5 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sectio Caesarea

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sectio Caesarea
a. Definisi Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui insisi pada
dinding abdomen dan dinding uterus (Cunningham, 2015). Sectio
caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu hysterectomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Sofian, 2011)
b. Indikasi Sectio Caesarea
Indikasi sectio caesarea antara lain: riwayat sectio caesarea
sebelumnya, presentasi bokong, distosia, fetal distress, preeklampsia
berat, gawat janin, panggul sempit, dan plasenta previa (Rasjidi, 2009).
c. Klasifikasi Sectio Caesarea
Klasifikasi sectio caesarea menurut Rasjidi (2009):
1) Sectio caesarea klasik atau corporal: insisi memanjang pada
segmen atas uterus.
2) Sectio caesarea transperitonealis profunda: insisi pada segmen
bawah rahim, paling sering dilakukan, adapun kerugiannya adalah
terdapat
kesulitan
dalam
mengeluarkan
janin
sehingga
memungkinkan terjadinya perluasan luka insisi dan dapat
menimbulkan pendarahan.
5
6
3) Melintang (secara kerr).
4) Sectio caesarea ekstra peritonealis: dilakukan tanpa insisi
peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum keatas dan
kandung kemih ke bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus
dibuka dengan insisi di segmen bawah.
5) Sectio caesarea Hysterectomi: dengan indikasi atonia uteri,
plasenta akreta, myoma uteri, infeksi intra uterin berat.
d. Rencana Asuhan Post Sectio Caesarea
1) Memantau komplikasi terutama infeksi luka bedah, perdarahan
postpartum, dan retensio urin.
2) Memantau dan mengurangi nyeri.
3) Bounding attachment.
4) Inisiasi menyusui dini jika tidak ada kontraindikasi.
(Green, 2012)
Pada tindakan operatif, anastesi diberikan agar pasien tidak
merasakan nyeri pada saat diinsisi. Tetapi setelah tindakan operatif
selesai dan pasien mulai sadar, pasien akan merasakan nyeri pada
bagian tubuh yang telah diinsisi (Potter dan Perry, 2009). Nyeri paling
hebat terjadi pada 12-36 jam setelah tindakan operatif (Barbara, 2010).
2. Nyeri
a. Definisi
1) Mc Caffery mendefinisikan nyeri sebagai suatu fenomena yang
sulit dipahami, kompleks, dan bersifat misteri yang memengaruhi
7
seseorang,
serta
eksistensinya
diketahui
bila
seseorang
mengalaminya (Zakiyah, 2015).
2) International
Assosiation
for
the
Study
of
Pain
(IASP)
mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan
jaringan aktual atau potensial. Proses kerusakan jaringan
diteruskan ke sistem saraf pusat dan menimbulkan sensasi nyeri.
Penilaian nyeri tidak dapat lepas dari subjektivitas klien. Untuk
membantu manajemen nyeri agar dapat lebih objektif, maka dibuat
skala kuantitas (Tanto, 2014).
b. Teori Nyeri
1) Teori Spesifitas (Specivity Theory)
Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa terdapat
organ tubuh yang secara khusus mentransmisi nyeri. Syaraf ini
diyakini dapat menerima rangsangan nyeri dan mentransmisikan
melalui ujung dorsal dan substansia gelatinosa ke talamus, yang
akhirnya dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi sehingga
timbul respon nyeri. Teori tidak menjelaskan bagaimana faktorfaktor multidimensional dapat terjadi (Zakiyah, 2015).
2) Teori Pola (Pattern Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa ada dua serabut nyeri yaitu
serabut yang dapat menghantarkan rangsang dengan cepat dan
serabut yang menghantarkan rangsang dengan lambat. Kedua
8
serabut ini bersinapsis dan meneruskan rangsang ke otak mengenai
jumlah, intensitas, tipe input sensori nyeri yang menafsirkan
karakter dan kuantitas input sensori (Zakiyah, 2015).
3) Teori Gerbang Kendali (The Gate Control Theory)
Menurut Melzack dan Wall menjelaskan teori gerbang
kendali nyeri yakni terdapat semacam “pintu gerbang” yang dapat
memfasilitasi atau memperlambat transmisi sinyal nyeri. Selain itu
juga menjelaskan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat dua
macam transmitter impuls nyeri, yaitu reseptor yang berdiameter
kecil dan berdiameter besar (Solehati, 2015).
