MEMBANGUN KERJASAMA PUSHAM DENGAN PENYANDANG DANA1 Oleh: Don K Marut Masalah HAM pelan-pelan akan kehilangan momentum sebagai isu yang menarik perhatian penyandang dana. Hal ini terutama karean seponsor untuk lembaga penyandang dana di negaranegara maju jug sudah tidak peduli dengan masalah HAM, terutama hak sipil dan politik. Karean itu diperlukan strategi dan usaha yang cukup jeli untuk melihat peluang-peluang pendanan dari lembaga yang ada. Mengenal Lembaga Donor Non-Pemerintah Sejarah terbentuknya lembaga-lembaga penyandang dana non pemerintah dinegar-negara maju lebih bersifat filantropis-karikatif. Pada masa hampir berakhirnya dan beberap tahun sejak berakhirnya perang dunia 2, muncul beberap kelompok yang mau membantu masyarakat dinegara-negara yang terkan langsung akibat perang. Setelah recovery perang selesai, sementara tabungan berupa barang dan dana yang mereka himpun berjumlah besar, mulailah mereka berpaling kedunia sedang berkembang. Efek dari kerja lembaga-lembaga ini di dunia ketiga cukup spektakuler, dan kehadirannya bahkan menjadi sumber yang lebih pasti bagi keselamatan rakyat ketimbang negaranya sendiri. Begitu besarnya kontribusi lembaga ini, maka mulai muncul berbagai lembaga donor non-pemerintah yang menfokus pada isu atau sektor tertentu, seperti perlindungan alam, bantuan pada ibu-ibu dan anak-anak, bantuan untuk sektor teknologi pedesaan dan pengembangan pertanian, bantuan untuk air bersih dsb. Di bidang kesehatan juga muncul lembaga-lembaga khusus bergerak dibidang pencegahan dan pengobatan TBC, Malaria, Lepra, dsb. Dalam perkembangannya bantuan karikatif-filantropis ternyata tidak cukup, atau bahkan dirasakan sia-sia jika lingukngan politiknya tidak ikut mendukung. Sejak awal 1960an, sudah muncyul diskusi-diskusi tentang aspek struktural kemiskinan dan penderitaan rakayat di didunia ke-3. awal 1970an wacana tentang integrasi hak asasi manusia didalam bantuan lembagalemabaga donor non-pemerintah tersebut mulai berkembang. Karena itu seiiring dengan makin besarnya bantuan karikatif dan pembangunan untuk negara-negara berkembang, bantuan untuk bidang penegakan keadilan dan HAM juga mulai meningkat, meskipun dengan penuh kehatihatiankarean tantangan represif dari dalam negara sedang berkembang. Semula lembaga-lembaga donor non-pemerintah ini sangat independen dan memliki mekanisme fund raissing yang sangat kuat, dimana sumber dana utamanya berasal dari Disampaikan dalam seminar dan Lokakarya Nasional Capacity Building Pusat Studi Hak Asasi Manusia Se-Indonesia, Diselenggarakan oleh Pusat Studi Hak Asasi Manusia UII dan Norwegian Center For Human Right University of Oslo, di Yogyakarta 26-29 April 2004 1 perorangan atau perusahaan tanpa ikatan dan kondisional (biasanya perushaan memberikan sebagian keuntungan perushaan kepada organisasi-organisasi ini untuk mengurangi pembayaran pajak kepada pemerintah di negaranya). Dana yang diberikan pemerintah pun tidak mengikat lembaga-lembaga tersebut. Namun bersamaan dengan meningkatnya tekanan dan kondisionalitas yang diberikan negara-negara donor kepada negara dunia ketiga yang dibalas dengan rsistensi dan tekanan balik dari negara-negara dunia ketiga, konstelasi hubungan antara lembaga donor-non pemerintah dan penerintahnya juga berubah. Hal ini juga mempengaruhi hubungan antara lembaga donor di negara maju dengan mitra-mitranya di dunia ketiga. Secara garis besar bisa diberikan beberap kategori lembaga donor berdasarkan negara dan afiliasi idelogi/politiknya; A." Inggris a. Oxfam: independent dan lebih pada social-demokrat. Jaringan advokasi internasionalnya termasuk sangat kuat. Sudah mebentuk Oxfam internasional yang anggotanya tersebar di Belanda, Amerika Serikat, Canada, Hongkong, Australia dan New Zeland. Termasuk organisasi yang memliki High Profile dalam advokasi tingkat internasional. b. Save The Cildren: independent dan memrjuangkan hak-hak anak. Sudah membentuk koalisi