49 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Bandar Lampung adalah ibu kota Propinsi Lampung dan secara geografis terletak pada 5o 20’ - 5o 30’ LS dan 105o 28’ -105o 37’ BT. Letak tersebut berada di teluk lampung dan diujung selatan Pulau Sumatra, yang memiliki luas wilayah 192,18 Km2. Batas wilayah sebagai berikut: (1) sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan; (2) sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin dan Ketibung Lampung Selatan serta Teluk Lampung; (3) sebelah timur berbatasan dengan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan dan; (4) sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Secara hidrologis Kota Bandar Lampung dilalui oleh sungai-sungai yang masuk dalam Wilayah Sungai (WS) Way Seputih dan Way Sekampung yaitu Sungai Way Halim, Way Awi, Way Simpur di wilayah Tanjung Karang dan Way Kuripan, Way Balau, Way Kupang, Way Garuntang, Way Kuala, mengalir di wilayah Teluk Betung. Daerah hulu sungai berada di bagian Barat, daerah hilir sungai berada di wilayah bagian Selatan yaitu pada dataran pantai. Luas wilayah yang datar sampai landai meliputi 60 %. Landai sampai miring 35 %, sangat miring sampai curam berjumlah 4 %. Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 50 sungai-sungai kecil. Semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung. Sungai-sungai yang melintasi Kota Bandar Lampung adalah sungai kecil dengan debit air yang kecil, diantaranya adalah Way Simpur, Way Penengahan, Way Kunyit, dan Way Keteguhan Pada musim kemarau,sungai cenderung mengering,tetapi pada musim hujan debit air akan bertambah semakin cepat, sedangkan daya tampung sungai semakin terbatas akibat terjadinya penyempitan daerah aliran sungai yang merupakan dampak kegiatan pembangunan yang tidak memperhatikan garis sempadan sungai serta pencemaran lingkungan sungai. Topografi Kota Bandar Lampung sangatlah beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m Daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Dan secara administratif pula, Kota Bandar Lampung terdiri dari 13 Kecamatan, 98 Kelurahan, 246 Lingkungan, serta 2.672 RT dengan pembagian wilayah Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 51 Tabel 4.1 Nama, luas wilayah per-kecamatan dan jumlah kelurahan Kota Bandar Lampung Tabel 2.2. Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan Kota Bandar Lampung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan Teluk Betung Barat Teluk Betung Selatan Panjang Tanjung Karang Timur Teluk Betung Utara Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling Kedaton Rajabasa Tanjung Seneng Sukarame Sukabumi Jumlah Luas Wilayah Jumlah (Ha) Kelurahan 2,099 1,007 2,116 2,111 1,038 668 1,514 2,765 1,088 1,302 1,163 1,687 1,164 19,722 8 11 7 11 10 11 6 7 8 4 4 5 6 98 Jumlah Prosentase Jumlah RT Lingkungan Luas Wilayah 23 26 18 25 21 26 15 20 23 8 10 14 17 246 163 313 210 271 238 254 162 259 258 102 102 172 166 2,670 11% 5% 11% 11% 5% 3% 8% 14% 6% 7% 6% 9% 6% 100% Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2011 Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau dibagian Selatan Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame dibagian Utara Wilayah perbukitan terdapat disekitar Telukbetung bagian Utara Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok dibagian Timur. Rata-rata jumlah curah hujan di Kota Bandar Lampung berdasarkan hasil pengamatan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika tiap tahunnya