Fokus Bibellesen indonesisch

advertisement
EMS-FOKUS 2009–2012
BERSAKSI TENTANG
HARAPAN KITA
KESAKSIAN KRISTEN DALAM
DUNIA YANG PLURALISTIS
Buku panduan
Membaca Alkitab dari sudut pandang yang pluralistis
Isi buku panduan
2
Tajuk rencana B. Dinkelaker
4
Proses dari projek
6
Bible Sharing – Metoda dari Afrika Selatan
7
Doa C. Cunningham
9
Pengantar untuk ayat Alkitab pilihan
10
Metoda kreatif
12
Lagu-lagu
G. Mayer
Ayat Alkitab pilihan
16
Kejadian 18
G. Cunningham
18
Keluaran 15
H. & S. Dalferth
20
Rut Elisabeth Aduama
22
Lukas 10 L. Cunningham
24
Yohanes 14
26
Kisa para Rasul 14
28
Galatia 3
C. Hole
30
I Rasul 3
A. Heitmann
32
Imprint/ Imressum
1
B. Dinkelaker
G. Klein
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Editorial
Pembaca yang budiman,
Dunia kita semakin kecil berkat jaringan komunikasi
dan hubungan ekonomi, kemungkinan untuk
berpergian serta pergerakanan migrasi global. Dalam
sejumlah hal, kita semakin mirip satu sama lain,
misalnya saja selera musik serta pakaian generasi
muda. Di saat yang sama, hidup kita makin beragam,
termasuk di masyarakat yang di masa lalu
cenderung homogen. Keragaman bahasa, budaya
dan agama menjadi bagian keseharian dan kerap ini
beriringan dengan munculnya polarisasi sosial.
Keragaman seperti ini bisa dinilai sebagai sesuatu
yang memperkaya kehidupan kita. Tapi banyak
orang bereaksi dengan ketakutan dan memilih untuk
mengambil jarak. Di banyak daerah konflik
kekerasan marak atas nama bahasa, budaya atau
keyakinan tertentu. Sering kali etnis dan agama
minoritas ditindas. Penyebabnya adalah tarik ulur
kepentingan ekonomi dan politik dan bertambahnya
masalah-masalah sosial.
Di banyak negara, agama Kristen bukan agama
mayoritas, sering kali Umat Kristen justru merupakan
minoritas. Tapi, sejumlah kawasan yang dulunya
bernafaskan kristen juga mengalami perubahan dan
menjadi lebih beragam. Apa artinya ini bagi
kehidupan Gereja dan kesaksian Kristen? Kita
bertanggung jawab untuk bersaksi akan kasih Tuhan
Allah kepada dunia, yang begitu indah tapi juga
begitu terkoyak, demi seluruh umat manusia dan
ciptaan Tuhan. Tapi ini hanya mungkin jika kita
menghargai dan menghormati mereka yang berbeda
dari kita. Keduanya saling berkaitan: kesaksian
sebagai orang Kristen dan mendukung hidup
bertetangga yang baik, dalam lingkungan yang adil
dan menguatkan masa depan berkelanjutan di desa
global.
Kumpulan kertas kerja ini bermaksud memberikan
masukan dan bantuan. Dasarnya adalah metoda
Bibel Sharing. Melalui pertukaran dengan kelompok
mitra akan diceritakan bagaimana ayat Alkitab yang
dibaca dipahami dalam konteks masing-masing.
Kelompok kerja internasional yang terdiri dari
pendeta dan orang awam memilih serangkaian ayatayat Alkitab yang mengulas tentang kesaksian dalam
konteks pluralis dan memberi arahan. Kelompok
yang berminat, dianjurkan untuk mengaitkan ayatayat Alkitab dengan pengalaman hidup dan
tantangan sehari-hari dan membaginya dengan
kelompok lain.
Kelompok yang turut terlibat diminta untuk
mengumpulkan
dan
mendokumentasikan
pengalamannya. Di situs EMS (www.ems-online.org)
tersedia ruang untuk berbagi di di dunia maya.
Bulan Maret 2011 akan digelar workshop
internasional yang diikuti peserta manca negara dan
gereja. Selain itu, juga disiapkan aksi untuk anakanak.
Buku panduan ini dimaksudkan sebagai insentif
untuk turut melangkah di jalan kepercayaan yang
menjanjikan ini. Bila Anda tertarik kami dapat
mencarikan kelompok mitra di negara lain bagi Anda.
Dengan cara ini kita bisa menemukan dan
menyebarkan harta karun keyakinan kita dalam
komunitas internasional. Kiranya anugerah Tuhan
menyertai kita dalam hal ini.
Bernhard Dinkelaker
Sekjen EMS
Karena pertanyaan-pertanyaan ini merupakan
tantangan bagi semua anggota EMS, tahun 2008
Dewan EMS memutuskan untuk menjadikan
pertanyaan ini topik utama untuk tahun-tahun
mendatang, menjadi fokus EMS 2009-2012 di bawah
tajuk “Bersaksi tentang harapan – kesaksian Kristen
dalam dunia yang pluralistis“. Kita akan belajar
bersama dan dari satu sama lain, mencoba untuk
mengayun langkah beriringan. Kami mengundang
kelompok-kelompok dari manca negara untuk
membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda,
dengan cara bertukar pengalaman dan pendapat
lintas budaya.
2
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Apa visi kita?
Persekutuan EMS menapaki perjalanan selama
empat tahun yang mengarah pada “Pertanggungan
jawab tentang pengharapan“ yang ada pada diri kita.
Pembahasan teks Alkitab dan pertukaran lintas
budaya merupakan bagian penting perjalanan ini.
Kami yakin bahwa beragam perspektif yang
dilahirkan dari dialog ini mempertajam pengertian
kita tentang ayat-ayat Alkitab; dan juga menyuarakan
dengan lebih jelas keterlibatan kita yang dilandasi
harapan di dunia yang pluralis.
Proses
Bagaimana cara kita mencapai hal ini?
1) Kelompok yang tertarik, dapat mendaftarkan
diri di kantor EMS (www.ems-online.org)
2) Dua kelompok dari negara/gereja yang
berbeda menjadi mitra selama setahun untuk
bersama-sama menelaah ayat-ayat Alkitab.
Kami dengan senang hati membantu
mencarikan mitra bagi Anda.
3) Kelompok mitra menukar hasil penelahaan
Alkitabnya melalui laporan kelompok yang
dikirimkan melalui surat atau e-mail.
4) Laporan kelompok mitra dibahas dan dikirim
kembali
5) Ketua kedua kelompok berkomunikasi
dengan EMS melalui forum online
6) Di akhir proyek ini sebagian delegasi
bertemu dalam konferensi internasional,
untuk “menuai hasil“ dari proyek penelahaan
Alkitab lintas budaya ini.
Peserta
Siapa saja yang bisa ikut serta?
Kelompok penelahaan Alkitab dari seluruh dunia dan
dari latar belakang budaya yang berbeda-beda
diundang untuk ikut serta. Terutama bagi yang sudah
memiliki kemitraan langsung dan merupakan bagian
jejaring EMS. Tahun 2005 dan 2006 proyek pertama
di bawah panji “Teologi Perdamaian“ mendapat
sambutan positif. Kami sangat senang bila kali inipun
kelompok mitra, sinode gereja dan kelompok
penelahaan Alkitab, Kaum Ibu dan Bapak dan lainlain mengikuti proyek ini.
