OLEH : HJ. NORMA TADJUDDIN, S.KM, M.Kes IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI) Struktur Organisasi – Berdiri 24 Juni 1951 - PP : 1 di Jakarta - PD : 34 Propinsi - PC : 497 di Kabupaten / Kota - PR : 2562 Kecamatan, institusi pelayanan/ pendidikan - Jumlah Bidan : > 353.003 (MTKI Nov.2015) - Jumlah BPM : >40.000 Ikatan Bidan Indonesia Bidan Adalah tenaga professional yang bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa pra hamil, hamil, bersalin, nifas dan masa antara serta memfasilitasi dan memimpin persalinan normal atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi dan anak balita (sumber: AD-ART IBI tahun 2013-2018) Pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini msh diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan ibu & anak, terutama pada kelompok yg paling rentan yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan nifas, serta bayi pada masa perinatal, yg ditandai dgn masih tingginya AKI dan angka kematian perinatal (AKP). Salah satu upaya yg mempunyai dampak relatif cepat terhadap penurunan AKI dan AKP adalah dgn penyediaan pelayanan kebidanan berkualitas yg dekat dgn masyarakat & di dukung dgn peningkatan jangkauan & kualitas pelayanan rujukan. Sebanyak 30 % bidan memberikan pelayanan praktek perorangan (IBI 2002) dengan berbagai jenis pelayanan yang diberikan yaitu pelayanan kontrasepsi suntik 58%, kontrasepsi pil, IUD dan implant 25%, dan pelayanan pada ibu hamil dan bersalin masing-masing 93% dan 66%. Dengan demikian dpt dikatakan bahwa bidan mempunyai peran besar dlm memberikan pelayanan kes ibu & anak di masyarakat, mengingat peran besar dlm pely keluarga berencana & kes.reproduksi tersbt maka berbagai program telah di laksanakan utk meningkatkan kualitas pely bidan praktek swasta agar sesuai dgn standar pelayanan yg berlaku. Kegiatan pokok pely kesehatan dasar yg dilaksanakan oleh bidan dlm menurunkan AKI dan AKB adlh pely antenatal care, pertolongan persalinan, deteksi dini faktor resiko kehamilan & peningkatan pelayanan pada neonatal, kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yg memerlukan perawatan khusus (pemantauan selama kehamilan) agar dpt berlangsung dgn baik krn erat kaitannya dgn kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan bersifat dinamis krn ibu hamil yg pd mulanya normal secara tiba2 dpt menjadi resiko yg dpt menyebabkan kematian. Salah satu upaya IBI ialah bekerja sama dgn BKKBN dan departemen kesehatan serta dukungan & bantuan teknik dari USAID melalui program STARH (sustaining Teching Assistance in reproductive program) tahun 2000-2005 dan HSP (health services program) tahun 2005-2009 mengembangkan program bidan delima utk meningkatkan kualitas pelay bidan praktek swasta & pemberian penghargaan bagi mereka yg berprestasi dlm pelayanan keluarga berencana dlm pelayanan reproduksi. Bidan merupakan tenaga lini terdepan (front line) hrs mampu dan terampil dlm memberikan pelayanan kebidanan kpd ibu dan bayi baru lahir sesuai dgn asuhan kebidanan yang ditetapkan, mengacu kepada kewenangan & kode etik profesi serta ditunjang dgn sarana & prasarana yg terstandar. Utk mendukung peningkatan keterampilan bidan dlm memberikan pely yg profesional, Departemen kesehatan telah menyusun berbagai pedoman & standar asuhan kebidanan sehingga dpt digunakan sbgai acuan. Seiring dgn itu pula pemerintah & berbagai pihak di Indonesia terus mengembangkan pendidikan kebidanan yg berhubungan dgn perkembangan pelayanan kebidanan baik pendidikan formal maupun non formal. Sejak tahun 2000 tlh dibentuk tim pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) yg dikoordinasi oleh Maternal Neonatal Health (MNH) yg sampai saat ini tlh melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten di Indonesia guna menjawab kebutuhan/tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan yg berkualitas (Depkes, 2005). Kemajuan dunia global yg pesat baik di bidang teknologi, informasi, pengetahuan & teknologi kesehatan termasuk kesehatan reproduksi berdampak pada adanya persaingan yg ketat dlm bid kesehatan. Tuntutan masyarakat saat ini adlh pely yg berkualitas, aman, nyaman & terjangkau. Hal ini mendorong bidan utk siap, tangap serta mampu merespon dan mengantisipasi kemajuan zaman & tuntutan masyarakat. Disisi lain IBI sbgai organisasi profesi yg dlm tujuan filosofinya melakukan pembinaan & pengayoman bagi angotanya jg terus utk berupaya utk mencari terobosan guna tercapainya peningkatan profesionalisme para anggotanya. Dlm praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yg profesional sangat dibutuhkan. Upaya meningkatkan kualitas pely kebidanan jg ditentukan oleh ketrampilan bidan utk berkomunikasi secara efektif & melakukan konseling yg baik kpd klien. Bidan merupakan ujung tombak memberikan pely yg berkuliatas & sbg tenaga kesehatan yg professional, bkrj sebagai mitra