pengaruh kecukupan nutrisi dan cairan ibu post sectio caesarea

advertisement
PENGARUH KECUKUPAN NUTRISI DAN CAIRAN
IBU POST SECTIO CAESAREA TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA
JAHITAN SECTIO CAESAREA
(Di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban)
Yoana Widyasari
STIKES NU Tuban
Prodi DIII Kebidanan
ABSTRAK
Di Indonesia banyak pantangan yang dikenakan kepada ibu setelah melahirkan (ibu post SC) dan harus diperhatikan jangan sampai
pantangan tersebut merugikan kondisi gizi ibu, karena pada ibu post SC harus lebih banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan protein,
karbohidrat, vitamin serta mineral, karena kandungan zat gizi tersebut sangat penting untuk proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pantang makanan pada ibu post SC dengan penyembuhan luka jahitan Sectio Caesarea.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan
adalah ibu post SC yang kontrol di poli kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 40 orang, dalam
penelitian ini sampling yang digunakan adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak.
Pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus chi square dengan taraf kesalahan
(α = 0,05).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecukupan nutrisi dan cairan terhadap penyembuhan luka SC, dimana
pada α = 0,05 hasil
χ 2 hitung = 3,95, yang berarti χ 2 hitung > χ 2 tabel (3,95 > 3,481) yang berarti H
0
ditolak.
Dari hasil penelitian ini maka penting sekali diadakaan pemberian informasi untuk meninggalkan kebiasan berpantang makanan
pada ibu post SC sehingga luka jahitan Sectio Caesarea dapat sembuh dengan cepat.
Kata kunci : Ibu Post SC, pantang makanan.
PENDAHULUAN
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. (Prawirohardjo, 2002 :
122)
Perawatan post partum dimulai sejak kala uri
dengan menghindarkan adanya kemungkinan
perdarahan post partum dan adanya infeksi.
(Prawirohardjo, 2002 : 242)
Perawatan paska persalinan diantaranya :
mobilisasi, tidur terlentang selama 8 jam paska
persalinan, miring kanan dan kiri, hari ke-2 duduk,
hari ke-3 jalan-jalan, miksi, kencing hendaknya
dilakukan sendiri secepatnya. Defekasi, buang air
besar harus dilakukan 3-4 hari paska persalinan.
Perawatan payudara, dilakukan sejak wanita hamil
supaya puting susu lemas, tidak keras, dan kering
sebagai persiapan untuk laktasi. Diet, makanan harus
bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan
makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran, dan buah-buahan. (Mochtar, 1998 :
116)
Di Indonesia banyak pantangan yang dikenakan
kepada ibu hamil, maupun ibu setelah melahirkan
(masa nifas) harus diperhatikan jangan sampai
pantangan tersebut merugikan kondisi gizi ibu.
Kepercayaan tentang pantang makanan yang
menguntungkan kondisi gizi ibu dan sekresi ASI
sebaiknya lebih digalakkan seperti lebih banyak
makan sayuran, ikan dan sebagainya. (Sediaoetama,
1985 : 242).
Pada ibu paska bersalin terutama paska operasi
(Sectio Caesarea) perlu mendapatkan perhatian
dalam mengkonsumsi makanan untuk proses
penyembuhan luka. Sectio Caesarea adalah suatu
cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina, atau Sectio Caesarea adalah suatu
histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Mochtar, 1998 : 117). Pada tindakan Sectio
Caesarea ini menimbulkan suatu luka akibat sayatan
pada abdomen. Pada prinsipnya sifat penyembuhan
pada semua luka sama, dengan variasinya bergantung
pada lokasi, keparahan, dan luasnya cedera.