Kapan kita merasa dikuatkan atau diteguhkan oleh
kabar baik dalam ayat Alkitab?
Bagian mana menyingkap sesuatu yang menyakitkan
bagi kita?
Apakah kita mengetahui konteks Alkitab dan latar
belakang ayat-ayat Alkitab itu?
Apakah teks Alkitab membantu kita memahami
situasi kita saat ini?
Apa yang mengukuhkan motivasi dan memberi kita
kekuatan untuk bersaksi mengenai harapan yang
tersimpan dalam Yesus Kristus?
Kontak
Kami mendirikan kelompok kerja internasional,
yang akan mengkoordinasikan seluruh proses
ini.
Anggota kelompok kerja internasional:
Pdt. Elisabeth Aduama
Presbyterian Church of Ghana
Saat ini: Evang. Kirche der Pfalz
Pfr. Godfrey Cunningham
Moravian Church in South Africa
Saat ini: Evang. Landeskirche in Baden
Lesinda Cunningham
Moravian Church in South Africa
Saat ini: Evang. Landeskirche in Baden
Pfr. Dr. Silfredo Dalferth
Gereja Lutheran di Brasil
Saat ini: Evang. Landeskirche in Württemberg
Pfr. Bernhard Dinkelaker
Generalsekretär, EMS
Pfrn. Anne Heitmann
Evang. Landeskirche in Baden
Orientasi
Pfrn z.A. Cornelia Hole
Evang. Landeskirche in Württemberg
Pertanyaan-pertanyaan berikut menawarkan titik-titik
referensi untuk menulis laporan kelompok Anda:
Gitta Klein
Evang. Landeskirche in Württemberg
Bagian Alkitab yang mana yang penting bagi
kelompok kita?Ayat atau pasal Alkitab mana yang
menyentuh masing-masing individu dalam situasi
kehidupan yang berbeda-beda?
Gabriele Mayer, PhD
Bagian Perempuan & Gender, EMS
3
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
“Bible sharing“
Metode penelahaan
Afrika Selatan
Alkitab
dari
Bible Sharing adalah akses spesifik untuk membaca
Alkitab bersama di kelompok-kelompok di Afrika
Selatan. Bible Sharing memberikan kesempatan
kepada semua peserta untuk secara aktif dan
terbuka melibatkan diri dalam penelahaan Alkitab
dan menyampaikan bagian mana dan dengan cara
apa ayat Alkitab itu menyentuh hatinya.
Enam langkah berikut bisa dijadikan panduan dalam
setiap pertemuan:
1) Membuka pertemuan
Ketua kelompok atau salah satu anggota
mengucapkan doa atau seluruh kelompok
menyanyikan lagu.
5) Sharing
Anggota kelompok menyampaikan kesannya
dan menceritakan, kalimat mana yang
berbicara padanya dan apa alasannya.
Perasaan yang diungkapkan bisa positif atau
negatif. Ini lalu dibahas semua anggota
kelompok.
Diberi
kesempatan
untuk
mengangkat konteks Alkitab yang mungkin
memberi perspektif baru. Sebaiknya, diskusi
mengenai penafsiran yang benar atau salah
dihindari. Tujuan Bible Sharing adalah
mengungkapkan apa arti ayat Alkitab bagi
masing-masing individu. Mengingat visi
seluruh proyek ini, kami ingin mengajak Anda
bertukar pendapat dan belajar lintas batas.
6) Penutupan
2) Pembacaan Firman
Seluruh kelompok membaca dalam hati ayat
Alkitab yang ditetapkan. Seorang anggota
membacakan teks Alkitab untuk semunya.
Setelahnya, semua anggota merenungkan isi
ayat Alkitab.
Bible sharing ditutup dengan doa atau
menyanyikan lagu bersama.
3) Ungkapan
Semua anggota kelompok memilih satu kata,
potongan kalimat atau kalimat utuh yang
diucapkan dalam kelompok. Ini dilakukan
tanpa tergesa-gesa dengan memberikan jeda
antar setiap pengungkapan.
4) Saat Teduh
Ketua
kelompok
mengundang
semua
anggota untuk merenung sejenak. Selama
beberapa
menit,
anggota
kelompok
melakukan meditasi dan mendengarkan
dengan telinga dalam hati kata-kata dan
ungkapan yang baru diucapkan anggota
lainnya.
4
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Doa Pembukaan
Doa Penutup
Kami memuji Engkau dan mengucap syukur, Tuhan
Allah.
Kami menyerahkan jalan kehidupan kami ke dalam
tangan-Mu.
Kami berseru kepada-Mu dalam kepercayaan dan
iman,
Engkau selalu ada untuk membantu kami.
Engkau menunjukkan jalan yang bisa kami jajaki.
Di akhir penelahaan Alkitab kami kembali
menghadap kepada-Mu, Tuhan Yang Maha Tahu,
kami memuji-Mu, Allah yang bijak dan sumber
segala pengetahuan.
Tetaplah dalam pikiran kami, bantu kami
mewujudkan,
apa yang kami temukan dari mendengarkan dan
berbagi firman-Mu.
Buka mata kami dan berikan damai dalam hati kami.
Izinkan kami melihat-Mu di dalam mata sesama
kami. Bentuklah kami menjadi gereja yang Engkau
inginkan.
Tuhan, buka hati kami agar kami peka terhadap
tuntunan-Mu,
dalam kehidupan rohani maupun dalam tindakan
nyata kami.
Buka mata dan telinga dan hati kami.
Tuhan yang Maha Tahu, buatlah kami bijak agar
kami mencerminkan kebijakan-Mu.
Ajarkan kami untuk selalu mengarahkan pandangan
kami kepada-Mu, agar kami dapat menjalin
hubungan yang erat dengan-Mu dan saudara lakilaki dan perempuan kami – melalui penelahaan
Alkitab bersama ini.
Ajar kami untuk tidak mengedepankan kepentingan
kami sendiri,
tapi mencari pengertian yang lebih mendalam
melalui sabda-Mu.
Ubah pengetahuan kami menjadi kebijakan.
Mampukan kami untuk mengerti dan menghargai
sesama kami.
Mampukan kami untuk selalu sopan dan mengabdi
dalam kasih.
Engkau memerintahkan kami untuk menjadi
persekutuan yang saling percaya dan berani.
Jadikan kami pembangun jembatan, pemulih dan
pembawa perdamaian.
Kami ingin menjadi perpanjangan tangan dan tubuhMu.
Janji akan hidup yang berkelimpahan bagi saudara
perempuan dan laki-laki kami kiranya menjadi
kenyataan, terlepas dari asal usul kami.
Bantu kami, ya Tuhan, untuk menemukan bijih
sekecil apapun dan menanamnya di tempat yang
aman sehingga bijih itu dapat tumbuh menjadi
kembang pengharapan.
Amin.
Amin.
5
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Pilihan Teks Alkitab
Kejadian 18:16-33
Ayat ini menunjukkan Abraham yang hidup dalam
dunia yang pluralis, dan di saat yang sama dunia
yang penuh kekerasan dan kehancuran. Contoh
yang diberikan Abraham merujuk pada tugas kita
untuk saling mendoakan dan mendukung kaum
lemah yang mudah menjadi korban.
