BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan
dunia menjadi aman. Justru pada masa itulah situasi politik yang mencekam semakin
terasa, karena terjadinya pertentangan antara negara-negara pemenang perang dunia
II tersebut. Terbentuknya blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dengan
sekutunya Inggris, Prancis, Jerman Barat dan Kanada. Blok Timur yang dipimpin
oleh Uni Soviet dengan sekutunya Bulgaria, Cekoslovakia, Hungaria, Polandia,
Jerman Timur, Cuba dan China. Negara-negara yang tidak memihak lebih dikenal
dengan negara-negara non-blok.
Pertentangan yang terjadi antara kedua pemimpin blok sangat mempengaruhi
konstelasi perpolitikan dunia, karena kedua negara merupakan negara terkuat di dunia
saat itu dan masing-masing negara dilengkapi dengan persenjataan konvensional
maupun nuklir dalam jumlah massal. Pertentangan ini yang kemudian dikenal dengan
sebutan perang dingin. Konflik ini berawal dari perbedaan ideologi yang dianut oleh
masing-masing negara adikuasa beserta sekutunya. Amerika Serikat dan sekutunya
yang menganut demokrasi dan kapitalisme, sedangkan Uni Soviet dan sekutunya
menganut komunisme.1 Kondisi ini menimbulkan suasana yang mencekam di dunia
1
Legvold, Robert. "Cold War." Microsoft® Student 2007 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft
Corporation, 2006.
2
yang diakibatkan trauma negara-negara terhadap Perang Dunia I dan Perang Dunia II
dan adanya ancaman akan terjadinya perang dunia selanjutnya yang akan melibatkan
banyak negara dan menggunakan senjata-senjata yang jauh lebih berbahaya dari
sebelumnya. Suasana ini berlangsung hingga akhirnya terjadi peristiwa demokratisasi
di Uni Soviet dan terpecahnya negara-negara bagian Uni Soviet sehingga
terbentuknya negara Federasi Rusia yang sekaligus mengakhiri Perang Dingin.
Setelah perang dingin dan pecahnya Uni Soviet telah menghilangkan
ketegangan yang terjadi seperti pada saat perang dingin tersebut. Amerika Serikat
muncul sebagai satu-satunya negara superpower di dunia dan diikuti oleh
kemenangan negara-negara blok barat. Meskipun Perang Dingin telah berakhir dan
berakhirnya persaingan dominasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang
meliputi seluruh aspek politik di penjuru dunia, namun bentuk tata dunia pasca
perang dingin belum sepenuhnya jelas. Semakin terjadinya instabilitas dalam
perpolitikan dunia dengan indikasi banyaknya persaingan antar negara, sengketa
etnik, intoleransi agama, kesombongan kultural, persaingan dalam memberi
pengaruh, perlombaan dalam penguasaan senjata maupun perlombaan dalam
penjualan senjata termasuk pengembangan senjata nuklir.
Selain ancaman senjata nuklir, keadaan dunia yang berada dalam masa transisi
sejak berakhirnya Perang Dingin juga mengalami situasi yang rawan dalam banyak
hal. Perang Dingin hanya menghilangkan ancaman konfrontasi nuklir antara negaranegara besar, tetapi tidak menghapus eksistensi senjata nuklir itu sendiri. Beberapa
negara bahkan tidak bersedia menghentikan percobaan-percobaan senjata nuklir dan
3
negara-negara lainnya masih tetap melanjutkan upaya pembuatan senjata nuklir dan
senjata pemusnah lainnya.