terus 52 mengalami fluktuasi. Jumlah curah hujan tinggi biasanya terjadi pada bulan November sampai bulan April pada tipa tahunnnya. Pada tahun 2010 jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, yaitu 433,10 mm, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Juli yaitu hanya 0,30 mm.berdasarkan data tersebut, dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, curah hujan rata-rata tertinggi pada tahun 2011, yaitu mencapai 179,30 mm. Tingginya rata-rata curah hujan pada tahun 2011 berimplikasi pada meningkatnya volume air sungai sehingga terjadi banjir pada beberapa kawasan di Kota Bandar Lampung. Bulan basah/kering terjadi jika jumlah curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut melebihi/kurang dari rerata curah hujan pada tahun bersangkutan. Berdasarkan rerata curah hujan mengindikasikan bahwa bulan basah Kota Bandar Lampung pada tahun 2011 terjadi pada bulan November – Maret dengan rerata curah hujan bulanan berada diatas 179,30 mm, sedangkan bulan keringnya yaitu bulan April – Agustus dengan rerata curah hujan bulanan kurang dari 179 mm. Kota Bandar Lampung termasuk beriklim tropis basah yang mendapat pengaruh dari angin musim (Monsoon Asia). Data Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Lampung menunjukan bahwa temperatur Kota Bandar Lampung dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada pada kisaran 25 – 280C dengan suhu rata-rata pertahun 26,30C. Temperatur udara di Kota Bandar Lampung sepanjang relatif stabil dan tidak pernah menunjukan perubahan yang ekstrim, hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa kualitas lingkungan di Kota Bandar Lampung masih cukup baik. Kondisi kelerengan Kota Bandar Lampung juga sangat beragam, kondisi geografis wilayah yang berbukit serta berada di kaki Gunung Betung merupakan 53 faktor pembentuk kelerengan di Kota Bandar Lampung. Tingkat kemiringan lereng rata-rata wilayah di Kota Bandar Lampung berada pada kisaran 0 – 20 % dan secara umum kelerengan wilayah Kota Bandar Lampung berada pada 0 – 40 %, wilayah yang memiliki kemiringan lereng 0 % diantaranya berada di wilayah Kecamatan Sukarame, Tanjung Karang Pusat, Tanjung Seneng, Panjang, Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Kedaton. Adapun wilayah yang memiliki tingkat kemiringan lereng mencapai 40 % diantaranya adalah Kecamatan Panjang, Teluk Betung Barat, Kemiling, dan Tanjung Karang Timur. 1. Demografi Penduduk Kota Bandar Lampung berdasarkan Sensus Penduduk Nasional 2010 yang dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS) berjumlah 881.801 jiwa yang terdiri dari 445.959 jiwa penduduk laki-laki dan 435.842 jiwa penduduk perempuan. Sebaran penduduk kota paling banyak berada di Kecamatan Teluk Betung Selatan yang berjumlah 92.156 jiwa, sedangkan paling sedikit berada di Kecamatan Tanjung Senang dengan jumlah 41.225 jiwa. Jumlah penduduk kota pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup banyak dibandingkan tahun sebelumnya (2006) yang jumlahnya sekitar 844.608 jiwa. Secara keseluruhan jumlah penduduk kota mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 2.76% pertahunnya. Perkembangan jumlah penduduk kota dapat dilihat pada tabel berikut: 54 Tabel 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat ini dan proyeksinya 5 tahun No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) 2006 2007 2008 Jumlah KK 2009 2010 2006 2007 2008 Tingkat Pertumbuhan 2009 2010 2007 2008 2009 2010 Rata-rata 1 Teluk Betung