Draft Pemutakhiran SSK

advertisement
II-1
TINJAUAN BAB II :
 Tabel jumlah penduduk dan KK saat ini dan proyeksinya untuk 5 th belum ada.
 Tabel pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan poyeksi 5 th belum ada.
 Peta lokasi genangan belum ada.
 Peta area berisiko belum ada ( Air limbah, persampahan, drainase ).
Gambaran umum Kabupaten Temanggung menguraikan
kondisi geografis, administrasi, tata guna lahan dan demografi,
Rencana Tata Ruang Wilayah dan profil sanitasi sampai dengan
tahun 2015.
2.1. Gambaran Geografis, Adminisrasi dan Kondisi Fisik
Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Provinsi
Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan 46,8 KM dan
Timur ke Barat 43 Km. Kabupaten Temanggung secara astronomi
terletak diantara 1100 23” - 1100 46”30 Bujur Timur dan 70 14” - 70
32” 35 Selatan dengan luas wilayah 870,65 km2 (87.065 Ha.)
Batas wilayah Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut:
a Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan
Kabupaten Semarang;
b Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan
Kabupaten Magelang;
c Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang; dan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-2
d Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo.
Wilayah Kabupaten Temanggung secara geoekonomis dilalui oleh 3
jalur pusat kegiatan ekonomi, yaitu Kota Semarang (77 Km), Kota
Yogyakarta (64 Km), dan Kota Purwokerto (134 Km).
Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan
dataran dengan ketinggian antara 500 -1450 m di atas permukaan air
laut. Dengan keadaan tanah sekitar 50 persen dataran tinggi dan 50
persen dataran rendah. Adapun jenis tanahnya sebagai berikut :
a. Latosol Coklat seluas 26.563,47 Ha ( 32,13 % ) membentang di
tengah – tengah wilayah Kabupaten Temanggung dari arah
barat laut ke tenggara.
b. Latosol Coklat Kemerahan seluas 7.879,93 Ha ( 9,53 % )
membentang sebagian besar di bagian timur – tenggara
c. Latosol Merah Kekuningan seluas 29.209,08 Ha ( 35,33 % )
membentang di bagian timur dan barat
d. Regosol seluas 16.873,97 Ha ( 20,14 % ) membentang sebagian
di sekitar kali Progo dan lereng-lereng terjal.
e. Andosol seluas 2.149,55 Ha ( 2,60 % ) membentang di aluvial
antar bukit.
Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran
dengan ketinggian antara 500 - 1.450 m. Jenis tanah di Kabupaten
Temanggung berupa Latosol coklat, Latosol coklat kemerahan, Latosol
merah kekuningan, Regosol, dan Andosol. Penyebaran jenis tanah,
luas, dan persentase keberadaannya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Penyebaran Jenis Tanah dan Luas
di Kabupaten Temanggung
No
1
2
3
Jenis tanah
Latosol coklat
Latosol coklat
kemerahan
Latosol merah
Menempati
Membentang di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Temanggung dari arah barat
laut ke tenggara
Membentang sebagian besar di bagian
timur – tenggara
Membentang di bagian timur dan barat
Luas (ha)
Prosentase
26.563,47
32,13
7.879,93
9,53
29.209,08
35,33
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-3
No
Jenis tanah
kekuningan
4
Regosol
5
Andosol
Jumlah
Menempati
Luas (ha)
Membentang sebagian di sekitar Kali Progo
dan lereng-lereng yang terjal
Membentang di aluvial antar bukit
Prosentase
16.873,97
20,14
2.149,55
87.065
2,60
100
Sumber: Peta Jenis Tanah RTRW Kabupaten Temanggung.
Kemiringan tanah di Kabupaten Temanggung bervariasi, antara datar,
hampir datar, landai, agak terjal, hampir terjal, terjal dan sangat
terjal, sebagaimana terlihat pada kelas lereng di bawah ini ;
Lereng 0 - 2 % seluas 968 Ha. ( 1,17 % )
Lereng 2 - 15 % seluas 32.492 Ha. ( 39,31 % )
Lereng 15 - 40 % seluas 31.232 Ha. ( 37,88 % )
Lereng > 40 % seluas 17.983 Ha. ( 21,64 % )
Kabupaten Temanggung memiliki dua musim yaitu ; musim
kemarau antara bulan April sampai dengan September dan musim
penghujan antara bulan Oktober sampai dengan Maret dengan curah
hujan tahunan pada umumnya tinggi.
Sebagian
besar
wilayah
Kabupaten
Temanggung
berada
pada
ketinggian 500 -1.450 m dpl, wilayah tersebut merupakan daerah
lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang terhampar dari
sisi Selatan, Barat sampai dengan Utara.
Tabel 2.2 Kelas Ketinggian dan Penyebarannya
di Kabupaten Temanggung
No.
Kelas Ketinggian
(dpl m)
1
0 - 500
2
3
Luas
(Ha)
Prosentase
(%)
8.468
10,24
500 - 750
36.194
43,78
750 - 1000
20.879
24,33
Persebaran
Kecamatan Temanggung, Jumo, Tembarak,
Candiroto, Pringsurat, dan Kandangan
Parakan, Bansari, Kledung, Bulu, Kedu, Temanggung,
Tlogomulyo, Kranggan, Gemawang, Jumo,
Selopampang, Tembarak, Kaloran, Wonoboyo,
Tretep, Pringsurat, Bejen, Candiroto, Kandangan
Parakan, Bansari, Kledung, Bulu, Kedu, Temanggung,
Tlogomulyo, Kranggan, Gemawang, Jumo,
Selopampang, Tembarak, Kaloran, Wonoboyo,
Tretep, Pringsurat, Bejen, Candiroto, Kandangan,
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-4
4
1000 - 1500
11.469
13,87
5
> 1500
10.819
7,78
Jumlah
87.065
100,00
Ngadirejo
Parakan, Bansari, Kledung, Bulu,Tretep, Wonoboyo,
Ngadirejo, Tlogomulyo, Kaloran, Selopampang,
Candiroto
Parakan, Bulu, Tretep, Wonoboyo, Selopampang,
Ngadirejo, Tlogomulyo
Sumber: Peta Topografi RTRW Kabupaten Temanggung
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kelas ketinggian
tempat yang paling luas adalah elevasi antara 500 – 750 meter
(36.194 Ha atau 43,78%) yang terletak pada bagian tengah dan bagian
utara timur laut Kabupaten Temanggung. Wilayah yang mempunyai
elevasi rendah 0 – 500 m (8.468 Ha atau 10,24%) yang terletak di
Kecamatan Temanggung, Tembarak, Pringsurat, Kandangan, Jumo
dan Candiroto. Wilayah dengan elevasi di atas 750 meter, terdapat
menyebar pada seluruh wilayah Kabupaten Temanggung.
Kabupaten Temanggung memiliki topografi yang kompleks dan
beranekaragam sesuai dengan tipikal wilayah yang dikelilingi oleh
gunung dan pegunungan. Bentuk topografi wilayah berupa dataran,
perbukitan, pegunungan, lembah, dan gunung dengan kemiringan
antara 0% - 70% (datar sampai dengan sangat curam). Pola topografi
wilayah mirip sebuah cekungan raksasa yang terbuka di bagian
Tenggara, sedangkan di bagian Selatan dan Barat dibatasi oleh
Gunung Sumbing (3.340 m dpl) dan Gunung Sindoro (3.115 m dpl)
dan di bagian Utara dibatasi pegunungan kecil yang membujur dari
Timur Laut ke arah Tenggara. Klasifikasi kemiringan lahan dibagi
menjadi 4 kelas dan hubungan kelas kemiringan/ lereng dengan luas
sebenarnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3 Kelas Kemiringan Lereng di Kabupaten Temanggung
No. Kelas Lereng (%)
Datar (0 – 2)
1
2
3
Bergelombang (2 – 15)
Curam (15 – 40)
Luas (Ha)
968 (1,175 % )
32.492 (39,31 % )
31.232 (37,88 % )
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-5
4
Sangat Curam (> 40)
22.373 (21, 64 % )
Jumlah
87.065 (100 %)
Sumber: Peta Topografi RTRW Kabupaten Temanggung
Wilayah Kabupaten Temanggung pada umumnya bergelombang terjal dan sebagian kecil datar – landai. Identifikasi bentuk lahan di
wilayah Kabupaten Temanggung dapat dibedakan menjadi 9 daerah
bentuk lahan yaitu:
1. Punggung
Bukit
sangat
curam
di
atas
vulkan
Basa
yang
mempunyai kemiringan lereng 41-60% dengan relief berkisar 51 –
300 m.
2. Bukit yang agak curam di atas vulkan basa dengan kemiringan
lereng 16-25% relief 51-300m.
3. Lereng Lahan yang tertoreh agak curam mempunyai kemiringan
lereng 16 – 25% dengan relief 2 – 50 m.
4. Gunung berapi strato muda basa/sedang dengan relief 41- 60%
dengan relief > 300m.
5. Aliran lava basa/sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran
tinggi dengan kemiringan lereng 16 – 25 % Relief 11 – 50 m.
6. Aliran Lava basa/ sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran
tinggi dengan kemiringan lereng 16 – 25 % Relief 11 – 50 m.
7. Bukit rendah yang membulat di atas napal dan batu liat dengan
relief 26 – 40 % relief 51 – 300m.
8. Punggung bukit asimetrik yang tertoreh melebar di atas batu pasir
dan batuan lumpur mempunyai kemiringan lereng >60% dengan
relief >300m
9. Lereng lahar yang landai dengan bukit kecil basalt yang membulat
dengan kemiringan lereng 9-15 % dan relief 2 – 10 m.
Pola topografi wilayah mirip sebuah cekungan raksasa yang terbuka
di bagian Tenggara, sedangkan di bagian Selatan dan Barat dibatasi
oleh Gunung Sumbing (3.340 m dpl) dan Gunung Sindoro (3.115 m
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-6
dpl) dan di bagian Utara dibatasi pegunungan kecil yang membujur
dari Timur Laut ke arah Tenggara.
Daerah Kabupaten Temanggung pada umumnya berhawa dingin
dimana udara pegunungan berkisar antara 20 C - 30 C. Daerah
berhawa sejuk terutama di daerah Kecamatan Tretep, Kecamatan
Bulu ( lereng Gunung Sumbing ), Kecamatan Tembarak, Kecamatan
Ngadirejo serta Kecamatan Candiroto.
Gunung-gunung yang tertinggi adalah gunung Sumbing ( + 3260 m )
dan gunung Sindoro (+ 3151 m).
Wilayah Kabupaten Temanggung termasuk dalam Daerah Aliran
Sungai (DAS) Progo (Sub DAS Progo Hulu) dan DAS Bodri. Sesuai
dengan keadaan wilayahnya,
Kabupaten kaya akan mata air dan
sungai, beberapa sungai yang relatif besar antara lain sungai Legung,
sungai Trocoh, sungai Lutut, sungai Dawe, dan sungai Pupu yang
semuanya bermuara di laut Jawa. Sedangkan sungai Galeh, sungai
Guntur, sungai Deres, sungai Datar, sungai Bulu, sungai Gintung,
Sungai Lungge, sungai Kuas, sungai Jambe, sungai Groboh, Sungai
Tingal, dan sungai Murung setelah menyatu dengan sungai Progo
kemudian mengalir ke arah Selatan dan bermuara di Samudra Hindia.
Tabel 2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah
Kabupaten Temanggung
DAS
Sub DAS
1
2
DAS Progo Sub DAS
Tangsi
Sub DAS Elo
Sub-sub DAS
3
Sub-Sub DAS
Plumbon
Luas (Ha)
Panjang
Sungai (km)
Debit
(m³/dtk)
4
5
6
3,010.51
238.29
Sub DAS Lunge
Total Sub DAS
Tangsi
5,058.68
253.97
8,069.19
492.26
Sub-sub DAS Elo
Sub-sub DAS
Murung
Sub-sub DAS
Tingal
2,421.19
54.55
7,267.37
260.94
9,145.62
329.75
Total Sub DAS Elo
18,834.18
645.24
6,960.70
368.47
11,298.35
602.07
8,948.73
436.17
Sub DAS Progo Sub-sub DAS Kuas
Hulu
Sub-sub DAS Galeh
Sub-sub DAS Hulu
4,889
5,556
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-7
DAS
Sub DAS
Sub-sub DAS
Luas (Ha)
Panjang
Sungai (km)
Debit
(m³/dtk)
1
2
3
4
5
6
Progo
Sub-sub DAS
Grabah
Total Sub DAS Hulu
Progo
TOTAL DAS PROGO
DAS Bodri
3,167.97
182.22
30,375.75
57,279.12
1,588.93
2,726.43
5,509.06
231.20
Sub DAS
Logung
Sub-sub DAS
Logung
Sub DAS Lutut
Sub-sub DAS Lutut
11,392.10
555.60
Sub-sub DAS Pupu
Total Sub DAS
Lutut
6,640.63
351.79
23,541.79
1,138.59
Sub-sub DAS Putih
6,041.43
245.37
TOTAL DAS BODRI
29,583.22
1,383.96
TOTAL KABUPATEN
86,862.34
4,110.39
Sub DAS Putih
6,100
16,545
*)
*) Keterangan: Debit DAS belum ada data
Sumber: - RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
- Dinas PSDA Prov. Jateng
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-8
Peta 2.1. Peta Orientasi Kabupaten Temanggung terhadap Kabupaten Sekitarnya dan Provinsi Jawa Tengah
Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-9
Peta 2.2. Peta DAS Kabupaten Temanggung
Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-10
Kondisi klimatologi Kabupaten Temanggung sebagaimana keadaan
di Indonesia. Kabupaten Temanggung beriklim tropis dengan dua musim
dalam setahunnya yaitu musim kemarau yang terjadi antara bulan April
sampai dengan September dan musim penghujan antara bulan Oktober
sampai dengan Maret. Rata-rata suhu udara di Temanggung berhawa
dingin yaitu 20-30 derajat Celcius. Daerah berhawa sejuk terutama di
daerah kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tembarak,
Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Candiroto. Curah hujan rata-rata
pertahun di Kabupaten Temanggung berkisar antara 2.250 mm/tahun,
namun curah hujan pada dataran rendah lebih kecil dibandingkan pada
dataran tinggi.
Kabupaten Temanggung beriklim tropis dengan dua musim dalam
setahunnya yaitu musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai
dengan September dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai
dengan Maret. Rata-rata suhu udara di Temanggung berhawa dingin
yaitu 20-30 derajat Celcius. Daerah berhawa sejuk terutama didaerah
kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tembarak, Kecamatan
Ngadirejo, Kecamatan Candiroto. Berdasar data dari Temanggung dalam
angka tahun 2012,curah hujan rata-rata pertahun di kabupaten
Temanggung berkisar antara 1000-3100 mm/tahun, namun curah hujan
pada dataran rendah lebih kecil dibandingkan pada dataran tinggi. .
Tabel 2.5 Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan
Kabupaten Temanggung Tahun 2014
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
Curah Hujan (mm)
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
325
260
513
224
192
126
149
23
120
127
132
Curah Hujan Maksimum
(mm)
53
64
81
50
50
47
22
30
28
47
49
Jumlah Hari Hujan
(hari)
18
13
17
14
9
11
5
1
8
13
15
Sumber: Data BMKG Proinsi Jawa Tengah
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-11
Berdasarkan tabel di atas, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret
(513 mm), dan curah hujan terendah terjadi pada bulan September (0
mm). Sedangkan dilihat dari jumlah hari hujan paling banyak terjadi
pada bulan Januari (18 hari), dan jumlah hari hujan paling sedikit pada
bulan September (0 hari) karena pada bulan September 2013 tidak
pernah terjadi hujan.
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa curah hujan rata-rata selama
10 (sepuluh) bulan terakhir yaitu sejak Januari sampai dengan Desember
2013 sebesar 181,75 mm/bulan. Sedangkan total jumlah hari hujan
antara Januari sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 124 hari
atau rata-rata 10,33 hari/bulan.
Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Temanggung diuraikan
berdasarkan identifikasi sungai dan Satuan wilayah Sungai (SWS).
Sungai yang melintas di Kabupaten Temanggung antara lain Kali Trocoh,
Kali Progo, Kali Murung, dan Kali Klegung. Sungai-sungai pada wilayah
ini tergabung dalam 2 SWS yaitu SWS Jratunseluna dan SWS Progo Opak
Oyo.
Kondisi Hidrologi terbentuk oleh masing-masing formasi batuan
mempunyai karakteristik dan ciri fisik tersendiri terhadap kemampuan
penyimpanan air tanah, tergantung pada sistem ruang antar butir, celah,
rekahan, ataupun struktur sekunder lainnya. Umumnya sebaran batuan
yang muda dan belum terkonsolidasi cukup baik mengandung dan
mengalirkan air tanah salah satunya adanya tumpukan guguran lava
jenis batuan vulkanologi gunung api. Berdasarkan ciri litologi, fasies dan
lingkungan pengendapan dan batuan muda yang tersingkap di daerah
Temanggung, maka dapat diidentifikasi ada cekungan air tanah potensial
yaitu
Cekungan
Magelang-Temanggung.
Cekungan
Magelang-
Temanggung mendapat imbuhan yang cukup penting dari bagian
pegunungan di barat dan utara yaitu Gunung Sindoro dan Sumbing.
Cekungan ini dilalui oleh sungai-sungi kecil yang bermuara dan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-12
membentuk sungai inti yang merupakan satuan DAS Bodri dan DAS
lainnya.
Jumlah mata air dan total kapasitasnya di tiap kecamatan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.6. Sumber Air Baku di Kabupaten Temanggung
No
Kecamatan
Jumlah
Mata
Air
Kapasitas
Total
(l/dtk)
Jumlah
Sungai
Kapasitas
Total
(l/dtk)
1
2
3
4
5
6
1
Tretep
23
68.5
10
25
2
Bulu
51
249
25
73.75
3
Kedu
30
48
8
35
4
Ngadirejo
45
131.2
18
117.25
5
Parakan
30
117.5
9
2124.5
6
Tembarak
34
77.5
16
77.85
7
Bansari
38
23.8
15
50
8
Candiroto
35
237
19
1071.3
9
Kandangan
31
-
12
28.1
10
Kranggan
35
39.35
13
7141
11
Selopampang
29
26.65
16
26.43
12
Tlogomulyo
39
35.7
11
32.95
13
Wonoboyo
115
160.5
10
24.5
14
Gemawang
57
128
20
59.5
15
Temanggung
60
372.05
20
157
16
Jumo
32
52
6
25
17
Pringsurat
24
33
6
12
18
Kledung
29
302
17
113.7
19
Bejen
33
109
16
97
20
Kaloran
3
6.5
7
15.5
Sumber : Dinas PSDA Prov. Jawa Tengah
Jumlah mata air paling banyak berada di wilayah Kecamatan Wonoboyo
yaitu sebanyak 115 mata air sedangkan jumlah mata air paling kecil
terdapat di kecamatan Kaloran. Namun demikian, kapasitas paling besar
dihasilkan oleh mata air yang berada di kota Temanggung yaitu sebesar
372,05 l/dtk. Data survey tersebut berupa hasil kuisoner yang diisi oleh
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-13
setiap kelurahan. Untuk kedepannya direkomendasikan untuk dilakukan
validasi
data
permukaan.
ulang
Validasi
mengenai
debit
dilakukan
mata
karena
air
maupun
dimungkinkan
debit
air
terdapat
penyimpangan debit. Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Temanggung
diuraikan berdasarkan identifikasi sungai dan Satuan wilayah Sungai
(SWS). Sungai yang melintas di Kabupaten Temanggung antara lain Kali
Trocoh, Kali Progo, Kali Murung, dan Kali Klegung. Sungai-sungai pada
wilayah ini tergabung dalam 2 SWS yaitu SWS Jratunseluna dan SWS
Progo Opak Oyo.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-14
Kondisi
Hidrologi
terbentuk
oleh
masing-masing
formasi
batuan
mempunyai karakteristik dan ciri fisik tersendiri terhadap kemampuan
penyimpanan air tanah, tergantung pada sistem ruang antar butir, celah,
rekahan, ataupun struktur sekunder lainnya. Umumnya sebaran batuan
yang muda dan belum terkonsolidasi cukup baik mengandung dan
mengalirkan air tanah salah satunya adanya tumpukan guguran lava
jenis batuan vulkanologi gunung api. Berdasarkan ciri litologi, fasies dan
lingkungan pengendapan dan batuan muda yang tersingkap di daerah
Temanggung, maka dapat diidentifikasi ada cekungan air tanah potensial
yaitu
Cekungan
Magelang-Temanggung.
Cekungan
Magelang-
Temanggung mendapat imbuhan yang cukup penting dari bagian
pegunungan di barat dan utara yaitu Gunung Sindoro dan Sumbing.
Cekungan ini dilalui oleh sungai-sungi kecil yang bermuara dan
membentuk sungai inti yang merupakan satuan DAS Bodri dan DAS
lainnya.
Beberapa sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Temanggung
meliputi dua macam sumber air yaitu sungai dan sumber air dangkal
atau mataair. Jumlah masing-masing sumber air tersebut sebagai
berikut:
1. Sungai, terdapat di Kabupaten Temanggung merupakan hulu sungai
atau Daerah Aliran Sungai diantaranya yang cukup besar adalah DAS
Bodri.
2. Mata air, di tinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Temanggung cukup
potensial akan mataair, terurama di bagian Barat (Sekitar lereng
gunung Sindoro dan Sumbing serta Ungaran yaitu Kecamatan yang
berbatasan langsung seperti Kecamatan Kledung, Tretep, Bejen,
Wonoboyo,
Selopampang,
Banasari,
Ngadirejo
dan
Pringsurat).
Berdasarkan hasil data survey tahun 2008, wilayah kabupaten
Temanggung memiliki sumber mata air yang cukup banyak. Masing –
masing mata air tersebut tersebar di seluruh kecamatan. Data jumlah
mata air dan total kapasitasnya di tiap kecamatan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-15
Tabel 2.7 Sumber Air Baku di Kabupaten Temanggung
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Sumber
Kecamatan
Tretep
Bulu
Kedu
Ngadirejo
Parakan
Tembarak
Bansari
Candiroto
Kandangan
Kranggan
Selopampang
Tlogomulyo
Wonoboyo
Gemawang
Temanggung
Jumo
Pringsurat
Kledung
Bejen
Kaloran
Jumlah
Mata Air
23
51
30
45
30
34
38
35
31
35
29
39
115
57
60
32
24
29
33
3
Kapasitas Total
(l/dtk)
68.5
249
48
131.2
117.5
77.5
23.8
237
39.35
26.65
35.7
160.5
128
372.05
52
33
302
109
6.5
Jumlah
Sungai
10
25
8
18
9
16
15
19
12
13
16
11
10
20
20
6
6
17
16
7
Kapasitas Total
(l/dtk)
25
73.75
35
117.25
2.124.5
77.85
50
1.071.3
28.1
7141
26.43
32.95
24.5
59.5
157
25
12
113.7
97
15.5
:RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun 2013-2018 dan Materi Teknis RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-
2031
Berdasarkan tabel di atas, mata air yang ada di Kabupaten Temanggung
berjumlah 720 buah dengan kapasitas 2.332,65 liter/detik. Dari jumlah
mata air tersebut sampai dengan tahun 2012 ada 16 buah mata air yang
telah di manfaatkan sebagai sumber air baku oleh PDAM, dengan
kapasitas terpasang 351 liter/detik.
Mata air yang telah dimanfaatkan oleh PDAM tersebut antara lain:
1).MA.Semadu (Parakan), 2). Sedandang, Sigandul, Tuksewu I dan II,
Segaran (Kledung), 3).Tukmulyo, Sucen, Sebayan, dan Sekocan (Bulu),
4).Pikatan (Temanggung), 5).Sedandang (Selopampang), 6).Tukbening,
Ngasinan (Pringsurat), 7).Jumprit, Tempurung, Sigetuk (Ngadirejo). Selain
yang telah dimanfaatkan oleh PDAM, mata air lainnya yang banyak
tersebar di pedesaan telah dimanfaatkan sebagai sumber air baku
penyediaan air minum di pedesaan, melalui Program PAMSIMAS di 108
desa, PNPM Mandiri, dan Program PSAB lainnya.
Khusus mata air Pikatan, selain dimanfaatkan oleh masyarakat juga
digunakan sebagai sumber air di Pikatan Water Park (perusahaan daerah)
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-16
dan Perusahaan Air Minum PT.Tirta Mas Lestari (swasta). Pada saat ini
sedang dalam proses pembahasan CSR berkaitan dengan adanya
beberapa perusahaan besar di Kabupaten Temanggung, termasuk di
antaranya PT. Tirta Mas Lestari yang memanfaatkan sebagian air dari
mata air Pikatan sebagai bahan baku mereka.
Sumber air baku selain mata air adalah sumber air baku sungai. Sumber
air baku yang berasal dari sungai sebagian besar dipergunakan untuk
kepentingan irigasi. Secara hidrologi sungai-sungai yang ada di wilayah
Kabupaten Temanggung dikelompokan dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS), Sub DAS, dan Sub-sub DAS sebagaimana tertera pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2.8 Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kabupaten Temanggung Tahun 2014
No.
1.
Nama DAS
DAS Progo
Nama Sub DAS
Sub DAS Tangsi
Sub DAS Elo
Sub DAS Progo Hulu
2.
Total DAS Progo
DAS Bodri
Sub DAS Logung
Sub DAS Lutut
Sub DAS Putih
3.
Nama Sub Sub DAS
Sub sub DAS Plumbon
Sub sub DAS Lungge
Total Sub DAS Tangsi
Sub sub DAS Elo
Sub sub DAS Murung
Sub sub DAS Tingai
Total Sub DAS Elo
Sub sub DAS Kuas
Sub sub DAS Galeh
Sub sub DAS Progo Hulu
Sub sub DAS Grabah
Total Sub DAS Progo Hulu
Sub sub DAS Logung
Sub sub DAS Lutut
Sub sub DAS Pupu
Total Sub DAS Lutut
Sub sub DAS Putih
Total DAS Bodri
DAS Serayu
TOTAL
Luas Ha
3.010,51
5.058,68
8.069,19
2.421,19
7.267,37
9.145,62
18.834,18
6.960,70
11.298,35
8.948,73
3.167,97
30.375,75
57.279,12
5.509,06
11.392,10
6.640,63
23.541,79
6.041,43
29.583,22
202,66
87.065
Sumber: PSDA Provinsi Jawa Tengah
Selanjutnya dari pengelompokan DAS, Sub DAS, dan Sub-sub DAS di
atas
dapat
diperinci
berdasarkan
satuan
sungai.
Sungai
Progo
merupakan sungai yang terpanjang yang melewati wilayah Kabupaten
Temanggung,
yaitu
mencapai panjang 57 km.
Sedangkan sungai
terpendek adalah Sungai Lombo yang terletak di Kecamatan Wonoboyo
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-17
dengan panjang 2,5 km. Perincian nama sungai dan panjang sungai
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.9 Nama Sungai/ Kali di Kabupaten Temanggung Tahun 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
Sungai/ Kali
Progo
Klegung
Sempol
Cingklong
Krengseng
Gemilang
Ganjuran
Celeng
Soko
Lungge
Gintung
Cuntel
Luyung
Jambe
Pacar
Tukmulyo
Parangan
Gondang
Semen
Bulu/ Kuas
Tuksulon
Wates
Larangan
Kedu
Nongko
Tuksanggen
Tengah
Lingseng
Sipati
Kendil
Bawang
Kembang
Galeh
Gambir
Bedali
Batur
Brangkongan
Galeh Mati
Cingkru
Datar
Dandang
Putih
Wunut
Dongko
Urang
Bandung
Jenes
Panjang (Km)
57
20
10
8
5
12,5
6
8
8
9
15
6
7
16
15
5
17
12
5
26
6
4
5,5
21
8,5
5,5
6,5
4
4,5
5
4
6
23
4
5
4
11
5
10
25
5
6,25
7
6,25
8,5
13,75
7
No.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
Sungai/ Kali
Watu Kopyah
Groboh
Cantrik
Mijilan
Pudak
Cangkring
Pecah
Bangkong
Pakisan
Mlereng
Nglengeng
Tuksongo
Logung
Mengor
Glagah
Tingal
Kasinan
Setro
Krengseng
Nglengkong
Awar-awar
Suwukan
Gobolri
Kalisari
Mandang
Manden
Seleri
Wora wari
Murung
Elo
Bodri
Muncar
Gaheng
Kulon
Sisih
Kemalon
Sumur
Duren
Banjaran
Dawe/ Pupus
Lutut
Sunggingan
Selyep
Lombo
Manggong
Ireng
Gede
Panjang (Km)
4,5
11
5
6,5
10
5
7
8
6,5
12
4,5
5
10
11,5
11
20
7
12
4,5
4
5
6
4,5
5
13
5
5
6
12,25
11
40
5
5
4,5
5
7,5
6
3,5
6
14,5
30
11
3
2,5
10
6
5
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-18
No.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
Sungai/ Kali
Guntur
Totog
Kuning
Deres
Wuluh
Bendo
Barang
Ceret
Langit
Muntung
Tengah
Sinan
Jubel
Sumbeng
Tapak
Mendeng
Konal
Anggrung
Silumbu
Kulon
Panjang (Km)
15
7,5
4,5
15
4
4,5
5
5
13
4
5,2
6
8,75
4
7,75
8,5
5
4,5
6,5
5
No.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
Sungai/ Kali
Sapi
Gemrising
Kepruk
Trocoh
Brejen
Luwungu
Brangsong
Jlegong
Ketek
Kajangan
Bengkat
Teguru/ Logung
Turen
Demoganti
Tukbawang
Rau
Paing
Tangrum
Glitung
bono
Jumlah
Panjang (Km)
6
5
5
8
4,5
25
6
6
6,5
4
7
51
6
7
4
3,5
4
4
6
8
1.183,95
Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Aspek geologi merupakan aspek yang penting untuk dibahas karena
mempunyai kaitan erat dengan potensi sumber daya tanah maupun
sumber daya mineral. Struktur geologi tertentu berasosiasi dengan
ketersediaan air tanah, minyak bumi dan sumber daya alam lainnya.
Selain itu struktur geologi selalu dijadikan dasar pertimbangan dalam
pengembangan suatu wilayah misalnya pengembangan daerah yang
berhubungan dengan kerekayasaan seperti, pembangunan bendungan,
jalan, jembatan, permukiman dan lain-lain. Selain potensi sumberdaya
alam
juga
terdapat
patahan/sesar,
ancaman
vulkanisme
bahaya
maupun
geologi
longsor
seperti
lahan
struktur
harus
selalu
diperhitungkan.
Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Temanggung secara umum
tersusun oleh 5 jenis yaitu:
1. Batuan Sedimen Pleistosen (Pleistosen)
2. Batuan Vulkanik Pleistosen (Pleistosen)
3. Batuan Vulkanik Undiferentiasi (Kuarter)
4. Batuan Vulkanik Kuarter Muda (Kuarter)
5. Sedimen Miosen (Miosen)
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-19
Formasi adalah suatu susunan batuan yang mempunyai keseragaman
ciri-ciri geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan,
maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di
permukaan bumi atau di bawah permukaan.
Formasi geologi menunjukkan kelompok-kelompok batuan yang berguna
sebagai indikator terdapatnya suatu bahan tambang untuk mengetahui
jumlah cadangan galian dan prospek pengembangannya memerlukan
penanganan lebih lanjut dari dinas/instansi terkait. Pada tabel dibawah
ini dapat diungkapkan bahwa sebagian besar (seluas 51.620 Ha) wilayah
Kabupaten Temanggung berjenis batuan vulkanik berumur Kuarter
(Vulkanik undeferensi dan kuarter muda).
Tabel 2.10 Persebaran Luas Formasi Geologi Per Wilayah Kecamatan
No
1.
2.
3.
4.
5
Formasi Geologi
Kaloran, Pringsurat
Kaloran, Pringsurat,
Kranggan
Selopampang, Bulu,
Tembarak, Ngadirejo,
Kledung, Tretep, Bansari,
Wonoboyo
Temanggung, Kedu,
Parakan, Ngadirejo,
Kandangan, Bulu
Bejen, Candiroto,
Gemawang, Jumo,
Kandangan
Jenis Batuan
Batuan Sedimen Pleistosen
(Pleistosen)
Batuan Vulkanik
Pleistosen(Pleistosen)
Luas (Ha)
3.825
7.480
Batuan Vulkanik
Undiferentiasi (Kuarter)
26.269
Batuan Vulkanik Kuarter
Muda (Kuarter)
25.351
Sedimen Miosen (Miosen)
24.377
Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-20
2.2. Pembagian Wilayah
Secara administratif Kabupaten Temanggung terdiri dari 20
Kecamatan dan dibagi lagi
menjadi 266 desa dan 23 Kelurahan,
1.522 dusun/ lingkungan, 1.657 RW dan 5.363 RT. Jarak dari
ibukota kabupaten kecamatan terjauh adalah Kecamatan Bejen dan
terdekat Kecamatan Kranggan.
Jumlah
kecamatan
dan
desa/kelurahan
di
Kabupaten
Temangggung serta luas wilayah administrasi dan wilayah terbangun
dapat dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 2.11 Pembagian Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah
per Kecamatan
Jumlah
Luas Wilayah
N0
Kecamatan
Desa/
Kelurahan
1
2
3
(Ha)
% thd Total
5
6
1
Parakan
16
2.223,00
2,55
2
Kledung
13
3.221,00
3,70
3
Bansari
13
2.253,00
2,59
4
Bulu
19
4.304,00
4,94
5
Temanggung
25
3.339,00
3,84
6
Tlogomulyo
12
2.484,00
2,85
7
Tembarak
13
2.684,00
3,08
8
Selopampang
12
1.729,00
1,99
9
Kranggan
13
5.761,00
6,62
10
Pringsurat
14
5.728,00
6,58
11
Kaloran
14
6.392,00
7,34
12
Kandangan
16
7.836,00
9,00
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-21
Jumlah
N0
Kecamatan
Desa/
Kelurahan
1
2
3
Luas Wilayah
(Ha)
% thd Total
5
6
13
Kedu
14
3.496,00
4,02
14
Ngadirejo
20
5.331,00
6,12
15
Jumo
13
2.932,00
3,37
16
Gemawang
10
6.711,00
7,71
17
Candiroto
14
5.994,00
6,88
18
Bejen
14
6.884,00
7,91
19
Tretep
11
3.365,00
3,86
20
Wonoboyo
13
4.398,00
5,05
289 87.065,00
100,00
JUMLAH
Sumber: Temanggung Dalam Angka Tahun 2015 dan Hasil Analisis
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-22
Peta 2.3. Peta Administrasi Kabupaten Temanggung
Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-23
Tabel 2.12 Luas Wilayah dan Pembagian Administrasi Kabupaten
Temanggung Tahun 2014
No.
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Parakan
Kledung
Bansari
Bulu
Temanggung
Tlogomulyo
Tembarak
Selopampang
Kranggan
Pringsurat
Kaloran
Kandangan
Kedu
Ngadirejo
Jumo
Gemawang
Candiroto
Bejen
Tretep
Wonoboyo
Jumlah
Luas
Wilayah
2.223
3.221
2.254
4.304
3.339
2.484
2.684
1.729
5.761
5.728
6.392
7.836
3.496
5.331
2.932
6.711
5.994
6.884
3.365
4.398
87.065
Jumlah
Desa
14
13
13
19
6
12
13
12
12
14
14
16
14
19
13
10
14
14
11
13
266
Jumlah
Kelurahan
2
19
1
1
23
Jumlah
Dusun
53
40
43
91
127
50
72
41
108
115
109
108
108
95
66
57
75
49
29
57
1.385
Jumlah