Selain itu pengadaan senjata konvensional masih tetap berlanjut secara besarbesaran, termasuk di negara berkembang. Dunia menjadi tidak stabil dengan berbagai
macam konflik yang timbul. Dunia pasca Perang Dingin tidak mengenal satu
ancaman yang membahayakan dunia secara keseluruhan. Sumber konflik yang terjadi
lebih kompleks dan beragam yang terkadang tidak dapat dilihat kaitannya satu sama
lain. Oleh karena itu tidak ada satu jawaban terhadap masalah-masalah tersebut. Pada
masa pasca perang dingin konflik-konflik regional akan memiliki otonomi yang lebih
besar untuk berkembang menjadi konflik yang lebih serius. Begitu pula halnya
kondisi yang sedang terjadi di kawasan Asia Timur.2
Setidaknya terdapat dua alasan yang menyebabkan situasi keamanan Asia
Timur dilanda ketidakpastian. Pertama, meskipun aliansi dengan Amerika Serikat
dipertahankan, terjadi pengurangan kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan
tersebut sejak berakhirnya perang dingin. Kehadiran militer Amerika Serikat di
kawasan tersebut sejak berakhirnya perang dingin merupakan pilar utama bagi
stabilitas dan keamanan kawasan.3 Berkurangnya kehadiran militer Amerika Serikat
menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara Asia Timur akan timbulnya suatu
kekosongan kekuatan, dan kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh negara-negara tertentu
untuk menggunakan kekuatan militer mereka dengan alasan melindungi kepentingan
2
Asia Timur : Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, China, Taiwan.
Edy Prasetyono. Peningkatan Kekuatan Militer Negara-Negara Asia Pasifik dan Implikasinya
terhadap Keamanan Regional. CSIS, XXIII, No.6, November-Desember. 1994. p504.
3
4
mereka masing-masing. Alasan kedua yang menyebabkan ketidakpastian di Asia
Timur adalah negara-negara di Asia Timur pada masa pasca Perang Dingin tidak
memiliki persepsi yang sama mengenai ancaman terhadap keamanan kawasan.4
Kawasan Asia Timur banyak memiliki konflik teritorial. Walaupun hanya
melibatkan dua negara tetapi konflik ini berpotensi untuk meluas sehingga sangat
mempengaruhi stabilitas kawasan Asia Timur. Seperti permasalahan semenanjung
Korea yang berawal dari ancaman nuklir Korea Utara, karena tidak adanya
transparansi mengenai aktivitas reaktor nuklir negara tersebut. Pada tahun 1990-an
ancaman nuklir Korea Utara semakin meningkat. Pada tahun 1995 Korea Utara telah
menyetujui untuk mengganti reaktor-reaktor nuklir model lamanya yang diduga
mampu memproduksi senjata nuklir, dengan reaktor nuklir jenis air ringan yang lebih
aman. Dalam pelaksanaan program ini, Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan
membentuk organisasi pengembangan energi semenanjung Korea (Korean Peninsula
Energy Development Organisation/KEDO). Meskipun demikian sikap Korea Utara
yang sering tidak konsisten dengan apa yang telah disepakati, serta sikap kerasnya
terhadap Korea Selatan tampaknya akan tetap menimbulkan masalah keamanan di
Semenanjung tersebut. Usaha penyatuan Semenanjung Korea sudah diupayakan oleh
kedua belah pihak, baik oleh Korea Utara maupun Korea Selatan, tetapi Korea Utara
mengusahakan penyatuan ini atas dasar syarat-syarat sepihak yang di asumsikan
Korea Selatan sebagai upaya konfrontasi Korea Utara terhadap Korea Selatan. Oleh
4
Riri Dwianto. Kerja sama keamanan Asia Timur. dalam Bandoro Bantarto. Agenda dan Penataan
Keamanan di Asia Pasifik. CSIS. Jakarta. 1996. p182.
5
karena itu Korea Selatan berusaha untuk mengimbangi ancaman dari Korea Utara ini
antara lain dengan mengikat kerjasama militer dengan Amerika Serikat dan dalam
batas tertentu menjalin hubungan keamanan dengan Jepang.
