HUBUNGAN INTENSITAS NYERI AKUT DENGAN TEKANAN

advertisement
HUBUNGAN INTENSITAS NYERI AKUT DENGAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TEMANGGUNG
Ririn Maria Herawati*), Eko Susilo**), Puji Lestari***)
*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Nyeri merupakan sebuah fenomena yang semua orang merasakannya dari nyeri
intensitas rendah sampai intensitas tinggi secara garis besar nyeri dibagi menjadi dua jenis
yaitu nyeri akut dan kronis. Nyeri akut sering kali menimbulkan respon autonomik seperti
diaphoresis, peningkatan nadi, peningkatan pernafasan dan perubahan tekanan darah, karena
nyeri yang akut menginisiasi/memacu peningkatan aktivitas saraf simpatis. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri akut dengan tekanan darah
Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan rancangan crosssectional dengan populasi rata-rata satu bulan sebanyak 61 pasien dengan pengambilan
sampel, accidental sampling dengan jumlah sampel 30 responden. Kemudian data dianalisa
menggunakan uji korelasi kendall tau dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Dari hasil uji
korelasi kendall tau menunjukkan hasil ada hubungan antara intensitas nyeri akut dengan
tekanan darah pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung dengan hasil perhitungan
ini didapatkan p-value 0,000.
Perawat disarankan untuk meningkatkan kualitas proses keperawatannya dengan
melaksanakan tindakan keperawatan non farmakologi ataupun dengan farmakologi secepat
mungkin untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
Kata Kunci: Intensitas Nyeri Akut, Tekanan Darah
ABSTRACT
Pain is a phenomenon that felt by everyone with various intensities from low to high.
Pain is broadly divided into two types: acute and chronic pain. Acute pain often leads to
autonomic responses such as diaphoresis, increased pulse, increased respiration and blood
pressure changes, since acute pain will trigger the increased sympathetic nerve activity. The
purpose of this study is to find the correlation between acute pain intensity and blood
pressure.
This was a correlative study with cross-sectional approach. The population in this
study were average of patients in one month as many as 61 patients and the data sampling
used accidental sampling technique as many as 30 respondents. The data were analyzed by
using the Kendall tau correlation test with significance level of p < 0.05. The result of
Kendall tau correlation test results indicate that there is a correlation between acute pain
intensity and blood pressure in patients at RSUD Temanggung with the p-value of 0.000.
The nurses are advised to improve the quality of the nursing process by carrying out
both pharmacological or non-pharmacological nursing actions as quickly as possible to
reduce the pain felt by the patients.
Keywords: Acute pain intensity, Blood pressure
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Carpenito (2000), perasaan
nyeri sering kali menimbulkan respon
autonomik seperti diaforesis, peningkatan
nadi,
peningkatan
pernafasan
dan
perubahan
tekanan darah.
Respon
autonomik nyeri hanya terjadi pada nyeri
yang akut.
Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Thomas G Pickering tahun
2001, bahwa nyeri yang akut menginisiasi
/memacu peningkatan aktivitas saraf
simpatis.
Adanya respon autonomik akibat nyeri
membuat pasien memerlukan tindakan
khusus untuk mengatasi nyeri yang
dirasakan. Petugas kesehatan khususnya
perawat perlu melakukan pemeriksaan
fisik seperti pernafasan nadi dan tekanan
darah, pada pasien
untuk memonitor
pasien dengan tujuan untuk mengetahui
adanya respon autonomik. Salah satu
respon autonomik yang sering kali
ditemukan pada pasien yang mengalami
nyeri akibat penyakit yang diderita adalah
peningkatan tekanan darah sebagai respon
autonomic (Carpenito, 2000). Karena
2
nyeri akan menurunkan resistensi perifer
saraf otonom sehingga akan menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah yang bisa
menaikkan tekanan darah.
Menurut Hudak & Gallo (1997)
tekanan darah arteri dipertahankan dan
diatur oleh tonus vasomotor dari arteriarteri dan arteriole, jumlah darah yang
masuk arteri-arteri per sistol (seperti curah
jantung), dan volume darah itu sendiri.
Makin besar volume darah atau curah
jantung akan semakin besar/tinggi
tekanann darah dan terjadi sebaliknya bila
tonus vasomotor tetap konstan. Secara
normal pengaturan tonus vasomotor
meliputi mekanisme neural dan hormonal.
Pengaturan neural diatur oleh pusat
vasomotor dari medulla oblongata, dimana
pusat ini terdiri dari percabangan
vasopresor dan depressor, rangsangan pada
vasopresor menyebabkan vasokontriksi
arteri dan menimbulkan tekanan darah
arteri meningkat, sedangkan rangsangan
depressor
menurunkan
rangsangan
simpatetik yang menyebabkan vasodilatasi
dan menimbulkan tekanan darah arteri
menurun.
Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung
Perubahan tekanan darah yang
mengarah pada peningkatan ataupun
penurunan
dapat
menimbulkan
ketidaknyamanan fisik sehingga dapat
memperberat keluhan pasien. Seperti
pengalaman ada pasien yang biasanya
hipotensi mengalami nyeri akut yaitu
karena colic renal mengalami peningkatan
tekanan darah.
Di Indonesia dewasa ini banyak rumah
sakit yang telah melakukan upaya intensif
untuk mengelola rasa nyeri tersebut.
Sebagai upaya Rumah Sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan serta dalam
menghadapi akreditasi rumah sakit yang
mengharuskan
pasien
untuk
di
management rasa nyerinya,bahkan dalam
akreditasi joint commission international
(JCI) isu managemen nyeri ini menjadi
salah satu elemen penilaian yang
dipersyaratkan untuk dipenuhi oleh pihak
rumah sakit,dan dalam assesmen nyeri
salah satunya memakai COMFORT scale
terdapat 9 kategori dengan setiap kategori
memiliki skor1-5 dengan skor total antara
9-45,salah satu kategorinya adalah dinilai
seberapa besar perubahan tekanan
darahnya akibat nyeri yang dirasakan.
Peningkatan tekanan darah yang
disebabkan oleh nyeri akut ,jika tidak
segera diatasi akan menyebabkan Curah
jantung meningkat terjadi konstriksi
perifer prekapiler,peningkatan tekanan
vaskuler
yang
bisa
menyebabkan
hipertropi ventrikel yang berakibat gagal
jantung
dan
disritmia,sedangkan
peningkatan tekanan pada vaskuler
serebral bisa menyebabkan ruptur serebral/
pecah pembuluh darah otak yang
mengakibatkan stroke dan kelumpuhan
(Brunner & suddarth, 2005).
Dari hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada 10 pasien yang mengalami
nyeri akut di RSUD Temanggung ada 4
pasien nyeri akut dengan skala nyeri 6-8
ketika diukur tekanan darahnya dalam
batas normal, sedangkan 6 pasien lainnya
dengan skala nyeri yang sama mengalami
peningkatan tekanan darah.
Rumusan Masalah
“Adakah hubungan intensitas nyeri
akut dengan tekanan darah yang dirasakan
pasien di RSUD Temanggung?”
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk: 1) Menggambarkan tingkat nyeri
akut pada pasien di RSUD Temanggung;
2) Menggambarkan tekanan darah pasien
nyeri akut di RSUD Temanggung; 3)
Menganalisis hubungan intensitas nyeri
akut dengan tekanan darah pasien di
RSUD Temanggung
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat di
jadikan kajian bagi para pengajar,
mahasiswa, dan peneliti selanjutnya
tentang kemajuan riset keperawatan,
terkait tentang hubungan tingkat nyeri akut
dengan tekanan darah yang dirasakan
pasien dengan nyeri akut .
Bagi perawat, hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai fakta ilmiah bahwa
nyeri akut yang dialami pasien ketika
harus dirawat dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan darah yang dapat
memperberat keluhan pasien sehingga
perlu bagi perawat mengkaji tingkat nyeri
pasien dengan memonitor tekanan darah.
METODOLOGI
Desain Penelitian
Desain yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah korelasional dengan
menggunakan rancangan cross-sectional,
yaitu penelitian yang menekankan pada
pengukuran data variabel bebas dan
variabel terikat dalam waktu bersamaan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada
tanggal 20-23 Januari 2016 di semua
bangsal yang terdapat pasien dengan
keluhan nyeri akut
di RSUD
Temanggung.
Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung
3
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi penelitian ini adalah pasien
yang datang ke RSUD Temanggung/telah
dirawat di RSUD Temanggung yang
mengalami nyeri akut akibat penyakitnya.
jumlah pasien yang mengalami nyeri akut
di RSUD Temanggung pada bulan
September 2015 sejumlah 51 pasien,
kemudian pada bulan Oktober 2015
sejumlah 63 pasien, dan pada bulan
November 2015sejumlah 68 pasien,
sehingga rata-rata jumlah pasien yang
mengalami nyeri akut per bulannya adalah
sejumlah 61 pasien.
Analisis Data
Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan dengan
tujuan menggambarkan tiap variable yang
diteliti secara terpisah dengan cara
membuat table distribusi frekuensi.
Variabel yang dianalisis adalah intensitas
nyeri dan tekanan darah.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan korelasi Kendal tau untuk
mengetahui hubungan antar variabel
ordinal dengan variabel ordinal.
HASIL PENELITIAN
Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah
30 responden dengan pendekatan metode
sampel non random (non probability)
sampling yaitu pengambilan sampel tidak
didasarkan atas kemungkinan yang dapat
diperhitungkan, dengan menggunakan
tehnik
incidental
sampling
yaitu
mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia
Pengumpulan Data
Jenis/sumber data
Jenis data yang akan digunakan adalah
data primer. Data primer diperoleh dari
data yang diambil melalui pengukuran
langsung kepada pasien, dengan mengukur
variable bebas yaitu pengukuran intensitas
skala nyeri akut dengan menggunakan
metode wawancara dan pengamatan atau
observasi dan variable terikat yaitu
mengukur tekanan darah.
Alat pengumpulan data
Alat
pengumpulan
data
yang
digunakan dalam penelitian ini berupa
lembar observasi untuk mengukur
intensitas skala nyeri yaitu menggunakan
Numerical Rating Scale (NRS).
Untuk mengukur tekanan darah
dengan menggunakan spigmomanometer
yang telah dilakukan uji kelayakan alat (uji
kalibrasi) oleh BPFK.
4
Analisis Univariat
Gambaran tingkat nyeri pada pasien
dengan nyeri akut di RSUD Temanggung
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Distribusi
Berdasarkan
Temanggung
Skala
Nyeri
Sedang
Berat
Total
Tabel 1
Frekuensi
Skala Nyeri
Frekuensi
20
10
30
Responden
di RSUD
Persentase
(%)
66,7
33,3
100,0
Gambaran tekanan darah pada pasien
dengan nyeri akut di RSUD Temanggung
Tabel 2
Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan Tekanan Darah di RSUD
Temanggung
Tekanan
Frekuensi Persentase
Darah
(%)
Normotensi
3
10,0
Boderline
12
40,0
Hipertensi
15
50,0
Total
30
100,0
Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung
Analisis Bivariat
Hubungan Intensitas Nyeri akut dengan Tekanan Darah pada Pasien di RSUD Temanggung
Tabel 3
Hubungan Intensitas Nyeri akut dengan Tekanan Darah pada Pasien di RSUD Temanggung
Tekanan Darah
Total
Skala Nyeri
Normotensi
Boderline
Hipertensi
p value
f
%
f
%
f
%
f
%
Nyeri sedang
3
10,0
12
40,0
5
25,0
20
100
0,000
Nyeri berat
0
0,0
0
0
10
100,0
10
100
Total
3
10,0
12
40,0
15
50,0
30
100
=+0,657
PEMBAHASAN
Intensitas Nyeri Akut Pada Pasien di
RSUD Temanggung
Responden dalam penelitian ini
mengalami nyeri akut disebabkan penyakit
yang berbeda-beda, diantaranya yang
paling banyak ditemukan responden
dengan colic renal yaitu 10 responden,
kemudian 5 responden mengalami nyeri
akut karena fraktur, responden yang
mengalami colic app sejumlah 4
responden, 4 responden lainnya karena
AMI, dan responden yang mengalami colic
illeus sejumlah 3 responden sama dengan
responden yang mengalami nyeri akut
karena IHD juga berjumlah 3 responden,
sedangkan nyeri akut yang disebabkan
angina pectoris hanya ditemukan 1
responden.
Responden dalam penelitian ini
mempunyai respon yang berbeda-beda saat
menghadapi rasa nyeri yang dialami.
Banyak pasien dengan nyeri akut
mengeluh intensitasnya berat yaitu ada 10
responden, tetapi juga lebih banyak pasien
yang dapat mentolerir atau beradaptasi
terhadap nyeri yang dirasakan, sehingga
intensitas nyeri yang dirasakan skala
sedang yaitu 20 orang. Menurut Smeltzer
dan Bare (2002) cara seseorang berespon
terhadap nyeri adalah berbeda-beda, hal ini
disebabkan karena dari banyaknya
kejadian
nyeri
selama
rentang
kehidupannya.