Lingkungan
22
108
6
3
139
RT
RW
314
138
176
297
575
151
216
129
253
360
410
364
402
395
269
326
270
146
134
195
5.520
75
44
45
84
136
44
60
52
96
112
104
104
108
112
61
63
74
54
27
55
1.510
Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Gambar 2.1
Persentase (%) Luas Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun 2014
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-24
Kegiatan pembangunan di Kabupaten Temanggung, tidak terlepas dari
kondisi penggunaan lahan untuk aktivitas kota, baik untuk fungsi
kegiatan terbangun kota maupun non terbangun kota. Berdasarkan
data penggunaan lahan tahun 2010, penggunaan lahan di Kabupaten
Temanggung didominasi oleh lahan bukan sawah seluas 66.448 ha
dan lahan sawah seluas 20.617 ha.
Tabel 2.13 Luas Penggunaan Lahan (Ha) di Kabupaten
Temanggung Tahun 2014
Lahan
Bukan Lahan
Jumla
No.
Kecamatan
Sawah
Sawah
h
1 Parakan
1.223
1.000
2.223
2 Kledung
247
2.974
3.221
3 Bansari
619
1.635
2.254
4 Bulu
1.364
2.940
4.304
5 Kedu
2.190
1.306
3.496
6 Tlogomulyo
385
2.099
2.484
7 Tembarak
752
1.932
2.684
8 Selopampang
790
939
1.729
9 Temanggung
1.890
1.449
3.339
10 Kranggan
1.425
4.336
5.761
11 Pringsurat
639
5.088
5.728
12 Kaloran
1.436
4.956
6.392
13 Kandangan
1.516
6.320
7.836
14 Ngadirejo
1.505
3.826
5.331
15 J u m o
1.278
1.654
2.932
16 Gemawang
643
6.068
6.711
17 Candiroto
1.195
4.799
5.994
18 Bejen
678
6.206
6.884
19 Tretep
57
3.308
3.365
20 Wonoboyo
802
3.596
4.398
Jumlah
20.634
66.431 87.065
Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-25
Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Gambar 2.2
Prosentase Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Temanggung Tahun 2014
Jenis penggunaan lahan untuk lahan bukan sawah diuraikan
berdasarkan jenis penggunaan lahan yang ada yaitu lahan terbangun
(terdapat tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di
Kabupaten Temanggung). Tegal/ Huma terdapat hampir tersebar pada
setiap wilayah kecamatan dengan luasan terbesar di Kecamatan
Kaloran seluas 2.560 ha dan luasan terkecil terletak di Kecamatan
Jumo seluas 125 ha. Kolam/empang terdapat di delapan kecamatan
yaitu Kecamatan Parakan, Bulu, Temanggung, Tlogomulyo, Kedu
Tembarak, Selopampang dan Wonoboyo. Perkebunan negara/rakyat
terdapat hampir di semua kecamatan kecuali ada 5 kecamatan yang
tidak mempunyai perkebunan yaitu Kecamatan Kledung, Kecamatan
Bulu, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Candiroto, Kecamatan
Tretep. Sedangkan Penggunaan lahan perkebunan terluas terdapat di
Kecamatan Kandangan dengan luas 2.629 ha dan luasan terkecil di
Kecamatan Temanggung seluas 9 ha. Hutan negara/rakyat terdapat
hampir di semua kecamatan hanya satu wilayah kecamatan yang
tidak mempunyai yaitu
Kecamatan Kranggan. Sedangkan luasan
lahan hutan negara/rakyat yang mempunyai luasan terbesar adalah
di wilayah kecamatan Bejen dengan luas 3.547 ha dan luasan terkecil
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-26
terletak di wilayah Kecamatan Temanggung hanya 14 ha. Penggunaan
lahan lainnya menyebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di
Kabupaten Temanggung hanya luasan yang
terbesar terletak di
wilayah Kecamatan Kandangan 442 ha dan luasan terkecil di wilayah
Kecamatan Bansari seluas 1 ha.
Tabel 2.14 Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah (Ha) Kabupaten
Temanggung Tahun 2014
No.
Kecamatan
Lahan
Untuk
Bangunan
Tegal/
Huma
Kolam/
Empang
Hutan
Negara/
Rakyat
Perkebunan
Negara/
Swasta
Lahan
Lainnya
Jumlah
1
Parakan
313
473
1
135
16
62
1.000
2
Kledung
138
2.124
-
680
-
32
2.974
3
Bansari
134
826
-
647
27
1
1.635
4
Bulu
372
2.095
3
411
-
59
2.940
5
Kedu
492
446
12
50
230
76
1.306
6
Tlogomulyo
239
1.615
1
190
-
54
2.099
7
Tembarak
290
906
2
640
62
32
1.932
8
Selopampang
214
561
3
115
29
17
939
9
Temanggung
847
315
7
14
9
257
1.449
10
Kranggan
797
2.490
-
0
697
352
4.336
11
Pringsurat
1.177
1.770
-
590
1.375
176
5.088
12
Kaloran
689
2.560
-
22
1.590
95
4.956
13
Kandangan
994
1.528
-
727
2.629
442
6.320
14
Ngadirejo
313
1.270
-
2.174
14
55
3.826
15
Jumo
365
125
-
325
791
48
1.654
16
Gemawang
451
1.763
-
1.544
2.190
120
6.068
17
Candiroto
447
1.944
-
2.308
-
100
4.799
18
Bejen
509
1.653
-
3.547
439
58
6.206
19
Tretep
188
2.204
-
887
-
29
3.308
20
Wonoboyo
Jumlah
305
1.425
2
1.111
718
35
3.596
9.274
28.093
31
16.117
10.816
2.100
66.431
Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-27
Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Gambar 2.3
Prosentase Luas Lahan Bukan Sawah
Kabupaten Temanggung Tahun 2014
Jenis penggunaan lahan untuk tanah sawah dapat diuraikan
berdasarkan jenis pengelolaannya menurut jaringan irigasinya, yaitu
Sawah teknis, hanya terdapat di 12 wilayah kecamatan sedangkan
yang 8 kecamatan tidak menggunakan jaringan irigasi teknis. Sawah
teknis ini di wilayah Kecamatan Kedu mempunyai luasan terbesar
yaitu 1.162 ha dan luasan terkeci terdapat di wilayah Kecamatan
Ngadirejo seluas 164 ha.
Sawah setengah teknis, terdapat
di hampir seluruh wilayah
kecamatan kecuali ada di kecamatan Bejen. Sedangkan dengan
luasan terbesar di wilayah Kecamatan Ngadirejo seluas 966 ha dan
luasan terkecil 17 ha di wilayah Kecamatan Kledung.
Sawah dengan pengairan sederhana PU, terdapat hampir merata di
wilayah Kabupaten Temanggung hanya ada dua wilayah kecamatan
yang tidak mempunyai yaitu di wilayah Kecamatan Tretep dan
Selopampang. Untuk daerah yang mempunyai luasan terbesar terletak
di wilayah Kecamatan Bulu mencapai 546 ha dan luasan terkecil di
wilayah Kecamatan Candiroto seluas 24 ha.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-28
Penggunaan sawah dengan pengairan sederhana non PU, terdapat di
15 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung, kecuali
tidak ada pada 5 wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Bansari, Bulu,
Kaloran, Ngadirejo, dan Jumo. Dengan luasan terbesar di wilayah
Kecamatan
Kranggan
682
ha
dan
luasan
terkecil
di
wilayah
Kecamatan Tretep 10 ha. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.15 Luas Penggunaan Lahan Sawah (Ha)
Kabupaten Temanggung Tahun 2014
No.
Kecamatan
Teknis
½ Teknis
Sederhana PU
Sederhana NonPU
Tadah Hujan
Jumlah
1
Parakan
417
637
75
91
3
1.223
2
Kledung
-
17
100
130
-
247
3
Bansari
-
396
113
-
110
619
4
Bulu
170
588
546
-
60
1.364
5
Kedu
1.162
931
59
36
2
2.190
6
Tlogomulyo
-
268
103
14
-
385
7
Tembarak
292
302
93
65
-
752
8
Selopampang
372
301
-
96
21
790
9
Temanggung
684
530
164
511
1
1.890
10
Kranggan
512
142
80
682
9
1.425
11
Pringsurat
284
111
37
63
144
639
12
Kaloran
197
889
277
-
73
1.436
13
Kandangan
188
232
346
532
218
1.516
14
Ngadirejo
164
966
375
-
-
1.505
15
Jumo
199
861
190
-
28
1.278
16
Gemawang
-
198
248
73
124
643
17
Candiroto
-
965
24
178
28
1.195
18
Bejen
-
-
30
533
115
678
19
Tretep
-
47
-
10
-
57
20
Wonoboyo
-
157
129
Jumlah
4.641
8.538
2.989
511
3.525
5
941
802
20.634
Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-29
Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Gambar 2.4 Prosentase Luas Lahan Sawah Kabupaten Temanggung Tahun 2014
2.2
Demografi
Data kependudukan merupakan data pokok yang dibutuhkan
baik kalangan pemerintah maupun swasta sebagai lahan untuk
perencanaan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan. Hampir
setiap aspek perencanaan pembangunan baik di bidang sosial,
ekonomi maupun politik memerlukan data penduduk karena
penduduk
merupakan
subjek
sekaligus
objek
dari
pembangunan.
2.2.1 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Kabupaten Temanggung pada tahun 2013
tercatat sebesar 739.873 jiwa, terdiri dari 370.997 jiwa laki-laki
(50,14%) dan 368.876 jiwa perempuan (49,86%). Apabila dilihat
penyebarannya, maka kecamatan yang paling tinggi persentase
jumlah penduduknya adalah Kecamatan Temanggung yakni
sebesar 10,76 persen dari jumlah penduduk yang ada di
Kabupaten Temanggung, kemudian berturut-turut Kecamatan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-30
Kedu 7,55% dan Kecamatan Ngadirejo 7,06%. Sedangkan
kecamatan
yang
terkecil
jumlah
penduduknya
adalah
Kecamatan Selopampang sebesar 0,02%.
Bila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan
perempuannya, maka diperoleh rasio jenis kelamin pada tahun
2013 sebesar 99,43 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk
laki-laki terdapat 99 penduduk perempuan. Dengan perkataan
lain bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan penduduk perempuan.
Tabel 2.16 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014
No.
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio (%)
Persentase (%)
1
Parakan
25.548
25.597
51.145
99,81
6,91
2
Kledung
12.636
12.352
24.988
102,30
3,38
3
Bansari
11.320
11.003
22.323
102,88
3,02
4
Bulu
23.516
22.716
46.232
103,52
6,25
5
Kedu
28.103
27.753
55.856
101,26
7,55
6
Temanggung
39.290
40.340
79.630
97,40
10,76
7
Tlogomulyo
11.183
11.083
22.266
100,90
3,01
8
Tembarak
14.635
14.396
29.031
101,66
3,92
9
Selopampang
9.199
9.220
18.419
99,77
2,49
10
Kranggan
22.511
22.726
45.237
99,05
6,11
11
Pringsurat
24.391
24.119
48.510
101,13
6,56
12
Kaloran
20.440
20.636
41.076
99,05
5,55
13
Kandangan
24.239
23.850
48.089
101,63
6,50
14
Ngadirejo
26.297
25.933
52.230
101,40
7,06
15
Jumo
14.131
14.261
28.392
99,09
3,84
16
Gemawang
16.085
15.763
31.848
102,04
4,30
17
Candiroto
15.202
15.392
30.594
98,77
4,14
18
Bejen
9.909
9.724
19.633
101,90
2,65
19
Tretep
10.016
9.791
19.807
102,30
2,68
20
Wonoboyo
12.346
12.221
24.567
101,02
3,32
370.997
368.876
739.873
100,57
100,00
50,14
49,86
100,00
Jumlah
Prosentase
Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-31
Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Gambar 2.5
Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelamin
Kabupaten Temanggung Tahun 2014
Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Gambar 2.6
Persentase Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Temanggung
Dirinci Per Kecamatan Tahun 2014
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-32
2.2.2 Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat
pada tabel dan piramida berikut. Berdasarkan tabel dan piramida
tersebut dapat diketahui bahwa jumlah usia produktif di Kabupaten
Temanggung lebih besar daripada jumlah usia non produktif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat ketergantungan penduduk
usia tua terhadap penduduk usia produktif cenderung tinggi.
Tabel 2.17 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung
Menurut Kelompok Umur Tahun 2014
No.
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
0-4
30.092
27.873
57.965
2
5-9
30.266
28.892
59.158
3
10-14
29.980
28.974
58.954
4
15-19
30.563
28.831
59.394
5
20-24
27.068
23.911
50.979
6
25-29
24.333
24.927
49.260
7
30-34
27.906
28.958
56.864
8
35-39
29.146
28.916
58.062
9
40-44
28.667
29.913
58.580
10
45-49
27.536
27.942
55.478
11
50-54
24.507
24.908
49.415
12
55-59
20.843
19.927
40.770
13
60-64
13.489
12.930
26.419
14
65+
26.601
31.974
58.575
370.997
368.876
739.873
Jumlah
Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-33
Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Gambar 2.7
Grafik Piramida Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kab. Temanggung Tahun 2014
2.2.3 Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang tercatat dalam data Kabupaten Temanggung
dalam angka tahun 2013 adalah DIV/ Sarjana, Diploma, SLTA, SLTP,
SD, dan tidak/ belum tamat SD. Berikut adalah rincian jumlah
penduduk di Kabupaten Temanggung menurut tingkat pendidikan.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-34
Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung
Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2014
No.
Kecamatan
DIV/
Sarjana
DI/DII/
DIII
SLTA
SLTP
SD
Tidak/Belum
Tamat SD
Jumlah
1
Parakan
1.185
989
7.642
8.586
17.078
11.001
46.481
2
Kledung
116
123
1.211
3.686
11.280
8.119
24.535
3
Bansari
182
217
1.421
3.424
10.017
6.020
21.281
4
Bulu
513
429
3.624
6.334
19.262
10.893
41.055
5
Kedu
888
768
5.416
8.968
22.277
10.541
48.858
6
Temanggung
4.347
2.521
17.735
13.689
21.613
14.495
74.400
7
Tlogomulyo
142
146
1.313
3.013
9.829
5.124
19.567
8
Tembarak
372
309
2.411
4.488
11.522
7.051
26.153
9
Selopampang
202
245
1.551
2.971
8.443
3.505
16.917
10
Kranggan
805
626
5.964
8.770
15.830
8.514
40.509
11
Pringsurat
468
467
4.778
8.477
19.820
9.052
43.062
12
Kaloran
372
506
3.688
7.616
19.034
9.553
40.769
13
Kandangan
561
525
3.896
7.965
19.012
11.876
43.835
14
Ngadirejo
698
798
4.876
9.216
22.015
12.707
50.310
15
Jumo
265
310
1.868
4.283
12.512
6.903
26.141
16
Gemawang
125
218
1.152
3.953
13.339
8.755
27.542
17
Candiroto
433
495
2.539
4.558
13.978
7.965
29.968
18
Bejen
136
201
1.249
3.497
8.946
4.810
18.839
19
Tretep
81
115
419
3.063
9.439
5.044
18.161
20
Wonoboyo
Jumlah
Persentase (%)
115
204
971
3.263
10.957
6.964
22.474
12.006
10.212
73.724
119.820
296.203
168.892
680.857
1,76
1,50
10,83
17,60
43,50
24,81
100,00
Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-35
Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Gambar 2.8
Persentase Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Kabupaten Temanggung Tahun 2014
2.2.4 Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian yang tercatat dalam data Kabupaten Temanggung
dalam angka tahun 2013 adalah pertanian, industri, bangunan,
perdagangan, pengangkutan, jasa, dan mata pencaharian lainnya.
Berikut adalah rincian jumlah penduduk di kawasan agrowisata
menurut mata pencaharian.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-36
Tabel 2.19 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung
Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014
No.
Kecamatan
Perta
nian
Indus tri
Bang
unan
Perda
gangan
Pengang
kutan
Jasa
Lain-lain
Jumlah
1
Parakan
6.916
3.521
1.097
7.768
1.021
4.378
801
25.502
2
Kledung
9.896
1.491
713
3.468
426
1.920
631
18.545
3
Bansari
9.844
1.356
675
3.191
342
2.548
198
18.154
4
Bulu
16.624
531
1.329
2.796
596
1.942
275
24.093
5
Kedu
12.902
8.622
3.233
4.529
876
2.973
33.535
66.670
6
Temanggung
7.789
5.040
2.418
8.952
1.733
9.949
1.323
37.204
7
Tlogomulyo
8.863
2.031
560
1.020
325
871
121
13.791
8
Tembarak
9.683
308
693
1.742
236
1.285
185
14.132
9
Selopampang
6.820
232
337
1.294
227
696
106
9.712
10
Kranggan
11.646
4.675
1.683
4.133
778
2.861
296
26.072
11
Pringsurat
13.676
5.806
1.253
4.975
750
2.205
336
29.001
12
Kaloran
13.915
3.207
935
2.860
505
1.770
272
23.464
13
Kandangan
14.466
1.597
1.918
4.038
749
2.256
363
25.387
14
Ngadirejo
15.718
2.174
1.631
5.879
1.147
2.973
319
29.841
15
Jumo
11.440
1.059
752
2.062
367
1.585
200
17.465
16
Gemawang
10.335
1.100
859
2.051
272
1.111
207
15.935
17
Candiroto
10.928
304
550
2.087
367
1.508
190
15.934
18
Bejen
6.682
207
266
1.017
218
935
140
9.465
19
Tretep
9.356
134
425
586
44
301
109
10.955
20
Wonoboyo
10.867
278
509
1.060
146
721
120
13.701
218.366
43.673
21.836
65.508
11.125
44.788
39.727
445.023
49,07
9,81
4,91
14,72
2,50
10,06
8,93
100,00
Jumlah
Prosentase (%)
Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
TINJAUAN : JUMLAH PENDUDUK UNTUK 5 TAHUN ke
DEPAN BELUM ADA 2016-2021
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-37
Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Gambar 2.9
Persentase Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Kabupaten Temanggung Tahun 2014
2.2.5 Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2009 – 2013)
cenderung mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah
penduduk kecuali pada tahun 2013. Pada tahun 2013 tercatat
sebesar 850 jiwa setiap satu kilo meter persegi. Di sisi lain persebaran
penduduk masih belum merata, Kecamatan Temanggung merupakan
kecamatan yang terpadat yaitu 2.385 jiwa per km2. Kecamatan Bejen
paling rendah kepadatan penduduknya yaitu 285 jiwa per km2.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-38
Tabel 2.20 Distribusi dan Kepadatan Penduduk
di Kabupaten Temanggung Tahun 2014
No.
Kecamatan
Luas
(Km2)
Jumlah
Penduduk
Distribusi
Penduduk (%)
Kepadatan
Penduduk
1
Parakan
22,23
51.145
7,43
2.301
2
Kledung
32,21
24.988
3,63
776
3
Bansari
22,53
22.323
3,24
991
4
Bulu
43,04
46.232
6,71
1.074
5
Kedu
34,96
55.856
8,11
1.598
6
Temanggung
33,39
79.630
11,56
2.385
7
Tlogomulyo
24,84
22.266
3,23
896
8
Tembarak
26,84
29.031
4,22
1.082
9
Selopampang
17,29
18.419
2,67
1.065
10
Kranggan
57,61
45.237
6,57
785
11
Pringsurat
57,27
48.510
7,04
847
12
Kaloran
63,92
41.076
5,96
643
13
Kandangan
78,36
48.089
6,98
614
14
Ngadirejo
53,31
52.230
7,58
980
15
Jumo
29,32
28.392
4,12
968
16
Gemawang
67,11
31.848
4,62
475
17
Candiroto
59,94
30.594
4,44
510
18
Bejen
68,84
19.633
2,85
285
19
Tretep
33,65
19.807
2,88
589
20
Wonoboyo
43,98
24.567
3,57
559
870,64
739.873
18,36
850
Jumlah
Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-39
Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015
Gambar 2.10
Kepadatan Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2014
TINJAUAN : PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN
KEPADATAN PENDUDUK UNTUK 5 TAHUN ke DEPAN
2016-2021 BELUM ADA
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-40
Peta 2.5. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2015
Sumber : Temanggung dalam Angka 2014 dan Hasil Analisis
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-41
Adapun
penduduk
miskin
kabupaten
Temanggung
per
kecamatan dapat digambarkan sebagai berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Tabel 2.21
Jumlah KK Miskin Kabupaten Temanggung Tahun 2015
KK Miskin
Nama Kecamatan
Jumlah KK
Jumlah
%
Parakan
Kledung
Bansari
Bulu
Temanggung
Tlogomulyo
Tembarak
Selopampang
Kranggan
Pringsurat
Kaloran
Kandangan
Kedu
Ngadirejo
Jumo
Gemawang
Candiroto
Bejen
Tretep
Wonoboyo
Jumlah
12.756
6.149
5.522
11.595
19.938
5.591
7.067
4.588
11.211
12.177
10.154
12.020
14.036
13.006
6.803
7.957
7.574
4.894
4.923
6.106.
184.065
1.103
866
810
2.353
862
1.008
1.453
882
1.643
1.954
3.628
3.146
1.434
3.106
1.905
2.515
1.340
1.698
1.623
1.636
34.962
8,64
14,08
14,66
20,29
4,32
18,02
20,56
19,22
14,65
16,04
35,72
26,17
10,21
23,88
28,00
31,60
17,69
34,69
32,96
26,79
18,99
Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Tahun 2016
Tabel 2.21 menunjukkan bahwa persentase penduduk (kepala
keluarga) miskin di Kabupaten Temanggung pada tahun 2014 berada
pada wilayah perdesaan khususnya wilayah-wilayah di daerah
pegunungan di wilayah utara Kabupaten Temanggung, di antaranya
Kecamatan Kaloran, Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep
Wilayah-
wilayah kantong kemiskinan ini juga harus mendapat perhatian
dalam penanganan sanitasi, karena penduduk miskin salah satu
faktor penyebabnya juga adalah sanitasi yang buruk.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-42
2.3 Tata Ruang Wilayah
Rencana
Struktur
ruang
wilayah
kabupaten
Temanggung
merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun
atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarkhi satu sama lain
yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah kabupaten
merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi masyarakat di wilayah
kabupaten.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Temanggung,
menggambarkan sistem pusat-pusat kegiatan di wilayah Kabupaten
Temanggung yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam Wilayah
Kabupaten Temanggung yang dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana
wilayah
yang
mengintegrasikan
kesatuan
wilayah
kabupaten.
Dalam
pembentukan
struktur
ruang
wilayah
Kabupaten
Temanggung, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Kebijakan
dan
strategi
penataan
ruang
wilayah
Kabupaten
Temanggung yang mendukung pengembangan kegiatan prioritas
Kabupaten Temanggung yaitu industri, pertanian, dan pariwisata;
 Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah Kabupaten
Temanggung dalam mendukung pengembangan kegiatan ekonomi;
 Kecenderungan
pertumbuhan
dan
pergerakan
penduduk
di
Kabupaten Temanggung;
 Daya dukung dan daya tampung ruang wilayah Kabupaten
Temanggung;
 Kebijakan
dan
peraturan
perundang-undangan
yang
terkait
dengan arahan pengembangan Kabupaten Temanggung.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-43
1. Rencana Struktur Ruang
Terdiri dari rencana sistem pusat pelayanan dan rencana sistem
jaringan prasarana wilayah.
Rencana Sistem Pusat Pelayanan, terdiri atas rencana sistem
perkotaan
disertai
dengan
penetapan
fungsi
wilayah
pengembangannya dan sistem perdesaan. Sistem pusat pelayanan
dibentuk
secara
Temanggung,
berhirarki
sehingga
di
terjadi
seluruh
Wilayah
pemerataan
Kabupaten
pelayanan
dan
mendorong pertumbuhan wilayah di perdesaan dan perkotaan
secara
seimbang
dan
berkelanjutan,
serta
mendukung
terbentuknya struktur wilayah Kabupaten Temanggung yang
direncanakan 20 tahun mendatang.
Rencana sistem jaringan prasarana wilayah, meliputi:
a. sistem jaringan transportasi;
b. sistem jaringan energi;
c. sistem jaringan telekomunikasi;
d. sistem jaringan sumber daya air;
e. sistem jaringan lingkungan; dan
f. sistem jaringan evakuasi bencana.
2. Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang terdiri atas: Kawasan Lindung dan Kawasan Budi
daya seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-44
Tabel. 2.22. Rencana Pola Ruang Kabupaten Temanggung
NO
PEMANFAATAN RUANG
1
A
2
Kawasan Lindung
1 Kawasan Hutan Lindung
2 Kawasan Yang Memberikan
Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahannya
Jumlah A
B
LUAS
(Ha)
3
3.282
9.732
13.014
Kawasan Budidaya
1 Kawasan Peruntukan
Kawasan Peruntukan
2 Tetap
Kawasan Peruntukan
3 Terbatas
4 Kawasan Peruntukan
5 Kawasan Peruntukan
Kawasan Peruntukan
6 irigasi
Kawasan Peruntukan
7 Kering
Permukiman
Hutan Produksi
14.698
7.141
Hutan Produksi
Industri
Sawah Irigasi
Sawah Non
3.155
586
20.630
5.941
Pertanian Lahan
Jumlah B
21.900
74.051
JUMLAH LUAS (A + B)
87.065
Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-45
Gambar 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Temanggung
Sumber : RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-46
Peta 2.7 Peta Rencana Pusat Layanan Kabupaten
Sumber : RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-47
A. Kemajuan Pelaksanaan SSK
Dalam rangka pembangunan sector sanitasi, kabupaten
Temanggung telah menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten yang
bertujuan sebagai dokumen perencanaan sector sanitasi yang
penganggranya bersumber dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi
dan APBN maupun dari masyarakat dan sector swasta.
upaya yang telah dilakukan anatara lain
Upaya-
dengan peningkatan
sarana prasarana sanitasi melalui beberapa program seperti
program
AMPL
PAMSIMAS
(Air
Minum
(Penyediaan
Air
dan
Minum
Penyehatan
dan
Lingkungan),
Sanitasi
Berbasis
Masyarakat) SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat) dan USRI
(Urban Sanitation and Rural Infrastructur). Program ini dilakukan
dengan koordinasi lintas sektor atau SKPD dengan melibatkan
antara lain Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda),
Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan
Hidup,
dan
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Desa
(Bapermasdes). Selain meningkatkan jumlah sarana sanitasi, juga
dilakukan penyadaran perilaku masyarakat untuk mendukung
terciptanya kesehatan lingkungan yang optimal, baik melalui
penyuluhan maupun perlombaan di bidang kesehatan lingkungan,
seperti lomba sekolah sehat maupun sekolah hijau.
Adapun tingkat pencapaiann SSK Tahun 2012-2015 dapat
digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-48
Tujuan
Meningkatnya Peran
masyarakat dalam
Pengelolaan air
Limbah
Meningkatnya
Pengetahuan
masyarakat tentang
perda pengelolaan air
Limbah dan
pemanfaatan IPLT
mengembangkan
perangkat peraturan
perundangan
Tabel 2.23
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Air Limbah Domestik
SSK Tahun 2012 - 2016
Sasaran
Data Dasar
masyarakat telah memiliki
1 Meningkatnya akses jamban di masyarakat sebesar 20% di
tahun 2014
akses jamban meningkat
menjadi 89% di kabupaten
Temanggung
Meningkatnya
cakupan
layanan
offsite
skala
kawasan/
SLBM
Terbangunnya tangki
2
sebesar 10 % pada Desa/ Kelurahan zona offsite, skala kawasan septik/ IPAL komunal pada
pada tahun 2017
18 lokasi baru
3 Meningkatnya penggunaan jamban yang bertangkiseptic sebesar 75 % masyarakat telah
75 % di Desa/ Kelurahan zona on site individual tahun 2017
menggunakan tangki septic
Sosialisasi mengenai IPLT dan pentingnya pengelolaan lumpur
tinja di Kabupaten Temanggung
Tersedianya sarana dan
prasarana pengolahan tinja
pada masyarakat
Temanggung pada Tahun
2014 dan pengelolaannya
tersedianya perangkat peraturan perundangan yang mendukung
adanya peraturan mengenai
pengelolaan air limbah
SSK 2016
Status saat ini
Pembangunan
saluran limbah
rumah tangga 1
Unit (600 M)
6 SLBM
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung
Tahun 2016
II-49
Tabel 2.24 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik
Kabupaten Temanggung
No
Sistem
1
2
A
B
Sistem On- site
1 Komunal (MCK. MCK
++, SLBM)
2 STBM
3 Individual (tangki
septik)
Sistem Off-site
1 Skala Kawasan
2 Skala Wilayah
Cakupan Target cakupan layanan
(%)
layanan
eksisting Jangka Jangka Jangka
(%)
pendek menengah panjang
3
4
5
6
5
8
9
10
85
75
86
80
100
85
100
100
0
0
0
0
0
0
2
0
Dalam pencapaian tujuan ini dilaksanakan secara bertahap karena
lokasi penanganan yang menyebar dan dilakukan skala prioritas
wilayah pengembangan pelayanan air limbah yang tergambarkan pada
peta di bawah ini :
II-50
Peta 2.8 Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik
Sumber: Hasil Analisis
II-51
Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas
pengembangan
sistem
pengelolaan
air
limbah
(on
site
maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah
digunakan
dalam
penentuan
prioritas
tersebut,
yaitu:
kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau
perdesaan), karakteristik tata guna lahan seperti: Central
Business Distric (CBD) (kawasan komersial atau rumah
tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas dihasilkan suatu peta
yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air
limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta
tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut
sekaligus
merupakan
dasar
bagi
Kabupaten
dalam
merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air
limbah Kabupaten Temanggung,
Rencana
pengembangan
air
limbah
domestik
diuraikan
sebagai berikut:
 Zona 1,
merupakan
pengelolaan
limbah
domestik
sistem off site medium, zona ini mencakup 60 kelurahan/
desa.
 Zona 2,
merupakan
pengelolaan
limbah
domestik
menggunakan sistem on site individu (tangki septik SNI),
zona ini mencakup 30 kelurahan/desa.
 Zona 3,
merupakan
pengelolaan
limbah
melalui
sistem STBM serta penyediaan MCK ++ bagi keluarga yang
tidak memiliki jamban pribadi, Zona ini mencakup 160
kelurahan/desa.
II-52
Tabel 2.28
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Persampahan
SSK Tahun 2012 - 2016
Tujuan
Sasaran
Data Dasar
meningkatkan
adanya sarana
1 Meningkatnya sarana penampungan sampah 50 % di 15
ketersediaan sarana
Kecamatan yang telah terlayani
penampungan sampah
dan prasaran
sementara
pengelolaan sampah
Adanya sarana
2 Meningkatkan sarana pengangkutan sampah sebesar 50 Unit di
15 kecamatan yang telah terlayani
pengangkutan sampah 5
unit
meningkatkan cakupan
1. Meningkatnya cakupan layanan penuh (full coverage) sistem
1. Adanya 56 daerah baru
pelayanan sampah
penanganan langsung menjadi 75 % tahun 2017
untuk pelayanan sistem
secara bertahap
2. Meningkatnya cakupan layanan penuh (full coverage) sistem
penanganan langsung.
penanganan tidak langsung menjadi 72 % tahun 2017
2. Adanya 15 Daerah baru
3. Meningkatnya pelayanan sebesar 90% pada desa 20 Desa/
untuk pelayanan system
Kelurahan Zona continue selection
penanganan tidak
langsung
3. Adanya 5 daerah baru
untuk pelayanan
persampahan
Meningkatnya
1. Pengurangan timbulan sampah di sumbernya sebesar 9 %
1. Menambah pelayanan
pengelolaan sampah
pada 289 Desa/ Kelurahan zona cakupan pengembangan
persampahan pada 3
berbasis masyarakat
sistem pengelolaan sampah berbasis Masyarakat.
wilayah zona continue
yang aman terhadap
2. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan
selection
lingkungan
sampah yang aman bagi lingkungan
2. 20 desa masyarakat
menerapkan konsep 3 R
pada 289 desa/ kelurahan
zona cakupan
pengembangan sistem
SSK 2016
Status saat ini
4 Unit Sepeda motor
roda 3,
1 unit truk arm roll
Pembangunan TPA
Sanggrahan Zona 3
II-53
Dalam
pencapaian
tujuan
tersebut,
pelaksanaan
tidak
dilaksanakan sekaligus dan serempak pada semua wilayah
namun secara bertahap. Oleh karena itu perlu dilakukan
prioritas wilayah pengembangan pelayanan persampahan
yang tergambarkan pada peta di bawah ini :
II-54
Peta 2.9. Peta Tahapan Pengembangan Persampahan
Sumber: Hasil Analisis
II-55
Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun
(SPM),
wilayah
pengembangan
pelayanan
persampahan
dapat
diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan
prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/
klasifikasi wilayah (komersial/ CBD, permukiman, fasilitas umum,
terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan
wilayah
dan
kebutuhan
pelayanan
persampahan
Kabupaten
Temanggung terdapat 3 (tiga) zona yang dapat diuraikan sebagai
berikut:

Zona 1, (full coverage+street sweeping) merupakan peningkatan
cakupan layanan hingga 100 %
(RT - TPS – TPA) + Penyapuan
Jalan dalam jangka Pendek ke menengah dengan sistem layanan
langsung dari sumber ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Terdapat 90 kelurahan/ desa dalam zona ini.

Zona 2, (Caverage >70 %) merupakan area yang harus terlayani
dengan sistem tidak langsung yakni dari rumah tangga ke Tempat
Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke TPA. Minimal 70 %
cakupan layanan harus di atasi dalam jangka menengah (5 tahun)
ke depan. Terdapat 60 kelurahan/ desa dalam zona ini.

Zona 3, (Cakupan secukupnya) merupakan pengembangan sistem
pengelolaan sampah berbasis masyarakat + pemeliharaan dan
pengelolaan sampah berbasis RT pengangkutan secukupnya (TPSTPA), jangka menengah ke panjang, terdapat 120 kelurahan/
desa.
II-56
No
1
A
1
B
1
2
C
Tabel 2.29. Tahapan Pengembangan Persampahan
Kabupaten Temanggung
Cakupan Target cakupan layanan (%)
layanan
Sistem
Jangka Jangka
eksisting Jangka
pendek
menengah
panjang
(%)
2
3
4
5
6
Penanganan
langsung (Direct)
Kawasan komersial
Penanganan tidak
langsung (indirect)
Kawasan komersial
55
60
72
100
Caverage > 70%
65
76
88
100
Cakupan
6
6
12
17
Secukupnya
Sumber : Hasil Analisi, 2016.
II-57
Tabel 2.30
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Drainase
Tujuan
Meningkatkan
koordinasi antar
lembaga dan program
dalam penanganan
drainase
Meningkatkan
anggaran operasional
drainase
Memperlancar aliran
air demi penyehatan
lingkungan
permukiman
Masyarakat sadar
akan fungsi saluran
drainase
SSK Tahun 2012 - 2016
Sasaran
Meningkatnya dimensi saluran lama sebanyak 10 Km’ pada
tahun 2017
Data Dasar
1. Berkurangnya genangan
1
air pada saat hujan
2. Lama genangan
berkurang dari 1 jam
dengan perbaikan saluran
drainase
Meningkatnya proporsi biaya operasional sebesar 10 % terhadap
Anggaran operasional
total pendanaan drainase dari yang telah ada sekarang
drainase bertambah tiap
tahunnya
1. Di bangunnya saluran drainase di setiap permukiman padat
1. Pada setiap rumah
baik oleh developer maupun masyarakat setempat pada tahun
tangga telah memiliki
2017.
saluran drainase
2. Menambah saluran pembuangan akhir drainase (tersier) di
2. Terbangun saluran tersier
perumahan sepanjang 4 Km’ di daerah dengan zona jangka
drainase di perumahan
pendek pada tahun 2014
1. Berkurangnya rumah tangga yang membuang limbah/ sampah 1. Saluran Drainase tidak
langsung ke saluran drainase sebesar 30 % pada tahun 2017.
ditemukan sampah
2. Meningkatnya peran dan kesadaran masyarakat terhadap
bertumpukan
pemeliharaan saluran drainase
2. Adanya kegiatan
masyarakat untuk
pembersihan dan saluran
drainase
SSK 2016
Status saat ini
Pemeliharaan saluran
drainase/ gorong –
gorong (jl Kabupaten
Kabupaten)
II-58
Dalam mencapai tujuan tersebut, penanganannya tidak mungkin
dilakukan sekaligus dan serempak pada semua wilayah. Oleh karena
itu perlu dilakukan prioritas wilayah pengembangan pelayanan
drainase yang tergambarkan pada peta di bawah ini :
II-59
Peta 2.10. Peta Tahapan Pengembangan Drainase
Sumber: Hasil Analisis
II-60
Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang
sesuai
dengan
kebutuhan
masing-masing
wilayah
di
tingkat
kelurahan/ desa, maka disusun prioritas pengembangan sistem
drainase. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan 5 (lima)
kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu kepadatan penduduk,
tata guna lahan (perdagangan, jasa, maupun permukiman), daerah
genangan air hujan, serta tingkat resiko kesehatan.Perencanaan
penanganan ke depan dapat diilustrasikan sebagai berikut:
 Zona 1,
(Jangka Pendek) merupakan area dengan tingkat
resiko yang relatif besar yang dapat diatasi dalam
jangka pendek mencakup 20 kelurahan/ desa.
 Zona 2,
(Jangka Panjang) merupakan area dengan tingkat
resiko menengah yang dapat di atasi dalam jangka
menengah dan panjang mencakup 80 kelurahan/
desa.
No
1
1
2
Tabel 2.28 Tahapan Pengembangan Drainase
Kabupaten Temanggung
Cakupan Target cakupan layanan (%)
layanan
Sistem
Jangka
Jangka
eksisting Jangka
pendek menengah panjang
(%)
2
3
4
5
6
Langsung
73
78
85
88
Tidak Langsung
0
0
0
0
II-61
2.4
Profil Sanitasi Saat Ini
Pembangunan
sanitasi
di
Kabupaten
Temanggung
dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan
berpegang
teguh
pembangunan
pada
sanitasi
prinsip-prinsip
yang
dan
berkelanjutan
pengertian
agar
dasar
mekanisme
pengelolaan, pemanfaatan sumber daya yang ada diharapkan akan
bermuara kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mampu
menjamin tetap terjaganya kualitas lingkungan yang memenuhi
standar kehidupan.
Seiring dengan aktivitas pembangunan yang meningkat dengan
bertambahnya
penduduk
akan
memberikan
dampak
terhadap
lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik maka akan dapat
menimbulkan masalah di bidang sanitasi. Hal ini akan menyebabkan
adanya pencemaran lingkungan, menurunnya kualitas lingkungan
dan
estetika
serta
timbulnya
penyakit
sehingga
merugikan
masyarakat di sekitarnya.
Perilaku masyarakat membuang sampah dan limbah rumah
tangga ke saluran drainase, sungai-sungai dan pada tempat-tempat
yang bukan peruntukannya ikut memperburuk kondisi sanitasi di
Kabupaten Temanggung. Dari semua persoalan sanitasi di Kabupaten
Temanggung,
penyebab
utamanya
adalah
masih
terbatasnya
pengetahuan masyarakat tentang sanitasi yang berakibat kepada
kurangnya kesadaran terhadap pentingnya sanitasi dalam kehidupan.
Profil sanitasi Kabupaten Temanggung saat ini, dapat
digambarkan atau dilihat dari kondisi air limbah domestik,
persampahan dan drainase.
II-62
2.4.1 Air Limbah Domestik
a. Sistem dan Infrastruktur
Kondisi sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten
Temanggung pada dasarnya berupa pelayanan sanitasi
sistem setempat (individual) untuk limbah tinja berupa
pengumpulan limbah tinja dari septik tank ke pengolahan
akhir. Saat ini Kabupaten Temanggung belum memiliki
Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT), namun dalam
penyusunan pemuthakiran ini masuk dalam perencanaan
program dan kegiatan.
Secara umum pengelolaan limbah tinja di Kabupaten
Temanggung dilaksanakan sendiri oleh masyarakat secara
individual, sedangkan limbah cair langsung ke saluran
drainase. Akan tetapi, kebiasaan ini tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip sanitasi yang baik sehingga kebiasaan ini
harus ditinggalkan.
Pemerintah
Kabupaten
Temanggung
juga
telah
membangunkan MCK Plus di:
- Desa Banyuurip (KSM Banyuurip)
- Desa Manding (KSM Manding)
- Desa Ngadirejo (KSM Ngadirejo)
dan Pembangunan IPAL Komunal di Desa Ngadirejo (KSM
Ngadirejo) untuk digunakan secara komunal. Untuk areal
permukiman, golongan masyarakat yang berpenghasilan
menengah ke atas telah memiliki WC secara individu.
Untuk
masyarakat
golongan
menengah
ke
bawah
kebanyakan belum memiliki WC secara individu.
Adapun Rencana Pengembangan Sistem Jaringan
Prasarana Air Limbah Kabupaten Temanggung didasarkan
pada data yang ada dimana hampir di semua wilayah
II-63
Kabupaten Temanggung menggunakan sistem pembuangan
air limbah setempat (onsite sanitation) baik itu secara
individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi
lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki
pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke
saluran atau sungai. Limbah manusia ditampung dalam
tangki septik atau cubluk dimana penguraian terjadi secara
alamiah dan cairannya dibuang ke bidang tanah atau
sumur resapan. Sedangkan untuk limbah mandi dan cuci
(grey water) penanganannya langsung dibuang ke saluran
drainase, di Kabupaten Temanggung Ada satu lingkungan
(Kelurahan
Butuh
Kecamatan
Temanggung)
telah
menerapkan pengelolaan grey water dengan cara IPAL
Komunal. Ditinjau dari peran serta pemerintah, sebagian
besar pengelolaan air limbah terutama limbah domestik di
Kabupaten
individual
Temanggung
oleh
masih
masyarakat.
dilaksanakan
Sampai
saat
ini
secara
peran
pemerintah daerah dalam hal pengelolaan sanitasi terbatas
dalam hal pemberian bantuan jamban kepada sebagian
warga masyarakat serta fasilitasi pembangunan MCK
komunal berbasis masyarakat di beberapa titik wilayah.
Prasarana pengelolaan limbah meliputi pengelolaan
limbah rumah tangga; dan pengelolaan limbah industri,
dijabarkan sebagai berikut :
1) Pengelolaan limbah rumah tangga meliputi:
a) Penanganan
limbah
secara
on
site
dengan
pembangunan jamban keluarga, jamban komunal
dan Mandi cuci kakus umum;
II-64
b) Penanganan limbah secara off site dengan sistem
perpipaan dengan membangun instalasi pengolah
air limbah (ipal) komunal;
c) Penanganan limbah padat dengan incenerator dan
limbah tinja dengan instalasi pengolah lumpur tinja
(IPLT); dan
d) Menyediakan sarana pengangkutan limbah ke lokasi
pengolahan limbah.
2) Pengelolaan limbah industri berupa pengembangan
instalasi pemrosesan limbah di setiap lokasi industri.
Berikut kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air
Limbah Domestik yang ada di Kabupaten Temanggung
adalah sebagai berikut:
a) SPAL Setempat (Sistem Onsite), terdiri dari :
b) SPAL
Terpusat
(Sistem
Offsite),
berupa
IPAL
Komunal terdapat 30 unit dan berfungsi dengan
baik Kondisi eksisting sistem dan infrastruktur air
limbah
di
kabupaten
digambarkan sebagai berikut:
Temanggung
dapat
II-65
Tabel.29
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan air Limbah Domestik
Kabupaten Temanggung Tahun 2015
INPUT
USER INTERFACE
1
Black Water (Tinja,
Urine,Air Pembersih,
Air Penggelontor,
Kertas Pembersih)
2
Jamban Komunal
(Kelurahan Butuh)
SLBM Komunal
Kelurahan Purworejo
SLBM Komunal
Kelurahan Manggong
SLBM Komunal
Kelurahan Kranggan
SLBM Komunal Desa
Candiroto
SLBM Komunal Desa
Gondang Winangun
SLBM Komunal Kel.
Parakan Kauman
SLBM Komunal
Kelurahan Jurang
Septick tank komunal
Perumahan AZA Griya
Jamban Jongkok/
Duduk
Cubluk leher angsa
Jamban helikopter
PENAMPUNG PENGALIR PENGOLAH PEMBUANGAN/ KODE/ NAMA
AN AWAL
AN
AN AKHIR DAUR ULANG
ALIRAN
3
4
Dari jamban Perpipaan
komunal
Perpipaan
5
IPAL
degister
IPAL
6
Sungai
7
Air Limbah AL 1
Sungai
Air Limbah AL 2
-
Perpipaan
IPAL
Sungai
Air Limbah AL 3
-
Perpipaan
IPAL
Sungai
Air Limbah AL 4
-
Perpipaan
IPAL
Sungai
-
Perpipaan
IPAL
Sungai
-
Perpipaan
IPAL
Sungai
-
Perpipaan
IPAL
Sungai
-
Perpipaan septictank
resapan
perpipaan
Sumur
resapan
-
Sumur
resapan
Sungai/
Kolam ikan
Tanah
perpipaan
Sungai
perpipaan
IPAL
Komunal
Sumur
resapan
perpipaan
Sumur
resapan
Air Limbah AL 5
Sungai
Air Limbah AL 7
Tangki
Septik
-
Pembuangan langsung
(Kebun, Sawah dll)
Grey Water (Air
SLBM Komunal (Kel
Dari
Curah dari dapur,
Butuh)
masyarakat
air untuk mandi, air Pembuangan Kamar
Septic
cucian pakaian)
Mandi
Tempat Cuci
Septic
Makanan/ Piring
Pembuangan langsung Drainase/
(Kebun, Sawah dll)
tanah
Air Limbah AL 6
Air Limbah AL 8
Sumber: Dinas PU Kabupaten Temanggung
II-66
Tabel.2.30
Sistem Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kabupaten Temanggung
TEKNOLOGI YANG
DIGUNAKAN
2
IPAL KOMUNAL
JENIS DATA
SEKUNDER
3
Jumlah KK yang dilayani
(PERKIRAAN)
NILAI DATA
4
120 kk
IPAL KOMUNAL
Jumlah KK yang dilayani
150 kk
DPU
IPAL KOMUNAL
Jumlah KK yang dilayani
150 kk
DPU
IPAL KOMUNAL
Jumlah KK yang dilayani
150 kk
DPU
IPAL KOMUNAL
Jumlah KK yang dilayani
150 kk
DPU
IPAL KOMUNAL
Jumlah KK yang dilayani
150 kk
DPU
IPAL KOMUNAL
Jumlah KK yang dilayani
150 kk
DPU
IPAL KOMUNAL
Jumlah KK yang dilayani
150 kk
DPU
IPAL KOMUNAL
Jumlah KK yang dilayani
216 kk
DPU
IPAL
Timbulan sampah
130,03 m3/hari
DPU
Rumah Sakit
IPAL
Jumlah Rumah Sakit
4 Rumah Sakit
BLH
Industri Tahu
IPAL/ Biogas
Jumlah Industri
7 Industri
BLH
Jumlah Industri
2 Industri
BLH
KELOMPOK FUNGSI
1
SLBM Komunal Kel. Butuh
SLBM Komunal Kel.
Purworejo
SLBM Komunal Kel.
Manggong
SLBM Komunal Kel.
Kranggan
SLBM Komunal Desa
Candiroto
SLBM Komunal Desa
Gondang Winangun
SLBM Komunal Kel. Parakan
Kauman
SLBM Komunal Kel.Jurang
Septick tank komunal
Perumahan AZA Griya
Lindi TPA Sanggrahan
Industri Tapioka
User Interface
User Interface
User Interface
User Interface
Penampungan Awal
Penampungan Awal
IPAL
Tempat Cuci Makanan/
Piring
Jamban Jongkok dan
Jamban Duduk
Pembuangan Kamar Mandi
JAMBAN helikopter dan
Pembuangan langsung
(Kebun, Sawah)
Tangki Septik
Jumbleng
Pengaliran
SUMBER
DATA
5
BLH
Jumlah
Dinkes
Jumlah
Dinkes
Jumlah
Dinkes
Jumlah
Dinkes
Jumlah
169.580 bh
Dinkes
Jumlah
9.923 bh
Dinkes
jumlah armada
Jumlah kk terlayani
15 kk /bln
DPU
Kapasitas
DPU
Pembuangan/ Daur Ulang
Sungai
NAMA SUNGAI
DPU
Pembuangan/ Daur Ulang
Kompos
jumlah
DPU
Sumber: Dinas PU Kabupaten Temanggung
II-67
Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Temanggung masih
banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site
system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara
komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum
memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran
atau sungai. Ada beberapa lingkungan (Kelurahan Butuh, Parakan,
Kauman,Kecamatan Temanggung) telah menerapkan pengelolaan
black water dengan cara IPAL Komunal.
Untuk pembuangan air kotor atau limbah tinja manusia dari
hasil studi EHRA diketahui bahwa sebagian besar masyarakat (72 %)
sudah buang air besar di jamban pribadi, ke wc umum 14 %, dan
masih ada 19,8 % warga masyarakat yang masih BABS (Buang Air
Besar Sembarangan) diantaranya di empang, sungai, kebun dan
selokan atau parit.
Sumber: Hasil Study EHRA Kabupaten Temanggung.
Gambar 2.11 Buang Air Besar di Kabupaten Temanggung Tahun 2016
Untuk kebiasan BABs didominasi oleh laki laki Dewasa 14,7 % dan
perempuan Dewasa 12 %, lebih lengkapnya Data tempat Anggota
Keluarga yang masih BABs dapat dilihat dari gambar di bawah ini.
II-68
Gambar 2.12. Pelaku Buang Air Besar Sembarangan (BABs)
Kab. Temanggung
Tempat pembuangan limbah di masyarakat ada berbagai macam cara,
penyaluran buangan akhir tinja antara lain dengan tangki septic 71
%, ke cubluk 12 %, dan ke sungai 11 %. Sebanyak 87 % tangki septic
milik warga tidak/ belum pernah dikuras. Untuk penyaluran air
limbah Rumah Tangga sebanyak 40 % disalurkan ke saluran terbuka
dan 28 % ke saluran tertutup serta 24 % disalurkan ke sungai.
Sedangkan untuk tempat penyaluran akhir tinja berdasarkan survey
dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 2.13. Grafik Prosentase Tempat Buangan Akhir Tinja
Kab. Temanggung
II-69
Dari grafik diatas
dapat diketahui bahwa secara keseluruhan
pembuangan akhir tinja dari responden secara berurutan dibuang ke
tangki septik ( 71%), Ke cubluk (12 %) ,ke sungai (11 %), pipa sewer
(1%).
Pada saat ini Kabupaten Temanggung belum memiliki Instalasi
Pengolahan Limbah Tinja (IPLT), namun Detail Engineering Design
(DED)
untuk
IPLT
dan
lahannya
yang
menyatu
dengan
TPA
Sanggrahan. Saat ini masyarakat Kabupaten Temanggung apabila
membuang limbah tinja dari septic tank masih menggunakan jasa dari
Kota Magelang.
Pemerintah Kabupaten Temanggung telah membangun jamban umum
(MCK Umum) untuk digunakan secara komunal. Jamban umum ini
terdapat
pada
area
pasar
dan
permukiman
masyarakat
berpenghasilan rendah (tukang becak dll). Untuk area permukiman,
golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas telah
memiliki
jamban
secara
individu.
Untuk
masyarakat
golongan
menengah ke bawah ada yang belum memiliki jamban secara
individu. Selain limbah
rumah
tangga atau limbah domestik yang
telah disebutkan di atas, prasarana air limbah yang ada adalah
penanganan untuk mengatasi limbah industri (limbah tahu di
Kelurahan Temanggung). Prasarana pengolahan air limbah yang
dibangun
oleh
Pemerintah
merupakan
suatu
bentuk
bantuan
Pemerintah untuk mengatasi limbah yang dikeluarkan oleh industri
kecil. Hasil dari pengolahan limbah ini menghasilkan gas yang
dimanfaatkan oleh warga masyarakat sekitar.
Rencana
pengembangan
prasarana
air
limbah
di
Kabupaten
Temanggung, meliputi:

Peningkatan prasarana pengolahan limbah di kawasan
industri;
II-70

Peningkatan prasarana pengolahan limbah domestik rumah
tangga (grey water) secara skala kawasan dengan metode
IPAL
Komunal
berbasis
masyarakat
di
permukiman
perkotaan dan kawasan padat penduduk; dan

Pengelolaan limbah tinja dengan caraseptic tank individu
atau pengumpulan limbah tinja secara septic tank komunal
skala kawasan berikutnya dikelola di IPLT.
Berikut ini data IPAL Komunal di Kabupaten Temanggung :
1. Kelurahan Brojolan Kecamatan Temanggung I
 IPAL KSM Tirta Guna
IPAL Kelurahan Brojolan yang dikelola KSM Tirta Guna
dibangun pada tahun 2008 dan mulai beroperasi pada tahun
2009. Lokasi IPAL yaitu di Jalan Rama 131 RT.06 / RW. I
Brojolan Barat Temanggung I. Jumlah pelanggan IPAL sampai
saat ini sebanyak 35 KK. IPAL Desa Brojolan juga dilengkapi
dengan
Biodigester.
Pengembangan
IPAL
Brojolan
yang
direncanakan pengelola berupa pembangunan green house di
atas biodigester.
 IPAL KSM Tirta Asri
KSM Tirta Asri mengelola IPAL di Kelurahan Brojolan yang
dibangun pada tahun 2013. Lokasi IPAL di Jalan Rama RT.
02 / RW. I Brojolan Barat, dengan koordinat 07o18'36.3" LS
dan 110o10'43.2" BT. Jumlah pelanggan IPAL sebanyak 110
KK.
II-71
Gambar 2.14. Pengolahan Limbah Kelurahan Brojolan Kecamatan Temanggung
2. Kelurahan Purworejo Kecamatan Temanggung
 IPAL KSM Manunggal
KSM Manunggal mengelola IPAL di Kelurahan Pruworejo yang
dibangun
pada
tahun
2010.
Lokasi
IPAL
terletak
di
Lingkungan Brongkol RT.04/ RW.03 Kelurahan Purworejo
Temanggung
dengan
koordinat
07o19'45,5"
LS
dan
110o10'29,7" BT. Jumlah pelanggan IPAL sebanyak 50 KK.
Gambar 2.15. Pengolahan Limbah KSM Manunggal Kelurahan Purworejo
Kecamatan Temanggung
 IPAL KSM Sekeco
KSM Sekeco mengelola IPAL di Kelurahan Purworejo yang
dibangun pada tahun 2013 dengan sumber dana yang berasal
dari Sinarmas, PU (BOP), dan Swadaya. Lokasi IPAL terletak
di RT.03/RW.02 Kampung Kalibaru Kelurahan Purworejo
Kecamatan Temanggungdengan koordinat 07o19'56,9" LS dan
II-72
110o10'26,5" BT. Jumlah pelanggan IPAL sebanyak 63 KK.
Pematusan menggunakan irigasi non teknis.
Gambar 2.15. Pengolahan Limbah KSM Sekeco Kelurahan Purworejo Kecamatan Temanggung
3. Kelurahan Jurang Kecamatan Temanggung
Pengolahan limbah Kelurahan Jurang menggunakan IPAL
Komunal yang dibangun pada tahun 2009. Jumlah pelayanan
sistem sebanyak 80 KK. Kondisi fisik di sekitar yaitu tinggi
muka air ±1 meter dengan tanah persawahan dan pematusan
menggunakan sungai yang ada.
4. Kelurahan Banyuurip Kecamatan Temanggung
Pengolahan limbah Kelurahan Banyuurip menggunakan IPAL
yang dibangun pada tahun 2012. Operasional pengolahan
limbah Kelurahan Banyuurip ini dikelola oleh KSM Sehat
Sejahtera.
Kelurahan
IPAL
Kelurahan
Banyuurip
Banyuurip
Kecamatan
terletak
di
Temanggung
RW.03
dengan
koordinat 07o18'44,8" LS dan 110o11'21,6" BT. Kondisi fisik di
sekitar yaitu pematusan menggunakan sungai yang ada.
II-73
Gambar 2.16. Pengolahan Limbah Kelurahan Banyuurip Kecamatan Temanggung
5. Kelurahan Manding Kecamatan Temanggung
Pengolahan
limbah
Kelurahan
Manding
Kecamatan
Temanggung menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada
tahun 2012. Terletak di RT.03/RW.02 dan RT.2,3/RW.01
Kelurahan Manding Kecamatan Temanggungdengan koordinat
07o18'47,5" LS dan 110o09'57,6" BT. Operasional pengolahan
limbah Kelurahan Manding Kecamatan Temanggung ini dikelola
oleh KSM Nirmala. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 50 KK.
Tinggi muka air tanah di sekitar ±2 meter dengan tanah
vulkanik dan pematusan dengan sungai. Permasalahan yang
ada yaitu akses jalan yang kurang baik dan banyak truk yang
melewati area IPAL dikhawatirkan dapat menyebabkan IPAL
pecah.
Gambar 2.17. Pengolahan Limbah Kelurahan Manding Kecamatan Temanggung
II-74
6. Kelurahan Sidorejo Kecamatan Temanggung
Pengolahan limbah Kelurahan Sidorejo Kecamatan Temanggung
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014.
Terletak di RT.01,03,04/RW.01 Kelurahan Sidorejo Kecamatan
Temanggungdengan koordinat 07o17'48,9" LS dan 110o10'26.3"
BT. Operasional pengolahan limbah Kelurahan Sidorejo ini
dikelola oleh KSM Maju Sehat. Jumlah pelayanan sistem
sebanyak 60 KK dan 1 komplek pondok. Tinggi muka air tanah
di sekitar ±2 meter dan pematusan dengan irigasi non teknis.
Gambar 2.16 . Pengolahan Limbah Kelurahan Sidorejo Kecamatan Temanggung
7. Dusun Coyudan, Kelurahan Parakan Kauman, Kecamatan
Parakan
Pengolahan
limbah
Dusun
Coyudan
Kecamatan
Parakan
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2009
dengan
sumber
pendanaan
APBD
Provinsi.
Operasional
pengolahan limbah Dusun Coyudan ini dikelola oleh KSM
Berimandengan koordinat 07o16'51,0" LS dan 110o05'53,2" B..
Jumlah pelayanan sistem sebanyak 90 KK.
II-75
Gambar 2.17 . Pengolahan Limbah DusunCoyudan Kecamatan Parakan
8. Kelurahan Parakan Kauman Kecamatan Parakan
Pengolahan limbah Kelurahan Parakan Kauman Kecamatan
Parakan menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada
tahun
2009
dengan
sumber
pendanaan
APBD
Provinsi.
Operasional pengolahan limbah Kelurahan Parakan Kauman ini
dikelola oleh KSM Al Barokahdengan koordinat 07o17'16,8" LS
dan 110o05'45,6" BT.
Jumlah pelayanan sistem sebanyak 80
KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±2 meter dengan tanah
vulkanik
dan
pematusan
dengan
saluran
drainase.
Permasalahan yang ada yaitu belum dilakukan renovasi setelah
adanya beberapa kerusakan.
Gambar 2.18 . Pengolahan Limbah Parakan Kauman Kecamatan Parakan
II-76
9. Desa Parakan Wetan Kecamatan Parakan
Pengolahan limbah Desa Parakan Wetan Kecamatan Parakan
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2013.
Terletak di RT.01,02,03,04,05/RW.010 Desa Parakan Wetan
Kecamatan
Parakandengan
koordinat
07o16'40,4"
LS
dan
110o05'13,0" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Parakan
Wetan ini dikelola oleh KSM Sehat Bersama. Jumlah pelayanan
sistem sebanyak 200. Jumlah iuran per bulan adalah Rp.
3000,-/KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±50 meter dan
pematusan dengan sungai. Permasalahan yang terjadi adalah
IPAL yang pernah tersumbat karena kesalahan konstruksi.
Gambar 2.19 . Pengolahan Limbah Parakan Wetan Kecamatan Parakan
10. Kelurahan Manggong Kecamatan Ngadirejo
Operasional
pengolahan
limbah
Kelurahan
Manggong
ini
dikelola oleh KSM Lancar. Pengolahan limbah Kelurahan
Manggong
Kecamatan
Ngadirejo
menggunakan
IPAL
yang
dibangun pada tahun 2010. IPAL KSM Lancar terletak di
RT.05/RW.03 Dusun Gondang Manggong Kelurahan Manggong
Kecamatan Ngandirejodengan koordinat 07o14'35,9" LS dan
110o04'00,6" BT. Besaran iuran bulanan yaitu Rp. 2000 /KK.
Jumlah pelayanan sistem sebanyak 120 KK. Jenis tanah di
sekitar IPAL yaitu tanah vulkanik dan pematusan menggunakan
saluran
drainase.
Kebutuhan
pengembangan
penyambungan saluran pada saluran rumah.
adalah
II-77
Gambar 2.20 . Pengolahan Limbah Kelurahan Manggong Kecamatan Ngadirejo
11.
Desa Gondangwinangun Kecamatan Ngadirejo
Pengolahan
limbah
Desa
Gondang
Winangun
Kecamatan
Ngadirejo menggunakan dua IPAL yang dibangun pada tahun
2011. Operasional pengolahan limbah Desa Gondang Winangun
ini dikelola oleh KSM Karya Nyata. IPAL KSM Karya Nyata
terletak di koordinat 07o14'15,5" LS dan 110o03'20,4" BT. dan
240 Dusun Kaligalang dan Dusun Carikan Desa Gondang
Winangun Kecamatan Ngandirejo. Jumlah pelayanan sistem
sebanyak 60 KK di IPAL 1 dan 40 KK di IPAL 2. Jenis tanah di
sekitar IPAL yaitu tanah vulkanik dan pematusan menggunakan
saluran drainase.
Gambar 2.21 . Pengolahan Limbah Desa Gondangwinangun Kecamatan Ngadirejo
II-78
12.
Desa Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo
Pengolahan
limbah
menggunakan
IPAL
Desa
yang
Ngadirejo
dibangun
Kecamatan
pada
Ngadirejo
tahun
2012.
Operasional pengolahan limbah Desa Candiroto ini dikelola oleh
KSM Ngudi Utomo. IPAL KSM Ngudi Utomo terletak di koordinat
07o13'58,5" LS dan 110o03'42,5" BTDusun Ngempon Desa
Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo. Jumlah pelayanan sistem
sebanyak 100 KK yang mencakup 1 RW atau 3 RT. Tinggi muka
air tanah diskitar IPAL yaitu ± 2 meter – 3 meter. Jenis tanah di
sekitar IPAL yaitu tanah vulkanik dan pematusan menggunakan
saluran
irigasi.
Permasalahan
yang
ada
belum
pernah
dilakukan maintanance.
Gambar 2.22 . Pengolahan Limbah Desa Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo
13.
Desa Ganduwetan Kecamatan Ngadirejo
Pengolahan limbah Desa Ganduwetan Kecamatan Ngadirejo
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014
dengan sumber dana yang berasal dari APBD. Terletak di
RT.01/RW.01 Dusun Nggaden Desa Ganduwetan Kecamatan
Ngadirejodengan koordinat 07o14'05,3" LS dan 110o04'05,7" BT.
Operasional pengolahan limbah Desa Ganduwetan ini dikelola
oleh KSM Lancar Sari. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 200
KK. Jumlah iuran per bulan adalah Rp. 3000/KK. Jarak dari
badan air di sekitar ±2 meter dan pematusan dengan saluran
drainase.
II-79
Gambar 2.23 . Pengolahan Limbah Desa Ganduwetan Kecamatan Ngadirejo
14.
Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggan
Pengolahan limbah Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggan
menggunakan
IPAL
yang
dibangun
pada
tahun
2011.
Operasional pengolahan limbah Kelurahan Kranggan ini dikelola
oleh KSM Manfaat. IPAL KSM Manfaat terletak di RT.05/RW.04
Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggandengan koordinat
07o20'38,7" LS dan 110o12'39,1" BT. Besaran iuran bulanan
yaitu Rp. 2000 /KK. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 87 KK.
Kondisi fisik di sekitar IPAL yaitu tinggi muka air tanah 20
meter dan pematusan menggunakan sungai. Permasalahan
yang ada adalah perlu dilakukan penyedotan dan akses yang
masih jalan setapak. Perlu dibuat jalan yang lebih baik.
Gambar 2.24 . Pengolahan Limbah Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggan
II-80
15.
Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan
Pengolahan
limbah
Desa
Ngropoh
Kecamatan
Kranggan
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014.
Terletak di RT.01/RW.01 Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan
dengan
koordinat
07o20'55,9"
LS
dan
110o14'52,9"
BT.
Operasional pengolahan limbah Desa Ngropoh ini dikelola oleh
KSM Jadi Bersih. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 126 KK
yang mencakup 4 RT, 1 Masjid, 1 Musholla, dan 1 komplek
sekolah. Tinggi muka air tanah di sekitar ±50 centimeter dan
pematusan dengan sungai dan kebun. Jarak dari badan air
adalah ±120 meter. Kebutuhan pengembangan adalah Gesrep
atau bak penangkap lemak dari rumah tangga.
Gambar 2.25 . Pengolahan Limbah Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan
16. Desa Candiroto Kecamatan Candiroto
Pengolahan
limbah
menggunakan
IPAL
Desa
yang
Candiroto
dibangun
Kecamatan
pada
Candiroto
tahun
2011.
Operasional pengolahan limbah Desa Candiroto ini dikelola oleh
KSM Manunggal Karya. IPAL KSM Manunggal Karya terletak di
Dusun Krajan Desa Candiroto Kecamatan Candirotodengan
koordinat 07o10'27,2" LS dan 110o04'01,1" BT. .
II-81
Gambar 2.26 . Pengolahan Limbah Desa Candiroto Kecamatan Candiroto
Jumlah pelayanan sistem sebanyak 80 KK yang mencakup 1
RW atau 4 RT. Tinggi muka air tanah diskitar IPAL yaitu ± 7
meter – 9 meter. Jenis tanah di sekitar IPAL yaitu tanah
vulkanik dan pematusan menggunakan saluran drainase.
Permasalahan yang ada adalah bau yang keluar, kemungkinan
berasal
dari
bak
kontrol
dan
belum
pernah
dilakukan
pengecekan lumpur. Serta butuh dibuat SOP pemeliharaan
IPAL.
17. Desa Bantir Kecamatan Candiroto
Pengolahan
limbah
Desa
Bantir
Kecamatan
Candiroto
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2013.
Terletak di RT.02/RW.02 Dusun Bantir Desa Batir Kecamatan
Candirotodengan koordinat 07o13'27,3" LS dan 110o02'27,8" BT.
Operasional pengolahan limbah Desa Bantir ini dikelola oleh
KSM Kenangan. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 51 KK
dengan cakupan 2 RW atau 5 RT. Tinggi muka air tanah di
sekitar ±5 meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan
saluran drainase. Permasalahan yang ada yaitu kurangnya
kesadaran masyarakat sekitar untuk mempunyai WC.
II-82
Gambar 2.27 . Pengolahan Limbah Desa Bantir Kecamatan Candiroto
18.
Desa Morobongo Kecamatan Jumo
Pengolahan
limbah
Desa
Morobongo
Kecamatan
Jumo
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2013.
Terletak di RT.05/RW.03 Dusun Belimbing Desa Morobongo
Kecamatan
110o04'05,6"
Jumo
BT.
dengan
koordinat
Operasional
07o13'42,8"
pengolahan
LS
limbah
dan
Desa
Morobongo ini dikelola oleh KSM Sejahtera. Jumlah pelayanan
sistem sebanyak 50 KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±2
meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan sungai.
Permasalahan yang ada yaitu pengembangan IPAL yang masih
swadaya.
Gambar 2.28 . Pengolahan Limbah Desa Morobongo Kecamatan Jumo
II-83
19. Desa Barang Kecamatan Jumo
Pengolahan
limbah
Desa
Barang
Kecamatan
Jumo
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014.
Terletak di Desa Barang Kecamatan Jumodengan koordinat
07o13'46,1" LS dan 110o05'17,7" BT. Operasional pengolahan
limbah Desa Barang ini dikelola oleh KSM Saras Sejati.
Pematusan menggunakan saluran drainase. Jarak dari badan
air adalah ±1 meter.
Gambar 2.29 . Pengolahan Limbah Desa Barang Kecamatan Jumo
20.
Desa Rejosari Kecamatan Wonoboyo
Pengolahan
limbah
Desa
Rejosari
Kecamatan
Wonoboyo
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2013.
Terletak di RT.01/RW.04 Dusun Pomahan Desa Rejosari
Kecamatan Wonoboyodengan koordinat 07o12'44,2" LS dan
110o00'35,8" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Rejosari
ini dikelola oleh KSM Lestari.
Jumlah pelayanan sistem
sebanyak 89 KK yang mencakup 1 dusun dan 1 komplek
pondok. Tinggi muka air tanah di sekitar ±35 meter dengan
tanah vulkanik dan pematusan dengan irigasi non teknis. Jarak
dari badan air adalah ±25 meter. Permasalahan yang ada yaitu
bau yang keluar dari IPAL dan adanya sampah plastik dan
pembalut.
II-84
Gambar 2.30 . Pengolahan Limbah Desa Rejosari Kecamatan Wonoboyo
21. Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogomulyo
Pengolahan limbah Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogo Mulyo
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014.
Terletak di RT.01,02/RW.03 Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogo
Mulyodengan koordinat 07o20'04,7" LS dan 110o09'26,8" BT.
Operasional pengolahan limbah Desa Tanjungsari ini dikelola
oleh KSM Lancar Manunggal.
Jumlah pelayanan sistem
sebanyak 100 KK yang mencakup 2 RT, 1 RW. Jumlah iuran per
bulan adalah Rp. 7500/KK. Tinggi muka air tanah di sekitar
±50 meter dan pematusan dengan sungai. Permasalahan yang
terjadi adalah area IPAL yang kotor.
Gambar 2.31 . Pengolahan Limbah Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogomulyo
II-85
22. Desa Kemloko Kecamatan Tembarak
Pengolahan
limbah
Desa
Kemloko
Kecamatan
Tembarak
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014.
Terletak di Dusun Prampelan 1 Desa Kemloko Kecamatan
Tembarakdengan koordinat 07o21'58,3" LS dan 110o08'38,0" BT.
Operasional pengolahan limbah Desa Kemloko ini dikelola oleh
KSM Anugerah Sejati. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 98
KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±20 meter dan pematusan
dengan sungai. Jarak dari badan air adalah ±50 meter.
Permasalahan yang terjadi adalah akses jalan yang sempit yang
digunakan untuk penyedotan lumpur tinja.
Gambar 2.32 . Pengolahan Limbah Desa Kemloko Kecamatan Tembarak
23.
Desa Danurejo Kecamatan Kedu
Pengolahan
limbah
Desa
Danurejo
Kecamatan
Kedu
menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014.
Terletak
di
RT.01-02/RW.07
Desa
Danurejo
Kecamatan
Kedudengan koordinat 07o16'59,9" LS dan 110o08'31,5" BT.
Operasional pengolahan limbah Desa Danurejo ini dikelola oleh
KSM Sido Lancar. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 89 KK.
Jumlah iuran per bulan adalah Rp. 2000/KK. Tinggi muka air
tanah di sekitar ±1 meter dan pematusan dengan kebun.
II-86
Gambar 2.33 . Pengolahan Limbah Desa Danurejo Kecamatan Kedu
Tujuan secara umum dalam penyusunan pemutakhiran data sanitasi sektor air
limbah adalah sebagai berikut :

Menyediakan
sarana
dan
prasarana
pengelolaan
dan
pengolahan air limbah yang berwawasan lingkungan bagi
masyarakat sehingga mengurangi pencemaran lingkungan;

Memastikan pengutamaan penerapan teknologi air limbah
domestik yang ekonomis sehingga dapat mencakup pelayanan
air limbah yang luas;

Mewujudkan pembangunan sanitasi yang partisipatif sehingga
menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap sanitasi; dan

Menerapkan SPM untuk layanan air limbah domestik sehingga
terwujud pelayanan bidang air limbah yang optimal.
II-87
Tabel 2.31 Akses Jamban Penduduk Kabupaten Temanggung
PDDK
NO.
PUSKESMAS
2
JML JAMBAN
JML
PDDK
PROFIL
47.639
4
12.326
JML KK
JML
RMH
JSP
JSSP
SHARING
OD
5
11.236
6
9.868
7
136
8
1.398
9
925
1
1
Temanggung
3
41.856
2
Dharmarini
32.970
33.448
9.387
8.305
6.829
570
0
908
3
Tembarak
31.992
29.772
8.077
7.182
4.395
272
272
2.311
4
Selopampang
19.592
19.394
6.054
4.783
3.016
91
153
1.412
5
Kranggan
27.753
27.487
8.526
6.956
4.028
1.906
663
368
6
Pare
19.489
19.733
5.528
4.715
4.251
329
69
273
7
Tlogomulyo
22022
22.099
6633
5382
3135
260
974
1013
8
Bulu
47.480
46.887
14.245
11.872
6.652
303
421
4.298
9
Kedu
54.774
57.732
16.441
13.644
8.995
36
105
4.590
10
Parakan
35.963
34.303
10.503
9.264
4.971
1.350
859
2.084
11
Pringsurat
50.028
15.682
14.097
10.030
12
Kandangan
48.592
50.333
14.406
12.113
5.098
13
Kaloran
23869
25.566
8143
6540
14
Jumo
29.610
29.404
8.866
15
Gemawang
32447
32.007
16
Ngadirejo
55.496
17
Kledung
24.999
18
Bansari
19
Traji
15.141
19.075
5.700
5.000
1.328
910
324
1.344
20
Candiroto
32.256
32.171
9.033
8.084
4.721
1.520
738
1.105
21
Wonoboyo
25.745
25.493
6.969
6.063
2.544
917
317
1.245
22
Tretep
20.045
20.250
5.742
4.967
3.130
1.130
255
452
23
Bejen
19.930
20.688
6.133
5.146
1.904
1.846
814
135
24
Tepusen
19.159
19.337
5.668
4.693
2.422
1.668
401
202
KABUPATEN
754.453
768.322
224.980
192.801
112.405
24.201
12.984
44.912
50.028
23.245
1.793
549
2.709
1.993
2.313
4253
1114
88
1086
7.560
4.802
873
500
1.385
9990
8810
6007
1451
315
1042
55.390
15.886
14.005
4.220
83
0
9.739
26.993
7.800
6.296
3.136
431
353
3.880
23.093
Sumber : Hasil Analisis, 2016
7.242
6.088
2.670
3.310
986
179
2.253
II-88
Tabel 2.32 Desa ODF Kabupaten Temanggung
NO
PUSKESMAS
NAMA DESA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Bulu
Tembarak
Temanggung
Pringsurat
Kaloran
Kandangan
Kedu
Parakan
Ngadirejo
Jumo
Tretep
Candiroto
Kranggan
Tlogomulyo
Selopampang
16
Bansari
Mranggen
Tengah
17
18
19
20
Kledung
Bejen
Batursari
Petung
Wonoboyo
Gemawang
Cemoro
Drono
Guntur
Klepu
Kemiri
Kertosari
Simpar
Candiroto
Klepu
Langgeng
Salamrejo
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Tembarak
Wonokerso
Gandulan
Tlogo
Muntung
Ngropoh
Tlogomulyo
Canggal
Banjarsari
Karangwuni
Bendungan
Soborejo
Bonjor
Gowak
II-89
Tabel 2.33 Data Ipal Komunal Kabupaten Temanggung
NO
NAMA KSM
LOKASI
PEMAKAI
TAHUN
KETERANGAN
1 Tirta guna
brojolan tdmg1
8 pengrajin
2008 35kk pemakai bio gas
2 Bersemi
coyudan parakan
80KK
2009 APBD Prov
3 Manunggal
Kel. Purworejo
90KK
2010 SLBM
4 Lancar
Kel.Manggong
100KK
2010 SLBM
5 Manfaat
Kel.Kranggan
60KK
2011 SLBM
6 Karya nyata
Desa Gondang Winangun 2 Ipal 100KK
2011 SLBM
7 Manunggal karya
Desa Candiroto
94KK
2011 SLBM
8 Sekrikil
Parakan
80KK
2009 Sanimas
9 Kel. Jurang
Kel. Jurang
80KK
2009 APBD Prov
10 Sehat sejahtera
Banyuurip
90KK
2012 SLBM
11 Ngudi Utomo
Desa Ngadirejo
60KK
2012 SLBM
12 Nirmala
Manding
50KK
2012 SLBM
13 Sejahtera
Morobongo
70kk
2013 SLBM
14 Kenangan
Bantir
80kk
2013 SLBM
15 Lestari
Rejosari
80kk
2013 SLBM
16 Sekeco
Purworejo
100kk
2013 Sanimas
17 Tirta Asri
Temanggung I
120kk
2013 Sanimas
18
Kel.Sidorejo
100kk
2014
Sanimas
19 Jadi Bersih
Desa Ngropoh
100kk
2014
SLBM
20 Lancar Manunggal
Desa Tanjungsari
85 kk
2014
SLBM
21 Anugerah
Desa Kemloko Tembarak
97kk
2014
SLBM
22 Saras Sejati
Desa Barang
90 kk
2014
SLBM
23 Sidolancar
Desa Danurejo
97kk
2014
SLBM
24 Lancarsari
Desa Ganduwetan
85kk
2014
SLBM
25 HARAPAN SEJAHTERA candiroto
100 KK
2015
SLBM
26 HARAPAN INDAH
kalibanger
123 KK
2015
SLBM
27 TIRTA ASRI
baledu
120 KK
2015
SLBM
28 USAHA LESTARI
batur
117 KK
2015
SLBM
29 SEJAHTERA
Campursalam
79 KK
2015
SLBM
30 GOTONG ROYONG
catur anom
76 KK
2015
SLBM
31 MARGO ASIH
watu kumpul
120 KK
2015
SLBM
32 Lestari Makmur
Kel.Butuh
76 KK
2015
SLBM
Sumber : Hasil Analisis, 2016.
II-90
Tabel 2.34
Data DSS Air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung
Produk Input
User Interface
A
Pengumpulan &
penampungan/
Pengelolaan
Awal
B
Pengangkutan/
Pengaliran
(semi)
Pengolahan Akhir
Terpusat
Daur Ulang
dan/Pembuang-an
Akhir
C
D
E
Sumur resapan
WC Helikopter
Septic Tank/
Ipal Komunal
Air Limbah
Domestik (Black
& Gray Water)
Truk tinja
Kloset Duduk &
Jongkok
MCK
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Drainas
lingkungan
Cubluk
II-91
Produk Input
Black Water :
Grey Water :
Tabel 2.35
Data DSS Air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung
(semi)
Pengumpulan &
Pengangkutan/
Pengolahan
User Interface
Penampungan/
Pengaliran
Akhir
Pengelolaan Awal
Terpusat
A
B
C
D
WC Helikopter :
39.885 KK BABS
Ipal Komunal : 32
UNIT
Sumur resapan
Septic Tank :
Truk Tinja :
Jamban Layak :
160.631 Unit
- Pemerintah : 1
160.631 KK
Cubluk :
Drainase :
64.263 Unit
Banyak
digunakan untuk
MCK :
Septic Tank :
pembuangan air
40 Unit/ 2.129
limbah
KK
Daur Ulang
dan/Pembuangan
Akhir
E
Semua sungai
menjadi tempat
pembuangan Black
& Grey Water
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Keterangan :
Karena belum memiliki IPLT meskipun sudah memiliki truk tinja sejumlah satu unit, penyedotan lumpur
tinja dilakukan oleh pihak swasta yang membuang ke IPLT kabupaten terdekat, yaitu Kab. Magelang.
II-92
Peta 2.10 Peta Akses Jamban dan Air Bersih Kabupaten Temanggung
II-93
Peta 2.11 Peta Ipal Komunal KABUPATEN TEMANGGUNG
II-94
Peta 2.12 Peta Area Jamban Kabupaten Temanggung
II-95
Peta 2.13 Peta Desa ODF Kabupaten Temanggung
II-96
sejumlah 736.261 jiwa, dikalikan
dengan asumsi
penggunaan air per hari setiap orangnya, yaitu apabila
rata-rata penggunaan air per orang per hari mencapai +
120 liter (untuk mandi, cuci, minum, dsb), sebanyak 80%
air
tersebut
akan
menjadi
air
limbah
(dibuang
ke
lingkungan setelah pemakaian), maka volume air limbah
rumah tangga di kabupaten mencapai 88.351.320 liter per
hari.
Tinja
atau
blackwater
adalah
sisa
metabolisme
manusia yang berwujud padat dan dikeluarkan dari tubuh
manusia melalui anus.
Rata-rata volume tinja manusia
Indonesia per orang per hari sebanyak 0,25 kg.
jumlah
penduduk
736.261
jiwa,
mencapai 184.065,25 kg/ per hari.
maka
Dengan
volume
tinja
II-97
Tabel 2.36
Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini
Di Kabupaten Temanggung
Sanitasi tidak layak
Sanitasi Layak
Sistem Onsite
BABS*
No.
Sistem Berbasis Individu
Nama
Kecamatan
(KK)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Parakan
Kledung
Bansari
Bulu
Temanggung
Tlogomulyo
Tembarak
Selopampang
Kranggan
Pringsurat
Kaloran
Kandangan
Kedu
Ngadirejo
Jumo
3.185
2.946
2.492
4.312
1.330
1.187
2.082
1.294
817
423
2.285
2,902
4,109
6,674
1,489
Cubluk,
jamban tidak
aman
(KK)
897
647
815
853
1.472
256
286
110
1.618
2.586
925
2.349
61
3.830
835
Cubluk
aman/
Jamban
keluarga dgn
tangki septik
aman
(KK)
6.130
1.812
2.031
5.863
15.881
3.321
2.466
2.557
7.578
7.776
6.524
4.471
8.331
2.167
4.043
Sistem Berbasis Komunal
MCK/
Jamban
Bersama
(KK)
2.543
742
2.031
569
1.256
827
2.234
626
1.196
1.392
422
2.296
1.538
328
433
MCK
Komunal
(KK)
Tangki
Septik
Komunal
> 10 KK
(KK)
IPAL
Komunal
(KK)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
435
117
0
0
0
630
85
97
160
0
0
120
97
345
160
Sistem
Offsite
Skala
Kawasan /
terpusat
Sambungan
Rumah yg
berfungsi
(KK)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
II-98
Sanitasi tidak layak
Sanitasi Layak
Sistem Onsite
BABS*
No.
Sistem Berbasis Individu
Nama
Kecamatan
(KK)
16
17
18
19
20
Gemawang
Candiroto
Bejen
Tretep
Wonoboyo
1,619
733
257
703
3,525
Cubluk,
jamban tidak
aman
(KK)
1.475
1.264
983
2.214
1.113
Cubluk
aman/
Jamban
keluarga dgn
tangki septik
aman
(KK)
4.579
4.941
3.116
1.835
1.063
Sistem Berbasis Komunal
MCK/
Jamban
Bersama
(KK)
282
635
536
173
404
MCK
Komunal
(KK)
Tangki
Septik
Komunal
> 10 KK
(KK)
IPAL
Komunal
(KK)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
123
274
0
0
80
Sistem
Offsite
Skala
Kawasan /
terpusat
Sambungan
Rumah yg
berfungsi
(KK)
0
0
0
0
0
II-99
No.
Tabel 2.37
Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kabupaten Temanggung Tahun 2015
Kondisi
Jumlah/
Jenis
Satuan
Keterangan
Tdk
Kapasitas Berfungsi
berfungsi
SPAL Setempat (Sistem Onsite)
Berbasis
1
komunal
- MCK
unit
Komunal
unit
IPAL
Komunal
2.
32
32
Truk Tinja
1 unit
800 liter
IPLT :
M3/
3
kapasitas
hari
SPAL Terpusat (Sistem Offsite)
1
Berbasis
komunal
- Tangki
unit
septik
komunal
>10KK
- IPAL
unit
Komunal
2
IPAL
Kawasan/Ter
pusat
i. kapasitas
M3/
hari
ii. sistem
Gravitasi
Sumber : Hasil Analisis, 2016.
1
SLBM,
Sanimas,
APBD Prov
APBD Kab
II-100
b. Kelembagaan dan Peraturan
1) Kelembagaan
Aspek legal/ hukum yang selama ini menangani pengelolaan air
limbah
domestik
adalah
Dinas
Pekerjaan
Umum
Kabupaten
Temanggung sesuai Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun 2008
tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Dinas
Daerah
Kabupaten
Temanggung yaitu pada di Bidang:

Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, pada Seksi Perumahan
dan Permukiman;

Bidang Tata Kota, pada Seksi Pengelolaan Persampahan.
Selain Dinas Pekerjaan Umum, pengelolaan air limbah domestik di
Kabupaten Temanggung dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi
oleh Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Temanggung.
Peraturan
perundangan
yang
terkait
pengelolaan
air
limbah
domestik, sampai saat belum dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten
Temanggung, dan juga
belum ada peraturan yang mewajibkan
warga maupun pihak swasta untuk mengelola buangan limbahnya
pada unit IPLT Kabupaten Temanggung.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun
2004 tentang Baku Mutu Air Limbah dan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik bahwa air buangan limbah yang akan di buang ke
badan air harus sudah memenuhi baku mutu air limbah agar tidak
mencemari badan air.
Berikut adalah struktur organisasi SKPD Pengawasan bidang
Limbah:
II-101
Gambar 2.34. Bagan SKPD DPU Kabupaten Temanggung yang menangani Air Limbah Domestik
KEPALA DINAS
Sekretariat
Sub Bagian
Perencanaan
Kelompok Jabatan Fungsional
Sub Bagian
Keuangan
Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian
Bidang Jalan dan Jembatan
Bidang Sumber Daya Air,
ESDM dan Jasa Konstruksi
Bidang Cipta Karya dan Tata
Ruang
Bidang Tata Kota
Seksi Jalan
Seksi Irigasi dan Energi dan Sumber
Daya Mineral
Seksi Bangunan Gedung
Seksi Kebersihan
Seksi Jembatan
Seksi Sarana dan Prasarana Air
Bersih
Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian
Tata Ruang
Seksi Pengelolaan Persampahan
Seksi Operasi Pemel. Jalan dan
Jembatan
Seksi Jasa Konstruksi
Seksi Perumahan dan Permukiman
Seksi Pertamanan dan Penerangan
Jalan Umum
UPTD
II-102
2)
Peraturan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2009-2029;

Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun
2012 tentang Rencanan Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Temanggung Tahun 2011-2031;

Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 12 Tahun
2011
tentang
Kebersihan,
Keindahan,
Ketertiban
dan
Kesehatan Lingkungan;

Peraturan Daerah No.1 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
Temanggung yaitu pada bidang:

Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, pada Seksi
Perumahan dan Permukiman;

o
Bidang Tata Kota, pada Seksi Pengelolaan Persampahan
Perda Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
dan
Pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi
Jawa Tengah;
o
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008
tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025 (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3);
o
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2013 (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4);
II-103
o
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2010 Nomor 6);
o
Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk
Teknis
Spesifikasi
Kompos
Rumah
Tangga,
Tata
cara
Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada
Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan
Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah. Petunjuk
Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis
Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan
Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan,
Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan
Urug Terkendali Di TPA Sampah;
o
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No:
16/PRT/2008
tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
o
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876 Tahun 2001
Tentang Pedoman Teknis ADKL (Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan);
o
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air
Limbah
Domestik; dan
o
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
II-104
2.4.2 Persampahan
a. Sistem dan Infrastruktur
Sampah merupakan timbulan buangan hasil suatu
proses atau aktivitas yang berbentuk padat. Sampah
dihasilkan oleh rumah tangga, pasar, rumah sakit, tempat
rekreasi, jalan, pertanian dan industri serta berasal dari
pembangunan. Secara fisik sampah dapat dibedakan
menjadi sampah kering dan sampah basah. Sampah dapat
dibedakan
menjadi
sampah
organik
dan
anorganik.
Pembedaan sampah dapat pula dilakukan pada kandungan
racun
sehingga
sampah
dibedakan
menjadi
sampah
beracun dan tidak beracun. Pembedaaan yang dikenal luas
adalah pembedaan sampah organik dan anorganik.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah disebutkan definisi sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat sedangkan definisi Pengelolaan
Sampah adalah semua kegiatan yang bersangkut paut
dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan,
transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan
akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan
faktor
kesehatan
lingkungan,
ekonomi,
teknologi,
konservasi, estetika, dan faktor-faktor lingkungan lainnya
yang erat kaitannya dengan respons masyarakat.
Pengelolaan
Temanggung
persampahan
dilakukan
dengan
2
di
(dua)
Kabupaten
cara
yaitu
pengelolaan sampah terpusat dan pengelolaan sampah
setempat. Pengelolaan sampah terpusat merupakan proses
terkoordinasi
dari
rangkaian
panjang
pengumpulan
sampah, pengangkutan dan selanjutnya pengelolaan akhir
II-105
di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sedangkan pengelolaan
sampah setempat dilakukan oleh warga ke permukaan
tanah atau ke dalam lubang di setiap pekarangan/
halaman rumah. Selanjutnya sampah ditimbun untuk
dijadikan pupuk atau dibiarkan.
Penanganan
sampah
perkotaan
di
Kabupaten
Temanggung telah menyediakan prasarana dan sarana
persampahan, meliputi: Tempat Penampungan Sementara
(TPS), mobil/ motor sampah (truck, arm roll, pick up, sepeda
motor roda tiga), bak kontainer, gerobak dan transfer depo
tetapi prasarana dan sarana ini masih terbatas sehingga
daerah layanan hanya di beberapa kecamatan saja dan
timbulan sampah belum semua dapat terangkut.
Kegiatan pengurangan meliputi:
1) Pembatasan timbulan sampah;
2) Pendauran ulang sampah; dan/atau
3) Pemanfaatan kembali sampah.
Sedangkan kegiatan penanganan meliputi:
1) Pemilahan
pemisahan
dalam
bentuk
sampah
sesuai
pengelompokan
dengan
jenis,
dan
jumlah,
dan/atau sifat sampah;
2) Pengumpulan
dalam
bentuk
pengambilan
dan
pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara (TPS) atau tempat pengolahan
sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
3) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari
sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah
sementara
atau
terpadu (TPST);
dari
tempat
pengolahan
sampah
II-106
4) Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau
5) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian
sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya
ke media lingkungan secara aman.
Kabupaten Temanggung memiliki 9 TPS 3R yaitu di:
1) Kelurahan kebonsari , Kecamatan Temanggung;
2) Kelurahan Madureso, Kecamatan Temanggung;
3) Desa Nguwet Kecamatan Kranggan;
4) Desa Morobongo, Kecamatan Jumo;
5) Kelurahan Temanggung II, Kecamatan Temanggung,
6) Banyuurip Timur Kelurahan Banyuurip, Kecamatan
Temanggung
7) Banyuurip Barat Kelurahan Banyuurip, Kecamatan
Temanggung
8) Kelurahan Jampirejo, Kecamatan Temanggung, dan
9) Kelurahan Parakan Kauman, Kecamatan Parakan.
Tempat
Penampungan
Sampah
Sementara
(TPS)
Kabupaten Temanggung ada 478 Unit tersebar yaitu di
antaranya:
1. Kecamatan Temanggung, terletak di:
- kelurahan Giyanti
- kelurahan Purworejo
- Desa Mudal
- Kelurahan Madureso
- Kelurahan Kebonsari
- Desa Joho
- Kelurahan Tlogorejo
- Kelurahan Jurang
II-107
- Desa Gilingsari
- Kelurahan Manding
- Kelurahan Temanggung II
- Kelurahan Jampiroso
- Kelurahan Banyuurip
- Kelurahan Kertosari
- Kelurahan temanggung I
- Kelurahan Kowangan
- Kelurahan Walitelon Utara
- Kelurahan Jampirejo
- Desa Lungge
- Kelurahan Walitelon Selatan
2. Kecamatan Tlogomulyo, terletak di:
- Desa Sruweng
- Desa Candisari
3. Kecamatan Tembarak, terletak di:
- Desa wonokerso
- Tembarak
- SMP N Tembarak
4. Kecamatan Selopampang, terletak di:
- MTS Maarif Kacepit
5. Kecamatan Kranggan terletak di:
- Kelurahan Kranggan
- Desa Nguwet
6. Kecamatan pringsurat, terletak di
- SMA N Pringsurat
- Desa Karangwuni
7. Kecamatan Bulu, terletak di:
- Tegalurung I
- Tegalurung II
II-108
- RSK Ngesti Waluyo Wanutengah
- PLN Parakan
- Kalisat Campursari
- PKU Kalisat
- Perum Danupayan
-Villa Danupayan
- Desa Mondoretno
- Pasar Ngimbrang
- Hotel Ardita Ngimbrang
- SD Wolodono
- Lap. Wolodono
- Puskesmas Bulu
- Kantor Kecamatan Bulu
- Sejayan campursari
- Sembawang campursari
- Perum Karti Usadi Campursari
- Dalangan Camursari
- SPBU Danupayan
8. Kecamatan Kedu, terletak di:
- Mojotengah Kanan
- Mojotengah Kiri
- Masjid Sawahan Mojotengan
- Sawahan kanan
- Pasar Kedu
- Makukuhan kedu
- Desa Kedu
- Ngajingan Atas Candimulyo
- Ngajingan Bawah Candimulyo
- Pabrik ABP Candimulyo
II-109
9. Kecamatan Parakan, terletak di:
- Desa Campursalam
- Desa Ringinanom
-
Kelurahan
Parakan
Wetan,
Kalurahan
Parakan
Kauman
- Mandisari
- Tegalroso
- Desa Dangkel
Pengelolaan Persampahan TPA Sanggrahan yang
sudah ada dan Rencana pembangunan TPA Wilayah
Temanggung
Utara
di
Kecamatan
Jumo
Kabupaten
Temanggung Sistem pengolahan sampah bukan hanya
menjadi
tanggung
jawab
pemerintah
melainkan
juga
masyarakat. Pengelolaan sampah dilakukan oleh Dinas
Pekerjaan Umum (DPU) dibidang Tata Kota, pada 2 (dua)
seksi,
yaitu
seksi
kebersihan
dan
pengelolaan
persampahan.
Sistem
pengelolaan
sampah
di
Kabupaten
Temanggung meliputi pengumpulan dari rumah tangga
hingga pengolahan di TPA. Sarana TPA yang tersedia di
Kabupaten temanggung saat ini ada 1 TPA yaitu TPA
Sanggrahan yang terletak di Kecamatan Kranggan sudah
menggunakan system controlled landfill dengan luas lahan
keseluruhan seluas 50.000 m² (5 Ha).
Proses pengangkutan sampah baik sampah (mudah
busuk, dan tidak mudah busuk) dari user interface
diangkut menggunakan gerobak sampah/sepeda motor
roda tiga yang mana akan dikumpulkan ke TPS/ TPS3R/
II-110
Tranfer Depo dan diangkut menggunakan armada truk
sampah ke Tempat pemprosesan akhir.
Didalam TPS3R dilakukan pemilahan yang sampah
mudah busuk, dan tidak mudah busuk untuk dilakukan
daur ulang. berikut dapat disajikan dalam Diagram Sistem
Sanitasi Persampahan Kabupaten Temanggung tahun 2016
di bawah ini:
II-111
Tabel 2.38
Diagaram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Kabupaten Temanggung tahun 2016
INPUT
USER INTERFACE
PENGUMPULAN
SETEMPAT
1
2
Pasar Temangggung
Pasar Parakan
Pasar Entho Parakan
Pasar Candiroto
Pasar Ngadirejo
Pasar Kranggan
Pasar Kranggan Pagi
Pasar Medono
Pasar Tembarak
Pasar Agrobisnis Muntung
Pasar Kedu
Terminal Ngadirejo
Terminal Parakan
Terminal Temanggung
Terminal Maron
Terminal Kerkop
3
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
4
Container
Container
Container
Container
Container
Container
Container
Container
TPS
Container
TPS
Container
TPS
TPS
Container
TPS
5
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Dump truck
Arm roll
Dump truck
Dump truck
Dam truck
Dump truck
Dump truck
Dump truck
(SEMI)
PENGOLAHAN
AKHIR
TERPUSAT
6
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
Terminal Candiroto
Perkantoran
Alun-alun Temanggung
Pertokoan Jalan Protokol
Taman Bambu Runcing
Taman Kartini
Taman Kuda Lumping
tong sampah/kantongplastik
Tong sampah
Tong sampah
Tong sampah
Tong sampah
Tong sampah
Tong sampah di tepi jalan
Container
TPS
TPS
Container
TPS
Container
Container
Arm roll
Dump truck
Arm roll
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Dump truck
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
sampah mudah
busuk, dan tidak
mudah busuk
PENAMPUNGAN
SEMENTARA
(TPS)
PENGANGKUTAN
PEMBUANGAN
AKHIR/ DAUR
ULANG
7
Produksi kompos
Tanah
Produksi kompos
Produksi kompos
Produksi kompos
Produksi kompos
II-112
INPUT
USER INTERFACE
PENGUMPULAN
SETEMPAT
1
2
3
4
5
(SEMI)
PENGOLAHAN
AKHIR
TERPUSAT
6
Taman Progo
Taman Pengayoman
RSUD Temanggung
RS Gunung Sawo
RS PKU Muhamadiyah
RS K Ngesti Waluyo
Puskesmas Rawat Inap
Pingit
Puskesmas Rawat Inap
Ngadirejo
Desa Ngadirejo
Desa Gondangwinangun
Desa Ganduwetan
Kelurahan Manggong
Desa Petirejo
Desa Purbasari (liyangan)
SMP 2 Ngadirejo
Desa Ngaren
Desa Morobongo
Puskesmas Jumo
Desa Muntung
Desa Candiroto
Desa Tegalroso
Desa Traji
Desa Mandisari
Tong sampah
Tong sampah
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
Container
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
Arm roll
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Dump truck
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
tong sampah/kantongplastik
TPS
Dump truck
TPA
tong sampah/kantongplastik
TPS
Dump truck
TPA
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
Container
TPS
TPS
TPS3R
Container
Container
Container
Container
Container
Container
Container
Container
TPS
TPS
TPS
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Arm roll
Dump truck
Dump truck
Dump truck
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
PENAMPUNGAN
SEMENTARA
(TPS)
PENGANGKUTAN
PEMBUANGAN
AKHIR/ DAUR
ULANG
7
Produksi kompos
Produksi kompos
II-113
INPUT
USER INTERFACE
1
2
Kelurahan Parakan
Kauman
Kelurahan Parakan Wetan
Desa Dangkel
Desa Campursalam
Desa Ringinanom
Desa Depokharjo
Puskemas Bansari
Desa Bulu
Desa Wanutengah
Desa Mondoretno
Desa Danupayan
Desa Campursari
Desa Tegalurung
Desa Ngimbrang
Desa Danurejo
Desa Karangtejo
Desa Kedu
Desa Mojotengah
Desa Candimulyo
Desa Kandangan
Desa Kedungumpul
Desa Wadas
Desa Tlogomulyo
Desa Sriwungu
PENGUMPULAN
SETEMPAT
PENAMPUNGAN
SEMENTARA
(TPS)
PENGANGKUTAN
3
4
5
(SEMI)
PENGOLAHAN
AKHIR
TERPUSAT
6
tong sampah/kantongplastik
TPS
Dump truck
TPA
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
Tong sampah di tepi jalan
tong sampah/kantongplastik
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
tong sampah/kantongplastik
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
Dump truck
Dump Truck
Dump Truck
Dump Truck
Dump Truck
Dump Truck
Dam truck
Dump Truck
Dump truck
Dump truck
Dam truck
Dump Truck
Dump Truck
Dump Truck
Dump Truck
Dam truck
Dam truck
Dump truck
Dam truck
Dump truck
Dump Truck
Dump truck
Dump truck
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
PEMBUANGAN
AKHIR/ DAUR
ULANG
7
Produksi kompos
Produksi kompos
Produksi kompos
II-114
INPUT
USER INTERFACE
PENGUMPULAN
SETEMPAT
1
2
3
4
5
(SEMI)
PENGOLAHAN
AKHIR
TERPUSAT
6
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
tong sampah/kantongplastik
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
Tong sampah di tepi jalan
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS3R-Container
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
Container
Container
Container
Container
Container
Dump truck
Dump truck
Dump Truck
Dump Truck
Dump Truck
Dump Truck
Dump Truck
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Tosaa roda 3
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Tossa roda 3
Tossa roda 3
Tossa roda 3
Tossa roda 3
Tossa roda 3
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
Desa Tanjungsari
Desa Balerejo
Desa Candisari
Desa Tembarak
Desa Wonokerso
Desa Menggoro
Desa Ngaditirto
Desa Kacepit
Desa Tegowanu
Desa Gandulan
Desa Pendowo
Desa Nguwet
Desa Sanggrahan
Desa Pare
Kelurahan Kranggan
Desa Badran
Desa Kebumen
Desa Karangwuni
Desa Pingit
Kelurahan Butuh
Kelurahan Jampirejo
Kelurahan Jampiroso
Kelurahan Banyuurip
Kelurahan Kertosari
PENAMPUNGAN
SEMENTARA
(TPS)
PENGANGKUTAN
PEMBUANGAN
AKHIR/ DAUR
ULANG
7
Produksi kompos
II-115
INPUT
USER INTERFACE
PENGUMPULAN
SETEMPAT
1
2
3
4
5
(SEMI)
PENGOLAHAN
AKHIR
TERPUSAT
6
Kelurahan Kowangan
Kelurahan Madureso
Kelurahan Temanggung I
Kelurahan Temanggung II
Kelurahan Manding
Kelurahan Kebonsari
Kelurahan Jurang
Kelurahan Tlogorejo
Kelurahan Walitelon Utara
Kelurahan Walitelon
Selatan
Kelurahan Sidorejo
Kelurahan Purworejo
Kelurahan Giyanti
Kelurahan Mungseng
Desa Joho
Desa Gilingsari
Desa Nampirejo
Desa Mudal
Desa Lungge
Desa Caruban
Desa Putat
Desa Salamsari
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
Container
TPS3R-Container
Container
Container
Container
TPS3R-Container
TPS
TPS3R-Container
TPS
Tossa roda 3
Tossa roda 3
Tossa roda 3
Tossa roda 3
Tossa roda 3
Tossa roda 3
Pick up
Tossa roda 3
Dump truck
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
tong sampah/kantongplastik
TPS
Dump truck
TPA
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
tong sampah/kantongplastik
Container
TPS
TPS
TPS
TPS3R-Container
TPA
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
Tossa roda 3
Dump truck
Pick up
Dump truck
Tossa roda 3
TPA
Dump truck
Dump truck
Dump truck
Truck
Truck
Truck
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
swasta
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 2016.
PENAMPUNGAN
SEMENTARA
(TPS)
PENGANGKUTAN
PEMBUANGAN
AKHIR/ DAUR
ULANG
7
II-116
Berdasarkan laporan kuantitas pembuangan sampah ke TPA
Sanggrahan tahun 2015 total rata-rata kapasitas pembuangan sampah
ke TPA Sanggrahan adalah sebesar 200 m3/hari .
1. Pengumpulan
a. Langsung
Pengumpulan langsung dengan alat pengangkut (truk/ pick
up) oleh petugas langsung ke TPA. Metode ini untuk daerah
komersial, perdagangan, perkantoran, jalan protokol dan
daerah dengan timbulan sampah tinggi.
b. Tak langsung
Pengumpulan sampah dari wadah di tiap sumber sampah
ke TPS dan dari sumber sampah diambil oleh petugas
dengan menggunakan gerobak/ sepeda motor roda tiga,
untuk
dikumpulkan
di
transfer
depo/
TPS/
TPS3R
kemudian diangkut dengan dump truk atau container
untuk dibawa ke TPA. Metode ini diberlakukan untuk
daerah permukiman/perkampungan, pasar dan pesapon.
2. Sistem Pemindahan
a. Tidak Langsung
Terdiri dari 2 tahapan, yaitu :
- Pembuangan sampah dari alat pengumpul dan dari
sumber ke lokasi pemindah (Transfer depo/ TPS/ TPS3R
atau Kontainer);
- Pemindahan sampah dari lokasi pemindah ke alat
pengangkut ke TPA.
b. Langsung
Sampah dari sumber langsung ke alat pengangkut ke TPA.
Metode ini diberlakukan untuk daerah jalan protokol dan
kawasan perumahan.
3. Sistem Pengangkutan
a. Sistem Stasiun Pemindahan (Transfer Depo)
II-117
Pada sistem ini, kendaraan pengangkut sampah dari pool
akan langsung menuju transfer depo untuk mengangkut
sampah yang telah terkumpul menuju ke TPA. Selanjutnya
dari TPA kendaraan pengangkut sampah akan kembali lagi
ke transfer depo untuk pengambilan rit berikutnya. Di
Kabupaten Temanggung ada 4 Transfer Depo (TD) yaitu:
- TD Banyuurip;
- TD Seklontong (Temanggung II);
- TD Jampirejo;
- TD Parakan Kauman.
b. Sistem kontainer
Sistem ini adalah tempat pembuangan sementara bersifat
tidak
tetap
dan
dapat
dipindahkan.
Di
Kabupaten
Temanggung ada lokasi container yaitu:
- Kontainer di Kota Temanggung (Stadion/Gor, Banyuurip,
Jampirejo,
Seklontong/Temanggung
II,
Pendopo
Pengayoman, Madureso, sidorejo, kebonsari);
- Kontainer di Kota Kranggan (Bedono, Taman Progo,
Nguwet);
- Kontainer di Kecamatan Pringsurat (Pasar Medono);
- Kontainer di Kota Parakan (Pasar legi Parakan, Pasar
Ento/stasiun parakan, Parakan Kauman);
- Kontainer
di
Kota
Ngadirejo
(pasar
kayu,
TPS3R
Morobongo);
- Kontainer di kota Candiroto (Pasar Candiroto, Muntung).
Penanganan sampah di Kabupaten Temanggung baik dalam
pengangkutan
atau
dalam
pengelolaan
sampah
di
TPA
Sanggrahan belum melibatkan pihak swasta. Pengangkutan
sampah
di
wilayah
pelayanan
kebersihan
Kabupaten
Temanggung saat ini mulai mengalami kendala karena jumlah
timbulan sampah yang semakin banyak dan juga keadaan
kendaraan
(truck)
yang
semakin
menurun.
Keadaan
ini
II-118
semakin diperparah dengan wilayah pelayanan yang terlalu
jauh dari TPA.
Rute truck dalam pengambilan sampah setiap harinya sudah
dijadwal
dari
Bidang
Tata
Kabupaten
DPU
Kabupaten
Temanggung. Jumlah TPS yang diambil masing-masing truck
berbeda, hal ini didasarkan pada volume sampah di masingmasing TPS. Ritasi truck ke TPA tidak sama, rata-rata: 2 - 4
kali/hari.
4. Sistem pengelolaan sampah di TPA Sanggrahan dengan :
a. Controlled landfill seluas
:
15.772 m² (46,4 %)
b. IPAL
:
500 m² ( 1,5 %)
c. Perkantoran (bengkel, garasi, pengkomposan)
:
3.500 m² (10,3 %)
d. Sarana pendukung (jalan operasi, buffer zone)
:
2.000 m² ( 5,9 %)
e. Lapak Pemulung
:
1.000 m² (
:
2.000 m² (
:
9.228
m²
h. Cadangan lahan urug untuk control landfill :
16.000
m³
2,9 %)
f. Ruang untuk IPLT
5,9 %)
g. Cadangan ruang
(27,1 %)
5. Pengomposan di areal TPA
Untuk mengurangi jumlah sampah di TPA Sanggrahan maka
untuk sampah organik dilakukan daur ulang yaitu dengan
pengomposan. Bangunan pengomposan yang dibangun seluas
20 m x 10 m (200 m³).
Pengomposan
di
TPA
Sanggrahan
menggunakan
cara
fermentasi anaerob dengan bantuan Efektif Mikroorganisme
(EM,4), waktu fermentasi sampai matang dibutuhkan waktu 2
(dua) minggu (secara intensif). Dalam waktu satu bulan
II-119
pengomposan dapat dipanen dua kali. Setiap kali proses
pengomposan (per hari) dibutuhkan sampah organik 2 m³
sampah organik, pupuk kompos yang dihasilkan dalam waktu
15 hari ±10 m³. Pengomposan di TPA Sanggrahan dilakukan
oleh 4 (empat) orang petugas. Hasil yang sudah jadi matang
diayak, dipak dan siap dipakai.
Salah satu aspek yang turut menentukan kebersihan suatu kota adalah
pengelolaan persampahan di kota tersebut. Pengelolaan persampahan
yang tidak terprogram akan menyebabkan penanganan sampah yang
tidak tuntas, sehingga ada sampah yang
tidak terangkut yang
menyebabkan
kota
kebersihan
dan
keindahan
tidak
tercapai.
Pengelolaan sampah di Kabupten Temanggung saat ini sudah berjalan
cukup bagus hanya perlu di maksimalkan lagi aspek operasionalnya.
Hal ini perlu karena akan dapat mencapai target yang telah ditentukan
dalam perencanaan yang telah ada. Didalam
setiap Pemerintah
Kabupaten/Kota, sampah dari rumah tangga dikumpulkan baik yang
menggunakan gerobak sampah maupun yang langsung masuk truk
sampah. Sampah yang dikumpulkan melalui gerobak dan truk – truk
kecil kemudian dibawa ke suatu tempat pengumpulan atau peralihan
yang disebut Tempat Penampungan Sampah
Sementara (TPS) atau
transfer depo. Di TPS dilakukan pemindahan, biasanya secara manual
ke dalam truk yang lebih besar untuk dibawa ke Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah (TPA).
Sedangkan
di
transfer
dilakukan langsung
jumlah
truk
dan
depo
sebenarnya
pemindahannya
dapat
dari gerobak ke truk melalui ramp. Umumnya
biaya
tidak
mencukupi kebutuhan untuk
memberikan pelayanan yang menyeluruh bagi semua wilayah disetiap
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Meskipun TPA di Kabupaten Temanggung (TPA Sanggrahan) telah di
desain sebagai
'Controll Landfills', namun hingga saat ini TPA
Sanggrahan belum sepenuhnya dioperasikan dengan prinsip 'Controlled
Landfill'. Di TPA ini juga terdapat kehadiran
group pemulung yang
II-120
dikhawatirkan aktivitasnya bertentangan dengan operasi TPA yang
aman dan efisien. Pengelolaan persampahan Kabupaten Temanggung di
bawah Dinas Pekerjaan Umum yang merupakan unsur pelaksana teknis
di bawah Bupati Temanggung yang berfungsi sebagai pelaksana
pelayanan kebersihan (Operator)
yang juga berfungsi melaksanakan
pengaturan/pengendaliaan (Regulator).
Didalam melaksanakan tugasnya Dinas Pekerjaan Umum di pimpin oleh
Kepala Dinas sedangkan teknis operasionalnya dibawah Bidang Tata
Kota.
Secara umum
sampah
perkotaan memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1.
Sampah
Mudah
mengandung
Busuk
senyawa
(Organik),
yaitu
sampah
yang
organik atau tersusun atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Sampah organik memiliki
sifat mudah membusuk misalnya daun-daunan,
sayuran,
buah-
buahan serta sisa makanan. Sampah yang ada di Kabupaten
Temanggung sebagian besar adalah sampah organik.
2.
Sampah Tidak Mudah Busuk (Anorganik) Yang Punya Nilai
Ekonomi, yaitu sampah yang mengandung senyawa bukan organik
sehingga tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Sampah
anorganik sifatnya sulit membusuk dan sukar terbiodegrasi seperti
plastik, kaca, besi sebagian jenis kertas dan lain-lain.
3.
Sampah Tidak Mudah Busuk Dan Tidak Mempunyai Nilai
Ekonomi (Residu), sampah ini sifatnya sulit membusuk dan sukar
terbiodegrasi seperti popok bayi sekali pakai, pembalut dan lain-lain
4.
Sampah berbahaya, misalnya batery, bola lampu, dikumpulkan
ditempat tertentu yang difasilitasi oleh Dinas Kebersihan
Seperti daerah lain di Indonesia dan daerah tropis lainnya sampah di
Kabupaten Temanggung akibat aktifitas penduduk termasuk dalam
kategori
sampah
organik
yang
cenderung
mudah
membusuk.
Komponen organik yang ada adalah 72,97 % di dalam sampah yang di
bawa ke TPA Sanggrahan.
II-121
Tabel 2.39 Karakteristik Komposisi Jenis Sampah TPA Sanggrahan
No
1
N
Komposisi Jenis Sampah
Bahan Organik
Prosentase Periode Penguraian
(%)
(Pelapukan)
72,97 2-7 minggu
2
Kertas
7,07 3-6 minggu
3
Kaca, beling/gelas
1,25 1 juta tahun
4
Plastik
3,57 >100 tahun
5
Logam
1,37 >100 tahun
6
Kayu
3,65 1-13 tahun
7
Kain
2,40 6 bulan-1 tahun
8
Karet
1,24 -
9
Lain-lain
6,38 -
Jumlah
100
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung, 2016
Tabel 2.40 Timbulan Sampah di Kabupaten Temanggung
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Parakan
Bansari
Kledung
Bulu
Temanggung
Tlogomulyo
Tembarak
Selopampang
Kranggan
Pringsurat
Kaloran
Kandangan
Kedu
Ngadirejo
Jumo
Gemawang
Candiroto
Bejen
Tretep
Wonoboyo
Jumlah
Timbulan
Sampah
(m3/hari
155,14
46,74
54,05
90,73
273,56
85,20
78,59
38,60
201,36
137,00
97,15
106,00
214,27
214,56
95,65
73,22
93,00
44,74
42,08
54,86
2.596,50
Sumber: DPU Kabupaten Temanggung, 2016
Kapasitas
Terangkut
(m3/hari)
60,0
0,00
0,00
0,30
127,20
10,00
10,00
0,00
13,50
9,00
7,00
6,00
1,90
17,50
0,00
0,00
5,50
0,00
0,00
0,00
209,90
Prosentase
Sampah
Terangkut (%)
28,53
0,00
0,00
0,33
50,24
4,00
4,00
0,00
3,45
0,00
0,00
0,00
0,79
6,65
0,00
0,00
0,68
0,00
0,00
0,00
18,14
II-122
Sistem pelayanan persampahan meliputi pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan dan pemrosesan akhir hingga ke TPA.
Perincian kecamatan di Kabupaten Temanggung yang telah mendapat
pelayanan persampahan dapat dilihat pada tabel berikut :
II-123
Tabel 2.41 Daerah Pelayanan Pengelolaan Sampah Kabupaten Temanggung Tahun 2016
No
Kecamatan
Jumlah
Terlayani
Jumlah
Penduduk
Terlayani
Desa/
Jumlah
Terlayani
RW
Terlayani
RT
Terlayani
Dusun
Kelurahan
1
Parakan
49 752
24 393
16
4
79
35
77
37
349
171
2
Temanggung
77 167
59 419
25
22
135
120
137
120
589
509
3
Kranggan
43 534
9 013
13
2
121
11
104
15
377
47
4
Kedu
53 924
13 490
14
3
105
25
107
26
414
107
5
Bulu
44 722
7 409
19
2
91
13
84
11
301
52
6
Ngadirejo
50 915
3 603
20
1
86
7
98
5
420
20
7
Candiroto
29 994
2 316
14
1
73
5
69
5
262
34
8
Kandangan
46 679
4 322
16
1
108
8
101
7
373
24
9
Tlogomulyo
21 514
1 381
12
1
50
3
45
3
152
10
Sumber : Dinas PU Temanggung, 2016
II-124
Pengelolaan persampahan kota – kota di Indonesia mempunyai pola
yang
hampir
sama.
Ditinjau
dari
segi
teknik
operasionalnya,
pengelolaan persampahan meliputi kegiatan pewadahan sampai
dengan pemrosesan akhir. Operasi
bersifat
integral
dan
terpadu
karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling
pengaruh mempengaruhi secara berantai. Adapun urutan kegiatan
sistem operasional pengelolaan persampahan secara umum adalah
sebagai berikut:
a. Kegiatan pewadahan sampah
b. Kegiatan pengumpulan sampah
c. Kegiatan pemindahan sampah
d. Kegiatan pengangkutan sampah
e. Kegiatan pengelolaan sampah
 Pewadahan
Sistem pelayanan sampah yang terdiri dari proses pewadahan oleh
warga, pengumpulan oleh petugas untuk dibawa ke TPS atau transfer
depo. Pengangkutan dan pembuangan ke TPA belum dilaksanakan
seperti apa yang di harapkan, sehingga sampah tidak dapat terangkut
seluruhnya. Timbulan sampah yang terlalu lama tidak terangkut akan
menimbulkan gangguan kebersihan, kesehatan, dan bau yang tidak
sedap. Terjadinya penimbunan sampah yang terlalu lama karena
belum adanya peta wilayah dan belum dilaksanakan jadwal terpadu
pengumpulan dan pengangkutan sampah. Sistem pewadahan sampah
di Kabupaten Temanggung sudah cukup baik, hanya saja jika dilihat
dari bahan dan sifatnya belum seragam, ada yang bersifat permanen
drum/tong, dan ada pula yang belum permanen yang terbuat dari
bambu, tong plastik dan lain-lain.
Berdasarkan standart SNI persyaratan bahan untuk pewadahan
adalah, tidak mudah rusak dan kedap air, mudah untuk diperbaiki,
II-125
ekonomis, mudah di dapat, oleh masyarakat mudah dan cepat untuk
dikosongkan. Jika di perhatikan jenisnya pewadahan diantaranya
keranjang dari anyaman bambu, tong plastik dan ban bekas, maka
tong plastik dan ban bekas adalah alternatif tong sampah yang paling
baik. Wadah sampah dari keranjang sampah kurang baik karena
tidak kedap air dan mudah rusak saat musim hujan. Tong dari ban
bekas masih lebih bagus karena kedap air, tetapi berat sehingga
menyulitkan petugas. Sedangkan wadah sampah dengan tong plastik
ringan, kedap air, tahan lama. Untuk mengantisipasi kekurangan
wadah sampah di daerah pelayanan, masyarakat baik secara individu
maupun kelompok yang dikoordinir oleh pengurus RT/RW setempat
menyediakan wadah sampah sendiri secara swadaya. Penempatan
wadah sampah juga masih kurang tepat, dan masih menjadi
kebiasaan warga dimana wadah sampah diletakkan di luar pagar dan
tidak ada tutupnya. Demikian juga tong pewadahan yang ada di
pinggir jalan kebanyakan tidak ada tutupnya, sehingga sampah
berceceran disekitar bak/tong sampah.
Untuk sistem pewadahan ada baiknya jika dilakukan pemilahan dari
sampah organik dan non organik, agar dapat diposes sesuai dengan
karakteristik sampah sehingga dapat memperpanjang umur TPA.
Untuk
operasional
pengangkutan
sebaiknya
ada
peta
jalur
pengangkutan sehingga mempermudah operator kendaraan untuk
mengetahui jalur-jalur mana yang belum terangkut.
Gambar 2.35. Contoh Pewadahan Yang Ada di Permukiman
II-126
 Pengumpulan Sampah
Sistem
pengumpulan
sampah
yaitu
dengan
cara
atau
proses
pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/ penampungan
sampah dari sumber timbulan sampah
sampai tempat pengumpulan
sementara/ stasiun pemindahan atau sekaligus diangkut ke tempat
pemrosesan akhir. Pengumpulan sampah pada jalan utama, maupun
dari kawasan permukiman, kawasan komersial, pertokoan dan
fasilitas lain, secara garis besar menggunakan dua sistem yaitu sistem
pengumpulan langsung dan pengumpulan tidak langsung.
a. Pengumpulan idividual langsung
Pengumpulan sampah pada permukiman yang mempunyai akses
jalan yang dapat dilewati kendaraan/ mobil pengangkut sampah
menggunakan sistem langsung dimana pengumpulan dari rumah
ke rumah dengan mobil sampah yang di bawa langsung ke TPA.
b. Pengumpulan individual tidak langsung
Untuk pemukiman yang tidak bisa dijangkau dengan mobil,
sehingga pengumpulan dari rumah ke rumah dilakukan dengan
menggunakan
gerobak
sampah
atau
kendaraan
roda
tiga
kemudian diangkut ke TPS atau transfer depo terdekat.
Pengumpulan pada jalan-jalan utama dengan sistem tidak langsung
dimana pengumpulan dilaksanakan oleh petugas penyapu jalan yang
ditampung dalam tong-tong sampah, keranjang atau gerobak sampah
kemudian
di
Pengumpulan
angkut
sampah
truk
sampah
dilingkungan
untuk
di
bawa
pertokoan,
ke
fasilitas
TPA.
umum
menggunakan sistem tidak langsung melalui TPS. Tanggung jawab
pengumpulan sampah di permukiman dilaksanakan oleh petugas
kelurahan,
sedangkan
untuk
pengumpulan
sampah
untuk
permukiman pamangku jalan utama (protokol) dilakukan oleh petugas
dari bidang manajemen kebersihan dan pengelolaan persampahan,
dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung.
II-127
Pengambilan
sampah
dilakukan
setiap
waktu
sesuai
dengan
periodesasi tertentu. Sistem atau cara pengumpulan sampah ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Peraturan-peraturan/ aspek legal pada daerah setempat
b. Kebiasaan masyarakat (budaya)
c. Karakteristik lingkungan fisik dan sosial ekonominya
d. Keadaan khusus setempat
e. Kepadatan dan penyebaran penduduk
f.
Rencana penggunaan lahannya
g. Sarana
pengumpulan,
pengangkutan,
pengelolaan
dan
pembuangan
h. Lokasi pemrosesan akhir
i.
Biaya yang tersedia
 Sampah Permukiman
Sistem pengumpulan yang telah dilakukan Seksi Pengelolaan
Persampahan
pada
daerah
pemukiman
yaitu
pengumpulan
individual langsung dan pengumpulan individual tidak langsung,
yang dimaksud sebagai pelayanan langsung yaitu pengangkutan
langsung dari sumber sampah baik dari rumah, kantor, toko, di
sepanjang
jalan
utama.
Pengangkutan
dijalan
utama
menggunakan dump truk berkapasitas 8 m3 dengan sistem
pengangkutan
kanan-kiri.
Kendaraan
pengumpul
(gerobak
sampah) mengambil timbulan langsung dari pengguna jasa
kemudian diangkut ke transfer depo, lalu di bawa ke TPA.
Sampah permukiman dikumpulkan dalam 1 – 2 rit/hari dan
dikumpulkan oleh petugas pengumpul yang di tunjuk oleh
masyarakat
setempat.
Periodesasi
biasanya
ditentukan
berdasarkan waktu pembusukkan sampah, yaitu kurang
lebih
berumur 2 - 3 hari, yang berarti pengumpulan sampah dilakukan
maksimal setiap 3 hari sekali. Makin sering semakin baik, namun
II-128
biasanya
operasinya
lebih
mahal.
Pengumpulan
umumnya
dilaksanakan oleh petugas kebersihan atau swadaya masyarakat
(pemilik sampah, badan swasta atau RT/RW). Mengikut sertakan
masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh
tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah
persampahan kotanya. Masalah yang sering dihadapi pada sistem
pengumpulan individual langsung maupun tidak langsung yaitu
petugas pengumpul sering mendapati wadah sampah individual
tidak tertutup terutama yang terbuat dari anyaman bambu
mengakibatkan
disekitar
sampah
wadah,
didalamnya
sehingga
keluar
menyulitkan
dan
dalam
berserakan
pengambilan
sampah oleh petugas. Kendala lain ketika musim penghujan
sampah menjadi bau yang menyengat dan basah dari pada musim
kemarau.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut pada daerah yang sulit
terjangkau, bisa diatasi dengan penempatan wadah komunal pada
daerah yang padat penduduknya, dengan sistem komunal tidak
langsung.
a
Sampah Jalan
Sampah jalan yaitu sampah yang dihasilkan dari masyarakat yang
melakukan perjalanan dan membuang sampah dijalan, selain juga
sampah dedaunan dari tanaman penghijauan dan taman di
pinggir jalan. Pengumpulan sampah di jalan dilakukan dengan
penyapuan jalan. Penyapuan jalan dilakukan dengan cara manual
maupun mekanis tergantung kemampuan pengelola.
Kegiatan
penyapuan
jalan
dilakukan
oleh
tenaga
Seksi
Kebersihan, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung.
Penyapuan di jalan utama dilakukan dibawah koordinasi Seksi
Kebersihan, penyapuan dilakukan pada pagi dan sore hari
dilakukan disemua ruas jalan utama, sedang penyapuan siang
II-129
dan malam dilakukan di beberapa jalan yang dianggap merupakan
ruas
jalan
yang
menghasilkan
memiliki
sampah
aktivitas
seperti
tinggi
kawasan
dan
potensial
perdagangan,
pusat
perbelanjaan, dimana setiap petugas menyapu sepanjang 500 m.
Permasalahan yang dihadapi adalah tidak tersedianya tempat
khusus untuk pengumpulan dan pemindahan sampah penyapuan
jalan. Petugas penyapu jalan setelah melakukan penyapuan, ada
yang setelah terkumpul lalu di tinggal begitu saja untuk kemudian
diangkut oleh dump truk dan di bawa ke TPA, tetapi ada yang di
masukkan ke dalam tong-tong sampah atau gerobak dan di bawa
ke TPS.
Pengumpulan sampah hasil penyapuan apabila di masukkan ke
dalam
tong
sampah
sebenarnya
tidak
sesuai
dengan
peruntukannya, karena tong sampah di pinggir jalan disediakan
untuk pejalan kaki dan kapasitas pewadahan yang kecil.
b
Sampah Pasar
Sampah pasar dikumpulkan oleh petugas kebersihan pasar,
dibuang di TPS/kontainer pasar yang telah disediakan kemudian
diangkut ke TPA oleh petugas pengangkut sampah, dengan
menggunakan dump truck.
Pengumpulan
sampah
pasar
mengalami
kesulitan
karena
seringkali sampah hanya dikumpulkan di pinggir jalan, tidak
ditempatkan
pada
wadah
yang
telah
disediakan
sehingga
menyulitkan petugas mengangkut sampah kedalam dump truck
dan memperlama waktu pengambilan sampah oleh petugas. Oleh
karena itu perlu ada kesadaran dari petugas pasar maupun dari
pedagang untuk menempatkan sampah ke dalam tempat yang
telah disediakan. Karena situasi pasar yang ramai maka sebaiknya
penyapuan
dan
pengambilan
sampah
sebaiknya
dilakukan
sebelum dan sesudah aktifitas pasar yaitu pada pagi dan sore.
II-130