Permasalahan lain adalah masalah China dan Taiwan yang juga berpotensi
untuk mengganggu tatanan keamanan kawasan Asia Timur. Permasalahan yang
bersumber dari perbedaan ideologi ini diperburuk oleh perbedaan pertumbuhan
ekonomi yang sangat signifikan antara kedua negara. Perbedaan ideologi antara kaum
komunis yang menguasai daratan China dan kaum nasionalis yang pindah ke Taiwan
dan akhirnya bergabung dengan penduduk asli Taiwan yang kecewa dengan
pemerintahan China daratan dan akhirnya mengusahakan kemerdekaan pada tahun
19605. Hal ini juga bersamaan dengan kepentingan Amerika untuk menjalin
kerjasama dengan China untuk membendung kekuatan Soviet. Oleh karena itu
Amerika menarik pakta pertahannya di selat Taiwan dan mengakui kebijakan satu
China. Beberapa tahun kemudian Amerika mulai menjalin hubungan diplomatik
dengan Taiwan dan terjalin hubungan yang dekat dengan antara Amerika dan Taiwan
dan Amerika kembali mengirim pasukan keamanan terbesar kedua setelah perang
Vietnam ke Selat Taiwan. China tidak pernah bisa menarik klaim kedaulatannya atas
Taiwan dan Taiwan selalu berusaha untuk mempertegas posisinya sebagai negara
merdeka. Keamanan Asia Timur semakin tidak stabil ketika China melakukan
modernisasi dan memperkuat kekuatan militernya. Ribuan rudal yang telah
5
Amerika Sambut Gembira Dialog China Taiwan, (accessed 30 juni 2007); Available from:
www.voanews.com/indonesian/archive/2005-04/2005-04-30-voa7.cfm
6
dipersiapkan China dan kenaikan anggaran militer hampir setiap tahunnya menambah
ketegangan di kawasan Asia Timur.
Karena alasan keamanan tersebut pasukan Amerika Serikat merupakan salah
satu faktor yang menentukan stabilitas kawasan tersebut. Kehadiran pasukan Amerika
Serikat di Asia Timur dimulai sejak Perang Dingin untuk melindungi kepentingan
strategisnya terhadap ancaman Uni Soviet, sehingga Amerika menjalin kerjasama
militer bilateral dengan Korea Selatan dan Jepang dan kedua negara tersebut berada
di bawah perlindungan Amerika Serikat. Kerjasama tersebut tetap dipertahankan
walaupun perang dingin telah berakhir.
Kebijakan keamanan merupakan kekuatan militer relatif sebuah negara
dibandingkan dengan negara-negara lain, sekutu, dan diplomasi antar negara, dan
strategi yang digunakan oleh negara untuk melindungi wilayah dan kepentingannya6.
Dalam definisi kebijakan keamanan tersebut, Amerika Serikat telah banyak
mengeluarkan kebijakan keamanan terhadap kawasan Asia Timur. Jika pada masa
presiden Truman diterapkan containment policy dengan memperkuat barisan
pertahanan di kawasan Asia Timur untuk membendung perluasan komunisme7, pada
masa pemerintahan George Bush pada tahun 1990 dibuat kebijakan baru yaitu
mengurangi masing-masing pasukan dan anggaran militer sebanyak 25 %. Kebijakan
ini dikhawatirkan akan mengancam stabilitas kawasan Asia Timur. Pada masa
6
"International Relations." Microsoft® Student 2007 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation,
2006.
7
"Thematic Essay: The History of American Foreign Policy." Microsoft® Student 2007 [DVD].
Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2006.
7
pemerintahan Bill Clinton pada tahun 1993, kebijakan Amerika Serikat secara umum
terhadap Asia Timur lebih kepada pengembangan perekonomian, memajukan
demokrasi serta perluasan perdagangan dan peningkatan ekspor yang lebih dikenal
dengan Engagement8. Pada masa Bill Clinton kebijakan Amerika Serikat lebih
bersifat akomodatif terhadap keinginan dunia internasional, menegakkan masalahmasalah humanistis dan menjunjung tinggi hukum internasional yang tercermin
dalam pandangan Amerika Serikat terhadap China yang dianggap sebagai partner dan
bukan kompetitor9. Dalam hal keamanan, terhadap Korea Utara dilakukan tindakan
diplomatis dengan memberikan insentif kepada Korea Utara agar IAEA bisa
melanjutkan inspeksi fasilitas nuklirnya. Terhadap Korea Selatan Amerika Serikat
memperkuat pasukannya di Korea Selatan dengan rudal Patriot yang mampu
menghadapi rudal SCUD milik Korea Utara.
Kebijakan politik Amerika Serikat terhadap Asia Timur sudah banyak
mengalami perubahan dari situasi yang sangat genting hingga pendekatan secara
konstruktif10 karena dianggap situasi keamanan di Asia Timur sudah mulai membaik.
