26 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 RESPON TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK, INOKULASI FMA DAN VARIETAS KEDELAI DI TANAH PASIRAN Oleh: Sukmawati Fakultas Pertanian Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik, inokulasi mikoriza dan varietas kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Untuk itu telah dilakukan penelitian di rumah plastik pada bulan Mei - Oktober 2011 yang ditata menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan dan 3 faktor perlakuan secara faktorial, yaitu pupuk organik, mikoriza dan varietas kedelai. Data dianalisis menggunakan Analisis Keragaman, dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik, inokulasi mikoriza dan varietas memberikan pengaruh yang bervariasi pada setiap parameter pengamatan. Ketiga faktor perlakuan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Kata kunci: Pupuk organik, inokulasi mikoriza, varietas kedelai, pertumbuhan dan hasil tanaman Pendahuluan Kedelai (Glycine max (L) Merill) merupakan salah satu jenis tanaman palawija sebagai sumber protein nabati yang memiliki banyak kegunaan dan manfaat bagi kesehatan. Kedelai merupakan komoditas pangan ketiga setelah padi dan jagung. Karena memiliki banyak kegunaan maka komoditas kedelai diprioritaskan untuk dikembangkan. Dalam pengembangan komoditas kedelai, banyak kendala yang dihadapi terutama produksi kedelai yang masih rendah sehingga kebutuhan akan kedelai belum tercukupi. Oleh karena itu tanaman kedelai merupakan tanaman yang penting dalam program revitalisasi pertanian tanaman pangan di Indonesia (Anonim, 2008). Kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun seirama dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan nilai gizi biji kedelai, sementara produksi yang dicapai belum mampu mengimbangi kebutuhan tersebut sehingga harus dipenuhi melalui impor kedelai yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 dalam periode JanuariAgustus ke periode yang sama pada tahun 2010 terjadi kenaikan impor kedelai dari 928.200 ton menjadi 1.243.400 ton yang berarti naik sebesar 33,96% (Sucofindo, 06-12-2010 dalam Wangiyana et al., 2011). Kenaikan volume impor ini membuktikan bahwa belum mampunya kenaikan produksi dalam negeri mengejar peningkatan kebutuhan/permintaan domistik. Rendahnya produksi kedelai dalam negeri disebabkan oleh berbagai kendala yang berupa antara lain : (1) terbatasnya lahan untuk produksi kedelai, (2) lahan yang ada relatif tidak subur, (3) teknologi budidaya kedelai yang diterapkan petani masih sangat sederhana, (4) adanya gangguan penyakit seperti gangguan pathogen tular tanah, (5) irigasi dan pemupukan yang belum optimal (Jalid et al., 1977, Halim et al., 2004). Dalam menyikapi keterbatasan lahan produktif perlu dilaksanakan pengembangan teknologi budidaya kedelai pada lahan kering marginal yang selama ini tidak difungsikan. Namun pengembangan kedelai di lahan kering marginal menghadapi banyak tantangan baik secara fisik, sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan. Keterbatasan sifat fisik tanah merupakan faktor pembatas yang paling utama di lahan kering marginal. Disamping itu pendapatan petani yang rendah, permodalan yang kurang, harga jual yang rendah dan tingkat pendidikan petani pada umumnya juga merupakan kendala yang tidak kalah pentingnya dalam pengelolaan lahan kering marginal. Berdasarkan keterbatasan sifat-sifat di atas maka sistim pertanian organik sangat dianjurkan untuk diterapkan di wilayah lahan kering marginal. Pertanian organik merupakan sistim manajemen produksi yang ramah lingkungan. Penerapannya di lapangan akan meningkatkan kesehatan agroekosistim, termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah (Sebastian, 2002 dalam Sutanto 2002a). Pemanfaatan pupuk organik dan pemberian mikoriza merupakan salah satu bentuk pertanian organik yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi kedelai . Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia seperti pupuk kandang, guano, casing, pupuk hijau dan kompos. Sumber pupuk tersebut banyak tersedia di _______________________________________________ Volume 7, No. 4, Juli 2013 http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 lapangan tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Pemberian pupuk organik terutama ditujukan untuk perbaikan sifat fisik tanah seperti memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kandungan lengas tanah, menyeimbangkan pori-pori tanah dan meningkatkan ketahanan terhadap erosi (Ma‘shum, 2008). Selain manfaat terhadap perbaikan sifat fisik tanah, pupuk organik juga dapat meningkatkan kualitas sifat kimia dan biologi tanah seperti meningkatnya ketersediaan kandungan unsur hara dan aktivitas mikroorganisme tanah. Penambahan pupuk organik ke dalam tanah dan atau pemanfaatan mikroorganisme merupakan metode yang aman dan efektif untuk digunakan pada tanah pasiran. Tanah pasiran umumnya bersifat sangat porous sehingga penggunaan pupuk kimia akan sangat mudah tercuci dan hilang dari zone perakaran. Pemberian pupuk kimia pada tanah-tanah pasiran umumnya tidak efektif dan mudah hilang melalui perkolasi dan pelindian unsur hara. Penggunaan mikroorganisme tanah seperti mikoriza pada tanah berpasir diyakini dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, air dan memperbaiki sifatsifat fisik tanah. Karena kelebihan-kelebihan tersebut maka pemanfaatan mikoriza diharapkan merupakan solusi penting untuk pertanian berkelanjutan masa depan (Madjid, 2009) Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan salah satu jamur yang banyak menarik perhatian para ilmuwan karena kemampuannya membentuk kolonisasi hifa di luar perakaran tanaman. Pemanfaatan mikoriza di lahan kering sangat bermanfaat bagi tanaman inang dalam menyediakan air dan unsur hara. (Jone dan Thompson, 1981; Sylvia, 1982 dalam Madjid 2009 ) Penelitian tentang mikoriza telah banyak dirintis namun masih banyak potensi yang belum maksimal digali. Catatan positif tentang manfaat mikoriza bagi tanaman telah banyak dilaporkan oleh para peneliti baik di dalam maupun di luar negeri. Yusnaini et al., (1998), menemukan bahwa FMA dapat meningkatkan produksi kedelai pada tanah ultisol di Lampung. Penerapan FMA pada kondisi cekaman air selama periode vegetatif dan generatif dilaporkan dapat meningkatkan produksi tanaman jagung (Yusnaini et al., 1999). Setiadi (2003) melaporkan bahwa mikoriza berperan penting dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap unsur logam beracun dan terhadap kondisi kekeringan/kurang air. Wangiyana (2009) menambahkan bahwa mikoriza meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman kacang hijau terhadap kekeringan. Dari hasil – hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa FMA memiliki efek yang positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai dan masih banyak aspek kajian Media Bina Ilmiah 27 FMA lainnya yang belum diketahui dan perlu dikaji lebih lanjut terutama peranannya dalam penyediaan lengas dan unsur hara. Hal ini menjadi sangat penting terutama pada era pemanasan global seperti saat ini sehingga perlu inovasi teknologi baru yang lebih adaftif. Tujuan penelitian pada tahap ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan pupuk organik, inokulasi mikoriza dan varietas kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, dengan melakukan percobaan penanaman menggunakan pot plastik di rumah plastik di desa Parampuan dari bulan Mei sampai Oktober 2011 a. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang ditata dengan percobaan faktorial yang terdiri dari 3 faktor. Faktor pertama adalah pupuk organik yang terdiri dari 3 aras yaitu O0 = tanpa pupuk organik, O1 = pupuk kandang dan O2 = pupuk hijau, dan Faktor kedua adalah inokulum mikoriza yang terdiri dari 2 aras yaitu M0 = tanpa inokulum dan M1 = inokulum mikoriza, sedangkan Faktor ketiga varietas yang terdiri dari 2 varietas yaitu V1 = varietas Grobogan, dan V2 = varietas Wilis. Setiap perlakuan dikombinasikan sehingga didapatkan 12 kombinasi perlakuan yaitu O0M0V1 , O0M0V2, O1M0V1, O1M0V2, O2M0V1, O2M0V2, O0M1V1, O0M1V2, O1M1V1, O1M1V2, O2M1V1, O2M1V2 dan setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 36 pot percobaan. b. 1. 2. 3. Pelaksanaan Percobaan Persiapan Pupuk Organik. Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang sapi dan pupuk hijau. Sebelum digunakan, pupuk organik dikomposkan terlebih dahulu dengan aktivator Mikroorganisme Lokal (MOL). Persiapan Tanah. Tanah bertekstur pasiran (entisol) diambil pada lahan kering tegalan pusat Penelitian Pertanian Lahan Kering desa Akar-Akar Kabupaten Lombok Utara. Contoh tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0 – 20 cm, dikeringanginkan, dan diayak dengan ayakan bermata saring 2 mm untuk media tanam dan 0,5 mm untuk keperluan analisis tanah. Selanjutnya contoh tanah berdiameter 2 mm dimasukkan ke dalam pot plastik sebanyak 7,5 kg/pot plastik. Inokulasi FMA dan Penanaman Kedelai. Untuk perlakuan yang mendapat inokulasi FMA, _______________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 7, No. 4, Juli 2013 28 Media Bina Ilmiah 5. 6. c. Variabel Pengamatan dan Analisis Data. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, umur vegetatif maksimum, umur keluar polong, jumlah polong, berat berangkasan kering, berat biji per tanaman dan berat 25 biji. Data dianalisis dengan analisis keragaman (ANOVA), dilanjutkan dengan uji beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%, menggunakan program Genstad Sementara itu faktor interaksi pupuk organik dengan mikoriza hanya tampak pengaruhnya pada parameter laju pertumbuhan tinggi tanaman. Laju pertumbuha n tinggi Umur berbunga (hari) Umur keluar polong Jumlah polong (buah) Berat Berangkasa n Kering Berat biji/tanaman (g) Berat 25 biji (g) Tabel 1. Rangkuman hasil analisis keragaman pengaruh penambahan bahan organik, mikoriza dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai Sumber Kragaman 4. inokulasi dilakukan pada saat tanam dengan menempatkan Tehnofert (sebanyak 10 g/pot) dalam lubang inokulum di tengah-tengah pot sedalam kurang lebih 7,5 cm lalu ditutup dengan tanah dan disiram air. Untuk tiap pot, penanaman dilakukan dengan menugalkan 3 benih yang telah berkecambah sehingga untuk perlakuan dengan inokulasi, kecambah berada di atas inokulum FMA, kemudian ditutup dengan tanah. Penyulaman, Penjarangan dan Pemupukan. Penyulaman dan penjarangan di lakukan dengan menggunakan bibit cadangan atau dari pot perlakuan yang sama, pada umur 7 HST untuk menumbuhkan satu tanaman per pot. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk majemuk Phonska dengan dosis 100 kg per ha. Pemeliharaan Tanaman. Pemeliharaan meliputi penyiangan setiap ada gulma yang tumbuh, penyiraman setiap 2 hari sekali dan pengendalian hama dengan Decis 25 EC dan Matadhor 25 EC untuk mengendalikan serangan Aphis. Panen. Pemanenan dilakukan setelah polong berwarna coklat tua, daun menguning dan batang mulai mongering. ISSN No. 1978-3787 BO S Mikoriza NS Varietas NS OxM S NS NS S NS NS NS S NS NS NS NS NS S S S NS NS S S NS NS NS S NS OxV NS NS NS NS NS NS NS MxV NS OxMxV NS NS NS NS NS NS NS NS NS NS NS NS NS Dari paparan di atas terlihat bahwa faktor pupuk, mikoriza dan varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (baik pengaruh faktor tunggal maupun kombinasi dua faktor perlakuan). Untuk lebih mendalami tentang pengaruh faktor perlakuan dilakukan uji lanjut BNJ 0,05 sebagaimana yang tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Uji BNJ 0,05 parameter pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman Hasil Dan Pembahasan Dari hasil penelitian diperoleh data pertumbuhan dan hasil tanaman. Data yang diperoleh dianalisis, dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk Gambar dan atau Tabel untuk dijabarkan dan didiskusikan secara lebih mendetail. Data dan hasil analisis ragam parameter pengamatan disajikan pada Tabel 1. Seperti terlihat pada Tabel 1 tampak bahwa faktor tunggal pupuk organik berpengaruh terhadap: (1) laju pertumbuhan tinggi tanaman dan (2) berat berangkasan kering panen tanaman. Sedangkan faktor tunggal mikoriza berpengaruh terhadap: (1) berat berangkasan kering panen dan (2) berat biji per tanaman. Faktor tunggal varietas berpengaruh terhadap: (1) umur berbunga, (2) umur keluar polong, (3) berat berangkasan kering tanaman, (4) berat biji per tanaman dan (5) berat 25 biji. _______________________________________________ Volume 7, No. 4, Juli 2013 *Angka- angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata antar taraf perlakuan pada setiap faktor perlakuan menurut BNJ pada taraf nyata 5% a. Pertumbuhan tanaman ( Laju pertumbuhan tanaman) Ukuran pertumbuhan tanaman dapat didekati menggunakan beberapa indikator pertumbuhan seperti : (1) panjang daun, (2) luas daun, (3) diameter batang, (4) tinggi tanaman, dan lain-lain. Parameter tinggi tanaman banyak digunakan karena variabel ini diyakini memiliki kelebihan dalam http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 29 merefleksikan pengaruh lingkungan. Pengukuran tinggi tanaman dengan metode interval waktu tertentu memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan laju pertumbuhan tinggi tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan trend pertumbuhan tanaman yang diwakili oleh satu data hasil pengamatan. Hasil atau data pengaruh perlakuan terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman disajikan pada Gambar 1. 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 V1 V2 V1 V2 V1 V2 V1 V2 V1 V2 V1 V2 tanaman. Perlakuan pupuk kandang dengan inokulasi mikoriza memberikan laju pertumbuhan lebih tinggi (1,66 cm/hari) dari pada perlakuan tanpa inokulasi mikoriza (1,54 cm/hari). Terjadinya interaksi antara pemberian pupuk kandang dan mikoriza menunjukkan bahwa pengaruh faktor pupuk kandang akan mempengaruhi perlakuan faktor mikoriza dan sebaliknya faktor mikoriza akan mempengaruhi perlakuan pupuk kandang (Kemas, 2003). Faktor pupuk kandang mempengaruhi FMA dalam hal Mulyani (2002): (1) Mensuplai bahan makanan bagi FMA di dalam tanah dan (2) Meningkatkan aktivitas FMA. Sedangkan FMA mempengaruhi pupuk kandang dengan mempercepat proses dekomposisi pupuk organik sehingga unsur hara yang terdapat pada larutan tanah lebih mobile dan tersedia bagi tanaman. Proses-proses tersebut dapat meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah. b. M0 M1 M0 M1 M0 M1 Gambar 1. Grafik rata-rata laju pertumbuhan tinggi tanaman standar eror (cm/hari) pada interaksi antara faktor pupuk, mikoriza dan varietas. Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik berpengaruh significan terhadap tinggi tanaman. Pertumbuhan tanaman tertinggi terjadi pada perlakuan pemberian pupuk kandang (1,87 cm/hari) yang diikuti perlakuan pupuk hijau (1,47 cm/hari) dan tanpa pupuk (1,46 cm/hari). Menurut Mulyani (2002) pupuk kandang memiliki pengaruh yang positif terhadap perbaikan sifat fisik, kimia tanah dan dapat mendorong kehidupan biota tanah. Di antara sifat positif tersebut adalah (Brady, 1982) : (1) menyediakan unsur hara tanaman seperti unsur hara makro (N, P, S dan K) serta unsur hara mikro (Zn, Cu, B), (2) mempertinggi kadar humus, (3) memperbaiki struktur tanah, dan (4) mendorong kehidupan jasad renik. Semua itu mendorong ke arah perbaikan di dalam tanah yang pada akhirnya meningkatkan kesuburan/produktivitas tanah. Peningkatan kesuburan tanah akan mendukung terjadinya pertumbuhan tanaman secara optimal. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk hijau juga memberikan hasil yang significan dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk. Hal ini disebabkan karena pupuk hijau memiliki fungsi seperti peranan pupuk kandang. Pada interaksi pupuk dengan mikoriza (O x M) terlihat perlakuan pemberian pupuk kandang dan mikoriza meningkatkan laju pertumbuhan tinggi Hasil tanaman kedelai : Umur berbunga, umur keluar polong, jumlah polong, berat berangkasan kering, berat biji/tanaman dan berat 25 biji Parameter umur berbunga, umur keluar polong, jumlah polong, berat berangkasan kering, berat biji per tanaman dan berat 25 biji adalah indikator organ generatif penting bagi perkembangbiakan tanaman. Efek perlakuan terhadap parameter-parameter organ generatif tersebut menjadi sangat penting untuk mengetahui sensitifitas pengaruh perlakuan yang dicobakan terhadap hasil tanaman. 1. Umur berbunga, umur keluar polong dan berat 25 biji Indikator keluarnya bunga ditandai oleh adanya kuncup bunga yang muncul pada buku atau ujung tunas tanaman kedelai. Sedangkan indikator keluarnya polong kedelai adalah keluarnya rangkaian bunga kedelai setelah terjadinya penyerbukan bunga kedelai secara alami maupun secara buatan. Polong tersebut terus tumbuh dan berkembang berisi biji kedelai (1-4 biji/polong) hingga tanaman mengering dan siap dipanen. Biji tanaman kedelai biasanya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong dengan klasifikasi ukuran biji yang bervariasi yaitu kecil, sedang dan besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dan mikoriza tidak memberikan pengaruh nyata pada parameter umur keluarnya bunga, umur keluarnya polong dan berat 25 biji tanaman kedelai. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa faktor tunggal varietas berpengaruh nyata pada parameter umur berbunga, umur keluar polong dan berat 25 biji. Untuk lebih memperjelas pengaruh perlakuan _______________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 7, No. 4, Juli 2013 30 Media Bina Ilmiah faktor mandiri varietas terhadap parameterparameter tersebut dilakukan uji lanjut BNJ 0,05 yang hasilnya disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada ketiga parameter pertumbuhan generatif tanaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa varietas Grobogan lebih cepat berbunga (31 HST) dibandingkan varietas Wilis (35 HST). Umur keluar polong pada varietas Grobogan lebih cepat (37 HST) dari pada varietas Wilis (44 HST). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan faktor genetik yang nyata di antara 2 varietas tanaman. Faktor genetik merupakan sifat bawaan dari masingmasing varietas. Tampak bahwa dalam penelitian ini varietas Grobogan memiliki keunggulan generatif yang lebih baik dari pada varietas Wilis dalam hal umur keluarnya bunga, umur keluarnya polong dan berat 25 biji. Adanya pengaruh perbedaan varietas terhadap suatu penelitian telah banyak dilaporkan oleh para peneliti seperti penelitian yang dilakukan oleh Sandi et al., (2000) yang menyatakan bahwa varietas Sinabung dan Kaba memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari pada varietas Dieng dan Wilis. Berat biji merupakan indikator penting pada penelitian ini karena biji merupakan wujud hasil panen dari budidaya kedelai. Hasil biji merupakan efek simultan interaksi dari berbagai faktor lingkungan dan genetik tanaman kedelai. Pengukuran berat 25 biji menunjukkan berat 25 biji varietas Grobogan lebih tinggi (3,99 g) dari varietas Wilis (3,01 g). Hasil tersebut menunjukkan produksi varietas Grobogan 33% lebih tinggi dari pada varietas Wilis. 