang dipugar modelnya dan Aegis terakhir diperlengkapi dengan pengawal
pemusnah bertarget multipel perlu untuk melengkapi Perkiraan Pertahanan
125
Ibid
101
102
Bersyarat Menengah. Peningkatan pertahanan sebesar 6,1 persen diiringi dengan
peningkatan pendanaan yang bahkan lebih besar (8,2 persen) dalam Bantuan
Pengembangan Pegawai Negeri. Pengeluaran pertahanan terus bertumbuh dalam
syarat nyata dalam awal tahun 1990-an sampai sejumlah ¥ 43,8 trilyun dalam
tahun 1991 dan ¥ 45,5 trilyun dalam tahun 1992 namun tetap kurang dari 1 persen
GNP.126
Para pejabat Jepang menolak tekanan Amerika Serikat untuk secara
formal menyetujui bahwa Jepang akan lebih banyak mendukung biaya pasukan
Amerika Serikat, dengan mengklaim bahwa tindakan seperti itu akan menuntut
perbaikan persetujuan di antara kedua bangsa itu. Namun dalam TF 1989,
pemerintah Jepang mengkontribusikan US$ 2,4 milyun – kasarnya 40 persen –
dari biaya keseluruhan. Kontribusi yang dicatat untuk TF 1990 ditingkatkan
sampai US$ 2,8 milyun – hampir 10 persen dari total pengeluaran pertahanan –
dan pada akhir TF 1990 pemerintah Jepang berharap untuk menanggung seluruh
biaya bagi keperluan dan biaya pemeliharaan gedung bagi pasukan Amerika
Serikat yang ditempatkan di Jepang.127
126
127
Ibid
Ibid
102
103
2. Restrukturisasi Kekuatan Air Self Defense Force (JASDF )
Tabel 9
Kekuatan Militer ASDF Jepang128
Sumber : www.globalsecurity.org
JASDF, merupakan cabang penerbangan kekuatan pertahanan Diri Jepang
yang bertanggungjawab untuk pertahanan lingkup udara Jepang dan operasi
lingkup udara lainnya. JASDF melaksanakan patroli penyerangan udara di sekitar
Jepang, serta mempertahankan suatu jaringan kerja sistem radar peringatan darat
dan udara yang ekstensif. Cabang itu juga memiliki suatu kelompok aerobatik
yang dikenal sebagai Blue Impulse dan yang akhir-akhir ini terlibat dalam
melaksanakan pengangkutan udara di berbagai misi pemeliharaan damai PBB.129
ASDF memiliki kekuatan sebesar 47.000 dan memelihara sejumlah 46.000
personil dan kira-kira 330 buah pesawat terbang tempur dalam tahun 1992.
Formasi-formasi garis depan mencakup tiga buah skuadron penyerangan darat,
sembilan buah skuadron penyerang, sebuah skuadron pengintai dan lima buah
skuadron pengangkut.130
128
http://en.wikipedia.org/wiki/Japan_Air_Self-Defense_Force
http://www.globalsecurity.org/military/world/japan/jasdf.htm
130
Ibid
129
103
104
Gambar 3
Peta Basis Militer JASDF Jepang131
Sumber ; www.globalsecurity.org
ASDF memelihara suatu jaringan kerja yang terintegrasi oleh instalasiinstalasi radar dan pusat-pusat pengarahan pertahanan udara di seluruh negeri
yang dikenal sebagai Lingkungan Darat Pertahanan Dasar Udara. Di akhir tahun
1980-an sistem itu dimodernisasi dan diperbanyak dengan pesawat terbang
pengingat awal pengangkut udara E-2C.
Jepang masih bergantung pada pesawat terbang penyerang penangkap dan
misil darat-udara untuk menangkap pesawat terbang musuh. Kedua sistem ini
telah dibuktikan sejak awal akhir tahun 1980-an. Pesawat terbang yang kuno
digantikan pada awal tahun 1990-an dengan model-model yang lebih canggih,
dan misil Nike-J digantikan dengan sistem Patriot. Bagaimanapun, pada dasarnya
Jepang masih membutuhkan pertolongan dari kekuatan Amerika Serikat untuk
memperlengkapi kekurangan kemampuan penangkapan. 132
131
132
Ibid
Ibid
104
105
Tabel 10
Kapabilitas Militer JASDF Jepang
Sumber : www.globalsecurity.org
ASDF juga memberikan dukungan udara operasi darat dan laut dari GCDF
dan MSDF dan pertahanan udara untuk basis bagi seluruh kekuatan yang ada.
Walaupun dukungan skuadron penyerang muali dimodernisasi dalam tahun 1989,
namun mereka kekurangan senjata yang pemandu yang seksama untuk
mendukung operasi darat dan penyerangan atas kapal musuh, dan pilot ASDF
menerima sedikit pelatihan terbang atas samudera bagi berbagai operasi maritim.
ASDF memiliki dasar kemampuan pertahanan yang tidak memadai, yang
terutama terdiri dari senjata anti pesawat terbang yang sudah usang dan tempat
perlindungan yang mudah diangkut untuk menempatkan pesawat terbang. Basisbasis pertahanan ditatar di akhir tahun 1980-an dengan misil darat-ke-udara,
105
106
artileri anti pesawat terbang modern dan tempat perlindungan pesawat terbang
yang dapat berpindah dan baru diperbaiki.133
3. Restrukturisasi Kekuatan Ground Self Defense Force (GSDF)
Gambar 4
Peta Basis Militer GSDF Jepang134
Sumber : www.globalsecurity.org
Pelayanan ketiga terbesar dari JSDF, Kekuatan Pertahanan Diri Daratan
beroperasi di bawah komando kepala staf angkatan darat, yang berbasis di kota
Ichikawa, sebelah timur tokyo. Walaupun 180.000 tempat dibagikan untuk
personil berseragam, namun dalam tahun 1992 kekuatan itu masih tetap kira-kira
86 persen pada tingkatan tersebut (dengan perkiraan 156.000 personil) karena
keterbatasan dana. Jumlah personil berseragam tidak cukup untuk memungkinkan
suatu penggeseran singkat
untuk
tempat berpijak
darurat.
Sebaliknya,
perbandingan perwira-perwira terhadap personil yang tidak terdaftar masih tinggi,
133
134
Ibid
http://www.globalsecurity.org/military/world/japan/gsdf.htm
106
107
membutuhkan perbanyakan oleh cadangan atau sukarelawan dalam masa krisis.
Bagaimanapun, dalam tahun 1992 personil cadangan GSDF yang berjumlah
46.000, telah menerima sedikit pelatihan profesional. 135
Tabel 11
Kapabilitas Militer GSDF Jepang136
Sumber : www.globalsecurity.org
Pelatihan
tersebut
dimaksudkan untuk menghalangi
penyerangan,
memukul mundur penyerbuan kecil, atau memberikan suatu aksi menyokong
sampai diperkuat oleh Amerika Serikat atau kekuatan bersenjata Sekutu, unsur
darat juga tidak diperlengkapi ataupun disusun untuk memberikan lebih daripada
sekedar sebuah pertunjukkan pertahanan konvensional oleh dirinya sendiri, l
artileri anti tank, senjata api darat-ke-laut dan mobilitas diperlihatkan dan misil
darat-ke-kapal diperoleh dalam Perkiraan Pertahanan Masa Pertengahan yang
dilengkapi dalam FY 1990.GSDF terdiri dari sebuah divisi lapis baja, duabelas
divisi infantri, satu brigade angkutan udara, dua brigade kombinasi, empat brigade
135
136
Ibid
Ibid
107
108
pelatihan, sebuah brigade artileri dengan dua kelompok, dua brigade pertahanan
udara dengan tiga kelompok, satu brigade helikopter dengan duapuluh empat
skuadron dan dua helikopter anti tank platton. 137
4. Restrukturisasi Kekuatan Japan Maritime Self Defense Force (JMSDF)
Gambar 5
Peta Basis Militer JMSDF Jepang138
Sumber : www.globalsecurity.org
Kekuatan Pertahanan Diri Maritim Jepang atau JMSDF, adalah cabang
maritim dari Kekuatan Pertahanan Diri Jepang, yang bertugas dengan pertahanan
laut Jepang dan dibentuk menyusul pembubaran Angkatan Laut Kerajaan Jepang
setelah Perang Dunia II. Kekuatan itu secara ketat berbasiskan atas alat perang
pertahanan, adapun kekurangan dalam senjata penyerang yang secara khusus
ditangani oleh kekuatan laut dengan ukuran yang sesuai. Saat ini, tujuan
137
138
Ibid
http://www.globalsecurity.org/military/world/japan//jmsdf.htm
108
109
utamanya adalah untuk memelihara kontrol atas lahan kelautan bangsa dan untuk
mengawasi daerah perairan. 139
Tabel 12
Kekuatan Militer JMSDF Jepang 140
Sumber : www.globalsecurity.org
Kekuatan Pertahanan Diri Maritim (MSDF) memiliki kekuatan sebesar
46.000 dan memelihara sekitar 45.800 personil dan beroperasi dalam 146 pesawat
tempur utama, termasuk dua puluh satu kapal selam, lima puluh lima pemusnah
dan frigate, tiga puluh tiga kapal dan perahu peperangan ranjau, sembilan pesawat
terbang patroli, dan sembilan kapal amfibi. Jepang memiliki sejumlah 179
pesawat terbang dengan sayap yang telah diperbaiki dan 135 helikopter. sebagian
besar pesawat terbang ini digunakan dalam kapal selam dan operasi peperangan
ranjau.141
139
140
141
Ibid
http://en.wikipedia.org/wiki/Japan_Maritime_Self-Defense_Force
Ibid
109
110
B. Stabilitas Keamanan Di Kawasan Asia Timur Pasca Peningkatan
Kekuatan Militer Jepang
Asia Timur wilayah yang memprihatinkan. Di sini ada RRC yang masih terus
mengancam akan menyerbu Taiwan yang terakhir ia curigai memperlihatkan
tanda-tanda ingin memerdekakan diri, padahal menurut Beijing pulau ini adalah
propinsinya. Selain itu, Korea Utara yang masih belum jelas sikapnya
menyangkut hubungan dengan Korea Selatan, dan uji peluncuran rudalnya bukan
saja meresahkan Korea Selatan tetapi juga Jepang, masih merupakan soal
keamanan yang menonjol.
