HUBUNGAN INTENSITAS NYERI AKUT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TEMANGGUNG Ririn Maria Herawati*), Eko Susilo**), Puji Lestari***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Nyeri merupakan sebuah fenomena yang semua orang merasakannya dari nyeri intensitas rendah sampai intensitas tinggi secara garis besar nyeri dibagi menjadi dua jenis yaitu nyeri akut dan kronis. Nyeri akut sering kali menimbulkan respon autonomik seperti diaphoresis, peningkatan nadi, peningkatan pernafasan dan perubahan tekanan darah, karena nyeri yang akut menginisiasi/memacu peningkatan aktivitas saraf simpatis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri akut dengan tekanan darah Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan rancangan crosssectional dengan populasi rata-rata satu bulan sebanyak 61 pasien dengan pengambilan sampel, accidental sampling dengan jumlah sampel 30 responden. Kemudian data dianalisa menggunakan uji korelasi kendall tau dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Dari hasil uji korelasi kendall tau menunjukkan hasil ada hubungan antara intensitas nyeri akut dengan tekanan darah pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung dengan hasil perhitungan ini didapatkan p-value 0,000. Perawat disarankan untuk meningkatkan kualitas proses keperawatannya dengan melaksanakan tindakan keperawatan non farmakologi ataupun dengan farmakologi secepat mungkin untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien. Kata Kunci: Intensitas Nyeri Akut, Tekanan Darah ABSTRACT Pain is a phenomenon that felt by everyone with various intensities from low to high. Pain is broadly divided into two types: acute and chronic pain. Acute pain often leads to autonomic responses such as diaphoresis, increased pulse, increased respiration and blood pressure changes, since acute pain will trigger the increased sympathetic nerve activity. The purpose of this study is to find the correlation between acute pain intensity and blood pressure. This was a correlative study with cross-sectional approach. The population in this study were average of patients in one month as many as 61 patients and the data sampling used accidental sampling technique as many as 30 respondents. The data were analyzed by using the Kendall tau correlation test with significance level of p < 0.05. The result of Kendall tau correlation test results indicate that there is a correlation between acute pain intensity and blood pressure in patients at RSUD Temanggung with the p-value of 0.000. The nurses are advised to improve the quality of the nursing process by carrying out both pharmacological or non-pharmacological nursing actions as quickly as possible to reduce the pain felt by the patients. Keywords: Acute pain intensity, Blood pressure PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Carpenito (2000), perasaan nyeri sering kali menimbulkan respon autonomik seperti diaforesis, peningkatan nadi, peningkatan pernafasan dan perubahan tekanan darah. Respon autonomik nyeri hanya terjadi pada nyeri yang akut. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Thomas G Pickering tahun 2001, bahwa nyeri yang akut menginisiasi /memacu peningkatan aktivitas saraf simpatis. Adanya respon autonomik akibat nyeri membuat pasien memerlukan tindakan khusus untuk mengatasi nyeri yang dirasakan. Petugas kesehatan khususnya perawat perlu melakukan pemeriksaan fisik seperti pernafasan nadi dan tekanan darah, pada pasien untuk memonitor pasien dengan tujuan untuk mengetahui adanya respon autonomik. Salah satu respon autonomik yang sering kali ditemukan pada pasien yang mengalami nyeri akibat penyakit yang diderita adalah peningkatan tekanan darah sebagai respon autonomic (Carpenito, 2000). Karena 2 nyeri akan menurunkan resistensi perifer saraf otonom sehingga akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang bisa menaikkan tekanan darah. Menurut Hudak & Gallo (1997) tekanan darah arteri dipertahankan dan diatur oleh tonus