Barat 63,379 53,790 54,505 56,506 59,396 11,794 11,917 12,155 12,933 14,680 -15.13% 1.33% 3.67% 5.11% -1.25% 2 Teluk Betung Selatan 93,590 108,836 110,276 86,468 92,156 18,913 19,110 19,492 19,990 20,584 16.29% 1.32% -21.59% 6.58% 0.65% 3 Panjang 62,668 61,794 62,610 59,936 63,504 13,609 13,697 13,971 14,865 15,141 -1.39% 1.32% -4.27% 5.95% 0.40% 4 Tanjung Karang Timur 77,777 82,331 83,419 83,836 89,324 17,658 17,844 18,201 19,366 20,049 5.86% 1.32% 0.50% 6.55% 3.56% 5 Teluk Betung Utara 63,158 65,458 66,327 59,023 62,663 13,276 13,577 13,849 13,905 13,962 3.64% 1.33% -11.01% 6.17% 0.03% 6 Tanjung Karang Pusat 75,806 80,067 81,125 68,857 72,385 15,807 15,971 16,290 17,333 18,213 5.62% 1.32% -15.12% 5.12% -0.76% 7 Tanjung Karang Barat 55,062 53,062 53,764 60,120 63,747 12,177 11,990 12,230 13,011 14,369 -3.63% 1.32% 11.82% 6.03% 3.89% 8 Kemiling 55,391 52,499 53,193 67,006 71,471 13,060 13,196 13,460 16,822 20,483 -5.22% 1.32% 25.97% 6.66% 7.18% 9 Kedaton 89,913 88,620 89,793 82,805 88,314 17,259 18,722 19,096 19,397 19,699 -1.44% 1.32% -7.78% 6.65% -0.31% 10 Rajabasa 36,086 31,968 32,391 42,324 43,257 6,783 6,868 7,005 7,454 8,740 -11.41% 1.32% 30.67% 2.20% 5.70% 11 Tanjung Seneng 32,081 28,865 29,247 39,032 41,225 3,838 6,891 7,029 7,479 7,504 -10.02% 1.32% 33.46% 5.62% 7.59% 12 Sukarame 59,618 53,659 54,369 67,162 70,761 13,642 14,378 14,666 15,604 16,014 -10.00% 1.32% 23.53% 5.36% 5.05% 13 Sukabumi 54,809 51,184 51,861 60,442 63,598 11,693 11,815 12,052 12,823 14,580 -6.61% 1.32% 16.55% 5.22% 4.12% Jumlah 819,338 812,133 822,880 833,517 881,801 169,509 175,976 179,496 190,982 204,018 -2.57% 1.32% 6.64% 5.63% 2.76% Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2011 2. Resources Base a. Sumberdaya air (Water resource) Kota Bandar Lampung dilalui oleh 2 sungai besar yaitu Way Kuala dan Kuripan, dan 23 sungai-sungai kecil (Bappeda Kota Bandar Lampung, 2012). Semua sungai tersebut membentuk daerah aliran sungai (DAS) yang berada di dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung. Sistem sungai di wilayah ini terhubung dengan beberapa jaringan drainase buatan. Fungsi jaringan drainase ini adalah mengurangi limpasan permukaan sebagai akibat kelebihan air hujan. Sistem jaringan drainase yang telah terinstal di Bandar Lampung antara lain sistem Teluk Betung, Tanjung Karang, Panjang dan Kandis. Kebutuhan air bagi penduduk Kota Bandar Lampung dipenuhi melalui PDAM dan pengambilan air tanah dangkal/dalam melalui sumur gali. Pada saat sekarang PDAM hanya mampu memenuhi 27% dari total warga Bandar Lampung, sedangkan sisanya yaitu 73% masih harus memanfaatkan air 55 sumur gali. Kedalaman sumur gali adalah sekitar 30 hingga 50 meter dari muka tanah setempat b. Wilayah pesisir (Coastal area) Bandar Lampung merupakan kota pelabuhan yang penting untuk kawasan Sumatera. Kota Pelabuhan Bandar Lampung terletak dalam suatu pantai berbentuk teluk sehingga gelombang tinggi sebagai akibat angin kencang tidak sepenuhnya langsung mengenai kawasan pantai. Meskipun demikian, di beberapa tempat kawasan pantai, sudah terjadi abrasi oleh gelombang laut. Di beberapa lokasi, wilayah pesisir merupakan kawasan padat penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal, penduduk membangun rumah tempat tinggal di lahan hasil penimbunan pantai sehingga terjadi akresi. Keadaan ini dapat menjadi kendala dalam penataan wilayah pesisir. Dalam kondisi seperti itu, realisasi rencana Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk mewujudkan kawasan water front city juga harus memperhitungkan biaya untuk mengatasi problematika pemukiman di wilayah pesisir, meskipun banyak diantara para pemukim tidak memiliki bukti kepemilikan lahan yang kuat secara hukum. Pusat kegiatan ekonomi di Kawasan Pesisir dan Pantai di Kota Bandar Lampung antara lain terpusat di Kawasan Pelabuhan. 