Keluaran 15: 20-21
Penyelamatan dan pembebasan bangsa Israel
adalah suatu pengalaman mendasar bersama Allah.
Ini adalah pengalaman kunci, yang menjadi landasan
sejarah Israel.
Kitab Rut
Kitab Rut menceritakan kisah yang menakjubkan –
kisah mengenai cinta kasih yang melampaui
halangan dan rintangan. Tuhan bekerja melalui
Umat-Nya di seluruh dunia – kita semua diundang,
untuk menyerahkan semua beban kita pada Tuhan
dan percaya pada tuntunan-Nya.
Kisah Para Rasul 14:8-18
Tidak mudah untuk menemukan akses pada budaya
asing dan memahami tradisi asing. Pembacaan
Alkitab ini membuka mata kita pada kesulitan
semacam ini, bahkan bagi kegagalan saat kabar baik
disebarkan dalam kondisi sulit.
Galatia 3: 26-29
“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang
Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka...“ Paulus menantang kita untuk melihat lintas etnis,
agama dan kelompok sosial. Dengan begitu, kita
dapat menjadi saksi hidup bagi harapan.
1. Petrus 3, 8-17
Memberi pertanggungan jawab tentang pengharapan
yang ada pada kita - judul dari proyek penelahaan
Alkitab ini disarikan dari pembacaan Alkitab ini.
Memberi pertanggungjawaban dalam kata dan
tindakan dan terus mengejar perdamaian, itulah yang
dituntut teks ini. Apa artinya bagi kita yang hidup
dalam situasi yang berbeda-beda, di gereja kita
masing-masing?
Lukas 10:25-37
Firman ini mengarahkan sejumlah pertanyaan
mendasar kepada Yesus – dan Ia membalikkannya
dan melempar pertanyaan tersebut kepada kita.
Yohanes 14: 1-11
“Aku adalah jalan, kebenaran dan hidup“ kata Yesus
kepada para murid, yang hatinya penuh keraguan.
Keyakinan
mengalahkan
ketakutan.
Apakah
kepercayaan ini membuka jalan bagi mereka yang
hidup tersisihkan, atau menyisihkan mereka yang
tidak termasuk murid Tuhan Yesus?
6
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Saran-saran kreatif
Di sini, Anda bisa menemukan usulan-usulan kreatif
untuk membantu penelahaan Alkitab Anda. Ini bisa
digunakan kala Anda membaca untuk pertama
kalinya ayat Alkitab yang ditetapkan atau sesudah
membahas isinya. Anggaplah usulan ini sebagai
pendekatan alternatif terhadap penelahaan Alkitab.
Kejadian 18
Dapatkah Anda sebagai anggota kelompok
membayangkan mendampingi seseorang berjalanjalan dan mendengarkan keluh kesah dan
masalahnya?
Keluaran 15
Tulislah “Lagu Kebebasan“ bagi komunitas Anda.
Rut
Bayangkan, jika Rut adalah seorang warga
pendatang
yang
terus-menerus
menghadapi
diskriminasi. Rintangan apa yang harus dihadapinya,
agar ia dapat disapa sebagai ibu buyut Yesus?
Kisah Para Rasul 14
Tulis ulang kisah ini. Atau perankan situasinya dalam
sandiwara. Mungkinkah pengabaran Injil di Listra
dapat berhasil jika dilakukan dengan cara lain?
Galatia 3
Apa yang terbayang di benak Anda bila membaca
kata-kata “anak Allah“ atau “mengenakan Kristus“?
Bagaimana kira-kira bentuk penjelmaan ungkapan
tersebut
jika
anggota
kelompok
menggambarkannya? Adakah perubahan persepsi
sebelum dan sesudah Anda melihat interpretasi
tersebut?
1. Petrus 3
Kemungkinan besar, teks Alkitab ini disarikan dari
kotbah pembaptisan. Apa arti pembaptisan dalam
konteks spesifik Anda? Kapan orang meminta untuk
dibaptis? Dan apa konsekuensinya? Usulan: Tulislah
surat sebagai Ibu/Ayah Srani dan sebutkan, apa
yang penting untuk kehidupan Kristen saat ini.
Lukas 10
Bandingkan orang-orang Samaria yang hidup di
zaman Yesus dengan orang di luar kelompok agama
Anda saat ini. Apa yang bisa kita pelajari dari
mereka?
Dapatkah
Anda
membayangkan
mewawancarai seseorang di antaranya dan
menceritakan pengalaman Anda dalam kelompok
penelahaan Alkitab berikutnya?
Yohanes 14
Dalam perjalanan ke konferensi gereja di Toronto,
seorang supir Taxi asal India menanyakan siapa
yang dimaksud dengan “tidak seorangpun“ dalam
Yohanes 14 ayat 6. Jawaban apa yang bisa kita
berikan sebagai Umat Kristen? Dua anggota
kelompok bisa mencoba menemukan jawabannya
dengan memerankan situasi di atas. Setelah itu, dua
anggota kelompok lainnya melakukan hal yang sama
tapi dengan pendekatan dan jawaban yang berbeda.
7
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Kejadian 18:16-33
Turun tangan untuk orang lain
Pertanyaan untuk penelahaan Alkitab:
Abraham terbukti sebagai seseorang yang selalu
memikirkan kepentingan orang lain. Saat Abraham
mendengar tentang kehancuran kota tempat
keponakannya hidup, ia dengan sopan menanyakan
apakah orang benar akan dilenyapkan bersama
orang fasik?
Abraham meminta Allah untuk mengampuni kota itu
jika Ia menemukan 50 orang benar. Tapi Abraham
juga mengetahui reputasi kota-kota tersebut
sehingga ia meminta Tuhan untuk menurunkan batas
minimalnya – selangkah demi selangkah, sampai
Tuhan setuju untuk mengampuni kota-kota itu bila ia
menemukan hanya sepuluh orang benar.
Menurut Kejadian 18: 17-19 Tuhan berjanji bahwa
Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta
berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi
akan mendapat berkat. Tuhan ingin agar Abraham
memahami rencananya, bahwa Tuhan ingin
memakainya untuk menyalurkan berkat. Setelah
Abraham berjalan bersama Tuhan, Tuhan menyebut
Abraham Sahabat Allah (Yesaya 41:8 dan Yakobus
2:23).
Jika kita menghitung Lot dan istriyna, dua anak
perempuan dan dua anak laki-laki yang sudah
menikah serta dua anak perempuan yang belum
menikah ada delapan orang. Jika pasangan anakanak Lot juga dihitung, maka sedikitnya ditemukan
sepuluh orang benar di kota itu. Tuhan mengizinkan
Abraham untuk berunding dengannya agar Abraham
– dan melalui Abraham, kita – memahami bahwa
Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Pengampun.
Kehancuran kota Sodom dan Gomorrah dapat
dicegah jika Tuhan menemukan sedikitnya sepuluh
orang benar di kota-kota itu. Dihancurkannya kedua
kota ini menunjukkan kepada kita bahwa warga kota
itu benar-benar hidup tanpa Tuhan. Dapatkah Anda
membayangkan suatu kota di masa ini, di mana tidak
ditemukan sepuluh orang benar?
Meski Abraham berdebat dengan Tuhan, sangat
menakjubkan bahwa ia tetap penuh rasa hormat.
Dalam
seluruh
diskusi
dengan
Tuhan
ia
menunjukkan kerendahan hati. Abraham mengerti,
bahwa Tuhan dapat bertindak sesuai dengan
keinginan-Nya. Kita belajar bahwa Tuhan memang
mendengarkan permintaan orang benar (Yakobus
5:15-18).
“Abraham berdiri dan berjalan bersama Tuhan“.
Berjalan bersama seseorang dalam sejumlah budaya
merupakan ungkapan rasa hormat. Jika Abraham
tidak melakukannya, ia tidak akan pernah
mendengar tentang rencana Tuhan. Dari sini kita
bisa belajar bahwa sangat penting bagi kita untuk
menghabiskan waktu dengan Tuhan, berdoa padaNya, untuk memahami Tuhan serta tugas kita di
dunia ini.
8
Aspek untuk dipertimbangkan:
Yesus Kristus menyebut kita semua sebagai
sahabat-Nya. Kita bisa merasakan keinginan Tuhan
dalam hidup kita agar kita bisa memahami dan
memutuskan untuk berjalan bersama Tuhan, sama
seperti Abraham berjalan bersama Tuhan.
Dalam ayat 19, Tuhan memberikan petunjuk kepada
Abraham. Agar ia bisa menjadi berkat, ia dan Sarah
harus mengajar anak-anak mereka dan meneruskan
berkat itu kepada mereka. Meneruskan kabar baik ini
kepada orang lain lebih dari sekedar menceritakan
isinya. Hidup rohani merupakan bagian dari
kesaksian itu. Ada ungkapan: “Ceritakan sesuatu
padaku, dan aku akan melupakannya. Tunjukkan hal
itu padaku, dan aku akan selalu ingat. Libatkan aku,
dan aku akan memahaminya.“
1) Apa artinya bagi kelompok
bagaimana Anda mengalaminya?
Anda?
Dan
2) Mengingat perubahan negatif dalam dunia kita –
apa tugas kita agar kita bertindak sesuai dengan
situasi yang ada?
3) Abraham memohon pada Tuhan karena didorong
oleh empatinya bagi orang lain. Ia dengan setengah
putus asa meminta Tuhan untuk turun tangan dalam
situasi tertentu. Kalau kita berdoa untuk orang lain,
Tuhan menunjukkan anugerah-Nya (Roma 8:26).
Adakah orang atau situasi yang membutuhkan
dukungan doa kita?
Godfrey Cunningham
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Keluaran 15: 20-21
Miryam, nabiah dan pemazmur bagi kebebasan
Saat bangsa Israel lari dari perbudakan, Miryam
berperan sebagai salah satu pemimpin bangsanya,
meski perannya ini tak selalu bebas konflik. Miryam
adalah putri Amram dan Yokhebed dan saudara
perempuan
Musa
dan
Harun.
Mikha
6:3
menyebutmya penganju Israel bersama Musa dan
harun. Dalam Bilangan 20:1b-2 juga disebutkan
mengenai kematian Miryam dan tempat ia
dikuburkan. Secara asosiatif, Miryam dapat dikaitkan
dengan “air“: saat bayi Musa diselamatkan, kakak
perempuan Musa (yang tidak disebutkan namanya)
mengamati semuanya. Sesudah itu pun, hidup
Miryam dikaitkan dengan “samudra“.
Bangsa Israel terbebas dari penindasnya. Mereka
bernyanyi dan menari.Miryam mengambil rebana,
dan semua perempuan mengikutinya. Uniknya, di
sini hanya perempuanlah yang dikatakan berpesta.
Bagaimana mereka mengalami penindasan di Mesir?
Di sini kita hanya bisa mereka-reka. Kita dapat
melihat bahwa sejumlah alur cerita menyebutkan
keterlibatan perempuan dalam Alkitab, bagaimana
Tuhan menggunakan mereka untuk mewujudkan
begitu banyak hal indah dan menakjubkan. Kaum
perempuanlah yang bersaksi mengenai pembebasan
ini dan menuliskan serta menceritakan peristiwa
besar ini kepada anak-anak mereka.
Kematian Miryam dilukiskan “Matilah Miryam di situ
dan dikuburkan di situ. Pada suatu kali, ketika tidak
ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka
mengerumuni Musa dan Harun ….“ (Bilangan 20:2).
Kaitan
asosiatif
ini
bukan
exegese,
tapi
penggambaran dari hidup Miryam. Pujian Miryam
diselipkan ke dalam mazmur yang lebih panjang.
Pakar Alkitab sepakat bahwa nyanyian pujian
Miryam termasuk teks paling tua Alkitab. Kedua ayat
ini mengisahkan tentang keluarnya bangsa Israel
dari perbudakan di Mesir. Dalam pelarian itu tiba-tiba
jalannya tampak buntu! Firaun dan tentaranya
mengejar mereka. Ke mana mereka harus lari?
Kemudian terjadilah suatu keajaiban! Samudra
terbelah di depan bangsa Israel, tiba-tiba ada jalan
untuk melintasi laut. Saat Firaun dan tentaranya
melalui jalan yang sama, samudra kembali tertutup.
Penyelamatan dan keluarnya bangsa Israel dari
Mesir adalah salah satu pengalaman kunci bersama
Tuhan yang menjadi paradigma dalam sejarah Israel.
Teks mengenai Nabiah Miryam adalah suatu
kesaksian langsung: bahwa Tuhan kita adalah Tuhan
yang Maha Pengasih, yang melihat penderitaan
bangsanya, mendengar seruan mereka dan
memimpin mereka keluar dari perbudakan. Barulah
dalam pembebasan dan kebebasan inilah Tuhan
memberikan hukum kepada mereka agar kebebasan
ini melandasi suatu tatanan masyarakat baru.
Pengakuan iman yang paling tua merupakan
rangkuman dari tindakan Tuhan ini Marie Theres
Wacker mengusulkan terjemahan sebagai berikut:
“Pujilah Tuhan/ diagungkanlah Ia/ kuda dan kereta /
Ia lempar ke laut!“ Marie Theres Wacker tidak
membacanya sebagai “penunggang kuda“ (rokebô)
tapi “kereta“(rikebô). Dengan begitu, pujian ini tidak
menyanjung
kematian
serdadu
Mesir,
tapi
dihancurkannya peralatan militer.
“Membaca Alkitab dari sudur pandang yang berbeda“
juga berarti bahwa penulisan teks dan pembacaan
ulang ayat Alkitab merupakan suatu pengalaman
tersendiri. Membaca firman Tuhan bukanlah suatu
proses yang netral, tapi selalu dibarengi penafsiran
dari sudut pandang tertentu.
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab:
1) Apa arti penindasan bagi laki-laki, perempuan,
bagi anak-anak?
2) Mengapa kaum perempuan yang mengambil
inisiatif untuk merayakan pembebasan bangsa Israel
dari perbudakan? (Dari sejarah kita tahu bahwa
penindasan sering kali berbentuk pemerkosaan
terhadap perempuan.)
3) Bentuk perbudakan apa yang masih tersisa
sekarang, yang mengungkung manusia? Bagaimana
kita mengalami pembebasan darinya?
4) Apa saja alasan bagi umat manusia untuk
berpesta sekarang? Bagaimana kita melakukan
perayaan? Apakah kita juga melakukannya dengan
penuh emosi, lagu dan tari-tarian?
Heloisa Gralow Dalferth dan Silfredo B. Dalferth
9
EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Kitab Rut
Cinta yang mendobrak tembok pembatas dan
mengubah situasi kehidupan
Kitab Rut mengisahkan, bagaimana cinta bisa
mengatasi semua rintangan dan mengubah situasi
hidup seseorang. Cerita ini menunjukkan bahwa
Tuhan mengasihi semua orang yang pasrah
menyerahkan hidupnya ke dalam tangan Tuhan,
bahwa Tuhan mencintai mereka dan memakai
mereka sebagai alat-Nya.
Umat Yahudi membaca buku Rut saat hari raya
menuai (Keluaran 23:16). Kisah ini memiliki dua
lokasi, yang pertama di tanah Moab, tanah air Rut,
dan yang kedua di Bethlehem, Yudea, tempat tinggal
baru Rut. Menurut sejarah, hubungan antara Israel
dan Moab tidak selalu mulus. Meskipun penduduk
Moab adalah keturunan Lot, keponakan Abraham
(Kejadian 19:30-38), mereka memuja berhala.
Setelah bangsa Israel keluar dari perbudakan di
Mesir, mereka hidup bertetangga dengan Moab.
Rupanya Israel lalu terpengaruh Moab dan turut
terlibat hubungan amoral dan memuja berhala.
(Bilangan 25:1-9). Perempuan Moab memiliki
reputasi buruk di mata pria Israel. Ketegangan
hubungan antara kedua negara tetangga ini memicu
sejumlah bentrokan senjata.(Hakim 3:12dst). Meski
begitu, Israel dan Moab menjalin sejumlah
hubungan. Semasa Rut hidup Moab, Israel dipimpin
hakim-hakim. Masa ini diwarnai tindakan negatif,
ketidaksetiaan dan pengkhianatan terhadap Tuhan
yang berujung pada sejumlah bencana kelaparan.
Di awal kisah ini, seorang lelaki bijak bernama
Elimelekh, bersama isterinya Naomi dan kedua
anaknya Mahlon dan Kilyon, pindah dari Betlehem,
Yehuda ke Moab untuk menghindari dampak
bencana kelaparan. Kedua anak Elimelekh lalu
menikah dengan perempuan Moab. Namun, ketiga
lelaki ini pun meninggal, sehingga istri mereka
menjadi janda. Naomi dan Rut pulang ke Betlehem
dengan hati berat dan penuh duka cita. Kesetiaan
Rut diungkapkannya dengan kata-kata: “ janganlah
Ibu menyuruh saya pulang dan meninggalkan Ibu!
Saya mau ikut bersama Ibu. Ke mana pun Ibu pergi,
ke situlah saya pergi. Di mana pun Ibu tinggal, di situ
juga saya mau tinggal. Bangsa Ibu, itu bangsa saya.
Allah yang Ibu sembah, akan saya sembah juga.“
(Rut 1:16-17).
Naomi dan Rut kembali ke Betlehem saat musim
menuai. Rut lalu memungut gandum mengikuti para
penuai. Hukum Israel mengizinkan fakir miskin, janda
dan anak yatim piatu untuk mengumpulkan gandum
di ladang-ladang yang sudah selesai dituai. (Ulangan
24:19dst). Kebetulan Rut pergi ke ladang Boas, yang
masih punya hubungan saudara dengan Elimelekh.
Ia diterima dengan baik dan tidak mengalami
diskriminasi, meskipun perempuan Moab rata-rata
memiliki citra buruk di mata bangsa Israel. Boas lalu
menikahi Rut, sesuai dengan hukum yang berlaku.
(Ulangan 25: 5-6; Rut 4:1-12). Dari hasil perkawinan
ini lahirlah Obed. Salah satu keturunannya adalah
Raja Daud, kalau ditelusuri silsilahnya, Yesus Kristus
juga merupakan keturunan Obed. (Matius 1:5dst).
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab:
1) Renungkan lagi judul dari teks ini: “ Cinta yang
mendobrak tembok pembatas dan mengubah situasi
kehidupan“.
2) Dalam sejarah, tembok sering kali muncul dalam
konteks budaya, agama dan iman. Mungkinkah
situasi tertentu membangun tembok di dalam
keluarga, di tempat kerja atau bahkan di gereja?
Bagaimana cara mendobraknya?
3) Persahabatan antara Naomi dan Rut sangat erat
dan penuh kasih sayang, sehingga Rut akhirnya
memutuskan untuk memandang keluarga Naomi
sebagai keluarganya dan Tuhan Naomi sebagai
Allahnya, (Rut 1:16) Apa arti sebuah keluarga?
Mudahkah menemukan atau membentuk keluarga
baru di luar hubungan yang dikukuhkan oleh darah?
4) Diskriminasi merupakan landasan bagi sejumlah
konflik. Bagaimana situasi Rut seandainya ia
dikucilkan di Betlehem?
5) “Allah mengasihi mereka yang memasrahkan
nasibnya kepada Tuhan“. Apakah Anda punya
pengalaman positif atau negatif dengan kalimat ini?
Ceritakan pengalaman Anda kepada anggota
kelompok lainnya.
Elisabeth Aduam
10 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Lukas 10: 28-37
Bertindak karena dorongan hati nurani
Seorang ahli Taurat mengajukan dua pertanyaan
mendasar kepada Yesus: "Guru, apa yang harus
kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
(Ayat 25). Dan “siapakah sesamaku manusia?" (Ayat
29). Jawaban Yesus adalah rangkuman dari hukum
Taurat. (Ulangan 6:5). Agar hidup kita berkenan di
mata Tuhan, kita harus mengasihi Tuhan dan
sesama kita tanpa prasyarat dan dengan sepenuh
hati. Hidup kekal yang diinginkan ahli Taurat ini
dapat ditemukan dalam hubungan yang hidup
dengan Tuhan dan sesamanya.
Yesus kemudian menceritakan kisah “Orang Samaria
yang baik hati“, sehingga pertanyaan ahli agama
tersebut dialihkan ke arah yang sama sekali baru.
Pertanyaannya bukan siapakah sesama kita, tapi
untuk siapa kita bisa menjadi sesama manusia itu.
Jawabannya bukan apa yang kumiliki tapi apa yang
kulakukan. Arti dari hidup tiap-tiap manusia adalah
menjadi sesama bagi orang lain. Dari perspektif
Tuhan, setiap tindakan diarahkan keluar, menjauh
dari inti individu masing-masing. Dalam konteks ini
Yesus Kristus adalah penjelmaan sempurna orang
Samaria yang baik hati! Bandingkan juga Filipi 2:3-5
yang sangat mirip dengan apa yang dituntut Yesus
dari ahli Taurat itu: “Ikutilah contoh itu.“
Perumpamaan ini menilik kehidupan Yahudi semasa
Tuhan Yesus hidup. Tokoh-tokoh seperti Imam,
orang Lewi dan orang Samaria merupakan bagian
keseharian masyarakat. Kalau kita lihat lebih teliti
lagi, tugas Imam dan orang Lewi terbatas pada tugas
di Bait Allah. Menurut hukum yang berlaku mereka
tidak boleh “mengotori tangannya“. Kalau hukum
saat itu ditafsirkan dalam arti yang sempit maka bagi
para Imam dan orang Lewi, sesamanya adalah
sesama hamba Tuhan yang bekerja di Bait Allah.
Karena mereka terutama fokus pada ritus agama
mereka kadang dinilai sebagai pemimpin yang tidak
terlalu peduli. Sementara warga Samaria berada di
luar tatanan masyarakat Yahudi. Dalam konteks
pemikiran agama Yahudi, menggunakan orang
Samaria dalam suatu perumpamaan adalah tindakan
yang di luar norma.
Membantu lelaki yang berada dalam perjalanan dari
Yerusalem ke Yerikho juga mengancam jiwa dan
raga orang Samaria. Menolong orang tersebut
menghabiskan waktu, uang dan membawa risiko
bagi kehidupan si penolong. Ia bahkan tidak
menerima jaminan bahwa uangnya akan kembali,
laki-laki Samaria itu memberikan jaminan bahwa
tagihan yang mungkin menyusul juga akan dilunasi.
Saat kita mencari kasih antar sesama dan arti dari
hidup kita di dunia ada sejumlah aspek yang perlu
dipikirkan:
• keterbatasan akibat fanatisme agama
• keamanan pribadi dan situasi kehidupan
warga asing yang terancam (Xenophobia)
• rasa egois, malas, adanya tenggat waktu dan
kewajiban yang harus dipenuhi
• empati, kesiapan untuk mengurus orang lain,
arti nyawa manusia, pengorbanan
• Kasih Tuhan tidak mengenal batas bagi
mereka yang membutuhkannya
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab:
1) Apa yang bisa kita lakukan sebagai Umat Kristen
untuk menjawab desakan Yesus untuk mengikuti
contoh orang Samaria yang baik?
2) Di mana kita melihat tanggung jawab kita untuk
membantu orang yang memerlukan bantuan, orang
yang berada di jalan yang berbahaya?
3) Apa yang dapat kita pelajari dari orang-orang di
lingkungan kita yang tidak menganut agama Kristen?
Lesinda Cunningham
Dalam pemikiran kolektif bangsa Israel, warga
Samaria dituduh mencampurkan-adukkan etnis dan
agama yang berbeda-beda. Menjadikan seorang
Samaria sebagai panutan adalah tindakan yang tidak
bisa diterima. Karena itu, perumpamaan Yesus
merupakan gebrakan radikal karena mengangkat
seorang warga Samaria sebagai contoh yang sesuai
dengan pemahaman Yesus bagi orang yang
mengasihi sesamanya.
11 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Yohanes 14:1-11
Merangkul atau mengucilkan?
Pembacaan Alkitab ini merupakan bagian kata-kata
perpisahan Yesus kepada murid-muridnya (Yohanes
13:31-16:33). Pasal-pasal ini menjembatani kisah
kehidupan Yesus serta perjamuan kudus terakhir di
Yerusalem dengan masa sengsara Yesus. Yesus
ingin mempersiapkan para muridnya karena sebentar
lagi Ia akan meninggalkan mereka. Ia menjanjikan
turunnya Roh Kudus sebagai penghibur (14:15-26
dan 16:5-15) yang akan menyokong mereka dalam
setiap krisis. Para murid kuatir dan merasa takut.
Mereka takut akan ditinggalkan tanpa tempat tinggal
dan orientasi yang jelas.
"Jangan hatimu gelisah" dengan kata-kata ini Yesus
membuka pesannya. “Di rumah Bapa-Ku ada banyak
tempat tinggal“ kata Yesus, Ia akan mendahului
mereka ke sana untuk menyediakan tempat bagi
mereka.
Thomaslah
yang
secara
terbuka
mengungkapkan apa yang membuat bingung para
murid: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Tuhan
pergi“. Pertanyaan ini dijawab Yesus dengan
merujuk pada diri-Nya sebagai petunjuk: "Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup.“ Siapa yang
mengenal Yesus juga mengenal Sang Bapa.
Desakan Philipus untuk menunjukkan, siapakah
Sang Bapa dan jawaban Yesus menggarisbawahi
betapa sulitnya para murid memahami apa yang
ingin disampaikan Yesus. Sikap ini masih tercermin
saat para murid bertemu kembali dengan Yesus
yang telah bangkit (Yohanes 20 dan 21).
Kata-kata Yesus diucapkan hanya kepada para
murid, dalam situasi yang kritis. Para murid
terperangkap antara harapan yang tinggi serta
kekuatiran yang mendalam. Kata-kata Yesus ingin
menghibur, memberikan kekuatan dan orientasi
kepada mereka. “ Tidak ada seorangpun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.“ Katakata ini sering menimbulkan salah paham karena
diartikan sebagai pembatasan terhadap pihak luar.
Kata-kata ini mencerminkan pengalaman gereja
mula-mula, yang menerima Injil Yohanes di awal
abad pertama. Saat itu, mereka dikucilkan dari Bait
Allah. Tapi Yesus tidak mengelompokkan orangorang dan tidak mengucilkan siapapun juga.
Sebaliknya, ia berpaling pada mereka yang tersisih
dari masyarakat untuk membuka jalan kehidupan
bagi mereka.
Tidak seorangpun dapat mengklaim “jalan,
kebenaran dan hidup“ bagi dirinya sendiri. Gambargambar
ini
dikaitkan
dengan
pengalaman
eksistensial bersama Tuhan dan manusia lainnya
dalam seluruh keragamannya. Suatu jalan hanya
bisa dijelajahi jika jalan itu dijalani. Kebenaran dalam
arti alkitabiah dan konteks Yahudi terkait dengan
soal kesetiaan dan hanya bisa ditemukan jika
beberapa
orang
bersama-sama
menghadapi
tantangan yang tidak diketahui. Hidup yang terpenuhi
mendobrak cara berpikir yang picik. Yesus
menawarkan untuk membantu para murid mengatasi
rasa tahut mereka, untuk mengubah hidup mereka.
Jalan-Nya adalah jalan yang lebar, yang merangkul
mereka yang tersisihkan dan terpinggirkan.
Kebenarannya membebaskan kita dari temboktembok yang kita bangun. Hidup Yesus bahkan
mengalahkan kematian. Ia adalah jalan untuk
menuju Bapa, karena dalam Dia, Bapa membuka
jalan untuk mencapai umat manusia di tengahtengah dunia yang fana.
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab:
1) Ketakutan apa yang membuat hati kita gelisah
(Yohanes 14:1), bagaimana iman dapat membantu
kita mengatasi ketakutan ini?
2) “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal“
(Yohanes 14:2). Bagaimanakah kita sebagai gereja
memberikan orientasi yang berlandaskan pada
keyakinan kita dalam dunia yang pluralis? Apakah
kita juga terbuka bagi keragaman agama yang ada?
3) Gambar apa yang terbayang di benak kita,
pengalaman apa yang bisa kita ceritakan kalau kita
memberi kesaksian mengenai kepercayaan kita pada
orang lain bahwa Yesus adalah “jalan, kebenaran
dan hidup“?
4) Bagaimana gambar mengenai jalan Tuhan,
kebenaran dan hidup dipahami dalam kepercayaan
dan penafsiran agama lainnya?
Bernhard Dinkelaker
Undangan
untuk
mengikuti
Yesus
dapat
menimbulkan konflik. Tapi bukan karena sikap
eksklusif yang menyisihkan orang lain tapi karena
Yesus merangkul dan berpihak pada mereka yang
hidupnya dibuat sengsara oleh orang lain.