internasional yang sangat kuat untuk advokasi hak anak c. Christian Aid: independent, terbuka, kurang bersuara d. CAFOD: Catholic Fund Overseas Development; human rights and poverty. Sumber dananya dari kolekte gereja-gereja Katolik di Inggris dan Irlandia dan sumbangansumbangan sukarela. Sudah menjadi anggota dari jaringan pendanaan organisasiorganisasi Katolik yang menjadi sumber pendanaan terbesar di dunia dewasa ini e. Action Aid: independent dan rights based approach. Kuat dalam melakukan advokasi HAM dan pemberantasan kemiskinan. Satu-satunya NGO internasionalyang menentang invasi Amarika di Irak secara terbuka dan melakukan advokasi dari dalam Irak sendiri. B." Belanda a. Novib: anggota Oxfam internasional, social demokrat, buruh dan HAM b. HIVOS: social-humanis, kebudayaan dan HAM c. Cordaid: terbuka dan menjadi anggota organisasi donor Katolik d. ICCO: terbuka, khusus gereja-gereja Protestan di Belanda. Membantu promosi HAM e. HOM: organisasi kecil di Belanda yang kehusus mempromosikan HAM f. Terres De Home Belanda: Karikatif, tetapi sudah mulai kuat dalam pemberdayaan masyarakat kelas bawah, termasuk mengintegrasikan HAM khususnya ESC Rights dalam program-programnya. Independen karean danya dari sumbangan pribadi Novib, HIVOS, Cordaid dan ICCO sebagai besar dananya berasal pemerintah dan bergantung pada partai yang berkuasa. Kalau partai Social Demokrat yang memerintah, dana untuk Novib dan Hivos meningkat; sebaliknya jika partai Kristen Demokrat yang memerintah, bantuan untuk Cordaid dan ICCO lebih besar. Meskipun Cordaid dan ICCO masih mengandalkan sumbangan dari masing-masing Gereja C." Jerman: Ada tiga kelompok lembaga donor non-pemerintah a. Lembaga Donor yang berafiliasi dengan partai i. FES- partai buruh- sosialis ii. FNS- partai liberal iii. KAS- partai liberal b. Lembaga donor yang berbasis Gereja: i. Miserior: Katolik-lebih banyak pada kegiatan ekonomi, pertanian dan gerakan petani ii. Brot fur die Welt; Protestan-ekonomi c. Lembaga-lembaga donor yang dananya berasal dari Kementrian Pemerintah iii. BORDA- pertanian iv. IIZ/DVV- pendidikan D." Negara-negara Scandinavia (Swedia, Norwegia dan Finlandia) Lembaga-lembaga non-pemerintah dari negara-negara ini menerima dana dari pemerintahnya. Namun berbeda dari lembaga-lembaga donor non-pemerintah dinegaranegara lain, lembaga-lembaga donor non-pemerintah dinegara-negara Scandinavia lebih independent bahkan sangat kritis terhadap pemerintahannya dan perusahaan-perusahaan yang merusak lingkungan, memingirkan masyarakat adat, tidak menghormati HAM dan tidak memliki skema corporate social responsibility. Beberapa lembaga donor non pemerintah yang saya kenal; IWGIA dari Norwegia yang sangat aktif mempromosikan hak-hak masyarakat adat; KEPA (konsorsium NGO Finlandia) yang mempromosikan HAM dalam karangka gerakan sosial; Save The Children Scandinavia yang aktif mempromosikan hak-hak anak. Organisasiorganisasi yang menjadi anggota KEPA sendiri memiliki fokus perhatian sendiri-sendiri. Akhir-akhir ini lembaga dono non pemerintah dari negara-negara Scandinavia sangat proaktif dalam membangun kerjasama dengan mitra-mitranya di negara dunia ketiga. Hal ini berkaitan juga dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil di negara-negara tersebut dan semakin besar perhatian warga negaranya untuk kestabilan dan kemajuan di negaranegara dunia ketiga. E." Amerika Serikat Umumnya lembaga-lembaga dana non pemerintah dari Amerika serikat memiliki kebijakan yang sama dengan yang digeriskan oleh Departemen Luar Negri AS, baik itu lembagalembaga yang dananya berasal dari USAID maupun yang berasal dari endowment fund perusahaan dan yayasan pribadi. Conserns mereka terhadap HAM harus sejalan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah AS tentang HAM di negara-negara dunia ketiga. F." Canada Ada beberapa lembaga donor non-pemerintah yang reltiv independent dan memliki perhatian terhadap