Menurut Joyce dan Hawks, reseptor berdiameter kecil
(serabut delta A dan C) berfungsi untuk mentransmisikan nyeri
yang sifatnya keras. Reseptor ini biasanya berupa ujung saraf
bebas yang terdapat pada seluruh permukaan kulit dan pada
struktur lebih dalam seperti tendon, fasia, tulang serta organ-organ
interna. Transmitter yang berdiameter besar (serabut beta A)
memiliki reseptor yang terdapat pada permukaan tubuh dan
berfungsi sebagai inhibitor, yaitu mentransmisikan sensasi lain
seperti getaran, sentuhan, sensasi hangat dan dingin, serta terhadap
tekanan halus (Zakiyah, 2015).
Saat terdapat rangsangan, kedua serabut tersebut akan
membawa rangsangan ke dalam kornu dorsalis yang terdapat pada
medula spinalis posterior, di medulla spinalis terjadi interaksi
9
antara dua serabut berdiameter besar dan kecil yang disebut
“Substansia Gelatinosa (SG)”. SG merupakan area terjadinya
perubahan dan modifikasi yang memengaruhi apakah sensasi nyeri
yang diterima medula spinalis akan diteruskan ke otak atau
dihambat. Sebelum impuls nyeri diteruskan ke otak, serabut besar
dan kecil berinteraksi di area SG. Apabila tidak terdapat stimulus
atau impuls yang adekuat dari serabut besar, maka impuls nyeri
dari serabut kecil akan dihantarkan ke sel T (sel pemicu/trigger
cell). Kemudian dibawa ke otak dan menimbulkan sensasi nyeri
yang dirasakan oleh tubuh. Keadaan ketika impuls nyeri
dihantarkan ke otak dinamakan pintu gerbang terbuka. Sebaliknya
apabila terdapat impuls yang ditransmisikan oleh serabut
berdiameter besar karena adanya stimulasi kulit, sentuhan, getaran,
sensasi hangat atau dingin, serta sentuhan halus, akan menghambat
impuls dari serabut berdiameter kecil sehingga sensasi yang
dibawa serabut kecil akan berkurang atau bahkan tidak dihantarkan
ke otak oleh SG sehingga tubuh tidak merasakan sensasi nyeri.
Kondisi ini disebut dengan pintu gerbang tertutup (Zakiyah, 2015).
c. Klasifikasi Nyeri
1) Berdasarkan lama keluhan atau waktu kejadian
a) Nyeri akut
Nyeri yang diakibatkan kerusakan jaringan yang nyata dan
10
akan hilang seirama dengan proses penyembuhannya, terjadi
dalam waktu singkat dari 1 detik sampai kurang dari 6 bulan.
b) Nyeri kronis
Nyeri yang menetap melampaui waktu penyembuhan normal
yakni enam bulan.
(Zakiyah (2015)
2) Berdasarkan lokasi nyeri
a) Nyeri somatik
Nyeri yang timbul karena gangguan bagian luar tubuh
b) Nyeri pantom
Nyeri khusus yang dirasakan pasien yang mengalami amputasi.
Oleh pasien, nyeri dipersepsikan berada pada organ yang
diamputasi seolah-olah masih ada.
c) Nyeri menjalar
Sensasi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke bagian
tubuh yang lain. Nyeri seakan menyebar ke bagian tubuh
bawah atau sepanjang bagian tubuh, nyeri dapat bersifat
intermitten atau konstan.
d) Nyeri alih
Nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral yang menjalar ke
organ lain sehingga nyeri dirasakan pada beberapa tempat.
(Zakiyah (2015)
11
3) Berdasarkan etiologi nyeri
a) Nyeri fisiologi atau nyeri organik
Nyeri yang diakibatkan oleh kerusakan organ tubuh
b) Nyeri psikogenik
Nyeri ini disebabkan oleh berbagai faktor psikologis. Terjadi
karena efek-efek psikogenik seperti cemas dan takut yang
dirasakan oleh klien.
c) Nyeri neurogenik
Nyeri yang timbul akibat gangguan pada neuron.
(Zakiyah (2015)
d. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nyeri
1) Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi nyeri yaitu: usia, jenis
kelamin,
Kebudayaan,
perhatian,
makna
nyeri,
ansietas,
mekanisme koping, keletihan, pengalaman sebelumnya, keluarga
dan sosial.
2) Faktor-faktor yang memengaruhi toleransi nyeri
a) Faktor yang dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri yaitu:
obat-obatan, hipnotis, distraksi, dan kepercayaan yang kuat.
b) Faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri yaitu:
sakit/penderitaan, rasa bosan dan depresi, marah, kelelahan,
ansietas, nyeri kronis.
(Potter dan Perry, 2009)
12
e. Dampak Nyeri
Nyeri menimbulkan perasaan yang tidak nyaman pada pasien.
Apabila nyeri tidak segera diatasi secara adekuat akan memberikan
efek yang membahayakan seperti kardiofaskuler, gastrointestinal,
endokrin, dan immunologik (Solehati, 2015).
f. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif
dan individual. Kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama,
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran
nyeri dengan pendekatan obyektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologis tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan
gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Alat diagnostik yang digunakan untuk mengukur intensitas
nyeri terdiri dari 2 macam, yaitu skala unidimensi dan multidimensi.
Skala unidimensi hanya digunakan untuk mengukur skala intensitas
nyeri terkait nyeri yang dirasakan (Tanto, 2014).
1) Numerical Rating Scale (NRS)
Gambar 2.1 Numerical Rating Scale (NRS)
13
Kelebihan NRS yaitu mudah digunakan dan sederhana.
Tervalidasi untuk berbagai tipe nyeri. Kekurangannya tidak dapat
digunakan untuk tipe pasien tertentu. Seperti pasien yang terlalu
tua atau muda. Pasien dengan gangguan visual, pendengaran, atau
kognitif.
Keterangan:
0
: Tidak nyeri
1-3
: Nyeri ringan
Secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6
: Nyeri sedang
Secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9
: Nyeri berat
Secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah
tapi
masih
menunjukkan
lokasi
merespon
nyeri,
tindakan,
dapat
tidak
dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10
: Nyeri sangat berat
Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
14
2) Visual Analog Scale (VAS)
Gambar 2.2 Visual Analog Scale (VAS)
Metode VAS sangat efisien penggunaannya pada pasienpasien yang nyeri kronis. Kelemahan VAS yaitu validitasnya
masih kontroversial dan terkadang membuat pasien bingung.
3. Penatalaksanaan Nyeri
Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologi:
a. Stimulasi pada area kulit
Stimulasi pada area kulit atau cutaneous stimulation adalah
istilah yang digunakan dalam manajemen nyeri secara nonfarmakologi
sebagai salah satu teknik yang dipercaya dapat mengaktifkan opioid
endogen. Sebuah sistem analgesik monoamina yang dapat menurunkan
intensitas nyeri. Teknik ini terdiri atas pemberian kompres dingin,
kompres hangat, massase, dan TENS (Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation) (Zakiyah 2015).
b. Accupressure
Accupressure adalah salah satu pengobatan Tiongkok yang
sudah lama dikenal. Di Barat, accupressure adalah penekananpenekanan pada titik pengaktif dimana dalam hal nyeri titik pengkatif
adalah sama dengan titik akupuntur. Menurut ilmu kedokteran Timur,
15
accupressure adalah penekanan titik-titik akupuntur dengan tujuan
memperlancar sirkulasi sehingga tercapai keseimbangan energi,
dengan indikasi utama untuk nyeri dan gangguan neuromuscular,
sedangkan indikasi lainnya adalah sama dengan akupuntur (Zakiyah,
2015)
c. Distraksi
Distraksi merupakan suatu cara mengalihkan perhatian pasien
ke hal lain dari nyeri yang dapat menurunkan kewaspadaan pasien
terhadap nyeri, sehingga nyeri berkurang. Jenis-jenis distraksi:
1) Distraksi visual
Melihat pertandingan, menoton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan, dan gambar.
2) Distraksi intelektual
Mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran
(seperti mengumpulkan perangko), dan menulis cerita.
3) Distraksi pendengaran
Distraksi pendengaran dapat dilakukan dengan mendengarkan
musik yang disukai satau suara burung serta gemericik air. Pasien
dinjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang
seperti musik klasik (Potter dan Perry, 2009).
4) Distraksi pernapasan
Bernapas ritmik dan memandang fokus pada objek gambar atau
memejamkan mata (Solehati, 2014).
16
d. Relaksasi
Teknik yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan
dan ketegangan otot. Jenis-jenis relaksasi meliputi: a) relaksasi
pernafasan; b) gambaran dalam fikiran (Imagery); c) regangan; d)
senaman; e) progressive muscular relaxation; f) bertafakur yoga
(Solehati, 2014).