12 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Kisah Para Rasul 14: 8 – 18
Pengabaran Injil tak selalu berhasil
Teks ini mengisahkan tentang kotbah pertama yang
ditujukan kepada bangsa Yahudi. Di sini terlihat
bahwa Firman Tuhan memiliki kekuatan untuk
mengubah, membebaskan dan menyembuhkan.
Tapi, rakyat Yahudi saat itu tidak dapat
memahaminya dari sudut pandang dunianya.
Informasi latar belakang
Kisah Para Rasul merupakan laporan saksi mata
Lukas mengenai awal gerakan Kristen dan
dimulainya pengabaran Injil. Ini bukan kisah Lukas,
tapi rangkuman sejumlah cerita dari suatu gerakan.
Lukas mendokumentasikanya. Ia sempat berkeliling
dengan Paulus.
Paulus dan Barnabas sedang melakukan perjalanan
pertamanya untuk mengabarkan Injil. Mereka
bertolak dari Antiokhia. Mereka tiba di Listra, sebuah
kota pelabuhan kecil di Turki tengah. Bahasa Yunani
adalah bahasa perantara. Setelah mengajar di sana,
Paulus menyembukan orang cacat. Ia adalah orang
yang duduk meminta-minta di dekat bangunan publik
dan Bait Allah karena berharap untuk mendapatkan
belas kasihan orang-orang. Penyembuhan orang ini
memicu eforia orang-orang yang menyaksikannya,
mereka percaya pada mujizat. Saat itu, manusia
sering diagung-agungkan sebagai dewa. Selain itu,
di Lista beredar legenda bahwa Zeus dan Hermes,
dua dewa Yunani, menyamar dan tinggal di kota itu.
Keduanya dikatakan menyebabkan kehancuran kota
Listra. Saat orang-orang melihat mujizat yang
dilakukan Paulus, mereka meyakini bahwa Zeus dan
Hermes telah kembali. Dengan menggunakan
bahasa lokalnya, mereka menyepakati untuk
melakukan pesta kurban besar. Saat Paulus dan
Barnabas memahami apa yang sedang terjadi
mereka mengoyak pakaian mereka.
Paulus kemudian mulai mengajar dan memberitakan
kabar baik. Tapi ia tak berhasil menggerakkan
massa untuk menghentikan upacara kurban. Apalagi
mengubah cara berpikir mereka dan berpaling pada
Tuhan yang hidup. Massa pun marah, mereka sama
sekali tidak mau mengerti apa yang tengah terjadi.
Tidak terjadi pendekatan di sini. Jalan untuk memulai
dialog tampaknya tertutup.
Pertanyaan untuk kelompok:
1) Hal-ha apa saja yang menghambat/menghalangi
tugas pemberitaan Injil... ?
2) Apa kunci pemberitaan yang baik itu...? Hal-hal
apa saja yang menjadi penghalang...?
3) Bagian-bagian yang manakah dalam upacara adat
di daerah masing-masing, yang dapat diterangi oleh
Injil...?
4) Pikirkan, hal-hal apa saja yang perlu dalam
mengembangkan “Dialog” dengan agama lain...?
Gitta Klein
Ini adalah ritual Yahudi yang merupakan ungkapan
duka cita, rasa muak dan keterkejutan karena
penyembahan berhala ini. Mengoyak pakaian
seseorang adalah tindakan putus asa. Sebenarnya
Paulus dan Barnabas datang untuk membebaskan
orang-orang dari berhalanya. Mereka bukan dewa,
mereka adalah utusan Tuhan yang hidup. Dengan
merobek pakaian yang mereka kenakan, Paulus dan
Barnabas menunjukkan bahwa dibalik semua itu
mereka hanyalah manusia.
13 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Galatia 3: 26-29
“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang
Yunani“
Paulus menantang kita untuk bersama dan dalam
Kristus berpikir di luar batas-batas nasional, agama
atau sosial. Dengan begitu, kita bisa menjadi
kesaksian bagi pengharapan. Apakah kita menerima
tantangan ini?
Informasi latar belakang
Siapa sebenarnya bangsa Galatia? Ada dua
kemungkinan. Yang pertama, warga yang tinggal di
daerah Galatia, yang sempat disinggahi Paulus
dalam perjalanan kedua dan ketiganya untuk
mengabarkan Injil. Kalau mereka yang dimaksud,
maka surat Galatia mungkin ditulis sekitar tahun
55/56 Masehi. Atau surat ini ditujukan pada warga di
Provinsi Galatia yang juga mencakup kawasan
selatan yang dikunjungi Paulus dalam perjalanan
pertamanya, sehingga surat ini mungkin sudah ditulis
antara tahun 48 dan 51 Masehi. Mengapa Paulus
menulis surat ini? Terlepas dari penerima suratnya,
surat Paulus terutama ditujukan pada warga nonYahudi yang percaya pada Kristus. Latar belakang
surat ini adalah krisis Galatia. Rupanya, umat nonYahudi Galatia mulai terpengaruh pihak Yahudi
Kristen. Mereka menggunakan kalender hari raya
Yahudi dan menyunat anak laki-lakinya. Sunat dan
menjadi orang Yahudi dijadikan syarat sebelum
mereka diakui sebagai pemeluk Kristen. Paulus,
yang sejak lahir adalah orang Yahudi kuatir bahwa
hukumTaurat terlalu menguasai kehidupan umat
Kristen
baru.
Dengan
tegas
ia
kembali
menyampaikan kabar baik bahwa kita diselamatkan
karena iman semata. Dengan cara ini, ia ingin
membalikkan hati orang Galatia.
Paulus mengajukan argumen ganda: di satu pihak ia
menegaskan bahwa bukan asal usul tapi imanlah
yang membuat seseorang menjadi anak Abraham
(Kejadian 15:6) dan dengan demikian penerima
berkat Tuhan (Galatia 3:6). Semua orang non-Yahudi
yang percaya pada Kristus adalah anak Abraham,
meski mereka tidak disunat. Di pihak lain, Paulus
memandang Kristus sebagai pewaris Abraham yang
sah. Dan melalui pembaptisan semua, baik yang
disunat maupun yang tidak disunat, menjadi milik
Kristus, berada adalam Kristus dan sudah
“mengenakan“ Kristus.
Tapi, bagaimana seharusnya perumpamaan ini
diartikan? Apakah perumpamaan ini hanya berlaku
bagi pembaptisan? Atau lebih dari sudut pandang
teologia, di mana semua orang sama di hadapan
Allah? Atau ada komponen ethis sosial, yang
menuntut adanya perubahan dalam kehidupan
sehari-hari kita? Lalu, apa arti penghapusan semua
perbedaan dalam Kristus bagi kehidupan bersama
umat beragama lainnya?
Keselamatan dalam Kristus berlaku bagi semua
orang, tanpa melakukan perbedaan. Kalau kita
sebagai umat Kristen berhasil hidup dalam
persekutuan, di mana batas-batas sosial masyarakat
tidak lagi mengucilkan pihak manapun, maka
keragaman dan perbedaan dapat memperkaya hidup
kita dan tidak lagi menyebabkan ketakutan dan
kekuatiran. Barulah kita dapat bersaksi mengenai
pengharapan dalam dunia yang pluralis.
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab:
1) Tidak ada orang Yahudi atau Yunani, budak atau
orang merdeka, laki-laki atau perempuan …
bagaimana kelanjutan kalimat ini dari sudut pandang
kita hari ini?
2) Bandingkan 1. Kor 9:19-22 dan 12: 12-27!
Perlukah semua perbedaan etnis, sosial dan gender
dihapuskan?
3) Sejauh mana Abaraham dapat menjadi tokoh
integrasi bagi ketiga agama monotheis dunia?
Apakah umat Kristen dapat mengakui pemeluk Islam
sebagai anak dan pewaris Abraham?
4) Apa artinya bagi kita, bahwa Paulus sebagai
orang yang terlahir Yahudi tidak melakukan
penyunatan, ritual penting bagi semua orang
Yahudi? Dalam konteks Anda, bagaimanakah
hubungan antara undangan terbuka untuk menerima
Injil Tuhan dan pembaptisan sebagai gerbang masuk
ke dalam persekutuan Kristen?
Cornelia Hole
Dalam persekutuan dengan Kristus dan dengan umat
Kristen lainnya, semua perbedaan menjadi tidak
relevan, baik itu perbedaan etnis, sosial atau gender.
14 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
1. Petrus 3: 8-17
Memberi
pertanggungan
jawab
pengharapan yang ada dalam kita
tentang
Beberapa informasi latar belakang
Surat pertama Petrus dialamatkan kepada orang
Kristen yang hidup tahun 100 Masehi di kawasan
Asia. Saat itu, mereka mengalami berbagai bentuk
penolakan dari masyarakat: mungkin mereka tidak
memiliki status hukum yang sama atau diperlakukan
sebagai orang asing. Sering kali terjadi serangan
verbal atau libel. Pengalaman ini dinilai sebagai
penderitaan, saat itu ancaman nyata atas nyawa
umat Kristen belum dirasakan.
burung, ancaman, mobbing dan lain-lain). Tapi ini tak
membuat kita takut lagi. Kekerasan dan penderitaan
adalah realita, tapi melalui kematian dan kebangkitan
Yesus Kristus, semua itu tak lagi memiliki kekuatan.
Karena itu, jemaat Tuhan dituntut dan juga
dimampukan untuk menjawab pertanyaan mengenai
pertanggungan jawab tentang pengharapan yang
ada pada diri mereka.
Pertanyaan untuk Penelahaan Alkitab:
Nasehat-nasehat yang diberikan dalam situasi ini
lebih terdengar seperti nasehat umum yang hampir
tidak menyentuh langsung kehidupan bersama
Kristus. Karena itu muncul pertanyaan, apa yang
sebenarnya dinilai sebagai spesifik “Kristen“ di masa
itu oleh orang non-Kristen. Dua aspek yang menarik
di sini:
I. Di Yunani kuno, warisan Yahudi, di mana iman dan
ethik sehari-hari berkaitan erat, dipraktekkan oleh
jemaat-jemaat Kristen. Di satu pihak, ini menjadi
daya tarik orang Kristen baru. Di pihak lain, warisan
ini dicemooh orang Yunani. “Lihat, bagaimana
mereka saling mencintai.“ Kepercayaan di masa itu
lebih bersifat “cultura deorum“ atau pemujaan dan
perawatan dewa-dewa. Tentu kawasan itu bukan
kawasan yang tidak memiliki etik, tapi hubungan
kasih yang melampaui batas keluarga atau
kedudukan sosial tidak dikenal di Yunani kuno.
Karena itu hubungan erat antara kebaktian dan
mengasihi sesama, antara iman dan tindakan nyata
dalam kehidupan sehari-hari dinilai sebagai sesuatu
yang spesifik “Kristen“di masa itu.
II. Salah satu tanda lainnya adalah sikap orang
Kristen yang menolak kekerasan dan balas dendam
(ayat 9-12). Kalau dikaitkan dengan kutipan dari
Mazmur 34, teks ini memiliki rujukan pada gambaran
Tuhan dalam Perjanjian Lama, di mana pembalasan
adalah hak Tuhan. Tapi teks ini lalu mengubahnya:
pemahaman dalam Mazmur 34,17b yaitu mengenai
pelenyapan semua musuh oleh tangan Tuhan,
dihapuskan. Dalam Kristus, Tuhan Allah memilih
untuk tidak membalas dendam tapi ikut menderita
bersama Umat-Nya. 1. Petrus 3:9 mendasarkan
sikap ini pada motif pemberkatan. Kita diserukan
untuk memberkati orang lain, karena kita mewarisi
berkat Tuhan. Memberkati seseorang berarti
menyalurkan kekuatan hidup padanya. Kekuatan ini
membantu untuk mengubah hidup kita menjadi lebih
baik. Dan dari sini terlahir desakan untuk mengejar
perdamaian. Hidup yang lebih baik ini mungkin saja
diwarnai sejumlah kegagalan menyakitkan (kabar
1) Teks ini mendesak orang-orang percaya untuk
menyadari, dari mana pengharapan mereka datang
dan siap untuk berbicara mengenainya, jika ada ada
yang menanyakannya.
a. Bagaimana jawaban kita hari ini?
b. Dalam situasi apa kita ditanya mengenai
keyakinan kita di masa ini? (Di Jerman,
agama adalah masalah pribadi sejak masa
pencerahan.
Pembicaraan
mengenai
keyakinan seseorang memiliki karakter yang
sangat intim dan jarang dibahas di luar
gereja masing-masing. Bagaimana dengan
konteks persekutuan Anda?)
c. Apa tanda-tanda istimewa keyakinan kita,
dan apa yang mungkin dinilai istimewa oleh
pihak luar?
2) Teks ini mungkin berasal dari kotbah
pembaptisan. Apa arti pembaptisan di konteks
Anda? Kapan orang meminta untuk dibaptis dan apa
konsekuensinya bagi kehidupan sehari-hari kita?
3) Bila mungkin, bahaslah teks ini dengan pemeluk
agama lain dan jawab pertanyaan-pertanyaan
berikut:
a. Apa yang unik atau lain dari agama lawan
bicara kita?
b. Apa pengharapan kita?
c. Nasehat mana dalam surat Petrus ini masuk
akal dari sudut pandang kita, nasehat mana
terdengar janggal di masa kita? Dapatkah
nasehat ini membantu kita mengatasi
kekerasan?
d. Adakah situasi nyata dalam hidup sehari-hari
kita, di mana kita dapat menerapkan
bersama-sama
konsep
“mengejar
perdamaian“.
Anne Heitmann
15 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Imprint / Impressum
Buku ini adalah buka panduan untuk program “Membaca Alkitab dengan pandangan yang berbeda”. Program ini
adalah bagian dari EMS-Fokus “Bersaksi tentang harapan kita – Kesaksian Kristen dalam dunia yang pluralistis”.
Redaksi:
Bernhard Dinkelaker, Gabriele Mayer
Dengan lisensi cetakan dari
Strube Verlage, München
Ateliers et Presses de Taizé
71250 Taizé – Communauté France
Evangelisches Missionswerk in Südwestdeutschland
Vogelsangstr. 62
70197 Stuttgart
Tel: +49 (0) 711 636 78 – 0
Fax: +49 (0) 711 636 78 – 55
web: www.ems-online.org
Mitra bicara:
[email protected]
16 EMS-Fokus 2009–2012 – Membaca Alkitab dari sudut pandang yang berbeda
Download