HAM di Kanada; Oxfam Canada, Oxfam Quebec, dan beberapa lembaga lain. Ada juga Canadian Human Rights Foundation (CHRF), tetapi sumber pendanaanya sangat bergantung pada CIDA dan kebijakan CIDA. Kecendrungan-kecendrungan Baru Ditingkat global, lembaga-lembaga donor non-pemerintah sudah membangun jaringan kerja dan skema pendanan yang kuat. Lembaga-lembaga yang beraliran social-demokrat, seperti Oxfam, misalnya , membentuk Oxfam Internasional dan melakukan harmonisasi program dan skema pendanaannya di negara-negara dunia ketiga. Lembaga-lembaga yang berbasis katolik juga menjalin kerjasama antar negara sehingga menjadi jaringan pendanaan yang paling kuat di dunia dewasa ini. Demikian pula lembaga-lembaga yang berbasis gereja Protestan. Lembagalembaga yang bekerja untuk hak-hak anak, seperti Sve The Children, juga membangun jaringan kerjasam dan sinergi yang kuat. Semua lembaga ini bekerja tanpa batas etnik, agama dn ideologi. Alasan utama sinergi ini, selain untuk harmonisasi program, juga untuk mengatur sistem pendanaan. Namun berkiatan dengan semakin menguatnya ekonomi pasar dan politik neoliberal di negara-negara sedang berkembang, yang dipaksakan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional dan negara-negara maju, lembaga-lembaga donor non-pemerintah pun mengalami perubahan yang cukup berarti. Banyak lembaga donor non-pemerintah pun tidak sanggup melawan arus neoliberalisme ini terutama karean semakin tergantungnya mereka pada sumber pendanaan pemerintah, sementara tekanan kekuatan pasar terhadap pemerintah negara-negara maju semakin kuat, yang pada gilirannya juga mempengaruhi agenda lembaga-lembaga donor non-pemerintah. Agenda-agenda politik neoliberal tidak bisa dielakan, disadari atau tidak, masuk juga dalam agenda bantuan lembaga-lembaga donor non pemerintah ini di negara-negara sedang berkembang. Sayangnya mitra-mitra mereka dinegara-negara sedang berkembang pun tidak memliki kemampuan yang berarti untuk menyaring program-program dan agenda-agenda neoliberal tersebut. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain; (1) kelemahan paradigmatik yang sejak lama telah menjadi kelemahan utama lembaga-lembaga non pemerintah (terutama di Indonesia); (2) keterbatasan sumber pendanaan, sehingga terpaksa menerima saja dana beserta program yang ditawarkan; (3) semkain kuatnya kecendrungan aktifis di dunia ketiga (terutama Indonesia) untuk mencari uang saja tanpa komitmen ideologi atau sama saja dengan menjual diri untuk kepentingan keuangan semata. Fenomena jula diri ini sudah sangat memperihatinkan dikalangan aktifis ornop deawasa ini, khsusnya Indonesia. Berikut diagram kasar tentang kecenderungan pengaruh dominasi kekuatan neoliberalisme dan pasar terhadap Dunia Ketiga dan Ornop Dunia Ketiga. STATE TNCs UN BODIES International NGOs STATES Political Parties National NGOs LOCAL NGOS, GRASSROOTS COMMUNITIES Lembaga-lembaga yang ingin mengakses sumber pendanaan dari negara maju harus jeli melihat; ideologi dan sumber pendanaan dari lembaga-lembaga donor tersebut, agar tidak terjebak pada kenyataan dimana kita justru melegitimasi tindakan eksploitatif dan marginalisasi yang sedang dilakukan oleh lembaga-lembaga sumber pendanaan tersebut di dalam negara kita sendiri. Bekerjasama dengan membantu lembaga-lembaga donor non-pemerintah Seringkali lembaga-lembaga dalam negri Indonesia memiliki mentalitas postkolonilis atau inlander, yang melihat lembaga-lembaga donor dari negara-negara maju seperti superior, sehingga tidak berani mengemukakan gagasan-gagasan dan konsep-konsep original ketika berhadapan dengan lembaga-lembaga donor tersebut. Hal ini pada dasarnya mengkerdilkan perkembangan pemikiran para anggota lembaga dalam negri. Padahal orang yang bekerja di dalam lembaga-lembaga donor itu juga adalah orang-orang biasa yang mungkin juga adalah orang-orang yang terlempar dari pertarungan di pasar profesional atau mereka juga adalah orang-orang yang sedang belajar. Ada beberapa stategi yang perlu diperhatikan oleh lembaga-lembaga dalam negri (termasuk PUSHAM) 1. Menjaga dan menampilkan kinerja kelembagaan (Performance) Beberap lembaga donor, baik non-pemerintah maupun pemerintah, dewasa ini mulai mengunakan Results Based Management (RBM) sebagai panduan untuk menilai program, proyek mulai dari perencanaan,implementasi, monitoring sampai pada pelaporan dan evaluasi. Kinerja lembaga bisa diukur atau dilihat dari RBM ini pada setiap tahapnya. CIDA, misalnya, sudah lama mengunakan sistem ini untuk melihat kapasitas lembaga mitranya. Masyarakat Eropa (EU) juga sedang membangun atau memodifikasi sistem ini untuk program-program bantuannya. Lembaga-lembaga donor non-pemerintah, seperti NOVIB, HIVOS dan beberap lembaga donor non pemerintah Eropa sudah lama mengunakan sistem ini meskipun tidak ketat. Jika lembaga-lembaga mitra di dunia ketiga mengunakan sistem ini, maka lembagalembaga donor di negara-negara maju akan lebih mudah melihat progress dan capaian programnya dan dengan demikian lebih mudah pula mereka mempertanggungjawabkan penggunaan dananya kepada sponsor mereka, baik pemerintah maupun publik individu dan swasta di negaranya. 2. Sinergi atau network dengan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang yang sama atau di wilayah yang sama. Kelemahan ornop-ornop di Indonesia adalah sinergi dan jaringan kerja ini sehingga capaiannya pun tidak pernah maksimal seperti yang dirancang dalam perencanaan program-programnya. PUSHAM bisa membangun sinergi yang kuat diseluruh Indonesia, dan ini akan mempermudah mekanisme pendanaan dan penggalangan dana dari lembaga-lembaga dana baik pemerintah mupun non-pemerintah dari negara-negara maju. 3. Memiliki sistem fund raising alternatif di dalam negri sendiri. Lembaga-lembaga seperti PUSHAM sebenarnya mudah mengembangkan sistem ini karean berkaitan langsung dengan lembaga-lembaga akdemik. Kegiatan-kegiatannya bisa berupa penerbitan buku atau event-event HAM khusus untuk pengalangan dana. 4. Merumuskan dan mengemas isu dengan lebih tajam dan aktual. Isu hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, misalnya menjadi isu yang hangat dewasa ini, meskipun masih mendapat tantangan yang kuat dari kekuatan pasar bebas. Demikian pula hak-hak perempuan dan anak-anak. Isu-isu ini jika dikemas dan dirumuskan secara legalistis dan formal, mungkin tidak akan menarik; tetapi jika dirumuskan dan dikemas dalam konteks riil diwilayah masing-masing akan menarik perhatian penyadang dana. Contoh, hak-hak reproduksi perempuan, hak ekonomi dan sosial perempuan, hak budaya anak-anak; hak perempuan dalam masyarakat adat; hak perempuan dalam Islam. 5. Laporan sebagai media kampanye, laporan program sering membosankan untuk yang membacanya. Orang membaca laporan sering karena kewajiban daripada karean tertarik dengan isi laporannya. Seringkali lembaga-lembaga donor direpotkan karena membaca laporan, padahal mereka membutuhkan laporan itu untuk dipresentasikan kepada para sponsornya. Laporan seharusnya dibuat semenarik mungkin dan semudah mungkin untuk dipahami dan dicerna oleh lembaga-lembaga panyandang dana. Laporan dengn multi media sekrang lebih menarik ketimbang laporan yang bersifat akademik. Tentu saja hal ini juga sangat bergantung pada orientasi lembaga penyandang dana Penutup Tugas utama PUSHAM adalah bukan hanya melakukan pendidikan dan penyebaran pemahaman terhadap HAM di dalam negri, tetapi juga menjaga agar negara-negara maju tidak melihat isu HAM sebagai isu politik yang yang bersifat momentl dan priodik saja melainkan sebagai suatu isu kemanusiaan yang tidak mempunyai akhir. Karean itu PUSHAM perlu membangun strategi yang kuat, selain agar lembaga-lembaga donor tetap memberi perhatian yang sistematis terhadap isu HAM, juga untuk menjadikan HAM sebagai kebijakan yang melekat di dalam semua kebijakan lembaga-lembaga donor tersebut