Kemampuan sel dan jaringan melakukan regenerasi
atau kembali ke struktur normal melalui pertumbuhan
sel juga mempengaruhi penyembuhan luka. (Potter,
2005 : 1853)
Penyembuhan luka secara normal memerlukan
nutrisi yang tepat, karena proses fisiologi
penyembuhan luka bergantung pada tersedianya
protein, vitamin (terutama vitamin A dan C) dan
mineral. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari
asam amino yang diperoleh fibroblas dari protein
yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk
mensintesis kolagen. Vitamin A dapat mengurangi
efek negatif steroid pada penyembuhan luka. Elemen
renik zink diperlukan untuk pembentukan epitel,
sintesis kolagen (zink) dan menyatukan serat-serat
kolagen. (Potter, 2005 : 1859)
Dari variasi di atas, nutrisi pada ibu paska
bersalin terutama pada ibu dengan post Sectio
Caesarea harus lebih banyak mengkonsumsi
makanan kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin A
dan C serta mineral yang sangat berperan dalam
pembentukan
jaringan
baru
pada
proses
penyembuhan luka (Potter, 2005 : 1860) sehingga
tidak terjadi kegagalan dalam penyembuhan luka atau
luka terinfeksi yang ditandai luka menjadi nyeri,
merah dan bengkak akhirnya luka terbuka dan
mengeluarkan getah bernanah (Sastrawinata, 1981 :
245). Pada umumnya pengangkatan jahitan dilakukan
pada hari ke-7 untuk sebagian dan diselesaikan pada
hari ke-10 (Prawirohardjo, 1987 : 569)
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
karena infeksi nifas (infeksi luka jahitan, mastitis,
peritonitis dan lain-lain) (Prawirohardjo, 2002 : 122)
Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
penyembuhan luka diantaranya usia, obesitas,
gangguan oksigenasi, merokok, obat-obatan, diabetes
melitus, stress luka, gizi, sosial budaya (pantang
makanan) (Potter, 2005 : 1860). Dari pengamatan
status klien mulai bulan Januari sampai dengan
Desember 2006 terdapat 540 ibu post SC yang
kontrol di poli kandungan RSUD Dr. R. Koesma
Tuban, rata-rata estimasi terdapat 45 ibu post SC
setiap bulannya. Dari 45 ibu tersebut didapatkan 28
(62,2%) ibu yang mengalami penyembuhan luka
jahitan Sectio Caesarea < 10 hari dan 17 (37,8%) ibu
yang mengalami penyembuhan luka jahitan Sectio
Caesarea > 10 hari. Dengan informasi bahwa
makanan yang seimbang akan mempengaruhi
penyembuhan luka dengan demikian sedikit-demi
sedikit masyarakat (ibu post SC) akan mengerti dan
perlahan-lahan pantang makanan dapat ditinggalkan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pantang
makanan pada ibu nifas dengan penyembuhan luka
jahitan Sectio Caesarea.
Hipotesis Penelitian
H1 : Ada pengaruh kecukupan nutrisi dan cairan pada
ibu post Sectio Caesarea terhadap penyembuhan
luka jahitan Sectio Caesarea.
Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cross sectional yakni penelitian yang menekan
pada waktu pengukuran data variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada suatu saat. (Nursalam,
2003 : 85) cross sectional adalah suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktorfaktor risiko dengan obyek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat. Artinya, tiap subyek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subyek pada
saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua
subyek penelitian diamati pada waktu yang sama.
(Soekidjo, 2005 : 145)
Pada penelitian ini populasinya adalah
seluruh ibu post Sectio Caesarea yang kontrol di poli
kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Dengan
jumlah populasi mulai bulan Januari-Desember 2006
rata-rata estimasi terdapat 45 ibu nifas dengan Sectio
Caesarea perbulan. Sampel yang diambil adalah ibu
post sectio caesarea yang kontrol di poli kandungan
RSUD Dr. R. Koesma Tuban yang memenuhi kriteria
inklusi sebagai berikut :
1. Ibu post sectio caesarea yang menandatangani
informed consend
2. Ibu post sectio caesarea hari ke-10
Adapun kiteria eksklusi sebagai berikut :
1. Ibu yang tidak mempunyai riwayat DM.
2. Ibu yang tidak merokok.
Besar Sampel
Untuk menentukan besar sampel digunakan
rumus :
n=
N
1 + N (d 2 )
Keterangan :
N : besar populasi
n
: besar sampel
d
: tingkat signifikan (α = 0,05)
(Nursalam, 2003 : 96)
Dari sampel awal didapatkan :
N = 45
d = α = 0,05
maka n =
45
1 + 45(0,05) 2
45
1 + 45 x0,0025
45
n=
1 + 0,1125
45
n=
1,1125
n=
n = 40,4
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh n (jumlah
sampel) = 40
Pada penelitian ini dilakukan dengan random
sampling tipe simple random sampling yaitu
pengambilan sampel anggota populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
(Nursalam, 2003 : 98)
Variabel independen pada penelitian ini adalah
kecukupan nutrisi dan cairan pada ibu post Sectio
Caesare. Variabel dependen pada penelitian ini
adalah penyembuhan luka jahitan sectio caesarea.