Hingga pada tanggal 11 September 2001 terjadi tragedi runtuhnya gedung yang
merupakan pusat perekonomian dunia yang mencatat aktivitas perputaran uang dunia
karena ditabrak oleh dua pesawat komersil Boeing 767 yang telah dibajak. Menyusul
8
M. Riefqi Muna. Kebijakan Keamanan AS Tahun 1990-an, dalam Kebijakan keamanan Amerika
Pasca PD. PPW-LIPI.1998. p30.
9
Sugeng Riyanto, Imperium Amerika: Krisis Legitimasi dan Implikasi, Jurnal Hubungan
Internasional UMY, Volume II Edisi 1 Mei 2005 p 245.
10
Loc.Cit.
8
dengan satu pesawat yang menabrak gedung Pentagon dan satu pesawat lagi yang
gagal menabrak gedung putih dan akhirnya jatuh di sebuah lapangan di daerah
Pennsylvania. Peristiwa ini merupakan masalah besar bagi Amerika Serikat dan
mengancam keamanan nasional.
Perspektif Amerika terhadap pelaku penyerangan tersebut adalah kelompok
teroris ekstremis Islam yang bermarkas di Afghanistan dan memiliki jaringan di
seluruh Asia yang dipimpin oleh Osama bin Laden. Peristiwa
tersebut
membawa
perubahan dalam kebijakan Amerika Serikat seperti pernyataan perang terhadap
terorisme hingga peningkatan keamanan domestik. Pencarian terhadap Osama bin
Laden di seluruh dunia dan mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Kawasan Asia Timur yang merupakan bagian dari Asia dan memiliki jalur hubungan
jalur darat yang mudah dilewati perbatasan teritorialnya berpotensi menjadi salah satu
cabang markas terorisme. Isu yang mendukung terhadap perkembangan terorisme di
Asia Timur adalah pandangan Amerika Serikat terhadap Korea Utara yang memenuhi
kebutuhan dalam negeri dengan penjualan senjata, khususnya di pasar gelap.
Konsumen senjata Korea Utara tercatat bukan aktor formal seperti lembaga,
melainkan aktor non formal yang sulit dideteksi oleh Amerika Serikat.
Isu Terorisme yang biasanya didentikkan dengan Islam juga menjadi salah
satu faktor penetapan kebijakan keamanan Amerika Serikat. Adanya kelompok
muslim yang berdiam di sebelah barat China seperti muslim Uighurs. Ada juga dari
kelompok muslim ini yang ditangkap oleh Amerika Serikat dengan tuduhan
merupakan anggota jaringan terorisme, dan mereka berada dalam penahanan di
9
penjara Guantanamo di teluk Kuba yang merupakan penjara khusus teroris yang
diaktifkan tiga bulan setelah serangan 11 September11.
Dari hubungan-hubungan di atas bisa dilihat selain terdapat kepentingankepentingan Amerika Serikat di Asia Timur, terdapat juga ancaman bagi
perkembangan terorisme di Asia Timur. Hal tersebut nantinya akan membawa
pengaruh terhadap pembawa kebijakan Amerika Serikat terhadap kawasan Asia
Timur.
B. Rumusan Permasalahan
Bagaimana kebijakan keamanan Amerika Serikat terhadap kawasan Asia
Timur pasca tragedi 11 September?
C. Kerangka Pemikiran
Untuk menjelaskan kebijakan sebuah negara terhadap negara lain dibutuhkan
sebuah konsep atau teori untuk mendapatkan jawaban yang valid dan logis dari
penelitian ini. Teori yang digunakan adalah: Foreign Policy.
Foreign policy atau kebijakan luar negeri adalah sebuah strategi atau tindakan
terencana yang dikembangkan oleh decision maker dari sebuah negara terhadap
11
James Yee, For God And Country, Jakarta. 2007. p96.