Pemindahan Sampah
Proses pemindahan terdapat pada pengelolaan sampah dengan
pengumpulan secara tidak langsung. Proses ini diperlukan karena
kondisi daerah pelayanan tidak memungkinkan untuk diterapkan
pengumpulan dengan kendaraan truk secara langsung.
itu
juga
proses
ini
akan
sangat
membantu
Disamping
efisiensi
proses
pengumpulan. Pekerjaan utama pada proses ini yaitu memindahkan
sampah hasil pengumpulan ke dalam truk pengangkut. Mengingat
tingkat kemampuan daya tempuh gerobak yang relatif pendek, maka
lokasi pemindahan umumnya terletak tidak jauh dari sumber
sampah, masalah yang perlu diperhatikan adalah pengaruhnya
daerah sekitar dalam
hal kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Lokasi pemindahan letaknya sedemikian rupa sehingga memudahkan
bagi truk pengangkut untuk memasuki dan keluar dari pemindahan.
Pemindahan sampah ke dalam truk pengangkut dapat dilakukan
secara manual, mekanis atau campuran, tergantung dari tipe
kendaraan pengangkutnya.
Lokasi pemindahan dapat bersifat
terpusat (pola transfer depo) atau tersebar. Fungsi lokasi pemindahan
terpusat : proses pemindahan, penyimpanan alat, perawatan ringan,
proses pengendalian (desentralisasi).
Mekanisme operasi pengangkutan sampah ke TPA yang berjalan saat
ini di Kabupaten Temanggung adalah :
a. Pengangkutan sampah pada pemukiman yang mempunyai akses
jalan untuk dilalui kendaraan roda 4 pengangkutan sampah
menggunakan sistem langsung dimana pengangkutan dilakukan
oleh mobil sampah kelurahan. Sedangkan untuk permukiman
yang tidak dapat dilalui kendaraan roda 4 menggunakan sistem
tidak langsung. Yaitu dengan menggunakan gerobak/ sepeda
motor roda tiga sampah sebagai alat pengumpul dan kemudian
II-131
diangkut ke TPS atau transfer depo.
b. Pengangkutan sampah yang ada di jalan-jalan utama dengan
sistem tidak langsung yang ditampung di tong sampah atau
gerobak sampah diangkut oleh truck sampah ke TPA
c. Pengangkutan sampah pada kawasan komersial, pertokoan dan
fasilitas umum menggunakan sistem tidak langsung di angkut dari
TPS dan transfer depo oleh truck sampah dari Seksi Pengelolaan
Persampahan, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung ke
TPA.
d. Tanggung jawab pengangkutan sampah dilingkungan permukiman
dilaksanakan oleh petugas kelurahan dengan menggunakan
gerobak sampah /sepeda motor roda tiga, sedangkan untuk
pengangkutan sampah dari pemukiman yang memangku jalan
utama dilaksanakan oleh kelurahan.
Gambar 2.36. Transfer Depo Di Kabupaten Temanggung
 Pengangkutan Sampah
Yang dimaksud dengan pengangkutan sampah dalam hal ini adalah
kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan ditempat
penampungan sementara (transfer station) atau langsung dari tempat
sumber sampah ketempat pemrosesan akhir (TPA). Keberhasilan
II-132
kegiatan penanganan sampah adalah tergantung pada
baiknya
kegiatan/ sistem pengangkutan sampah yang diterapkan. Sarana
yang digunakan adalah kendaraan truck dengan berbagai tipe/ jenis,
sehingga merupakan kegiatan yang
membutuhkan dana/ investasi
yang paling besar dibandingkan dengan kegiatan pengumpulan dan
pemrosesan akhir.
Terkait dengan kendaraan pengangkut idealnya masa pemakaian
kendaraan sekitar 5 – 7 tahun agar operasional pengangkutan
sampah semakin lancar. Berdasarkan fakta dilapangan menunjukkan
bahwa usia pemakaian kendaraan pengangkut sampah di Kabupaten
Temanggung
rata-rata
diatas
lima
tahun
pemakaian
sehingga
menimbulkan gangguan pada saat beroperasi. Untuk mengatasi
gangguan
tersebut
perlu
adanya
perawatan
dan
pemeliharaan
kendaraan secara rutin. Untuk itu pengemudi bertanggung jawab atas
kebersihan, dan segera melaporkan apabila ada gejala gangguan pada
kendaraannya. Hal ini sangat berguna untuk kendaraan sehingga
sampai saat ini kendaraan pengangkut sampah masih dalam kondisi
yang baik.
Ditinjau dari kebutuhan alat angkut, sarana dan prasarana yang
memadai sangat berpengaruh terhadap teknis operasional pengelolaan
sampah. Pemeliharaan yang baik terhadap sarana pengumpul ke
kendaraan pengangkut yaitu TPS dan transfer depo mampu melayani
5 – 10 gerobak sampah 1 – 3 m3 dan 1 unit truck.
Berdasarkan volume sampah yang terangkut oleh Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Temanggung adalah sebesar 140 m3/hari. Apabila
diasumsikan densitas (kerapatan) sampah sebesar 200 kg/m3, maka
berat sampah adalah 140 m3/hari X 200 kg/m3 = 28.000 kg/hari atau
28 ton/hari dan daya angkut rata-rata untuk truk Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Temanggung adalah 8 m3/truk, maka berat
sampah rata-rata yang diangkut kendaraan, Dinas Pekerjaan Umum
II-133
Kabupaten Temanggung adalah 8 m3 X 200 kg/hari=1600 kg/truk/rit.
Tabel 2.42. Banyaknya Sarana Pengumpul, Pengangkutan Sampah
No
1.
Peralatan persampahan
Sarana Pengumpul
-
2
3
4
Jumlah (unit)
Gerobak sampah
90
Sarana pemindahan
-
Container
-
TPS
-
Transfer Depo
25
5
Sarana Pengangkutan
-
Dump truck (6 m3)
-
Pickup (4 m3)
-
Motor roda tiga
-
Arm roll
12 (aktif 9)
4
10
1
Sarana Pembuangan Akhir
-
TPA
1
-
Boldozer
2
-
Ekcavator
1
-
Wheel loader
1
Sumber : Dinas PU Kabupaten Temanggung, 2016
Dari 9 unit dump truk tersebut bisa beroperasi 3 rit/hari, sehingga
mampu mengangkut sebanyak 240 m3/hari. Namun karena jarak dari
sumber sampah yang cukup jauh maka ritasi armada tidak efektif
atau kurang maksimal. Jarak dari Kota Temanggung dengan Kota
Kecamatan Ngadirejo 19 Km dan dengan TPA 25 km, jarak Candiroto
dengan TPA 32 km. Dengan kondisi tersebut, dapat kita simpulkan
sistem pengangkutan dan pemindahan kurang efektif. Oleh karena itu
untuk mengefektifkan alat di sarankan :
II-134
a. Kontainer ditempatkan pada sumber sampah yang dalam satu
hari dapat penuh (misalnya pasar).
b. Pengadaan stasiun antara
c. Pengadaan TPA baru yang berada di wilayah utara
 Pemrosesan Akhir Sampah Dan Pengolahan
Tujuan pemrosesan akhir sampah adalah untuk memusnahkan
sampah domestik atau yang diklasifikasikan sejenis ke suatu tempat
pemrosesan akhir dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak – atau
seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
antara (intermediate treatment) maupun tanpa diolah terlebih dahulu.
Kegiatan operasional di pemrosesan akhir pada dasarnya merupakan:
a. Kegiatan yang merubah bentuk lahan
b. Kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan dan kemerosotan
sumber daya lahan, air dan udara.
Sarana kegiatan yang menunjang kegiatan pengelolaan sampah di
TPA Sanggrahan antara lain kegiatan pencatatan volume sampah yang
masuk,
pengaturan
sampah
di
TPA,
pemilihan
sampah
oleh
pemulung, adanya rumah jaga, jalan masuk, jalan operasi, garasi
peralatan berat, gudang dan sarana TPST (pengomposan).
Kegiatan yang menunjang aktifitas di TPA Sanggrahan
berjalan
cukup baik, pencatatan dilakukan setiap hari, hal ini karena ada
petugas harian pencatatan. Jembatan timbang salah satu prasarana
di TPA Sanggrahan belum ada, sehingga jumlah timbulan sampah
tidak diketahui dengan pasti. Kegiatan pencatatan volume sampah di
TPA Sanggrahan dilakukan dengan cara menaksir volume sampah
yang dibawa kendaraan pengangkut. Dengan cara ini tidak dapat
memberikan data yang akurat untuk perencanaan pengelolaan
sampah yang efektif dan efisiean.
Dalam pengelolaannya TPA Sanggrahan menggunakan sistem Control
II-135
Landfill, sampah yang masuk ke dalam TPA langsung dibuang dan
akan
dilakukan
penutupan
dengan
tanah
tetapi
tidak
secara
langsung, setelah sampah menumpuk dilakukan perataan dengan
bulldozer yang sekaligus pemadatan.
Operasi yang dijalankan di TPA Sanggrahan adalah sebagai berikut:
a. Kendaraan pengangkut sampah masuk ke TPA
b. Tenaga pengangkut mencari lokasi untuk bongkar muatan
c. Sampah dibongkar dari kendaraan pengangkut sampah dilokasi
yang telah ditentukan, selanjutnya sampah dibiarkan terbuka
d. Pemulung
mencari
barang
–
barang
yang
dianggap
masih
mempunyai nilai ekonomis
e. Sampah yang telah dipilih oleh pemulung kemudian diratakan
dengan buldozer
Dari segi kebersihan lingkungan, partisipasi masyarakat Kabupaten
Temanggung cukup baik, hal ini dapat dilihat dengan adanya
penyediaan sarana pewadahan sampah dilingkungan rumah tangga
masing – masing, pengumpulan sampah di RT/RW dan gerakan
kebersihan lingkungan lainnya. Namun potensi peran serta msyarakat
ini belum secara optimal tergarap oleh instansi yang terkait apabila
hal ini dapat direalisasikan tidak mustahil dapat merupakan suatu
kekuatan yang sangat besar dalam pengelolaan persampahan yang
ada di Kabupaten Temanggung.
Sedangkan dari segi pungutan retribusi, retribusi sampah yang ditarik
dari masyarakat pada dasarnya adalah salah satu bentuk partisipasi
masyarakat dalam mengelola persampahan Kabupaten Temanggung
khususnya di tingkat kecamatan, namun hingga saat ini jumlah
penerimaan retribusi sampah sebagai salah satu sumber pembiayaan
sampah belum seperti yang diharapkan. Hal ini dikarenakan belum
sepenuhnya pengenaan tarif sesuai dengan ketentuan perda serta
belum efektifnya sistem penarikan retribusi. Untuk mendukung
II-136
peningkatan pelayanan dan penyediaan biaya operasional, pertisipasi
masyarakat dalam membayar retribusi sampah merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Dilihat dari aspek retribusi di Kabupaten Temanggung di untuk
wilayah pemukiman biaya di patok sama dan berdasarkan data yang
terdapat pada bagian keuangan diketahui bahwa besarnya retribusi
sampah yang di setor ke kas daerah antara satu kelurahan dengan
kelurahan yang lain jumlahnya berbeda tergantung dengan jumlah
bangunan serta kesepakatan masing - masing kelurahan.
Sedangkan sistem penarikan ada yang melalui RT/RW, ada yang
ditarik bersamaan dengan pembayaran rekening listrik atau air
minum serta ada beberapa warga yang tidak terpungut retribusinya
dikarenakan langsung membayar listrik ke kantor PLN dan tidak
seluruhnya retribusi sampah yang dikelola oleh RT/RW disetor ke
kelurahan untuk selanjutnya disetor ke kas daerah. Dengan adanya
beberapa cara penarikan tersebut mengakibatkan kurang optimalnya
penerimaan retribusi sampah. Hal ini terjadi karena masyarakat tidak
mengetahui secara pasti bagaimana aliran dana retribusi sampah.
Masayarakat juga tidak memiliki informasi atau pengetahuan tentang
besarnya biaya yang diperlukan untuk menyingkiran sampah dari
lingkungannya. Masyarakat hanya menginginkan setelah membayar
iuran retribusi kebersihan, sampah sudah menjadi tanggung jawab
dinas/instansi kebersihan. Sehingga perlu adanya sistem yang baku
dalam pemungutan retribusi sampah kepada msyarakat, untuk
meningkatkan penerimaan retribusi sampah perlu dilakukannya
program - program penyuluhan tentang hubungan sampah dengan
kesehatan atau sosialisasi tentang peraturan - peraturan yang
berkaitan dengan pengelolaan limbah padat (sampah), baik dilakukan
pemerintah kabupaten maupun tokoh masyarakat setempat.
Disamping kelima aspek tersebut diatas kita juga dapat mengetahui
II-137
seberapa besar timbulan sampah yang ada di Kabupaten Temanggung
yaitu dengan menganalisa timbulan sampah yang timbul dari
masyarakat sdalam satuan volume maupun berat perkapita perhari.
Berdasarkan data laju timbulan sampah, sampah yang terkumpul di
Kabupaten Temanggung adalah sebanyak 1.460.91 m3/hari dan yang
terangkut ke TPA 130,03 m3/hari atau sekitar 8,14 % dari seluruh
sampah yang terkumpul. Sampah yang tidak terangkut ke TPA cukup
banyak dimana sampah tersebut diolah sendiri oleh masyarakat yang
mempunyai lahan untuk pengolahan sampah dan adanya pemulung
yang mengambil benda - benda yang masih bisa dimanfaatkan atau
bernilai ekonomis.
Berdasarkan
data
komposisi
sampah
yang
ada
di
Kabupaten
Temanggung, komposisi sampah meliputi kertas (0,45 %), kayu (0,50
%), kain (0,25 %), karet/kulit (0,125 %), plastik (3,95 %), metal/logam
(0,10 %), gelas/kaca (0,20 %), organik (94,4 %), dan lain –lain (0,025
%). Dari data menunjukkan 94,4 % merupakan sampah organik
dengan data ini seharusnya bisa di daur ulang. Jika pemerintah dan
masyarakat bisa menggunakan 94,4 % sampah tersebut untuk di
daur ulang, maka volume sampah yang masuk ke TPA akan
berkurang dan akan memperlama usia penggunaan TPA. Dari
komposisi sampah di Temanggung, komposisi sampah adalah organik,
jadi minimal bisa dilakukan untuk di daur ulang menjadi kompos,
karena umumnya masyarakat telah mengenal cara pembuatan dan
biayanya relatif murah dibandingkan daur ulang kompos yang lain.
II-138
Gambar 2.37. Diagram Alir Manajemen Persampahan
Permukima
n
Gerobak /Sepeda
motor roda tiga
TPS/TPST/
Container/U
PS
Truck Biasa
/ Armroll
Truck
Pasar
Komersia
l
Dump Truck
Tempat
Pemrosesan
Akhir
Industri
Gambar 2.38. Sistem Pengelolaan dari TPA Sanggrahan
Kab. Temanggung
KEPALA DINAS
PEKERJAAN UMUM
KEPALA BIDANG TATA
KOTA
KEPALA SEKSI PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN
PENGAWAS TPA
SANGGRAHAN
SWASTA/ PEMULUNG
OPERATOR
KOMPOSTING
Sumber: DPU, 2016
ADMINISTRASI
II-139
Penanganan persampahan di Kabupaten Temanggung telah
mengikuti sistem pengelolaan persampahan dimana sampah rumah
tangga telah dilakukan pewadahan, kemudian juga telah terdapat
tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang berfungsi sebagai
pengumpul sampah yang berasal dari pewadahan. Sampah di tempat
pembuangan sementara (TPS) tersebut kemudian diangkut lagi dan
sampailah pada pembuangan akhir.
Tabel 3.18: Sistem pengelolaan persampahan yang ada di
Kabupaten Temanggung
Kelompok
Fungsi
1
Sumber Sampah
Kawasan
Permukiman
(pengumpulan
setempat)
Sumber sampah
Kawasan
Pertokoan,
Perumahan,
Perkantoran
Pinggir Jalan
Protokol
Sumber sampah
Kawasan Pasar,
Terminal dan
Fasum
TPS
TD
Teknologi yang digunakan
Jenis Data Sekunder
2
1. Tempat sampah di depan
rumah, diambil gerobak/
sepeda motor roda tiga
sampah – TPS/ TPST/ TD
2. Sampah di masukkan
plastik kresek di depan
rumah, diambil gerobak/
sepeda motor roda tiga
sampah – TPS/ TPST/ TD
3. Warga membawa sampah
ke TPS/ TPST - TPA
4. Warga ke container sampah
– TPA
3
Jumlah KK yang dilayani
sampah dg door to door
Jumlah KK yang
membuang sampah ke
TPS
Jumlah TPS
Jumlah TPS3R
Jumlah KK dg TPST
Jumlah Truck arm roll
dan kontainer
Perkiraan nilai
data
4
14.580 KK
Sumber
Data
5
2.341 KK
437 TPS
3
300 KK
3 truck arm roll
dan 18 kontainer
(DPU),4 armroll
12 kontainer
(Perindag)
1. Tempat sampah di depan
1. Route dump truck/ pic 1. 1.458 KK
rumah, diambil dump truck/
up sampah
pick up sampah - TPA
2. Jumlah KK,
2. 3 kali
2. Sampah di masukkan
perkantoran,
pengambilan
plastik kresek di depan
pertokoan, sekolahan
rumah, diambil dump
yang dilayani
3. Setiap hari
truck/pick up sampah –TPA 3. Jadwal pengambilan
kawasan perkotaan
jalan protokol
1. TPS
1. Jumlah pasar yang
1. 8 Pasar
2. Transfer Depo
dilayani
3. Kontainer sampah
persampahan
4. Tong sampah
2. Jumlah Tranfer
2. 4 TD
Depo
3. Jumlah TPS
Diangkut dengan Dump Truk
Jumlah TPS
437 TPS
ke TPA
Container di TD menunggu
Jumlah TD
4 TD
sampah dari gerobag atau
DPU
DPU
DPU
DPU
DPU
II-140
TPS3R
TPA
sepeda motor roda 3
Warga mengumpulkan
sampah yang telah terpilah di
TPS3R, kemudian dikompos
yang organik, dan yang an
organik di jual atau didaur
ulang. (TPS-3R)
Dengan sistem control landfill
dan open dumping terkendali
Daur ulang organik oleh
petugas
Daur ulang an organik oleh
pemulung
Intalasi Pengolah Air Lindi
Jumlah KK yang ikut
TPST 3R
Jumlah TPS3R
250 KK
DPU
3 TPST
Luasan TPA
3,9 ha
DPU
Volume produksi
3 m3/hari
kompos
Volume an organik yang 18,13 m3/hari
dikelola pemulung
Sistem IPAL
Pengumpul,
anaerob, fakultatif
Jumlah Pemulung di
TPA
Sumber: Dinas PU Kabupaten Temanggung
75 orang
pemulung
II-141
Tabel 2.15
Timbulan Sampah per Kecamatan Kabupaten Temanggung
Jumlah Penduduk
Kecamatan
Volume Timbulan Sampah
Perdesaan
Perkotaan
Total
Orang
Orang
Orang
Perdesaan
%
M3/ Hari
Perkotaan
%
M3/ Hari
Total
%
/Kab
M3/
Bansari
17813
4406
22219
80%
35.626
20%
8.812
3%
Hari
44.438
Bejen
17274
2495
19769
87%
34.548
13%
4.99
3%
39.538
Bulu
44519
2564
47083
95%
89.038
5%
5.128
6%
94.166
Candiroto
28041
2334
30375
92%
56.082
8%
4.668
4%
60.75
Gemawang
26673
5753
32426
82%
53.346
18%
11.506
4%
64.852
Jumo
26555
1961
28516
93%
53.11
7%
3.922
4%
57.032
Kaloran
35518
5355
40873
87%
71.036
13%
10.71
5%
81.746
Kandangan
43994
4435
48429
91%
87.988
9%
8.87
6%
96.858
Kedu
51518
5175
56693
91%
103.036
9%
10.35
8%
113.386
Kledung
22488
2298
24786
91%
44.976
9%
4.596
3%
49.572
Kranggan
41103
5208
46311
89%
82.206
11%
10.416
6%
92.622
Ngadirejo
49038
3227
52265
94%
98.076
6%
6.454
7%
104.53
Parakan
33644
17770
51414
65%
67.288
35%
35.54
7%
102.828
Pringsurat
47180
2283
49463
95%
94.36
5%
4.566
7%
98.926
Selopampang
16848
1615
18463
91%
33.696
9%
3.23
2%
36.926
Temanggung
13480
66923
80403
17%
26.96
83%
133.846
11%
160.806
Tembarak
27815
1049
28864
96%
55.63
4%
2.098
4%
57.728
Tlogomulyo
21319
1442
22761
94%
42.638
6%
2.884
3%
45.522
II-142
Sumber : data
Tretep
17645
2133
19778
89%
35.29
11%
4.266
3%
39.556
Wonoboyo
22382
2167
24549
91%
44.764
9%
4.334
3%
49.098
604847
140593
745440
81%
1209.694
19%
281.186
100%
1490.88
Jumlah
diolah
II-143
Tabel 2.45
Diagaram Sistem Sanitasi Persampahan Kabupaten Temanggung tahun 2016
Sumber : Hasil Analisis, 2016.
II-144
Tabel 2.46
Data Diagram Sistem Sanitasi Sampah Domestik
Kabupaten Temanggung Tahun 2016
Produk Input
Timbulan
Sampah :
4.443
M3/Hari
User Interface
A
Tong/Tempat
sampah :
6,4 % (EHRA)
Halaman : 70,3
%
Lubang Tanah :
8,2 %
Sungai : 3,3 %
Sumber : Hasil Analisis, 2016.
Pengumpulan
Setempat
Penampungan
Sementara
B
Gerobak
Sampah : 35
Unit
C
TPS :
115 Unit
Pengangkutan
(semi)
Pengolahan
Akhir Terpusat
D
Daur Ulang
dan/Pembuangan Akhir
E
Dum Truk
:
11 Unit
Pupuk Tanaman
Amroll
Truk :
9 Unit
Sungai
TPS-T : 2 Unit
Motor Sampah
:
22 Unit
Kontainer :
75 Unit
Transfer
Stasiun : 2 Unit
II-145
Tabel 2.47
Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kecamatan
No.
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Parakan
Kledung
Bansari
Bulu
Temanggung
Tlogomulyo
Tembarak
Selopampang
Kranggan
pringsurat
Kaloran
Kandangan
Kedu
Ngadirejo
Jumo
Gemawang
Candiroto
Bejen
Tretep
Wonoboyo
Timbulan
Sampah
138
238
248
206
238
257
260
215
87
87
33
134
255
37
356
154
235
167
188
195
Sumber : Hasil Analisi, 2016.
%
Kabupaten
3,1
5,4
5,6
4,6
5,4
5,8
5,9
4,8
2
2
0,7
3
5,7
0,8
8
3,5
5,3
3,8
4,2
4,4
Sampah
Terangkut
0
0
0
0
0
0
0
0
0
31,25
0
31,25
0
0
180,38
0
0
0
0
0
II-146
Peta 2.30 Peta Cakupan Layanan Sampah Kab.Temanggung
II-147
Tabel 2.48
Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan di Kabupaten
temanggung 2016
NO
NO JENIS
1
2
1 Gerobag Sampah
2 Sepeda motor sampah roda tiga
3 TPS
4 TPST
5 Transfer Depo (TD)
6 Dump truck
7 Pick up
8 Truck arm roll
9 Container
10 Garasi armada sampah
11 Garasi gerobak sampah
12 Garasi sepeda motor sampah
13 Bengkel
14 Gudang
15 TPA
16 IPAL
17 IPLT
18 Garasi alat berat
19 Bengkel TPA
20 Tempat cuci alat berat/ arsam
21 Bulldozer
22 Excavator
23 Whelloader
24 Mesin pencacah sampah organik
25 Mesin pencacah sampah anorganik
26 Mesin pengayak kompos
27 Komposter
28 Container Urinoir
Sumber : data diolah
JUMLAH
3
10
17
478
1
13
10
4
2
15
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
4
1
KAPASITAS
(m³)
4
0,57
1,2 - 2
1-3
2
RITASI
5
1
1
6-8
4
3
6
1
Keterangan :
IPL: Instalasi Pengolahan Lindi
*daya tampung TPA : m3/tahun
**Beri keterangan mengenai umur dan lembaga pengelola
MASIH
BEROPERASI
YA
TIDAK
6
36
9
v
v
4
9a.
3
1
5
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
7
6
1
1
3
2
II-148
b. Kelembagaan dan Peraturan
1) Kelembagaan
Kegiatan pengelolaan persampahan, baik yang
ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan
rumah tangga untuk lembaga utama pengelolalnya
adalah
dilakukan
oleh
Dinas
Pekerjaan
Umum
Kebersihan dan Pertamanan (DPU-KP) bekerja sama
dengan Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan
dengan berkoordinasi dengan BLH, PU Provinsi Jawa
Tengah dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup
serta Kementerian PU RI.
Aspek legal/ hukum yang selama ini menangai
pengelolaan Persampahan adalah Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Temanggung sesuai Perda No. 1
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
Temanggung yaitu pada di Bidang Tata Kota, pada
Seksi Kebersihan dan Seksi Pengelolaan Persampahan.
II-149
Gambar 2.37 Bagan SKPD DPU Kabupaten Temanggung yang menangani Persampahan