Instrumen yang digunakan adalah wawancara
terstruktur dengan jenis pertanyaan tertutup untuk
variabel kecukupan nutrisi dan cairanbu post Sectio
Caesarea dan observasi terstruktur untuk variabel
penyembuhan luka jahitan Sectio Caesarea. Lokasi
penelitian di Poli Kandungan RSUD Dr. Koesma
Tuban. Waktu penelitian mulai bulan Maret 2007.
Data yang telah terkumpul akan dianalisis
dengan menggunakan uji chi kuadrat dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05. Dimana χ2 hitung > χ2 tabel
maka Ho ditolak dan jika χ2 hitung < χ2 tabel maka
Ho diterima.
k
( fo − fh)2
i =1
fh
χ2 = ∑
Keterangan :
χ2
: chi kuadrat
fo
: frekuensi yang diobservasi
fh
: frekuensi yang diharapkan
(Sugiyono, 2005 : 104)
x2
C=
N + x2
m −1
Cmax =
m
Keterangan :
C
: koefisien kontigensi
Cmax : koefisien kontigensi maksimal
N
: sample
χ2
: chi kuadrat
m
: Jumlah baris atau kolom yang paling
banyak
jika hasil C/Cmax diantara : 0,01-0,02
pengaruhnya sangat rendah, 0,21-0,40 pengaruhnya
rendah, 0,41-0,60 pengaruhnya sedang, 0,61-0,80
pengarunya tinggi, 0,81-1 pengaruhnya sangat tinggi.
(Siregar, 2004)
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA HASIL
PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan
analisa hasil penelitian di poli kandungan RSUD Dr.
R. Koesma Tuban pada tanggal 2 April sampai
dengan 18 April 2007. Hasil penelitian ini memuat
data umum yang meliputi umur. Data khusus
meliputi variabel kecukupan nutrisi dan cairan dan
variabel penyembuhan luka jahitan sectio caesarea.
Sedangkan hasil analisis data diperoleh dari
perhitungan uji statistik dengan menggunakan chisquare untuk membuktikan ada tidaknya hubungan
dalam penelitian ini.
Kecukupan nutrisi dan cairan Ibu Post SC
Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan
kecukupan nutrisi dan cairan pada ibu post Sectio
Caesarea di poli kandungan RSUD Dr. R. Koesma
Tuban pada tanggal 2 April – 18 April 2007
Kecukupan nutrisi
dan cairan
cukup
tidak cukup
Jumlah
Presentase (%)
15
25
37,5
62,5
Jumlah
40
100
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 40
responden ibu post SC terdapat 15 (37,5%) ibu post
SC yang kecukupan nutrisi dan cairannya baik dan 25
(62,5%) ibu post SC yang kecukupan nutrisi dan
cairan kurang.
.
Penyembuhan Luka Jahitan SC
Tabel 2 Distribusi responden
berdasarkan
penyembuhan luka jahitan SC pada ibu
post Sectio Caesarea di poli kandungan
RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada tanggal
2 April – 18 April 2007
Penyembuhan
Luka
Cepat
Lama
Jumlah
Jumlah
Presentase (%)
23
17
40
57,5
42,5
100
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa dari 40
responden ibu post SC didapatkan 23 (57,5%) ibu
post SC yang penyembuhan lukanya cepat dan 17
(42,5%) ibu post SC yang penyembuhan lukanya
lama.
Pengaruh kecukupan nutrisi dan cairan ibu post
SC terhadap penyembuhan luka jahitan Sectio
Caesarea
Tabel 3 Pengaruh kecukupan nutrisi dan cairan
ibu post Sectio Caesarea terhadap penyembuhan luka
jahitan Sectio Caesarea di poli kandungan RSUD Dr.
R. Koesma Tuban pada tanggal 2 April – 18 April
2007
kecukupan nutrisi
dan
cairan
cukup
tidak cukup
Jumlah
Penyembuhan Luka
Jahitan SC
Cepat
Lama
6 (40%)
17 (68%)
23 (57,5%)
9 (60%)
8 (32%)
17 (42,5%)
Total
15 (100%)
25 (100%)
40 (100%)
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 40
responden ibu post SC didapatkan 9 (60%) ibu post
SC yang kecukupan nutrisi dan cairannya cukup
dengan penyembuhan luka jahitan SC lama, 17
(68%) ibu post SC yang kecukupan nutrisi dan
cairannya tidak cukup dengan penyembuhan luka
jahitan SC cepat.
PEMBAHASAN
1.
Kecukupan Nutrisi Dan Cairan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari
40 responden ibu post Sectio Caesarea sebagian
besar 25 (62,5%) ibu post Sectio Caesarea yang
kecukupan nutrisi dan cairannya baik.