Respon autonomik nyeri ini dapat
direspons pasien nyeri akut dengan
perilaku atau perasaan yang berbeda-beda
(Carpenito, 2000). Adanya respon nyeri
yang berbeda-beda pada responden ini
kemungkinan juga dapat dipengaruhi
beberapa faktor, seperti pengalaman
terhadap nyeri maupun kecemasan. Hal ini
sesuai pendapat Smeltzer dan Bare (2002),
faktor-faktor yang mempengaruhi respon
nyeri antara lain, pengalaman masa lalu,
ansietas, budaya, usia, efek plasebo.
Pengalaman masa lalu terhadap nyeri
adalah menarik untuk dibahas dimana
individu yang mempunyai pengalaman
multiple dan berkepanjangan dengan nyeri
akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran
terhadap nyeri dibandingkan orang yang
hanya mengalami sedikit nyeri. Seringkali
tidak demikian, banyaknya pengalaman
nyeri yang dirasakan, maka makin takut
individu tersebut terhadap peristiwa yang
menyakitkan.
Gambaran Tekanan Darah Pada Pasien
Nyeri Akut di RSUD Temanggung
Dalam penelitian ini 4 responden yang
mengalami nyeri akut karena penyakit
AMI tekanan darahnya 3 responden
mengalami hipertensi dan 1 responden
tekanan darahnya borderline/ normal
tinggi.
Ini menunjukkan adanya
peningkatan tekanan darah. Sedangkan 4
responden yang mengalami nyeri akut
karena colic App, 2 responden mengalami
normotensi, 1 responden hipertensi dan 1
responden
borderline/normal
tinggi.
Kategori tensi yang berbeda-beda ini
menunjukkan bahwa respon terhadap nyeri
akut memang dipengaruhi berbagai faktor
yaitu kondisi fisik maupun psikologis
responden.
Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung
5
Responden lainnya yaitu dengan IHD
yang berjumlah 3 responden, 1 responden
dengan tekanan darah kategori borderline,
2 responden lainnya dengan kategori
hipertensi, hal ini menunjukkan respon
peningkatan tekanan darah akibat nyeri
akut yang dirasakan. Pada 3 responden
dengan colic illeus didapatkan ke tiga
responden mengalami hipertensi, ini
menunjukkan intensitas nyeri akut karena
illeus sangat mempengaruhi tekanan darah
responden.
Responden nyeri akut karena angina
pectoris pada penelitian ini hanya
ditemukan 1 responden dengan tekanan
darah kategori borderline, kenaikan
tekanan darah pada responden ini tidak
bisa dibandingkan dengan responden yang
lain karena penyebab nyeri akut yang
dirasakan berbeda. Pada 5 responden
dengan nyeri akut yang disebabkan karena
fraktur,3 responden dengan tekanan darah
borderline, 2 responden lainnya mengalami
tekanan darah hipertensi. Ini menunjukkan
respon kenaikan tekanan darah yang
berbeda pada setiap responden karena
faktor2 yang mempengaruhi respon
terhadap nyeri akut juga berbeda.
Responden yang paling banyak
ditemukan pada penelitian ini adalah
responden dengan nyeri akut yang
disebabkan karena colic renal,
yaitu
sejumlah 10 respoden, mungkin karena
kebiasaan pola hidup masyarakat yang
kurang menperhatikan kebutuhan cairan
tubuh per hari dan kurangnya minum air
putih serta kebiasaan menahan buang air
kecil menyebabkan banyaknya kasus colic
renal disebabkan adanya batu disaluran
ginjal/renal. Pada 10 responden karena
colic renal ini ditemukan 5 responden
dengan tekanan darah borderline, 4
responden dengan tekanan darah kategori
hipertensi dan 1 responden dengan tekanan
darah kategori normotensi.
Semua responden pada penelitian ini
yang mengalami nyeri akut dengan
penyebab penyakit yang berbeda-beda
maupun responden
yang memiliki
kesamaan penyebab nyeri akut yang sama,
6
tetapi respon terhadap perubahan tekanan
darahnya
tetap
berbeda-beda,
ini
disebabkan karena memang nyeri akut
yang dirasakan responden bersifat
subyektif yang tiap responden memilik
itoleransi
ambang rasa nyeri yang
berbeda-beda, dan juga rasa nyeri itu
sendiri tergantung dari paliatif/ jenis rasa
nyeri itu sendiri, kemudian dipengaruhi
juga oleh kualitas rasa nyeri, bagian nyeri
yang dirasakan, skalanya dan yang terakhir
time atau waktu yang dirasakan ketika
nyeri apakah sebentar /lama, kadangkadang ataupun terus –menerus , ini akan
sangat mempengaruhi respon terhadap
nyeri itu sendiri.
