IMUNONUTRISI PADA PENYAKIT INFEKSI TROPIS Erlina Marfianti IPD FK UII YK Learning Objective • • • • Pengertian imunonutrisi Istilah yang berkaitan dengan imunonutrisi Peran Nutrisi Pada penyakit infeksi Pengaruh Nutrisi tertentu terhadap sistem imunitas tubuh IMUNONUTRISI Terminologi • Imunonutrisi adalah pemberian nutrisi spesifik yang secara potensial dapat memodulasi aktivitas daripada sistem imunitas tubuh. Imunonutrisi sering dihubungkan secara erat dengan usaha untuk meningkatkan status klinis pasien-pasien yang sakit • Terutama kondisi critical ill, atau pembedahan IMUNOMODULATOR Terminologi • Imunomodulator adalah agen yang memengaruhi (melemahkan atau menguatkan) respon imunitas. Imunomodulator yang menekan respon imunitas (imunosupresan). • Imunomodulator yang menguatkan respon imunitas (imunoterapi, imunostimulan). Cepet sembuh yang mana??? Pendahuluan • Sisem imun berindak melindungi pejamu dari agen infeksi. • Fungsi sistem perahanan yang adekua ditenukan oleh nurisi • Nutrisi yang buruk karena intake energi dan makronutrien yang kurang ataupun defisiensi mikronutrien spesifik mengganggu sistem imun dalam fungsi perlindungan Pendahuluan • Penelitian epidemiologis dan klinis menunjukkan bahwa kekurangan gizi menghambat respons imunitas dan meningkatkan risiko penyakit infeksi. • Sanitasi dan higiene perorangan yang buruk, kepadatan penduduk yang tinggi, kontaminasi pangan dan air, dan pengetahuan gizi yang tidak memadai berkontribusi terhadap kerentanan terhadap penyakit infeksi Konsep Imunonutrisi Imunostimulan • Imunostimulan spesifik Merangsang terbentuknya respon imun spesifik: - Vaksin - antigen • Imunostimulan non-spesifik • Merangsang terbentuknya respon imun nonspesifik - Adjuvan - obat alami Tujuan • Target utama imunonutrisi ini pada umumnya adalah untuk memperkuat fungsi pertahanan mukosa, respon imun seluler dan antibodi terhadap terjadinya inflamasi lokal maupun sistemik • Sistem imun : innate (non spesifik) dan adaptive (spesifik) cont • Sistem imun innate terdiri dari barier mechanism (kulit, mukosa, silia), dalam bentuk molekul dan protein terlarut (lisozim, komplemen, defensin, sitokin, kemokin, amin bioaktif). • Sistem imun adaptive (spesifik) pada prinsipnya adalah yang bersifat humoral (antibodi) dan seluler (sel T dan sebsetsubsetnya). Cara kerja • Pertahanan di sel kulit dan epitelial • Phagositosis oleh makrofag dan neutrofil • Cell mediated protection oleh sel T, NK sel, produksi antibodi oleh sel B • Mengaktivasi respon imun alami dan adaptiv • Berhubungan dengan replikasi DNA, ekspresi RNA, sintesis protein. Pathophysiology of Critical Illness endothelial dysfunction activation of coagulation/complement Insult • infection • trauma • I/R • hypoxemic/ hypotensive Role of GIT Activation of PMN’s elaboration of cytokines, NO, and other mediators generation of OFR (ROS + RNOS) mitochondrial dysfunction Key nutrient deficiencies (e.g. glutamine, selenium) = oxidative stress cellular = energetic failure organ = failure Death Modulation of the systemic immune response by immunonutrients Systemic invasion of bacteria Systemic immune response SIRS Cell defense function Degranulation Phagocytosis Cytotoxicity Lymphopoiesis Mediators Eicosanoids Cytokines NO Microcirculation Ventilation Endothelial permeability Platelet aggregation Immune Nutrients Adapted from Suchner et al Proc Nutr Soc 2000; 59: 553- Nutrient yang mana?? Beberapa penelitian….. Vitamin ACED, mineral : Se, Mn, Fe, Cu, Zinc Asam amino: • Arginin • Glutamin • PuFA • Mempunyai fungsi imunomodulating, yang mempengaruhi inang outcome. Juga berperan sebagai anti oksidan yang bisa memodulasi imun, tapi juga mempengaruhi genom mikroba Beberapa bahan yang dianggap sebagai imunomodulator • Antara senyawa yang mempunyai prospek yang dapat meningkatkan aktivitas sistem imun adalah golongan flavonoid, kurkumin, vitamin C, vitamin E. • Jenis tanaman obat yang mempunyai aktivitas sebagai imunomodulator antara lain adalah Echinacea purpurea, mengkudu, jahe, meniran, sambiloto, nimba, temu ireng, temulawak . • kekurangan energi-protein (KEP) berkaitan dengan gangguan imunitas berperantara sel (cell-mediated immunity), fungsi fagosit, sistem komplemen, sekresi antibodi imunoglobulin A, dan produksi sitokin (cytokines). • Kekurangan zat gizi tunggal, seperti seng, selenium, besi, tembaga, vitamin A, vitamin C, vitamin E, vitamin B6, dan asam folat juga dapat memperburuk respons imunitas VIT A • Metabolit aktif vitamin A (asam retionat) berperan