10
negara lain atau unit-unit internasional yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu berdasarkan kepentingan nasional.12
Kebijakan luar negri yang dikeluarkan oleh suatu negara merupakan inisiatif
negara tersebut atau bisa juga merupakan reaksi dari inisiatif yang dilakukan negaranegara lain. Kebijakan luar negeri melibatkan dinamika proses dari penerapan
interpretasi yang telah ditetapkan secara relatif dari kepentingan nasional terhadap
faktor-faktor situasional yang berubah-ubah tergantung dari lingkungan internasional
untuk melakukan serangkaian tindakan, diikuti dengan upaya untuk mencapai
implementasi diplomatik dari garis kebijakan. Langkah-langkah utama dalam proses
pembuatan kebijakan luar negeri adalah :13
1. Menerjemahkan aspek-aspek kepentingan nasional kedalam tujuan-tujuan
tertentu.
2. Menentukan faktor-faktor internasional dan domestik terkait dengan tujuantujuan kebijakan.
3. Menganalisa kemampuan negara untuk mencapai hasil yang diinginkan.
4. Mengembangkan sebuah rencanan atau strategi untuk memanfaatkan
kemampuan negara untuk menghadapi variabel-variabel dalam pencapaian
tujuan.
5. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
12
Jack C. Plano dan Roy Olton, The International Relations Dictionary, Holt, Rinehart, and Winston,
Inc. Michigan, p127.
13
Loc. Cit.
11
6. Mengevaluasi perubahan yang terjadi dalam pencapaian tujuan.
Sebuah negara akan berusaha untuk mencapai kepentingan nasionalnya
dengan mengeluarkan kebijakan luar negeri. Kepentingan nasional adalah tujuan
paling dasar dan merupakan faktor yang paling menentukan bagi pengambil
keputusan dalam sebuah negara dalam membuat kebijakan luar negeri. Kepentingan
nasional sebuah negara merupakan konsep yang sangat umum dari kebutuhan vital
sebuah negara yaitu kemandirian, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan militer
dan kesejahteraan ekonomi.14
Kemandirian sebuah negara adalah kemampuan negara untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri dan menjalankan sistem di dalam negara tersebut dengan stabil
tanpa membutuhkan bantuan atau campur tangan negara lain sehingga negara tersebut
bisa terus berjalan dengan kemampuan dari unit-unitnya sendiri baik secara politik,
ekonomi dan militer. Sebuah negara harus mampu memenuhi setiap kebutuhan
rakyatnya walaupun tidak secara langsung. Dari segi logistik, apabila sebuah negara
mengalami kekurangan produksi beras dalam negeri maka unit-unit dalam negara
tersebut seperti pemerintah harus menjalankan kebijakan impor beras dan memiliki
kemampuan secara finansial untuk itu. Kemerdekaan adalah kemampuan negara
untuk mengatur masyarakat di dalam wilayahnya, memiliki pemerintahan yang
berdaulat dan tidak mendapat paksaan dari negara lain. Sebuah negara yang merdeka
memiliki hak untuk membuat peraturan dan konstitusi sendiri yang meliputi seluruh
14
Ibid., p128.
12
wilayahnya dan memiliki hak untuk bekerjasama dengan negara lain berdasarkan
kepentingannya. Keutuhan Wilayah yaitu negara harus menjaga integrasi dari
wilayah yang telah ditetapkan dengan batas-batas tertentu dan mencegah segala
bentuk separatisme dari negara tersebut. Keamanan militer sebuah negara mencakup
keamanan dalam negeri seperti terbebas pemberontakan gerakan pengacau keamanan
dan keamanan luar negeri seperti serangan atau ancaman dari negara lain atau
gerakan teroris internasional. Kesejahteraan ekonomi yang hendak dicapai secara
umum bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi, nilai tukar mata uang dan pendapatan
perkapita. Secara mikro kesejahteraan ekonomi bisa dilihat dari kemampuan rakyat
untuk memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan konsep kepentingan nasional diatas maka sebuah negara akan
melakukan tindakan untuk mencapai kepentingannya didunia internasional atas
inisiatif sendiri ataupun karena memberikan reaksi terhadap inisiatif negara lain.
Tindakan yang Akan dilakukan juga mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan
dalam pencapaian kepentingan dan kapasitas negara dalam mencapai kepentingannya.
Hubungan-hubungan yang telah terjadi antara negara-negara serta posisi negara
secara politis dalam sebuah sistem internasional juga merupakan faktor-faktor yang
dipertimbangkan dan dimanfaatkan dalam melakukan tindakan luar negeri.
Kebijakan luar negeri mempertimbangkan aspek-aspek internasional. Saperti
aspek geografi. Kondisi geografi merupakan salah satu penyebab negara-negara
membentuk aliansi. Kondisi geografi bisa juga menentukan pembentukan aliansi
berdasarkan posisi strategis untuk mengakses kepentingannya. Selain itu kondisi
13
geografi juga terkait dengan jalur perdagangan. Contoh pembentukan aliansi Amerika
Serikat di kawasan Asia Timur dengan Taiwan dan penempatan pasukan keamanan di
selat Taiwan pada masa perang dingin. Hal ini didasarkan atas kepentingan untuk
membendung kekuatan Soviet pada saat itu. Selain itu juga posisi Taiwan sangat
strategis untuk membendung kekuatan China yang sangat berpotensi untuk
mengancam kepentingan Amerika Serikat yang berupa dominasi kekuatan dan
perdagangan di Asia. Hingga sekarang kasus kepentingan yang terjadi dengan Taiwan
masih sama.
Berkaitan dengan aspek geografi juga terdapat aspek ekonomi yang sangat
tergantung dengan kondisi geografi sebuah negara. Variabel ekonomi yang
menjelaskan bagaimana arus barang dan jasa antar negara dan aspek politik yang
menjelaskan dampak aliansi terhadap keputusan politik, apalagi jika aliansi tersebut
menyangkut penempatan pasukan di wilayah asing.
Serangan 11 September terjadi dalam tahun pertama pemerintahan Bush yang
berasal dari Partai Republik. Hal ini akan menguji pemerintahan Bush dalam
menghadapi masalah. Baik itu dalam menganalisa sistem internasional dan
permasalahannya ataupun hanya sekedar memberikan respon terhadap serangan
tersebut untuk menjaga citra sistem politik. Selain merupakan respon, situasi ini bisa
dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan-kepentingan lain yang tidak bisa dicapai
dalam kondisi normal, karena peristiwa ini merupakan peristiwa fenomenal, maka
dunia akan sudah memprediksi bahwa Amerika Serikat akan mengeluarkan
14
kebijakan-kebijakan ekstrim terkait masalah keamanan. Sehingga kondisi ini bisa
dimanfaatkan oleh Amerika Serikat.
Hubungan-hubungan yang terjadi antara Amerika Serikat dan negara-negara
kawasan Asia Timur akan sangat mempengaruhi blok aliansi dibalik kepentingan
yang ada. Hubungan Amerika Serikat dengan Taiwan bisa dilihat dari sisi
perdagangan senjata serta kebutuhan Amerika Serikat dalam membentuk pangkalan
militer di Selat Taiwan. Di lain pihak Amerika Serikat juga memiliki keterikatan
dengan China dari segi perdagangan sehingga dalam membuat kebijakan keamanan
di Asia Timur Amerika Serikat harus mempertimbangkan hubungan-hubungan yang
sudah terjalin. Isu lain yang terkait dengan pembuatan keputusan Amerika Serikat
adalah modernisasi militer China yang akan diikuti oleh penambahan kekuatan
militer Taiwan, selain itu juga terdapat isu nuklir Korea Utara yang menambah
ketegangan di Asia Timur yang nantinya akan berdampak kepada negara-negara
sekutu Amerika Serikat di Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan.
Dalam menganalisa aspek internasional yang mempengaruhi kebijakan
keamanan Amerika Serikat terhadap Asia Timur bisa dilihat dari sejarah keterlibatan
Amerika Serikat di Asia Timur. Keterlibatan Amerika Serikat yang bisa dilihat sangat
kental adalah pada masa Perang Dingin. Dari masa Perang Dingin, pasca Perang
Dingin, hingga terjadinya tragedi 11 September terdapat banyak hubungan-hubungan
yang terjadi dengan banyak kepentingan di dalamnya. Sehingga bisa dilihat aspek
internasional yang mempengaruhi kebijakan keamanan Amerika Serikat di Asia
Timur.