Bahkan sekarang RRC bermaksud membeli 60 pesawat pembom-tempur
Sukhoi Su-30MKK dari Russia. Jika hal ini terjadi, maka jelas merupakan
ancaman berat bagi Taiwan karena pesawat jenis ini dengan mudah dapat
menjangkau dan menggempur sepanjang kawasan pantai timur Taiwan. Hal ini
akan memaksa Taiwan mengubah doktrin pertahanannya, khususnya pertahanan
udaranya. Sementara itu Korea Utara yang dikabarkan menderita kelaparan,
ternyata sikapnya tetap tidak melunak. Bahkan melakukan serangkaian percobaan
rudalnya terbaru, Taepo Dong 1, sehingga mengkhawatirkan tetangganya,
terutama Korea Selatan dan Jepang. Sementara di kawasan lebih selatan,
pertikaian dan saling klaim atas gugusan Kepulauan Spratley di Laut Cina Selatan
juga tidak mengendur, malah semakin menguat.
1. Perimbangan Kekuatan Militer Cina
Dunia menyambut baik pertumbuhan pesat ekonomi China dengan
pengaruh yang semakin kuat dalam percaturan Global. Namun, dunia sangat
khawatir jika pertumbuhan ekonomi China diikuti dengan peningkatan kekuatan
110
111
militer. Negara yang paling khawatir dengan kekuatan militer China adalah
Jerman, Australia, Jepang, Spanyol, dan AS142.
Demikian hasil survei yang dilakukan oleh GlobeScan dan University of
Maryland143 di 22 negara.. Survei itu melibatkan 23.000 responden dan dilakukan
antara pertengahan November 2004 hingga awal Januari 2005.
Pada saat survei tersebut antara lain ditanyakan soal pandangan responden
mengenai pengaruh China dalam lingkup global, pertumbuhan ekonomi China
yang mengesankan, dan pandangan mereka mengenai potensi kekuatan militer
China.
Hasil survei menunjukkan 48 persen atau hampir setengah dari jumlah
responden menilai pengaruh China secara global adalah sesuatu yang positif.
Hanya 30 persen yang menganggap pengaruh China di tingkat global sebagai
negatif. Sisanya, 22 persen responden tidak memberikan pendapat mengenai hal
itu.
Survei itu juga menunjukkan pandangan responden terhadap China lebih
baik dibandingan pandangan responden terhadap "pemain global" lainnya seperti
AS dan Rusia. Pengaruh AS di tingkat global dipandang positif hanya oleh 38
persen responden, sedangkan Rusia 36 persen. China hanya kalah dari Inggris
yang pengaruhnya di tingkat global dinilai positif oleh 50 persen responden144.
142
“Keajaiban Ekonomi Di Sambut Tetapi Kekutan Militernya Di Tentang”, Harian
Kompas 7 February 2005, Hal 1
143
Ibid Hal. 11
144
Ibid
111
112
Lebanon dan Filipina145 merupakan dua negara yang memiliki pandangan
paling ramah terhadap China. Sebanyak 74 persen responden di Lebanon dan 70
persen di Filipina menganggap pengaruh global China sebagai hal yang positif.
Sebaliknya, Jepang dan Polandia merupakan dua negara yang paling sedikit
memberikan penilaian positif terhadap pengaruh global China. Responden di
Jepang yang menilai positif pengaruh global China hanya 22 persen, sedangkan
Polandia 26 persen146.
Dari sisi ekonomi, 49 persen responden menyambut positif pesatnya
pertumbuhan ekonomi China. Mereka menginginkan keajaiban ekonomi China
terus berlanjut. Hanya 33 persen yang berpendapat negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi China147.
Mereka
menilai,bahwa
kekuatan
China,
dianggap
sebagai
sarana
mendominasi dan ancaman bagi negara-negara tetangga China di Asia.namun
pandangan tersebut dapat berubah bergantung pada kepandaian China untuk
"menguasai diri". Sikap publik dunia akan berubah jika posisi tawar menawar
China yang di dalam hal perekonomian akan berubah menjadi kekuatan militer
yang mengancam, setidaknya tetangga China148.
China jelas-jelas sangat dihormati dunia karena prestasi ekonominya yang
luar biasa, dan hampir semua orang berharap China akan melanjutkan
kesuksesannya secara ekonomi. Namun, penduduk dunia berharap agar China
mengedepankan pendekatan yang lebih bersahabat di masa depan, bukan dengan
pendekatan militer.
145
146
147
148
Ibid
Ibid
Ibid
Ibid
112
113
Publik dunia sendiri sama sekali tidak menginginkan peningkatan kekuatan
militer China seiring dengan peningkatan kekuatan perekonomian negara itu.
Pandangan ini terbaca di 17 dari 22 negara yang disurvei GlobeScan dan
Universitas Maryland.
Seperti diketahui, kekuatan militer China memang sedang menjadi sorotan
dunia. dalam 15 tahun terakhir China terus meningkatkan anggaran militer. Tahun
ini, anggaran militer China dinaikkan sekitar 12,6 persen untuk memodernisasi
peralatan angkatan bersenjata.
Kekhawatiran publik dunia terhadap kekuatan militer China ditepis oleh
Menteri Luar Negeri China Li Zhaoxing149. Ia menegaskan bahwa negeri Tirai
Bambu itu tidak akan menjadi ancaman bagi siapapun. Hal seperti itu sudah
berulang dinyatakan oleh China.
Pemerintah China sendiri mengatakan, anggaran militer China selama dua
tahun terakhir ini hanya mencapai 29,9 miliar dollar AS150. Jumlah itu kalah jauh
dibandingkan dengan anggaran militer negara-negara maju di dunia seperti AS
yang mencapai sekitar 400 miliar dollar AS dan Jepang yang mencapai 47 miliar
dollar AS.
Peningkatan anggaran militter China dinilai oleh berbagai pihak sebagai
cerminan dari sikap China yang semakin serius dan keras terhadap kemungkinan
Taiwan memisahkan diri dari negara itu. Hingga kini, China menganggap Taiwan
sebagai salah satu provinsi yang membangkang.
Pengembangan kekuatan militer Cina nampaknya dilakukan secara
spektakuler. Untuk membiayai kekuatan militernya, Cina berani menyisihkan
149
150
Ibid
Ibid
113
114
12,5 persen dari anggaran negaranya atau sekitar US$ 14 milyar pertahun. Ini
sebuah jumlah yang menakjubkan, terutama jika dibandingkan dengan anggaran
militer negara-negara tetangganya. Dengan anggaran tersebut Cina dapat dengan
leluasa merencanakan pembangunan militernya.151 Menurut CIA World Factbook
pada tanggal 3 Desember 2003, Cina menduduki peringkat kedua setelah Amerika
Serikat Serikat sebagai negara dengan pengeluaran pembelanjaan militer tertinggi
di dunia dengan total pengeluaran US$ 55,91 milyar.152
Tabel 13
Keseluruhan Anggaran Pertahanan Nasional Cina153
Sumber : www.globalsecurity.org
Modernisasi militer dengan pemanfaatan personil secara efisien masih
dalam proses, namun sudah terlihat penerapan strategis Cina dalam upaya
menciptakan militer yang kecil dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, hal ini ditinjau dari anggaran militernya yang terus meningkat.
Pada tahun 1998 sebesar 90,99 milyar yuan yang terus meningkat. Pada tahun
1999 naik 15,01 % atau menjadi 104,65 milyar yuan (sekitar US$12,6 milyar) dan
pada tahun 2000 sesuai dengan keputusan Kongres Rakyat Nasional naik sebesar
151
Umar Suryadi Bakri. Pasca Deng Xiaoping: Cina Quo Vadis?. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta 1997. Hal 113
152
www.nationmaster.com
153
http://www.rand.org/china/modernizingchina’smilitary/
114
115
12,7% atau sebesar 120,5 milyar yuan (US$ 14,6 milyar). Kenaikan tersebut
disebabkan oleh faktor-faktor154, yaitu :
a.
Kompensasi diberhentikannya bisnis militer
b.
Penggajian personil militer dalam rangka menuju profesionalisme
yang disesuaikan dengan sistem persenjataan modern
c.
Biaya penempatan personil PLA di Garnisun Macao dan lain-lain.