3. Posisi Bandar Lampung Dalam Konteks Kawasan Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung dan pusat pemerintahan dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan laju perkembangan pembangunan yang cukup pesat, memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pemanfaatan ruang disamping itu juga memberikan 56 dampak bagi lingkungan disekitarnya. Aspek tata ruang merupakan isu strategis yang menjadi perhatian penting bagi pemerintah Kota Bandar Lampung yang dituangkan dalam RTRW. RTRW yang berlaku sekarang adalah RTRW 20052015 yang merupakan pedoman dalam pengendalian dan pemanfaatan ruang Kota Bandar Lampung sebagaimana yang tertuang pada Perda Nomor 4 Tahun 2004. Sekarang ini sedangdilakukan penyusunan RTRW terbaru. Dalam RTRW akan tertuang antara lain: Arahan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya, Arahan pengelolaan kawasan perkotaan, Arahan pengembangan kawasan produksi dan permukiman, Arahan sarana dan prasarana, Arahan pengembangan kawasan prioritas. 4. Pembagian Wilayah Kota . Kota Bandar Lampung di bagi menjadi 8 (delapan) Bagian Wilayah Kota (BWK) dimana masing-masing mempunyai fungsi utama dan fungsi pendukung. Adapun alasan dalam pembagian ruang tersebut adalah adalah: a. Fungsi dan dominasi kegiatan di beberapa kawasan kota b. Kesamaan peruntukan lahan c. Kesamaan kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan d. Ukuran geometris/ luas kawasan e. Batasan fisik dan administrasi yang ada f. Keterbatasan kemampuan jangkauan pelayanan g. Struktur ruang. Selain Bagian Wilayah Kota (BWK) yang telah ditetapkan tersebut, tata ruang wilayah Kota Bandar Lampung terdapat beberapa wilayah pengelolaan khusus yaitu: 57 a. Kawasan Resapan Air Rencana pengelolaan resapan air Kota Bandar Lampung terbagi dalam 6 (enam) zona kawasan yaitu : (i). Zona Kawasan 1 (Rechadge Area) Zona Kawasan 1 memberikan kontribusi yang cukup besar untuk mengisi cadangan air tanah dalam. Pada zona kawasan ini perlu dikakukan tindakan serta pengendalian ruang secara ketat. Daerah yang termasuk zona ini adalah Kecamatan Kemiling dan Kecamatan Telukbetung Barat. (ii). Zona Kawasan 2 (Area Penyangga) Pada zona ini direncanakan dibangun kantung-kantung air (penampungan air hujan) skala kecil hingga menengah dan menerapkan aturan perbandingan penggunaan lahan terbuka lebih luas tapi pada lahan tertutup bangunan maksimal rasio 70%:30%. Daerah yang termasuk zona ini adalah Kecamatan Tanjungkarang Barat, Tanjungkarang Timur dan Panjang. Selebihnya berada di Kecamatan Tanjungkarang Pusat, Telukbetung Utara dan Telukbetung Selatan. (iii). Zona Kawasan 3 (Kawasan Resapan Rendah) Pola konservasi pada kawasan ini adalah penerapan sumur resapan di tiap bangunan dan atau pembuatan dana/waduk buatan skala kecil maupun menengah. Daerah yang termasuk kawasan ini adalah Kecamatan Kedaton, Sukarame dan Tanjungkarang Barat. (iv). Zona Kawasan 4 (Kawasan Resapan Sedang) Pada kawasan ini tingkat kepadatan bangunan cukup signifikan dan sudah mencapai titik jenuh untuk lahan permukiman. Pola konservasi direncanakan 58 melalui sumur resapan dengan dimensi setara