2. Berat Berangkasan kering panen. Berat berangkasan kering adalah ukuran atau indikator yang menunjukkan kemampuan suatu tanaman dalam menghasilkan biomassa. Biomassa juga merupakan hasil refleksi dari faktor lingkungan dan genetik seperti halnya berat biji kedelai. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan secara mandiri faktor pupuk organik, mikoriza dan varietas berpengaruh terhadap berat berangkasan kering tanaman (Tabel 1). Uji lanjut BNJ 0,05 pada parameter pengamatan berat berangkasan kering disajikan pada Tabel 2. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pupuk kandang menghasilkan berat berangkasan lebih tinggi (54 g), diikuti oleh pupuk hijau (53 g) dan perlakuan tanpa pupuk (50 g). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dalam bentuk pupuk kandang maupun pupuk hijau diduga mampu (Sutanto, R. 2002b) : (1) memperbaiki daya olah tanah, (2) mensuplai bahan makanan bagi mikroba tanah, (3) membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. _______________________________________________ Volume 7, No. 4, Juli 2013 ISSN No. 1978-3787 Pada hasil perlakuan dengan inokulasi mikoriza menunjukkan berat berangkasan panen yang lebih tinggi (55 g) dari pada tanpa inokulasi FMA (50 g). Hasil ini dapat dipahami karena pemberian inokulasi FMA ke dalam tanah tampaknya dapat membantu memacu pertumbuhan tanaman. Hal ini diduga karena mikoriza dalam aktivitasnya akan (Bertham et al., 2005): (1) melepaskan berbagai senyawa organik yang beraneka fungsi, dan (2) meningkatkan khelasi ion-ion hara dan fitohormon. Khelasi ion-ion hara akan menyebabkan ion-ion tersebut tidak mudah terlindi dari dalam tanah, kemudian dalam jangka panjang ion-ion terikat tersebut akan dilepaskan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan tanaman maupun komunitas mikroba lainnya di dalam tanah. Dalam hal kaitannya dengan varietas tanaman, varietas Wilis memiliki berat berangkasan kering panen lebih tinggi (54 g) dibandingkan dengan varietas Grobogan (51 g). Hal ini bertolak belakang dengan data hasil parameter generatif lainnya seperti umur berbunga, umur keluarnya polong, dan berat 25 biji. Hasil ini menunjukkan adanya superioritas varietas Grobogan terhadap varietas Wilis. Hal ini diduga karena ketidak mampuan varietas Wilis dalam mentransfer hasil fotosintesa ke fase generatif biji kedelai. 3. Berat biji per tanaman. Hasil analisis keragaman berat biji per tanaman yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan mikoriza memberikan berat biji yang lebih tinggi (9,3 g per tanaman) dibandingkan dengan perlakuan tanpa mikoriza (7,2 g per tanaman). Hal ini menunjukkan kemampuan mikoriza dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara terutama hara P, meningkatkan ketersediaan air dan memiliki potensi dalam mensuplai fitohormon. FMA dengan hifanya membantu proses pengikatan unsur hara P di dalam tanah dan potensinya dalam mentransport ke bagian tanaman yang lain seperti biji. Mulyani (2002) menyatakan unsur hara P berperan penting dalam (1) pengisian biji, (2) pemasakan buah atau gabah dan (3) juga dapat meningkatkan produksi biji-bijian. Hal yang sama disimpulkan oleh Allen and Allen (1986) dalam D.J.Read (1992) yang menyatakan bahwa mikoriza memberikan efek positif bagi pertumbuhan dan hasil tanaman. Dalam hal varietas tampak bahwa faktor varietas berpengaruh terhadap parameter berat biji per tanaman. Hasil berat biji varietas Grobogan lebih tinggi (9,2 g) dari pada berat biji varietas Wilis (7,6 g). Varietas Grobogan memiliki berat biji lebih tinggi 22 % dibandingkan varietas Wilis. http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 Berdasarkan deskripsi keunggulan