Pada Kongres Rakyat Nasional Maret 2002, Cina telah mengalokasikan
sebesar 167.03 milyar yuan untuk pembelanjaan militer. Adanya peningkatan
sebesar 252 juta yuan atau 17,6% dari tahun 2001. Kenaikan ini adalah untuk
melindungi kedaulatan nasional dan kesatuan teritorial, peningkatan kapabilitas
teknologi dan kenaikan gaji personel PLA dan pensiunan PLA.155
Tahun 2003, peningkatan anggaran belanja pertahanan tidak terlalu
mengikat secara signifikan dibandingkan dengan tahun lalu. Anggaran militer
tahun 2003 sebesar 185.3 milyar dan mengalami peningkatan yang kecil sebesar
9.6 persen dari tahun 2002.156
Restrukturisasi PLA berfokus kepada missile, Angkatan Udara, Angkatan
Laut, Pasukan Reaksi Cepat Angkatan Darat, termasuk strategi PLA dalam
membangun pasukan elit yang akan merespon cepat hot-spot dan mendominasi
darat, air, udara, laut, luar angkasa, dan ruang elektromagnetik dalam perang
antariksa. Modernisasi militer Cina tergantung kepada besarnya tingkatan dan
tersedianya sumber-sumber pertahanan, penampilan industri pertahanan, akses
154
Laporan Tahunan Operasional RRC Tahun 2001. KBRI Beijing. Departemen Luar
Negari Republik Indonesia. Hal 83
155
Charles E. Marrison. Asia-Pasific Security Outlook 2003. Japan Centre For
International Exchange. New York. 2003. Hal 49
156
Charles E. Marrison. Asia-Pasific Security Outlook 2003. Japan Centre For
International Exchange. New York. 2004. Hal 83
115
116
teknologi dan senjata luar, dan pada akhirnya adalah kemampuan untuk
menyatukan sistem-sistem tersebut kedalam sistem militer Cina.157 Cina juga
menduduki peringkat pertama di dunia sebagai negara pengimpor senjata
konvensional terbanyak dengan total US$ 3.1 milyar untuk tahun 2001-2002.158
Gambar 6
Pengeluaran Militer dalam Anggaran Belanja Negara Cina 1978-2003159
Sumber : www.globalsecurity.org
Upaya-upaya terus dilakukan Cina dalam mensejajarkan kekuatan
militernya di arena internasional dewasa ini, Cina melakukan restrukturisasi
dengan meningkatkan kemampuan teknologi persenjataan baik produksi dalam
negeri atau membuat lisensi pembuatan (alih teknologi) maupun pembelian dari
luar
negeri.
Dalam
Konferensi
Persenjataan,
Presiden
Jiang
Zemin
memerintahkan untuk merestrukturisasi persenjataan militer nasional untuk
merestrukturisasi
persenjataannya
dengan
157
merefleksikan
Annual Report On The Military Power, Loc Cit
SIPRI 2002, loc cit
159
http://www.rand.org/china/modernizingchina’smilitary/
158
116
kedalam
ilmu
117
pengetahuan dan teknologi nasional, karena merupakan indikator kapabilitas
pertahanan dan kekuatan nasional Cina.160
Seperti halnya Long Range Intercontinental Ballistic Missile, Self
Propelled Anti-Aircraft Gun / Surface To Missile System (SPAAG/SAM) dan
sebagainya yang mana pernah dipamerkan dalam parade Hari Nasional RRC di
Beijing pada bulan Oktober 2000, kini senjata-senjata tersebut mulai memasuki
pasar ekspor, hal tersebut menunjukkan kepada dunia bahwa Cina telah memiliki
sistem pertahanan nasional yang kuat, demikian sektor persenjataan perlu
ditingkatkan
melalui
iptek
yang
memfokuskan
kepada
perkembangan
persenjataan militer dengan teknologi tinggi. Restrukturisasi akuisis persenjataan
meliputi restrukturisasi persenjataan Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan
Udara.
160
Laporan Tahunan RRC 2001-2002. KBRI Beijing. Departemen Luar Negeri Republik
Indonesia. Hal 82
117
118
2. Perimbangan Kekuatan Militer Korea Selatan
Gambar 7
Peta Wilayah Korea Selatan161
Dari akhir Perang Korea sampai tahun 1990, Korea Selatan telah
berkembang dari negara yang bergantung pada bangsa lain untuk keamanan
nasionalnya menjadi sebuah bangsa yang kuat dan berkembang, yang berangsurangsur mampu untuk memenuhi kebutuhan pertahanannya sendiri. Industri
penduduk mempertahankan lini perakitan militer yang terpisah, yang umumnya
kecil, bagian dari aktifitas gabungan mereka.162
Di bawah syarat Pakta Pertahanan Bersama Amerika antara Republik
Korea-Amerika Serikat tahun 1954, Amerika Serikat dan Korea Selatan
menyetujui
untuk
bekerjasama
dalam
mempertahankan
keamanan
dan
keprihatinan strategi dari kedua negara. Penyebaran angkatan senjata dan unit
kapal
selam
161
162
Korea
Selatan
dalam
tahun
1960-an
http://www.globalsecurity.org/military/world/south_korea.htm
Ibid
118
mendemonstrasikan
119
komitmennya untuk mendapatkan obligasinya di bawah pakta itu. Pada tahun
1990 Amerika Serikat telah menempatkan 44.500 personil militer di Korea
Selatan—sebuah sinyal bagi Korea Utara dan negara lain di daerah itu bahwa
Washington akan memenuhi komitmen keamanannya kepada Seoul di bawah
Pakta Pertahanan Bersama.163
Antara tahun 1974 dan 1996, Korea menghabiskan sejumlah USD 246
milyun untuk pangadaan domestik dan asing dengan tujuan untuk membuktikan
dan meningkatkan kemampuan pertahanan nasionalnya. Hal ini merupakan 31,8
persen dari anggaran biaya pertahanan total bangsa. Sisa 68,2 persen
dipergunakan untuk pemeliharaan kekuatan angkatan bersenjata Korea agar
memiliki kesiapsiagaan yang tinggi, karena seringnya tekanan politik dan militer
di lingkungan semenanjung Korea. 164
Tabel 14
Kecenderungan Dalam Anggaran Biaya Pengadaan Pertahanan Di Korea
( Won Korea Dalam Jumlah Jutaan)165
Tahun
Pertahanan
Total
Budget
Pengadaan
Pertahanan
Budget
Total Persen
1971
9176
1981
1986
1991
1996
1997
1998
174
442
2.764
4.158
7.524
12.243
13.787
14.628
26
206
1.085
2.317
3.568
4.310
4.218
2.799
14,9
46,6
39,3
55,7
47,4
35,2
30,6
19,1
Rata-rata Pertukaran: Berdasarkan nilai pertukaran uang pada bulan September, 1998 (nilai
satu USD sama dengan 1.400 Won Korea)
Menurut kecenderungan anggaran biaya pengadaan pertahanan MND dari
tahun 1971 sampai 1998, anggaran biaya tahun 1997 adalah 165 kali lebih tinggi
163
Ibid
http://www.militaryhistory.about.com/od/currentconflicts/a/koreanmilitary
165
http://www.globalsecurity.org/military/world/south_korea.htm
164
119
120
dari tahun 1971. Bagaimanapun, karena krisis ekonomi dalam tahun 1998, maka
anggaran biaya pengadaan Korea saat ini mengalami penurunan sampai ke tingkat
hanya 108 kali lebih tinggi dari anggaran biaya tahun 1971. Lebih lanjut,
anggaran biaya pengadaan sekarang terbilang hanya 19 persen dari anggaran
biaya pertahanan total. Yang paling penting untuk para pemasok AS, anggaran
biaya pengadaan asing dipotong 23 persen sampai 651 juta Won Korea.166
Anggaran biaya pertahanan Republik Korea (ROK) tahun 2004 disetujui
oleh Majelis Nasional Korea pada tanggal 31 Desember 2003. Anggaran biaya
pertahanan total untuk tahun 2004 adalah $ 16,18 milyun, lebih banyak 8,1 persen
di atas tahun 2003. Anggaran biaya tahun 2004 merefleksikan minat pemerintah
untuk melihat Menteri Pertahanan Nasional (MND) membelanjakan lebih banyak
atas “perbaikan kualitas hidup” – Operasi dan Pemeliharaan (O&M) – dan kurang
untuk Rencana Investasi Kekuatan (FIP). Anggaran biaya pertahanan tahun 2004
melanjutkan kecenderungan pemerintah agar mendorong MND membelanjakan
lebih banyak atas perbaikan kualitas kehidupan di atas pengembangan kekuatan,
dengan mengesahkan hanya sebuah kenaikan yang tidak berarti dalam anggaran
biaya Rencana Investasi Kekuatan tahun 2004. 167
Anggaran biaya keseluruhan pemerintah disusun pada $ 100,46 milyun,
sebuah kenaikan sebesar 1,7 persen di atas tingkatan tahun 2003. pemerintah ROK
sedang mencoba untuk mempertahankan nilai kenaikan di anggaran biaya
nasional agar di bawah nilai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, dengan
maksud untuk mengurangi defisit tahunan. Anggaran biaya pertahanan bersama
tahun 2004 dibandingkan dengan anggaran biaya keseluruhan adalah 16,2 persen,
166
167
http://www.globalsecurity.org/military/world/south_korea/budget.htm
Ibid
120
121
dibandingkan dengan 15,6 persen dalam tahun 2003. proporsinya atas GDP naik
dengan 0,1 persen dalam tahun 2004 –sampai 2,8 persen--, dibandingkan dengan
2,7 % pada tahun sebelumnya. 168
Anggaran biaya total rahun 2004 adalah KW 17.942,2 milyun yang
diperinci ke dalam KW 6.300 milyun ($ 5,38 milyun) untuk O&M, suatu
kenaikan sebesar 7,3 persen. Seluruh pembelian lepas pantai dikeluarkan dari
anggaran biaya FIP. Anggaran biaya pertahanan tahun 2004 diperinci secara
bijaksana dengan 66,7% O&M dan 33,3% FIP – yang mempertahankan
kecenderungan pemerintah untuk mengurangi pengeluaran FIP. Anggaran biaya
FIP adalah $ 5,38 juta, naik 9,8% di atas tahun 2003 dan 33,3% dari anggaran
biaya pertahanan keseluruhan. O&M adalah $10,80 milyun, naik 7,3% dan 66,7%
dari anggaran biaya pertahanan keseluruhan. Walaupun selama tahun 2004 – 2008
Rencana Pertahanan Termin Jangka Menengah meminta tambahan kenaikan
bagian FIP dari 32,8% dalam tahun 2003 menjadi 37,9% dalam tahun 2008 (untuk
menolong “meletakkan dasar bagi suatu kemampuan pertahanan percaya diri pada
tahun 2010), namun kenaikan yang cepat dalam biaya O&M membuat hal ini
sebetulnya mustahil.169
Penolakan ROKG untuk memberi hak sebuah pertahanan signifikan tahun
2004 untuk meningkatkan pengeluaran mendorong MND untuk menunda lebih
lanjut proyek pengembangan kekuatan utama. Pernyataan Presiden Moo-Hyun
Roh bahwa anggaran biaya pertahanan kemungkinan tidak akan mencapai 3
persen dari GDP selama administrasinya tidak memberi harapan yang baik untuk
Rencana Pertahanan Termin Jangka Menengah ke depan. Pembatasan anggaran
168
169
Ibid
Ibid
121
122
biaya pertahanan akan lebih lanjut memaksa MND untuk terus melalaikan
kesiapan termin jangka pendek untuk mendanai pengembangan kekuatan jangka
panjang. Bila MND menyadari pentingnya kemampuan saling menjalankan
dengan kekuatan AS, maka hal itu bukanlah suatu faktor penolakan dalam
keputusan pengadaan karena biaya secara meningkat merupakan kunci kesadaran
dalam program pengadaan utama. Industri pertahanan AS juga harus berjuang
dengan peningkatan perhatian atas pengembangan basis industri pertahanan
Korea.170
Kekuatan militer Korea Selatan terdiri dari :
a. Republic of Korea Air Force (ROKAF)
ROKAF merupakan sebuah angkatan udara yang modern, dengan 600
buah pesawat tempur yang sebagian besar adalah rancangan Amerika Untuk
memperhitungkan ancaman agresi, ROKAF menjalani suatu peningkatan
kemampuan yang substansial. ROKAF memperoleh pesawat pelatih T-28,
pesawat penahan segala cuaca F-86D, bomber pemburu F-5A dan bomber
pemburu F-4D. komando Operasi Angkatan Udara didirikan pada tahun 1961
untuk menjamin komando yang efisien dan mengontrol fasilitas. Komando
Logistik Angkatan Udara didirikan pada tahun 1966.