antara luas lahan tertutup dengan volume sumur resapan yang harus dibangun. Daerah yang termasuk zona ini adalah Kecamatan Tanjungkarang Pusat dan selebihnya pada wilayah Kecamatan Sukabumi dan Tanjungkarang Timur. (v). Zona Kawasan 5 (Kawasan Resapan Tinggi) Pada zona ini didominasi oleh peruntukan lahan permukiman padat. Pola konservasi sebaiknya diterapkan sumur resapan di tipa bangunan rumah dengan volume sumur yang mampu menampung seluruh air hujan yang jatuh diatap dan pekarangan. Daerah yang termasuk zona ini adalah Kecamatan Sukabumi dan Tanjungkarang Timur. (vi). Zona Kawasan 6 (Kawasan Dipengaruhi Air Laut) Distribusi zona ini berada disepanjang kawasan Pantai Teluk Lampung meliputi Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kecamatan Panjang. Fungsi utama sebagai kawasan resapan penyangga air tanah dari ancaman interupsi air laut. b. Kawasan Pesisir Kawasan pesisir pantai Kota Bandarlampung terbentang sepanjang ± 27 km yang terletak di BWK H (Telukbetung) dan BWK C (Panjang). Secara administratif, wilayah pesisir tersebut meliputi wilayah Kecamatan Telukbetung Barat (Kelurahan Keteguhan, Kota Karang, Perwata dan Sukamaju), Kecamatan Telukbetung Selatan (Way Lunik, Garuntang, Ketapang, Pesawahan, Telukbetung, Kangkung, Sukaraja, Bumiwaras dan Pecoh Raya) dan Kecamatan Panjang (Kelurahan Panjang Selatan, Panjang Utara, Pidada dan Srengsem). Penataan wilayah pesisir dilakukan melalui konsep pengelolaan Wilayah Pesisir 59 Terpadu yaitu konsep penataan dan revitalisasi wilayah pesisir berbasis masyarakat dan membagi wilayah pesisir dalam zonasi sesuai potensi, kondisi dan struktur ruang yang ada. Konsep reklamasi pantai merupakan salah satu alternatif pengembangan kawasan strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi serta untuk mengatasi kawasan kumuh sepanjang Teluk Lampung dengan syarat pelaksanaan yang ketat baik dari aspek teknis, ekonomis dan sosial budaya yang disesuaikan dengan konsep Bandar Lampung Ecocity. Dalam rangka penataan kawasan pesisir lebih lanjut, Dinas Perikanan Dan Kelautan Kota Bandar Lampung telah melakukan Studi Lanjutan Penataan Kawasan Pesisir Kota Bandar Lampung. Pada studi tersebut telah dihasilkan rencana komposisi tata letak zona bangunan gedung dan bukan gedung pada kawasan pesisir kota bandar lampung berdasarkan pembagian zona antara lain: Zona A Kawasan Revitalisasi; Zona B Kawasan Pelabuhan, Pergudangan & Industri Terpadu; Zona C Kawasan Bisnis Terpadu; dan Zona D Kawasan Pariwisata Terpadu. Dengan demikian Konsep Water Front City di Kota Bandar Lampung telah dibuat dan terus dimatangkan. Dalam perencanaan Kawasan Pesisir Kota Bandar Lampung, sistem transportasi laut juga merupakan salah satu komponen penting. Keberadaaan kawasan pelabuhan yang berada di ujung Selatan Kota Bandar Lampung telah ikut membuat dinamika lalu lintas pelayaran di wilayah ini cukup ramai. Pelabuhan ini merupakan satu-satunya Pelabuhan Ekspor yang dimiliki oleh Kota Bandar Lampung. Peningkatan ekspor barang melalui pelabuhan ini tentu saja bisa meningkatkan retribusi dari pelabuhan. Sarana ini merupakan salah satu penunjang kelancaran perdagangan di Bandar Lampung. Pelabuhan Panjang 60 merupakan Pelabuhan Alam yang cukup terlindungi dari gelombang laut, dan sesuai hirarkinya merupakan Pelabuhan Internasional karena terbuka untuk lalulintas barang perdagangan dengan luar negeri. c. Kawasan Lindung Pengelolaan kawasan lindung Kota Bandarlampung terbagi dalam 5 (lima) wilayah kawasan yaitu; (i) . Kawasan Resapan Air Kawasan ini merupakan kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya. Zona kawasan ini meliputi daerah perbukitan/gunung di Tanjungkarang Barat, Langkapura, Telukbetung Barat dan wilayah penyangga (Register 17 & 19 Kota Bandarlampung) (ii) . Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan in terbagi dalam 3 (tiga) zona kawasan yaitu (i) sempadan pantai, (ii) sempadan sungai, dan (iii) Taman Cagar Budaya & Ilmu Pengetahuan. Wilayah yang termasuk zona ini adalah di sepanjang Teluk Lampung, Seluruh Sungai di Kota Bandarlampung, Situs Purba di wilayah Kedamaian, Negeri Olok Gading & tempat lain yang direkomendasikan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. (iii). Kawasan Rawan Bencana. Kawasan ini merupakan kawasan perbukitan yang rawan longsor dan pinggir sungai/lembah yang terancam banjir serta sepanjang Pantai Teluk Lampung. (iv). Kawasan/Daerah Pengamanan (Catchment Area) Kawasan ini merupakan kawasan pengamanan untuk PDAM Way Rilau yang meliputi wilayah Register 17 (Gunung Betung) 61 (vi). Kawasan Penyangga Banjir Wilayah kawasan penyangga banjir adalah meliputi daerah Register 19. d. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya yang dikembangkan di Kota Bandar Lampung sesuai dengan potensi yang ada yaitu untuk kawasan permukiman, kawasan jasa/perdagangan, kawasan industri dan kawasan pariwisata. Berdasarkan potensi pengembangan kawasan tersebut, pengembangan dan perencanaan aktivitas wilayah adalah sebagai berikut : (i). Perumahan Untuk pengembangan perumahan baik ukuran besar, sedang dan kecil menyebar di seluruh wilayah kota yang mempunyai kesesuaian lahan pemukiman di luar kawasan lindung. Sedangkan untuk perbaikan kualitas perumahan meliputi permukiman kumuh, bantaran sungai, pinggir rel kereta api, kawasan nelayan, bukit/Gunung Sari. Wilayah tersebut meliputi Kecamatan Tanjungkarang Pusat, Panjang dan Telukbetung Selatan) (ii). Perdagangan/Jasa Untuk pengembangan kawasan perdagangan terbagi dalam 5 spesifikasi perdagangan yaitu;(a) Perdagangan regional meliputi wilayah Telukbetung Selatan, (b) Perdagangan skala kota meliputi wilayah di sepanjang halan utama kota di Kecamatan Telukbetung Selatan dan Tanjungkarang Pusat (c) Perdagangan skala BWK meliputi wilayah di tiap-tiap pusat BWK, (d) Perdagangan skala lingkungan meliputi wilayah di tiap-tiap lingkungan permukiman (e) PKL yang beraglomerasi dengan kegiatan perdagangan kota dan perdagangan BWK 62 (iii). Industri Kawasan Industri yang meliputi Kawasan Industri Lampung (KAIL). Zona Industri berada di BWK C (Panjang) beraglomerasi dengan kegiatan pergudangan dan pelabuhan. Sentra Industri Kecil berada diwilayah BWK Panjang, Sukarame, Gedong Meneng, dan BWK Langkapura. Industri RT Tidak polutif yang menyatu dengan kegiatan permukiman. (iv). Pemerintahan Berada diwilayah BWK H (Telukbetung) dan disetiap pusat kecamatan/kelurahan untuk pemerintahan tingkat kecamatan/kelurahan (v). Pariwisata Untuk pariwisata pantai berada pada kawasan Teluk Lampung, sedangkan untuk wisata kota berada di wilayah pusat kota, taman kota dan lingkungan, hutan kota, RTH Kota dan Danau Buatan (vi). Pendidikan Untuk pendidikan tinggi berada di BWK A (Gedung Meneng), SLTA menyebar di setiap pusat BWK, dan SLTP&SD menyebar di pusat lingkungan permukiman. (vii). Fasilitas Sosial Untuk fasilitas kesehatan, peribadatan, olahraga dan rekreasi menyebar sesuai dengan hirarki pelayanan dan fasilitas Islamic Centre berada di BWK A (Jl. Soekarno – Hatta) (viii). Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau yang diperuntukan untuk Taman Hutan Kota berada di BWK B (Sukarame) dan daerah perbukitan dengan fungsi Ruang Terbuka 63 Hijau. Untuk Taman Kota menyebar di Pusat Kota seperti daerah Way Halim, Taman Lingkungan permakaman/Kuburan berada berada di daerah di Pusat Kecamatan Lingkungan. Untuk Telukbetung Barat, Tanjungkarang Barat, Sukarame, Panjang dan Kemiling. 5. Pengelolaan Drainase Pengelolaan drainase lingkungan di Kota Bandar Lampung dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) sebagaimana dapat dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Bagan 4.1 Struktur Organisasi Dinas PU Kota Bandar Lampung WALIKOTA WAKIL WALIKOTA KEPALA DINAS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM, MONITORING DAN EVALUASI BIDANG PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIDANG BINA MARGA BIDANG CIPTA KARYA SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG SUMBER DAYA AIR SEKSI SURVEY DAN PENGUKURAN SEKSI JALAN PERKOTAAN SEKSI TATA BANGUNAN SEKSI KELEMBAGAAN SEKSI PEMETAAN SEKSI JEMBATAN PERKOTAAN SEKSI TEKNIK PENYEHATAN SEKSI BINA TEKNIK SEKSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN SEKSI SARANA DAN PRASARANA JALAN SEKSI PERUMAHAN SEKSI OPERASI DAN PEMELIHARAAN UPTD Namun harus diakui bahwa Pemerintah Kota khususnya Dinas PU belum memiliki kelembagaan dalam bentuk UPT yang mempunyai tugas dalam pengendalian banjir, mengingat bahwa permasalahan drainase diperlukan 64 keterpaduan antar seluruh stakeholder, termasuk juga penanganan pengendalian banjir. Kapasitas SDM dan kelembagaan perlu ditingkatkan dalam hal pengelolaan drainase perkotaan ini. Dari kondisi fisik kota, maka wilayah sistem drainase kota Bandar Lampung dibuat sesuai dengan arah aliran drainase yang ada, dan dibagi atas 4 sistem atau zona drainase, yaitu : a) Sistem I (Zona Teluk Betung), meliputi: drainase yang ada di wilayah Teluk Betung yang mengalirkan airnya pada sungai Way Kuala sebagai main drainnya, meliputi : Way kemiling, Way Pemanggilan, Way Langkapura, Way Kedaton, Way Balau, Way Halim, Way Durian Payung, Way Simpur, Way Awi dan Cabangnya, Way Panengahan, dan Way Kedamaian; b) Sistem II (Zona Tanjung Karang), terdiri atas beberapa sungai, yaitu : Way Kuripan (Way Simpang Kanan, Way Simpang kiri, dan Way Betung), Way Kupang, Way Kunyit dan Way Bakung; c) Sistem III ( Zona Panjang), meliputi: drainase yang mengalirkan airnya pada sungai-sungai Way Lunik Kanan, Way Lunik Kiri, Way Pidada, Way Galih Panjang, dan Way Srengsem merupakan zona drainase daerah datar pada daerah hilirnya sehingga menimbulkan banjir. d) Sistem IV (Zona Kandis), meliputi: daerah-daerah di wilayah Kedaton dan sebagian Sukarame wilayah barat, pada zona ini drainase utama akan membuang pada sungai Way Kandis 1 Way Kandis 2 dan Way Kandis 3. Hampir sebagian besar wilayah kecamatan di kota Bandar Lampung memiliki beberapa lokasi genangan yang frekuensi kejadiannya lebih atau sama 65 dengan 5 kali kejadian per tahun. Dan hanya satu wilayah yang tidak terjadi genangan yaitu Kecamatan Kemiling, oleh karena wilayah ini berada di ketinggian 200 – 300 mdpl dan berada di daerah hulu sungai dari DAS Way Kuala. Adapun gambaran luasan genangan wilayah kecamatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.1 Luas Genangan di wilayah Kota Bandar Lampung Sumber : Review Masterplan Drainase Kota Bandar Lampung, 2011 66