Responden
dapat
mengalami
peningkatan tekanan darah karena tekanan
darah dapat dipengaruh oleh kondisi fisik
maupun psikologis dari pasien. Hal ini
sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Hudak & Gallo (1997) tekanan darah arteri
dipertahankan dan diatur oleh tonus
vasomotor dari arteri-arteri dan arteriole,
jumlah darah yang masuk arteri-arteri per
sistol (seperti curah jantung), dan volume
darah itu sendiri. Makin besar volume
darah atau curah jantung maka akan
semakin besar/tinggi tekanan darah dan
terjadi sebaliknya bila tonus vasomotor
tetap konstan. Secara normal pengaturan
tonus vasomotor meliputi mekanisme
neural dan hormonal.
Hubungan Intensitas Nyeri Akut
Dengan Tekanan Darah
Hasil penelitian menunjukkan adanya
Hubungan intensitas nyeri akut dengan
tekanan darah. Hasil uji statistik
menggunakan Kendal Tau didapatkan p
value 0,000≤0,05 sehingga ada hubungan
yang signifikan antara intensitas nyeri
akut dengan tekanan darah pada pasien di
RSUD Temanggung. Angka korelasi
+0,657 menunjukkan korelasi positif dan
korelasi yang cukup, yang berarti bahwa
pengaruh yang terjadi bersifat positif
dengan tingkat hubungan yang kuat antara
intensitas nyeri akut dengan tekanan darah
yaitu semakin tinggi intensitas nyeri maka
Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung
akan
semakin
meningkat
tekanan
darahnya. Menurut Smeltzer dan Bare
(2002), nyeri secara garis besar dibagi
menjadi dua jenis yaitu nyeri akut dan
nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri
yang terjadi dengan tiba-tiba dan
umumnya berkaitan dengan cedera fisik
atau akibat trauma fisik dan umumnya
nyeri ini terjadi kurang dari satu bulan.
Respon autonomik nyeri hanya terjadi
pada nyeri yang akut, respon autonomik ini
dapat meliputi diaforesis, peningkatan
nadi, perubahan tekanan darah, dilatasi
pupil, peningkatan frekuensi pernafasan
(Carpenito, 2000). Demikian juga pada
responden dalam penelitian ini, sebagian
besar mengalami peningkatan tekanan
darah. Peningkatan tekanan darah ini
menurut penulis, kemungkinan karena
peningkatan kecemasan akibat nyeri akut
dan berat yang dirasakan sehingga pada
saat merespon nyeri sering kali mengalami
respon hemodinamik akibat peningkatan
produksi asetil kholin neurotransmitter
yang dapat merangsang aktivitas pembuluh
darah. Menurut Purwandari (2007) nyeri
akut sering ditandai dengan peningkatan
tekanan darah, peningkatan denyut nadi
dan peningkatan pernafasan.
Pada pasien dengan kecemasan karena
nyeri berat dapat menyebabkan perubahan
tekanan darah, karena kecemasan dapat
merangsang neurotransmitter asetilcholin
dan adrenalin yang dapat meningkatkan
fungsi pompa jantung. Ada beberapa
sensasi nyeri dihubungkan dengan status
mental atau status psikologis dan
kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat
dari stimulasi fisik dan mental atau
emosional (Smeltzer dan Bare, 2002).
Dalam penelitian ini responden yang
mengalami nyeri dengan intensitas skala
nyeri yang berat, mengalami peningkatan
tekanan darah atau hipertensi sebanyak
100%, ini menunjukkan semakin tinggi
intensitas nyeri maka akan semakin
meningkat tekanan darahnya. Sedangkan
yang mengalami nyeri dengan intensitas
skala nyeri sedang yang mengalami
peningkatan tekanan darah atau hipertensi
adalah sebesar 80%, kemungkinan ini
disebabkan karena ambang nyeri pasien
yang rendah, sedangkan 20% lainnya
dengan intensitas skala nyeri sedang tidak
mengalami peningkatan tekanan darah, ini
dikarenakan ambang nyeri pasien yang
tinggi bisa dipengaruhi oleh pengalaman
masa lalu.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini tidak bisa
mengamati
secara
detail
besarnya
pengaruh faktor umur, jenis kelamin,
pengalaman masa lalu dengan tekanan
darah akibat nyeri yang dirasakan. Faktorfaktor yang mempengaruhi tekanan darah
seperti kadar kolesterol tidak bisa peneliti
kendalikan karena keterbatasan semua
pasien baru tidak semua diperiksa kimia
darahnya.