ROKAF telah diajukan dengan sebuah keamanan dengan meningkatnya
kesukaan berperang Korea Utara sepanjang tahun 1970-an. Pemerintah Korea
Selatan meningkatkan pengeluarannya pada ROKAF, dengan membeli pesawar
pemburu F-SE (Agustus 1976) dan bomber pemburu F-4E. dukungan pesawat
terbang seperti Provider C-123 dan Tracker S-2 juga dibeli pada saat itu.
170
http://www.globalsecurity.org/military/world/south_korea.htm
122
123
Penekanan yang besar diberikan dalam program latihan terbang, pembelian
pesawat terbang pelatih baru (T-41 Mescalero dan Cessna T-37), dan Pendidikan
Angkatan Udara & Komando Pelatihan juga didirikan dalam tahun 1973 untuk
menggabungkan dan meningkatkan kualitas personil pelatihan.171
Korea Selatan mempertahankan sebuah kekuatan udara modern untuk
mempertahankan dirinya sendiri dari berbagai model ancaman, termasuk
Angkatan Bersenjata Korea Utara, yang memiliki pesawat terbang kira dua kali
lebih banyak (sebagian besar bertipe kuno). Pada tahun 2005, Korea Selatan
mengoperasikan lebih dari 235 buah KF-16, 234 F-5, 130 F-4, 4 F-15K yang
sisanya sebesar 36 buah dikirimkan di awal tahun 2008, dan sejumlah KAI A-50
buatan Korea Selatan di antara pesawat terbang tempurnya. Varian F-15 Korea
yang disebut F-15K Slaqm Eagles. Korea Selatan menjadi salah satu pengekspor
pesawat terbang dunia yang berjumlah sedikit ketika ia mengekspor 19 buah KT1 pesawat terbang pelatih pribumi ke Indonesia pada tahun 2003. Industri Udara
Korea, perusahaan udara nasional Korea Selatan, telah merencanakan untuk
mengekspor lebih banyak KT-1 dan T-50 pesawat terbang pelatih
171
Ibid
123
124
Tabel 15
Kapabilitas Militer ROKAF Korea Selatan172
Sumber : www.globalsecurity.org
b. Republic of Korea Army (ROKA)
Merupakan cabang militer yang terbesar, dengan lebih dari 560.000
keefektifan pada tahun 2004. Hal ini terjadi sebagai respon terhadap daerah yang
berukit-bukit pada Semenanjung Korea (705 berbukit-bukit) demikian juga halnya
dengan kehadiran yang berat dari Korea Utara, dengan 1 juta angkatan
bersenjatanya yang kuat, di mana dua pertiga daripadanya digarnisunkan secara
tetap dalam garis depan dekat DMZ.173
172
173
Ibid
www.carlisle.army.mil/usawc/Parameters/03spring/hodge.pdf
124
125
Angkatan bersenjata itu terdiri dari Markas Besar Angkatan Bersenjata,
Komando Penerbangan, dan Komando Peperangan Khusus, dengan 11 korps, 49
divisi, dan 19 brigade, sejumlah 560.000 pasukan, 4.975 Kendaraan Tank/Lapis
Baja, 5.598 Sistem Artileri medan perang (Termasuk sistem Pelacakan,
Pengemudian dan Penyeretan) dan 13.000 Sistem Dukungan Infantri.
Peralatan Angkatan Bersenjata ROK termasuk M47, M48 yang lebih tua
demikian juga K1 dan K1A1 yang lebih belakangan, yang menggunakan senjata
120 mm berkaliber halus dan yang dibuat secara lokal.
Penggantian masa depan untuk K1A1 MBT adalah XK2, yang akan
dipasangkan dengan sebuah mesin Europowerpack MTU 1500 hp buatan Jerman,
senjata utama berkaliber 120 mm dengan pengisi otomatis, yang didesas-desuskan
mampu untuk menembus melalui lapis baja yang setara dengan M1A2 Amerika.
Tank yang baru juga diperlengkapi dengan radar seperti halnya sistem deteksi
LASER untuk segala landasan dan lapis baja reaktif yang sebanding dengan
M1A2 Amerika dan LeClerc Perancis.
Sebagai tambahan Korea Selatan telah membuat Howitzer K-9 buatan
pribumi, yang telah diekspor ke Turki, seperti halnya dengan KIFV seri K200
yang terlihat dalam aksi operasi pemeliharaan perdamaian PBB sebagai bagian
kekuatan pemeliharaan perdamaian Malaysia. Sebuah variasi dari K200, yaitu
KAFV dapat dicocokkan untuk menggunakan laras 90mm atau menara granat
40mm.174
Angkatan Bersenjata ROK juga membidangi “Pegasus” K-SAM yang
dapat dipindahkan yang cocok dengan misil 8mm yang terbang dengan kecepatan
174
Ibid
125
126
maksimum 2,6 mach, dan dengan seri “Biho” K-30, yang mengutamakan sistem
senjata ganda 30mm untuk mendukung tembakan anti udara.
Selain memiliki kendaraan dengan rancangan mereka sendiri seperti
halnya dengan model Amerika, Angkatan Bersenjata ROK juga memiliki berbagai
AFV buatan Russia, termasuk BMP-3 IFV dan BTR-80 APC dan juga T-80 MBT.
Walaupun mereka berada dalam servis aktif dengan Angkatan Bersenjata,
sebagian besar dari mereka dibeli dengan maksud untuk eksperimen teknologi
mereka agar dicocokkan dengan XK2 MBT ROK, misalnya penghalang Peledak
Lapis Baja Reaktif yang dipasang pada berbagai kendaraan lapis baja Russia.175
c. Republic of Korea Navy (ROKN)
ROKN adalah angkatan laut Korea Selatan, ROKN bertujuan untuk
menjadi sebuah angkatan laut air biru yang kokoh pada tahun 2020. Angkatan
Laut ROK pernah dibawa ke dalam suatu serangan tiba-tiba oleh Angkatan
Bersenjata Rakyat Korea Utara. Angkatan Laut ROK mendapatkan kontrol atas
laut di sekitar negeri itu, di luar ukurannya yang kecil dan dukungannya yang
lebih sedikit. Atas kemenangannya di dalam peperangan di Okgye dan Selat
Korea, Angkatan Laut ROK mengamankan laut sebelah selatan paralel ke-38.
Sebaliknya, dengan pertolongan Operasi Pendaratan Incheon yang sukses,
Angkatan Laut ROK beralih untuk mengontrol atas seluruh laur di sekitar
semenanjung Korea. Dengan dukungan senjata api, Angkatan Laut ROK
menambahkan operasi blokade pantai dan operasi darat untuk menetralisir
instalasi musuh. Lebih lanjut, Angkatan Laut ROK melaksanakan serangan agresif
terhadap Utara. Karena pasukan darat menarik diri dari utara, dan karena
175
Ibid
126
127
intervensi pasukan Komunis Cina, Angkatan Laut mengevakuasi bukan saja
kekuatan angkatan bersenjata dan persediaan militer namun juga pengungsi yang
merindukan kebebasan dalam kelautan di Timur dan Barat.
Sejak pesawat terbang misil yang pertama diluncurkan, Angkatan Laut
ROK telah sukses dalam melokalisasi kapal patroli kelas Baek-gu yang pertama,
(yang dibeli dari AS), dengan meluncurkan 2.000 ton kelas frigate Ulsan (FF-951)
yang pertama dan kelas corvette Pohang (PCC-756) yang pertama. Dengan
prestasi ini, Angkatan Laut ROK menjadi armada perang berskala besar pertama
yang lengkap yang dikonstruksi dengan teknologi Korea.176
Angkatan
Laut
berlanjut
dengan
melaksanakan
proyek
seperti
pembangunan penyapu ranjau, mengkonstruksi logistik yang mendukung kapal
dan kapal amfibi berskala besar yang baru dan kapal selam. Proyek-proyek ini
menguatkan kemampuan kelautan, memungkinkan Angkatan Laut untuk
melaksanakan operasi laut lepas dan operasi komponen. Penambahan atas
kekuatan darat dan bawah lautnya, Angkatan Laut ROK memperlengkapi dirinya
sendiri dengan sebuah Angkatan Udara yang mencakup Pesawat Patroli Anti
Kapal Selam dan Helikopter Anti Kapal Selam. Jadi Angkatan Laut ROK
memiliki kemampuan untuk memperlihatkan strategi multi dimensional. Lebih
lanjut, Angkatan Laut ROK meningkatkan operasi pendaratannya dan
mengkhususkan unit-unit peperangan dengan memperbaiki persenjataan bagi
Korps Marinir dan skuadron Aksi Khusus.177
Karena perluasan kekuatan angkatan laut sangat meningkatkan kekuatan
operasioanlnya, maka Angkatan Laut mengalami restrukturisasi organisasional
176
177
Ibid
Ibid
127
128
secara besar-besaran. Unit-unit operasi maritim direorganisasi ke dalam Angkatan
Laut ROK. Dalam bulan Februari 1984, Armada Korea yang ada dibagi ke dalam
skuadron-skuadron: Komando Armada ROK dan Armada Kesatu, Kedua dan
Ketiga. Kekuatan angkatan udara kelautan juga sangat ditingkatkan.
Armada skuadron udara yang ada ditingkatkan ke dalam Naval Air Wing
Flotilla agar mengelola dengan lebih baik penguatan angkatan udra kelautan
dalam tahun 1977. Dalam tahun 1986, Naval Air wing Flotilla menjadi Air Wing
6, sebuah unit mandiri yang langsung dikontrol oleh Komando Armada ROK.
Lebih lanjut, dalam tahun 1987, Komando Koprs Marinir didirikan, yang beraksi
sebagai sebuah perantara yang emnghubungkan Angkatan Laut ROK dengan unit
Korps Marinir.178
Sebagai tambahan, Angkatan Laut ROK mendorong adanya aksi-aksi
diplomatik militer yang progresif dan yang memainkan peran pemimpin dalam
akademi militer. Sebagai akibatnya, Angkatan Laut ROK telah mempertahankan
peristiwa seperti ROKN-USN Navy Talk (Bincang-Bincang Angkatan Laut
ROKN-USN) sejak tahun 1977, Simposium Kekuatan Laut Internasional sejak
tahun 1989, dan Diskusi Di Atas kapal sejak bulan Mei 1992.
Karena Angkatan Laut ROK meningkatkan kemampuan pertahanan
pantainya dengan membuat kapal patroli Korea dan corvette sejak tahun 1974,
maka Proyek Pengembangan Kekuatan telah mempromosikan kepercayaan diri
Pertahanan nasional. Dalam tahun 1981, Korea bertugas memproduksi sebuah
frigate, yang memungkinkan Angkatan Laut ROK melaksanakan operasi yang
lebih efektif di lautan bebas. Lebih lanjut, dalam tahun 1992, sebuah produksi
178
Ibid
128
129
besar-besaran sistem kapal selam telah didirikan setelah perkenalan CHANG
BOGO ROK, dan dalam tahun 1995, sebuah pesawat terbang patroli maritim
dengan teknologi canggih diperkenalkan. Lingkungan keamanan maritim di
sekitar semenanjung Korea dengan cepat berubah karena kekuatan kelautan
negara tetangga diperkuat. 179
Tabel 16
Kapabilitas Militer ROKA Korea Selatan180
Sumber : www.globalsecurity.org
179
180
Ibid
http://en.wikipedia.org/wiki/Republic_of_Korea_Air_NAvy
129
130
3. Perimbangan Kekuatan Militer Korea Utara
Gambar 8
Peta Wilayah Korea Utara181
Sumber : www.globalsecurity.org
Republik Demokrasi Rakyat Korea (Korea Utara atau DPRK) adalah
sebuah negara Komunis dengan sebuah perekonomian yang kurang berkembang,
namun memiliki kekuatan militer, yang menduduki semenanjung Korea antara
timurlaut Cina dan Republik Korea (Korea Selatan). Keterbatasan perdagangan
dan hubungan transportasi Korea Utara dengan negara lain dan lingkungan yang
dibatasi dengan ketat di mana orang asing dapat memasuki negeri itu dan
berinteraksi dengan penduduk lokal. Telepon dan komunikasi fax dalam banyak
tempat tidak memungkinkan, dan orang asing dapat mengharapkan bahwa
komunikasi mereka dimonitor oleh petugas DPRK. Dalam tahun belakangan ini,
Korea Utara telah mengalami kelaparan sementara, kekurangan bahan bakar yang
181
http://www.globalsecurity.org/military/world/north_korea/maps
130
131
kronis dan kekurangan listrik, dan menjangkitnya penyakit. Banyak negara,
termasuk Amerika Serikat telah menyokong kepada usaha penanggulangan
internasional untuk membantu penduduk Korea Utara.182
DPRK
menerima
ajaran
Marxisme—Leninisme
sebagai
filosofi
kekuasaannya ketika ia memproklamasikan pendiriannya dalam tahun 1948, tetapi
dalam sebuah revisi Konstitusional dalam tahun 1972, menambahnya dengan
ideologi juche, atau percaya diri nasional. Kedua filosofi itu dikombinasikan ke
dalam satu “ide juche dari Partai Pekerja Korea, sebuah aplikasi kreatif dari
Marxisme—Leninisme dengan kondisi negara kami”. Dalam tahun 1980, ideologi
resmi itu disederhanakan sebagai “pikiran juche dari Pemimpin Besar, Kim IlSung”. Menurut Konstitusi DPRK, juche adalah “sebuah ideologi revolusioner
yang berpusat pada pandangan manusia di dunia yang bertujuan untuk
merealisasikan massa yang mandiri, merupakan prinsip kepemimpinan dalam
aksinya”. Juche terdiri dari dua bagian: teori filosofi yang mengklaimbahwa
massa merupakan majikan dari sejarah dan revolusi, dan prinsip bahwa massa
memerlukan kepemimpinan dari seorang pemimpin (Kim Il-Sung dan putranya,
Kim Jong-Il) untuk mencapai takdir mereka.183
Penduduk dimotivasi untuk mengikuti juche melalui suatu kampanye
ideologi intensif dan sebuah program indoktrinasi politik yang dapat merembes.
Sejak awal, juche terutama menekankan kemandirian dari kekuatan eksternal,
namun rejim itu kini menghadapi dilema tentang bagaimana untuk memperluas
182
183
http://www.globalsecurity.org/military/world/north_korea/history.htm
Ibid
131
132
perdagangan dan investasi dengan dunia luar dengan tujuan untuk menyadarkan
ekonomi, tanpa membahayakan stabilitas politiknya.184
Negara itu kini dipimpin oleh Kim Chong-il yang menggantikan ayahnya
pada saat kematian ayahnya tanggal 8 Juli 1994. kim yang lebih tua adalah
seorang yang kejam, seorang pemimpn karimatis yang mempertahankan kesetiaan
yang besar dari rakyat, di luar kesusahan mereka. Oleh para pencela, Kim Cong-il
digambarkan sebagai seorang yang gila ketakutan (paranoid), manja, dan curiga,
tidak memiliki kemampuan seperti ayahnya, dan aksesnya pada birokrasi
pemerintahan adalah melalui sebuah persekongkolan. Negara itu sedang
menghadapi masalah internal yang tidak dapat diatasi dan tidak stabil secara
politik, ekonomi, dan sosial.
Dalam tahun 1954 Uni Soviet dan Cina mentransfer teknologi khusus
tertentu seperti juga halnya bahan kimia dan sarana proteksi terhadap mereka yang
dijarah dari Jepang dan Kuomintang selama Perang Dunia II kepada Angkatan
Bersenjata Rakyat Korea (KPA). Lima tahun berikutnya ditandai oleh
perkembangan yang cepat dari industri kimia DPRK. Terlepas dari kenyataan
bahwa negeri itu memiliki persediaan bahan mentah yang sungguh alami, tetapi
terbukti cukup sulit bertujuan untuk menciptakan kapasitas domestik untuk
memproduksi senjata kimia. Dalam tahun 1964 DPRK menandatangani sebuah
kontrak dengan Jepang untuk mengirimkan kimia pertanian. Di bawah
penyamaran mereka, awalnya komponen memasuki negeri itu sebagai sintesis
tabun dan gas mustard, dan setelah itu diimpor chlorin dan fosfor yang
mengandung komponen organik.185
184
185
Ibid
Ibid
132
133
Program perang kimia Korea Utara diperkirakan matang dan mampu sejak
tahun 1989, untuk secara asli memproduksi sejumlah besar bahan kimia untuk
syaraf, pelepuhan, sesak nafas dan darah seperti halnya juga berbagai sistem yang
berbeda yang diisi dengan amunisi. Korea Utara diperkirakan memiliki persediaan
senjata kimia yang cukup besar, yang dapat digunakan dalam operasi penyerangan
militer melawan Selatan. Korea Utara juga telah menyediakan sumber daya yang
sangat langka untuk langkah pertahanan yang bertujuan untuk melindungi
penduduk sipil dan kekuatan militer dari pengaruh senjata kimia.
Dalam bulan Mei 1996 Menteri Luar Negeri ROK, Yu Chong-ha
melaporkan kepada Majelis Nasional bahwa diperkirakan Korea Utara memiliki
kira-kira 5.000 ton senjata biologis dan kimia. Perkiraan tentang jumlah produksi
DPRK, penyelidikan, dan fasilitas penyimpanan masih tetap stabil selama dekade
terakhir, dengan perkiraan pemerintah ROK masa damai saat ini kemampuan
produksi tahunan (bila bukan produksi aktual) adalah 4.500 ton, dengan
kemungkinan sebuah gelombang kapasitas sebesar 12.000 ton dalam masa perang.
Perkiraan produksi aktual ini konsisten dengan perkiraan persediaan total yang
berjumlah beberapa ribu ton.186
Di bawah kondisi darurat, Utara kemungkinan mampu memproduksi
sampai 20.000 ton bahan kimia per tahun. Menurut perkiraan ini, Utara mampu
untuk memproduksi bahan kimia yang bervariasi luas termasuk adamsit (DM),
chloroacetophenone (CN), chlorobenzylidene malononitrile (CS), hydrogen
cyanide (AC), mustard-family (H atau HD), phosgene (CG dan CX), sarin (GB),
soman (GD), tabun (GA) dan bahan V (VM dan VX). Untuk masalah operasional
186
Ibid
133
134
dan teknis, DPRK diduga berkonsentrasi pada mustard, phfogene, sarin, dan agen
V. Selama tahun 1990-an yang lalu Utara kemungkinan telah mulai memproduksi
bahan binari. Bahan ini memberikan kemanan yang lebih besar dalam
penanganannya pada waktu transit dan memiliki stabilitas yang lebih lama dalam
penyimpanan.187
Korea Utara mampu untuk memproduksi dan menggunakan senjata kimia
yang benar-benar dapat diberikan oleh seluruh penciptaan sistem dukungan
persenjataan, termasuk sebagian besar bagian artilerinya, peluncur roket yang
beranekaragam (termasuk yang dipasang pada kapal tipe CHAHO), dan mortir.
beberapa bom yang digunakan Angkatan Udara juga dapat membebaskan bahan
kimia, seperti halnya FROG atau peluru kendali SCUD. Semenanjung Korea
memberikan sebuah contoh tentang bagaimana senjata kimia dapat disebarkan di
atas medan perang.
Pada serbuan atas permusuhan, Kekuatan Korea Utara akan mencari untuk
menekan perlawanan operasi udara Sekutu. Scud-B dan Peluru kendali C, dengan
Bahan Syaraf yang menetap pada hulu ledaknya, akan diluncurkan terhadap basis
udara seperti Kimpo, Osan dan Taegu. Komando, kontrol, dan pusat komunikasi,
dan depot logistik juga keungkinan menjadi target kimia.
Unit militer Korea Utara biasanya mengadakan latihan pertahanan NBC
dalam mempersiapkan operasi di lingkungan kimia. Korea Utara memiliki unit
pertahanan kimia pada semua tingkatan struktur kekuatannya. Unit ini
diperlengkapi dengan peralatan dekontaminasi dan deteksi. Personil militer Korea
Utara telah menggunakan topeng dan baju perlindungan individual.
187
Ibid
134
135
Sejak tahun 1990, Pyongyang telah sangat memprioritaskan atas militer
dan kesiapan pertahanan kimia orang sipil. Ia telah memerintahkan pelatihan
operasional dalam lingkungan kimia sebagai suatu bagian integral dari latihan
kekuatan angkatan bersenjata dan sedang mencoba untuk memperlengkapi seluruh
kekuatan militer, termasuk persediaan, dengan perlengkapan perlindungan yang
lengkap. Sebagai tambahan, kepemimpinan telah meminta segmen populasi yang
luas untuk melaksanakan secara periodik latihan peperangan kimia tiruan.
Pyongyang telah mendirikan bangunan dan memasang peralatan pelindung
kolektif pada produksi militer dan tempat relokasi sipil pada masa perang secara
bergantian, dengan mengarahkan penduduk untuk mengeluarkan topeng
pelindung.188
Menurut perkiraan barat, Korea Utara memiliki kekuatan militer kelima
terbesar di dunia, dengan persentase kedua terbesar untuk penduduk sipil yang
terdaftar (44,6 pasukan aktif dalam setiap seribu penduduk sipil, hanya kedua
setelah Israel). Korea Utara diperkirakan memiliki 1,08 juta personil bersenjata,
dibandingkan dengan kira-kira 672.000 pasukan Korea Selatan (dan 3,5 juta
kekuatan militer udara) ditambah dengan pasukan AS sebesar 17.000 di Korea
Selatan. Pengeluaran militer diperkirakan sebesar 20 – 25% GNP (yang artinya
bahwa DPRK mengeluarkan bagian terbesar GNP-nya untuk militernya di dunia
ini), dengan jumlah kira-kira 20% laki-laki berusia 17 – 54 tahun dalam kekuatan
bersenjatanya yang umum. Kekuatan DPRK diperkirakan mendapatkan sejumlah
keuntungan substansial atas Korea Selatan (kira-kira 2 atau 3 banding 1) dalam
sejumlah kategori kunci persenjataan penyerang – tank-tank, artileri jarak jauh,
188
Ibid
135
136
dan pengangkut personil bersenjata. Bagaimanapun, walaupun kekuatan DPRK
kemungkinan mendapatkan sejumlah keuntungan atas kekuatan ROK, namun
banyak peralatan Korea Utara adalah tipe usang dari Soviet dan Cina
dibandingkan dengan penyimpanan alat senjata Korea Selatan yang berkenaan
dengan kualitas telah dimodernisir. Korea Selatan juga telah terikat dengan sebuah
aliansi militer dengan Amerika Serikat untuk perlindungan, dengan sejumlah unit
kekuatan bersenjata Amerika Serikat yang ditempatkan di Korea Selatan.189
Korea Utara kemungkinan memiliki kekuatan operasi khusus kedua
terbesar (55.000) yang dirancang untuk sisipan di belakang barisan musuh dalam
masa perang. Korea Utara memiliki sebuah armada kapal selam yang relatif
mengesankan, sedangkan armada permukaannya memiliki suatu kemampuan yang
terbatas. Kekuatan udaranya memiliki jumlah dua kali jumlah pesawat terbang
Korsel, tetapi kecuali untuk sebagian kecil pesawat pemburu yang telah lebih
maju (kira-kira 20 buah MiG-29), maka kekuatan udara Utara dapat dikatakan
telah usang. Korea Utara seperti halnya dengan Korea Selatan menyebarkan
dengan baik sejumlah besar kekuatannya, dalam jarak 100 mil dari DMZ Korea,
mencakup 700.000 pasukan, 8.000 sistem artileri, dan 2.000 tank. Sebagian besar
terowongan militer Korea Utara (Utara) di bawah DMZ ditemukan dalam tahun
1970-an.190
189
190
Ibid
http://en.wikipedia.org/wiki/North_Korea
136
137
1. Perimbangan Kekuatan Militer Taiwan
Gambar 9
Peta Wilayah Taiwan191
www.globalsecurity.org
Dalam tahun 1945, Taiwan telah dipulihkan kepada peraturan Cina setelah
50 tahun menjadi koloni Jepang. Dalam tahun 1949, angkatan bersenjata
Nasionalis Chiang Kai-Shek mundur ke Taiwan dan partai Nasionalis (KMT)
memerintah pulau itu sampai tahun 2000. Karakteristik yang didefinisikan atas
hubungan internasional Taiwan adalah kekurangannya dalam ikatan diplomatik
dengan sebagian besar bangsa di dunia. Para penguasa di Taiwan menyebut
administrasi mereka sebagai “Republik Cina” dan untuk banyak tahun mengklaim
sebagai pemerintahan yang legal di Cina. Bangsa asing yang berharap untuk
menetapkan hubungan diplomatik
191
dengan sebuah pemerintah di Cina dapat
http://www.globalsecurity.org/military/world/taiwan/maps
137
138
mengakui “Republik Cina” atau mengakui Republik Rakyat Cina (PRC), namun
tidak kedua-duanya. Sebagian besar memilih untuk mengakui PRC/RRC. RRC
diakui oleh – dan Taiwan ditinggalkan Perserikatan Bangsa-bangsa dan sebagian
besar organisasi yang berhubungan di awal tahun tujuh puluhan. AS mengubah
pengakuan diplomatik kepada RRC dalam tahun 1979.192
Hubungan Taiwan dengan Republik Rakyat Cina masih tetap bersifat
problematik. Lepas dari permusuhan mereka yang berkepanjangan, hubungan
ekonomi antara kedua sisi selat Taiwan itu telah bertumbuh secara cepat sejak
akhir tahun 1980-an. Taiwan merupakan investor utama di Cina, dan saat ini Cina
melewati Amerika Serikat sebagai pasar ekspor Taiwan yang terbesar. Taiwan
menikmati sebuah surplus perdagangan yang besar dengan Cina. Perannya dalam
pasar Cina dapat meningkat dengan baik. Taiwan ingin menegakkan dirinya
sendiri sebagai pusat operasi regional untuk tiga negara bisnis yang mengarah
kepada pasar Cina yang lebih besar. Taiwan juga merupakan partner perdagangan
dan investasi bagi negara Asia Tenggara.193
Taiwan adalah sebuah pembangkit tenaga dengan penyediaan pertukaran
uang asing ketiga terbesar dan lebih dari $ 235 milyun dalam perdagangan dua
arah. Ekonominya meningkat 6% dengan pekerjaan yang penuh dan inflasi yang
rendah sedangkan negara ekonomi lain di daerah itu sedang tenggelam.
Penduduknya yang berjumlah 21 juta menikmati Produk Domestik Kasar per
keluarga sebesar $ 12.500. Karena Taiwan telah bertambah kaya, maka sistem
otoriter yang terdahulu telah berkembang ke dalam sebuah demokrasi. Oposisi
oleh Republik Rakyat Cina (RRC) untuk setiap pengakuan atas Taiwan sebagai
192
193
http://www.globalsecurity.org/military/world/taiwan/history
Ibid
138
139
sebuah politik terpisah yang benar ada telah membatasi aktifitas diplomatik para
pejabat Taiwan selama bertahun-tahun. Tetapi Taiwan memiliki hubungan tidak
resmi dengan dasar yang luas dengan sebagian besar negara ekonomi utama
dunia, termasuk politik demokrasi AS, sebuah ekonomi ekonomi yang sehat dan
kuat, dan liberalisasi ekonomi telah membentuk pasar Taiwan.