masyarakat, khususnya keluarga sbg unit terkecilnya, yg berarti bidan memiliki posisi strategis utk memberikan pely kesehatan yg bersifat holistik komprehensif (berkesinambungan, terpadu, & paripurna), yg mencakup upaya promotif, preventif, kuratif & rehabilitatif dlm upaya mencapai terwujudnya paradigma sehat. Jadi seorang bidan dituntut utk menjadi individu yg professional & handal memberikan pelayanan yg berkualitas krn konsep kerjanya berhubungan dgn nyawa manusia, disamping hrs professional dlm pely, professional berkomunikasi & juga bidan yg sabar (telaten) agar pasien merasa aman & nyaman di saat melakukan pelayanan kehamilan, persalinan, masa nifas, keluarga berencana & lain sebagainya. Pelayanan kebidanan adalah integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregistrasi) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Pelayanan kebidanan merupakan bagian yg integral dari pelayanan kesehatan, yg diarahkan utk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dgn kewenangan dlm rangka tercapainya keluarga kecil bahagia & sejahtera. Pelayanan kebidanan yg professional adlh pelayanan yg diberikan sesuai tugas & tanggung jawab praktik profesi bidan dlm memberikan pelayanan secara komprehensif utk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga & masyarakat yg memberikan kepuasan pelanggan baik secara mandiri, kolaborasi & rujukan. 1. Ibu & bayi sehat, selamat, keluarga bahagia, terjaminnya kehormatan martabat manusia. 2. Saling menghormati penerima asuhan & pemberi asuhan. 3. Kepuasan ibu, keluarga dan bidan. 4. Adanya kekuatan diri dari wanita dlm menentukan dirinya sendiri. 5. Adanya rasa saling percaya dari wanita sebagai penerima asuhan. 6. Terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. Sasaran pelayanan kebidanan adlh individu, keluarga & masyarakat yg meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan & pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi : 1. Layanan Primer Layanan kebidanan adlh layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan. 2. Layanan Kolaborasi Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan. 3. Layanan Rujukan Layanan Rujukan adlh layanan yg dilakukan oleh bidan dlm rangka rujukan ke sistem layanan yg lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yg dilakukan bidan dlm menerima rujukan dari dukun yg menolong persalinan, juga layanan yg dilakukan oleh bidan ke tempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan keaamanan & kesejahteraan ibu dan bayinya. 1. Peran bidan sebagai Pendidik Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, Peran bidan sebagai pendidik meliputi : a. Bersama klien mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan keluraga berencana. b. Bersama klien pihak terkait meyusun rencana penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. c. Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun. d. Melaksanakan program/rencana pendidikan & penyuluhan sesuai dgn rencana jangka pendek & jangka panjang yang melibatkan unsur-unsur terkait termasuk masyarakat.\ e. Klien mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat dan menggunakannya untuk perbaikan dan meningkatkan program di masa yang akan datang. f. Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis. a. Bidan harus mengetahui dan menguasai IPTEK untuk melakukan kegiatan b. Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pranikah. c. Pemeliharaan kesehatan bumil, nifas dan masa interval dalam keluarga. d. Pertolongan persalinan di rumah. e. f. Tindakan pertolongan pertama pada kasus kegawatdaruratan obstetri di keluarga. Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi di keluarga. g. Pemeliharaan kesehatan anak balita. h. Peran bidan sebagai Pengelola 3. Peran bidan sebagai Pengelola Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di puskesmas, polindes, posyandu dan praktik bidan, memimpin dan mengelolah bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. Perannya sebagai pengelola antara lain: a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu keluarga kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dgn melibatkan Masyarakat / klien b. Berpartisifasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada dibawah bimbingan dalam wilayah kerjanya. Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan dlm bidang kesehatan secara dasarnya bidan harus mengetahui bagaimana pencatatan, pengolahan dan analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesis atau hasil analisisnya. Berdasarkan data tersebut bidan dapat menyusun rencana atau tindakan sesuai dengan permasalahan yang ditemukan. Bidan juga harus dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan yang dilakukan tersebut. Di dalam kategori Evidence Based menurut WHO, pelayanan kebidanan dapat dibagi menjadi : 1. Pelayanan atau asuhan yang terbukti bermanfaat – Memperbaiki letak Sungsang pada kehamilan 37 minggu – Melakukan manajemen aktif kala III – Memberikan support psikologi dan emosinal dalam persalinan – Memberikan kebebasan dalam pemilihan posisi persalinan – Memberikan MGSO4 lebih efektif dari pada antikonvulsi – Memberikan dukungan yang konsisten untuk pemberian ASI dan menggalakkan ASI On Demand 2. Pelayanan atau asuhan yang mungkin bermanfaat – Melakukan USG (Ultrasonografi) – Mengukur TFU (Tnggi Fundus Uteri) – Memberikan kebebasan dalam pilihan siapa pendamping persalinan – Memberikan kebebasan dalam memilih tempat persalinan – Memberikan informasi yang hendak diketahui ibu – Mengusap dan menenangkan ibu yang kesakitan saat berkontraksi – Memberikan Oksitosisin untuk merawat Pendarahan Post Partum – Menghangatkan bayi segera setelah lahir – Memberikan profilaksis vitamin K untuk mencegah pendarahan pada Bayi Baru Lahir – Kontak dini ibu dan bayi 3. Pelayanan atau asuhan yang dipertimbangkan antara bermanfaat dan merugikan – USG pada kehamilan awal secara rutin – Obat narkotika untuk mengurangi sakit persalinan – Pemecahan ketuban awal pada partus spontan – Sistem “risk scoring” secara formal 4. Pelayanan atau asuhan yang tidak diketahui efektif – Mengurangi garam dalam makanan untuk mencegah terjadinya preeklampsia – Memberikan tambahan kalsium, magnesium dan zinc – Istirahat ditempat tidur bagi ibu yang mengalami preeclampsia – Seksio Cesarea efektif untuk Sungsang – Pemecahan ketuban secara rutin untuk deteksi adanya mekoneum 5. Pelayanan atau asuhan yang tidak bermanfaat – Harus melibatkan para dokter untuk semua asuhan kehamilan dan persalinan. – Tidak merujuk kepada spesialis kebidanan dalam asuhan ibu dengan factor risk yang nyata. – Odema sebagai indikasi preeclampsia – Memberikan kalsium untuk kejang betis – Menghalangi ibu makan dan minum saat partus – Infus rutin saat persalinan – Menggunakan masker sewaktu melakukan pemeriksaan dalam Hasil penelitian gambaran kepuasan pasien di Yogyakarta tahun 2012 lalu, •Bidan lebih tepat waktu, ada saat di butuhkan •Bidan teliti, cermat dalam memberikan tindakan •Bidan punya keinginan tulus untuk membantu & memberikan pelayanan •Bidan berada dekat dengan rumah klien •Bidan lebih memahami pasien untuk berkomunikasi (menggunakan bahasa ibu) (sumber: R&D UPBD Pusat) GAK ANTRI, BISA NGUTANG, RAMAH, BISA CURHAT KEWENANGAN KOMPETENSI Permenkes no. 1464 tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan dll INGAT !!!!! GUGUR SEMUA KOMPETENSI KETIKA TIDAK TERMASUK DALAM KATEGORI KEWENANGAN BIDAN PELUANG (1) : KEWENANGAN BIDAN Permenkes 1464 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan Pelayanan Kesehatan ibu Pelayanan Kes anak balita & pra sekolah Pelayanan Kesehatan Reproduksi & KB Bidan dapat praktek di setiap tatanan pelayanan kesehatan – pemerintan/swasta/BPM ( Primer, Sekunder, Tersier) Kepmenkes 369/2007 Standar Profesi Bidan Kepmenkes 936/2007 ttg Standar Asuhan Kebidanan Sistem/ mekanisme dari IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI) untuk menstandarisasi kompetensi dan klinik guna peningkatan kualitas pelayanan kebidanan bagi Bidan Praktek Mandiri (BPM) dengan penekanan pada monitoring & evaluasi serta pelatihan berkesinambungan 5. VISI Bidan delima menjadi standarisasi pelayanan BPM di Indonesia 6. MISI Meningkatkan kualitas pelayanan BPM Meningkatkan kompetensi BPM Mewujudkan BPM yang kompeten Mewujudkan rasa aman, nyaman dan kepuasan bagi BPM dan pengguna jasa Meningkatkan peran IBI dalam membina BPSM 7. NILAI - NILAI Kepatuhan pada standar pelayanan Tumbuh bersama Keterbukaan Profesionalisme Kewirausahaan Kunci konsep kebidanan yang mendefinisikan peran unik dari bidan : Kemitraan dgn perempuan utk mempromosikan perawatan diri , kesehatan ibu, bayi & keluarga. Menghormati martabat manusia & perempuan sebagai orang-orang yang mempunyai hak asasi manusia Advokasi bagi wanita agar suara mereka didengar . Kepekaan budaya termasuk bekerjasama dgn perempuan & penyedia layanan kesehatan utk mengatasi praktek-praktek budaya yg membahayakan wanita & bayi Fokus pada promosi kesehatan & pencegahan penyakit yg memandang kehamilan sebagai kehidupan normal Source: International Confederation of Midwives Seluruh Anggota IBI merupakan tenaga professional yang siap pakai, handal dan berkualitas Mampu berkontribusi secara nyata untuk menurunkan AKI AKB Sudah kah kita membacanya?? 1. Undang-Undang no. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 2. Undang-Undang no. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan 3. Permenkes no. 1464 tahun 2010 Tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan 4. Permenkes no. 369 Tahun 2007 Tentang Standard Profesi Bidan 5. Permenkes no. 1787 tahun 2010 Tentang iklan dan publikasi pelayanan kesehatan 6. Permenkes no. 936 tahun 2009 Tentang standar Asuhan Kebidanan Midwives save life