Dari hasil penelitian masih banyak masyarakat
(ibu post SC) yang nutrisi dan cairannya kurang,
dikarenakan pantang makanan sudah termasuk tradisi
yang turun temurun. Masyarakat beranggapan bila
tidak pantang makanan akan menyebabkan luka
bernanah, luka menjadi basah, luka menjadi gatal,
dan sebagainya padahal kepercayaan ini merugikan
masyarakat. Hal ini didukung dengan teori yang
disebutkan oleh Hamidarsyat (2007) bahwa
kepercayaan pantang makanan seperti ikan berduri
atau udang bisa menyebabkan luka bernanah adalah
tidak benar. Sebenarnya luka yang bernanah
disebabkan oleh jangkitan kuman adalah puncak dari
pada jagaan kebersihan yang kurang baik dan
dipengaruhi oleh kekurangan asupan protein, vitamin,
dan mineral yang berfungsi untuk pembentukan
ikatan-ikatan esensial tubuh atau jaringan baru pada
lula.
Ibu nifas khususnya ibu post SC sangat penting
mendapatkan makanan yang seimbang, khususnya
makanan yang mengandung lebih zat protein seperti
daging, ayam, ikan, telur dan sumber makanan yang
mengandung banyak vitamin seperti buah-buahan
dan sayur-sayuran (Hamidarsyat, 2007 : 1), ibu juga
disarankan banyak minum minimal 2 liter atau 8
gelas per hari. Dimana air (mineral) berfungsi
sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan
(Nakita, 2006 : 3)
Makanan yang mengandung banyak protein dan
vitamin perlu dimakan setelah bersalin. Kebiasaan
pantang makanan harus dihindari, hal ini dikarenakan
akan mempengaruhi pemulihan luka pada rahim dan
pada saluran kemaluan. (Hamidarsyat, 2007 : 1)
Memang tidak mudah untuk merubah kebiasaan
pantang makanan pada ibu bersalin (ibu post SC).
Tetapi dengan informasi bahwa pentingnya makanan
yang seimbang akan mempengaruhi penyembuhan
luka dengan demikian sedikit demi sedikit
masyarakat (ibu post SC) akan mengerti dan
perlahan-lahan pantang makanan dapat ditinggalkan.
2.
Penyembuhan Luka Jahitan Sectio Caesarea
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari
40 responden ibu post SC didapatkan sebagian besar
23 (57,5%) ibu post Sectio Caesarea yang
penyembuhan luka jahitan Sectio Caesarea cepat
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lama
penyembuhan luka bervariasi. Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor internal dan eksternal seperti teori
yang dikemukakan oleh potter (2005) bahwa
penyembuhan luka secara normal dipengaruhi oleh
faktor nutrisi yang tepat, usia, merokok, dan sosil
budaya (pantang makanan dan pemakaian gurita).
Dalam teori yang disebutkan bahwa penyembuhan
luka melibatkan integerasi proses fisiologi, sifat
penyembuhan luka pada semua luka sama, dengan
variasinya tergantung pada lokasi, keparahan, dan
luasnya cedera. Kemampuan sel dan jaringan
melakukan regenerasi atau kembali ke struktur
normal melalui pertumbuhan sel juga mempengaruhi
penyembuhan luka.
Menurut pendapat peneliti respon penyembuhan
terhadap luka bervariasi sesuai dengan kondisi
individu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
sehingga praktisi kesehatan khususnya bidan harus
mampu melakukan observasi atau pemantauan
dengan seksama terhadap luka post SC serta faktorfaktor yang mempengaruhinya.
3.
Pengaruh kecukupan nutrisi dan cairan ibu
post Sectio Caesarea terhadap penyembuhan
luka jahitan sectio caesarea
Berdasarkan tabel 5.7 dari hasil analisis dengan
perhitungan chi-kuadrat dengan tingkat kemaknaan α
= 0,05 maka didapatkan
χ2
hitung = 3,95 oleh
karena χ hitung (3,95) > χ tabel (3,481) maka
Ho ditolak yang artinya terdapat pengaruh kecukupan
nutrisi dan cairan ibu post SC terhadap penyembuhan
luka jahitan sectio caesarea. Temuan dari penelitian
ni menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
bermakna pada kecukupan nutrisi dan cairanibu post
SC dengan penyembuhan luka jahitan Sectio
Caesarea, hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Hamidarsat (2007) bahwa
kepercayaan untuk tidak boleh memakan jenis
makanan tertentu, seperti ikan atau udang adalah
kurang benar karena jenis makanan ini banyak
mengandung protein, apabila asupan dalam tubuh
kurang akan menyebabkan kegagalan atau lambatnya
pembentukan jaringan baru sehingga luka akan lama
menutup dan yang paling buruk kemungkinan akan
terjadi infeksi. Demikian juga dengan kekurangan
asupan nutrisi lain seperti karbohidrat dan berbagai
jenis vitamin yang telahbanyak diuraikan diatas, akan
mempengaruhi penyembuhan luka.
Masih banyaknya pantang makanan yang
dikenakan kepada ibu setelah melahirkan (ibu post
SC) harus diperhatikan jangan sampai pantangan
tersebut merugikan kondisi gizi ibu (Sediaoetama,
1985 : 242) penyembuhan luka secara normal
memerlukan nutrisi yang tepat, proses fisiologis
penyembuhan luka bergantung pada tersedianya
protein, vitamin (terutama vitamin A dan C) dan
mineral. Karena kandungan zat gizi tersebut sangat
penting untuk proses penyembuhan luka. (Potter,
2005 : 1859)
Ibu nifas khususnya ibu post SC sangat penting
mendapatkan makanan yang seimbang. Makanan
yang mengandung banyak protein dan vitamin perlu
dimakan setelah bersalin. Kebiasaan pantang
makanan harus dihindari, hal ini dikarenakan akan
mempengaruhi pemulihan luka pada rahim dan pada
saluran kemaluan (Hamidarsyat, 2007 : 1)
Proses zat gizi dalam penyembuhan luka :
protein berfungsi sebagai pertumbuhan dan
pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial
tubuh, mengatur keseimbangan air, pembentukan
antibodi, mengangkat zat-zat gizi dan sumber energi.
Karbohidrat berfungsi sebagai penyedia energi bagi
tubuh. Vitamin A berfungsi sebagai kekebalan
pertumbuhan dan vitamin C berfungsi sebagai sistem
kolagen, mencegah infeksi. Dan air (mineral)
berfungsi sebagai bagian penting dari struktur sel dan
jaringan.
Zat-zat
makanan
tersebut
dapat
mempercepat pembentukan jaringan baru dalam
proses penyembuhan luka (Potter, 2005 : 1859).
2
2
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan, maka dalam penelitian ini
secara umum dapat disimpulkan antara lain :
1. Sebagian besar ibu post Sectio Caesarea di poli
kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban cukup
nutrisi dan cairan.
2. Sebagian besar ibu post Sectio Caesarea di poli
kandungan RSUD Dr. R Koesma Tuban
mengalami penyembuhan luka jahitan SC cepat.
3. Terdapat pengaruh kecukupan nutrisi dan cairan
ibu post SC terhadap penyembuhan luka jahitan
sectio caesarea.
Saran
1. Bagi Peneliti
Diharapkan melakukan penelitian-penelitian
pada faktor yang lain dengan mengambil sampel
yang lebih banyak agar dapat mewakili jumlah
populasi yang ada dan melakukan observasi lebih
lanjut untuk melihat hasilnya, sehingga diperoleh
hasil penelitian yang lebih baik.
2. Bagi IPTEK
Semoga dengan adanya penelitian ini dapat
digunakan sebagai wacana yang bermanfaat bagi
generasi yang akan datang.
3. Bagi Profesi
Hendaknya selalu memberikan informasi
tentang pentingnya makanan yang seimbang akan
mempengaruhi penyembuhan luka dengan demikian
masyarakat (ibu post SC) akan mengerti dan
perlahan-lahan akan meninggalkan pantang makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita (2002) : Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta.
Hamidarshat (2007). Pemulihan Selepas Bersalinan. Kamis, 02
Maret 2007. http://www.Hamidarshat.com
Manuaba, Ida Bagus Gde (1998) : Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan,
dan
Keluarga
Berencana
Untuk
Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta
Mochtar, Rustam (1998) : Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC : Jakarta
Mochtar, Rustam (1998) : Sinopsis Obstetri Jilid 2. EGC : Jakarta
Morison, Moya J. (2003) : Manajemen Luka. EGC : Jakarta
Nakita (2006). Perawatan Ibu Usai Melahirkan. Senin, 05
Desember 2006. http://www.Nakita.com
Notoatmodjo, S (2005) : Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Rineka Cipta : Jakarta
Nursalam (2003) : Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono (2002) : Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-SP :
Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono (1987) : Ilmu Kandungan. YBP-SP :
Jakarta
Download