Sistem konstitusional Taiwan membagi pemerintahan ke dalam lima
cabang atas Yuan. Kelima cabang itu adalah Yuan Eksekutif, Yuan Legislatif,
Yuan Yudikatif, Yuan Pengontrol dan Yuan Penguji. Pada puncak dari struktur ini
adalah Presiden. Presiden menunjuk pemimpin Yuan, termasuk kepala Yuan
Eksekutif, yaitu Perdana Menteri. LY harus memperkuat calon yang diajukan
Presiden untuk posisi ini.
Sasaran
utama
kebijaksanaan
pertahanan
ROC
adalah
untuk
mempertahankan Taiwan, Pescadores, Kinmen, dan Matsu. Hal ini membutuhkan
penegakkan kekuatan tempur dengan kesiapan yang cukup untuk mengawal
bangsa dan melindungi rakyatnya. Ancaman yang langsung dan yang paling serius
bagi keamanan nasional ROC tinggal ketidaksediaan Peking untuk meninggalkan
penggunaan kekuatan militer terhadap Taiwan. Jadi, sementara strategi pertahanan
nasional
ROC meminta perkembangan yang seimbang dari ketiga Angkatan
Bersenjata, supremasi laut dan udara mendapatkan prioritas yang pertama.
Sebagai
tambahan
pada
persiapan
pertahanan
saat
ini,
sebuah
kebijaksanaan jangka panjang untuk mengembangkan sebuah kekuatan tempur
yang canggih dan cukup mampu dalam pertahanan teknologi juga dengan ketat
diikuti. Hal ini meminta restrukturisasi Angkatan Bersenjata, meluruskan tingkat
komando, merenovasi sistem logistik, menggabungkan dan menugaskan kembali
139
140
sekolah militer dan unit staf tingkatan atas, demikian juga mereduksi jumlah total
orang yang berseragam.194
Pemikiran di balik perubahan Kekuatan Bersenjata ROC selama beberapa
tahun ini merefleksikan pergeseran dari tekanan yang setara kepada penyerangan
dan petahanan kepada keyakinan pertahanan. Prinsip strategi ini, seperti yang
diterapkan di bawah Rencana Sepuluh Tahun Reduksi Pasukan, telah memimpin
kepada sebuah kekuatan yang ditargetkan sebanyak kurang dari 400.000 pasukan
pada tahun 2003 dan sebuah peningkatan dalam perbandingan pasukan tempur
dengan keseluruhan tenaga kerja militer.195
Sistem persenjataan generasi kedua yang digunakan oleh ketiga pelayanan
angkatan bersenjata itu juga secara aktif diperbaharui. Hal ini mencakup awal dari
sistem peringatan pertahanan udara E-2T, yang merupakan formasi dari skuadron
pertahanan tempur asli (IDF) Ching-kao yang pertama, yang merupakan komisi
peluru kendali frigate Cheng-kung dan Knox-class, dan menerima pengiriman dari
sebuah kelompok kedua helikopter penyerang AH-1W dan helikopter pengintai
OH-58D.196
Telah dirancangkan bahwa Taiwan akan membelanjakan di dalam
kelebihan sebesar NT$ 700 milyun (USD 20,68 milyun) untuk 11 artikel sebagai
bagian dari pembelanjaan untuk pengadaan angkatan bersenjatanya dari tahun
2003 sampai dengan 2013. Walaupun pasokan AS merupakan pembelian terbesar
persenjataan Taiwan, dan akan berlanjut untuk tahun yang akan datang, namun
kemampuan asli Taiwan telah meluas secara bertahap, dengan sebuah mayoritas
pembangunan yang mengambil alih bantuan Amerika Serikat. Untuk memenuhi
194
www.fpif.org/briefs/vol5/v5n11china_body.html
Ibid
196
Ibid
195
140
141
kebutuhan para pelanggan saat ini, dibutuhkan pelayanan total dan dukungan
logistik komersial untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan pertahanan
Taiwan yang ada. Dalam waktu dekat ini, kebutuhan pertahanan yang paling
penting adalah integrasi tujuan antara landasan yang ada dan persenjataan di
dalam dan di antara kekuatan angkatan bersenjata Taiwan. Bagaimanapun,
rencana jangka panjang industri pertahanan Taiwan termasuk manajemen medan
perang yang disatupadukan dan peningkatan C41SR.197
Di masa datang, dan berkenaan dengan catatan masyarakat, diharapkan
pembelian empat pemusnah Kidd-class, 12 P-3C pesawat terbang pemburu kapal
selam Orion, sembilan CH-47SD helikopter pengangkut Chinook, delapan kapal
selam konvensional, sejumlah seri baru Tienkung, peluru kendali pertahanan
udara, selusin helikopter penjelajah ranjau MH-53H, sistem artileri Paladin,
kendaraan penyerang amfibi AAV7A1, 30 helikopter Apache AH-64D, sistem
anti peluru kendali Patriot, peluru kendali tambahan, torpedo, peralatan
kemampuan bertahan pesawat terbang, dua radar pengingat awal berjarak jauh,
tiga susun radar pengontrol lalu lintas udara, dan sistem peperangan elektronik. 198
Pada tanggal 2 Juni 2004 Yuan Eksekutif menyetujui alokasi anggaran
biaya khusus Menteri Pertahanan untuk program pengadaan militer utama yang
berjumlah total NT$ 610,8 milyun (kira2 US$ 18,23 milyun). Uang untuk
mendanai anggaran biaya khusus itu akan datang dari NT$ 94 milyun melalui
pelepasan saham perusahaan milik negara, NT$ 100 milyun dari penjualan tanah
milik negara, dan peningkatan hutang nasional sebesar NT$ 420 milyun.
Anggaran biaya yang diusulkan akan mencakup enam set sistem anti peluru
197
China expresses strong indignation for "US-Taiwan defense conference": FM
spokesman", People's Daily, 2004-10-10
198
Ibid
141
142
kendali Patriot Advanced Capability III, delapan kapal selam konvensional dan 12
pesawat terbang anti kapal selam P-3C. 199
Kekuatan bersenjata Taiwan berjumlah kira-kira 300.000 prajurit. Wajib
militer bersifat universal bagi laki-laki berkualitas yang berusia 18 tahun. Program
yang
mengefektifkan
kekuatan
yang
berlangsung
sejak
tahun
1997
menggabungkan institusi secara berlebih-lebihan dan secara tetap mengurangi
militer sampai sejumlah 270.000 personil pada tahun 2012. Bagaimanapun,
bahkan sampai saat itu keharusan latihan dasar bagi semua laki-laki yang
mencapai usia 18 tahun masih tetap dilaksanakan. Karena jumlah kekuatan itu
berkurang, maka Taipei cenderung untuk memperluas secara berangsur-angsur
jumlah tentara sukarela dengan sasaran akhir membentuk suatu militer yang
seluruhnya sukarela. 200
Kekuatan bersenjata Taiwan diperlengkapi dengan senjata yang terutama
diperoleh dari Amerika Serikat yang telah mensuplainya dengan 150 buah
pesawat pemburu F-16 A/B Block-20 MLU, 4 buah E-2 Hawkeye, lisensi
produksi di antara lain Oliver Hazard Perry-kelas frigate, 60 buah helikopter
penyerang AH-1W, 19 buah helikopter pengintai OH-58D dan 200 buah Patriot
PAC-II SAM. Amerika Serikat juga telah memberi hak penjualan atas delapan
buah kapal selam diesel dalam tahun 2001, walaupun tidak jelas bagaimana kapal
selam ini dikirimkan karena Amerika Serikat tidak membuat kapal selam diesel
dan bangsa lain tidak mungkin menjual senjata ini karena tekanan PRC (People’s
Republic of China).
199
200
Ibid
Roy, Denny [2003]. Taiwan: A Political History. Cornell University Press
142
143
Sebagai konsekuensi Taiwan mungkin mendapatkan rancangan kelas
Babel yang dimodernisir. Tetapi Taiwan akan menerima kiriman empat buah
pemusnah kelas Kidd mulai akhir tahun 2005. Juga pengiriman unit-unit M109A6
yang dimulai tahun 2003 bersama-sama dua tambahan Hawkeye E2C dan
sembilan helikopter angkutan berat Chinook dalam tahun 2004. Dalam tahun
1992 AS juga menyetujui untuk menjual AEGIS SPY 1F ke Taiwn untuk
dipasang pada suatu versi khusus dari Perry. Bagaimanapun karena kesulitan
teknis rencana ini kemudian dikorbankan oleh Taiwan. Dalam perang misil
balistik
berkesinambungan
yang dibuat oleh PRC,
Taipei
juga telah
mengeksprsikan minatnya dalam berpartisipasi dalam atau pengembangan
kemampuan pertahanan misil balistik, kemungkinan bersama dengan AS atau
Jepang, walaupun tidak jelas apakah AS akan mengijinkan kolaborasi seperti
itu.201
Taiwan juga telah memperoleh 2 buah kapal selam kelas Zwaardvis MK2
dari Belanda, dan 60 buah pemburu Mirage 2000-5Di/Ei dari Perancis bersamasama dengan enam buah frigate
French La Fayette dari Perancis secara
sembunyi-sembunyi. Taiwan juga memperoleh empat buah penyapu ranjau dari
Jerman. Penjualan ini dibuat pada akhir tahun 1980-an/awal 90-an dan karena
tekanan PRC, penjualan dalam skala besar-besaran dari eropa jadi tidak
memungkinkan.202
Kemiliteran juga telah menekankan “kemandirian” militer, yang telah
berakibat dalam pertumbuhan produksi militer pribumi dalam bidang-bidang
tertentu khususnya sebagian besar Pemburu Petahanan Pribumi/Asli (Indigenous
201
202
Ibid
Ibid
143
144
Defense Fighter), Taiwan memiliki RT-2000 MLRS dan SAM seperti halnya Sky
Bow I dan II. Taiwan juga mengembangkan seri misil supersonik anti kapal
Hsung Feng nya. Usaha-usaha Taiwan pada pembelian persenjataan telah secara
konsisten diblok oleh PRC. Sebagai tambahan PRC telah secara konsisten
berusaha untuk memblokir komunikasi antara militer Taiwan dan militer-militer
lainnya dan hal ini telah mengakibatkan beberapa pengamat menjadi takut bahwa
hal ini mengakibatkan militer Taiwan secara doktrin tertinggal.203
Perkembangan senjata nuklir oleh Taiwan telah menjadi suatu masalah
yang diperdebatkan, seolah-olah menjadi salah satu alasan atas mana PRC
berikrar untuk menyerang Taiwan. AS yang berharap untuk menghindari
meningkatnya
ketegangan-ketegangan
di
Selat
Taiwan,
telah
secara
berkesinambungan menentang mempersenjatai Taiwan dengan senjata nuklir.