4. Terapi Musik
a) Pengertian Terapi Musik
Musik merupakan sebuah bagian integral dalam peribadatan
lintas budaya dan agama, mampu menenangkan jiwa, menjadi sarana
untuk memusatkan diri pada kesadaran spiritual, mengangkat
seseorang pada sebuah situasi damai, hening, dan sadar akan diri
sendiri. Musik dapat mengurangi nyeri, depresi, pergolakan dan agresi
serta meningkatkan relaksasi dan suasana hati yang positif (Young dan
Koopsen, 2007).
Terapi musik adalah terapi yang menggunakan musik untuk
proses penyembuhan. Bunyi dan irama tertentu yang dihasilkan oleh
musik dapat menimbulkan dampak positif yaitu rileks. Efek rileks
dapat menurunkan keadaan kecemasan dan nyeri (Solehati, 2015)
b) Manfaat Terapi Musik
Menurut Kemper dan Denhaueur manfaat musik yaitu:
1) Musik meberikan efek terapeutik/penyembuhan.
2) Musik menurunkan stress atau ketegangan otot.
17
3) Musik mengurangi nyeri.
4) Musik meciptakan suasana rileks dan menyenangkan.
5) Musik mempengaruhi sistem limbik dan saraf otonom sehingga
merangsang pelepasan zat kimia Gamma Amino Butyric Acid
(GABA), enkefalin, dan beta endorphin yang akan mengeliminasi
neurotransmitter nyeri. Musik mengatur hormon yang berkaitan
dengan stres.
(Solehati, 2015)
c) Karakteristik Terapi Musik
Terapi musik merupakan teknik distraksi yang efektif yang
dapat menurunkan nyeri, stres, dan kecemasan dengan mengalihkan
perhatian seseorang dari nyeri. Menurut Scheneider dan Workman
dalam distraksi efektif karena pasien berkonsentrasi pada stimulus
yang menarik atau menyenangkan daripada berfokus pada gejala yang
tidak menyenangkan (Solehati, 2015).
Terapi musik memberikan efek fisiologis pada pasien yang
membuat pasien merasa tenang sehingga perasaan cemas akan
berkurang. Hal ini dikarenakan musik memengaruhi sistem limbik
yang merupakan pusat pengatur emosi sehingga kualitas pasien akan
baik (Solehati, 2015).
Terapi musik yang sering digunakan untuk penyembuhan atau
terapeutik adalah musik yang tenang dan menenangkan. Pemilihan
musik tanpa lirik lebih diutamakan sehingga pasien nantinya tidak
18
memusatkan perhatian pada lirik. Melainkan memungkinkan pasien
untuk mengalir mengikuti musik. Salah satu jenis musik terapeutik
adalah musik instrumentalia/ musik klasik Mozart (Barbara, 2010).
d) Terapi Musik klasik Mozart
Musik klasik mozart adalah musik klasik yang muncul 250
tahun yang lalu. Diciptakan oleh Wolgang Amadeus Mozart. Musik
klasik Mozart dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit,
memberikan efek positif pada ibu hamil dan janin. Selain itu, beberapa
penelitian oleh Alfred dan Campbell sudah membuktikan bahwa musik
klasik mozart dapat mengurangi nyeri pasien. Musik klasik Mozart
memiliki melodi dan frekuensi yang tinggi sehingga mampu
merangsang dan memberdayakan kreatifitas dan motivatif diotak
(Zakiyah, 2015).
e) Proses penurunan nyeri dengan terapi musik Mozart
Terapi musik klasik mozart dapat mengatasi nyeri berdasarkan
the gate control teory, bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat
oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini
mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup (Solehati,
2015).
f) Prosedur terapi musik klasik mozart
1) Pilih musik klasik
19
2) Gunakan earphone supaya tidak menganggu pasien atau staf yang
lain dan membantu pasien berkonsentrasi pada musik.
3) Pastikan tombol-tombol kontrol di musik player di handphone
mudah ditekan, dimanipulasi dan dibedakan.
4) Apabila nyeri yang pasien rasakan akut, kuatkan volume musik.
Apabila nyeri berkurang, kurangi volume.
5) Instruksikan pasien untuk tidak menganalisa musik: ”Nikmati
musik kemana pun musik membawa anda”.
Musik didengarkan 10 menit supaya memberikan efek terapeutik.
(Potter dan Perry, 2009)
5. Teknik Relaksasi Napas Dalam
a) Pengertian
Menurut Smeltzer & Bare teknik relaksasi pernapasan
merupakan suatu bentuk asuhan yang mengajarkan kepada pasien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas
secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi alveoli dan
meningkatkan oksigenasi darah (Solehati, 2015).
b) Manfaat
Relaksasi
napas
dalam
dapat
menyebabkan
terjadinya
penurunan nadi, penurunan ketegangan otot, peningkatan kesadaran
global, perasaan yang damai dan sejahtera (Potter dan Perry, 2009).