15
Serangan sebelas 11 September merupakan inisiatif dari salah satu unit
internasional, dalam hal ini adalah kelompok teroris internasional. Apabila suatu unit
internasional melakukan tindakan terhadap negara maka negara tersebut akan
memberikan reaksi yang telah melalui dinamika proses pembuatan kebijakan.
Amerika Serikat memberikan reaksi terhadap inisiatif yang dilakukan kelompok
teroris internasional dengan memanfaatkan Kawasan Asia Timur sebagai pertahanan,
dukungan dari segi geografis dan ekonomi. Serta kerjasama dari Aliansi yang telah
terjalin akan memudahkan efektifitas dalam penanggulangan terorisme. Dari sisi
kepentingan nasional Amerika Serikat di Kawasan Asia Timur, Amerika Serikat
berusaha mempertahankan kepentingan yang telah ada sejak lama baik dari segi
perdagangan dan politik. Kepentingan yang sangat vital bagi Amerika Serikat
terdapat di Kawasan Asia Timur, seperti perdagangan elektronik, minyak bumi serta
yang paling penting dalam bidang keamanan adalah ekspor senjata Amerika Serikat
terhadap negara-negara seperti Taiwan, Korea Selatan dan Jepang.
Karena adanya aksi dari kelompok teroris internasional, maka Amerika
Serikat harus mengeluarkan reaksi sebagai respon terhadap tindakan tersebut. Selain
reaksi utama yang harus diberikan Amerika Serikat terhadap negara-negara Kawasan
Timur Tengah, Amerika Serikat juga akan memberikan reaksi terhadap lingkungan
internasional dalam hal ini adalah Asia Timur. Karena Asia Timur merupakan
lingkungan yang sudah mendapat pengaruh Amerika Serikat semenjak terjadinya
perang dingin.
16
D. Hipotesis
Amerika Serikat akan meminta dukungan sekutu-sekutunya di kawasan Asia
Timur untuk melawan terorisme dan menekan perkembangan senjata pemusnah
massal untuk mencegah perkembangan terorisme global yang bisa membahayakan
keamanan nasional Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Asia Timur serta
mengancam kepentingannya di Asia Timur.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kepentingan Amerika Serikat
di Asia Timur yang terkait dalam bidang keamanan dan untuk mendeskripsikan
kebijakan Amerika Serikat di Asia Timur dalam bidang keamanan khususnya pasca
tragedi 11 September.
F. Jangkauan Penelitian
Penelitian ini akan dimulai dari tahun 2001 yang merupakan terjadinya tragedi
11 September dan berakhir pada tahun 2007 yaitu tahun pada saat penelitian ini
dilakukan, dan penelitian pada tahun-tahun sebelumnya akan dilakukan untuk
menggambarkan perubahan yang terjadi pada kebijakan keamanan Amerika Serikat
di Asia Timur.
17
G. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengumpulan data sekunder bersifat
studi kepustakaan yang diambil dari buku-buku literatur, laporan-laporan hasil
penelitian, jurnal, majalah, dokumen, surat kabar, serta data-data dari situs internet
yang berhubungan dengan penelitian ini.
H. Sistematika Penulisan
BAB I
: Pendahuluan yang berisi alasan pemilihan judul, latar belakang
masalah, rumusan permasalahan, kerangka pemikiran, hipotesis,
tujuan penelitian, jangkauan penelitian, metode penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II
: Berisikan tentang kebijakan keamanan Amerika Serikat di Asia
Timur, kondisi keamanan Asia Timur serta kehadiran militer
Amerika Serikat di Asia Timur pada masa perang dingin dan pasca
perang dingin.
BAB III
: Membahas mengenai isu terorisme internasional dan pemanfaatan
isu terorisme oleh Amerika Serikat dalam mengambil keputusan luar
negeri, membahas Tragedi 11 September dan perubahan sistem
internasional pasca tragedi 11 September serta kepentingan Amerika
Serikat di Asia Timur.
BAB IV
: Berisikan tentang Kebijakan keamanan Amerika Serikat terhadap
negara-negara Asia Timur pasca tragedi 11 September.
18
BAB V
: Penutup dan kesimpulan.
Download