vasomotor dari arteriarteri dan arteriole, jumlah darah yang masuk arteri-arteri per sistol (seperti curah jantung), dan volume darah itu sendiri. Makin besar volume darah atau curah jantung akan semakin besar/tinggi tekanann darah dan terjadi sebaliknya bila tonus vasomotor tetap konstan. Secara normal pengaturan tonus vasomotor meliputi mekanisme neural dan hormonal. Pengaturan neural diatur oleh pusat vasomotor dari medulla oblongata, dimana pusat ini terdiri dari percabangan vasopresor dan depressor, rangsangan pada vasopresor menyebabkan vasokontriksi arteri dan menimbulkan tekanan darah arteri meningkat, sedangkan rangsangan depressor menurunkan rangsangan simpatetik yang menyebabkan vasodilatasi dan menimbulkan tekanan darah arteri menurun. Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung Perubahan tekanan darah yang mengarah pada peningkatan ataupun penurunan dapat menimbulkan ketidaknyamanan fisik sehingga dapat memperberat keluhan pasien. Seperti pengalaman ada pasien yang biasanya hipotensi mengalami nyeri akut yaitu karena colic renal mengalami peningkatan tekanan darah. Di Indonesia dewasa ini banyak rumah sakit yang telah melakukan upaya intensif untuk mengelola rasa nyeri tersebut. Sebagai upaya Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan serta dalam menghadapi akreditasi rumah sakit yang mengharuskan pasien untuk di management rasa nyerinya,bahkan dalam akreditasi joint commission international (JCI) isu managemen nyeri ini menjadi salah satu elemen penilaian yang dipersyaratkan untuk dipenuhi oleh pihak rumah sakit,dan dalam assesmen nyeri salah satunya memakai COMFORT scale terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor1-5 dengan skor total antara 9-45,salah satu kategorinya adalah dinilai seberapa besar perubahan tekanan darahnya akibat nyeri yang dirasakan. Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh nyeri akut ,jika tidak segera diatasi akan menyebabkan Curah jantung meningkat terjadi konstriksi perifer prekapiler,peningkatan tekanan vaskuler yang bisa menyebabkan hipertropi ventrikel yang berakibat gagal jantung dan disritmia,sedangkan peningkatan tekanan pada vaskuler serebral bisa menyebabkan ruptur serebral/ pecah pembuluh darah otak yang mengakibatkan stroke dan kelumpuhan (Brunner & suddarth, 2005). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pasien yang mengalami nyeri akut di RSUD Temanggung ada 4 pasien nyeri akut dengan skala nyeri 6-8 ketika diukur tekanan darahnya dalam batas normal, sedangkan 6 pasien lainnya dengan skala nyeri yang sama mengalami peningkatan tekanan darah. Rumusan Masalah “Adakah hubungan intensitas nyeri akut dengan tekanan darah yang dirasakan pasien di RSUD Temanggung?” Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Menggambarkan tingkat nyeri akut pada pasien di RSUD Temanggung; 2) Menggambarkan tekanan darah pasien nyeri akut di RSUD Temanggung; 3) Menganalisis hubungan intensitas nyeri akut dengan tekanan darah pasien di RSUD Temanggung Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat di jadikan kajian bagi para pengajar, mahasiswa, dan peneliti selanjutnya tentang kemajuan riset keperawatan, terkait tentang hubungan tingkat nyeri akut dengan tekanan darah yang dirasakan pasien dengan nyeri akut . Bagi perawat, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai fakta ilmiah bahwa nyeri akut yang dialami pasien ketika harus dirawat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang dapat memperberat keluhan pasien sehingga perlu bagi perawat mengkaji tingkat nyeri pasien dengan memonitor tekanan darah. METODOLOGI Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan menggunakan rancangan cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan pada pengukuran data variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu bersamaan. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 20-23 Januari 2016 di semua bangsal yang terdapat pasien dengan keluhan nyeri akut di RSUD Temanggung. Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung 3 Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian ini adalah pasien yang datang ke RSUD Temanggung/telah dirawat di RSUD Temanggung yang mengalami nyeri akut akibat penyakitnya. jumlah pasien yang mengalami nyeri akut di RSUD Temanggung pada bulan September 2015 sejumlah 51 pasien, kemudian pada bulan Oktober 2015 sejumlah 63 pasien, dan pada bulan November 2015sejumlah 68 pasien, sehingga rata-rata jumlah pasien yang mengalami nyeri akut per bulannya adalah sejumlah 61 pasien. Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan dengan tujuan menggambarkan tiap variable yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat table distribusi frekuensi. Variabel yang dianalisis adalah intensitas nyeri dan tekanan darah. Analisis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan korelasi Kendal tau untuk mengetahui hubungan antar variabel ordinal dengan variabel ordinal. HASIL PENELITIAN Sampel Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden dengan pendekatan metode sampel non random (non probability) sampling yaitu pengambilan sampel tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, dengan menggunakan tehnik incidental sampling yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia Pengumpulan Data Jenis/sumber data Jenis data yang akan digunakan adalah data primer. Data primer diperoleh dari data yang diambil melalui pengukuran langsung kepada pasien, dengan mengukur variable bebas yaitu pengukuran intensitas skala nyeri akut dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan atau observasi dan variable terikat yaitu mengukur tekanan darah. Alat pengumpulan data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi untuk mengukur intensitas skala nyeri yaitu menggunakan Numerical Rating Scale (NRS). Untuk mengukur tekanan darah dengan menggunakan spigmomanometer yang telah dilakukan uji kelayakan alat (uji kalibrasi) oleh BPFK. 4 Analisis Univariat Gambaran tingkat nyeri pada pasien dengan nyeri akut di RSUD Temanggung dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Distribusi Berdasarkan Temanggung Skala Nyeri Sedang Berat Total Tabel 1 Frekuensi Skala Nyeri Frekuensi 20 10 30 Responden di RSUD Persentase (%) 66,7 33,3 100,0 Gambaran tekanan darah pada pasien dengan nyeri akut di RSUD Temanggung Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah di RSUD Temanggung Tekanan Frekuensi Persentase Darah (%) Normotensi 3 10,0 Boderline 12 40,0 Hipertensi 15 50,0 Total 30 100,0 Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung Analisis Bivariat Hubungan Intensitas Nyeri akut dengan Tekanan Darah pada Pasien di RSUD Temanggung Tabel 3 Hubungan Intensitas Nyeri akut dengan Tekanan Darah pada Pasien di RSUD Temanggung Tekanan Darah Total Skala Nyeri Normotensi Boderline Hipertensi p value f % f % f % f % Nyeri sedang 3 10,0 12 40,0 5 25,0 20 100 0,000 Nyeri berat 0 0,0 0 0 10 100,0 10 100 Total 3 10,0 12 40,0 15 50,0 30 100 =+0,657 PEMBAHASAN Intensitas Nyeri Akut Pada Pasien di RSUD Temanggung Responden dalam penelitian ini mengalami nyeri akut disebabkan penyakit yang berbeda-beda, diantaranya yang paling banyak ditemukan responden dengan colic renal yaitu 10 responden, kemudian 5 responden mengalami nyeri akut karena fraktur, responden yang mengalami colic app sejumlah 4 responden, 4 responden lainnya karena AMI, dan responden yang mengalami colic illeus sejumlah 3 responden sama dengan responden yang mengalami nyeri akut karena IHD juga berjumlah 3 responden, sedangkan nyeri akut yang disebabkan angina pectoris hanya ditemukan 1 responden. Responden dalam penelitian ini mempunyai respon yang berbeda-beda saat menghadapi rasa nyeri yang dialami. Banyak pasien dengan nyeri akut mengeluh intensitasnya berat yaitu ada 10 responden, tetapi juga lebih banyak pasien yang dapat mentolerir atau beradaptasi terhadap nyeri yang dirasakan, sehingga intensitas nyeri yang dirasakan skala sedang yaitu 20 orang. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah berbeda-beda, hal ini disebabkan karena dari banyaknya kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Respon autonomik nyeri ini dapat direspons pasien nyeri akut dengan perilaku atau perasaan yang berbeda-beda (Carpenito, 2000). Adanya respon nyeri yang berbeda-beda pada responden ini kemungkinan juga dapat dipengaruhi beberapa faktor, seperti pengalaman terhadap nyeri maupun kecemasan. Hal ini sesuai pendapat Smeltzer dan Bare (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri antara lain, pengalaman masa lalu, ansietas, budaya, usia, efek plasebo. Pengalaman masa lalu terhadap nyeri adalah menarik untuk dibahas dimana individu yang mempunyai pengalaman multiple dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibandingkan orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Seringkali tidak demikian, banyaknya pengalaman nyeri yang dirasakan, maka makin takut individu tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan. Gambaran Tekanan Darah Pada Pasien Nyeri Akut di RSUD Temanggung Dalam penelitian ini 4 responden yang mengalami nyeri akut karena penyakit AMI tekanan darahnya 3 responden mengalami hipertensi dan 1 responden tekanan darahnya borderline/ normal tinggi. Ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah. Sedangkan 4 responden yang mengalami nyeri akut karena colic App, 2 responden mengalami normotensi, 1 responden hipertensi dan 1 responden borderline/normal tinggi. Kategori tensi yang berbeda-beda ini menunjukkan bahwa respon terhadap nyeri akut memang dipengaruhi berbagai faktor yaitu kondisi fisik maupun psikologis responden. Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung 5 Responden lainnya yaitu dengan IHD yang berjumlah 3 responden, 1 responden dengan tekanan darah kategori borderline, 2 responden lainnya dengan kategori hipertensi, hal ini menunjukkan respon peningkatan tekanan darah akibat nyeri akut yang dirasakan. Pada 3 responden dengan colic illeus didapatkan ke tiga responden mengalami hipertensi, ini menunjukkan intensitas nyeri akut karena illeus sangat mempengaruhi tekanan darah responden. Responden nyeri akut karena angina pectoris pada penelitian ini hanya ditemukan 1 responden dengan tekanan darah kategori borderline, kenaikan tekanan darah pada responden ini tidak bisa dibandingkan dengan responden yang lain karena penyebab nyeri akut yang dirasakan berbeda. Pada 5 responden dengan nyeri akut yang disebabkan karena fraktur,3 responden dengan tekanan darah borderline, 2 responden lainnya mengalami tekanan darah hipertensi. Ini menunjukkan respon kenaikan tekanan darah yang berbeda pada setiap responden karena faktor2 yang mempengaruhi respon terhadap nyeri akut juga berbeda. Responden yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini adalah responden dengan nyeri akut yang disebabkan karena colic renal, yaitu sejumlah 10 respoden, mungkin karena kebiasaan pola hidup masyarakat yang kurang menperhatikan kebutuhan cairan tubuh per hari dan kurangnya minum air putih serta kebiasaan menahan buang air kecil menyebabkan banyaknya kasus colic renal disebabkan adanya batu disaluran ginjal/renal. Pada 10 responden karena colic renal ini ditemukan 5 responden dengan tekanan darah borderline, 4 responden dengan tekanan darah kategori hipertensi dan 1 responden dengan tekanan darah kategori normotensi. Semua responden pada penelitian ini yang mengalami nyeri akut dengan penyebab penyakit yang berbeda-beda maupun responden yang memiliki kesamaan penyebab nyeri akut yang sama, 6 tetapi respon terhadap perubahan tekanan darahnya tetap berbeda-beda, ini disebabkan karena memang nyeri akut yang dirasakan responden bersifat subyektif yang tiap responden memilik itoleransi ambang rasa nyeri yang berbeda-beda, dan juga rasa nyeri itu sendiri tergantung dari paliatif/ jenis rasa nyeri itu sendiri, kemudian dipengaruhi juga oleh kualitas rasa nyeri, bagian nyeri yang dirasakan, skalanya dan yang terakhir time atau waktu yang dirasakan ketika nyeri apakah sebentar /lama, kadangkadang ataupun terus –menerus , ini akan sangat mempengaruhi respon terhadap nyeri itu sendiri. Responden dapat mengalami peningkatan tekanan darah karena tekanan darah dapat dipengaruh oleh kondisi fisik maupun psikologis dari pasien. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Hudak & Gallo (1997) tekanan darah arteri dipertahankan dan diatur oleh tonus vasomotor dari arteri-arteri dan arteriole, jumlah darah yang masuk arteri-arteri per sistol (seperti curah jantung), dan volume darah itu sendiri. Makin besar volume darah atau curah jantung maka akan semakin besar/tinggi tekanan darah dan terjadi sebaliknya bila tonus vasomotor tetap konstan. Secara normal pengaturan tonus vasomotor meliputi mekanisme neural dan hormonal. Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah Hasil penelitian menunjukkan adanya Hubungan intensitas nyeri akut dengan tekanan darah. Hasil uji statistik menggunakan Kendal Tau didapatkan p value 0,000≤0,05 sehingga ada hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri akut dengan tekanan darah pada pasien di RSUD Temanggung. Angka korelasi +0,657 menunjukkan korelasi positif dan korelasi yang cukup, yang berarti bahwa pengaruh yang terjadi bersifat positif dengan tingkat hubungan yang kuat antara intensitas nyeri akut dengan tekanan darah yaitu semakin tinggi intensitas nyeri maka Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung akan semakin meningkat tekanan darahnya. Menurut Smeltzer dan Bare (2002), nyeri secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi dengan tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera fisik atau akibat trauma fisik dan umumnya nyeri ini terjadi kurang dari satu bulan. Respon autonomik nyeri hanya terjadi pada nyeri yang akut, respon autonomik ini dapat meliputi diaforesis, peningkatan nadi, perubahan tekanan darah, dilatasi pupil, peningkatan frekuensi pernafasan (Carpenito, 2000). Demikian juga pada responden dalam penelitian ini, sebagian besar mengalami peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah ini menurut penulis, kemungkinan karena peningkatan kecemasan akibat nyeri akut dan berat yang dirasakan sehingga pada saat merespon nyeri sering kali mengalami respon hemodinamik akibat peningkatan produksi asetil kholin neurotransmitter yang dapat merangsang aktivitas pembuluh darah. Menurut Purwandari (2007) nyeri akut sering ditandai dengan peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi dan peningkatan pernafasan. Pada pasien dengan kecemasan karena nyeri berat dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, karena kecemasan dapat merangsang neurotransmitter asetilcholin dan adrenalin yang dapat meningkatkan fungsi pompa jantung. Ada beberapa sensasi nyeri dihubungkan dengan status mental atau status psikologis dan kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari stimulasi fisik dan mental atau emosional (Smeltzer dan Bare, 2002). Dalam penelitian ini responden yang mengalami nyeri dengan intensitas skala nyeri yang berat, mengalami peningkatan tekanan darah atau hipertensi sebanyak 100%, ini menunjukkan semakin tinggi intensitas nyeri maka akan semakin meningkat tekanan darahnya. Sedangkan yang mengalami nyeri dengan intensitas skala nyeri sedang yang mengalami peningkatan tekanan darah atau hipertensi adalah sebesar 80%, kemungkinan ini disebabkan karena ambang nyeri pasien yang rendah, sedangkan 20% lainnya dengan intensitas skala nyeri sedang tidak mengalami peningkatan tekanan darah, ini dikarenakan ambang nyeri pasien yang tinggi bisa dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini tidak bisa mengamati secara detail besarnya pengaruh faktor umur, jenis kelamin, pengalaman masa lalu dengan tekanan darah akibat nyeri yang dirasakan. Faktorfaktor yang mempengaruhi tekanan darah seperti kadar kolesterol tidak bisa peneliti kendalikan karena keterbatasan semua pasien baru tidak semua diperiksa kimia darahnya. KESIMPULAN Rata-rata intensitas nyeri