II-1 TINJAUAN BAB II : Tabel jumlah penduduk dan KK saat ini dan proyeksinya untuk 5 th belum ada. Tabel pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan poyeksi 5 th belum ada. Peta lokasi genangan belum ada. Peta area berisiko belum ada ( Air limbah, persampahan, drainase ). Gambaran umum Kabupaten Temanggung menguraikan kondisi geografis, administrasi, tata guna lahan dan demografi, Rencana Tata Ruang Wilayah dan profil sanitasi sampai dengan tahun 2015. 2.1. Gambaran Geografis, Adminisrasi dan Kondisi Fisik Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Provinsi Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan 46,8 KM dan Timur ke Barat 43 Km. Kabupaten Temanggung secara astronomi terletak diantara 1100 23” - 1100 46”30 Bujur Timur dan 70 14” - 70 32” 35 Selatan dengan luas wilayah 870,65 km2 (87.065 Ha.) Batas wilayah Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut: a Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang; b Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang; c Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang; dan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-2 d Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo. Wilayah Kabupaten Temanggung secara geoekonomis dilalui oleh 3 jalur pusat kegiatan ekonomi, yaitu Kota Semarang (77 Km), Kota Yogyakarta (64 Km), dan Kota Purwokerto (134 Km). Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian antara 500 -1450 m di atas permukaan air laut. Dengan keadaan tanah sekitar 50 persen dataran tinggi dan 50 persen dataran rendah. Adapun jenis tanahnya sebagai berikut : a. Latosol Coklat seluas 26.563,47 Ha ( 32,13 % ) membentang di tengah – tengah wilayah Kabupaten Temanggung dari arah barat laut ke tenggara. b. Latosol Coklat Kemerahan seluas 7.879,93 Ha ( 9,53 % ) membentang sebagian besar di bagian timur – tenggara c. Latosol Merah Kekuningan seluas 29.209,08 Ha ( 35,33 % ) membentang di bagian timur dan barat d. Regosol seluas 16.873,97 Ha ( 20,14 % ) membentang sebagian di sekitar kali Progo dan lereng-lereng terjal. e. Andosol seluas 2.149,55 Ha ( 2,60 % ) membentang di aluvial antar bukit. Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian antara 500 - 1.450 m. Jenis tanah di Kabupaten Temanggung berupa Latosol coklat, Latosol coklat kemerahan, Latosol merah kekuningan, Regosol, dan Andosol. Penyebaran jenis tanah, luas, dan persentase keberadaannya disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.1 Penyebaran Jenis Tanah dan Luas di Kabupaten Temanggung No 1 2 3 Jenis tanah Latosol coklat Latosol coklat kemerahan Latosol merah Menempati Membentang di tengah-tengah wilayah Kabupaten Temanggung dari arah barat laut ke tenggara Membentang sebagian besar di bagian timur – tenggara Membentang di bagian timur dan barat Luas (ha) Prosentase 26.563,47 32,13 7.879,93 9,53 29.209,08 35,33 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-3 No Jenis tanah kekuningan 4 Regosol 5 Andosol Jumlah Menempati Luas (ha) Membentang sebagian di sekitar Kali Progo dan lereng-lereng yang terjal Membentang di aluvial antar bukit Prosentase 16.873,97 20,14 2.149,55 87.065 2,60 100 Sumber: Peta Jenis Tanah RTRW Kabupaten Temanggung. Kemiringan tanah di Kabupaten Temanggung bervariasi, antara datar, hampir datar, landai, agak terjal, hampir terjal, terjal dan sangat terjal, sebagaimana terlihat pada kelas lereng di bawah ini ; Lereng 0 - 2 % seluas 968 Ha. ( 1,17 % ) Lereng 2 - 15 % seluas 32.492 Ha. ( 39,31 % ) Lereng 15 - 40 % seluas 31.232 Ha. ( 37,88 % ) Lereng > 40 % seluas 17.983 Ha. ( 21,64 % ) Kabupaten Temanggung memiliki dua musim yaitu ; musim kemarau antara bulan April sampai dengan September dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan Maret dengan curah hujan tahunan pada umumnya tinggi. Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung berada pada ketinggian 500 -1.450 m dpl, wilayah tersebut merupakan daerah lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang terhampar dari sisi Selatan, Barat sampai dengan Utara. Tabel 2.2 Kelas Ketinggian dan Penyebarannya di Kabupaten Temanggung No. Kelas Ketinggian (dpl m) 1 0 - 500 2 3 Luas (Ha) Prosentase (%) 8.468 10,24 500 - 750 36.194 43,78 750 - 1000 20.879 24,33 Persebaran Kecamatan Temanggung, Jumo, Tembarak, Candiroto, Pringsurat, dan Kandangan Parakan, Bansari, Kledung, Bulu, Kedu, Temanggung, Tlogomulyo, Kranggan, Gemawang, Jumo, Selopampang, Tembarak, Kaloran, Wonoboyo, Tretep, Pringsurat, Bejen, Candiroto, Kandangan Parakan, Bansari, Kledung, Bulu, Kedu, Temanggung, Tlogomulyo, Kranggan, Gemawang, Jumo, Selopampang, Tembarak, Kaloran, Wonoboyo, Tretep, Pringsurat, Bejen, Candiroto, Kandangan, Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-4 4 1000 - 1500 11.469 13,87 5 > 1500 10.819 7,78 Jumlah 87.065 100,00 Ngadirejo Parakan, Bansari, Kledung, Bulu,Tretep, Wonoboyo, Ngadirejo, Tlogomulyo, Kaloran, Selopampang, Candiroto Parakan, Bulu, Tretep, Wonoboyo, Selopampang, Ngadirejo, Tlogomulyo Sumber: Peta Topografi RTRW Kabupaten Temanggung Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kelas ketinggian tempat yang paling luas adalah elevasi antara 500 – 750 meter (36.194 Ha atau 43,78%) yang terletak pada bagian tengah dan bagian utara timur laut Kabupaten Temanggung. Wilayah yang mempunyai elevasi rendah 0 – 500 m (8.468 Ha atau 10,24%) yang terletak di Kecamatan Temanggung, Tembarak, Pringsurat, Kandangan, Jumo dan Candiroto. Wilayah dengan elevasi di atas 750 meter, terdapat menyebar pada seluruh wilayah Kabupaten Temanggung. Kabupaten Temanggung memiliki topografi yang kompleks dan beranekaragam sesuai dengan tipikal wilayah yang dikelilingi oleh gunung dan pegunungan. Bentuk topografi wilayah berupa dataran, perbukitan, pegunungan, lembah, dan gunung dengan kemiringan antara 0% - 70% (datar sampai dengan sangat curam). Pola topografi wilayah mirip sebuah cekungan raksasa yang terbuka di bagian Tenggara, sedangkan di bagian Selatan dan Barat dibatasi oleh Gunung Sumbing (3.340 m dpl) dan Gunung Sindoro (3.115 m dpl) dan di bagian Utara dibatasi pegunungan kecil yang membujur dari Timur Laut ke arah Tenggara. Klasifikasi kemiringan lahan dibagi menjadi 4 kelas dan hubungan kelas kemiringan/ lereng dengan luas sebenarnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.3 Kelas Kemiringan Lereng di Kabupaten Temanggung No. Kelas Lereng (%) Datar (0 – 2) 1 2 3 Bergelombang (2 – 15) Curam (15 – 40) Luas (Ha) 968 (1,175 % ) 32.492 (39,31 % ) 31.232 (37,88 % ) Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-5 4 Sangat Curam (> 40) 22.373 (21, 64 % ) Jumlah 87.065 (100 %) Sumber: Peta Topografi RTRW Kabupaten Temanggung Wilayah Kabupaten Temanggung pada umumnya bergelombang terjal dan sebagian kecil datar – landai. Identifikasi bentuk lahan di wilayah Kabupaten Temanggung dapat dibedakan menjadi 9 daerah bentuk lahan yaitu: 1. Punggung Bukit sangat curam di atas vulkan Basa yang mempunyai kemiringan lereng 41-60% dengan relief berkisar 51 – 300 m. 2. Bukit yang agak curam di atas vulkan basa dengan kemiringan lereng 16-25% relief 51-300m. 3. Lereng Lahan yang tertoreh agak curam mempunyai kemiringan lereng 16 – 25% dengan relief 2 – 50 m. 4. Gunung berapi strato muda basa/sedang dengan relief 41- 60% dengan relief > 300m. 5. Aliran lava basa/sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan lereng 16 – 25 % Relief 11 – 50 m. 6. Aliran Lava basa/ sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan lereng 16 – 25 % Relief 11 – 50 m. 7. Bukit rendah yang membulat di atas napal dan batu liat dengan relief 26 – 40 % relief 51 – 300m. 8. Punggung bukit asimetrik yang tertoreh melebar di atas batu pasir dan batuan lumpur mempunyai kemiringan lereng >60% dengan relief >300m 9. Lereng lahar yang landai dengan bukit kecil basalt yang membulat dengan kemiringan lereng 9-15 % dan relief 2 – 10 m. Pola topografi wilayah mirip sebuah cekungan raksasa yang terbuka di bagian Tenggara, sedangkan di bagian Selatan dan Barat dibatasi oleh Gunung Sumbing (3.340 m dpl) dan Gunung Sindoro (3.115 m Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-6 dpl) dan di bagian Utara dibatasi pegunungan kecil yang membujur dari Timur Laut ke arah Tenggara. Daerah Kabupaten Temanggung pada umumnya berhawa dingin dimana udara pegunungan berkisar antara 20 C - 30 C. Daerah berhawa sejuk terutama di daerah Kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu ( lereng Gunung Sumbing ), Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo serta Kecamatan Candiroto. Gunung-gunung yang tertinggi adalah gunung Sumbing ( + 3260 m ) dan gunung Sindoro (+ 3151 m). Wilayah Kabupaten Temanggung termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo (Sub DAS Progo Hulu) dan DAS Bodri. Sesuai dengan keadaan wilayahnya, Kabupaten kaya akan mata air dan sungai, beberapa sungai yang relatif besar antara lain sungai Legung, sungai Trocoh, sungai Lutut, sungai Dawe, dan sungai Pupu yang semuanya bermuara di laut Jawa. Sedangkan sungai Galeh, sungai Guntur, sungai Deres, sungai Datar, sungai Bulu, sungai Gintung, Sungai Lungge, sungai Kuas, sungai Jambe, sungai Groboh, Sungai Tingal, dan sungai Murung setelah menyatu dengan sungai Progo kemudian mengalir ke arah Selatan dan bermuara di Samudra Hindia. Tabel 2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Temanggung DAS Sub DAS 1 2 DAS Progo Sub DAS Tangsi Sub DAS Elo Sub-sub DAS 3 Sub-Sub DAS Plumbon Luas (Ha) Panjang Sungai (km) Debit (m³/dtk) 4 5 6 3,010.51 238.29 Sub DAS Lunge Total Sub DAS Tangsi 5,058.68 253.97 8,069.19 492.26 Sub-sub DAS Elo Sub-sub DAS Murung Sub-sub DAS Tingal 2,421.19 54.55 7,267.37 260.94 9,145.62 329.75 Total Sub DAS Elo 18,834.18 645.24 6,960.70 368.47 11,298.35 602.07 8,948.73 436.17 Sub DAS Progo Sub-sub DAS Kuas Hulu Sub-sub DAS Galeh Sub-sub DAS Hulu 4,889 5,556 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-7 DAS Sub DAS Sub-sub DAS Luas (Ha) Panjang Sungai (km) Debit (m³/dtk) 1 2 3 4 5 6 Progo Sub-sub DAS Grabah Total Sub DAS Hulu Progo TOTAL DAS PROGO DAS Bodri 3,167.97 182.22 30,375.75 57,279.12 1,588.93 2,726.43 5,509.06 231.20 Sub DAS Logung Sub-sub DAS Logung Sub DAS Lutut Sub-sub DAS Lutut 11,392.10 555.60 Sub-sub DAS Pupu Total Sub DAS Lutut 6,640.63 351.79 23,541.79 1,138.59 Sub-sub DAS Putih 6,041.43 245.37 TOTAL DAS BODRI 29,583.22 1,383.96 TOTAL KABUPATEN 86,862.34 4,110.39 Sub DAS Putih 6,100 16,545 *) *) Keterangan: Debit DAS belum ada data Sumber: - RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 - Dinas PSDA Prov. Jateng Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-8 Peta 2.1. Peta Orientasi Kabupaten Temanggung terhadap Kabupaten Sekitarnya dan Provinsi Jawa Tengah Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-9 Peta 2.2. Peta DAS Kabupaten Temanggung Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-10 Kondisi klimatologi Kabupaten Temanggung sebagaimana keadaan di Indonesia. Kabupaten Temanggung beriklim tropis dengan dua musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai dengan September dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan Maret. Rata-rata suhu udara di Temanggung berhawa dingin yaitu 20-30 derajat Celcius. Daerah berhawa sejuk terutama di daerah kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Candiroto. Curah hujan rata-rata pertahun di Kabupaten Temanggung berkisar antara 2.250 mm/tahun, namun curah hujan pada dataran rendah lebih kecil dibandingkan pada dataran tinggi. Kabupaten Temanggung beriklim tropis dengan dua musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai dengan September dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan Maret. Rata-rata suhu udara di Temanggung berhawa dingin yaitu 20-30 derajat Celcius. Daerah berhawa sejuk terutama didaerah kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Candiroto. Berdasar data dari Temanggung dalam angka tahun 2012,curah hujan rata-rata pertahun di kabupaten Temanggung berkisar antara 1000-3100 mm/tahun, namun curah hujan pada dataran rendah lebih kecil dibandingkan pada dataran tinggi. . Tabel 2.5 Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Curah Hujan (mm) Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 325 260 513 224 192 126 149 23 120 127 132 Curah Hujan Maksimum (mm) 53 64 81 50 50 47 22 30 28 47 49 Jumlah Hari Hujan (hari) 18 13 17 14 9 11 5 1 8 13 15 Sumber: Data BMKG Proinsi Jawa Tengah Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-11 Berdasarkan tabel di atas, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret (513 mm), dan curah hujan terendah terjadi pada bulan September (0 mm). Sedangkan dilihat dari jumlah hari hujan paling banyak terjadi pada bulan Januari (18 hari), dan jumlah hari hujan paling sedikit pada bulan September (0 hari) karena pada bulan September 2013 tidak pernah terjadi hujan. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa curah hujan rata-rata selama 10 (sepuluh) bulan terakhir yaitu sejak Januari sampai dengan Desember 2013 sebesar 181,75 mm/bulan. Sedangkan total jumlah hari hujan antara Januari sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 124 hari atau rata-rata 10,33 hari/bulan. Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Temanggung diuraikan berdasarkan identifikasi sungai dan Satuan wilayah Sungai (SWS). Sungai yang melintas di Kabupaten Temanggung antara lain Kali Trocoh, Kali Progo, Kali Murung, dan Kali Klegung. Sungai-sungai pada wilayah ini tergabung dalam 2 SWS yaitu SWS Jratunseluna dan SWS Progo Opak Oyo. Kondisi Hidrologi terbentuk oleh masing-masing formasi batuan mempunyai karakteristik dan ciri fisik tersendiri terhadap kemampuan penyimpanan air tanah, tergantung pada sistem ruang antar butir, celah, rekahan, ataupun struktur sekunder lainnya. Umumnya sebaran batuan yang muda dan belum terkonsolidasi cukup baik mengandung dan mengalirkan air tanah salah satunya adanya tumpukan guguran lava jenis batuan vulkanologi gunung api. Berdasarkan ciri litologi, fasies dan lingkungan pengendapan dan batuan muda yang tersingkap di daerah Temanggung, maka dapat diidentifikasi ada cekungan air tanah potensial yaitu Cekungan Magelang-Temanggung. Cekungan Magelang- Temanggung mendapat imbuhan yang cukup penting dari bagian pegunungan di barat dan utara yaitu Gunung Sindoro dan Sumbing. Cekungan ini dilalui oleh sungai-sungi kecil yang bermuara dan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-12 membentuk sungai inti yang merupakan satuan DAS Bodri dan DAS lainnya. Jumlah mata air dan total kapasitasnya di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.6. Sumber Air Baku di Kabupaten Temanggung No Kecamatan Jumlah Mata Air Kapasitas Total (l/dtk) Jumlah Sungai Kapasitas Total (l/dtk) 1 2 3 4 5 6 1 Tretep 23 68.5 10 25 2 Bulu 51 249 25 73.75 3 Kedu 30 48 8 35 4 Ngadirejo 45 131.2 18 117.25 5 Parakan 30 117.5 9 2124.5 6 Tembarak 34 77.5 16 77.85 7 Bansari 38 23.8 15 50 8 Candiroto 35 237 19 1071.3 9 Kandangan 31 - 12 28.1 10 Kranggan 35 39.35 13 7141 11 Selopampang 29 26.65 16 26.43 12 Tlogomulyo 39 35.7 11 32.95 13 Wonoboyo 115 160.5 10 24.5 14 Gemawang 57 128 20 59.5 15 Temanggung 60 372.05 20 157 16 Jumo 32 52 6 25 17 Pringsurat 24 33 6 12 18 Kledung 29 302 17 113.7 19 Bejen 33 109 16 97 20 Kaloran 3 6.5 7 15.5 Sumber : Dinas PSDA Prov. Jawa Tengah Jumlah mata air paling banyak berada di wilayah Kecamatan Wonoboyo yaitu sebanyak 115 mata air sedangkan jumlah mata air paling kecil terdapat di kecamatan Kaloran. Namun demikian, kapasitas paling besar dihasilkan oleh mata air yang berada di kota Temanggung yaitu sebesar 372,05 l/dtk. Data survey tersebut berupa hasil kuisoner yang diisi oleh Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-13 setiap kelurahan. Untuk kedepannya direkomendasikan untuk dilakukan validasi data permukaan. ulang Validasi mengenai debit dilakukan mata karena air maupun dimungkinkan debit air terdapat penyimpangan debit. Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Temanggung diuraikan berdasarkan identifikasi sungai dan Satuan wilayah Sungai (SWS). Sungai yang melintas di Kabupaten Temanggung antara lain Kali Trocoh, Kali Progo, Kali Murung, dan Kali Klegung. Sungai-sungai pada wilayah ini tergabung dalam 2 SWS yaitu SWS Jratunseluna dan SWS Progo Opak Oyo. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-14 Kondisi Hidrologi terbentuk oleh masing-masing formasi batuan mempunyai karakteristik dan ciri fisik tersendiri terhadap kemampuan penyimpanan air tanah, tergantung pada sistem ruang antar butir, celah, rekahan, ataupun struktur sekunder lainnya. Umumnya sebaran batuan yang muda dan belum terkonsolidasi cukup baik mengandung dan mengalirkan air tanah salah satunya adanya tumpukan guguran lava jenis batuan vulkanologi gunung api. Berdasarkan ciri litologi, fasies dan lingkungan pengendapan dan batuan muda yang tersingkap di daerah Temanggung, maka dapat diidentifikasi ada cekungan air tanah potensial yaitu Cekungan Magelang-Temanggung. Cekungan Magelang- Temanggung mendapat imbuhan yang cukup penting dari bagian pegunungan di barat dan utara yaitu Gunung Sindoro dan Sumbing. Cekungan ini dilalui oleh sungai-sungi kecil yang bermuara dan membentuk sungai inti yang merupakan satuan DAS Bodri dan DAS lainnya. Beberapa sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Temanggung meliputi dua macam sumber air yaitu sungai dan sumber air dangkal atau mataair. Jumlah masing-masing sumber air tersebut sebagai berikut: 1. Sungai, terdapat di Kabupaten Temanggung merupakan hulu sungai atau Daerah Aliran Sungai diantaranya yang cukup besar adalah DAS Bodri. 2. Mata air, di tinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Temanggung cukup potensial akan mataair, terurama di bagian Barat (Sekitar lereng gunung Sindoro dan Sumbing serta Ungaran yaitu Kecamatan yang berbatasan langsung seperti Kecamatan Kledung, Tretep, Bejen, Wonoboyo, Selopampang, Banasari, Ngadirejo dan Pringsurat). Berdasarkan hasil data survey tahun 2008, wilayah kabupaten Temanggung memiliki sumber mata air yang cukup banyak. Masing – masing mata air tersebut tersebar di seluruh kecamatan. Data jumlah mata air dan total kapasitasnya di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-15 Tabel 2.7 Sumber Air Baku di Kabupaten Temanggung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Sumber Kecamatan Tretep Bulu Kedu Ngadirejo Parakan Tembarak Bansari Candiroto Kandangan Kranggan Selopampang Tlogomulyo Wonoboyo Gemawang Temanggung Jumo Pringsurat Kledung Bejen Kaloran Jumlah Mata Air 23 51 30 45 30 34 38 35 31 35 29 39 115 57 60 32 24 29 33 3 Kapasitas Total (l/dtk) 68.5 249 48 131.2 117.5 77.5 23.8 237 39.35 26.65 35.7 160.5 128 372.05 52 33 302 109 6.5 Jumlah Sungai 10 25 8 18 9 16 15 19 12 13 16 11 10 20 20 6 6 17 16 7 Kapasitas Total (l/dtk) 25 73.75 35 117.25 2.124.5 77.85 50 1.071.3 28.1 7141 26.43 32.95 24.5 59.5 157 25 12 113.7 97 15.5 :RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun 2013-2018 dan Materi Teknis RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011- 2031 Berdasarkan tabel di atas, mata air yang ada di Kabupaten Temanggung berjumlah 720 buah dengan kapasitas 2.332,65 liter/detik. Dari jumlah mata air tersebut sampai dengan tahun 2012 ada 16 buah mata air yang telah di manfaatkan sebagai sumber air baku oleh PDAM, dengan kapasitas terpasang 351 liter/detik. Mata air yang telah dimanfaatkan oleh PDAM tersebut antara lain: 1).MA.Semadu (Parakan), 2). Sedandang, Sigandul, Tuksewu I dan II, Segaran (Kledung), 3).Tukmulyo, Sucen, Sebayan, dan Sekocan (Bulu), 4).Pikatan (Temanggung), 5).Sedandang (Selopampang), 6).Tukbening, Ngasinan (Pringsurat), 7).Jumprit, Tempurung, Sigetuk (Ngadirejo). Selain yang telah dimanfaatkan oleh PDAM, mata air lainnya yang banyak tersebar di pedesaan telah dimanfaatkan sebagai sumber air baku penyediaan air minum di pedesaan, melalui Program PAMSIMAS di 108 desa, PNPM Mandiri, dan Program PSAB lainnya. Khusus mata air Pikatan, selain dimanfaatkan oleh masyarakat juga digunakan sebagai sumber air di Pikatan Water Park (perusahaan daerah) Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-16 dan Perusahaan Air Minum PT.Tirta Mas Lestari (swasta). Pada saat ini sedang dalam proses pembahasan CSR berkaitan dengan adanya beberapa perusahaan besar di Kabupaten Temanggung, termasuk di antaranya PT. Tirta Mas Lestari yang memanfaatkan sebagian air dari mata air Pikatan sebagai bahan baku mereka. Sumber air baku selain mata air adalah sumber air baku sungai. Sumber air baku yang berasal dari sungai sebagian besar dipergunakan untuk kepentingan irigasi. Secara hidrologi sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Temanggung dikelompokan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS), Sub DAS, dan Sub-sub DAS sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini. Tabel 2.8 Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. 1. Nama DAS DAS Progo Nama Sub DAS Sub DAS Tangsi Sub DAS Elo Sub DAS Progo Hulu 2. Total DAS Progo DAS Bodri Sub DAS Logung Sub DAS Lutut Sub DAS Putih 3. Nama Sub Sub DAS Sub sub DAS Plumbon Sub sub DAS Lungge Total Sub DAS Tangsi Sub sub DAS Elo Sub sub DAS Murung Sub sub DAS Tingai Total Sub DAS Elo Sub sub DAS Kuas Sub sub DAS Galeh Sub sub DAS Progo Hulu Sub sub DAS Grabah Total Sub DAS Progo Hulu Sub sub DAS Logung Sub sub DAS Lutut Sub sub DAS Pupu Total Sub DAS Lutut Sub sub DAS Putih Total DAS Bodri DAS Serayu TOTAL Luas Ha 3.010,51 5.058,68 8.069,19 2.421,19 7.267,37 9.145,62 18.834,18 6.960,70 11.298,35 8.948,73 3.167,97 30.375,75 57.279,12 5.509,06 11.392,10 6.640,63 23.541,79 6.041,43 29.583,22 202,66 87.065 Sumber: PSDA Provinsi Jawa Tengah Selanjutnya dari pengelompokan DAS, Sub DAS, dan Sub-sub DAS di atas dapat diperinci berdasarkan satuan sungai. Sungai Progo merupakan sungai yang terpanjang yang melewati wilayah Kabupaten Temanggung, yaitu mencapai panjang 57 km. Sedangkan sungai terpendek adalah Sungai Lombo yang terletak di Kecamatan Wonoboyo Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-17 dengan panjang 2,5 km. Perincian nama sungai dan panjang sungai dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.9 Nama Sungai/ Kali di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. Sungai/ Kali Progo Klegung Sempol Cingklong Krengseng Gemilang Ganjuran Celeng Soko Lungge Gintung Cuntel Luyung Jambe Pacar Tukmulyo Parangan Gondang Semen Bulu/ Kuas Tuksulon Wates Larangan Kedu Nongko Tuksanggen Tengah Lingseng Sipati Kendil Bawang Kembang Galeh Gambir Bedali Batur Brangkongan Galeh Mati Cingkru Datar Dandang Putih Wunut Dongko Urang Bandung Jenes Panjang (Km) 57 20 10 8 5 12,5 6 8 8 9 15 6 7 16 15 5 17 12 5 26 6 4 5,5 21 8,5 5,5 6,5 4 4,5 5 4 6 23 4 5 4 11 5 10 25 5 6,25 7 6,25 8,5 13,75 7 No. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. Sungai/ Kali Watu Kopyah Groboh Cantrik Mijilan Pudak Cangkring Pecah Bangkong Pakisan Mlereng Nglengeng Tuksongo Logung Mengor Glagah Tingal Kasinan Setro Krengseng Nglengkong Awar-awar Suwukan Gobolri Kalisari Mandang Manden Seleri Wora wari Murung Elo Bodri Muncar Gaheng Kulon Sisih Kemalon Sumur Duren Banjaran Dawe/ Pupus Lutut Sunggingan Selyep Lombo Manggong Ireng Gede Panjang (Km) 4,5 11 5 6,5 10 5 7 8 6,5 12 4,5 5 10 11,5 11 20 7 12 4,5 4 5 6 4,5 5 13 5 5 6 12,25 11 40 5 5 4,5 5 7,5 6 3,5 6 14,5 30 11 3 2,5 10 6 5 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-18 No. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. Sungai/ Kali Guntur Totog Kuning Deres Wuluh Bendo Barang Ceret Langit Muntung Tengah Sinan Jubel Sumbeng Tapak Mendeng Konal Anggrung Silumbu Kulon Panjang (Km) 15 7,5 4,5 15 4 4,5 5 5 13 4 5,2 6 8,75 4 7,75 8,5 5 4,5 6,5 5 No. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. Sungai/ Kali Sapi Gemrising Kepruk Trocoh Brejen Luwungu Brangsong Jlegong Ketek Kajangan Bengkat Teguru/ Logung Turen Demoganti Tukbawang Rau Paing Tangrum Glitung bono Jumlah Panjang (Km) 6 5 5 8 4,5 25 6 6 6,5 4 7 51 6 7 4 3,5 4 4 6 8 1.183,95 Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 Aspek geologi merupakan aspek yang penting untuk dibahas karena mempunyai kaitan erat dengan potensi sumber daya tanah maupun sumber daya mineral. Struktur geologi tertentu berasosiasi dengan ketersediaan air tanah, minyak bumi dan sumber daya alam lainnya. Selain itu struktur geologi selalu dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan suatu wilayah misalnya pengembangan daerah yang berhubungan dengan kerekayasaan seperti, pembangunan bendungan, jalan, jembatan, permukiman dan lain-lain. Selain potensi sumberdaya alam juga terdapat patahan/sesar, ancaman vulkanisme bahaya maupun geologi longsor seperti lahan struktur harus selalu diperhitungkan. Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Temanggung secara umum tersusun oleh 5 jenis yaitu: 1. Batuan Sedimen Pleistosen (Pleistosen) 2. Batuan Vulkanik Pleistosen (Pleistosen) 3. Batuan Vulkanik Undiferentiasi (Kuarter) 4. Batuan Vulkanik Kuarter Muda (Kuarter) 5. Sedimen Miosen (Miosen) Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-19 Formasi adalah suatu susunan batuan yang mempunyai keseragaman ciri-ciri geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di permukaan bumi atau di bawah permukaan. Formasi geologi menunjukkan kelompok-kelompok batuan yang berguna sebagai indikator terdapatnya suatu bahan tambang untuk mengetahui jumlah cadangan galian dan prospek pengembangannya memerlukan penanganan lebih lanjut dari dinas/instansi terkait. Pada tabel dibawah ini dapat diungkapkan bahwa sebagian besar (seluas 51.620 Ha) wilayah Kabupaten Temanggung berjenis batuan vulkanik berumur Kuarter (Vulkanik undeferensi dan kuarter muda). Tabel 2.10 Persebaran Luas Formasi Geologi Per Wilayah Kecamatan No 1. 2. 3. 4. 5 Formasi Geologi Kaloran, Pringsurat Kaloran, Pringsurat, Kranggan Selopampang, Bulu, Tembarak, Ngadirejo, Kledung, Tretep, Bansari, Wonoboyo Temanggung, Kedu, Parakan, Ngadirejo, Kandangan, Bulu Bejen, Candiroto, Gemawang, Jumo, Kandangan Jenis Batuan Batuan Sedimen Pleistosen (Pleistosen) Batuan Vulkanik Pleistosen(Pleistosen) Luas (Ha) 3.825 7.480 Batuan Vulkanik Undiferentiasi (Kuarter) 26.269 Batuan Vulkanik Kuarter Muda (Kuarter) 25.351 Sedimen Miosen (Miosen) 24.377 Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-20 2.2. Pembagian Wilayah Secara administratif Kabupaten Temanggung terdiri dari 20 Kecamatan dan dibagi lagi menjadi 266 desa dan 23 Kelurahan, 1.522 dusun/ lingkungan, 1.657 RW dan 5.363 RT. Jarak dari ibukota kabupaten kecamatan terjauh adalah Kecamatan Bejen dan terdekat Kecamatan Kranggan. Jumlah kecamatan dan desa/kelurahan di Kabupaten Temangggung serta luas wilayah administrasi dan wilayah terbangun dapat dijabarkan sebagai berikut : Tabel 2.11 Pembagian Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah per Kecamatan Jumlah Luas Wilayah N0 Kecamatan Desa/ Kelurahan 1 2 3 (Ha) % thd Total 5 6 1 Parakan 16 2.223,00 2,55 2 Kledung 13 3.221,00 3,70 3 Bansari 13 2.253,00 2,59 4 Bulu 19 4.304,00 4,94 5 Temanggung 25 3.339,00 3,84 6 Tlogomulyo 12 2.484,00 2,85 7 Tembarak 13 2.684,00 3,08 8 Selopampang 12 1.729,00 1,99 9 Kranggan 13 5.761,00 6,62 10 Pringsurat 14 5.728,00 6,58 11 Kaloran 14 6.392,00 7,34 12 Kandangan 16 7.836,00 9,00 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-21 Jumlah N0 Kecamatan Desa/ Kelurahan 1 2 3 Luas Wilayah (Ha) % thd Total 5 6 13 Kedu 14 3.496,00 4,02 14 Ngadirejo 20 5.331,00 6,12 15 Jumo 13 2.932,00 3,37 16 Gemawang 10 6.711,00 7,71 17 Candiroto 14 5.994,00 6,88 18 Bejen 14 6.884,00 7,91 19 Tretep 11 3.365,00 3,86 20 Wonoboyo 13 4.398,00 5,05 289 87.065,00 100,00 JUMLAH Sumber: Temanggung Dalam Angka Tahun 2015 dan Hasil Analisis Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-22 Peta 2.3. Peta Administrasi Kabupaten Temanggung Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-23 Tabel 2.12 Luas Wilayah dan Pembagian Administrasi Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Parakan Kledung Bansari Bulu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Kedu Ngadirejo Jumo Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo Jumlah Luas Wilayah 2.223 3.221 2.254 4.304 3.339 2.484 2.684 1.729 5.761 5.728 6.392 7.836 3.496 5.331 2.932 6.711 5.994 6.884 3.365 4.398 87.065 Jumlah Desa 14 13 13 19 6 12 13 12 12 14 14 16 14 19 13 10 14 14 11 13 266 Jumlah Kelurahan 2 19 1 1 23 Jumlah Dusun 53 40 43 91 127 50 72 41 108 115 109 108 108 95 66 57 75 49 29 57 1.385 Jumlah Lingkungan 22 108 6 3 139 RT RW 314 138 176 297 575 151 216 129 253 360 410 364 402 395 269 326 270 146 134 195 5.520 75 44 45 84 136 44 60 52 96 112 104 104 108 112 61 63 74 54 27 55 1.510 Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.1 Persentase (%) Luas Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun 2014 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-24 Kegiatan pembangunan di Kabupaten Temanggung, tidak terlepas dari kondisi penggunaan lahan untuk aktivitas kota, baik untuk fungsi kegiatan terbangun kota maupun non terbangun kota. Berdasarkan data penggunaan lahan tahun 2010, penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung didominasi oleh lahan bukan sawah seluas 66.448 ha dan lahan sawah seluas 20.617 ha. Tabel 2.13 Luas Penggunaan Lahan (Ha) di Kabupaten Temanggung Tahun 2014 Lahan Bukan Lahan Jumla No. Kecamatan Sawah Sawah h 1 Parakan 1.223 1.000 2.223 2 Kledung 247 2.974 3.221 3 Bansari 619 1.635 2.254 4 Bulu 1.364 2.940 4.304 5 Kedu 2.190 1.306 3.496 6 Tlogomulyo 385 2.099 2.484 7 Tembarak 752 1.932 2.684 8 Selopampang 790 939 1.729 9 Temanggung 1.890 1.449 3.339 10 Kranggan 1.425 4.336 5.761 11 Pringsurat 639 5.088 5.728 12 Kaloran 1.436 4.956 6.392 13 Kandangan 1.516 6.320 7.836 14 Ngadirejo 1.505 3.826 5.331 15 J u m o 1.278 1.654 2.932 16 Gemawang 643 6.068 6.711 17 Candiroto 1.195 4.799 5.994 18 Bejen 678 6.206 6.884 19 Tretep 57 3.308 3.365 20 Wonoboyo 802 3.596 4.398 Jumlah 20.634 66.431 87.065 Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-25 Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.2 Prosentase Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Temanggung Tahun 2014 Jenis penggunaan lahan untuk lahan bukan sawah diuraikan berdasarkan jenis penggunaan lahan yang ada yaitu lahan terbangun (terdapat tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung). Tegal/ Huma terdapat hampir tersebar pada setiap wilayah kecamatan dengan luasan terbesar di Kecamatan Kaloran seluas 2.560 ha dan luasan terkecil terletak di Kecamatan Jumo seluas 125 ha. Kolam/empang terdapat di delapan kecamatan yaitu Kecamatan Parakan, Bulu, Temanggung, Tlogomulyo, Kedu Tembarak, Selopampang dan Wonoboyo. Perkebunan negara/rakyat terdapat hampir di semua kecamatan kecuali ada 5 kecamatan yang tidak mempunyai perkebunan yaitu Kecamatan Kledung, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Tretep. Sedangkan Penggunaan lahan perkebunan terluas terdapat di Kecamatan Kandangan dengan luas 2.629 ha dan luasan terkecil di Kecamatan Temanggung seluas 9 ha. Hutan negara/rakyat terdapat hampir di semua kecamatan hanya satu wilayah kecamatan yang tidak mempunyai yaitu Kecamatan Kranggan. Sedangkan luasan lahan hutan negara/rakyat yang mempunyai luasan terbesar adalah di wilayah kecamatan Bejen dengan luas 3.547 ha dan luasan terkecil Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-26 terletak di wilayah Kecamatan Temanggung hanya 14 ha. Penggunaan lahan lainnya menyebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung hanya luasan yang terbesar terletak di wilayah Kecamatan Kandangan 442 ha dan luasan terkecil di wilayah Kecamatan Bansari seluas 1 ha. Tabel 2.14 Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah (Ha) Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. Kecamatan Lahan Untuk Bangunan Tegal/ Huma Kolam/ Empang Hutan Negara/ Rakyat Perkebunan Negara/ Swasta Lahan Lainnya Jumlah 1 Parakan 313 473 1 135 16 62 1.000 2 Kledung 138 2.124 - 680 - 32 2.974 3 Bansari 134 826 - 647 27 1 1.635 4 Bulu 372 2.095 3 411 - 59 2.940 5 Kedu 492 446 12 50 230 76 1.306 6 Tlogomulyo 239 1.615 1 190 - 54 2.099 7 Tembarak 290 906 2 640 62 32 1.932 8 Selopampang 214 561 3 115 29 17 939 9 Temanggung 847 315 7 14 9 257 1.449 10 Kranggan 797 2.490 - 0 697 352 4.336 11 Pringsurat 1.177 1.770 - 590 1.375 176 5.088 12 Kaloran 689 2.560 - 22 1.590 95 4.956 13 Kandangan 994 1.528 - 727 2.629 442 6.320 14 Ngadirejo 313 1.270 - 2.174 14 55 3.826 15 Jumo 365 125 - 325 791 48 1.654 16 Gemawang 451 1.763 - 1.544 2.190 120 6.068 17 Candiroto 447 1.944 - 2.308 - 100 4.799 18 Bejen 509 1.653 - 3.547 439 58 6.206 19 Tretep 188 2.204 - 887 - 29 3.308 20 Wonoboyo Jumlah 305 1.425 2 1.111 718 35 3.596 9.274 28.093 31 16.117 10.816 2.100 66.431 Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-27 Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.3 Prosentase Luas Lahan Bukan Sawah Kabupaten Temanggung Tahun 2014 Jenis penggunaan lahan untuk tanah sawah dapat diuraikan berdasarkan jenis pengelolaannya menurut jaringan irigasinya, yaitu Sawah teknis, hanya terdapat di 12 wilayah kecamatan sedangkan yang 8 kecamatan tidak menggunakan jaringan irigasi teknis. Sawah teknis ini di wilayah Kecamatan Kedu mempunyai luasan terbesar yaitu 1.162 ha dan luasan terkeci terdapat di wilayah Kecamatan Ngadirejo seluas 164 ha. Sawah setengah teknis, terdapat di hampir seluruh wilayah kecamatan kecuali ada di kecamatan Bejen. Sedangkan dengan luasan terbesar di wilayah Kecamatan Ngadirejo seluas 966 ha dan luasan terkecil 17 ha di wilayah Kecamatan Kledung. Sawah dengan pengairan sederhana PU, terdapat hampir merata di wilayah Kabupaten Temanggung hanya ada dua wilayah kecamatan yang tidak mempunyai yaitu di wilayah Kecamatan Tretep dan Selopampang. Untuk daerah yang mempunyai luasan terbesar terletak di wilayah Kecamatan Bulu mencapai 546 ha dan luasan terkecil di wilayah Kecamatan Candiroto seluas 24 ha. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-28 Penggunaan sawah dengan pengairan sederhana non PU, terdapat di 15 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung, kecuali tidak ada pada 5 wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Bansari, Bulu, Kaloran, Ngadirejo, dan Jumo. Dengan luasan terbesar di wilayah Kecamatan Kranggan 682 ha dan luasan terkecil di wilayah Kecamatan Tretep 10 ha. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.15 Luas Penggunaan Lahan Sawah (Ha) Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. Kecamatan Teknis ½ Teknis Sederhana PU Sederhana NonPU Tadah Hujan Jumlah 1 Parakan 417 637 75 91 3 1.223 2 Kledung - 17 100 130 - 247 3 Bansari - 396 113 - 110 619 4 Bulu 170 588 546 - 60 1.364 5 Kedu 1.162 931 59 36 2 2.190 6 Tlogomulyo - 268 103 14 - 385 7 Tembarak 292 302 93 65 - 752 8 Selopampang 372 301 - 96 21 790 9 Temanggung 684 530 164 511 1 1.890 10 Kranggan 512 142 80 682 9 1.425 11 Pringsurat 284 111 37 63 144 639 12 Kaloran 197 889 277 - 73 1.436 13 Kandangan 188 232 346 532 218 1.516 14 Ngadirejo 164 966 375 - - 1.505 15 Jumo 199 861 190 - 28 1.278 16 Gemawang - 198 248 73 124 643 17 Candiroto - 965 24 178 28 1.195 18 Bejen - - 30 533 115 678 19 Tretep - 47 - 10 - 57 20 Wonoboyo - 157 129 Jumlah 4.641 8.538 2.989 511 3.525 5 941 802 20.634 Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-29 Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.4 Prosentase Luas Lahan Sawah Kabupaten Temanggung Tahun 2014 2.2 Demografi Data kependudukan merupakan data pokok yang dibutuhkan baik kalangan pemerintah maupun swasta sebagai lahan untuk perencanaan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan. Hampir setiap aspek perencanaan pembangunan baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik memerlukan data penduduk karena penduduk merupakan subjek sekaligus objek dari pembangunan. 2.2.1 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kabupaten Temanggung pada tahun 2013 tercatat sebesar 739.873 jiwa, terdiri dari 370.997 jiwa laki-laki (50,14%) dan 368.876 jiwa perempuan (49,86%). Apabila dilihat penyebarannya, maka kecamatan yang paling tinggi persentase jumlah penduduknya adalah Kecamatan Temanggung yakni sebesar 10,76 persen dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Temanggung, kemudian berturut-turut Kecamatan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-30 Kedu 7,55% dan Kecamatan Ngadirejo 7,06%. Sedangkan kecamatan yang terkecil jumlah penduduknya adalah Kecamatan Selopampang sebesar 0,02%. Bila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya, maka diperoleh rasio jenis kelamin pada tahun 2013 sebesar 99,43 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk laki-laki terdapat 99 penduduk perempuan. Dengan perkataan lain bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan. Tabel 2.16 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio (%) Persentase (%) 1 Parakan 25.548 25.597 51.145 99,81 6,91 2 Kledung 12.636 12.352 24.988 102,30 3,38 3 Bansari 11.320 11.003 22.323 102,88 3,02 4 Bulu 23.516 22.716 46.232 103,52 6,25 5 Kedu 28.103 27.753 55.856 101,26 7,55 6 Temanggung 39.290 40.340 79.630 97,40 10,76 7 Tlogomulyo 11.183 11.083 22.266 100,90 3,01 8 Tembarak 14.635 14.396 29.031 101,66 3,92 9 Selopampang 9.199 9.220 18.419 99,77 2,49 10 Kranggan 22.511 22.726 45.237 99,05 6,11 11 Pringsurat 24.391 24.119 48.510 101,13 6,56 12 Kaloran 20.440 20.636 41.076 99,05 5,55 13 Kandangan 24.239 23.850 48.089 101,63 6,50 14 Ngadirejo 26.297 25.933 52.230 101,40 7,06 15 Jumo 14.131 14.261 28.392 99,09 3,84 16 Gemawang 16.085 15.763 31.848 102,04 4,30 17 Candiroto 15.202 15.392 30.594 98,77 4,14 18 Bejen 9.909 9.724 19.633 101,90 2,65 19 Tretep 10.016 9.791 19.807 102,30 2,68 20 Wonoboyo 12.346 12.221 24.567 101,02 3,32 370.997 368.876 739.873 100,57 100,00 50,14 49,86 100,00 Jumlah Prosentase Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-31 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.5 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelamin Kabupaten Temanggung Tahun 2014 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.6 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Temanggung Dirinci Per Kecamatan Tahun 2014 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-32 2.2.2 Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel dan piramida berikut. Berdasarkan tabel dan piramida tersebut dapat diketahui bahwa jumlah usia produktif di Kabupaten Temanggung lebih besar daripada jumlah usia non produktif. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat ketergantungan penduduk usia tua terhadap penduduk usia produktif cenderung tinggi. Tabel 2.17 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Kelompok Umur Tahun 2014 No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1 0-4 30.092 27.873 57.965 2 5-9 30.266 28.892 59.158 3 10-14 29.980 28.974 58.954 4 15-19 30.563 28.831 59.394 5 20-24 27.068 23.911 50.979 6 25-29 24.333 24.927 49.260 7 30-34 27.906 28.958 56.864 8 35-39 29.146 28.916 58.062 9 40-44 28.667 29.913 58.580 10 45-49 27.536 27.942 55.478 11 50-54 24.507 24.908 49.415 12 55-59 20.843 19.927 40.770 13 60-64 13.489 12.930 26.419 14 65+ 26.601 31.974 58.575 370.997 368.876 739.873 Jumlah Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-33 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.7 Grafik Piramida Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kab. Temanggung Tahun 2014 2.2.3 Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang tercatat dalam data Kabupaten Temanggung dalam angka tahun 2013 adalah DIV/ Sarjana, Diploma, SLTA, SLTP, SD, dan tidak/ belum tamat SD. Berikut adalah rincian jumlah penduduk di Kabupaten Temanggung menurut tingkat pendidikan. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-34 Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2014 No. Kecamatan DIV/ Sarjana DI/DII/ DIII SLTA SLTP SD Tidak/Belum Tamat SD Jumlah 1 Parakan 1.185 989 7.642 8.586 17.078 11.001 46.481 2 Kledung 116 123 1.211 3.686 11.280 8.119 24.535 3 Bansari 182 217 1.421 3.424 10.017 6.020 21.281 4 Bulu 513 429 3.624 6.334 19.262 10.893 41.055 5 Kedu 888 768 5.416 8.968 22.277 10.541 48.858 6 Temanggung 4.347 2.521 17.735 13.689 21.613 14.495 74.400 7 Tlogomulyo 142 146 1.313 3.013 9.829 5.124 19.567 8 Tembarak 372 309 2.411 4.488 11.522 7.051 26.153 9 Selopampang 202 245 1.551 2.971 8.443 3.505 16.917 10 Kranggan 805 626 5.964 8.770 15.830 8.514 40.509 11 Pringsurat 468 467 4.778 8.477 19.820 9.052 43.062 12 Kaloran 372 506 3.688 7.616 19.034 9.553 40.769 13 Kandangan 561 525 3.896 7.965 19.012 11.876 43.835 14 Ngadirejo 698 798 4.876 9.216 22.015 12.707 50.310 15 Jumo 265 310 1.868 4.283 12.512 6.903 26.141 16 Gemawang 125 218 1.152 3.953 13.339 8.755 27.542 17 Candiroto 433 495 2.539 4.558 13.978 7.965 29.968 18 Bejen 136 201 1.249 3.497 8.946 4.810 18.839 19 Tretep 81 115 419 3.063 9.439 5.044 18.161 20 Wonoboyo Jumlah Persentase (%) 115 204 971 3.263 10.957 6.964 22.474 12.006 10.212 73.724 119.820 296.203 168.892 680.857 1,76 1,50 10,83 17,60 43,50 24,81 100,00 Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-35 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.8 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Temanggung Tahun 2014 2.2.4 Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian yang tercatat dalam data Kabupaten Temanggung dalam angka tahun 2013 adalah pertanian, industri, bangunan, perdagangan, pengangkutan, jasa, dan mata pencaharian lainnya. Berikut adalah rincian jumlah penduduk di kawasan agrowisata menurut mata pencaharian. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-36 Tabel 2.19 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014 No. Kecamatan Perta nian Indus tri Bang unan Perda gangan Pengang kutan Jasa Lain-lain Jumlah 1 Parakan 6.916 3.521 1.097 7.768 1.021 4.378 801 25.502 2 Kledung 9.896 1.491 713 3.468 426 1.920 631 18.545 3 Bansari 9.844 1.356 675 3.191 342 2.548 198 18.154 4 Bulu 16.624 531 1.329 2.796 596 1.942 275 24.093 5 Kedu 12.902 8.622 3.233 4.529 876 2.973 33.535 66.670 6 Temanggung 7.789 5.040 2.418 8.952 1.733 9.949 1.323 37.204 7 Tlogomulyo 8.863 2.031 560 1.020 325 871 121 13.791 8 Tembarak 9.683 308 693 1.742 236 1.285 185 14.132 9 Selopampang 6.820 232 337 1.294 227 696 106 9.712 10 Kranggan 11.646 4.675 1.683 4.133 778 2.861 296 26.072 11 Pringsurat 13.676 5.806 1.253 4.975 750 2.205 336 29.001 12 Kaloran 13.915 3.207 935 2.860 505 1.770 272 23.464 13 Kandangan 14.466 1.597 1.918 4.038 749 2.256 363 25.387 14 Ngadirejo 15.718 2.174 1.631 5.879 1.147 2.973 319 29.841 15 Jumo 11.440 1.059 752 2.062 367 1.585 200 17.465 16 Gemawang 10.335 1.100 859 2.051 272 1.111 207 15.935 17 Candiroto 10.928 304 550 2.087 367 1.508 190 15.934 18 Bejen 6.682 207 266 1.017 218 935 140 9.465 19 Tretep 9.356 134 425 586 44 301 109 10.955 20 Wonoboyo 10.867 278 509 1.060 146 721 120 13.701 218.366 43.673 21.836 65.508 11.125 44.788 39.727 445.023 49,07 9,81 4,91 14,72 2,50 10,06 8,93 100,00 Jumlah Prosentase (%) Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 TINJAUAN : JUMLAH PENDUDUK UNTUK 5 TAHUN ke DEPAN BELUM ADA 2016-2021 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-37 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.9 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kabupaten Temanggung Tahun 2014 2.2.5 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2009 – 2013) cenderung mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk kecuali pada tahun 2013. Pada tahun 2013 tercatat sebesar 850 jiwa setiap satu kilo meter persegi. Di sisi lain persebaran penduduk masih belum merata, Kecamatan Temanggung merupakan kecamatan yang terpadat yaitu 2.385 jiwa per km2. Kecamatan Bejen paling rendah kepadatan penduduknya yaitu 285 jiwa per km2. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-38 Tabel 2.20 Distribusi dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Penduduk Distribusi Penduduk (%) Kepadatan Penduduk 1 Parakan 22,23 51.145 7,43 2.301 2 Kledung 32,21 24.988 3,63 776 3 Bansari 22,53 22.323 3,24 991 4 Bulu 43,04 46.232 6,71 1.074 5 Kedu 34,96 55.856 8,11 1.598 6 Temanggung 33,39 79.630 11,56 2.385 7 Tlogomulyo 24,84 22.266 3,23 896 8 Tembarak 26,84 29.031 4,22 1.082 9 Selopampang 17,29 18.419 2,67 1.065 10 Kranggan 57,61 45.237 6,57 785 11 Pringsurat 57,27 48.510 7,04 847 12 Kaloran 63,92 41.076 5,96 643 13 Kandangan 78,36 48.089 6,98 614 14 Ngadirejo 53,31 52.230 7,58 980 15 Jumo 29,32 28.392 4,12 968 16 Gemawang 67,11 31.848 4,62 475 17 Candiroto 59,94 30.594 4,44 510 18 Bejen 68,84 19.633 2,85 285 19 Tretep 33,65 19.807 2,88 589 20 Wonoboyo 43,98 24.567 3,57 559 870,64 739.873 18,36 850 Jumlah Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-39 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.10 Kepadatan Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2014 TINJAUAN : PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK UNTUK 5 TAHUN ke DEPAN 2016-2021 BELUM ADA Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-40 Peta 2.5. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Sumber : Temanggung dalam Angka 2014 dan Hasil Analisis Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-41 Adapun penduduk miskin kabupaten Temanggung per kecamatan dapat digambarkan sebagai berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tabel 2.21 Jumlah KK Miskin Kabupaten Temanggung Tahun 2015 KK Miskin Nama Kecamatan Jumlah KK Jumlah % Parakan Kledung Bansari Bulu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Kedu Ngadirejo Jumo Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo Jumlah 12.756 6.149 5.522 11.595 19.938 5.591 7.067 4.588 11.211 12.177 10.154 12.020 14.036 13.006 6.803 7.957 7.574 4.894 4.923 6.106. 184.065 1.103 866 810 2.353 862 1.008 1.453 882 1.643 1.954 3.628 3.146 1.434 3.106 1.905 2.515 1.340 1.698 1.623 1.636 34.962 8,64 14,08 14,66 20,29 4,32 18,02 20,56 19,22 14,65 16,04 35,72 26,17 10,21 23,88 28,00 31,60 17,69 34,69 32,96 26,79 18,99 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Tahun 2016 Tabel 2.21 menunjukkan bahwa persentase penduduk (kepala keluarga) miskin di Kabupaten Temanggung pada tahun 2014 berada pada wilayah perdesaan khususnya wilayah-wilayah di daerah pegunungan di wilayah utara Kabupaten Temanggung, di antaranya Kecamatan Kaloran, Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep Wilayah- wilayah kantong kemiskinan ini juga harus mendapat perhatian dalam penanganan sanitasi, karena penduduk miskin salah satu faktor penyebabnya juga adalah sanitasi yang buruk. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-42 2.3 Tata Ruang Wilayah Rencana Struktur ruang wilayah kabupaten Temanggung merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarkhi satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi masyarakat di wilayah kabupaten. Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Temanggung, menggambarkan sistem pusat-pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Temanggung yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam Wilayah Kabupaten Temanggung yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah yang mengintegrasikan kesatuan wilayah kabupaten. Dalam pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Temanggung, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Temanggung yang mendukung pengembangan kegiatan prioritas Kabupaten Temanggung yaitu industri, pertanian, dan pariwisata; Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah Kabupaten Temanggung dalam mendukung pengembangan kegiatan ekonomi; Kecenderungan pertumbuhan dan pergerakan penduduk di Kabupaten Temanggung; Daya dukung dan daya tampung ruang wilayah Kabupaten Temanggung; Kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan arahan pengembangan Kabupaten Temanggung. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-43 1. Rencana Struktur Ruang Terdiri dari rencana sistem pusat pelayanan dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana Sistem Pusat Pelayanan, terdiri atas rencana sistem perkotaan disertai dengan penetapan fungsi wilayah pengembangannya dan sistem perdesaan. Sistem pusat pelayanan dibentuk secara Temanggung, berhirarki sehingga di terjadi seluruh Wilayah pemerataan Kabupaten pelayanan dan mendorong pertumbuhan wilayah di perdesaan dan perkotaan secara seimbang dan berkelanjutan, serta mendukung terbentuknya struktur wilayah Kabupaten Temanggung yang direncanakan 20 tahun mendatang. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah, meliputi: a. sistem jaringan transportasi; b. sistem jaringan energi; c. sistem jaringan telekomunikasi; d. sistem jaringan sumber daya air; e. sistem jaringan lingkungan; dan f. sistem jaringan evakuasi bencana. 2. Rencana Pola Ruang Rencana pola ruang terdiri atas: Kawasan Lindung dan Kawasan Budi daya seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-44 Tabel. 2.22. Rencana Pola Ruang Kabupaten Temanggung NO PEMANFAATAN RUANG 1 A 2 Kawasan Lindung 1 Kawasan Hutan Lindung 2 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Jumlah A B LUAS (Ha) 3 3.282 9.732 13.014 Kawasan Budidaya 1 Kawasan Peruntukan Kawasan Peruntukan 2 Tetap Kawasan Peruntukan 3 Terbatas 4 Kawasan Peruntukan 5 Kawasan Peruntukan Kawasan Peruntukan 6 irigasi Kawasan Peruntukan 7 Kering Permukiman Hutan Produksi 14.698 7.141 Hutan Produksi Industri Sawah Irigasi Sawah Non 3.155 586 20.630 5.941 Pertanian Lahan Jumlah B 21.900 74.051 JUMLAH LUAS (A + B) 87.065 Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-45 Gambar 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Temanggung Sumber : RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-46 Peta 2.7 Peta Rencana Pusat Layanan Kabupaten Sumber : RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-47 A. Kemajuan Pelaksanaan SSK Dalam rangka pembangunan sector sanitasi, kabupaten Temanggung telah menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten yang bertujuan sebagai dokumen perencanaan sector sanitasi yang penganggranya bersumber dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi dan APBN maupun dari masyarakat dan sector swasta. upaya yang telah dilakukan anatara lain Upaya- dengan peningkatan sarana prasarana sanitasi melalui beberapa program seperti program AMPL PAMSIMAS (Air Minum (Penyediaan Air dan Minum Penyehatan dan Lingkungan), Sanitasi Berbasis Masyarakat) SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat) dan USRI (Urban Sanitation and Rural Infrastructur). Program ini dilakukan dengan koordinasi lintas sektor atau SKPD dengan melibatkan antara lain Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Bapermasdes). Selain meningkatkan jumlah sarana sanitasi, juga dilakukan penyadaran perilaku masyarakat untuk mendukung terciptanya kesehatan lingkungan yang optimal, baik melalui penyuluhan maupun perlombaan di bidang kesehatan lingkungan, seperti lomba sekolah sehat maupun sekolah hijau. Adapun tingkat pencapaiann SSK Tahun 2012-2015 dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut : Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-48 Tujuan Meningkatnya Peran masyarakat dalam Pengelolaan air Limbah Meningkatnya Pengetahuan masyarakat tentang perda pengelolaan air Limbah dan pemanfaatan IPLT mengembangkan perangkat peraturan perundangan Tabel 2.23 Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Air Limbah Domestik SSK Tahun 2012 - 2016 Sasaran Data Dasar masyarakat telah memiliki 1 Meningkatnya akses jamban di masyarakat sebesar 20% di tahun 2014 akses jamban meningkat menjadi 89% di kabupaten Temanggung Meningkatnya cakupan layanan offsite skala kawasan/ SLBM Terbangunnya tangki 2 sebesar 10 % pada Desa/ Kelurahan zona offsite, skala kawasan septik/ IPAL komunal pada pada tahun 2017 18 lokasi baru 3 Meningkatnya penggunaan jamban yang bertangkiseptic sebesar 75 % masyarakat telah 75 % di Desa/ Kelurahan zona on site individual tahun 2017 menggunakan tangki septic Sosialisasi mengenai IPLT dan pentingnya pengelolaan lumpur tinja di Kabupaten Temanggung Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan tinja pada masyarakat Temanggung pada Tahun 2014 dan pengelolaannya tersedianya perangkat peraturan perundangan yang mendukung adanya peraturan mengenai pengelolaan air limbah SSK 2016 Status saat ini Pembangunan saluran limbah rumah tangga 1 Unit (600 M) 6 SLBM Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016 II-49 Tabel 2.24 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung No Sistem 1 2 A B Sistem On- site 1 Komunal (MCK. MCK ++, SLBM) 2 STBM 3 Individual (tangki septik) Sistem Off-site 1 Skala Kawasan 2 Skala Wilayah Cakupan Target cakupan layanan (%) layanan eksisting Jangka Jangka Jangka (%) pendek menengah panjang 3 4 5 6 5 8 9 10 85 75 86 80 100 85 100 100 0 0 0 0 0 0 2 0 Dalam pencapaian tujuan ini dilaksanakan secara bertahap karena lokasi penanganan yang menyebar dan dilakukan skala prioritas wilayah pengembangan pelayanan air limbah yang tergambarkan pada peta di bawah ini : II-50 Peta 2.8 Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Sumber: Hasil Analisis II-51 Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan seperti: Central Business Distric (CBD) (kawasan komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan. Berdasarkan kriteria tersebut di atas dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi Kabupaten dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Temanggung, Rencana pengembangan air limbah domestik diuraikan sebagai berikut: Zona 1, merupakan pengelolaan limbah domestik sistem off site medium, zona ini mencakup 60 kelurahan/ desa. Zona 2, merupakan pengelolaan limbah domestik menggunakan sistem on site individu (tangki septik SNI), zona ini mencakup 30 kelurahan/desa. Zona 3, merupakan pengelolaan limbah melalui sistem STBM serta penyediaan MCK ++ bagi keluarga yang tidak memiliki jamban pribadi, Zona ini mencakup 160 kelurahan/desa. II-52 Tabel 2.28 Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Persampahan SSK Tahun 2012 - 2016 Tujuan Sasaran Data Dasar meningkatkan adanya sarana 1 Meningkatnya sarana penampungan sampah 50 % di 15 ketersediaan sarana Kecamatan yang telah terlayani penampungan sampah dan prasaran sementara pengelolaan sampah Adanya sarana 2 Meningkatkan sarana pengangkutan sampah sebesar 50 Unit di 15 kecamatan yang telah terlayani pengangkutan sampah 5 unit meningkatkan cakupan 1. Meningkatnya cakupan layanan penuh (full coverage) sistem 1. Adanya 56 daerah baru pelayanan sampah penanganan langsung menjadi 75 % tahun 2017 untuk pelayanan sistem secara bertahap 2. Meningkatnya cakupan layanan penuh (full coverage) sistem penanganan langsung. penanganan tidak langsung menjadi 72 % tahun 2017 2. Adanya 15 Daerah baru 3. Meningkatnya pelayanan sebesar 90% pada desa 20 Desa/ untuk pelayanan system Kelurahan Zona continue selection penanganan tidak langsung 3. Adanya 5 daerah baru untuk pelayanan persampahan Meningkatnya 1. Pengurangan timbulan sampah di sumbernya sebesar 9 % 1. Menambah pelayanan pengelolaan sampah pada 289 Desa/ Kelurahan zona cakupan pengembangan persampahan pada 3 berbasis masyarakat sistem pengelolaan sampah berbasis Masyarakat. wilayah zona continue yang aman terhadap 2. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan selection lingkungan sampah yang aman bagi lingkungan 2. 20 desa masyarakat menerapkan konsep 3 R pada 289 desa/ kelurahan zona cakupan pengembangan sistem SSK 2016 Status saat ini 4 Unit Sepeda motor roda 3, 1 unit truk arm roll Pembangunan TPA Sanggrahan Zona 3 II-53 Dalam pencapaian tujuan tersebut, pelaksanaan tidak dilaksanakan sekaligus dan serempak pada semua wilayah namun secara bertahap. Oleh karena itu perlu dilakukan prioritas wilayah pengembangan pelayanan persampahan yang tergambarkan pada peta di bawah ini : II-54 Peta 2.9. Peta Tahapan Pengembangan Persampahan Sumber: Hasil Analisis II-55 Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/ klasifikasi wilayah (komersial/ CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kabupaten Temanggung terdapat 3 (tiga) zona yang dapat diuraikan sebagai berikut: Zona 1, (full coverage+street sweeping) merupakan peningkatan cakupan layanan hingga 100 % (RT - TPS – TPA) + Penyapuan Jalan dalam jangka Pendek ke menengah dengan sistem layanan langsung dari sumber ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Terdapat 90 kelurahan/ desa dalam zona ini. Zona 2, (Caverage >70 %) merupakan area yang harus terlayani dengan sistem tidak langsung yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke TPA. Minimal 70 % cakupan layanan harus di atasi dalam jangka menengah (5 tahun) ke depan. Terdapat 60 kelurahan/ desa dalam zona ini. Zona 3, (Cakupan secukupnya) merupakan pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat + pemeliharaan dan pengelolaan sampah berbasis RT pengangkutan secukupnya (TPSTPA), jangka menengah ke panjang, terdapat 120 kelurahan/ desa. II-56 No 1 A 1 B 1 2 C Tabel 2.29. Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Temanggung Cakupan Target cakupan layanan (%) layanan Sistem Jangka Jangka eksisting Jangka pendek menengah panjang (%) 2 3 4 5 6 Penanganan langsung (Direct) Kawasan komersial Penanganan tidak langsung (indirect) Kawasan komersial 55 60 72 100 Caverage > 70% 65 76 88 100 Cakupan 6 6 12 17 Secukupnya Sumber : Hasil Analisi, 2016. II-57 Tabel 2.30 Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Drainase Tujuan Meningkatkan koordinasi antar lembaga dan program dalam penanganan drainase Meningkatkan anggaran operasional drainase Memperlancar aliran air demi penyehatan lingkungan permukiman Masyarakat sadar akan fungsi saluran drainase SSK Tahun 2012 - 2016 Sasaran Meningkatnya dimensi saluran lama sebanyak 10 Km’ pada tahun 2017 Data Dasar 1. Berkurangnya genangan 1 air pada saat hujan 2. Lama genangan berkurang dari 1 jam dengan perbaikan saluran drainase Meningkatnya proporsi biaya operasional sebesar 10 % terhadap Anggaran operasional total pendanaan drainase dari yang telah ada sekarang drainase bertambah tiap tahunnya 1. Di bangunnya saluran drainase di setiap permukiman padat 1. Pada setiap rumah baik oleh developer maupun masyarakat setempat pada tahun tangga telah memiliki 2017. saluran drainase 2. Menambah saluran pembuangan akhir drainase (tersier) di 2. Terbangun saluran tersier perumahan sepanjang 4 Km’ di daerah dengan zona jangka drainase di perumahan pendek pada tahun 2014 1. Berkurangnya rumah tangga yang membuang limbah/ sampah 1. Saluran Drainase tidak langsung ke saluran drainase sebesar 30 % pada tahun 2017. ditemukan sampah 2. Meningkatnya peran dan kesadaran masyarakat terhadap bertumpukan pemeliharaan saluran drainase 2. Adanya kegiatan masyarakat untuk pembersihan dan saluran drainase SSK 2016 Status saat ini Pemeliharaan saluran drainase/ gorong – gorong (jl Kabupaten Kabupaten) II-58 Dalam mencapai tujuan tersebut, penanganannya tidak mungkin dilakukan sekaligus dan serempak pada semua wilayah. Oleh karena itu perlu dilakukan prioritas wilayah pengembangan pelayanan drainase yang tergambarkan pada peta di bawah ini : II-59 Peta 2.10. Peta Tahapan Pengembangan Drainase Sumber: Hasil Analisis II-60 Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat kelurahan/ desa, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu kepadatan penduduk, tata guna lahan (perdagangan, jasa, maupun permukiman), daerah genangan air hujan, serta tingkat resiko kesehatan.Perencanaan penanganan ke depan dapat diilustrasikan sebagai berikut: Zona 1, (Jangka Pendek) merupakan area dengan tingkat resiko yang relatif besar yang dapat diatasi dalam jangka pendek mencakup 20 kelurahan/ desa. Zona 2, (Jangka Panjang) merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat di atasi dalam jangka menengah dan panjang mencakup 80 kelurahan/ desa. No 1 1 2 Tabel 2.28 Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Temanggung Cakupan Target cakupan layanan (%) layanan Sistem Jangka Jangka eksisting Jangka pendek menengah panjang (%) 2 3 4 5 6 Langsung 73 78 85 88 Tidak Langsung 0 0 0 0 II-61 2.4 Profil Sanitasi Saat Ini Pembangunan sanitasi di Kabupaten Temanggung dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pembangunan pada sanitasi prinsip-prinsip yang dan berkelanjutan pengertian agar dasar mekanisme pengelolaan, pemanfaatan sumber daya yang ada diharapkan akan bermuara kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mampu menjamin tetap terjaganya kualitas lingkungan yang memenuhi standar kehidupan. Seiring dengan aktivitas pembangunan yang meningkat dengan bertambahnya penduduk akan memberikan dampak terhadap lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik maka akan dapat menimbulkan masalah di bidang sanitasi. Hal ini akan menyebabkan adanya pencemaran lingkungan, menurunnya kualitas lingkungan dan estetika serta timbulnya penyakit sehingga merugikan masyarakat di sekitarnya. Perilaku masyarakat membuang sampah dan limbah rumah tangga ke saluran drainase, sungai-sungai dan pada tempat-tempat yang bukan peruntukannya ikut memperburuk kondisi sanitasi di Kabupaten Temanggung. Dari semua persoalan sanitasi di Kabupaten Temanggung, penyebab utamanya adalah masih terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi yang berakibat kepada kurangnya kesadaran terhadap pentingnya sanitasi dalam kehidupan. Profil sanitasi Kabupaten Temanggung saat ini, dapat digambarkan atau dilihat dari kondisi air limbah domestik, persampahan dan drainase. II-62 2.4.1 Air Limbah Domestik a. Sistem dan Infrastruktur Kondisi sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Temanggung pada dasarnya berupa pelayanan sanitasi sistem setempat (individual) untuk limbah tinja berupa pengumpulan limbah tinja dari septik tank ke pengolahan akhir. Saat ini Kabupaten Temanggung belum memiliki Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT), namun dalam penyusunan pemuthakiran ini masuk dalam perencanaan program dan kegiatan. Secara umum pengelolaan limbah tinja di Kabupaten Temanggung dilaksanakan sendiri oleh masyarakat secara individual, sedangkan limbah cair langsung ke saluran drainase. Akan tetapi, kebiasaan ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip sanitasi yang baik sehingga kebiasaan ini harus ditinggalkan. Pemerintah Kabupaten Temanggung juga telah membangunkan MCK Plus di: - Desa Banyuurip (KSM Banyuurip) - Desa Manding (KSM Manding) - Desa Ngadirejo (KSM Ngadirejo) dan Pembangunan IPAL Komunal di Desa Ngadirejo (KSM Ngadirejo) untuk digunakan secara komunal. Untuk areal permukiman, golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas telah memiliki WC secara individu. Untuk masyarakat golongan menengah ke bawah kebanyakan belum memiliki WC secara individu. Adapun Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Air Limbah Kabupaten Temanggung didasarkan pada data yang ada dimana hampir di semua wilayah II-63 Kabupaten Temanggung menggunakan sistem pembuangan air limbah setempat (onsite sanitation) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran atau sungai. Limbah manusia ditampung dalam tangki septik atau cubluk dimana penguraian terjadi secara alamiah dan cairannya dibuang ke bidang tanah atau sumur resapan. Sedangkan untuk limbah mandi dan cuci (grey water) penanganannya langsung dibuang ke saluran drainase, di Kabupaten Temanggung Ada satu lingkungan (Kelurahan Butuh Kecamatan Temanggung) telah menerapkan pengelolaan grey water dengan cara IPAL Komunal. Ditinjau dari peran serta pemerintah, sebagian besar pengelolaan air limbah terutama limbah domestik di Kabupaten individual Temanggung oleh masih masyarakat. dilaksanakan Sampai saat ini secara peran pemerintah daerah dalam hal pengelolaan sanitasi terbatas dalam hal pemberian bantuan jamban kepada sebagian warga masyarakat serta fasilitasi pembangunan MCK komunal berbasis masyarakat di beberapa titik wilayah. Prasarana pengelolaan limbah meliputi pengelolaan limbah rumah tangga; dan pengelolaan limbah industri, dijabarkan sebagai berikut : 1) Pengelolaan limbah rumah tangga meliputi: a) Penanganan limbah secara on site dengan pembangunan jamban keluarga, jamban komunal dan Mandi cuci kakus umum; II-64 b) Penanganan limbah secara off site dengan sistem perpipaan dengan membangun instalasi pengolah air limbah (ipal) komunal; c) Penanganan limbah padat dengan incenerator dan limbah tinja dengan instalasi pengolah lumpur tinja (IPLT); dan d) Menyediakan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah. 2) Pengelolaan limbah industri berupa pengembangan instalasi pemrosesan limbah di setiap lokasi industri. Berikut kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik yang ada di Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut: a) SPAL Setempat (Sistem Onsite), terdiri dari : b) SPAL Terpusat (Sistem Offsite), berupa IPAL Komunal terdapat 30 unit dan berfungsi dengan baik Kondisi eksisting sistem dan infrastruktur air limbah di kabupaten digambarkan sebagai berikut: Temanggung dapat II-65 Tabel.29 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung Tahun 2015 INPUT USER INTERFACE 1 Black Water (Tinja, Urine,Air Pembersih, Air Penggelontor, Kertas Pembersih) 2 Jamban Komunal (Kelurahan Butuh) SLBM Komunal Kelurahan Purworejo SLBM Komunal Kelurahan Manggong SLBM Komunal Kelurahan Kranggan SLBM Komunal Desa Candiroto SLBM Komunal Desa Gondang Winangun SLBM Komunal Kel. Parakan Kauman SLBM Komunal Kelurahan Jurang Septick tank komunal Perumahan AZA Griya Jamban Jongkok/ Duduk Cubluk leher angsa Jamban helikopter PENAMPUNG PENGALIR PENGOLAH PEMBUANGAN/ KODE/ NAMA AN AWAL AN AN AKHIR DAUR ULANG ALIRAN 3 4 Dari jamban Perpipaan komunal Perpipaan 5 IPAL degister IPAL 6 Sungai 7 Air Limbah AL 1 Sungai Air Limbah AL 2 - Perpipaan IPAL Sungai Air Limbah AL 3 - Perpipaan IPAL Sungai Air Limbah AL 4 - Perpipaan IPAL Sungai - Perpipaan IPAL Sungai - Perpipaan IPAL Sungai - Perpipaan IPAL Sungai - Perpipaan septictank resapan perpipaan Sumur resapan - Sumur resapan Sungai/ Kolam ikan Tanah perpipaan Sungai perpipaan IPAL Komunal Sumur resapan perpipaan Sumur resapan Air Limbah AL 5 Sungai Air Limbah AL 7 Tangki Septik - Pembuangan langsung (Kebun, Sawah dll) Grey Water (Air SLBM Komunal (Kel Dari Curah dari dapur, Butuh) masyarakat air untuk mandi, air Pembuangan Kamar Septic cucian pakaian) Mandi Tempat Cuci Septic Makanan/ Piring Pembuangan langsung Drainase/ (Kebun, Sawah dll) tanah Air Limbah AL 6 Air Limbah AL 8 Sumber: Dinas PU Kabupaten Temanggung II-66 Tabel.2.30 Sistem Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kabupaten Temanggung TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN 2 IPAL KOMUNAL JENIS DATA SEKUNDER 3 Jumlah KK yang dilayani (PERKIRAAN) NILAI DATA 4 120 kk IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 216 kk DPU IPAL Timbulan sampah 130,03 m3/hari DPU Rumah Sakit IPAL Jumlah Rumah Sakit 4 Rumah Sakit BLH Industri Tahu IPAL/ Biogas Jumlah Industri 7 Industri BLH Jumlah Industri 2 Industri BLH KELOMPOK FUNGSI 1 SLBM Komunal Kel. Butuh SLBM Komunal Kel. Purworejo SLBM Komunal Kel. Manggong SLBM Komunal Kel. Kranggan SLBM Komunal Desa Candiroto SLBM Komunal Desa Gondang Winangun SLBM Komunal Kel. Parakan Kauman SLBM Komunal Kel.Jurang Septick tank komunal Perumahan AZA Griya Lindi TPA Sanggrahan Industri Tapioka User Interface User Interface User Interface User Interface Penampungan Awal Penampungan Awal IPAL Tempat Cuci Makanan/ Piring Jamban Jongkok dan Jamban Duduk Pembuangan Kamar Mandi JAMBAN helikopter dan Pembuangan langsung (Kebun, Sawah) Tangki Septik Jumbleng Pengaliran SUMBER DATA 5 BLH Jumlah Dinkes Jumlah Dinkes Jumlah Dinkes Jumlah Dinkes Jumlah 169.580 bh Dinkes Jumlah 9.923 bh Dinkes jumlah armada Jumlah kk terlayani 15 kk /bln DPU Kapasitas DPU Pembuangan/ Daur Ulang Sungai NAMA SUNGAI DPU Pembuangan/ Daur Ulang Kompos jumlah DPU Sumber: Dinas PU Kabupaten Temanggung II-67 Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Temanggung masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran atau sungai. Ada beberapa lingkungan (Kelurahan Butuh, Parakan, Kauman,Kecamatan Temanggung) telah menerapkan pengelolaan black water dengan cara IPAL Komunal. Untuk pembuangan air kotor atau limbah tinja manusia dari hasil studi EHRA diketahui bahwa sebagian besar masyarakat (72 %) sudah buang air besar di jamban pribadi, ke wc umum 14 %, dan masih ada 19,8 % warga masyarakat yang masih BABS (Buang Air Besar Sembarangan) diantaranya di empang, sungai, kebun dan selokan atau parit. Sumber: Hasil Study EHRA Kabupaten Temanggung. Gambar 2.11 Buang Air Besar di Kabupaten Temanggung Tahun 2016 Untuk kebiasan BABs didominasi oleh laki laki Dewasa 14,7 % dan perempuan Dewasa 12 %, lebih lengkapnya Data tempat Anggota Keluarga yang masih BABs dapat dilihat dari gambar di bawah ini. II-68 Gambar 2.12. Pelaku Buang Air Besar Sembarangan (BABs) Kab. Temanggung Tempat pembuangan limbah di masyarakat ada berbagai macam cara, penyaluran buangan akhir tinja antara lain dengan tangki septic 71 %, ke cubluk 12 %, dan ke sungai 11 %. Sebanyak 87 % tangki septic milik warga tidak/ belum pernah dikuras. Untuk penyaluran air limbah Rumah Tangga sebanyak 40 % disalurkan ke saluran terbuka dan 28 % ke saluran tertutup serta 24 % disalurkan ke sungai. Sedangkan untuk tempat penyaluran akhir tinja berdasarkan survey dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Gambar 2.13. Grafik Prosentase Tempat Buangan Akhir Tinja Kab. Temanggung II-69 Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pembuangan akhir tinja dari responden secara berurutan dibuang ke tangki septik ( 71%), Ke cubluk (12 %) ,ke sungai (11 %), pipa sewer (1%). Pada saat ini Kabupaten Temanggung belum memiliki Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT), namun Detail Engineering Design (DED) untuk IPLT dan lahannya yang menyatu dengan TPA Sanggrahan. Saat ini masyarakat Kabupaten Temanggung apabila membuang limbah tinja dari septic tank masih menggunakan jasa dari Kota Magelang. Pemerintah Kabupaten Temanggung telah membangun jamban umum (MCK Umum) untuk digunakan secara komunal. Jamban umum ini terdapat pada area pasar dan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah (tukang becak dll). Untuk area permukiman, golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas telah memiliki jamban secara individu. Untuk masyarakat golongan menengah ke bawah ada yang belum memiliki jamban secara individu. Selain limbah rumah tangga atau limbah domestik yang telah disebutkan di atas, prasarana air limbah yang ada adalah penanganan untuk mengatasi limbah industri (limbah tahu di Kelurahan Temanggung). Prasarana pengolahan air limbah yang dibangun oleh Pemerintah merupakan suatu bentuk bantuan Pemerintah untuk mengatasi limbah yang dikeluarkan oleh industri kecil. Hasil dari pengolahan limbah ini menghasilkan gas yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat sekitar. Rencana pengembangan prasarana air limbah di Kabupaten Temanggung, meliputi: Peningkatan prasarana pengolahan limbah di kawasan industri; II-70 Peningkatan prasarana pengolahan limbah domestik rumah tangga (grey water) secara skala kawasan dengan metode IPAL Komunal berbasis masyarakat di permukiman perkotaan dan kawasan padat penduduk; dan Pengelolaan limbah tinja dengan caraseptic tank individu atau pengumpulan limbah tinja secara septic tank komunal skala kawasan berikutnya dikelola di IPLT. Berikut ini data IPAL Komunal di Kabupaten Temanggung : 1. Kelurahan Brojolan Kecamatan Temanggung I IPAL KSM Tirta Guna IPAL Kelurahan Brojolan yang dikelola KSM Tirta Guna dibangun pada tahun 2008 dan mulai beroperasi pada tahun 2009. Lokasi IPAL yaitu di Jalan Rama 131 RT.06 / RW. I Brojolan Barat Temanggung I. Jumlah pelanggan IPAL sampai saat ini sebanyak 35 KK. IPAL Desa Brojolan juga dilengkapi dengan Biodigester. Pengembangan IPAL Brojolan yang direncanakan pengelola berupa pembangunan green house di atas biodigester. IPAL KSM Tirta Asri KSM Tirta Asri mengelola IPAL di Kelurahan Brojolan yang dibangun pada tahun 2013. Lokasi IPAL di Jalan Rama RT. 02 / RW. I Brojolan Barat, dengan koordinat 07o18'36.3" LS dan 110o10'43.2" BT. Jumlah pelanggan IPAL sebanyak 110 KK. II-71 Gambar 2.14. Pengolahan Limbah Kelurahan Brojolan Kecamatan Temanggung 2. Kelurahan Purworejo Kecamatan Temanggung IPAL KSM Manunggal KSM Manunggal mengelola IPAL di Kelurahan Pruworejo yang dibangun pada tahun 2010. Lokasi IPAL terletak di Lingkungan Brongkol RT.04/ RW.03 Kelurahan Purworejo Temanggung dengan koordinat 07o19'45,5" LS dan 110o10'29,7" BT. Jumlah pelanggan IPAL sebanyak 50 KK. Gambar 2.15. Pengolahan Limbah KSM Manunggal Kelurahan Purworejo Kecamatan Temanggung IPAL KSM Sekeco KSM Sekeco mengelola IPAL di Kelurahan Purworejo yang dibangun pada tahun 2013 dengan sumber dana yang berasal dari Sinarmas, PU (BOP), dan Swadaya. Lokasi IPAL terletak di RT.03/RW.02 Kampung Kalibaru Kelurahan Purworejo Kecamatan Temanggungdengan koordinat 07o19'56,9" LS dan II-72 110o10'26,5" BT. Jumlah pelanggan IPAL sebanyak 63 KK. Pematusan menggunakan irigasi non teknis. Gambar 2.15. Pengolahan Limbah KSM Sekeco Kelurahan Purworejo Kecamatan Temanggung 3. Kelurahan Jurang Kecamatan Temanggung Pengolahan limbah Kelurahan Jurang menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2009. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 80 KK. Kondisi fisik di sekitar yaitu tinggi muka air ±1 meter dengan tanah persawahan dan pematusan menggunakan sungai yang ada. 4. Kelurahan Banyuurip Kecamatan Temanggung Pengolahan limbah Kelurahan Banyuurip menggunakan IPAL yang dibangun pada tahun 2012. Operasional pengolahan limbah Kelurahan Banyuurip ini dikelola oleh KSM Sehat Sejahtera. Kelurahan IPAL Kelurahan Banyuurip Banyuurip Kecamatan terletak di Temanggung RW.03 dengan koordinat 07o18'44,8" LS dan 110o11'21,6" BT. Kondisi fisik di sekitar yaitu pematusan menggunakan sungai yang ada. II-73 Gambar 2.16. Pengolahan Limbah Kelurahan Banyuurip Kecamatan Temanggung 5. Kelurahan Manding Kecamatan Temanggung Pengolahan limbah Kelurahan Manding Kecamatan Temanggung menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2012. Terletak di RT.03/RW.02 dan RT.2,3/RW.01 Kelurahan Manding Kecamatan Temanggungdengan koordinat 07o18'47,5" LS dan 110o09'57,6" BT. Operasional pengolahan limbah Kelurahan Manding Kecamatan Temanggung ini dikelola oleh KSM Nirmala. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 50 KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±2 meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan sungai. Permasalahan yang ada yaitu akses jalan yang kurang baik dan banyak truk yang melewati area IPAL dikhawatirkan dapat menyebabkan IPAL pecah. Gambar 2.17. Pengolahan Limbah Kelurahan Manding Kecamatan Temanggung II-74 6. Kelurahan Sidorejo Kecamatan Temanggung Pengolahan limbah Kelurahan Sidorejo Kecamatan Temanggung menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014. Terletak di RT.01,03,04/RW.01 Kelurahan Sidorejo Kecamatan Temanggungdengan koordinat 07o17'48,9" LS dan 110o10'26.3" BT. Operasional pengolahan limbah Kelurahan Sidorejo ini dikelola oleh KSM Maju Sehat. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 60 KK dan 1 komplek pondok. Tinggi muka air tanah di sekitar ±2 meter dan pematusan dengan irigasi non teknis. Gambar 2.16 . Pengolahan Limbah Kelurahan Sidorejo Kecamatan Temanggung 7. Dusun Coyudan, Kelurahan Parakan Kauman, Kecamatan Parakan Pengolahan limbah Dusun Coyudan Kecamatan Parakan menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2009 dengan sumber pendanaan APBD Provinsi. Operasional pengolahan limbah Dusun Coyudan ini dikelola oleh KSM Berimandengan koordinat 07o16'51,0" LS dan 110o05'53,2" B.. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 90 KK. II-75 Gambar 2.17 . Pengolahan Limbah DusunCoyudan Kecamatan Parakan 8. Kelurahan Parakan Kauman Kecamatan Parakan Pengolahan limbah Kelurahan Parakan Kauman Kecamatan Parakan menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2009 dengan sumber pendanaan APBD Provinsi. Operasional pengolahan limbah Kelurahan Parakan Kauman ini dikelola oleh KSM Al Barokahdengan koordinat 07o17'16,8" LS dan 110o05'45,6" BT. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 80 KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±2 meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan saluran drainase. Permasalahan yang ada yaitu belum dilakukan renovasi setelah adanya beberapa kerusakan. Gambar 2.18 . Pengolahan Limbah Parakan Kauman Kecamatan Parakan II-76 9. Desa Parakan Wetan Kecamatan Parakan Pengolahan limbah Desa Parakan Wetan Kecamatan Parakan menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2013. Terletak di RT.01,02,03,04,05/RW.010 Desa Parakan Wetan Kecamatan Parakandengan koordinat 07o16'40,4" LS dan 110o05'13,0" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Parakan Wetan ini dikelola oleh KSM Sehat Bersama. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 200. Jumlah iuran per bulan adalah Rp. 3000,-/KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±50 meter dan pematusan dengan sungai. Permasalahan yang terjadi adalah IPAL yang pernah tersumbat karena kesalahan konstruksi. Gambar 2.19 . Pengolahan Limbah Parakan Wetan Kecamatan Parakan 10. Kelurahan Manggong Kecamatan Ngadirejo Operasional pengolahan limbah Kelurahan Manggong ini dikelola oleh KSM Lancar. Pengolahan limbah Kelurahan Manggong Kecamatan Ngadirejo menggunakan IPAL yang dibangun pada tahun 2010. IPAL KSM Lancar terletak di RT.05/RW.03 Dusun Gondang Manggong Kelurahan Manggong Kecamatan Ngandirejodengan koordinat 07o14'35,9" LS dan 110o04'00,6" BT. Besaran iuran bulanan yaitu Rp. 2000 /KK. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 120 KK. Jenis tanah di sekitar IPAL yaitu tanah vulkanik dan pematusan menggunakan saluran drainase. Kebutuhan pengembangan penyambungan saluran pada saluran rumah. adalah II-77 Gambar 2.20 . Pengolahan Limbah Kelurahan Manggong Kecamatan Ngadirejo 11. Desa Gondangwinangun Kecamatan Ngadirejo Pengolahan limbah Desa Gondang Winangun Kecamatan Ngadirejo menggunakan dua IPAL yang dibangun pada tahun 2011. Operasional pengolahan limbah Desa Gondang Winangun ini dikelola oleh KSM Karya Nyata. IPAL KSM Karya Nyata terletak di koordinat 07o14'15,5" LS dan 110o03'20,4" BT. dan 240 Dusun Kaligalang dan Dusun Carikan Desa Gondang Winangun Kecamatan Ngandirejo. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 60 KK di IPAL 1 dan 40 KK di IPAL 2. Jenis tanah di sekitar IPAL yaitu tanah vulkanik dan pematusan menggunakan saluran drainase. Gambar 2.21 . Pengolahan Limbah Desa Gondangwinangun Kecamatan Ngadirejo II-78 12. Desa Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Pengolahan limbah menggunakan IPAL Desa yang Ngadirejo dibangun Kecamatan pada Ngadirejo tahun 2012. Operasional pengolahan limbah Desa Candiroto ini dikelola oleh KSM Ngudi Utomo. IPAL KSM Ngudi Utomo terletak di koordinat 07o13'58,5" LS dan 110o03'42,5" BTDusun Ngempon Desa Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 100 KK yang mencakup 1 RW atau 3 RT. Tinggi muka air tanah diskitar IPAL yaitu ± 2 meter – 3 meter. Jenis tanah di sekitar IPAL yaitu tanah vulkanik dan pematusan menggunakan saluran irigasi. Permasalahan yang ada belum pernah dilakukan maintanance. Gambar 2.22 . Pengolahan Limbah Desa Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo 13. Desa Ganduwetan Kecamatan Ngadirejo Pengolahan limbah Desa Ganduwetan Kecamatan Ngadirejo menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014 dengan sumber dana yang berasal dari APBD. Terletak di RT.01/RW.01 Dusun Nggaden Desa Ganduwetan Kecamatan Ngadirejodengan koordinat 07o14'05,3" LS dan 110o04'05,7" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Ganduwetan ini dikelola oleh KSM Lancar Sari. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 200 KK. Jumlah iuran per bulan adalah Rp. 3000/KK. Jarak dari badan air di sekitar ±2 meter dan pematusan dengan saluran drainase. II-79 Gambar 2.23 . Pengolahan Limbah Desa Ganduwetan Kecamatan Ngadirejo 14. Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggan Pengolahan limbah Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggan menggunakan IPAL yang dibangun pada tahun 2011. Operasional pengolahan limbah Kelurahan Kranggan ini dikelola oleh KSM Manfaat. IPAL KSM Manfaat terletak di RT.05/RW.04 Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggandengan koordinat 07o20'38,7" LS dan 110o12'39,1" BT. Besaran iuran bulanan yaitu Rp. 2000 /KK. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 87 KK. Kondisi fisik di sekitar IPAL yaitu tinggi muka air tanah 20 meter dan pematusan menggunakan sungai. Permasalahan yang ada adalah perlu dilakukan penyedotan dan akses yang masih jalan setapak. Perlu dibuat jalan yang lebih baik. Gambar 2.24 . Pengolahan Limbah Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggan II-80 15. Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan Pengolahan limbah Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014. Terletak di RT.01/RW.01 Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan dengan koordinat 07o20'55,9" LS dan 110o14'52,9" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Ngropoh ini dikelola oleh KSM Jadi Bersih. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 126 KK yang mencakup 4 RT, 1 Masjid, 1 Musholla, dan 1 komplek sekolah. Tinggi muka air tanah di sekitar ±50 centimeter dan pematusan dengan sungai dan kebun. Jarak dari badan air adalah ±120 meter. Kebutuhan pengembangan adalah Gesrep atau bak penangkap lemak dari rumah tangga. Gambar 2.25 . Pengolahan Limbah Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan 16. Desa Candiroto Kecamatan Candiroto Pengolahan limbah menggunakan IPAL Desa yang Candiroto dibangun Kecamatan pada Candiroto tahun 2011. Operasional pengolahan limbah Desa Candiroto ini dikelola oleh KSM Manunggal Karya. IPAL KSM Manunggal Karya terletak di Dusun Krajan Desa Candiroto Kecamatan Candirotodengan koordinat 07o10'27,2" LS dan 110o04'01,1" BT. . II-81 Gambar 2.26 . Pengolahan Limbah Desa Candiroto Kecamatan Candiroto Jumlah pelayanan sistem sebanyak 80 KK yang mencakup 1 RW atau 4 RT. Tinggi muka air tanah diskitar IPAL yaitu ± 7 meter – 9 meter. Jenis tanah di sekitar IPAL yaitu tanah vulkanik dan pematusan menggunakan saluran drainase. Permasalahan yang ada adalah bau yang keluar, kemungkinan berasal dari bak kontrol dan belum pernah dilakukan pengecekan lumpur. Serta butuh dibuat SOP pemeliharaan IPAL. 17. Desa Bantir Kecamatan Candiroto Pengolahan limbah Desa Bantir Kecamatan Candiroto menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2013. Terletak di RT.02/RW.02 Dusun Bantir Desa Batir Kecamatan Candirotodengan koordinat 07o13'27,3" LS dan 110o02'27,8" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Bantir ini dikelola oleh KSM Kenangan. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 51 KK dengan cakupan 2 RW atau 5 RT. Tinggi muka air tanah di sekitar ±5 meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan saluran drainase. Permasalahan yang ada yaitu kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk mempunyai WC. II-82 Gambar 2.27 . Pengolahan Limbah Desa Bantir Kecamatan Candiroto 18. Desa Morobongo Kecamatan Jumo Pengolahan limbah Desa Morobongo Kecamatan Jumo menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2013. Terletak di RT.05/RW.03 Dusun Belimbing Desa Morobongo Kecamatan 110o04'05,6" Jumo BT. dengan koordinat Operasional 07o13'42,8" pengolahan LS limbah dan Desa Morobongo ini dikelola oleh KSM Sejahtera. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 50 KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±2 meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan sungai. Permasalahan yang ada yaitu pengembangan IPAL yang masih swadaya. Gambar 2.28 . Pengolahan Limbah Desa Morobongo Kecamatan Jumo II-83 19. Desa Barang Kecamatan Jumo Pengolahan limbah Desa Barang Kecamatan Jumo menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014. Terletak di Desa Barang Kecamatan Jumodengan koordinat 07o13'46,1" LS dan 110o05'17,7" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Barang ini dikelola oleh KSM Saras Sejati. Pematusan menggunakan saluran drainase. Jarak dari badan air adalah ±1 meter. Gambar 2.29 . Pengolahan Limbah Desa Barang Kecamatan Jumo 20. Desa Rejosari Kecamatan Wonoboyo Pengolahan limbah Desa Rejosari Kecamatan Wonoboyo menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2013. Terletak di RT.01/RW.04 Dusun Pomahan Desa Rejosari Kecamatan Wonoboyodengan koordinat 07o12'44,2" LS dan 110o00'35,8" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Rejosari ini dikelola oleh KSM Lestari. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 89 KK yang mencakup 1 dusun dan 1 komplek pondok. Tinggi muka air tanah di sekitar ±35 meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan irigasi non teknis. Jarak dari badan air adalah ±25 meter. Permasalahan yang ada yaitu bau yang keluar dari IPAL dan adanya sampah plastik dan pembalut. II-84 Gambar 2.30 . Pengolahan Limbah Desa Rejosari Kecamatan Wonoboyo 21. Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogomulyo Pengolahan limbah Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogo Mulyo menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014. Terletak di RT.01,02/RW.03 Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogo Mulyodengan koordinat 07o20'04,7" LS dan 110o09'26,8" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Tanjungsari ini dikelola oleh KSM Lancar Manunggal. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 100 KK yang mencakup 2 RT, 1 RW. Jumlah iuran per bulan adalah Rp. 7500/KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±50 meter dan pematusan dengan sungai. Permasalahan yang terjadi adalah area IPAL yang kotor. Gambar 2.31 . Pengolahan Limbah Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogomulyo II-85 22. Desa Kemloko Kecamatan Tembarak Pengolahan limbah Desa Kemloko Kecamatan Tembarak menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014. Terletak di Dusun Prampelan 1 Desa Kemloko Kecamatan Tembarakdengan koordinat 07o21'58,3" LS dan 110o08'38,0" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Kemloko ini dikelola oleh KSM Anugerah Sejati. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 98 KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±20 meter dan pematusan dengan sungai. Jarak dari badan air adalah ±50 meter. Permasalahan yang terjadi adalah akses jalan yang sempit yang digunakan untuk penyedotan lumpur tinja. Gambar 2.32 . Pengolahan Limbah Desa Kemloko Kecamatan Tembarak 23. Desa Danurejo Kecamatan Kedu Pengolahan limbah Desa Danurejo Kecamatan Kedu menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014. Terletak di RT.01-02/RW.07 Desa Danurejo Kecamatan Kedudengan koordinat 07o16'59,9" LS dan 110o08'31,5" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Danurejo ini dikelola oleh KSM Sido Lancar. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 89 KK. Jumlah iuran per bulan adalah Rp. 2000/KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±1 meter dan pematusan dengan kebun. II-86 Gambar 2.33 . Pengolahan Limbah Desa Danurejo Kecamatan Kedu Tujuan secara umum dalam penyusunan pemutakhiran data sanitasi sektor air limbah adalah sebagai berikut : Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan dan pengolahan air limbah yang berwawasan lingkungan bagi masyarakat sehingga mengurangi pencemaran lingkungan; Memastikan pengutamaan penerapan teknologi air limbah domestik yang ekonomis sehingga dapat mencakup pelayanan air limbah yang luas; Mewujudkan pembangunan sanitasi yang partisipatif sehingga menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap sanitasi; dan Menerapkan SPM untuk layanan air limbah domestik sehingga terwujud pelayanan bidang air limbah yang optimal. II-87 Tabel 2.31 Akses Jamban Penduduk Kabupaten Temanggung PDDK NO. PUSKESMAS 2 JML JAMBAN JML PDDK PROFIL 47.639 4 12.326 JML KK JML RMH JSP JSSP SHARING OD 5 11.236 6 9.868 7 136 8 1.398 9 925 1 1 Temanggung 3 41.856 2 Dharmarini 32.970 33.448 9.387 8.305 6.829 570 0 908 3 Tembarak 31.992 29.772 8.077 7.182 4.395 272 272 2.311 4 Selopampang 19.592 19.394 6.054 4.783 3.016 91 153 1.412 5 Kranggan 27.753 27.487 8.526 6.956 4.028 1.906 663 368 6 Pare 19.489 19.733 5.528 4.715 4.251 329 69 273 7 Tlogomulyo 22022 22.099 6633 5382 3135 260 974 1013 8 Bulu 47.480 46.887 14.245 11.872 6.652 303 421 4.298 9 Kedu 54.774 57.732 16.441 13.644 8.995 36 105 4.590 10 Parakan 35.963 34.303 10.503 9.264 4.971 1.350 859 2.084 11 Pringsurat 50.028 15.682 14.097 10.030 12 Kandangan 48.592 50.333 14.406 12.113 5.098 13 Kaloran 23869 25.566 8143 6540 14 Jumo 29.610 29.404 8.866 15 Gemawang 32447 32.007 16 Ngadirejo 55.496 17 Kledung 24.999 18 Bansari 19 Traji 15.141 19.075 5.700 5.000 1.328 910 324 1.344 20 Candiroto 32.256 32.171 9.033 8.084 4.721 1.520 738 1.105 21 Wonoboyo 25.745 25.493 6.969 6.063 2.544 917 317 1.245 22 Tretep 20.045 20.250 5.742 4.967 3.130 1.130 255 452 23 Bejen 19.930 20.688 6.133 5.146 1.904 1.846 814 135 24 Tepusen 19.159 19.337 5.668 4.693 2.422 1.668 401 202 KABUPATEN 754.453 768.322 224.980 192.801 112.405 24.201 12.984 44.912 50.028 23.245 1.793 549 2.709 1.993 2.313 4253 1114 88 1086 7.560 4.802 873 500 1.385 9990 8810 6007 1451 315 1042 55.390 15.886 14.005 4.220 83 0 9.739 26.993 7.800 6.296 3.136 431 353 3.880 23.093 Sumber : Hasil Analisis, 2016 7.242 6.088 2.670 3.310 986 179 2.253 II-88 Tabel 2.32 Desa ODF Kabupaten Temanggung NO PUSKESMAS NAMA DESA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Bulu Tembarak Temanggung Pringsurat Kaloran Kandangan Kedu Parakan Ngadirejo Jumo Tretep Candiroto Kranggan Tlogomulyo Selopampang 16 Bansari Mranggen Tengah 17 18 19 20 Kledung Bejen Batursari Petung Wonoboyo Gemawang Cemoro Drono Guntur Klepu Kemiri Kertosari Simpar Candiroto Klepu Langgeng Salamrejo Sumber : Hasil Analisis, 2016 Tembarak Wonokerso Gandulan Tlogo Muntung Ngropoh Tlogomulyo Canggal Banjarsari Karangwuni Bendungan Soborejo Bonjor Gowak II-89 Tabel 2.33 Data Ipal Komunal Kabupaten Temanggung NO NAMA KSM LOKASI PEMAKAI TAHUN KETERANGAN 1 Tirta guna brojolan tdmg1 8 pengrajin 2008 35kk pemakai bio gas 2 Bersemi coyudan parakan 80KK 2009 APBD Prov 3 Manunggal Kel. Purworejo 90KK 2010 SLBM 4 Lancar Kel.Manggong 100KK 2010 SLBM 5 Manfaat Kel.Kranggan 60KK 2011 SLBM 6 Karya nyata Desa Gondang Winangun 2 Ipal 100KK 2011 SLBM 7 Manunggal karya Desa Candiroto 94KK 2011 SLBM 8 Sekrikil Parakan 80KK 2009 Sanimas 9 Kel. Jurang Kel. Jurang 80KK 2009 APBD Prov 10 Sehat sejahtera Banyuurip 90KK 2012 SLBM 11 Ngudi Utomo Desa Ngadirejo 60KK 2012 SLBM 12 Nirmala Manding 50KK 2012 SLBM 13 Sejahtera Morobongo 70kk 2013 SLBM 14 Kenangan Bantir 80kk 2013 SLBM 15 Lestari Rejosari 80kk 2013 SLBM 16 Sekeco Purworejo 100kk 2013 Sanimas 17 Tirta Asri Temanggung I 120kk 2013 Sanimas 18 Kel.Sidorejo 100kk 2014 Sanimas 19 Jadi Bersih Desa Ngropoh 100kk 2014 SLBM 20 Lancar Manunggal Desa Tanjungsari 85 kk 2014 SLBM 21 Anugerah Desa Kemloko Tembarak 97kk 2014 SLBM 22 Saras Sejati Desa Barang 90 kk 2014 SLBM 23 Sidolancar Desa Danurejo 97kk 2014 SLBM 24 Lancarsari Desa Ganduwetan 85kk 2014 SLBM 25 HARAPAN SEJAHTERA candiroto 100 KK 2015 SLBM 26 HARAPAN INDAH kalibanger 123 KK 2015 SLBM 27 TIRTA ASRI baledu 120 KK 2015 SLBM 28 USAHA LESTARI batur 117 KK 2015 SLBM 29 SEJAHTERA Campursalam 79 KK 2015 SLBM 30 GOTONG ROYONG catur anom 76 KK 2015 SLBM 31 MARGO ASIH watu kumpul 120 KK 2015 SLBM 32 Lestari Makmur Kel.Butuh 76 KK 2015 SLBM Sumber : Hasil Analisis, 2016. II-90 Tabel 2.34 Data DSS Air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung Produk Input User Interface A Pengumpulan & penampungan/ Pengelolaan Awal B Pengangkutan/ Pengaliran (semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang dan/Pembuang-an Akhir C D E Sumur resapan WC Helikopter Septic Tank/ Ipal Komunal Air Limbah Domestik (Black & Gray Water) Truk tinja Kloset Duduk & Jongkok MCK Sumber : Hasil Analisis, 2016 Drainas lingkungan Cubluk II-91 Produk Input Black Water : Grey Water : Tabel 2.35 Data DSS Air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung (semi) Pengumpulan & Pengangkutan/ Pengolahan User Interface Penampungan/ Pengaliran Akhir Pengelolaan Awal Terpusat A B C D WC Helikopter : 39.885 KK BABS Ipal Komunal : 32 UNIT Sumur resapan Septic Tank : Truk Tinja : Jamban Layak : 160.631 Unit - Pemerintah : 1 160.631 KK Cubluk : Drainase : 64.263 Unit Banyak digunakan untuk MCK : Septic Tank : pembuangan air 40 Unit/ 2.129 limbah KK Daur Ulang dan/Pembuangan Akhir E Semua sungai menjadi tempat pembuangan Black & Grey Water Sumber : Hasil Analisis, 2016 Keterangan : Karena belum memiliki IPLT meskipun sudah memiliki truk tinja sejumlah satu unit, penyedotan lumpur tinja dilakukan oleh pihak swasta yang membuang ke IPLT kabupaten terdekat, yaitu Kab. Magelang. II-92 Peta 2.10 Peta Akses Jamban dan Air Bersih Kabupaten Temanggung II-93 Peta 2.11 Peta Ipal Komunal KABUPATEN TEMANGGUNG II-94 Peta 2.12 Peta Area Jamban Kabupaten Temanggung II-95 Peta 2.13 Peta Desa ODF Kabupaten Temanggung II-96 sejumlah 736.261 jiwa, dikalikan dengan asumsi penggunaan air per hari setiap orangnya, yaitu apabila rata-rata penggunaan air per orang per hari mencapai + 120 liter (untuk mandi, cuci, minum, dsb), sebanyak 80% air tersebut akan menjadi air limbah (dibuang ke lingkungan setelah pemakaian), maka volume air limbah rumah tangga di kabupaten mencapai 88.351.320 liter per hari. Tinja atau blackwater adalah sisa metabolisme manusia yang berwujud padat dan dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus. Rata-rata volume tinja manusia Indonesia per orang per hari sebanyak 0,25 kg. jumlah penduduk 736.261 jiwa, mencapai 184.065,25 kg/ per hari. maka Dengan volume tinja II-97 Tabel 2.36 Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Di Kabupaten Temanggung Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak Sistem Onsite BABS* No. Sistem Berbasis Individu Nama Kecamatan (KK) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Parakan Kledung Bansari Bulu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Kedu Ngadirejo Jumo 3.185 2.946 2.492 4.312 1.330 1.187 2.082 1.294 817 423 2.285 2,902 4,109 6,674 1,489 Cubluk, jamban tidak aman (KK) 897 647 815 853 1.472 256 286 110 1.618 2.586 925 2.349 61 3.830 835 Cubluk aman/ Jamban keluarga dgn tangki septik aman (KK) 6.130 1.812 2.031 5.863 15.881 3.321 2.466 2.557 7.578 7.776 6.524 4.471 8.331 2.167 4.043 Sistem Berbasis Komunal MCK/ Jamban Bersama (KK) 2.543 742 2.031 569 1.256 827 2.234 626 1.196 1.392 422 2.296 1.538 328 433 MCK Komunal (KK) Tangki Septik Komunal > 10 KK (KK) IPAL Komunal (KK) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 435 117 0 0 0 630 85 97 160 0 0 120 97 345 160 Sistem Offsite Skala Kawasan / terpusat Sambungan Rumah yg berfungsi (KK) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 II-98 Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak Sistem Onsite BABS* No. Sistem Berbasis Individu Nama Kecamatan (KK) 16 17 18 19 20 Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo 1,619 733 257 703 3,525 Cubluk, jamban tidak aman (KK) 1.475 1.264 983 2.214 1.113 Cubluk aman/ Jamban keluarga dgn tangki septik aman (KK) 4.579 4.941 3.116 1.835 1.063 Sistem Berbasis Komunal MCK/ Jamban Bersama (KK) 282 635 536 173 404 MCK Komunal (KK) Tangki Septik Komunal > 10 KK (KK) IPAL Komunal (KK) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 123 274 0 0 80 Sistem Offsite Skala Kawasan / terpusat Sambungan Rumah yg berfungsi (KK) 0 0 0 0 0 II-99 No. Tabel 2.37 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Kondisi Jumlah/ Jenis Satuan Keterangan Tdk Kapasitas Berfungsi berfungsi SPAL Setempat (Sistem Onsite) Berbasis 1 komunal - MCK unit Komunal unit IPAL Komunal 2. 32 32 Truk Tinja 1 unit 800 liter IPLT : M3/ 3 kapasitas hari SPAL Terpusat (Sistem Offsite) 1 Berbasis komunal - Tangki unit septik komunal >10KK - IPAL unit Komunal 2 IPAL Kawasan/Ter pusat i. kapasitas M3/ hari ii. sistem Gravitasi Sumber : Hasil Analisis, 2016. 1 SLBM, Sanimas, APBD Prov APBD Kab II-100 b. Kelembagaan dan Peraturan 1) Kelembagaan Aspek legal/ hukum yang selama ini menangani pengelolaan air limbah domestik adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung sesuai Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Temanggung yaitu pada di Bidang: Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, pada Seksi Perumahan dan Permukiman; Bidang Tata Kota, pada Seksi Pengelolaan Persampahan. Selain Dinas Pekerjaan Umum, pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Temanggung dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung. Peraturan perundangan yang terkait pengelolaan air limbah domestik, sampai saat belum dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung, dan juga belum ada peraturan yang mewajibkan warga maupun pihak swasta untuk mengelola buangan limbahnya pada unit IPLT Kabupaten Temanggung. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik bahwa air buangan limbah yang akan di buang ke badan air harus sudah memenuhi baku mutu air limbah agar tidak mencemari badan air. Berikut adalah struktur organisasi SKPD Pengawasan bidang Limbah: II-101 Gambar 2.34. Bagan SKPD DPU Kabupaten Temanggung yang menangani Air Limbah Domestik KEPALA DINAS Sekretariat Sub Bagian Perencanaan Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Bidang Jalan dan Jembatan Bidang Sumber Daya Air, ESDM dan Jasa Konstruksi Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang Bidang Tata Kota Seksi Jalan Seksi Irigasi dan Energi dan Sumber Daya Mineral Seksi Bangunan Gedung Seksi Kebersihan Seksi Jembatan Seksi Sarana dan Prasarana Air Bersih Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang Seksi Pengelolaan Persampahan Seksi Operasi Pemel. Jalan dan Jembatan Seksi Jasa Konstruksi Seksi Perumahan dan Permukiman Seksi Pertamanan dan Penerangan Jalan Umum UPTD II-102 2) Peraturan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029; Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencanan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031; Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 12 Tahun 2011 tentang Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan; Peraturan Daerah No.1 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Temanggung yaitu pada bidang: Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, pada Seksi Perumahan dan Permukiman; o Bidang Tata Kota, pada Seksi Pengelolaan Persampahan Perda Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah; o Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3); o Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4); II-103 o Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6); o Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah; o Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP); o Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876 Tahun 2001 Tentang Pedoman Teknis ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan); o Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik; dan o Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. II-104 2.4.2 Persampahan a. Sistem dan Infrastruktur Sampah merupakan timbulan buangan hasil suatu proses atau aktivitas yang berbentuk padat. Sampah dihasilkan oleh rumah tangga, pasar, rumah sakit, tempat rekreasi, jalan, pertanian dan industri serta berasal dari pembangunan. Secara fisik sampah dapat dibedakan menjadi sampah kering dan sampah basah. Sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Pembedaan sampah dapat pula dilakukan pada kandungan racun sehingga sampah dibedakan menjadi sampah beracun dan tidak beracun. Pembedaaan yang dikenal luas adalah pembedaan sampah organik dan anorganik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat sedangkan definisi Pengelolaan Sampah adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respons masyarakat. Pengelolaan Temanggung persampahan dilakukan dengan 2 di (dua) Kabupaten cara yaitu pengelolaan sampah terpusat dan pengelolaan sampah setempat. Pengelolaan sampah terpusat merupakan proses terkoordinasi dari rangkaian panjang pengumpulan sampah, pengangkutan dan selanjutnya pengelolaan akhir II-105 di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sedangkan pengelolaan sampah setempat dilakukan oleh warga ke permukaan tanah atau ke dalam lubang di setiap pekarangan/ halaman rumah. Selanjutnya sampah ditimbun untuk dijadikan pupuk atau dibiarkan. Penanganan sampah perkotaan di Kabupaten Temanggung telah menyediakan prasarana dan sarana persampahan, meliputi: Tempat Penampungan Sementara (TPS), mobil/ motor sampah (truck, arm roll, pick up, sepeda motor roda tiga), bak kontainer, gerobak dan transfer depo tetapi prasarana dan sarana ini masih terbatas sehingga daerah layanan hanya di beberapa kecamatan saja dan timbulan sampah belum semua dapat terangkut. Kegiatan pengurangan meliputi: 1) Pembatasan timbulan sampah; 2) Pendauran ulang sampah; dan/atau 3) Pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan meliputi: 1) Pemilahan pemisahan dalam bentuk sampah sesuai pengelompokan dengan jenis, dan jumlah, dan/atau sifat sampah; 2) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat pengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat pengolahan sampah terpadu; 3) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau terpadu (TPST); dari tempat pengolahan sampah II-106 4) Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau 5) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Kabupaten Temanggung memiliki 9 TPS 3R yaitu di: 1) Kelurahan kebonsari , Kecamatan Temanggung; 2) Kelurahan Madureso, Kecamatan Temanggung; 3) Desa Nguwet Kecamatan Kranggan; 4) Desa Morobongo, Kecamatan Jumo; 5) Kelurahan Temanggung II, Kecamatan Temanggung, 6) Banyuurip Timur Kelurahan Banyuurip, Kecamatan Temanggung 7) Banyuurip Barat Kelurahan Banyuurip, Kecamatan Temanggung 8) Kelurahan Jampirejo, Kecamatan Temanggung, dan 9) Kelurahan Parakan Kauman, Kecamatan Parakan. Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) Kabupaten Temanggung ada 478 Unit tersebar yaitu di antaranya: 1. Kecamatan Temanggung, terletak di: - kelurahan Giyanti - kelurahan Purworejo - Desa Mudal - Kelurahan Madureso - Kelurahan Kebonsari - Desa Joho - Kelurahan Tlogorejo - Kelurahan Jurang II-107 - Desa Gilingsari - Kelurahan Manding - Kelurahan Temanggung II - Kelurahan Jampiroso - Kelurahan Banyuurip - Kelurahan Kertosari - Kelurahan temanggung I - Kelurahan Kowangan - Kelurahan Walitelon Utara - Kelurahan Jampirejo - Desa Lungge - Kelurahan Walitelon Selatan 2. Kecamatan Tlogomulyo, terletak di: - Desa Sruweng - Desa Candisari 3. Kecamatan Tembarak, terletak di: - Desa wonokerso - Tembarak - SMP N Tembarak 4. Kecamatan Selopampang, terletak di: - MTS Maarif Kacepit 5. Kecamatan Kranggan terletak di: - Kelurahan Kranggan - Desa Nguwet 6. Kecamatan pringsurat, terletak di - SMA N Pringsurat - Desa Karangwuni 7. Kecamatan Bulu, terletak di: - Tegalurung I - Tegalurung II II-108 - RSK Ngesti Waluyo Wanutengah - PLN Parakan - Kalisat Campursari - PKU Kalisat - Perum Danupayan -Villa Danupayan - Desa Mondoretno - Pasar Ngimbrang - Hotel Ardita Ngimbrang - SD Wolodono - Lap. Wolodono - Puskesmas Bulu - Kantor Kecamatan Bulu - Sejayan campursari - Sembawang campursari - Perum Karti Usadi Campursari - Dalangan Camursari - SPBU Danupayan 8. Kecamatan Kedu, terletak di: - Mojotengah Kanan - Mojotengah Kiri - Masjid Sawahan Mojotengan - Sawahan kanan - Pasar Kedu - Makukuhan kedu - Desa Kedu - Ngajingan Atas Candimulyo - Ngajingan Bawah Candimulyo - Pabrik ABP Candimulyo II-109 9. Kecamatan Parakan, terletak di: - Desa Campursalam - Desa Ringinanom - Kelurahan Parakan Wetan, Kalurahan Parakan Kauman - Mandisari - Tegalroso - Desa Dangkel Pengelolaan Persampahan TPA Sanggrahan yang sudah ada dan Rencana pembangunan TPA Wilayah Temanggung Utara di Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung Sistem pengolahan sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan juga masyarakat. Pengelolaan sampah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dibidang Tata Kota, pada 2 (dua) seksi, yaitu seksi kebersihan dan pengelolaan persampahan. Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Temanggung meliputi pengumpulan dari rumah tangga hingga pengolahan di TPA. Sarana TPA yang tersedia di Kabupaten temanggung saat ini ada 1 TPA yaitu TPA Sanggrahan yang terletak di Kecamatan Kranggan sudah menggunakan system controlled landfill dengan luas lahan keseluruhan seluas 50.000 m² (5 Ha). Proses pengangkutan sampah baik sampah (mudah busuk, dan tidak mudah busuk) dari user interface diangkut menggunakan gerobak sampah/sepeda motor roda tiga yang mana akan dikumpulkan ke TPS/ TPS3R/ II-110 Tranfer Depo dan diangkut menggunakan armada truk sampah ke Tempat pemprosesan akhir. Didalam TPS3R dilakukan pemilahan yang sampah mudah busuk, dan tidak mudah busuk untuk dilakukan daur ulang. berikut dapat disajikan dalam Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Kabupaten Temanggung tahun 2016 di bawah ini: II-111 Tabel 2.38 Diagaram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Kabupaten Temanggung tahun 2016 INPUT USER INTERFACE PENGUMPULAN SETEMPAT 1 2 Pasar Temangggung Pasar Parakan Pasar Entho Parakan Pasar Candiroto Pasar Ngadirejo Pasar Kranggan Pasar Kranggan Pagi Pasar Medono Pasar Tembarak Pasar Agrobisnis Muntung Pasar Kedu Terminal Ngadirejo Terminal Parakan Terminal Temanggung Terminal Maron Terminal Kerkop 3 tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik 4 Container Container Container Container Container Container Container Container TPS Container TPS Container TPS TPS Container TPS 5 Arm roll Arm roll Arm roll Arm roll Arm roll Arm roll Arm roll Arm roll Dump truck Arm roll Dump truck Dump truck Dam truck Dump truck Dump truck Dump truck (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT 6 TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA Terminal Candiroto Perkantoran Alun-alun Temanggung Pertokoan Jalan Protokol Taman Bambu Runcing Taman Kartini Taman Kuda Lumping tong sampah/kantongplastik Tong sampah Tong sampah Tong sampah Tong sampah Tong sampah Tong sampah di tepi jalan Container TPS TPS Container TPS Container Container Arm roll Dump truck Arm roll Dump truck Dump truck Dump truck Dump truck TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA sampah mudah busuk, dan tidak mudah busuk PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN PEMBUANGAN AKHIR/ DAUR ULANG 7 Produksi kompos Tanah Produksi kompos Produksi kompos Produksi kompos Produksi kompos II-112 INPUT USER INTERFACE PENGUMPULAN SETEMPAT 1 2 3 4 5 (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT 6 Taman Progo Taman Pengayoman RSUD Temanggung RS Gunung Sawo RS PKU Muhamadiyah RS K Ngesti Waluyo Puskesmas Rawat Inap Pingit Puskesmas Rawat Inap Ngadirejo Desa Ngadirejo Desa Gondangwinangun Desa Ganduwetan Kelurahan Manggong Desa Petirejo Desa Purbasari (liyangan) SMP 2 Ngadirejo Desa Ngaren Desa Morobongo Puskesmas Jumo Desa Muntung Desa Candiroto Desa Tegalroso Desa Traji Desa Mandisari Tong sampah Tong sampah tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik Container TPS TPS TPS TPS TPS Arm roll Dump truck Dump truck Dump truck Dump truck Dump truck TPA TPA TPA TPA TPA TPA tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik Container TPS TPS TPS3R Container Container Container Container Container Container Container Container TPS TPS TPS Dump truck Dump truck Dump truck Dump truck Arm roll Arm roll Arm roll Arm roll Arm roll Arm roll Arm roll Arm roll Dump truck Dump truck Dump truck TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN PEMBUANGAN AKHIR/ DAUR ULANG 7 Produksi kompos Produksi kompos II-113 INPUT USER INTERFACE 1 2 Kelurahan Parakan Kauman Kelurahan Parakan Wetan Desa Dangkel Desa Campursalam Desa Ringinanom Desa Depokharjo Puskemas Bansari Desa Bulu Desa Wanutengah Desa Mondoretno Desa Danupayan Desa Campursari Desa Tegalurung Desa Ngimbrang Desa Danurejo Desa Karangtejo Desa Kedu Desa Mojotengah Desa Candimulyo Desa Kandangan Desa Kedungumpul Desa Wadas Desa Tlogomulyo Desa Sriwungu PENGUMPULAN SETEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN 3 4 5 (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT 6 tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik Tong sampah di tepi jalan tong sampah/kantongplastik Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan tong sampah/kantongplastik Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS Dump truck Dump Truck Dump Truck Dump Truck Dump Truck Dump Truck Dam truck Dump Truck Dump truck Dump truck Dam truck Dump Truck Dump Truck Dump Truck Dump Truck Dam truck Dam truck Dump truck Dam truck Dump truck Dump Truck Dump truck Dump truck TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA PEMBUANGAN AKHIR/ DAUR ULANG 7 Produksi kompos Produksi kompos Produksi kompos II-114 INPUT USER INTERFACE PENGUMPULAN SETEMPAT 1 2 3 4 5 (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT 6 Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan tong sampah/kantongplastik Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan Tong sampah di tepi jalan tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS3R-Container TPS TPS TPS TPS TPS TPS TPS Container Container Container Container Container Dump truck Dump truck Dump Truck Dump Truck Dump Truck Dump Truck Dump Truck Dump truck Dump truck Dump truck Dump truck Tosaa roda 3 Dump truck Dump truck Dump truck Dump truck Dump truck Dump truck Dump truck Tossa roda 3 Tossa roda 3 Tossa roda 3 Tossa roda 3 Tossa roda 3 TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA Desa Tanjungsari Desa Balerejo Desa Candisari Desa Tembarak Desa Wonokerso Desa Menggoro Desa Ngaditirto Desa Kacepit Desa Tegowanu Desa Gandulan Desa Pendowo Desa Nguwet Desa Sanggrahan Desa Pare Kelurahan Kranggan Desa Badran Desa Kebumen Desa Karangwuni Desa Pingit Kelurahan Butuh Kelurahan Jampirejo Kelurahan Jampiroso Kelurahan Banyuurip Kelurahan Kertosari PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN PEMBUANGAN AKHIR/ DAUR ULANG 7 Produksi kompos II-115 INPUT USER INTERFACE PENGUMPULAN SETEMPAT 1 2 3 4 5 (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT 6 Kelurahan Kowangan Kelurahan Madureso Kelurahan Temanggung I Kelurahan Temanggung II Kelurahan Manding Kelurahan Kebonsari Kelurahan Jurang Kelurahan Tlogorejo Kelurahan Walitelon Utara Kelurahan Walitelon Selatan Kelurahan Sidorejo Kelurahan Purworejo Kelurahan Giyanti Kelurahan Mungseng Desa Joho Desa Gilingsari Desa Nampirejo Desa Mudal Desa Lungge Desa Caruban Desa Putat Desa Salamsari tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik Container TPS3R-Container Container Container Container TPS3R-Container TPS TPS3R-Container TPS Tossa roda 3 Tossa roda 3 Tossa roda 3 Tossa roda 3 Tossa roda 3 Tossa roda 3 Pick up Tossa roda 3 Dump truck TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik tong sampah/kantongplastik Container TPS TPS TPS TPS3R-Container TPA TPS TPS TPS TPS TPS TPS Tossa roda 3 Dump truck Pick up Dump truck Tossa roda 3 TPA Dump truck Dump truck Dump truck Truck Truck Truck TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA TPA swasta Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 2016. PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN PEMBUANGAN AKHIR/ DAUR ULANG 7 II-116 Berdasarkan laporan kuantitas pembuangan sampah ke TPA Sanggrahan tahun 2015 total rata-rata kapasitas pembuangan sampah ke TPA Sanggrahan adalah sebesar 200 m3/hari . 1. Pengumpulan a. Langsung Pengumpulan langsung dengan alat pengangkut (truk/ pick up) oleh petugas langsung ke TPA. Metode ini untuk daerah komersial, perdagangan, perkantoran, jalan protokol dan daerah dengan timbulan sampah tinggi. b. Tak langsung Pengumpulan sampah dari wadah di tiap sumber sampah ke TPS dan dari sumber sampah diambil oleh petugas dengan menggunakan gerobak/ sepeda motor roda tiga, untuk dikumpulkan di transfer depo/ TPS/ TPS3R kemudian diangkut dengan dump truk atau container untuk dibawa ke TPA. Metode ini diberlakukan untuk daerah permukiman/perkampungan, pasar dan pesapon. 2. Sistem Pemindahan a. Tidak Langsung Terdiri dari 2 tahapan, yaitu : - Pembuangan sampah dari alat pengumpul dan dari sumber ke lokasi pemindah (Transfer depo/ TPS/ TPS3R atau Kontainer); - Pemindahan sampah dari lokasi pemindah ke alat pengangkut ke TPA. b. Langsung Sampah dari sumber langsung ke alat pengangkut ke TPA. Metode ini diberlakukan untuk daerah jalan protokol dan kawasan perumahan. 3. Sistem Pengangkutan a. Sistem Stasiun Pemindahan (Transfer Depo) II-117 Pada sistem ini, kendaraan pengangkut sampah dari pool akan langsung menuju transfer depo untuk mengangkut sampah yang telah terkumpul menuju ke TPA. Selanjutnya dari TPA kendaraan pengangkut sampah akan kembali lagi ke transfer depo untuk pengambilan rit berikutnya. Di Kabupaten Temanggung ada 4 Transfer Depo (TD) yaitu: - TD Banyuurip; - TD Seklontong (Temanggung II); - TD Jampirejo; - TD Parakan Kauman. b. Sistem kontainer Sistem ini adalah tempat pembuangan sementara bersifat tidak tetap dan dapat dipindahkan. Di Kabupaten Temanggung ada lokasi container yaitu: - Kontainer di Kota Temanggung (Stadion/Gor, Banyuurip, Jampirejo, Seklontong/Temanggung II, Pendopo Pengayoman, Madureso, sidorejo, kebonsari); - Kontainer di Kota Kranggan (Bedono, Taman Progo, Nguwet); - Kontainer di Kecamatan Pringsurat (Pasar Medono); - Kontainer di Kota Parakan (Pasar legi Parakan, Pasar Ento/stasiun parakan, Parakan Kauman); - Kontainer di Kota Ngadirejo (pasar kayu, TPS3R Morobongo); - Kontainer di kota Candiroto (Pasar Candiroto, Muntung). Penanganan sampah di Kabupaten Temanggung baik dalam pengangkutan atau dalam pengelolaan sampah di TPA Sanggrahan belum melibatkan pihak swasta. Pengangkutan sampah di wilayah pelayanan kebersihan Kabupaten Temanggung saat ini mulai mengalami kendala karena jumlah timbulan sampah yang semakin banyak dan juga keadaan kendaraan (truck) yang semakin menurun. Keadaan ini II-118 semakin diperparah dengan wilayah pelayanan yang terlalu jauh dari TPA. Rute truck dalam pengambilan sampah setiap harinya sudah dijadwal dari Bidang Tata Kabupaten DPU Kabupaten Temanggung. Jumlah TPS yang diambil masing-masing truck berbeda, hal ini didasarkan pada volume sampah di masingmasing TPS. Ritasi truck ke TPA tidak sama, rata-rata: 2 - 4 kali/hari. 4. Sistem pengelolaan sampah di TPA Sanggrahan dengan : a. Controlled landfill seluas : 15.772 m² (46,4 %) b. IPAL : 500 m² ( 1,5 %) c. Perkantoran (bengkel, garasi, pengkomposan) : 3.500 m² (10,3 %) d. Sarana pendukung (jalan operasi, buffer zone) : 2.000 m² ( 5,9 %) e. Lapak Pemulung : 1.000 m² ( : 2.000 m² ( : 9.228 m² h. Cadangan lahan urug untuk control landfill : 16.000 m³ 2,9 %) f. Ruang untuk IPLT 5,9 %) g. Cadangan ruang (27,1 %) 5. Pengomposan di areal TPA Untuk mengurangi jumlah sampah di TPA Sanggrahan maka untuk sampah organik dilakukan daur ulang yaitu dengan pengomposan. Bangunan pengomposan yang dibangun seluas 20 m x 10 m (200 m³). Pengomposan di TPA Sanggrahan menggunakan cara fermentasi anaerob dengan bantuan Efektif Mikroorganisme (EM,4), waktu fermentasi sampai matang dibutuhkan waktu 2 (dua) minggu (secara intensif). Dalam waktu satu bulan II-119 pengomposan dapat dipanen dua kali. Setiap kali proses pengomposan (per hari) dibutuhkan sampah organik 2 m³ sampah organik, pupuk kompos yang dihasilkan dalam waktu 15 hari ±10 m³. Pengomposan di TPA Sanggrahan dilakukan oleh 4 (empat) orang petugas. Hasil yang sudah jadi matang diayak, dipak dan siap dipakai. Salah satu aspek yang turut menentukan kebersihan suatu kota adalah pengelolaan persampahan di kota tersebut. Pengelolaan persampahan yang tidak terprogram akan menyebabkan penanganan sampah yang tidak tuntas, sehingga ada sampah yang tidak terangkut yang menyebabkan kota kebersihan dan keindahan tidak tercapai. Pengelolaan sampah di Kabupten Temanggung saat ini sudah berjalan cukup bagus hanya perlu di maksimalkan lagi aspek operasionalnya. Hal ini perlu karena akan dapat mencapai target yang telah ditentukan dalam perencanaan yang telah ada. Didalam setiap Pemerintah Kabupaten/Kota, sampah dari rumah tangga dikumpulkan baik yang menggunakan gerobak sampah maupun yang langsung masuk truk sampah. Sampah yang dikumpulkan melalui gerobak dan truk – truk kecil kemudian dibawa ke suatu tempat pengumpulan atau peralihan yang disebut Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) atau transfer depo. Di TPS dilakukan pemindahan, biasanya secara manual ke dalam truk yang lebih besar untuk dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA). Sedangkan di transfer dilakukan langsung jumlah truk dan depo sebenarnya pemindahannya dapat dari gerobak ke truk melalui ramp. Umumnya biaya tidak mencukupi kebutuhan untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh bagi semua wilayah disetiap Pemerintah Kabupaten/Kota. Meskipun TPA di Kabupaten Temanggung (TPA Sanggrahan) telah di desain sebagai 'Controll Landfills', namun hingga saat ini TPA Sanggrahan belum sepenuhnya dioperasikan dengan prinsip 'Controlled Landfill'. Di TPA ini juga terdapat kehadiran group pemulung yang II-120 dikhawatirkan aktivitasnya bertentangan dengan operasi TPA yang aman dan efisien. Pengelolaan persampahan Kabupaten Temanggung di bawah Dinas Pekerjaan Umum yang merupakan unsur pelaksana teknis di bawah Bupati Temanggung yang berfungsi sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) yang juga berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendaliaan (Regulator). Didalam melaksanakan tugasnya Dinas Pekerjaan Umum di pimpin oleh Kepala Dinas sedangkan teknis operasionalnya dibawah Bidang Tata Kota. Secara umum sampah perkotaan memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Sampah Mudah mengandung Busuk senyawa (Organik), yaitu sampah yang organik atau tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Sampah organik memiliki sifat mudah membusuk misalnya daun-daunan, sayuran, buah- buahan serta sisa makanan. Sampah yang ada di Kabupaten Temanggung sebagian besar adalah sampah organik. 2. Sampah Tidak Mudah Busuk (Anorganik) Yang Punya Nilai Ekonomi, yaitu sampah yang mengandung senyawa bukan organik sehingga tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Sampah anorganik sifatnya sulit membusuk dan sukar terbiodegrasi seperti plastik, kaca, besi sebagian jenis kertas dan lain-lain. 3. Sampah Tidak Mudah Busuk Dan Tidak Mempunyai Nilai Ekonomi (Residu), sampah ini sifatnya sulit membusuk dan sukar terbiodegrasi seperti popok bayi sekali pakai, pembalut dan lain-lain 4. Sampah berbahaya, misalnya batery, bola lampu, dikumpulkan ditempat tertentu yang difasilitasi oleh Dinas Kebersihan Seperti daerah lain di Indonesia dan daerah tropis lainnya sampah di Kabupaten Temanggung akibat aktifitas penduduk termasuk dalam kategori sampah organik yang cenderung mudah membusuk. Komponen organik yang ada adalah 72,97 % di dalam sampah yang di bawa ke TPA Sanggrahan. II-121 Tabel 2.39 Karakteristik Komposisi Jenis Sampah TPA Sanggrahan No 1 N Komposisi Jenis Sampah Bahan Organik Prosentase Periode Penguraian (%) (Pelapukan) 72,97 2-7 minggu 2 Kertas 7,07 3-6 minggu 3 Kaca, beling/gelas 1,25 1 juta tahun 4 Plastik 3,57 >100 tahun 5 Logam 1,37 >100 tahun 6 Kayu 3,65 1-13 tahun 7 Kain 2,40 6 bulan-1 tahun 8 Karet 1,24 - 9 Lain-lain 6,38 - Jumlah 100 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung, 2016 Tabel 2.40 Timbulan Sampah di Kabupaten Temanggung No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Parakan Bansari Kledung Bulu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Kedu Ngadirejo Jumo Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo Jumlah Timbulan Sampah (m3/hari 155,14 46,74 54,05 90,73 273,56 85,20 78,59 38,60 201,36 137,00 97,15 106,00 214,27 214,56 95,65 73,22 93,00 44,74 42,08 54,86 2.596,50 Sumber: DPU Kabupaten Temanggung, 2016 Kapasitas Terangkut (m3/hari) 60,0 0,00 0,00 0,30 127,20 10,00 10,00 0,00 13,50 9,00 7,00 6,00 1,90 17,50 0,00 0,00 5,50 0,00 0,00 0,00 209,90 Prosentase Sampah Terangkut (%) 28,53 0,00 0,00 0,33 50,24 4,00 4,00 0,00 3,45 0,00 0,00 0,00 0,79 6,65 0,00 0,00 0,68 0,00 0,00 0,00 18,14 II-122 Sistem pelayanan persampahan meliputi pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pemrosesan akhir hingga ke TPA. Perincian kecamatan di Kabupaten Temanggung yang telah mendapat pelayanan persampahan dapat dilihat pada tabel berikut : II-123 Tabel 2.41 Daerah Pelayanan Pengelolaan Sampah Kabupaten Temanggung Tahun 2016 No Kecamatan Jumlah Terlayani Jumlah Penduduk Terlayani Desa/ Jumlah Terlayani RW Terlayani RT Terlayani Dusun Kelurahan 1 Parakan 49 752 24 393 16 4 79 35 77 37 349 171 2 Temanggung 77 167 59 419 25 22 135 120 137 120 589 509 3 Kranggan 43 534 9 013 13 2 121 11 104 15 377 47 4 Kedu 53 924 13 490 14 3 105 25 107 26 414 107 5 Bulu 44 722 7 409 19 2 91 13 84 11 301 52 6 Ngadirejo 50 915 3 603 20 1 86 7 98 5 420 20 7 Candiroto 29 994 2 316 14 1 73 5 69 5 262 34 8 Kandangan 46 679 4 322 16 1 108 8 101 7 373 24 9 Tlogomulyo 21 514 1 381 12 1 50 3 45 3 152 10 Sumber : Dinas PU Temanggung, 2016 II-124 Pengelolaan persampahan kota – kota di Indonesia mempunyai pola yang hampir sama. Ditinjau dari segi teknik operasionalnya, pengelolaan persampahan meliputi kegiatan pewadahan sampai dengan pemrosesan akhir. Operasi bersifat integral dan terpadu karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling pengaruh mempengaruhi secara berantai. Adapun urutan kegiatan sistem operasional pengelolaan persampahan secara umum adalah sebagai berikut: a. Kegiatan pewadahan sampah b. Kegiatan pengumpulan sampah c. Kegiatan pemindahan sampah d. Kegiatan pengangkutan sampah e. Kegiatan pengelolaan sampah Pewadahan Sistem pelayanan sampah yang terdiri dari proses pewadahan oleh warga, pengumpulan oleh petugas untuk dibawa ke TPS atau transfer depo. Pengangkutan dan pembuangan ke TPA belum dilaksanakan seperti apa yang di harapkan, sehingga sampah tidak dapat terangkut seluruhnya. Timbulan sampah yang terlalu lama tidak terangkut akan menimbulkan gangguan kebersihan, kesehatan, dan bau yang tidak sedap. Terjadinya penimbunan sampah yang terlalu lama karena belum adanya peta wilayah dan belum dilaksanakan jadwal terpadu pengumpulan dan pengangkutan sampah. Sistem pewadahan sampah di Kabupaten Temanggung sudah cukup baik, hanya saja jika dilihat dari bahan dan sifatnya belum seragam, ada yang bersifat permanen drum/tong, dan ada pula yang belum permanen yang terbuat dari bambu, tong plastik dan lain-lain. Berdasarkan standart SNI persyaratan bahan untuk pewadahan adalah, tidak mudah rusak dan kedap air, mudah untuk diperbaiki, II-125 ekonomis, mudah di dapat, oleh masyarakat mudah dan cepat untuk dikosongkan. Jika di perhatikan jenisnya pewadahan diantaranya keranjang dari anyaman bambu, tong plastik dan ban bekas, maka tong plastik dan ban bekas adalah alternatif tong sampah yang paling baik. Wadah sampah dari keranjang sampah kurang baik karena tidak kedap air dan mudah rusak saat musim hujan. Tong dari ban bekas masih lebih bagus karena kedap air, tetapi berat sehingga menyulitkan petugas. Sedangkan wadah sampah dengan tong plastik ringan, kedap air, tahan lama. Untuk mengantisipasi kekurangan wadah sampah di daerah pelayanan, masyarakat baik secara individu maupun kelompok yang dikoordinir oleh pengurus RT/RW setempat menyediakan wadah sampah sendiri secara swadaya. Penempatan wadah sampah juga masih kurang tepat, dan masih menjadi kebiasaan warga dimana wadah sampah diletakkan di luar pagar dan tidak ada tutupnya. Demikian juga tong pewadahan yang ada di pinggir jalan kebanyakan tidak ada tutupnya, sehingga sampah berceceran disekitar bak/tong sampah. Untuk sistem pewadahan ada baiknya jika dilakukan pemilahan dari sampah organik dan non organik, agar dapat diposes sesuai dengan karakteristik sampah sehingga dapat memperpanjang umur TPA. Untuk operasional pengangkutan sebaiknya ada peta jalur pengangkutan sehingga mempermudah operator kendaraan untuk mengetahui jalur-jalur mana yang belum terangkut. Gambar 2.35. Contoh Pewadahan Yang Ada di Permukiman II-126 Pengumpulan Sampah Sistem pengumpulan sampah yaitu dengan cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/ penampungan sampah dari sumber timbulan sampah sampai tempat pengumpulan sementara/ stasiun pemindahan atau sekaligus diangkut ke tempat pemrosesan akhir. Pengumpulan sampah pada jalan utama, maupun dari kawasan permukiman, kawasan komersial, pertokoan dan fasilitas lain, secara garis besar menggunakan dua sistem yaitu sistem pengumpulan langsung dan pengumpulan tidak langsung. a. Pengumpulan idividual langsung Pengumpulan sampah pada permukiman yang mempunyai akses jalan yang dapat dilewati kendaraan/ mobil pengangkut sampah menggunakan sistem langsung dimana pengumpulan dari rumah ke rumah dengan mobil sampah yang di bawa langsung ke TPA. b. Pengumpulan individual tidak langsung Untuk pemukiman yang tidak bisa dijangkau dengan mobil, sehingga pengumpulan dari rumah ke rumah dilakukan dengan menggunakan gerobak sampah atau kendaraan roda tiga kemudian diangkut ke TPS atau transfer depo terdekat. Pengumpulan pada jalan-jalan utama dengan sistem tidak langsung dimana pengumpulan dilaksanakan oleh petugas penyapu jalan yang ditampung dalam tong-tong sampah, keranjang atau gerobak sampah kemudian di Pengumpulan angkut sampah truk sampah dilingkungan untuk di bawa pertokoan, ke fasilitas TPA. umum menggunakan sistem tidak langsung melalui TPS. Tanggung jawab pengumpulan sampah di permukiman dilaksanakan oleh petugas kelurahan, sedangkan untuk pengumpulan sampah untuk permukiman pamangku jalan utama (protokol) dilakukan oleh petugas dari bidang manajemen kebersihan dan pengelolaan persampahan, dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung. II-127 Pengambilan sampah dilakukan setiap waktu sesuai dengan periodesasi tertentu. Sistem atau cara pengumpulan sampah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Peraturan-peraturan/ aspek legal pada daerah setempat b. Kebiasaan masyarakat (budaya) c. Karakteristik lingkungan fisik dan sosial ekonominya d. Keadaan khusus setempat e. Kepadatan dan penyebaran penduduk f. Rencana penggunaan lahannya g. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan h. Lokasi pemrosesan akhir i. Biaya yang tersedia Sampah Permukiman Sistem pengumpulan yang telah dilakukan Seksi Pengelolaan Persampahan pada daerah pemukiman yaitu pengumpulan individual langsung dan pengumpulan individual tidak langsung, yang dimaksud sebagai pelayanan langsung yaitu pengangkutan langsung dari sumber sampah baik dari rumah, kantor, toko, di sepanjang jalan utama. Pengangkutan dijalan utama menggunakan dump truk berkapasitas 8 m3 dengan sistem pengangkutan kanan-kiri. Kendaraan pengumpul (gerobak sampah) mengambil timbulan langsung dari pengguna jasa kemudian diangkut ke transfer depo, lalu di bawa ke TPA. Sampah permukiman dikumpulkan dalam 1 – 2 rit/hari dan dikumpulkan oleh petugas pengumpul yang di tunjuk oleh masyarakat setempat. Periodesasi biasanya ditentukan berdasarkan waktu pembusukkan sampah, yaitu kurang lebih berumur 2 - 3 hari, yang berarti pengumpulan sampah dilakukan maksimal setiap 3 hari sekali. Makin sering semakin baik, namun II-128 biasanya operasinya lebih mahal. Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan atau swadaya masyarakat (pemilik sampah, badan swasta atau RT/RW). Mengikut sertakan masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah persampahan kotanya. Masalah yang sering dihadapi pada sistem pengumpulan individual langsung maupun tidak langsung yaitu petugas pengumpul sering mendapati wadah sampah individual tidak tertutup terutama yang terbuat dari anyaman bambu mengakibatkan disekitar sampah wadah, didalamnya sehingga keluar menyulitkan dan dalam berserakan pengambilan sampah oleh petugas. Kendala lain ketika musim penghujan sampah menjadi bau yang menyengat dan basah dari pada musim kemarau. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pada daerah yang sulit terjangkau, bisa diatasi dengan penempatan wadah komunal pada daerah yang padat penduduknya, dengan sistem komunal tidak langsung. a Sampah Jalan Sampah jalan yaitu sampah yang dihasilkan dari masyarakat yang melakukan perjalanan dan membuang sampah dijalan, selain juga sampah dedaunan dari tanaman penghijauan dan taman di pinggir jalan. Pengumpulan sampah di jalan dilakukan dengan penyapuan jalan. Penyapuan jalan dilakukan dengan cara manual maupun mekanis tergantung kemampuan pengelola. Kegiatan penyapuan jalan dilakukan oleh tenaga Seksi Kebersihan, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung. Penyapuan di jalan utama dilakukan dibawah koordinasi Seksi Kebersihan, penyapuan dilakukan pada pagi dan sore hari dilakukan disemua ruas jalan utama, sedang penyapuan siang II-129 dan malam dilakukan di beberapa jalan yang dianggap merupakan ruas jalan yang menghasilkan memiliki sampah aktivitas seperti tinggi kawasan dan potensial perdagangan, pusat perbelanjaan, dimana setiap petugas menyapu sepanjang 500 m. Permasalahan yang dihadapi adalah tidak tersedianya tempat khusus untuk pengumpulan dan pemindahan sampah penyapuan jalan. Petugas penyapu jalan setelah melakukan penyapuan, ada yang setelah terkumpul lalu di tinggal begitu saja untuk kemudian diangkut oleh dump truk dan di bawa ke TPA, tetapi ada yang di masukkan ke dalam tong-tong sampah atau gerobak dan di bawa ke TPS. Pengumpulan sampah hasil penyapuan apabila di masukkan ke dalam tong sampah sebenarnya tidak sesuai dengan peruntukannya, karena tong sampah di pinggir jalan disediakan untuk pejalan kaki dan kapasitas pewadahan yang kecil. b Sampah Pasar Sampah pasar dikumpulkan oleh petugas kebersihan pasar, dibuang di TPS/kontainer pasar yang telah disediakan kemudian diangkut ke TPA oleh petugas pengangkut sampah, dengan menggunakan dump truck. Pengumpulan sampah pasar mengalami kesulitan karena seringkali sampah hanya dikumpulkan di pinggir jalan, tidak ditempatkan pada wadah yang telah disediakan sehingga menyulitkan petugas mengangkut sampah kedalam dump truck dan memperlama waktu pengambilan sampah oleh petugas. Oleh karena itu perlu ada kesadaran dari petugas pasar maupun dari pedagang untuk menempatkan sampah ke dalam tempat yang telah disediakan. Karena situasi pasar yang ramai maka sebaiknya penyapuan dan pengambilan sampah sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah aktifitas pasar yaitu pada pagi dan sore. II-130 Pemindahan Sampah Proses pemindahan terdapat pada pengelolaan sampah dengan pengumpulan secara tidak langsung. Proses ini diperlukan karena kondisi daerah pelayanan tidak memungkinkan untuk diterapkan pengumpulan dengan kendaraan truk secara langsung. itu juga proses ini akan sangat membantu Disamping efisiensi proses pengumpulan. Pekerjaan utama pada proses ini yaitu memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam truk pengangkut. Mengingat tingkat kemampuan daya tempuh gerobak yang relatif pendek, maka lokasi pemindahan umumnya terletak tidak jauh dari sumber sampah, masalah yang perlu diperhatikan adalah pengaruhnya daerah sekitar dalam hal kebersihan dan kesehatan lingkungan. Lokasi pemindahan letaknya sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi truk pengangkut untuk memasuki dan keluar dari pemindahan. Pemindahan sampah ke dalam truk pengangkut dapat dilakukan secara manual, mekanis atau campuran, tergantung dari tipe kendaraan pengangkutnya. Lokasi pemindahan dapat bersifat terpusat (pola transfer depo) atau tersebar. Fungsi lokasi pemindahan terpusat : proses pemindahan, penyimpanan alat, perawatan ringan, proses pengendalian (desentralisasi). Mekanisme operasi pengangkutan sampah ke TPA yang berjalan saat ini di Kabupaten Temanggung adalah : a. Pengangkutan sampah pada pemukiman yang mempunyai akses jalan untuk dilalui kendaraan roda 4 pengangkutan sampah menggunakan sistem langsung dimana pengangkutan dilakukan oleh mobil sampah kelurahan. Sedangkan untuk permukiman yang tidak dapat dilalui kendaraan roda 4 menggunakan sistem tidak langsung. Yaitu dengan menggunakan gerobak/ sepeda motor roda tiga sampah sebagai alat pengumpul dan kemudian II-131 diangkut ke TPS atau transfer depo. b. Pengangkutan sampah yang ada di jalan-jalan utama dengan sistem tidak langsung yang ditampung di tong sampah atau gerobak sampah diangkut oleh truck sampah ke TPA c. Pengangkutan sampah pada kawasan komersial, pertokoan dan fasilitas umum menggunakan sistem tidak langsung di angkut dari TPS dan transfer depo oleh truck sampah dari Seksi Pengelolaan Persampahan, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung ke TPA. d. Tanggung jawab pengangkutan sampah dilingkungan permukiman dilaksanakan oleh petugas kelurahan dengan menggunakan gerobak sampah /sepeda motor roda tiga, sedangkan untuk pengangkutan sampah dari pemukiman yang memangku jalan utama dilaksanakan oleh kelurahan. Gambar 2.36. Transfer Depo Di Kabupaten Temanggung Pengangkutan Sampah Yang dimaksud dengan pengangkutan sampah dalam hal ini adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan ditempat penampungan sementara (transfer station) atau langsung dari tempat sumber sampah ketempat pemrosesan akhir (TPA). Keberhasilan II-132 kegiatan penanganan sampah adalah tergantung pada baiknya kegiatan/ sistem pengangkutan sampah yang diterapkan. Sarana yang digunakan adalah kendaraan truck dengan berbagai tipe/ jenis, sehingga merupakan kegiatan yang membutuhkan dana/ investasi yang paling besar dibandingkan dengan kegiatan pengumpulan dan pemrosesan akhir. Terkait dengan kendaraan pengangkut idealnya masa pemakaian kendaraan sekitar 5 – 7 tahun agar operasional pengangkutan sampah semakin lancar. Berdasarkan fakta dilapangan menunjukkan bahwa usia pemakaian kendaraan pengangkut sampah di Kabupaten Temanggung rata-rata diatas lima tahun pemakaian sehingga menimbulkan gangguan pada saat beroperasi. Untuk mengatasi gangguan tersebut perlu adanya perawatan dan pemeliharaan kendaraan secara rutin. Untuk itu pengemudi bertanggung jawab atas kebersihan, dan segera melaporkan apabila ada gejala gangguan pada kendaraannya. Hal ini sangat berguna untuk kendaraan sehingga sampai saat ini kendaraan pengangkut sampah masih dalam kondisi yang baik. Ditinjau dari kebutuhan alat angkut, sarana dan prasarana yang memadai sangat berpengaruh terhadap teknis operasional pengelolaan sampah. Pemeliharaan yang baik terhadap sarana pengumpul ke kendaraan pengangkut yaitu TPS dan transfer depo mampu melayani 5 – 10 gerobak sampah 1 – 3 m3 dan 1 unit truck. Berdasarkan volume sampah yang terangkut oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung adalah sebesar 140 m3/hari. Apabila diasumsikan densitas (kerapatan) sampah sebesar 200 kg/m3, maka berat sampah adalah 140 m3/hari X 200 kg/m3 = 28.000 kg/hari atau 28 ton/hari dan daya angkut rata-rata untuk truk Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung adalah 8 m3/truk, maka berat sampah rata-rata yang diangkut kendaraan, Dinas Pekerjaan Umum II-133 Kabupaten Temanggung adalah 8 m3 X 200 kg/hari=1600 kg/truk/rit. Tabel 2.42. Banyaknya Sarana Pengumpul, Pengangkutan Sampah No 1. Peralatan persampahan Sarana Pengumpul - 2 3 4 Jumlah (unit) Gerobak sampah 90 Sarana pemindahan - Container - TPS - Transfer Depo 25 5 Sarana Pengangkutan - Dump truck (6 m3) - Pickup (4 m3) - Motor roda tiga - Arm roll 12 (aktif 9) 4 10 1 Sarana Pembuangan Akhir - TPA 1 - Boldozer 2 - Ekcavator 1 - Wheel loader 1 Sumber : Dinas PU Kabupaten Temanggung, 2016 Dari 9 unit dump truk tersebut bisa beroperasi 3 rit/hari, sehingga mampu mengangkut sebanyak 240 m3/hari. Namun karena jarak dari sumber sampah yang cukup jauh maka ritasi armada tidak efektif atau kurang maksimal. Jarak dari Kota Temanggung dengan Kota Kecamatan Ngadirejo 19 Km dan dengan TPA 25 km, jarak Candiroto dengan TPA 32 km. Dengan kondisi tersebut, dapat kita simpulkan sistem pengangkutan dan pemindahan kurang efektif. Oleh karena itu untuk mengefektifkan alat di sarankan : II-134 a. Kontainer ditempatkan pada sumber sampah yang dalam satu hari dapat penuh (misalnya pasar). b. Pengadaan stasiun antara c. Pengadaan TPA baru yang berada di wilayah utara Pemrosesan Akhir Sampah Dan Pengolahan Tujuan pemrosesan akhir sampah adalah untuk memusnahkan sampah domestik atau yang diklasifikasikan sejenis ke suatu tempat pemrosesan akhir dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak – atau seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap lingkungan antara (intermediate treatment) maupun tanpa diolah terlebih dahulu. Kegiatan operasional di pemrosesan akhir pada dasarnya merupakan: a. Kegiatan yang merubah bentuk lahan b. Kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan dan kemerosotan sumber daya lahan, air dan udara. Sarana kegiatan yang menunjang kegiatan pengelolaan sampah di TPA Sanggrahan antara lain kegiatan pencatatan volume sampah yang masuk, pengaturan sampah di TPA, pemilihan sampah oleh pemulung, adanya rumah jaga, jalan masuk, jalan operasi, garasi peralatan berat, gudang dan sarana TPST (pengomposan). Kegiatan yang menunjang aktifitas di TPA Sanggrahan berjalan cukup baik, pencatatan dilakukan setiap hari, hal ini karena ada petugas harian pencatatan. Jembatan timbang salah satu prasarana di TPA Sanggrahan belum ada, sehingga jumlah timbulan sampah tidak diketahui dengan pasti. Kegiatan pencatatan volume sampah di TPA Sanggrahan dilakukan dengan cara menaksir volume sampah yang dibawa kendaraan pengangkut. Dengan cara ini tidak dapat memberikan data yang akurat untuk perencanaan pengelolaan sampah yang efektif dan efisiean. Dalam pengelolaannya TPA Sanggrahan menggunakan sistem Control II-135 Landfill, sampah yang masuk ke dalam TPA langsung dibuang dan akan dilakukan penutupan dengan tanah tetapi tidak secara langsung, setelah sampah menumpuk dilakukan perataan dengan bulldozer yang sekaligus pemadatan. Operasi yang dijalankan di TPA Sanggrahan adalah sebagai berikut: a. Kendaraan pengangkut sampah masuk ke TPA b. Tenaga pengangkut mencari lokasi untuk bongkar muatan c. Sampah dibongkar dari kendaraan pengangkut sampah dilokasi yang telah ditentukan, selanjutnya sampah dibiarkan terbuka d. Pemulung mencari barang – barang yang dianggap masih mempunyai nilai ekonomis e. Sampah yang telah dipilih oleh pemulung kemudian diratakan dengan buldozer Dari segi kebersihan lingkungan, partisipasi masyarakat Kabupaten Temanggung cukup baik, hal ini dapat dilihat dengan adanya penyediaan sarana pewadahan sampah dilingkungan rumah tangga masing – masing, pengumpulan sampah di RT/RW dan gerakan kebersihan lingkungan lainnya. Namun potensi peran serta msyarakat ini belum secara optimal tergarap oleh instansi yang terkait apabila hal ini dapat direalisasikan tidak mustahil dapat merupakan suatu kekuatan yang sangat besar dalam pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Temanggung. Sedangkan dari segi pungutan retribusi, retribusi sampah yang ditarik dari masyarakat pada dasarnya adalah salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam mengelola persampahan Kabupaten Temanggung khususnya di tingkat kecamatan, namun hingga saat ini jumlah penerimaan retribusi sampah sebagai salah satu sumber pembiayaan sampah belum seperti yang diharapkan. Hal ini dikarenakan belum sepenuhnya pengenaan tarif sesuai dengan ketentuan perda serta belum efektifnya sistem penarikan retribusi. Untuk mendukung II-136 peningkatan pelayanan dan penyediaan biaya operasional, pertisipasi masyarakat dalam membayar retribusi sampah merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dilihat dari aspek retribusi di Kabupaten Temanggung di untuk wilayah pemukiman biaya di patok sama dan berdasarkan data yang terdapat pada bagian keuangan diketahui bahwa besarnya retribusi sampah yang di setor ke kas daerah antara satu kelurahan dengan kelurahan yang lain jumlahnya berbeda tergantung dengan jumlah bangunan serta kesepakatan masing - masing kelurahan. Sedangkan sistem penarikan ada yang melalui RT/RW, ada yang ditarik bersamaan dengan pembayaran rekening listrik atau air minum serta ada beberapa warga yang tidak terpungut retribusinya dikarenakan langsung membayar listrik ke kantor PLN dan tidak seluruhnya retribusi sampah yang dikelola oleh RT/RW disetor ke kelurahan untuk selanjutnya disetor ke kas daerah. Dengan adanya beberapa cara penarikan tersebut mengakibatkan kurang optimalnya penerimaan retribusi sampah. Hal ini terjadi karena masyarakat tidak mengetahui secara pasti bagaimana aliran dana retribusi sampah. Masayarakat juga tidak memiliki informasi atau pengetahuan tentang besarnya biaya yang diperlukan untuk menyingkiran sampah dari lingkungannya. Masyarakat hanya menginginkan setelah membayar iuran retribusi kebersihan, sampah sudah menjadi tanggung jawab dinas/instansi kebersihan. Sehingga perlu adanya sistem yang baku dalam pemungutan retribusi sampah kepada msyarakat, untuk meningkatkan penerimaan retribusi sampah perlu dilakukannya program - program penyuluhan tentang hubungan sampah dengan kesehatan atau sosialisasi tentang peraturan - peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan limbah padat (sampah), baik dilakukan pemerintah kabupaten maupun tokoh masyarakat setempat. Disamping kelima aspek tersebut diatas kita juga dapat mengetahui II-137 seberapa besar timbulan sampah yang ada di Kabupaten Temanggung yaitu dengan menganalisa timbulan sampah yang timbul dari masyarakat sdalam satuan volume maupun berat perkapita perhari. Berdasarkan data laju timbulan sampah, sampah yang terkumpul di Kabupaten Temanggung adalah sebanyak 1.460.91 m3/hari dan yang terangkut ke TPA 130,03 m3/hari atau sekitar 8,14 % dari seluruh sampah yang terkumpul. Sampah yang tidak terangkut ke TPA cukup banyak dimana sampah tersebut diolah sendiri oleh masyarakat yang mempunyai lahan untuk pengolahan sampah dan adanya pemulung yang mengambil benda - benda yang masih bisa dimanfaatkan atau bernilai ekonomis. Berdasarkan data komposisi sampah yang ada di Kabupaten Temanggung, komposisi sampah meliputi kertas (0,45 %), kayu (0,50 %), kain (0,25 %), karet/kulit (0,125 %), plastik (3,95 %), metal/logam (0,10 %), gelas/kaca (0,20 %), organik (94,4 %), dan lain –lain (0,025 %). Dari data menunjukkan 94,4 % merupakan sampah organik dengan data ini seharusnya bisa di daur ulang. Jika pemerintah dan masyarakat bisa menggunakan 94,4 % sampah tersebut untuk di daur ulang, maka volume sampah yang masuk ke TPA akan berkurang dan akan memperlama usia penggunaan TPA. Dari komposisi sampah di Temanggung, komposisi sampah adalah organik, jadi minimal bisa dilakukan untuk di daur ulang menjadi kompos, karena umumnya masyarakat telah mengenal cara pembuatan dan biayanya relatif murah dibandingkan daur ulang kompos yang lain. II-138 Gambar 2.37. Diagram Alir Manajemen Persampahan Permukima n Gerobak /Sepeda motor roda tiga TPS/TPST/ Container/U PS Truck Biasa / Armroll Truck Pasar Komersia l Dump Truck Tempat Pemrosesan Akhir Industri Gambar 2.38. Sistem Pengelolaan dari TPA Sanggrahan Kab. Temanggung KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM KEPALA BIDANG TATA KOTA KEPALA SEKSI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGAWAS TPA SANGGRAHAN SWASTA/ PEMULUNG OPERATOR KOMPOSTING Sumber: DPU, 2016 ADMINISTRASI II-139 Penanganan persampahan di Kabupaten Temanggung telah mengikuti sistem pengelolaan persampahan dimana sampah rumah tangga telah dilakukan pewadahan, kemudian juga telah terdapat tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang berfungsi sebagai pengumpul sampah yang berasal dari pewadahan. Sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) tersebut kemudian diangkut lagi dan sampailah pada pembuangan akhir. Tabel 3.18: Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Temanggung Kelompok Fungsi 1 Sumber Sampah Kawasan Permukiman (pengumpulan setempat) Sumber sampah Kawasan Pertokoan, Perumahan, Perkantoran Pinggir Jalan Protokol Sumber sampah Kawasan Pasar, Terminal dan Fasum TPS TD Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder 2 1. Tempat sampah di depan rumah, diambil gerobak/ sepeda motor roda tiga sampah – TPS/ TPST/ TD 2. Sampah di masukkan plastik kresek di depan rumah, diambil gerobak/ sepeda motor roda tiga sampah – TPS/ TPST/ TD 3. Warga membawa sampah ke TPS/ TPST - TPA 4. Warga ke container sampah – TPA 3 Jumlah KK yang dilayani sampah dg door to door Jumlah KK yang membuang sampah ke TPS Jumlah TPS Jumlah TPS3R Jumlah KK dg TPST Jumlah Truck arm roll dan kontainer Perkiraan nilai data 4 14.580 KK Sumber Data 5 2.341 KK 437 TPS 3 300 KK 3 truck arm roll dan 18 kontainer (DPU),4 armroll 12 kontainer (Perindag) 1. Tempat sampah di depan 1. Route dump truck/ pic 1. 1.458 KK rumah, diambil dump truck/ up sampah pick up sampah - TPA 2. Jumlah KK, 2. 3 kali 2. Sampah di masukkan perkantoran, pengambilan plastik kresek di depan pertokoan, sekolahan rumah, diambil dump yang dilayani 3. Setiap hari truck/pick up sampah –TPA 3. Jadwal pengambilan kawasan perkotaan jalan protokol 1. TPS 1. Jumlah pasar yang 1. 8 Pasar 2. Transfer Depo dilayani 3. Kontainer sampah persampahan 4. Tong sampah 2. Jumlah Tranfer 2. 4 TD Depo 3. Jumlah TPS Diangkut dengan Dump Truk Jumlah TPS 437 TPS ke TPA Container di TD menunggu Jumlah TD 4 TD sampah dari gerobag atau DPU DPU DPU DPU DPU II-140 TPS3R TPA sepeda motor roda 3 Warga mengumpulkan sampah yang telah terpilah di TPS3R, kemudian dikompos yang organik, dan yang an organik di jual atau didaur ulang. (TPS-3R) Dengan sistem control landfill dan open dumping terkendali Daur ulang organik oleh petugas Daur ulang an organik oleh pemulung Intalasi Pengolah Air Lindi Jumlah KK yang ikut TPST 3R Jumlah TPS3R 250 KK DPU 3 TPST Luasan TPA 3,9 ha DPU Volume produksi 3 m3/hari kompos Volume an organik yang 18,13 m3/hari dikelola pemulung Sistem IPAL Pengumpul, anaerob, fakultatif Jumlah Pemulung di TPA Sumber: Dinas PU Kabupaten Temanggung 75 orang pemulung II-141 Tabel 2.15 Timbulan Sampah per Kecamatan Kabupaten Temanggung Jumlah Penduduk Kecamatan Volume Timbulan Sampah Perdesaan Perkotaan Total Orang Orang Orang Perdesaan % M3/ Hari Perkotaan % M3/ Hari Total % /Kab M3/ Bansari 17813 4406 22219 80% 35.626 20% 8.812 3% Hari 44.438 Bejen 17274 2495 19769 87% 34.548 13% 4.99 3% 39.538 Bulu 44519 2564 47083 95% 89.038 5% 5.128 6% 94.166 Candiroto 28041 2334 30375 92% 56.082 8% 4.668 4% 60.75 Gemawang 26673 5753 32426 82% 53.346 18% 11.506 4% 64.852 Jumo 26555 1961 28516 93% 53.11 7% 3.922 4% 57.032 Kaloran 35518 5355 40873 87% 71.036 13% 10.71 5% 81.746 Kandangan 43994 4435 48429 91% 87.988 9% 8.87 6% 96.858 Kedu 51518 5175 56693 91% 103.036 9% 10.35 8% 113.386 Kledung 22488 2298 24786 91% 44.976 9% 4.596 3% 49.572 Kranggan 41103 5208 46311 89% 82.206 11% 10.416 6% 92.622 Ngadirejo 49038 3227 52265 94% 98.076 6% 6.454 7% 104.53 Parakan 33644 17770 51414 65% 67.288 35% 35.54 7% 102.828 Pringsurat 47180 2283 49463 95% 94.36 5% 4.566 7% 98.926 Selopampang 16848 1615 18463 91% 33.696 9% 3.23 2% 36.926 Temanggung 13480 66923 80403 17% 26.96 83% 133.846 11% 160.806 Tembarak 27815 1049 28864 96% 55.63 4% 2.098 4% 57.728 Tlogomulyo 21319 1442 22761 94% 42.638 6% 2.884 3% 45.522 II-142 Sumber : data Tretep 17645 2133 19778 89% 35.29 11% 4.266 3% 39.556 Wonoboyo 22382 2167 24549 91% 44.764 9% 4.334 3% 49.098 604847 140593 745440 81% 1209.694 19% 281.186 100% 1490.88 Jumlah diolah II-143 Tabel 2.45 Diagaram Sistem Sanitasi Persampahan Kabupaten Temanggung tahun 2016 Sumber : Hasil Analisis, 2016. II-144 Tabel 2.46 Data Diagram Sistem Sanitasi Sampah Domestik Kabupaten Temanggung Tahun 2016 Produk Input Timbulan Sampah : 4.443 M3/Hari User Interface A Tong/Tempat sampah : 6,4 % (EHRA) Halaman : 70,3 % Lubang Tanah : 8,2 % Sungai : 3,3 % Sumber : Hasil Analisis, 2016. Pengumpulan Setempat Penampungan Sementara B Gerobak Sampah : 35 Unit C TPS : 115 Unit Pengangkutan (semi) Pengolahan Akhir Terpusat D Daur Ulang dan/Pembuangan Akhir E Dum Truk : 11 Unit Pupuk Tanaman Amroll Truk : 9 Unit Sungai TPS-T : 2 Unit Motor Sampah : 22 Unit Kontainer : 75 Unit Transfer Stasiun : 2 Unit II-145 Tabel 2.47 Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kecamatan No. Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Parakan Kledung Bansari Bulu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan pringsurat Kaloran Kandangan Kedu Ngadirejo Jumo Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo Timbulan Sampah 138 238 248 206 238 257 260 215 87 87 33 134 255 37 356 154 235 167 188 195 Sumber : Hasil Analisi, 2016. % Kabupaten 3,1 5,4 5,6 4,6 5,4 5,8 5,9 4,8 2 2 0,7 3 5,7 0,8 8 3,5 5,3 3,8 4,2 4,4 Sampah Terangkut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 31,25 0 31,25 0 0 180,38 0 0 0 0 0 II-146 Peta 2.30 Peta Cakupan Layanan Sampah Kab.Temanggung II-147 Tabel 2.48 Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan di Kabupaten temanggung 2016 NO NO JENIS 1 2 1 Gerobag Sampah 2 Sepeda motor sampah roda tiga 3 TPS 4 TPST 5 Transfer Depo (TD) 6 Dump truck 7 Pick up 8 Truck arm roll 9 Container 10 Garasi armada sampah 11 Garasi gerobak sampah 12 Garasi sepeda motor sampah 13 Bengkel 14 Gudang 15 TPA 16 IPAL 17 IPLT 18 Garasi alat berat 19 Bengkel TPA 20 Tempat cuci alat berat/ arsam 21 Bulldozer 22 Excavator 23 Whelloader 24 Mesin pencacah sampah organik 25 Mesin pencacah sampah anorganik 26 Mesin pengayak kompos 27 Komposter 28 Container Urinoir Sumber : data diolah JUMLAH 3 10 17 478 1 13 10 4 2 15 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 KAPASITAS (m³) 4 0,57 1,2 - 2 1-3 2 RITASI 5 1 1 6-8 4 3 6 1 Keterangan : IPL: Instalasi Pengolahan Lindi *daya tampung TPA : m3/tahun **Beri keterangan mengenai umur dan lembaga pengelola MASIH BEROPERASI YA TIDAK 6 36 9 v v 4 9a. 3 1 5 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 7 6 1 1 3 2 II-148 b. Kelembagaan dan Peraturan 1) Kelembagaan Kegiatan pengelolaan persampahan, baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga untuk lembaga utama pengelolalnya adalah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kebersihan dan Pertamanan (DPU-KP) bekerja sama dengan Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dengan berkoordinasi dengan BLH, PU Provinsi Jawa Tengah dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup serta Kementerian PU RI. Aspek legal/ hukum yang selama ini menangai pengelolaan Persampahan adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung sesuai Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Temanggung yaitu pada di Bidang Tata Kota, pada Seksi Kebersihan dan Seksi Pengelolaan Persampahan. II-149 Gambar 2.37 Bagan SKPD DPU Kabupaten Temanggung yang menangani Persampahan KEPALA DINAS Sekretariat Sub Bagian Perencanaan Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Umum dan Kepegawai an Bidang Jalan dan Jembatan Bidang Sumber Daya Air, ESDM dan Jasa Konstruksi Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang Bidang Tata Kota Seksi Jalan Seksi Irigasi dan Energi dan Sumber Daya Mineral Seksi Bangunan Gedung Seksi Kebersihan Seksi Jembatan Seksi Sarana dan Prasarana Air Bersih Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang Seksi Pengelolaan Persampahan Seksi Operasi Pemel. Jalan dan Jembatan Seksi Jasa Konstruksi Seksi Perumahan dan Permukiman Seksi Pertamanan dan Penerangan Jalan Umum UPTD 2) Peraturan Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Temanggung memperhatikan peraturan perundang-undangan yang ada, yaitu: a) Perda Kabupaten Temanggung No 12 Tahun 2011 tentang Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan; b) Perda Kabupaten Temanggung No 29 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah; dan II-150 c) Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencanan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031; d) Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan. e) Perda Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah; f) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3); g) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4); h) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6); i) Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan; j) Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, II-151 Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali di TPA Sampah; k) Peraturan Menteri 21/PRT/2006 Nasional Pekerjaan tentang kebijakan Pengembangan Sistem Umum dan No: Strategi Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP); l) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876 Tahun 2001 Tentang Pedoman Teknis ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan); m) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; n) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; dan o) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. 2.4.3 Drainase Lingkungan a. Sistem dan Infrastruktur Kegiatan pengelolaan drainase, Jaringan drainase di Kabupaten Temanggung pada dasarnya telah memenuhi syarat sesuai dengan klasifikasinya baik primer, sekunder dan tersier. Namun ada beberapa lokasi yang tidak memenuhi syarat jaringan tersebut. Syarat tersebut berupa besaran ukuran, kedalaman dan jenis perkerasan. Selain itu, jaringan drainase utama yang berupa sungai tertutup oleh timbunan sampah dan berkembangnya permukiman II-152 di tepi sungai yang terkesan kumuh. Dengan kondisi tersebut mengakibatkan jaringan dranase utama tidak dapat berfungsi secara baik dalam mengalirkan air, Kondisi drainase yang ada banyak yang tidak berfungsi dengan baik dalam mengalirkan air hujan dengan lancar ke badan air penerima (sungai), karena rusak dan mengalami pendangkalan akibat sedimentasi lumpur dan sampah. Selain itu, sistem drainase yang ada arah pembuangannya banyak tidak beraturan, ada yang membuang langsung ke sungai/laut dan ada pula yang membuang ke rawa-rawa atau ke lahan-lahan kosong disekitarnya. Hal ini merupakan salah satu penyebab sering terjadinya banjir yang menggenangi sarana/prasarana Temanggung. daerah umum permukiman, jalan lainnya Kabupaten di dan II-153 Tabel 2.48 Diagram Sistem Sanitasi Drainase Kabupaten Temanggung SUNGAI SUNGAI SUNGAI Saluran Drainase Sekunder SPAH Sumber : FGD DSS Drainase Sekunder II-154 Tabel 2.49 Wilayah Genangan di Wilayah Kabupaten Temanggung No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Lokasi Genangan Wilayah Genangan Frekuensi (kali/tahun) Luas (Ha) Ketinggian (M) Lama (jam/hari) 1 0,5 1 5 1 0,3 1 5 1 0,3 1 5 Jl. Sri Suwarno (Rolikuran) 1 0,3 1 5 Jl. S. Parman (depan Pasar Temanggung) 1 0,3 1 5 Jl. Pahlawan (DPU) 1 0,3 1 5 samping SMA 3 Temanggung (Jl. Mujahidin) Perumahan Sukosari Kebonsari Perempatan Prapanca (Ruas Jl. Dr. Wahidin) Jalan Brigjend Katamso depan POLSEK Parakan 1 0,3 1 5 pada pertigaan Jl. Brigjend Katamso dan Jl. Diponegoro. 1 0,3 1 5 1 0,3 1 5 0,3 1 5 ruas jalan di sebelah barat pasar Jl. Usman Parakan 9 10 ruas jalan Letnan Suwaji tepatnya di depan pangkalan ojek Pasar Legi di depan Klenteng pada ruas Jalan Letnan Suwaji. 1 Penyebab*** pembangunan permukiman yang tidak disertai pembangunan jaringan drainase yang benar Sedimentasi tinggi, saluran drainase bersatu dengan jaringan irigasi Sedimentasi dan sampah yang tinggi Dimensi yang tidak mencukupi dengan debit air yang ada Sedimentasi dan sampah yang tinggi pembangunan permukiman yang tidak disertai pembangunan jaringan drainase yang benar karena penuhnya saluran irigasi Kali Ipik sehingga air hujan tidak dapat masuk karena tidak adanya saluran dan terjadi penumpukan air yang akan mengalir melalui Jl. Diponegoro yang juga tidak memiliki saluran drainase jalan karena daerah ini agak cekung dan tidak ada saluran khusus drainase jalan melainkan memanfaatkan bahu jalan sebagai lintasan air terjadi karena tidak adanya saluran drainase jalan, air mengalir pada badan jalan yang merupakan daerah cekungan dan lebih rendah dari jembatan karena aliran air dari Jl. Bambu runcing mengalir masuk ke Jl. Letnan Suwaji melalui permukaan jalan dan saluran yang ada tidak Infrastruktur* Jeni Keteranga s n** II-155 No. Lokasi Genangan Luas (Ha) Ketinggian (M) Lama (jam/hari) Wilayah Genangan Frekuensi (kali/tahun) 11 12 depan kantor Kecamatan Parakan 1 0,3 1 5 pertigaan Dangkel sampai depan swalayan Mahkota 1 0,3 1 5 Jl. Ajibarang dusun Mulyosari desa wanutengah 1 0,3 1 5 0,3 1 5 1 0,3 1 5 Pasar Kranggan sampai kenalan 1 0,3 1 5 Kelurahan Kranggan 1 0,3 1 5 Pintu masuk Kebumen (perbatasan dengan desa 1 0,3 1 5 13 14 15 16 17 18 jalan Letnan Suwaji tepatnya di dekat pertigaan kantor Penggadaian Jl. Aip Mungkar dari depan stasiun kereta api sampai kantor Kawetdanan 1 Penyebab*** mampu menerima aliran air diakibatkan tidak adanya saluran khusus drainase jalan yang mampu menampung dan mengalirkan air dari badan jalan, dan terdapat cross drain di daerah rendah yang meluap ketika hujan deras tidak adanya saluran khusus drainase jalan yang mampu menampung dan mengalirkan air dari badan jalan diakibatkan tidak adanya saluran-saluran pembuang dari bahu jalan ke saluran kanankiri jalan dan terdapat cross drain saluran irigasi di daerah rendah yang meluap pada saat hujan deras karena daerah rendah dan cekung, aliran air pada badan jalan tidak bisa masuk ke saluran (tertutup) yang ada di sisi jalan diakibatkan antrian air yang mengalir melalui permukaan jalan dan saluran yang ada tidak mampu menerima aliran air. Beberapa saluran tidak menerima aliran air dari badan jalan dikarenakan tidak ada saluran dari bahu jalan ke saluran Dimensi saluran yang tidak bisa menampung debit air Dimensi saluran yang tidak bisa menampung debit air Tidak ada saluran irigasi Infrastruktur* Jeni Keteranga s n** II-156 No. 19 20 21 22 23 Lokasi Genangan karangwuni) Kawasan Bakungan Tlogorejo Temanggung Jl. Raya Petirejo Ngadirejo Luas (Ha) Wilayah Genangan Frekuensi (kali/tahun) Ketinggian (M) Lama (jam/hari) 1 0,3 1 5 1 0,6 1 5 Kawasan Pasar Ngadirejo 1 0,5 1 5 1 0,5 1 5 1 0,5 1 5 Jl. Ngaren Ngadirejo Kawasan Pemukiman Petirejo Penyebab*** Saluran drainase tidak mencukupi karena bersatu dengan saluran irigasi Air limpasan atau kiriman dari daerah/kawasan lain, menyebabkan peningkatan debit air. Saluran drainase tidak dapat menampung air, akibatnya air meluap dan terjadilah banjir atau genangan, Tidak adanya inlet jalan Sedimentasi merupakan proses penumpukan material. Karena tidak adanya peran serta masyarakat dalam hal pemerlihraan saluran, penumpukan material terus berlangsung, sehingga endapan akan semakin banyak. Sedimentasi tersebut menyebabkan perubahan dimensi saluran serta mempengaruhi energy spesifik penampang saluran sehingga secara tidak langsung dapat mengakibatkan kurang optimumnya kinerja saluran Penyempitan dan pendangkalan saluran disebabkan karena ulah manusia sendiri. Manusia mendirikhan bangunan diatas saluran, sehingga menyebabkan saluran tersebut menyempit pada titik-titik tertentu Sampah merupakan salah satu penyebab tidak berfungsinya saluran drainase, Lebar saluran tidak sesuai dengan debit air Infrastruktur* Jeni Keteranga s n** II-157 No. Lokasi Genangan Luas (Ha) Ketinggian (M) Lama (jam/hari) Wilayah Genangan Frekuensi (kali/tahun) 24 Kawasan Pemukiman Manggong 1 0,5 1 5 25 Kawasan Pemukiman Ngadirejo 1 0,5 1 5 Sumber : Hasil Analisis, 2016. TINJAUAN : PETA LOKASI GENANGAN BELUM ADA Penyebab*** Sampah merupakan salah satu penyebab tidak berfungsinya saluran drainase, Lebar saluran tidak sesuai dengan debit air Sampah merupakan salah satu penyebab tidak berfungsinya saluran drainase, Lebar saluran tidak sesuai dengan debit air Infrastruktur* Jeni Keteranga s n** II-158 Adapun daerah genangan pada gambar di atas dapat dirinci sebagai berikut : 1. Daerah Genangan 1 a. Lokasi Daerah genangan yang dimaksud adalah ruas jalan di sebelah barat pasar Jl. Usman, pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 tepat pada kondisi saluran titik Cross 13. b. Kondisi Saluran Sebelah kiri jalan tidak ada saluran (lahan pasar), Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dengan buis beton Ø 0,30 m, masih baik. Kiri Jalan Kanan Jalan Buis beton Ø 0.30 m tanah pasar 2.00 Jalan aspal 0.45 6.00 0.40 Cross . 13 Gambar 2.38 Lokasi Genangan Parakan 1 II-159 c. Genangan Pada saat hujan dengan intensitas tinggi pada ruas jalan ini terjadi genangan sampai dengan 30 cm dan memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk surut. Genangan ini terjadi karena daerah ini agak cekung dan tidak ada saluran khusus drainase jalan melainkan memanfaatkan bahu jalan sebagai lintasan air. 2. Daerah Genangan 2 a. Lokasi Daerah genangan yang dimaksud adalah di depan POLSEK Parakan yang terletak di Jalan Brigjend Katamso. pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 tepat pada kondisi saluran titik Cross 25. b. Kondisi Saluran Sebelah kiri jalan tidak ada saluran. Sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan kondisi masih baik. Kiri Jalan Kanan Jalan 2.00 Jalan aspal 0.45 2.00 10.00 0.50 0.60 0.60 Cross . 25 Gambar 2.39 Lokasi Genangan Parakan 2 II-160 c. Genangan Pada titik ini terjadi genangan setinggi 10 cm apabila hujan yang turun memilliki intensitas yang cukup tinggi. Waktu yang diperlukan untuk menyurutkan genangan ini sekitar 30menit setelah hujan reda. Genangan ini terjadi karena penuhnya saluran irigasi Kali Ipik sehingga air hujan tidak dapat masuk. 3. Daerah genangan 3 a. Lokasi Daerah genangan yang adalah pada pertigaan Jl. Brigjend Katamso dan Jl. Diponegoro. Lokasi pada peta SubDarainase Parakan Kauman-Wetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross 35. b. Kondidi Saluran Sebelah kiri dan kanan jalan belum memiliki saluran. Kiri Jalan 2.00 1.50 Kanan Jalan Jalan aspal 8.00 2.00 1.00 Cross . 35 Gambar 2.40 Lokasi Genangan Parakan 3 II-161 c. Genangan Genagn yang terjadi di daerah ini setinggi 5 – 10 cm diakibatkan karena tidak adanya saluran dan terjadi penumpukan air yang akan mengalir melalui Jl. Diponegoro yang juga tidak memiliki saluran drainase jalan. 4. Daerah Genangan 4 a. Lokasi Daerah genangan yang dimaksud adalah pada ruas jalan Letnan Suwaji tepatnya di depan pangkalan ojek Pasar Legi. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan KaumanWetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross 27 dan 28. b. Kodisi Saluran Cross 27, Sebelah kiri dan kanan jalan belum memiliki saluran sampai pada jembatan saluran irigasi (Cross 28). Bangunan jembatan masih baik dengan saluran Irigasi, sedangkan dasar saluran banyak sedimentasi. Kiri Jalan (cross 27) 2.00 1.50 Kanan Jalan (cross 27) Jalan aspal 8.00 Cross . 27 2.00 1.00 II-162 Bangunan Choker (gorong-gorong) B 2.00 A 2.00 A Kios Kios B 5.51 Cross 28 Jalan aspal Saluran tertutup 2.00 Saluran tertutup 8.00 Potongan A - A 2.00 Jalan aspal 2.50 Potongan B - B Gambar 2.41 Lokasi Genangan Parakan 4 II-163 c. Genangan Genangan yang terjadi di lokasi ini setinggi 20 – 30 cm terjadi karena tidak adanya saluran drainase jalan, air mengalir pada badan jalan yang merupakan daerah cekungan dan lebih rendah dari jembatan (Cross 28) 5. Daerah Genangan 5 a. Lokasi Daerah genangan yang dimaksud adalah di depan Klenteng pada ruas Jalan Letnan Suwaji. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross 32 dan 33. b. Kondisi Saluran Cross 32, bangunan gorong-gorong masih baik dengan saluran Irigasi, sedangkan dasar saluran banyak sedimentasi. Cross 33 saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan kondisi masih baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali saluran tertutup buis beton Ø 0,40 dan kondisi masih baik. Kiri Jalan (cross 32) Kanan Jalan (cross 32) II-164 B 2.00 A 0.80 2.00 1.50 A 5.51 B 0.80 Jalan aspal 0.80 Saluran tertutup DENAH (Cross 32) 8.00 Potongan A - A 0.80 Jalan aspal 1.50 Potongan B - B Gambar 2.42 Lokasi Genangan Parakan 5 II-165 Kanan Jalan (cross 33) Kiri Jalan (cross 33) Buis beton Ø 0.40 m 2.00 Jalan aspal 0.50 0.30 8.00 2.00 0.40 0.30 1.00 Cross . 33 Gambar 2.43 Lokasi Genangan Parakan 5 c. Genangan Genangan setinggi 30 cm ini terjadi karena aliran air dari Jl. Bambu runcing mengalir masuk ke Jl. Letnan Suwaji melalui permukaan jalan dan saluran yang ada tidak mampu menerima aliran air. 6. Daerah Genangan 6 a. Lokasi Daerah genangan adalah di Jl. Aip Mungkar dari depan stasiun kereta api sampai kantor Kawetdanan. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross 47 dan 48. II-166 b. Kondisi Saluran Cross 47 saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali, saluran tertutup berupa pipa Ø 0,40. saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali, saluran tertutup buis beton Ø 0,40 dengan kondisi keduanya masih baik. Cross 48 saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, kondisi masik baik. Sebelah kanan jalan tidak ada saluran. Kiri Jalan (cross 47) Kanan jalan (cross 47) Buis beton Ø 0.40 m 2.00 Jalan aspal 0.50 0.30 8.00 2.00 0.40 1.00 Cross . 47 0.30 II-167 Kanan Jalan (Cross 48) Pagar Kiri Jalan (Cross 48) 4.00 Jalan aspal 0.80 0.70 0.60 2.00 8.00 2.00 Cross . 48 Gambar 2.44 Lokasi Genangan Parakan 6 c. Genangan Genangan ini diakibatkan antrian air yang mengalir melalui permukaan jalan dan saluran yang ada tidak mampu menerima aliran air. Beberapa saluran tidak menerima aliran air dari badan jalan dikarenakan tidak ada saluran dari bahu jalan ke saluran. 7. Daerah Genangan 7 a. Lokasi Lokasi genangan berada di depan kantor Kecamatan Parakan. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman berada pada kondisi saluran titik Cross 28 dan 29. II-168 b. Kondisi Saluran Cross 28 berupa bangunan gorong-gorong dengan saluran irigasi, kondisi masih baik, sedangkan dasar saluran banyak sedimentasi. Cross 29, saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kiri dan kanan terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, saluran tertutup pala, kondisi masih baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, saluran tertutup plat dan greil dan kondisinya masih baik. Kiri Jalan (cross 28) Kanan Jalan (cross 28) A 1.00 1.80 1.50 1.20 A Cross 28 1.50 1.00 1.80 POTONGAN A - A II-169 (kiri Jalan (cross 29) 1.50 Kanan Jalan (cross 29) Jalan aspal 0.50 0.60 0.30 1.00 0.40 10.00 2.00 0.40 Cross 29 Gambar 2.45 Lokasi Genangan Parakan 7 c. Genangan Genangan ini diakibatkan tidak adanya saluran khusus drainase jalan yang mampu menampung dan mengalirkan air dari badan jalan, dan terdapat cross drain di daerah rendah yang meluap ketika hujan deras. 8. Daerah Genangan 8 a. Lokasi Lokasi genangan dari pertigaan Dangkel sampai depan swalayan Mahkota. Lokasi pada Dangkel-Ringinanom-Mandisari saluran titik Cross 1. peta berada Sub-Darainase pada kondisi II-170 b. Kondisi Saluran Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, komidi masih baik. Sedangkan sebelah kiri jalan tidak ada saluran. Kiri Jalan (cross 1) Kanan Lalan (cross 1) Jalan aspal 0.70 8.00 0.50 Cross 1 Gambar 2.46 Lokasi Genangan Parakan 8 c. Genangan Genangan ini diakibatkan tidak adanya saluran khusus drainase jalan yang mampu menampung dan mengalirkan air dari badan jalan. 9. Daerah Genangan 9 a. Lokasi genangan berada di Jl. Ajibarang dusun Mulyosari desa wanutengah. Lokasi pada peta Sub-Darainase Wanutengah berada pada kondisi saluran titik Cross 1 dan 2. II-171 b. Kondisi Saluran Cross 1, saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, kondisi masik baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan antai dari pasangan batu kali, kondisi masik baik. Saluran sebelah Kanan dan kiri jalan tersebut saluran sekunder irigasi. Cross 2, Saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, kondisi masik baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, kondisi masih baik. Kiri jalan (cross 1) Kanan Jalan (cross 2) B Greel ( Bak kontrol ) Jl. Aspal 1.00 1.00 0.80 POTONGAN A - A 0.80 Greel ( Bak kontrol ) 1.00 A 0.80 Jl. Aspal Brak A 1.00 1.50 POTONGAN B - B DENAH B II-172 Kiri Jalan (cross 2) Kanan Jalan (cross 2) 1,88 8.00 0.50 1.00 0.80 0.60 1.40 0.80 Cross 2 Gambar 2.47 Lokasi Genangan Parakan 9 c. Genangan Genangan ini diakibatkan tidak adanya saluran-saluran pembuang dari bahu jalan ke saluran kanan-kiri jalan dan terdapat cross drain saluran irigasi di daerah rendah yang meluap pada saat hujan deras. 10. Daerah Genangan 10 a. Daerah genangan yang dimaksud adalah pada ruas jalan Letnan Suwaji tepatnya di dekat pertigaan kantor Penggadaian. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross 24. II-173 b. Kondisi Saluran Cross 24, Saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dengan saluran tertutup dengan buis beton Ø 0,40 m, dan kondisi masih baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dengan saluran tertutup dengan buis beton Ø 0,40 m, dan kondisi masih baik. Kiri Jalan (cross 24) Kanan Jalan (cross 24) Buis beton Ø 0.40 m Buis beton Ø 0.40 m 2.00 Jalan aspal 0.30 2.00 8.00 2.00 2.00 0.30 Cross . 24 Gambar 2.48 Lokasi Genangan Parakan 10 c. Genangan yang terjadi di lokasi ini terjadi karena daerah rendah dan cekung, aliran air pada badan jalan tidak bisa masuk ke saluran (tertutup) yang ada di sisi jalan. II-174 Beberapa permasalah drainase di Kota Ngadirejo dapat disimpulkan : Peningkatan debit Air limpasan atau kiriman dari daerah/kawasan lain, menyebabkan peningkatan debit air. Saluran drainase tidak dapat menampung air, akibatnya air meluap dan terjadilah banjir atau genangan. Kondisi tersebut dapat terlihat di Desa Petirejo yang merupakan salah satu desa hasil delinasi Kota Ngedirejo. Gambar 2.49 Lokasi Genangan Ngadirejo Terjadinya sedimentasi Sedimentasi merupakan proses penumpukan material. Karena tidak adanya peran serta masyarakat dalam hal pemerlihraan saluran, penumpukan endapan akan material semakin terus banyak. berlangsung, sehingga Sedimentasi tersebut menyebabkan perubahan dimensi saluran serta mempengaruhi energy spesifik langsung saluran. dapat penampang saluran mengakibatkan sehingga kurang secara optimumnya tidak kinerja II-175 Gambar 2.50 Lokasi Genangan Ngadirejo Peningkatan jumlah penduduk Meningkatnya jumlah penduduk khususnya di kawasan perkotaan Ngadirejo sangat cepat. Peningkatan jumlah penduduk selalu di ikuti dengan peningkatan limbah, baik itu limbah cair maupun sampah. Disamping itu juga diperlukan penambahan infrastruktur perkotaan, seperti bangunan rumah, jalan, saluran drainase, dan lain sebagainya. Padahal luas lahan tetap (tidak mengalami penambahan luas), akibatnya bangunan rumah tidak teratur dan ruang terbuka yang dijadikan sebagai peresapan berkurang. Infrastruktur yang tadinya sudah direncanakan linier (mengikuti jalan), menjadi tidak beraturan. Banyak sekali saluran yang masuk ke perumahan warga. Gambar 2.51 Lokasi Genangan Ngadirejo II-176 Penyempitan dan pendangkalan saluran Penyempitan dan pendangkalan saluran disebabkan karena ulah manusia sendiri. Manusia mendirikhan bangunan diatas saluran, sehingga menyebabkan saluran tersebut menyempit pada titiktitik tertentu. Gambar 2.52 Lokasi Genangan Ngadirejo Limbah sampah Sampah merupakan salah satu penyebab tidak berfungsinya saluran drainase. Jumlah volume sampah meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Dari kondisi eksisting saluran di kawasan Kota Ngadirejo banyak ditemui sampah. Gambar 2.53 Lokasi Genangan Ngadirejo II-177 Cara penanganan masalah drainase yang disebabkan oleh sampah adalah: Dibuat bak pengontrol atau saringan, agar sampah yang tidak sengaja masuk ke saluran drainase dapat dibuang dengan cepat Pemberian penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan (buang sampah sembarangan) Mengelola air limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas sarana drainase yang sesuai dengan besarnya daya tampung saluran Lebar saluran tidak sesuai dengan debit air Pesatnya pembangunan di Kota Ngadirejo, khususnya pembangunan perumahan menyebabkan tidak adanya lahan yang digunakan untuk pembangunan sarana infrastruktur pendukung permukiman, khususnya saluran drainase. Lebar saluran tidak sebanding dengan banyaknya debit yang harus ditampung. Gambar 2.54 Lokasi Genangan Ngadirejo II-178 Tidak adanya inlet jalan Pada umumnya saluran drainase jalan terletak di samping kanankiri jalan. Air hujan yang turun di jalan akan masuk ke saluran drainase melalui inlet atau dikenal dengan street inlet. Tidak adanya inlet di sepanjang jalan, menyebaban air yang turun di jalan akan mengalir dan terjadi penumpukan di tempat yang lebih rendah atau cekungan. Gambar 2.55 Lokasi Genangan Ngadirejo b. Kelembagaan dan Peraturan 1) Kelembagaan Aspek legal/ pengelolaan Pekerjaan hukum drainase Umum yang selama lingkungan Kabupaten ini menangai adalah Dinas Temanggung sesuai Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Temanggung yaitu pada di Bidang Tata Kota, pada Seksi Pertamanan dan Penerangan Jalan Umum. pengelolaan Instansi saluran yang drainase berwenang di dalam Kabupaten Temanggung adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung Bidang Cipta Karya dan instansi terkait. II-179 Gambar 2.56 Bagan SKPD DPU Kabupaten Temanggung yang menangani Drainase KEPALA DINAS Sekretariat Sub Bagian Perencana an Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Keuanga n Sub Bagian Umum dan Kepegaw aian Bidang Jalan dan Jembatan Bidang Sumber Daya Air, Energi dan Sumber Daya Mineral dan Jasa Konstruksi Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang Bidang Tata Kota Seksi Jalan Seksi Irigasi dan Energi dan Sumber Daya Mineral Seksi Bangunan Gedung Seksi Kebersihan Seksi Jembatan Seksi Sarana dan Prasarana Air Bersih Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang Seksi Pengelolaan Persampahan Seksi Operasi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Seksi Jasa Konstruksi Seksi Perumahan dan Permukiman Seksi Pertamanan dan Penerangan Jalan Umum UPTD II-180 2) Peraturan Aspek peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai drainase perkotaan adalah berikut: a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya b Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman c Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501). d Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup e Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air f Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah. g Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang Daerah. h Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Penggunaan Air i Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air j Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1990 tentang Sungai k Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL l Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2004 tentang Pengaturan air II-181 m Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi n Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah. 2.5 Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Saat Ini Area beresiko sanitasi kabupaten Temanggung ditetapkan berdasarkan elaborasi antara data sekunder, persepsi SKPD dan hasil study EHRA. Elaborasi data tersebut dilakukan dengan menggunakan istrumen profil sanitasi yang telah ditetapkan oleh Kementrian PUPERA untuk program PPSP. Adapun data sekunder dalam instrumen profil sanitasi yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Informasi Umum tentang Kabupaten Temanggung meliputi : a. Luas Administrasi (ha); b. Luas Terbangun (ha); c. Pertumbuhan Penduduk; d. Jumlah Penduduk (org); e. Jumlah Kepala Keluarga (KK; f. Kepadatan Penduduk (org/ha); g. Klasifikasi Perkotaan (urban) dan Perdesaan (rural) saat ini; h. Klasifikasi Perkotaan (urban) dan Perdesaan (rural); i. Area CBD Saat Ini; dan j. Jumlah Penduduk Miskin (org). 2. Data Air Limbah Domestik meliputi : a. Jumlah Kepala Keluarga BABS; b. Jumlah KK yang memiliki akses ke Jamban/Cubluk “tidak layak” ; II-182 c. Jumlah KK yang memiliki akses ke jamban/cubluk “yang layak”; d. Jumlah KK yang memiliki akses ke jamban bersama “yang layak” ; e. Jumlah unit MCK; f. Jumlah unit IPAL Komunal; g. Jumlah unit tanky septic komunal >10 KK; h. Jumlah unit yang terkoneksi dengan MCK; i. Jumlah KK yang terkoneksi dengan IPAL Komunal; dan j. Jumlah KK yang terkoneksi dengan tanky septic komunal. 3. Data Persampahan a. Prosentase jumlah sampah rumah tangga yang terkumpul dan terangkut (%); b. Jumlah TPS yang ada (unit); c. Jumlah TPS 3 R yang ada; dan d. Jumlah pasar. 4. Data Drainase a. Area terpengaruh oleh pasang surut ; dan b. Prosentase area permukiman rawan genangan. 2.5.1 Area Beresiko Air Limbah Area berisiko sanitasi air limbah domestik di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel berikut: II-183 Tabel 2.50 Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung No 1 2 No Area Resiko Area Resiko 4 Area Resiko 3 Area Resiko Desa/ Kecamatan Pandemulyo, Bulu Temanggung I, Temanggung Banyuurip, Temanggung Joho, Temanggung Mudal, Temanggung Kaloran, Kaloran Tlogowungu, Kaloran Tegalurung, Bulu Pasuruhan, Bulu Pakurejo, Bulu Pagergunung, Bulu Tembarak, Tembarak Menggoro, Tembarak Purwodadi, Tembarak Kemloko, Tembarak Tawangsari,Tembarak Greges, Tembarak Krajan, Tembarak Temanggung II, Temanggung Kertosari, Temanggung Temanggung Gandon, Kaloran Tleter, Kaloran Getas, Kaloran Kalimanggis, Kaloran Tempuran, Kaloran Kemiri, Kaloran Geblog, Kaloran Tegowanuh, Kaloran Samiranan, Kandangan Kembangsari, Kandangan Gesing, Kandangan Margolelo, Kandangan Desa/ Kecamatan II-184 3 No Area Resiko 3 Area Resiko Blimbing, Kandangan Rowo, Kandangan Kedawung, Kandangan Banjarsari, Kandangan Kutoanyar, Kedu Kundisari, Kedu Ngadimulyo, Kedu Bojonegoro, Kedu Bandunggede, Kedu Tegalsari, Kedu Parakan Wetan, Parakan Campursalam, Parakan Tegalroso, Parakan Watukumpul, Parakan Ngadirejo, Ngadirejo Gondang Winangun, Ngadirejo Ngaren, Ngadirejo Mangunsari, Ngadirejo Purbosari, Ngadirejo Campursari, Ngadirejo Medari, Ngadirejo Kertosari, Jumo Giyono, Jumo Padureso, Jumo Barang, Jumo Jombor, Jumo Ketitang, Jumo Karangtejo, Jumo Sukomarto, Jumo Gedongsari, Jumo Kentengsari, Jumo Muntung. Candiroto Sriwungu, Tlogomulyo Kerokan, Tlogomulyo Ngaditirto, Selopampang Bumiayu, Selopampang Gunungsari, Batur Kwadungan Jurang, kledung Jlegong, Bejen Kemuning, Bejen Desa/ Kecamatan II-185 Purwosari, Wonoboyo Wates, Wonoboyo Sucen, Gemawang Jambon, Gemawang Sumber : Hasil Analisis, 2016. PETA AREA BERISIKO AIR LIMBAH BELUM ADA Tabel 2.51 Permasalahan Mendesak Air Limbah Kabupaten Temanggung No. Permasalahan Mendesak 1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana ( user Interface-Pengolahan awal Pengangkutan-Pengolahan akhir-Pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis A BABS B Akses terhadap jamban yang tidak layak C Praktek Pengurasan Septic tank Tinja sangat rendah per tahun D Belum Memiliki IPLT E Belum optimal pemanfaaatan limbah cair F tangki septik di masyarakat tidak pernah dikuras G KK yang tidak membuang tinjanya pada tangki septik masih H Sosialisasi kemanfaatan IPLT 2. Aspek Non Teknis: Pendanaan kelembagaan Peraturan Perundangan Peranserta Masyararkat dan Dunia usaha , Komuniksi A Belum memiliki Masterplan pengolahan air limbah B Akses terhadap jamban yang tidak layak C belum teralokasi anggaran untuk pengelolaan air limbah pada instansi terkait D Belum adanya lembaga di SKPD yang mengurusi air limbah rumah tangga secara spesifik E Belum memiliki Masterplan pengolahan air limbah F Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat G Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah H I Sosialisasi kemanfaatan IPLT masih kurang Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem yang berbasis masyarakat Sumber : Hasil Analisis, 2016. II-186 Permasalahan mendesak air limbah diperoleh dari hasil FGD bersama sanitarian dan juga perwakilan wilayah Kecamatan. Permasalahan paling utama yaitu, masih tingginya angka BABs untuk masing-masing wilayah. Selanjutnya juga terkait kualitas tangki septik menjadi permasalahan mendesak berikutnya yang diharapkan dapat segera tertangani pada tahun implementasi Strategi sanitasi Kabupaten ini. 2.5.2 Area Beresiko Persampahan Dari hasil studi EHRA tahun 2016 dan Diskusi kondisi eksisting sanitasi ditetapkan area yang dilaksanakan berseiko oleh persampahan Pokja di maka Kabupaten Temanggung, sebagai berikut: Tabel 2.52 Permasalahan Mendesak Persampahan Kabupaten Temanggung No Area Resiko 1 Area resiko 1 2 Area resiko 2 Desa/ Kecamatan Bulu, Bulu Pandemulyo, Bulu Wonotirto, Bulu Temanggung I, Temanggung Banyuurip, Temanggung Joho, Temanggung Mudal, Temanggung Kaloran, Kaloran Tlogowungu, Kaloran Pasuruhan, Bulu Pakurejo, Bulu Pagergunung, Bulu Tembarak, Tembarak Menggoro, Tembarak Purwodadi, Tembarak Kemloko, Tembarak Tawangsari,Tembarak II-187 Krajan, Tembarak Kertosari, Temanggung No Area Resiko Desa/ Kecamatan Klepu, Pringsurat Tlogowungu, Kaloran Tegowanuh, Kaloran Samiranan, Kandangan Margolelo, Kandangan Rowo, Kandangan Kedawung, Kandangan Kutoanyar, Kedu Kundisari, Kedu Ngadimulyo, Kedu Bandunggede, Kedu Tegalsari, Kedu Nglondong, Parakan Depokharjo, Parakan Glapansari, Parakan Sunggingsari, Parakan Ngadirejo, Ngadirejo Gondang Winangun, Ngadirejo Ngaren, Ngadirejo 3 Area resiko 3 Mangunsari, Ngadirejo Campursari, Ngadirejo Medari, Ngadirejo Kertosari, Jumo Giyono, Jumo Barang, Jumo Ketitang, Jumo Morobongo, Jumo Karangtejo, Jumo Tempelsari, Jumo Kentengsari, Jumo Muntung. Candiroto Ngaditirto, Selopampang Bumiayu, Selopampang Gunungsari, Batur Kwadungan Jurang, kledung Kemuning, Bejen Sumber : Hasil Analisis, 2016. PETA AREA BERISIKO PERSAMPAHAN BELUM ADA II-188 Berdasarkan dari hasil perhitungan dari instrumen profil sanitasi, dengan mengkombinasikan data sekunder, Indeks Resiko Sanitasi (IRS) dari hasil EHRA dan persepsi SKPD. Untuk Area beresiko Persampahan, pembobotan Exposure sebagai berikut: a. Data Sekunder sebesar 30% b. IRS EHRA sebesar 50% c. Persepsi SKPD sebesar 20% Adapun Pembobotan Impact sebagai berikut: a. Jumlah penduduk sebesar 30% b. Kepadatan Penduduk sebesar 30% c. Angka Kemiskinan sebesar 10% d. Fungsi Urban Rural sebesar 30% Sedangkan Permasalahan Mendesak terkait sektor persampahan adalah: Tabel 2.53 Permasalahan Mendesak Persampahan Kabupaten Temanggung No. Permasalahan Mendesak 1. Aspek Teknis Pengembangan Sarana dan Prasarana ( user Interface-Pengolahan awal-Pengangkutan-Pengolahan akhir-Pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis A Kurangnya sarana prasarana persampahan (truk sampah, dsb) B Pembuangan sampah di luar kontainer sehingga berceceran C Masih banyak sampah yang dibakar sehingga menyebabkan polusi D Masih banyak warga yang membuang sampah di sungai E Kontainer sampah perlu ditambah F Pengelolaan Bank Sampah belum optimal dan perlu dikembangkan G Pengelolaan 3R belum optimal II-189 H I Kapasitas TPA sudah mulai penuh Masih kurangnya SDM petugas lapangan penyapuan jalan J Kesadaran untuk pemilahan sampah rumah tangga masih rendah Permasalahan Mendesak No. 2. Aspek Non Teknis Pendanaan kelembagaan Peraturan Perundangan Peranserta Masyarakat dan Dunia usaha , Komuniksi A Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator B C D E F G H SDM masih kurang memadai, baik dari kualitas maupun kuantitas Belum adanya kebijakan yang jelas terkait hubungan kerjasama dengan pihak swasta ataupun investor dalam pengelolaan persampahan Kurangnya sosialisasi tentang pentingnya pengolahan persampahan Masih kecilnya dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Daerah untuk sektor persampahan Anggaran Sektor Persampahan belum menjadi prioritas oleh para pengambilan kebijakan Masih rendahnya dana penarikan restribusi h. Potensi masyarakat dalam mengelola sampah belum dikembangkan secara sistematis Masih rendahnya investasi dunia usaha ataupun pihak swasta J Belum adanya skema strategi untuk bekerjasama dengan swasta/kelompok 2.5.3 Drainase Dari hasil Studi EHRA dan Diskusi Focus Diagram Sistem Sanitasi Kabupaten Temanggung maka didapat kesimpulan Area beresiko drainase sektor Temanggung antara lain: II-190 Tabel 2.54 Area Beresiko Drainase Kabupaten Temanggung No Area Resiko 1 Area resiko 1 Desa/ Kecamatan Kelurahan Kranggan Temanggung I Kelurahan Butuh Kelurahan Jampiroso Kelurahan Parakan Wetan Kelurahan Parakan Kauman Desa Petirejo Desa Karanggedong Desa Medari Desa Ngadirejo Desa Ngaren Kelurahan Manggong Kelurahan Banyuurip Sumber : Hasil Analisis, 2016. TINJAUAN : PETA AREA BERISIKO GENANGAN BELUM ADA Berdasarkan dari hasil perhitungan dari instrumen profil sanitasi, dengan mengkombinasikan data sekunder, Indeks Resiko Sanitasi (IRS) dari hasil EHRA dan persepsi SKPD. Untuk Area beresiko Persampahan, pembobotan Exposure sebagai berikut: a. Data Sekunder sebesar 20% b. IRS EHRA sebesar 60% c. Persepsi SKPD sebesar 20% Adapun Pembobotan Impact sebagai berikut: a. Jumlah penduduk sebesar 20% b. Kepadatan Penduduk sebesar 30% II-191 c. Angka Kemiskinan sebesar 10% d. Fungsi Urban Rural sebesar 40% Tabel 2.55 Permasalahan mendesak Drainase No. Permasalahan Mendesak 1. Aspek Teknis Pengembangan Sarana dan Prasarana ( user Interface-Pengolahan awalPengangkutan-Pengolahan akhir-Pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis A Belum ada selokan sehingga grey water dan air hujan masih masuk ke comberan yang mengakibatkan genangan B Saluran air belum ideal sehingga terjadi sedimentasi diselokan C Masih banyak sampah yang dibuang diselokan D Pada umumnya, sitem drainase masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dan saluran limbah rumah tangga (grey water) E Belum berfungsinya sistem drainase yang ada karena Leveling yang tidak baik ataupun ditimbun warga F Kesadaran masyarakat masih rendah/pembuangan dari kamar mandi, wastafel, air hujan dan industri rumah tangga tercampur jadi satu sehingga mengakibatkan polusi G Banjir dan genangan yang terjadi setiap Tahun 2. Aspek Non Teknis Pendanaan kelembagaan Peraturan Perundangan Peranserta Masyararkat dan Dunia usaha , Komuniksi A Kurangnya sosialisasi dan kampanye tentang pengelolaan drainase B Area cakupan yang luas terbentur dengan SDM yang ada di Dinas Cipkataru C Informasi mengenai saluran yang rusak belum optimal D Pengelola layanan drainase belum dilengkapi dengan uraian tugas dan kewenangan yang rinci serta belum didukung oleh anggaran yang memadai E Kepedulian masyarakat dalam memelihara saluran drainase yang sudah ada sangat rendah Sumber : Hasil Analisis, 2016. II-192