pada pengaturan transkripsi gen. • Vitamin A sangat penting untuk memelihara integritas epitel, termasuk epitel usus. Hal ini berkaitan dengan hambatan fisik terhadap patogen dan imunitas mukosal. Vitamin E • Selain sebagai antioksidan, vitamin E juga dikenal sebagai zat gizi penting untuk pencegahan penyakit infeksi. • Penelitian pada berbagai jenis hewan coba mengindikasikan bahwa vitamin antioksidan berkaitan dengan peningkatan fungsi imunitas memiliki efek perangsanga pada imunitas humoral dan berperantara sel (Tangerdy et al.,1989 dalamPallast et al.,1999) Vitamin E • Pada penelitian efek suplementasi vitamin E pada orang dewasa Amerika memperoleh efek perangsangan pada variabel yang berkaitan dengan kepekaan imunitas T-cell-dependent4,5 minggu setelah pemberian vitamin E sebanyak 800 mg • Sementara itu, Pallast et al.(1999), menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E sebanyak 100 mg pada orang usia lanjut meningkatkan produksi IL4. Vitamin C • Meningkatkan fungsi pagosit, proliferasi T-cell, dan produksi sitokin dipengaruhi. • Sebagai antioksidan : • Pada masa infeksi, pagosit teraktivasi menghasilkan agen pengoksidasi yang memiliki efek antimikrobial. Akan tetapi, itu dilepaskan ke media ektraselular sehingga membahayakan inang. Untuk menetralisir efek peningkatan oksigen radikal ini, sel memanfaatkan berbagai mekanisme antikoksidatif, termasuk vitamin antioksidan seperti vitamin C (Li et al., 2006) Selenium • Selenium (Se) adalah suatu zat gizi mikro (trace element) yang sangat esensial pada sejumlah protein yang berkaitan dengan fungsi enzim, termasuk glutation peroksidase, glutation reduktase,dan tioredoksin reduktase. • Selenoprotein (ikatan antara Se dan protein) dipercaya memainkan peran penting sebagai enzim antioksidan (selenosistein) (Beck, 2001). • Lebih dari 20 jenis selenoprotein telah cirikan melalui pemurnian, kloning, ekspresi rekombinan, dan perkiraan fungsinya menggunakan teknik bioinformatika (Arthur et al.,2003) Selenium • Selenium berperan penting dalam fungsi imunitas. Selenium mempengaruhi baik sistem imunitas bawaan (innate), nonadaptif, dan buatan (aquired). • Selain itu, Se mempengaruhi fungsi neutrofil (Arthur, 2003). Zinc • Kekurangan seng juga berkaitan dengan respons imunitas yang diindikasikan oleh kuantitas limposit dalam darah perifer, proliferasi T-lymphocyte, pelepasan IL-2, atau citotoksik limposit Zinc • Suplemetasi seng pada orang usia lanjut yang kekurangan seng dapat memperbaiki respons imunitas (Lesourd, 1997). • Suplementasi seng bersama-sama dengan mikromineral lain (selenium dan kuprum) juga menurunkan infeksi bronchopneumonia dan mempersingkat waktu rawat pasien yang menderita luka bakar (Berger et al.,1998). Yang berperan sebagai anti oksidan Vitamin A Vitamin C Vitamin E Underlying Pathophysiology Role of Nitric Oxide Mitaka Shock 2003;19: 305 Beneficial Microcirculation Immune response Microbial killing Cytoprotection c NOS Optimal NO Balance Harmaful Efects of Arginine induced NO formation Consequences of unbalanced NO availability Arginine / NO availability c NOS + i NOS Hemodynamic instability Immune suppresion Cytotoxicity Organ dysfunction Suchner U et al. Br J Nutr 2002; 87 (Supplt 1): S 121-32 Jenis makanan • Sumber-sumber makanan yang banyak mengandung gizi glutamine itu menyertakan makanan-makanan yang tinggi protein antara lain daging sapi, ayam, ikan, polong-polongan • Berbagai sumber makanan yang mengandung L-arginin diantaranya adalah susu, keju, yoghurt, telur, serta daging., Makanan mengandung arginin Referensi • Arthur JR, McKenzie RC, and Beckett GJ. 2003. Selenium in the immune system. J Nutr 133: 1457S-1459S. • Beck MA. 2001. Antioxidants and viral infections: host immune response and viral pathogenicity. J Am Coll Nutr 20: 384S-388S. • Beck MA, Levande OA, and Handy J. 2003. Selenium deficiency and viral infection. J Nutr 133: 1463S-1467S. Referensi • Li W, Maeda N, and Beck MA. 2006. Vitamin C deficiency increases the lung pathology of influenza virus-infected gulo-/- mice. J Nutr 136: 2611-2616. • Meydani, M. 2000. Effect of functional ingredients: Vitamin E modulation of cardiovascular diseases and immune status in elderly. Am J. Clin Nutr, 2000; Vol 71, No 6: 1665S-1668S. • Pallast EG, Schouten EG, de Waart FG, Fonk HC, Doekes G, von Blomberg BM, and Kok FJ. 1999. Effect of 50- and 100-mg vitamin E supplements on cellula immune function in noninstituionalized elderly persons. Am J Clin Nut69: 1273-1281 Alhamdulillah