KESIMPULAN
Rata-rata intensitas nyeri akut yang
terjadi pada pasien di RSUD Temanggung
adalah pada skala nyeri 6 (skala nyeri
sedang), sejumlah 20 responden (66,7%),
sedangkan responden yang mengalami
intensitas nyeri berat 10 responden
(33,3%).
Tekanan darah yang dialami sampel
penelitian, sebagian besar menunjukkan
tekanan darah kategori hipertensi yaitu
sejumlah 15 responden (50,0%), boderline
sejumlah 12 responden (40%) dan paling
sedikit kategori normotensi yaitu sejumlah
3 responden (10,0%).
Ada hubungan intensitas nyeri akut
dengan tekanan darah, dengan arah
hubungan positif yang berarti semakin
tinggi intensitas nyeri yang dialami sampel
penelitian akan diikuti dengan naiknya
tekanan darah.
SARAN
Perawat di Ruang perawatan terutama
di UGD selalu meningkatkan kualitas dan
frekuensi pelaksanaan terapi relaksasi dan
distraksi
ataupun
dengan
terapi
Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung
7
farmakologi secepat mungkin untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan pasien
dan peningkatan tekanan darah tidak akan
terjadi.
Hendaknya Rumah Sakit menyusun
standar operasional prosedur tentang
teknik pelaksanaan nyeri akut baik itu
secara
farmakologis
maupun
non
farmakologis
Peneliti
selanjutnya
diharapkan
penelitian secara berkelanjutan yang
berhubungan dengan hubungan intensitas
nyeri akut dengan tekanan darah secara
kualitatif menggunakan data kualitatif dari
hasil observasi terhadap pasien dengan
nyeri akut.
Untuk masyarakat pada umumnya
hendaknya menjaga kesehatan dengan
menghindari
hal-hal
yang
bisa
mempengaruhi tekanan darah seperti
kebiasaan merokok, pola hidup tidak sehat
seperti jarang berolah raga dan pola makan
yang tidak sehat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arikunto, S. (2006). Prosedur
Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
[2] Augustinus, A.S, (1992). Pemeriksaan
Fisik Physical Assesment, Edisi III,
Akademi Perawatan St Carolus
Program D-III Keperawatan, Jakarta.
[3] Carpenito, L.J, (2001). Buku Diagnosa
Keperawatan ( Terjemah: Monica
Ester),Edisi 8, EGC, Jakarta
[4] Doenges, M.E, 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan (terjemahan), Edisi 3,
Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
[5] FKUI,
(2000),
Kapita
selekta
Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media
Aeskulapius FKUI
[6] FKUNDIP, (1996). Nyeri Pengenalan
dan
Tatalaksana.
Cetakan
II,
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
8
[7] Ganong, W.F, (1999). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran (terjemahan),
Edisi 17, Penerbit Buku kedokteran
EGC, Jakarta.
[8] Guyton & Hall, (1997). Buku Ajar
Fisiogi Kedokteran (terjemahan),
Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
[9] Hastono, P. S. 2001. Analisa Data.
Jakarta:
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
[10] Hudak & Gallo, (1997). Keperawatan
Kritis
Pendekatan
Holistik
(terjemahan), Edisi VI, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
[11] Long, B.C, (1996). Buku Ajar
Keperawatan
Medikal
Bedah
(terjemahan), Edisi 2, Penerbit Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan
Pajajaran, Bandung.
[12] Perry, A.G & Potter, P.A (2000). Buku
Saku Ketrampilan dan Prosedur dasar
(terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
[13] Price, S.A dan Wilson, L.C, (1995).
Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit (terjemahan), Edisi 4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
[14] Reeves,C.J & Lockhart,R, (2001),
Buku Satu Keperawatan Medikal
Bedah (Terjemahan), Edisi I, Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
[15] Robert Priharjo, (1993). Pengkajian
Fisik Keperawatan, Edisi 1, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
[16] Smeltzer, S.C dan Bare, B.G, (2002),
Keperawatan Medikal-Bedah Buku
Saku dari Brunner & Suddarth
(Terjemahan), Cetakan I, Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
[17] Stevens,
P.J.M,
(1999).
Ilmu
Keperawatan (terjemahan), Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
[18] Sujarweni W. (2014). Metodologi
Penelitian, Cetakan I. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press
Hubungan Intensitas Nyeri Akut Dengan Tekanan Darah pada Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung
Download