KEPALA DINAS
Sekretariat
Sub Bagian
Perencanaan
Kelompok Jabatan
Fungsional
Sub Bagian
Keuangan
Sub Bagian
Umum dan
Kepegawai
an
Bidang Jalan dan
Jembatan
Bidang Sumber
Daya Air, ESDM
dan Jasa Konstruksi
Bidang Cipta
Karya dan Tata
Ruang
Bidang Tata Kota
Seksi Jalan
Seksi Irigasi dan
Energi dan Sumber
Daya Mineral
Seksi Bangunan Gedung
Seksi Kebersihan
Seksi Jembatan
Seksi Sarana dan
Prasarana Air Bersih
Seksi Pemanfaatan dan
Pengendalian Tata Ruang
Seksi Pengelolaan
Persampahan
Seksi Operasi Pemel.
Jalan dan Jembatan
Seksi Jasa Konstruksi
Seksi Perumahan dan
Permukiman
Seksi Pertamanan
dan Penerangan
Jalan Umum
UPTD
2) Peraturan
Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Temanggung
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang
ada, yaitu:
a) Perda Kabupaten Temanggung No 12 Tahun 2011
tentang Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan
Kesehatan Lingkungan;
b) Perda Kabupaten Temanggung No 29 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Sampah; dan
II-150
c) Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1
Tahun 2012 tentang Rencanan Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031;
d) Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 2
Tahun
2012
tentang
Retribusi
Pelayanan
Persampahan/ Kebersihan.
e) Perda Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Tata Cara
Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah
dan
Pelaksanaan
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah;
f)
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2005 – 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2008 Nomor 3);
g) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4
Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2008 – 2013 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4);
h) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor
6);
i)
Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul
Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik
Skala Lingkungan;
j)
Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul
Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga,
II-151
Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur
Ulang
Pada
Lingkungan,
Spesifikasi
Area
Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug
Terkendali di TPA Sampah;
k) Peraturan
Menteri
21/PRT/2006
Nasional
Pekerjaan
tentang
kebijakan
Pengembangan
Sistem
Umum
dan
No:
Strategi
Pengelolaan
Persampahan (KSNP-SPP);
l)
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876 Tahun
2001 Tentang Pedoman Teknis ADKL (Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan);
m) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan;
n) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional; dan
o) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18
Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
2.4.3 Drainase Lingkungan
a. Sistem dan Infrastruktur
Kegiatan pengelolaan drainase, Jaringan drainase di
Kabupaten Temanggung pada dasarnya telah memenuhi
syarat sesuai dengan klasifikasinya baik primer, sekunder
dan tersier. Namun ada beberapa lokasi yang tidak
memenuhi syarat jaringan tersebut. Syarat tersebut berupa
besaran ukuran, kedalaman dan jenis perkerasan. Selain
itu, jaringan drainase utama yang berupa sungai tertutup
oleh timbunan sampah dan berkembangnya permukiman
II-152
di tepi sungai yang terkesan kumuh. Dengan kondisi
tersebut mengakibatkan jaringan dranase utama tidak
dapat berfungsi secara baik dalam mengalirkan air, Kondisi
drainase yang ada banyak yang tidak berfungsi dengan
baik dalam mengalirkan air hujan dengan lancar ke badan
air penerima (sungai), karena rusak dan mengalami
pendangkalan akibat sedimentasi lumpur dan sampah.
Selain itu, sistem drainase yang ada arah pembuangannya
banyak tidak beraturan, ada yang membuang langsung ke
sungai/laut dan ada pula yang membuang ke rawa-rawa
atau
ke
lahan-lahan
kosong
disekitarnya.
Hal
ini
merupakan salah satu penyebab sering terjadinya banjir
yang
menggenangi
sarana/prasarana
Temanggung.
daerah
umum
permukiman,
jalan
lainnya
Kabupaten
di
dan
II-153
Tabel 2.48 Diagram Sistem Sanitasi Drainase Kabupaten Temanggung
SUNGAI
SUNGAI
SUNGAI
Saluran Drainase Sekunder
SPAH
Sumber : FGD DSS
Drainase Sekunder
II-154
Tabel 2.49 Wilayah Genangan di Wilayah Kabupaten Temanggung
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Lokasi Genangan
Wilayah Genangan
Frekuensi
(kali/tahun)
Luas
(Ha)
Ketinggian
(M)
Lama
(jam/hari)
1
0,5
1
5
1
0,3
1
5
1
0,3
1
5
Jl. Sri Suwarno (Rolikuran)
1
0,3
1
5
Jl. S. Parman (depan Pasar
Temanggung)
1
0,3
1
5
Jl. Pahlawan (DPU)
1
0,3
1
5
samping SMA 3
Temanggung (Jl. Mujahidin)
Perumahan Sukosari
Kebonsari
Perempatan Prapanca (Ruas
Jl. Dr. Wahidin)
Jalan Brigjend Katamso
depan POLSEK Parakan
1
0,3
1
5
pada pertigaan Jl. Brigjend
Katamso dan Jl. Diponegoro.
1
0,3
1
5
1
0,3
1
5
0,3
1
5
ruas jalan di sebelah barat
pasar Jl. Usman Parakan
9
10
ruas jalan Letnan Suwaji
tepatnya di depan pangkalan
ojek Pasar Legi
di depan Klenteng pada ruas
Jalan Letnan Suwaji.
1
Penyebab***
pembangunan permukiman yang tidak disertai
pembangunan jaringan drainase yang benar
Sedimentasi tinggi, saluran drainase bersatu
dengan jaringan irigasi
Sedimentasi dan sampah yang tinggi
Dimensi yang tidak mencukupi dengan debit
air yang ada
Sedimentasi dan sampah yang tinggi
pembangunan permukiman yang tidak disertai
pembangunan jaringan drainase yang benar
karena penuhnya saluran irigasi Kali Ipik
sehingga air hujan tidak dapat masuk
karena tidak adanya saluran dan terjadi
penumpukan air yang akan mengalir melalui
Jl. Diponegoro yang juga tidak memiliki
saluran drainase jalan
karena daerah ini agak cekung dan tidak ada
saluran khusus drainase jalan melainkan
memanfaatkan bahu jalan sebagai lintasan air
terjadi karena tidak adanya saluran drainase
jalan, air mengalir pada badan jalan yang
merupakan daerah cekungan dan lebih rendah
dari jembatan
karena aliran air dari Jl. Bambu runcing
mengalir masuk ke Jl. Letnan Suwaji melalui
permukaan jalan dan saluran yang ada tidak
Infrastruktur*
Jeni Keteranga
s
n**
II-155
No.
Lokasi Genangan
Luas
(Ha)
Ketinggian
(M)
Lama
(jam/hari)
Wilayah Genangan
Frekuensi
(kali/tahun)
11
12
depan kantor Kecamatan
Parakan
1
0,3
1
5
pertigaan Dangkel sampai
depan swalayan Mahkota
1
0,3
1
5
Jl. Ajibarang dusun Mulyosari
desa wanutengah
1
0,3
1
5
0,3
1
5
1
0,3
1
5
Pasar Kranggan sampai
kenalan
1
0,3
1
5
Kelurahan Kranggan
1
0,3
1
5
Pintu masuk Kebumen
(perbatasan dengan desa
1
0,3
1
5
13
14
15
16
17
18
jalan Letnan Suwaji tepatnya
di dekat pertigaan kantor
Penggadaian
Jl. Aip Mungkar dari depan
stasiun kereta api sampai
kantor Kawetdanan
1
Penyebab***
mampu menerima aliran air
diakibatkan tidak adanya saluran khusus
drainase jalan yang mampu menampung dan
mengalirkan air dari badan jalan, dan terdapat
cross drain di daerah rendah yang meluap
ketika hujan deras
tidak adanya saluran khusus drainase jalan
yang mampu menampung dan mengalirkan air
dari badan jalan
diakibatkan tidak adanya saluran-saluran
pembuang dari bahu jalan ke saluran kanankiri jalan dan terdapat cross drain saluran
irigasi di daerah rendah yang meluap pada
saat hujan deras
karena daerah rendah dan cekung, aliran air
pada badan jalan tidak bisa masuk ke saluran
(tertutup) yang ada di sisi jalan
diakibatkan antrian air yang mengalir melalui
permukaan jalan dan saluran yang ada tidak
mampu menerima aliran air. Beberapa saluran
tidak menerima aliran air dari badan jalan
dikarenakan tidak ada saluran dari bahu jalan
ke saluran
Dimensi saluran yang tidak bisa menampung
debit air
Dimensi saluran yang tidak bisa menampung
debit air
Tidak ada saluran irigasi
Infrastruktur*
Jeni Keteranga
s
n**
II-156
No.
19
20
21
22
23
Lokasi Genangan
karangwuni)
Kawasan Bakungan
Tlogorejo Temanggung
Jl. Raya Petirejo Ngadirejo
Luas
(Ha)
Wilayah Genangan
Frekuensi
(kali/tahun)
Ketinggian
(M)
Lama
(jam/hari)
1
0,3
1
5
1
0,6
1
5
Kawasan Pasar Ngadirejo
1
0,5
1
5
1
0,5
1
5
1
0,5
1
5
Jl. Ngaren Ngadirejo
Kawasan Pemukiman
Petirejo
Penyebab***
Saluran drainase tidak mencukupi karena
bersatu dengan saluran irigasi
Air
limpasan
atau
kiriman
dari
daerah/kawasan
lain,
menyebabkan
peningkatan debit air. Saluran drainase tidak
dapat menampung air, akibatnya air meluap
dan terjadilah banjir atau genangan, Tidak
adanya inlet jalan
Sedimentasi merupakan proses penumpukan
material. Karena tidak adanya peran serta
masyarakat dalam hal pemerlihraan saluran,
penumpukan material terus berlangsung,
sehingga endapan akan semakin banyak.
Sedimentasi tersebut menyebabkan
perubahan dimensi saluran serta
mempengaruhi energy spesifik penampang
saluran sehingga secara tidak langsung dapat
mengakibatkan kurang optimumnya kinerja
saluran
Penyempitan dan pendangkalan saluran
disebabkan karena ulah manusia sendiri.
Manusia mendirikhan bangunan diatas
saluran, sehingga menyebabkan saluran
tersebut menyempit pada titik-titik tertentu
Sampah merupakan salah satu penyebab
tidak berfungsinya saluran drainase, Lebar
saluran tidak sesuai dengan debit air
Infrastruktur*
Jeni Keteranga
s
n**
II-157
No.
Lokasi Genangan
Luas
(Ha)
Ketinggian
(M)
Lama
(jam/hari)
Wilayah Genangan
Frekuensi
(kali/tahun)
24
Kawasan Pemukiman
Manggong
1
0,5
1
5
25
Kawasan Pemukiman
Ngadirejo
1
0,5
1
5
Sumber : Hasil Analisis, 2016.
TINJAUAN : PETA LOKASI
GENANGAN BELUM ADA
Penyebab***
Sampah merupakan salah satu penyebab
tidak berfungsinya saluran drainase, Lebar
saluran tidak sesuai dengan debit air
Sampah merupakan salah satu penyebab
tidak berfungsinya saluran drainase, Lebar
saluran tidak sesuai dengan debit air
Infrastruktur*
Jeni Keteranga
s
n**
II-158
Adapun daerah genangan pada gambar di atas dapat dirinci
sebagai berikut :
1. Daerah Genangan 1
a. Lokasi
Daerah genangan yang dimaksud adalah ruas jalan di
sebelah barat pasar Jl. Usman, pada peta Sub-Darainase
Parakan Kauman-Wetan 1 tepat pada kondisi saluran titik
Cross 13.
b. Kondisi Saluran
Sebelah kiri jalan tidak ada saluran (lahan pasar), Saluran
sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat
dari pasangan batu kali dengan buis beton Ø 0,30 m,
masih baik.
Kiri Jalan
Kanan Jalan
Buis beton Ø 0.30 m
tanah pasar
2.00
Jalan aspal
0.45
6.00
0.40
Cross . 13
Gambar 2.38 Lokasi Genangan Parakan 1
II-159
c. Genangan
Pada saat hujan dengan intensitas tinggi pada ruas jalan
ini
terjadi
genangan
sampai
dengan
30
cm
dan
memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk surut. Genangan
ini terjadi karena daerah ini agak cekung dan tidak ada
saluran khusus drainase jalan melainkan memanfaatkan
bahu jalan sebagai lintasan air.
2. Daerah Genangan 2
a. Lokasi
Daerah genangan yang dimaksud adalah di depan POLSEK
Parakan yang terletak di Jalan Brigjend Katamso. pada
peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 tepat pada
kondisi saluran titik Cross 25.
b. Kondisi Saluran
Sebelah kiri jalan tidak ada saluran. Sebelah kanan jalan,
talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu
kali dan kondisi masih baik.
Kiri Jalan
Kanan Jalan
2.00
Jalan aspal
0.45
2.00
10.00
0.50
0.60
0.60
Cross . 25
Gambar 2.39 Lokasi Genangan Parakan 2
II-160
c. Genangan
Pada titik ini terjadi genangan setinggi 10 cm apabila
hujan yang turun memilliki intensitas yang cukup tinggi.
Waktu yang diperlukan untuk menyurutkan genangan ini
sekitar 30menit setelah hujan reda. Genangan ini terjadi
karena penuhnya saluran irigasi Kali Ipik sehingga air
hujan tidak dapat masuk.
3. Daerah genangan 3
a. Lokasi
Daerah genangan yang adalah pada pertigaan Jl. Brigjend
Katamso dan Jl. Diponegoro. Lokasi pada peta SubDarainase Parakan Kauman-Wetan 1 berada pada kondisi
saluran titik Cross 35.
b. Kondidi Saluran
Sebelah kiri dan kanan jalan belum memiliki saluran.
Kiri Jalan
2.00
1.50
Kanan Jalan
Jalan aspal
8.00
2.00
1.00
Cross . 35
Gambar 2.40 Lokasi Genangan Parakan 3
II-161
c. Genangan
Genagn yang terjadi di daerah ini setinggi 5 – 10 cm
diakibatkan karena tidak adanya saluran dan terjadi
penumpukan
air
yang
akan
mengalir
melalui
Jl.
Diponegoro yang juga tidak memiliki saluran drainase
jalan.
4. Daerah Genangan 4
a. Lokasi
Daerah genangan yang dimaksud adalah pada ruas jalan
Letnan Suwaji tepatnya di depan pangkalan ojek Pasar
Legi. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan KaumanWetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross 27 dan
28.
b. Kodisi Saluran
Cross 27, Sebelah kiri dan kanan jalan belum memiliki
saluran sampai pada jembatan saluran irigasi (Cross 28).
Bangunan jembatan masih baik dengan saluran Irigasi,
sedangkan dasar saluran banyak sedimentasi.
Kiri Jalan (cross 27)
2.00
1.50
Kanan Jalan (cross 27)
Jalan aspal
8.00
Cross . 27
2.00
1.00
II-162
Bangunan Choker (gorong-gorong)
B
2.00
A
2.00
A
Kios
Kios
B
5.51
Cross 28
Jalan aspal
Saluran tertutup
2.00
Saluran tertutup
8.00
Potongan A - A
2.00
Jalan aspal
2.50
Potongan B - B
Gambar 2.41 Lokasi Genangan Parakan 4
II-163
c. Genangan
Genangan yang terjadi di lokasi ini setinggi 20 – 30 cm
terjadi karena tidak adanya saluran drainase jalan, air
mengalir pada badan jalan yang merupakan daerah
cekungan dan lebih rendah dari jembatan (Cross 28)
5. Daerah Genangan 5
a. Lokasi
Daerah
genangan
yang
dimaksud
adalah
di
depan
Klenteng pada ruas Jalan Letnan Suwaji. Lokasi pada peta
Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 berada pada
kondisi saluran titik Cross 32 dan 33.
b. Kondisi Saluran
Cross 32, bangunan gorong-gorong masih baik dengan
saluran
Irigasi,
sedangkan
dasar
saluran
banyak
sedimentasi. Cross 33 saluran sebelah kiri jalan,
talud
sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali
dan kondisi masih baik. Saluran sebelah kanan jalan,
talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu
kali saluran tertutup buis beton Ø 0,40 dan kondisi masih
baik.
Kiri Jalan (cross 32)
Kanan Jalan (cross 32)
II-164
B
2.00
A
0.80
2.00
1.50
A
5.51
B
0.80
Jalan aspal
0.80
Saluran
tertutup
DENAH (Cross 32)
8.00
Potongan A - A
0.80
Jalan aspal
1.50
Potongan B - B
Gambar 2.42 Lokasi Genangan Parakan 5
II-165
Kanan Jalan (cross 33)
Kiri Jalan (cross 33)
Buis beton Ø 0.40 m
2.00
Jalan aspal
0.50
0.30
8.00
2.00
0.40
0.30
1.00
Cross . 33
Gambar 2.43 Lokasi Genangan Parakan 5
c. Genangan
Genangan setinggi 30 cm ini terjadi karena aliran air dari
Jl. Bambu runcing mengalir masuk ke Jl. Letnan Suwaji
melalui permukaan jalan dan saluran yang ada tidak
mampu menerima aliran air.
6. Daerah Genangan 6
a. Lokasi
Daerah genangan adalah di Jl. Aip Mungkar dari depan
stasiun kereta api sampai kantor Kawetdanan. Lokasi pada
peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 berada
pada kondisi saluran titik Cross 47 dan 48.
II-166
b. Kondisi Saluran
Cross 47 saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan
dan kiri terbuat dari pasangan batu kali, saluran tertutup
berupa pipa Ø 0,40. saluran sebelah kanan jalan, talud
sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali,
saluran tertutup buis beton Ø 0,40 dengan kondisi
keduanya masih baik.
Cross 48 saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan
dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari
pasangan batu kali, kondisi masik baik. Sebelah kanan
jalan tidak ada saluran.
Kiri Jalan (cross 47)
Kanan jalan (cross 47)
Buis beton Ø 0.40 m
2.00
Jalan aspal
0.50
0.30
8.00
2.00
0.40
1.00
Cross . 47
0.30
II-167
Kanan Jalan (Cross 48)
Pagar
Kiri Jalan (Cross 48)
4.00
Jalan aspal
0.80
0.70
0.60
2.00
8.00
2.00
Cross . 48
Gambar 2.44 Lokasi Genangan Parakan 6
c. Genangan
Genangan ini diakibatkan antrian air yang mengalir
melalui permukaan jalan dan saluran yang ada tidak
mampu menerima aliran air. Beberapa saluran tidak
menerima aliran air dari badan jalan dikarenakan tidak
ada saluran dari bahu jalan ke saluran.
7. Daerah Genangan 7
a. Lokasi
Lokasi genangan berada di depan kantor Kecamatan
Parakan.
Lokasi
pada
peta
Sub-Darainase
Parakan
Kauman berada pada kondisi saluran titik Cross 28 dan
29.
II-168
b. Kondisi Saluran
Cross 28 berupa bangunan gorong-gorong dengan saluran
irigasi, kondisi masih baik, sedangkan dasar saluran
banyak sedimentasi.
Cross 29, saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kiri dan
kanan terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari
pasangan batu kali, saluran tertutup pala, kondisi masih
baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan
dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari
pasangan batu kali, saluran tertutup plat dan greil dan
kondisinya masih baik.
Kiri Jalan (cross 28)
Kanan Jalan (cross 28)
A
1.00
1.80
1.50
1.20
A
Cross 28
1.50
1.00
1.80
POTONGAN A - A
II-169
(kiri Jalan (cross 29)
1.50
Kanan Jalan (cross 29)
Jalan aspal
0.50
0.60
0.30 1.00
0.40
10.00
2.00
0.40
Cross 29
Gambar 2.45 Lokasi Genangan Parakan 7
c. Genangan
Genangan ini diakibatkan tidak adanya saluran khusus
drainase jalan yang mampu menampung dan mengalirkan
air dari badan jalan, dan terdapat cross drain di daerah
rendah yang meluap ketika hujan deras.
8. Daerah Genangan 8
a. Lokasi
Lokasi genangan dari pertigaan Dangkel sampai depan
swalayan
Mahkota.
Lokasi
pada
Dangkel-Ringinanom-Mandisari
saluran titik Cross 1.
peta
berada
Sub-Darainase
pada
kondisi
II-170
b. Kondisi Saluran
Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri
terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan
batu kali, komidi masih baik. Sedangkan sebelah kiri jalan
tidak ada saluran.
Kiri Jalan (cross 1)
Kanan Lalan (cross 1)
Jalan aspal
0.70
8.00
0.50
Cross 1
Gambar 2.46 Lokasi Genangan Parakan 8
c. Genangan
Genangan ini diakibatkan tidak adanya saluran khusus
drainase jalan yang mampu menampung dan mengalirkan
air dari badan jalan.
9. Daerah Genangan 9
a. Lokasi genangan berada di Jl. Ajibarang dusun Mulyosari
desa
wanutengah.
Lokasi
pada
peta
Sub-Darainase
Wanutengah berada pada kondisi saluran titik Cross 1 dan
2.
II-171
b. Kondisi Saluran
Cross 1, saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan
dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari
pasangan batu kali, kondisi masik baik. Saluran sebelah
kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari
pasangan batu kali dan antai dari pasangan batu kali,
kondisi masik baik. Saluran sebelah Kanan dan kiri jalan
tersebut saluran sekunder irigasi.
Cross 2, Saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan
dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari
pasangan batu kali, kondisi masik baik.
Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri
terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan
batu kali, kondisi masih baik.
Kiri jalan (cross 1)
Kanan Jalan (cross 2)
B
Greel ( Bak kontrol )
Jl. Aspal
1.00
1.00
0.80
POTONGAN A - A
0.80
Greel ( Bak kontrol )
1.00
A
0.80
Jl. Aspal
Brak
A
1.00
1.50
POTONGAN B - B
DENAH
B
II-172
Kiri Jalan (cross 2)
Kanan Jalan (cross 2)
1,88
8.00
0.50
1.00
0.80
0.60
1.40
0.80
Cross 2
Gambar 2.47 Lokasi Genangan Parakan 9
c. Genangan
Genangan ini diakibatkan tidak adanya saluran-saluran
pembuang dari bahu jalan ke saluran kanan-kiri jalan dan
terdapat cross drain saluran irigasi di daerah rendah yang
meluap pada saat hujan deras.
10. Daerah Genangan 10
a. Daerah genangan yang dimaksud adalah pada ruas jalan
Letnan
Suwaji
tepatnya
di
dekat
pertigaan
kantor
Penggadaian. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan
Kauman-Wetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross
24.
II-173
b. Kondisi Saluran
Cross 24, Saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan
dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dengan saluran
tertutup dengan buis beton Ø 0,40 m, dan kondisi masih
baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan
dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dengan saluran
tertutup dengan buis beton Ø 0,40 m, dan kondisi masih
baik.
Kiri Jalan (cross 24)
Kanan Jalan (cross 24)
Buis beton Ø 0.40 m
Buis beton Ø 0.40 m
2.00
Jalan aspal
0.30
2.00
8.00
2.00
2.00
0.30
Cross . 24
Gambar 2.48 Lokasi Genangan Parakan 10
c. Genangan yang terjadi di lokasi ini terjadi karena daerah
rendah dan cekung, aliran air pada badan jalan tidak bisa
masuk ke saluran (tertutup) yang ada di sisi jalan.
II-174
Beberapa permasalah drainase di Kota Ngadirejo dapat disimpulkan :

