BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2009).
Masalah kesehatan dipengaruhi berbagai faktor, antara lain keadaan lingkungan,
derajat kesehatan masyarakat, upaya kesehatan, keadaan yang menunjang serta
adanya prioritas masalah kesehatan.
Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis yang kemudian akan berakhir
dengan proses pengeluaran bayi dari kandungan ibu melalui jalan lahir, yang juga
berlangsung secara alamiah. Pertolongan persalinan membantu proses kelahiran
tersebut, sehingga berlangsung dengan baik. Persalinan adalah proses dimana bayi,
plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal
jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit (IDAI dan POGI,2008).
Ada dua macam cara ibu melahirkan bayinya, yaitu melahirkan secara
normal dan melalui operasi caesar. Pada umumnya wanita lebih memilih
melahirkan secara normal, tetapi karena beberapa sebab akhirnya terpaksa
menjalankan operasi caesar (Oxorn and Forte, 2010).
2
Persalinan melalui operasi caesar yang juga dikenal dengan istilah Sectio
caesarea (SC) adalah persalinan melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen
dan uterus. Nama Caesarea berasal dari suatu legenda bahwa Julius Caesar
dilahirkan dengan cara seperti ini. Sebelum ada prosedur pembedahan yang aman,
persalinan melalui abdomen ini dilakukan pada keadaan ibu akan meninggal dan
bayi baru lahir akan diselamatkan (Reeder, dkk. 2003).
Sectio caesarea berkembang sejak akhir abad ke 19 sampai tiga dekade
terakhir pada abad ke-20. Selama periode itu terjadi penurunan angka kematian
ibu dari 100% menjadi 2%. Bedah caesar pertama kali disebut sebagai cara
melahirkan bayi dalam dunia kedokteran di tahun 1794, namun pada saat itu
melahirkan dengan bedah caesar memiliki risiko kematian ibu yang besar. Hal
tersebut disebabkan tidak tersedianya peralatan, obat bius, antibiotik, maupun
teknik pembedahan yang baik. Oleh karena itu, bedah caesar pada masa itu hanya
dilakukan jika persalinan normal (vaginal) mengancam keselamatan ibu dan janin.
Namun kini bedah caesar bukanlah hal yang asing bagi ibu hamil bahkan ada
yang mulai memandang bedah caesar sebagai alternatif persalinan yang mudah
dan aman, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kota besar. Kini Sectio
caesarea jauh lebih aman dari pada zaman dulu berkat adanya kemajuan di bidang
antibiotika, transfusi darah, anestesi dan teknik operasi yang makin sempurna.
Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa komplikasi
persalinan, namun apabila terjadi komplikasi maka penanganan selalu berpegang
teguh pada prioritas keselamatan ibu dan bayi. Sectio caesarea ini merupakan
pilihan persalinan yang terakhir setelah dipertimbngkan cara-cara persalinan
3
pervaginam tidak layak untuk dikerjakan (Akhmad,2008; Asamoah, dkk., 2011).
Berdasarkan kondisi pasien, tindakan Sectio caesarea dibedakan menjadi 2, yaitu
SC terencana (elektif) dan Sectio caesarea darurat (emergency). Sectio caesarea
terencana (elektif) yaitu tindakan operasi yang sudah direncanakan jauh-jauh hari
sebelumnya. Kondisi ini dilakukan apabila dokter menemukan ada masalah
kesehatan pada ibu atau ibu menderita suatu penyakit, sehingga tidak
memungkinkan untuk melahirkan secara normal, misalnya ibu menderita diabetes,
HIV/AIDS, ataupun penyakit jantung. Sectio caesarea darurat (emergency)
dilakukan ketika proses persalinan normal sedang berlangsung, namun karena
suatu keadaan kegawatan maka Sectio caesarea harus segera dilakukan (Oxorn
and Forte, 2010).
Persalinan secara Sectio caesarea dipilih dikarenakan adanya penyulit pada
ibu atau janin yang mengakibatkan tidak dapat dilakukan persalinan secara normal.
Faktor usia merupakan hal yang mempengaruhi kondisi seorang ibu dalam
menjalani proses persalinan. Menurut BKKBN (2014), dalam kurun waktu
reproduksi sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah usia 20-35 tahun, dimana organ reproduksi sudah sempurna dalam
menjalani fungsinya. Usia kurang dari 20 tahun adalah usia yang terlalu muda
untuk hamil, dimana pada usia kurang dari 20 tahun secara fisik kondisi rahim
dan panggul belum berkembang optimal, sehingga dapat mengakibatkan resiko
kesakitan dan kematian pada kehamilan dan dapat menyebabkan pertumbuhan
serta perkembangan fisik ibu. Pada usia lebih dari 35 tahun adalah usia yang
terlalu tua untuk hamil, dimana kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan
4
sistem tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan reproduksi mulai menurun.
Pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan curah jantung yang disebabkan
kontraksi miokardium. Ditambah lagi dengan tekanan darah dan penyakit lain
yang melemahkan kondisi ibu, sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah ke
janin yang beresiko meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan, antara lain :
keguguran, eklamsia, dan perdarahan. Dengan kondisi-kondisi tersebut, maka
diperlukan bantuan
dengan persalinan Sectio caesarea dalam melakukan
persalinan agar dapat menyelamatkan bayi dan ibu.
Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (BKKBN, 2014)
menyebutkan bahwa angka kematian ibu tahun 2007 sebanyak 228 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan tahun 2002 sebesar 307 per
100.000 kelahiran hidup dan diharapkan pada tahun 2015 menurun menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup. Faktor medis yang menjadi penyebab langsung
kematian ibu adalah perdarahan sebesar 42%, pre-eklamsia 13%, abortus 11%,
infeksi 10%, persalinan macet 9% dan penyebab lain 15%. Penyebab non medis
yakni status nutrisi ibu hamil yang rendah, anemia pada ibu hamil, terlambat
mendapat pelayanan, serta usia yang tidak ideal dalam melahirkan, terlalu banyak
anak dan terlalu dekat jarak melahirkan.
Persalinan melalui Sectio caesarea dipahami sebagai alternatif persalinan
ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa lagi (Lang and Rothman,
2011). Indikasi persalinan secara Sectio caesarea yang dewasa ini semakin
melebar menyebabkan prevalensi persalinan Sectio caesarea mengalami
peningkatan yang sangat pesat. Indikasi Sectio caesarea dapat dibedakan menjadi
5
indikasi maternal-fetal, maternal, dan fetal. Indikasi yang paling sering terjadi
berdasarkan frekuensi adalah chepalopelvic disporportion atau dystocia, Sectio
caesarea sebelumnya, dan masalah pada janin (Gabbe dkk, 2012). Indikasiindikasi tersebut mengakibatkan diperlukannya penanganan medik yang biaya
yang cukup besar, sehingga banyak ibu hamil yang tidak dapat melahirkan secara
normal karena adanya indikasi seperti yang disebutkan diatas, mengalami
kesulitan dalam hal keuangan. Biaya langsung yang ditimbulkan oleh Sectio
caesarea meliputi biaya pemeriksaan dokter, biaya obat, tindakan operasi, serta
biaya rawat inap. Semakin lama waktu tinggal pasien di rumah sakit, maka biaya
yang dibutuhkan akan semakin mahal. Akibatnya adalah meningkatnya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Melihat hal tersebut di
atas, maka perlu dilakukan analisis biaya pada persalinan Sectio caesarea agar
dapat dilakukan efisiensi dan efektifitas biaya yang diperlukan.
Rumah sakit merupakan salah satu instansi kesehatan yang mengutamakan
pelayanan kesehatan melalui pencegahan , penyembuhan dan rehabilitasi terhadap
gangguan kesehatan. Setiap rumah sakit diwajibkan mempunyai dan merawat
statistik yang up to date dan mengelola medical record berdasarkan ketentuan –
ketentuan yang ditetapkan. Statistik rawat inap digunakan untuk memantau untuk
kegiatan yang ada di unit rawat inap, yang digunakan untuk perencanaan maupun
pelaporan kepada instansi. Salah satu indikator rawat inap untuk menilai efisiensi
pelayanan kesehatan rawat inap yaitu AvLOS yang merupakan rata – rata jumlah
hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit , tidak termasuk bayi lahir (Sudra,
2010).
6
Rumah Sakit Umum Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta merupakan
salah satu rumah sakit umum yang telah menerapkan sistem pembiayaan terpadu
berbasis pelayanan. Selain itu RSU Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta
merupakan rumah sakit yang sangat mendukung adanya penelitian sehingga
mendukung peneliti dalam pengambilan data.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan tersebut, maka
permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1.
Komponen biaya apakah yang memberikan proporsi paling besar dalam
penanganan pasien Sectio caesarea di RSU Bethesda Lempuyangwangi
Yogyakarta?
2.
Apakah faktor pasien dan indikasi berpengaruh terhadap lama waktu
perawatan pasien persalinan secara Sectio caesarea di RSU Bethesda
Lempuyangwangi Yogyakarta?
3.
Apakah ada hubungan antara faktor pasien, indikasi dan lama waktu
perawatan dengan total biaya pasien Sectio caesarea di RSU Bethesda
Lempuyangwangi Yogyakarta?
7
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah :
1.
Mengetahui komponen biaya yang memberikan proporsi paling besar
dan rata-rata biaya persalinan Sectio caesarea di RSU Bethesda
Lempuyangwangi Yogyakarta.
2.
Mengetahui apakah lama waktu perawatan pasien persalinan secara
Sectio caesarea di RSU Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta
dipengaruhi oleh faktor pasien dan indikasi.
3.
Mengetahui hubungan antara faktor pasien, indikasi dan lama waktu
perawatan dengan total biaya pasien Sectio caesarea di RSU Bethesda
Lempuyangwangi Yogyakarta.
D.
Manfaat penelitian
Hasil penelitian bermanfaat untuk :
1.
Bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait dan sebagai sumber
informasi mengenai analisis biaya yang dikeluarkan pada pasien Sectio
caesarea.
2.
Bagi manajemen RSU Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta
diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam evaluasi kualitas
pelayanan serta melakukan perencanaan pelayanan pasien yang lebih
baik dan tepat sehingga besar biaya persalinan secara Sectio caesarea
sehingga dapat lebih efektif dan efisien mengingat tingginya biaya yang
diperlukan.
8
3.
Bagi peneliti, dapat memberikan pemahaman dan pendalaman dari ilmu
farmakoekonomi dan farmakoepidemologi yang diperoleh pada
program Magister Manajemen Farmasi melalui penerapan penelitian di
RSU Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta.
E.
Keaslian Penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan analisis biaya di
rumah sakit adalah :
1.
Analisis Biaya Pasien Jamkesmas Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, dilakukan oleh
Budiyono
(2010).
Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian ini terletak
pada subyek yang akan dievaluasi yaitu pasien persalinan secara Sectio
caesarea dan jenis pembiayaannya
2.
Analisis Biaya Pengobatan Kanker Serviks Sebagai Pertimbangan
Dalam Penetapan Pembiayaan Kesehatan Berdasarkan INA-DRGs di
RSUD Dr. Moewardi, dilakukan Oktaviani (2011). Perbedaan
penelitian yang dilakukan dengan penelitian ini terletak pada subyek
yang akan dievaluasi yaitu pasien persalinan secara Sectio caesarea dan
jenis pembiayaannya
3.
Analisis Biaya Terapi Sectio Caesarea Sebagai Pertimbangan dalam
Penetapan Pembiayaan Kesehatan Berdasarkan INA-DRGs di RSUP dr.
Mohammad Hosein Palembang oleh Wilsya (2012). Perbedaan
penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya terletak pada
9
subyek yang akan dievaluasi yaitu pasien Sectio caesarea yang
merupakan
perserta
Jamkesmas,lokasi
penelitian,
pembiayaan
kesehatan berdasar INA-DRGs, serta melihat pengaruh faktor pasien,
indikasi, tingkat keparahan dan LOS terhadap biaya pengobatan Sectio
caesarea. Dalam penelitian tersebut diperoleh bahwa tidak ada pengaruh
faktor pasien, indikasi medis, tingkat keparahan dan LOS terhadap
biaya pengobatan Sectio caesarea serta biaya riil pengobatan Sectio
caesarea tidak sesuai dengan biaya Sectio caesarea berdasar INA-DRGs.
Download