Karena itu, Taiwan melekat pada prinsip Pakta Non-Perkembangbiakkan nuklir
dan telah menyatakan bahwa ia tidak bermaksud untuk memproduksi senjata
nuklir. Riset nuklir yang lalu oleh Taiwan telah membuat suatu ‘batas’ status
nuklir.
Angkatan bersenjata Taiwan terdiri atas204 :
a. Republic of China Army
203
204
Ibid
http://www.globalsecurity.org/military/world/taiwan
144
145
Tabel 17
Kekuatan Militer Angkatan Darat Taiwan 205
www.globalsecurity.org
Kekuatan operasional ROCA yang ada mencakup 3 angkatan bersenjata, 5
korps, dan 27 divisi. Seperti pada tahun 2005, brigade angkatan bersenjata ke-35
mencakup 25 brigade infantri, 5 brigade lapis baja, dan 3 brigade infantri
bermekanisasi.206
b. Republic of China Air Force
Didirikan pada tahun 1920 oleh Menteri Penerbangan, ROCAF telah aktif
selama masa jabatan Taiwan di Cina Daratan. Selama Perang Tiongkok-Jepang
(1937-1945), ROCAF berpartisipasi dalam pemberondongan kapal perang Jepang
selama Perang di Shanghai dalam tahun 1937, dan mengikutsertakan pemburu
Jepang dalam peperangan udara atas daerah Wuhan pada tahun yang sama. 2 buah
ROCAF B-10 juga menjatuhkan pamflet propaganda di atas kota Jepang,
Nagasaki dan Saga dalam tahun 1938.207
Alat Perang ROCAF mencakup 400 buah pesawat terbang penyerang,
terutama F-16 dan F-CK IDF, dengan Mirage-2000 yang menjadi pemburu
pertahanan yang paling hebat. F-5 yang telah lebih tua dihapuskan setahap demi
setahap, tetapi masih membangun sebuah komponen kecil dari kekuatan pemburu
total dan beberapa diharapkan untuk diubah. Karena semakin besar penyimpangan
205
http://en.wikipedia.org/wiki/Republic_of_China_Army
Ibid
207
http://www.globalsecurity.org/military/world/taiwan_air_force
206
145
146
teknologi dalam ROCAF, maka ia telah mengalami beberapa tantangan integrasi
sistem yang lebih besar dalam kekuatan angkatan bersenjata.208
Tabel 18
Kekuatan Militer Angkatan Udara Taiwan 209
Sumber:globalsecurity.org
Sebagian besar persenjataan ROCAF dibeli dari Amerika Serikat yang
juga mendukung pelatihan beberapa pilot ROCAF di Luke AFB, Arizona.
Pesawat pemburu Mirage-2000 dibeli dari Perancis di awal tahun 1990-an.
Beberapa pesawat terbang dan senjata ROCAF juga dikembangkan secara
domestik seperti misalnya pemburu F-CK IDF dan misil seri Sky Sword.
Dalam bulan Januari 2006, Angkatan Udara menyatakan akan membeli
pesawat terbang dengan kemampuan VISTOL, terutama US F-35. Ia juga
berharap untuk menata F-16 dan Mirage 2000 nya yang ada, dan kemungkinan
membeli F-15 bekas.
208
209
Ibid
Ibid
146
147
c. Republic of China Navy
Tabel 19
Kekuatan Militer Angkatan Laut Taiwan 210
Sumber : www.globalsecurity.org
Pelopor angkatan laut ROC modern dibentuk Menteri Angkatan
Bersenjata dalam Ketetapan Pemerintahan Republik Cina tahun 1911, menyusul
tergulingnya dinasti Cing. Selama periode demam panglima perang yang
meninggalkan luka bagi Cina, tahun 1920-an dan 1930-an, maka ROCN tetap
setia pada pemerintahan Kuomintang dari Sun Yat-sen daripada kepada panglima
perang di Beijing. Selama waktu itu dan sepanjang Perang Dunia II, ROCN
terutama berkonsentrasi pada operasi perairan hijau.211
Reorganisasi dan pendirian ulang Angkatan Bersenjata berikutnya setelah
evakuasi ke Taiwan direkomendasikan dalam lirik Lagu Angkatan Laut ROC
“The New Navy” setelah tahun 1949.212
ROCN juga terlibat dalam operasi patroli dan pensuplaian ulang ke
Kinmen dan Matsu di Selat Taiwan, sejak tahun 1990-an Angkatan Bersenjata
Taiwan telah bertumbuh secara penting karena tekanan doktrin militer ROC
bergerak maju membalas kemungkinan blokade PRC, seperti juga penggantian
armada kapal selamnya yang telah usang.
210
http://en.wikipedia.org/wiki/Republic_of_China_Navy
http://www.globalsecurity.org/military/world/taiwan_navy
212
Ibid
211
147
148
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian dari bab – bab sebelumnya maka
penulis dapat mengambil kesimpulan mengenai Pengaruh Peningkatan Kekuatan
Militer Jepang dan Implikasinya terhadap Stabilitas Keamanan Regional di
Kawasan Asia Timur dalam kurun waktu 2001 sampai dengan 2005.ditemukan
beberapa hasil ;
Pertama, bahwa perubahan drastis situasi lingkungan strategis dunia
Internasional yang terjadi di penghujung abad ke 20, telah berdampak besar
terhadap kebijakan suatu Negara termasuk Jepang. Masing-masing Negara di
tuntut untuk menerapkan kebijakan pemerintahnya di segala bidang agar dapat
merespon perubahan-perubahan tersebut. Di bidang pertahanan dan keamanan
bereakhirnya perang dingin ternyata tidak secara otomatis menghilangkan
sumber-sumber instabilitas. Jepang memahami bahwa dalam waktu dekat
kemungkinan konflik militer pada skala luas sangat tipis kemungkinannya, namun
demikian pengalaman sejarah mengisyaratkan bahwa pada kondisi ini tidak ada
pula yang mampu menjamin tetap terselengaranya stabilitas dan perdamaian
dunia.berdasarkan konstitusi Jepang yang berlaku pada 1947 Konstitusi (UndangUndang Dasar), didasarkan pada tiga prinsip : kedaulatan rakyat, hormat terhadap
hak-hak asasi manusia, dan penolakan perang. selain itu kegagalan pasukan bela
diri Jepang dalam menjaga misi perdamaian di Iraq juga yang melatar belakangi
peningkatan kekuatan militer Jepang yang dipastikan bertujuan untuk pertahanan
diri dari kemungkinan terjadinya konflik dan dinamika arm race baik secara
global maupun secara khusus di kawasan Asia Timur serta bukan untuk menjadi
148
149
negara yang agresif untuk menginvasi satu kedaulatan negara lain seperti pada
masa sebelum perang dunia kedua.
Kedua, program restrukturisasi militer jepang ditandai dengan adanya
peningkatan belanja militer dimana pada 15 Desember 2000 badan keamanan
nasional Jepang, menyetujui anggaran belanja pembangunan pertahanan MTDP
(Mid-Term Development Program) 2001-2005 senilai 25,16 ¥ trilyun. Anggaran
ini mengalami peningkatan sebesar 930 ¥ milliar dibandingkan dengan MTDP
sebelumnya yaitu MTDP 1996-2000. sedangkan anggaran belanja bidang
pertahanan tahun 2001-2005 meningkat 0,4% dibandingkan dengan anggaran
belanja tahun sebelumnya yaitu mencapai ¥ 4,955 trilyun. Pengeluaran terbesar
akan ditujukan untuk kepentingan personil dan food supply yaitu 2,23 ¥ trilyun,
mengalami peningkatan ¥ 23,5 trilyun. Selanjutnya bagi pembayaran kontrak
pembelian Alusista sebesar ¥ 1,77 trilyun. Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan dalam penyusunan MTDP antara lain adalah situasi internasional,
trend iptek di bidang militer, produk pertahanan serta teknologi infrastruktur,
perkiraan ekonomi jangka panjang serta perkembangan militer.
Ketiga, dengan adanya peningkatan kekuatan militer yang di lakukan oleh
Jepang, bahwa hal itu telah berdampak pada stabilitas keamanan di kawasan Asia
Timur yang di tandai dengan adanya upaya dari negara-nagara kawasan Asia
Timur untuk melakukan perimbangan kekuatan yang ditandai dengan adanya
peningkatan kekuatan militernya dan akuisisi persenjataan yang semakin modern.
Hal itu dapat terlihat dengan meningkatnya anggaran militer dan peningkatan
sumberdaya tentaranya.
149
150
Berarti, secara singkat dan padat pengaruh peningkatan kekuatan militer
Jepang
dengan melakukan Program restrukturisasi peningkatan kekuatan
militernya melalui peningkatan anggaran belanja militer yang menjadikan Jepang
sebagai salah satu kekuatan utama di kawasan Asia Timur, sehingga negaranegara di kawasan regional Asia Timur berupaya untuk melakukan perimbangan
dan peningkatan persenjataan yang ditandai dengan peningkatan sumber daya
tentaranya, kenaikan anggaran belanja militer serta akuisisi persenjataan yang
semakin modern.
150
Download