dari sifat kedua varietas, varietas Grobogan disebutkan memiliki daya hasil lebih tinggi (2,770 ton/ha) dibandingkan varietas Wilis (l ,626 ton/ha). Berdasarkan paparan di atas diketahui bahwa pupuk organik mempengaruhi hasil tanaman. Perlakuan mikoriza cenderung lebih memacu proses fisiologi tanaman yang berdampak pada hasil tanaman. Penutup a. Simpulan. Dari hasil dan pembahasan yang diuraikan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan pupuk kandang mempengaruhi : laju pertumbuhan tinggi tanaman, berat berangkasan kering 2. Pemberian pupuk hijau (gamal) akan mempengaruhi umur berbunga, waktu keluarnya polong, berat biji per tanaman dan berat 25 biji , berat berangkasan 45 HST 3. Secara umum inokulasi mikoriza mempercepat pertumbuhan tanaman, dan mempercepat umur keluar bunga dan polong serta meningkatkan biomassa dan berat biji. Media Bina Ilmiah 31 Straw, Leaf Manure & Production, ISSN 1411-4674 19 Sunihardi (ed) Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku Puslitbang, Bogor.p. 1445-1453. Kemas, Ali. 2003. Rancangan Percobaan Aplikatif. Aplikasi Kondisional Bidang Pertanaman, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Raja Grafindo Persada Jakarta. Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online, Fakultas Pertanian Unsri dan Program Studi Ilmu Tanah, Program Magister (S2) Program Pasca Sarjana. Universitas Sriwijaya Palembang Sumatera Selatan Ilmu Indonesia, http://Dasar-Dasar Tanah.blogspot.com Ma’shum, M. 2008. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mulyani, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta Jakarta Read. DJ, DH Lewis, AH Fitter, IJ Alexander., 1992. Mycorrhizal in Ecosytems. Cab International Wallingford Oxon b. Saran. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman disarankan untuk meningkatkan dosis pemberian pupuk organik dan inokulasi mikoriza ke dalam tanah. Setiadi, 2003. Arbuscular Mycorhizal Inokulum Production. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulasi Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. 16 September 2003. Daftar Pustaka Sutanto, R. 2002a. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan Pengembangannya. .Kanisius Yogyakarta. Anonim, 2008. Produksi Kedelai Nasional belum mencukupi ( National Soya Beaf Production), Agribusiness Online Indonesian Agribusiness, http://www. Suharjaunassria , tripod.com/index.htm. diakses 18 Nopember 2008. Bertham, YII., 2005. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max, L) Merill) terhadap Pemupukan Phosphor dan Kompos Jerami. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 4 (2) : 78-83 Brady, Ncyle C dan Harry O Buckman, 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara Jakarta. Jone, W dan CH Thompson., 1981. Endomycorrhizal in Plant Colonization Constal Sand – dunes at Cooloola, Queensland, Australian Journal of Ecology G Jalid, NR Munir dan H Subakti., 1997. Kendala dan Peluang Pengembangan Kedelai di Lahan Sawah Tadah Hujan di Sumatera, Dalam : M.Syam, Hermanto, A. Musaddad dan Paddy Sutanto, R 2002b. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif Berkelanjutan. Kanisius Yogyakarta. Wangiyana, W., 2009. Pentingnya Mikoriza Dalam Produksi Tanaman di Lahan Kering Maupun Bagi Bibit Tanaman Penghijauan. Seminar Nasional pada Acara Dies Natalis Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Wangiyana W, Ari Apriani, Nihla Farida 2011. Respon Berbagai Varietas Kedelai terhadap Sterilisasi Tanah dan Inokulasi dengan Mikoriza Arbuskular Yusnaini,S. 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda Rhizobium dan Mikoriza Vesikular Arbuskular Terhadap Produksi Kedelai Pada Tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. _______________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 7, No. 4, Juli 2013