20
Manfaat relaksasi dapat dilakukan setiap saat, kapan saja dan
dimana saja. Caranya sangat mudah dan dapat dilakukan secara
mandiri oleh pasien (Smeltzer dan Barre, 2002)
c) Tujuan Teknik Relaksasi Napas Dalam
Tujuan relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional sehingga dapat
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan (Solehati,
2015).
d) Proses Penurunan Nyeri dengan Teknik Relaksasi Napas Dalam
Teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan intensitas
nyeri melalui tiga mekanisme, yaitu;
1) Merelaksasikan otot yang mengalami spasme akibat dari insisi
(trauma) jaringan saat pembedahan.
2) Relaksasi ini akan meningatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami trauma sehingga mempercepat proses penyembuhan
dan menurunkan sensasi nyeri karena nyeri post operatif
merupakan nyeri yang disebabkan trauma jaringan. Jika trauma
sembuh maka nyeri juga hilang.
(Smeltzer dan Barre, 2002).
e) Prosedur Teknik Relaksasi Napas Dalam
Tahap pertama untuk belajar rileks adalah menyadari
bagaimana rasanya tubuh dan pikiran ibu post operasi sectio caesarea
21
ketika istirahat atau tidur karena tubuh dan pikiran saling memengaruhi
satu sama lain. Keadaaan pikiran ibu mempunyai pengaruh yang besar
terhadap seberapa rileks atau tegangnya tubuh ibu. Jika ibu cemas atau
takut, tubuh akan merefleksikan perasaan ini dengan cara menegang,
jika ibu merasa percaya diri dan positif, tubuh akan tetap rileks.
Prosedur teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut:
1) Atur posisi pasien yang nyaman
2) Minta pasien untuk menempatkan tangannya ke bagian dada dan
perut.
3) Minta pasien untuk menarik napas melalui hidung secara pelan,
dalam dan merasakan kembang kempisnya perut.
4) Minta pasien untuk menahan napas beberapa detik kemudian
keluarkan napas secara perlahan melalui mulut.
5) Beritahukan pada pasien bahwa pada saat mengeluarkan napas,
mulut pada posisi mencucu.
6) Minta pasien untuk mengeluarkan napas sampai perut mengempis.
7) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
(Potter dan Perry, 2009).
6.
Perbedaan Terapi Musik dan Relaksasi terhadap Intensitas Nyeri
Upaya nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri dapat dilakukan
melalui terapi musik dan relaksasi. Ibu nifas post sectio caesarea akan
mengalami nyeri setelah tindakan operatif selesai. Nyeri dapat menimbulkan
stres dan memengaruhi proses penyembuhan, sehingga diperlukan upaya
22
untuk mengurangi nyeri tersebut. Perbedaan antara terapi musik dan relaksasi
terletak pada cara pemberian perlakuan dan stimulasi. Terapi musik
menggunakan musik untuk menurunkan nyeri dengan memengaruhi sistem
syaraf melalui hormon endhorpin, enkefalin dan transmitter inhibitor nyeri.
Teknik relaksasi menggunakakan nafas dalam untuk menurunkan nyeri. Nafas
dalam dapat meningkatkan ventilasi alveoli dan meningkatkan oksigenasi
darah. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan luka karena trauma
insisi.
23
B. Kerangka Pemikiran
Pasien Post Sectio caesarea
Penatalaksanaan nyeri
Nonfarmakologis
Stimulasi
area kulit
Farmakologis
Accupresure
Distraksi: Terapi musik
Relaksasi: Napas dalam
Mengalihkan nyeri ke hal lain
yang lebih menyenangkan
Meningkatkan ventilasi
alveoli dan oksigenasi darah
Merangsang hormon endorphin
Mengurangi rasa nyeri
Faktor yang memengaruhi
persepsi nyeri:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Kebudayaan
4. Perhatian
5. Makna nyeri
6. Ansietas
7. Koping
8. Keletihan
9. Pengalaman
sebelumnya
10. Keluarga dan sosial
Meningkatkan aliran darah pada
daerah yang diinsisi
Mengurangi rasa nyeri
Pasien rileks
Penurunan intensitas nyeri ibu post sectio caesarea
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
24
C. Hipotesis
Terdapat perbedaan yang signifikan antara terapi musik dan relaksasi
terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea.
Download