Peningkatan debit
Air
limpasan
atau
kiriman
dari
daerah/kawasan
lain,
menyebabkan peningkatan debit air. Saluran drainase tidak dapat
menampung air, akibatnya air meluap dan terjadilah banjir atau
genangan.
Kondisi tersebut dapat terlihat di Desa Petirejo yang merupakan
salah satu desa hasil delinasi Kota Ngedirejo.
Gambar 2.49 Lokasi Genangan Ngadirejo

Terjadinya sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses penumpukan material. Karena
tidak adanya peran serta masyarakat dalam hal pemerlihraan
saluran,
penumpukan
endapan
akan
material
semakin
terus
banyak.
berlangsung,
sehingga
Sedimentasi
tersebut
menyebabkan perubahan dimensi saluran serta mempengaruhi
energy
spesifik
langsung
saluran.
dapat
penampang
saluran
mengakibatkan
sehingga
kurang
secara
optimumnya
tidak
kinerja
II-175
Gambar 2.50 Lokasi Genangan Ngadirejo

Peningkatan jumlah penduduk
Meningkatnya jumlah penduduk khususnya di kawasan perkotaan
Ngadirejo sangat cepat. Peningkatan jumlah penduduk selalu di
ikuti dengan peningkatan limbah, baik itu limbah cair maupun
sampah. Disamping itu juga diperlukan penambahan infrastruktur
perkotaan, seperti bangunan rumah, jalan, saluran drainase, dan
lain sebagainya. Padahal luas lahan tetap (tidak mengalami
penambahan luas), akibatnya bangunan rumah tidak teratur dan
ruang terbuka yang dijadikan sebagai peresapan
berkurang.
Infrastruktur yang tadinya sudah direncanakan linier (mengikuti
jalan), menjadi tidak beraturan. Banyak sekali saluran yang
masuk ke perumahan warga.
Gambar 2.51 Lokasi Genangan Ngadirejo
II-176

Penyempitan dan pendangkalan saluran
Penyempitan dan pendangkalan saluran disebabkan karena ulah
manusia sendiri. Manusia mendirikhan bangunan diatas saluran,
sehingga menyebabkan saluran tersebut menyempit pada titiktitik tertentu.
Gambar 2.52 Lokasi Genangan Ngadirejo

Limbah sampah
Sampah merupakan salah satu penyebab tidak berfungsinya
saluran drainase. Jumlah volume sampah meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk. Dari kondisi eksisting
saluran di kawasan Kota Ngadirejo banyak ditemui sampah.
Gambar 2.53 Lokasi Genangan Ngadirejo
II-177
Cara penanganan masalah drainase yang disebabkan oleh sampah
adalah:

Dibuat bak pengontrol atau saringan, agar sampah yang
tidak sengaja masuk ke saluran drainase dapat dibuang
dengan cepat

Pemberian penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya
membuang sampah pada tempatnya

Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan
(buang sampah sembarangan)

Mengelola
air
limpasan
dengan
cara
mengembangkan
fasilitas sarana drainase yang sesuai dengan besarnya daya
tampung saluran

Lebar saluran tidak sesuai dengan debit air
Pesatnya
pembangunan
di
Kota
Ngadirejo,
khususnya
pembangunan perumahan menyebabkan tidak adanya lahan yang
digunakan untuk pembangunan sarana infrastruktur pendukung
permukiman, khususnya saluran drainase. Lebar saluran tidak
sebanding dengan banyaknya debit yang harus ditampung.
Gambar 2.54 Lokasi Genangan Ngadirejo
II-178

Tidak adanya inlet jalan
Pada umumnya saluran drainase jalan terletak di samping kanankiri jalan. Air hujan yang turun di jalan akan masuk ke saluran
drainase melalui inlet atau dikenal dengan street inlet. Tidak
adanya inlet di sepanjang jalan, menyebaban air yang turun di
jalan akan mengalir dan terjadi penumpukan di tempat yang lebih
rendah atau cekungan.
Gambar 2.55 Lokasi Genangan Ngadirejo
b. Kelembagaan dan Peraturan
1) Kelembagaan
Aspek
legal/
pengelolaan
Pekerjaan
hukum
drainase
Umum
yang
selama
lingkungan
Kabupaten
ini
menangai
adalah
Dinas
Temanggung
sesuai
Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15
Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas
Daerah Kabupaten Temanggung yaitu pada di Bidang
Tata Kota, pada Seksi Pertamanan dan Penerangan
Jalan
Umum.
pengelolaan
Instansi
saluran
yang
drainase
berwenang
di
dalam
Kabupaten
Temanggung adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Temanggung Bidang Cipta Karya dan instansi terkait.
II-179
Gambar 2.56 Bagan SKPD DPU Kabupaten Temanggung yang menangani Drainase
KEPALA DINAS
Sekretariat
Sub
Bagian
Perencana
an
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Sub
Bagian
Keuanga
n
Sub
Bagian
Umum
dan
Kepegaw
aian
Bidang Jalan
dan Jembatan
Bidang Sumber
Daya Air, Energi
dan Sumber
Daya Mineral
dan Jasa
Konstruksi
Bidang Cipta
Karya dan
Tata Ruang
Bidang Tata
Kota
Seksi Jalan
Seksi Irigasi dan
Energi dan Sumber
Daya Mineral
Seksi Bangunan
Gedung
Seksi Kebersihan
Seksi Jembatan
Seksi Sarana dan
Prasarana Air
Bersih
Seksi Pemanfaatan
dan Pengendalian
Tata Ruang
Seksi Pengelolaan
Persampahan
Seksi Operasi
Pemeliharaan Jalan
dan Jembatan
Seksi Jasa
Konstruksi
Seksi Perumahan
dan Permukiman
Seksi Pertamanan
dan Penerangan
Jalan Umum
UPTD
II-180
2) Peraturan
Aspek
peraturan
perundang-undangan
yang
mengatur
mengenai drainase perkotaan adalah berikut:
a
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
SDA Hayati dan Ekosistemnya
b
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman
c
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501).
d
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup
e
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air
f
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.
g
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998
tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses
Perencanaan Tata Ruang Daerah.
h
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Penggunaan Air
i
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air
j
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1990 tentang
Sungai
k
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
AMDAL
l
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2004 tentang
Pengaturan air
II-181
m Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi
n
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa
Tengah.
2.5 Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Saat Ini
Area beresiko sanitasi kabupaten Temanggung ditetapkan
berdasarkan elaborasi antara data sekunder, persepsi SKPD dan
hasil study EHRA. Elaborasi data tersebut dilakukan dengan
menggunakan istrumen profil sanitasi yang telah ditetapkan oleh
Kementrian PUPERA untuk program PPSP. Adapun data sekunder
dalam instrumen profil sanitasi yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Informasi Umum tentang Kabupaten Temanggung meliputi :
a. Luas Administrasi (ha);
b. Luas Terbangun (ha);
c. Pertumbuhan Penduduk;
d. Jumlah Penduduk (org);
e. Jumlah Kepala Keluarga (KK;
f.
Kepadatan Penduduk (org/ha);
g. Klasifikasi Perkotaan (urban) dan Perdesaan (rural) saat ini;
h. Klasifikasi Perkotaan (urban) dan Perdesaan (rural);
i.
Area CBD Saat Ini; dan
j.
Jumlah Penduduk Miskin (org).
2. Data Air Limbah Domestik meliputi :
a. Jumlah Kepala Keluarga BABS;
b. Jumlah KK yang memiliki akses ke Jamban/Cubluk “tidak
layak” ;
II-182
c. Jumlah KK yang memiliki akses ke jamban/cubluk “yang
layak”;
d. Jumlah KK yang memiliki akses ke jamban bersama “yang
layak” ;
e. Jumlah unit MCK;
f.
Jumlah unit IPAL Komunal;
g. Jumlah unit tanky septic komunal >10 KK;
h. Jumlah unit yang terkoneksi dengan MCK;
i.
Jumlah KK yang terkoneksi dengan IPAL Komunal; dan
j.
Jumlah KK yang terkoneksi dengan tanky septic komunal.
3. Data Persampahan
a. Prosentase jumlah sampah rumah tangga yang terkumpul
dan terangkut (%);
b. Jumlah TPS yang ada (unit);
c. Jumlah TPS 3 R yang ada; dan
d. Jumlah pasar.
4. Data Drainase
a. Area terpengaruh oleh pasang surut ; dan
b. Prosentase area permukiman rawan genangan.
2.5.1 Area Beresiko Air Limbah
Area berisiko
sanitasi air limbah domestik di Kabupaten
Temanggung dapat dilihat pada tabel berikut:
II-183
Tabel 2.50
Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik
Kabupaten Temanggung
No
1
2
No
Area Resiko
Area Resiko 4
Area Resiko 3
Area Resiko
Desa/ Kecamatan
Pandemulyo, Bulu
Temanggung I, Temanggung
Banyuurip, Temanggung
Joho, Temanggung
Mudal, Temanggung
Kaloran, Kaloran
Tlogowungu, Kaloran
Tegalurung, Bulu
Pasuruhan, Bulu
Pakurejo, Bulu
Pagergunung, Bulu
Tembarak, Tembarak
Menggoro, Tembarak
Purwodadi, Tembarak
Kemloko, Tembarak
Tawangsari,Tembarak
Greges, Tembarak
Krajan, Tembarak
Temanggung II, Temanggung
Kertosari, Temanggung
Temanggung
Gandon, Kaloran
Tleter, Kaloran
Getas, Kaloran
Kalimanggis, Kaloran
Tempuran, Kaloran
Kemiri, Kaloran
Geblog, Kaloran
Tegowanuh, Kaloran
Samiranan, Kandangan
Kembangsari, Kandangan
Gesing, Kandangan
Margolelo, Kandangan
Desa/ Kecamatan
II-184
3
No
Area Resiko 3
Area Resiko
Blimbing, Kandangan
Rowo, Kandangan
Kedawung, Kandangan
Banjarsari, Kandangan
Kutoanyar, Kedu
Kundisari, Kedu
Ngadimulyo, Kedu
Bojonegoro, Kedu
Bandunggede, Kedu
Tegalsari, Kedu
Parakan Wetan, Parakan
Campursalam, Parakan
Tegalroso, Parakan
Watukumpul, Parakan
Ngadirejo, Ngadirejo
Gondang Winangun, Ngadirejo
Ngaren, Ngadirejo
Mangunsari, Ngadirejo
Purbosari, Ngadirejo
Campursari, Ngadirejo
Medari, Ngadirejo
Kertosari, Jumo
Giyono, Jumo
Padureso, Jumo
Barang, Jumo
Jombor, Jumo
Ketitang, Jumo
Karangtejo, Jumo
Sukomarto, Jumo
Gedongsari, Jumo
Kentengsari, Jumo
Muntung. Candiroto
Sriwungu, Tlogomulyo
Kerokan, Tlogomulyo
Ngaditirto, Selopampang
Bumiayu, Selopampang
Gunungsari, Batur
Kwadungan Jurang, kledung
Jlegong, Bejen
Kemuning, Bejen
Desa/ Kecamatan
II-185
Purwosari, Wonoboyo
Wates, Wonoboyo
Sucen, Gemawang
Jambon, Gemawang
Sumber : Hasil Analisis, 2016.
PETA AREA BERISIKO
AIR LIMBAH BELUM ADA
Tabel 2.51
Permasalahan Mendesak Air Limbah Kabupaten Temanggung
No.
Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana ( user Interface-Pengolahan awal
Pengangkutan-Pengolahan akhir-Pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis
A
BABS
B
Akses terhadap jamban yang tidak layak
C
Praktek Pengurasan Septic tank Tinja sangat rendah per tahun
D
Belum Memiliki IPLT
E
Belum optimal pemanfaaatan limbah cair
F
tangki septik di masyarakat tidak pernah dikuras
G
KK yang tidak membuang tinjanya pada tangki septik masih
H
Sosialisasi kemanfaatan IPLT
2. Aspek Non Teknis: Pendanaan kelembagaan Peraturan Perundangan Peranserta
Masyararkat dan Dunia usaha , Komuniksi
A
Belum memiliki Masterplan pengolahan air limbah
B
Akses terhadap jamban yang tidak layak
C
belum teralokasi anggaran untuk pengelolaan air limbah pada instansi terkait
D
Belum adanya lembaga di SKPD yang mengurusi air limbah rumah tangga
secara spesifik
E
Belum memiliki Masterplan pengolahan air limbah
F
Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat
G
Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah
H
I
Sosialisasi kemanfaatan IPLT masih kurang
Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem yang berbasis
masyarakat
Sumber : Hasil Analisis, 2016.
II-186
Permasalahan mendesak air limbah diperoleh dari hasil
FGD
bersama
sanitarian
dan
juga
perwakilan
wilayah
Kecamatan. Permasalahan paling utama yaitu, masih tingginya
angka BABs untuk masing-masing wilayah. Selanjutnya juga
terkait kualitas tangki septik menjadi permasalahan mendesak
berikutnya yang diharapkan dapat segera tertangani pada
tahun implementasi Strategi sanitasi Kabupaten ini.
2.5.2 Area Beresiko Persampahan
Dari hasil studi EHRA tahun 2016 dan Diskusi kondisi
eksisting
sanitasi
ditetapkan
area
yang
dilaksanakan
berseiko
oleh
persampahan
Pokja
di
maka
Kabupaten
Temanggung, sebagai berikut:
Tabel 2.52
Permasalahan Mendesak Persampahan Kabupaten Temanggung
No
Area Resiko
1 Area resiko 1
2 Area resiko 2
Desa/ Kecamatan
Bulu, Bulu
Pandemulyo, Bulu
Wonotirto, Bulu
Temanggung I, Temanggung
Banyuurip, Temanggung
Joho, Temanggung
Mudal, Temanggung
Kaloran, Kaloran
Tlogowungu, Kaloran
Pasuruhan, Bulu
Pakurejo, Bulu
Pagergunung, Bulu
Tembarak, Tembarak
Menggoro, Tembarak
Purwodadi, Tembarak
Kemloko, Tembarak
Tawangsari,Tembarak
II-187
Krajan, Tembarak
Kertosari, Temanggung
No
Area Resiko
Desa/ Kecamatan
Klepu, Pringsurat
Tlogowungu, Kaloran
Tegowanuh, Kaloran
Samiranan, Kandangan
Margolelo, Kandangan
Rowo, Kandangan
Kedawung, Kandangan
Kutoanyar, Kedu
Kundisari, Kedu
Ngadimulyo, Kedu
Bandunggede, Kedu
Tegalsari, Kedu
Nglondong, Parakan
Depokharjo, Parakan
Glapansari, Parakan
Sunggingsari, Parakan
Ngadirejo, Ngadirejo
Gondang Winangun, Ngadirejo
Ngaren, Ngadirejo
3 Area resiko 3
Mangunsari, Ngadirejo
Campursari, Ngadirejo
Medari, Ngadirejo
Kertosari, Jumo
Giyono, Jumo
Barang, Jumo
Ketitang, Jumo
Morobongo, Jumo
Karangtejo, Jumo
Tempelsari, Jumo
Kentengsari, Jumo
Muntung. Candiroto
Ngaditirto, Selopampang
Bumiayu, Selopampang
Gunungsari, Batur
Kwadungan Jurang, kledung
Kemuning, Bejen
Sumber : Hasil Analisis, 2016.
PETA AREA BERISIKO PERSAMPAHAN
BELUM ADA
II-188
Berdasarkan dari hasil perhitungan dari instrumen profil
sanitasi, dengan mengkombinasikan data sekunder, Indeks
Resiko Sanitasi (IRS) dari hasil EHRA dan persepsi SKPD.
Untuk Area beresiko Persampahan, pembobotan Exposure
sebagai berikut:
a. Data Sekunder sebesar 30%
b. IRS EHRA sebesar 50%
c. Persepsi SKPD sebesar 20%
Adapun Pembobotan Impact sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk sebesar 30%
b. Kepadatan Penduduk sebesar 30%
c. Angka Kemiskinan sebesar 10%
d. Fungsi Urban Rural sebesar 30%
Sedangkan
Permasalahan
Mendesak
terkait
sektor
persampahan adalah:
Tabel 2.53
Permasalahan Mendesak Persampahan Kabupaten Temanggung
No.
Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis
Pengembangan Sarana dan Prasarana ( user Interface-Pengolahan
awal-Pengangkutan-Pengolahan akhir-Pembuangan akhir) serta
Dokumen Perencanaan Teknis
A
Kurangnya sarana prasarana persampahan (truk sampah,
dsb)
B
Pembuangan sampah di luar kontainer sehingga berceceran
C
Masih banyak sampah yang dibakar sehingga menyebabkan
polusi
D
Masih banyak warga yang membuang sampah di sungai
E
Kontainer sampah perlu ditambah
F
Pengelolaan Bank Sampah belum optimal dan perlu
dikembangkan
G
Pengelolaan 3R belum optimal
II-189
H
I
Kapasitas TPA sudah mulai penuh
Masih kurangnya SDM petugas lapangan penyapuan jalan
J
Kesadaran untuk pemilahan sampah rumah tangga masih
rendah
Permasalahan Mendesak
No.
2. Aspek Non Teknis
Pendanaan kelembagaan Peraturan Perundangan Peranserta
Masyarakat dan Dunia usaha , Komuniksi
A
Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator
B
C
D
E
F
G
H
SDM masih kurang memadai, baik dari kualitas maupun
kuantitas
Belum adanya kebijakan yang jelas terkait hubungan
kerjasama dengan pihak swasta ataupun investor dalam
pengelolaan persampahan
Kurangnya sosialisasi tentang pentingnya pengolahan
persampahan
Masih kecilnya dana yang dialokasikan oleh Pemerintah
Daerah untuk sektor persampahan
Anggaran Sektor Persampahan belum menjadi prioritas
oleh para pengambilan kebijakan
Masih rendahnya dana penarikan restribusi h. Potensi
masyarakat dalam mengelola sampah belum dikembangkan
secara sistematis
Masih rendahnya investasi dunia usaha ataupun pihak
swasta J Belum adanya skema strategi untuk bekerjasama
dengan swasta/kelompok
2.5.3 Drainase
Dari hasil Studi EHRA dan Diskusi Focus Diagram
Sistem
Sanitasi
Kabupaten
Temanggung
maka
didapat
kesimpulan Area beresiko drainase sektor Temanggung antara
lain:
II-190
Tabel 2.54
Area Beresiko Drainase Kabupaten Temanggung
No
Area Resiko
1 Area resiko 1
Desa/ Kecamatan
Kelurahan Kranggan
Temanggung I
Kelurahan Butuh
Kelurahan Jampiroso
Kelurahan Parakan Wetan
Kelurahan Parakan Kauman
Desa Petirejo
Desa Karanggedong
Desa Medari
Desa Ngadirejo
Desa Ngaren
Kelurahan Manggong
Kelurahan Banyuurip
Sumber : Hasil Analisis, 2016.
TINJAUAN : PETA AREA
BERISIKO GENANGAN
BELUM ADA
Berdasarkan dari hasil perhitungan dari instrumen profil
sanitasi, dengan mengkombinasikan data sekunder, Indeks
Resiko Sanitasi (IRS) dari hasil EHRA dan persepsi SKPD.
Untuk Area beresiko Persampahan, pembobotan Exposure
sebagai berikut:
a. Data Sekunder sebesar 20%
b. IRS EHRA sebesar 60%
c. Persepsi SKPD sebesar 20%
Adapun Pembobotan Impact sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk sebesar 20%
b. Kepadatan Penduduk sebesar 30%
II-191
c. Angka Kemiskinan sebesar 10%
d. Fungsi Urban Rural sebesar 40%
Tabel 2.55
Permasalahan mendesak Drainase
No.
Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis
Pengembangan Sarana dan Prasarana ( user Interface-Pengolahan awalPengangkutan-Pengolahan akhir-Pembuangan akhir) serta Dokumen
Perencanaan Teknis
A
Belum ada selokan sehingga grey water dan air hujan masih masuk
ke comberan yang mengakibatkan genangan
B
Saluran air belum ideal sehingga terjadi sedimentasi diselokan
C
Masih banyak sampah yang dibuang diselokan
D
Pada umumnya, sitem drainase masih menjadi satu antara
pembuangan air hujan dan saluran limbah rumah tangga (grey
water)
E
Belum berfungsinya sistem drainase yang ada karena Leveling yang
tidak baik ataupun ditimbun warga
F
Kesadaran masyarakat masih rendah/pembuangan dari kamar
mandi, wastafel, air hujan dan industri rumah tangga tercampur jadi
satu sehingga mengakibatkan polusi
G
Banjir dan genangan yang terjadi setiap Tahun
2. Aspek Non Teknis
Pendanaan
kelembagaan
Peraturan
Perundangan
Peranserta
Masyararkat dan Dunia usaha , Komuniksi
A
Kurangnya sosialisasi dan kampanye tentang pengelolaan drainase
B
Area cakupan yang luas terbentur dengan SDM yang ada di Dinas
Cipkataru
C
Informasi mengenai saluran yang rusak belum optimal
D
Pengelola layanan drainase belum dilengkapi dengan uraian tugas
dan kewenangan yang rinci serta belum didukung oleh anggaran
yang memadai
E
Kepedulian masyarakat dalam memelihara saluran drainase yang
sudah ada sangat rendah
Sumber : Hasil Analisis, 2016.
II-192
Download