akut yang terjadi pada pasien di RSUD Temanggung adalah pada skala nyeri 6 (skala nyeri sedang), sejumlah 20 responden (66,7%), sedangkan responden yang mengalami intensitas nyeri berat 10 responden (33,3%). Tekanan darah yang dialami sampel penelitian, sebagian besar menunjukkan tekanan darah kategori hipertensi yaitu sejumlah 15 responden (50,0%), boderline sejumlah 12 responden (40%) dan paling sedikit kategori normotensi yaitu sejumlah 3 responden (10,0%). Ada hubungan intensitas nyeri akut dengan tekanan darah, dengan arah hubungan positif yang berarti semakin tinggi intensitas nyeri yang dialami sampel penelitian akan diikuti dengan naiknya tekanan darah. SARAN Perawat di Ruang perawatan terutama di UGD selalu meningkatkan kualitas dan frekuensi pelaksanaan terapi relaksasi dan distraksi ataupun dengan terapi Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung 7 farmakologi secepat mungkin untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien dan peningkatan tekanan darah tidak akan terjadi. Hendaknya Rumah Sakit menyusun standar operasional prosedur tentang teknik pelaksanaan nyeri akut baik itu secara farmakologis maupun non farmakologis Peneliti selanjutnya diharapkan penelitian secara berkelanjutan yang berhubungan dengan hubungan intensitas nyeri akut dengan tekanan darah secara kualitatif menggunakan data kualitatif dari hasil observasi terhadap pasien dengan nyeri akut. Untuk masyarakat pada umumnya hendaknya menjaga kesehatan dengan menghindari hal-hal yang bisa mempengaruhi tekanan darah seperti kebiasaan merokok, pola hidup tidak sehat seperti jarang berolah raga dan pola makan yang tidak sehat. DAFTAR PUSTAKA [1] Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. [2] Augustinus, A.S, (1992). Pemeriksaan Fisik Physical Assesment, Edisi III, Akademi Perawatan St Carolus Program D-III Keperawatan, Jakarta. [3] Carpenito, L.J, (2001). Buku Diagnosa Keperawatan ( Terjemah: Monica Ester),Edisi 8, EGC, Jakarta [4] Doenges, M.E, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. [5] FKUI, (2000), Kapita selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aeskulapius FKUI [6] FKUNDIP, (1996). Nyeri Pengenalan dan Tatalaksana. Cetakan II, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 8 [7] Ganong, W.F, (1999). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan), Edisi 17, Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta. [8] Guyton & Hall, (1997). Buku Ajar Fisiogi Kedokteran (terjemahan), Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. [9] Hastono, P. S. 2001. Analisa Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia [10] Hudak & Gallo, (1997). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik (terjemahan), Edisi VI, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. [11] Long, B.C, (1996). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (terjemahan), Edisi 2, Penerbit Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung. [12] Perry, A.G & Potter, P.A (2000). Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur dasar (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. [13] Price, S.A dan Wilson, L.C, (1995). Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit (terjemahan), Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. [14] Reeves,C.J & Lockhart,R, (2001), Buku Satu Keperawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Edisi I, Jakarta: Penerbit Salemba Medika. [15] Robert Priharjo, (1993). Pengkajian Fisik Keperawatan, Edisi 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. [16] Smeltzer, S.C dan Bare, B.G, (2002), Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku dari Brunner & Suddarth (Terjemahan), Cetakan I, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC [17] Stevens, P.J.M, (1999). Ilmu Keperawatan (terjemahan), Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. [18] Sujarweni W. (2014). Metodologi Penelitian, Cetakan I. Yogyakarta : Pustaka Baru Press Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung