BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan, yang sebagian besar memiliki lebih dari 13.000 pulau dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 kilometer. Karenanya, Kehidupan perekonomian Bangsa Indonesia sejak dahulu kala lebih terpusat pada wilayah pesisir pantai atau muara sungai. Dengan dukungan sarana transportasi air yang ada pada saat itu, kawasan-kawasan tepian air berangsur-angsur tumbuh dan berkembang menjadi lebih besar yang disebut dengan kota. Hal ini terlihat dari hampir 75% kota-kota besar di Indonesia sekarang terletak di tepi pantai, dan dihuni hampir lebih 100 juta jiwa1. Tanpa adanya perencanaan yang matang terhadap kawasan-kawasan tepian air, sering menimbulkan masalah-masalah baru di daerah pantai, misalnya: Erosi pantai yang menyebabkan mundurnya garis pantai, tanah timbul atau sedimentasi yang menyebabkan tersumbatnya muara sungai dan saluran drainase yang mengakibatkan banjir dan genangan, dan pemukiman kumuh yang tumbuh dan berkembang di daerah pantai dan muara sungai. Kota Palu merupakan salah satu kota yang sedang berkembang mempunyai permasalahan yang hampir sama dengan kawasan tepian air lainnya di Indonesia. Upaya pemerintah Kota Palu dalam menyikapi perkembangan Kota Palu yang tumbuh pada kawasan tepian air, karena telak geografis Kota Palu terletak di bibir Teluk Palu atau memanjang dari arah timur ke barat. Terletak di sebelah garis khatulistiwa pada astronomi 0,36° LU0,56° LU dan 199,45° BT-120,01° BT2. Dengan keberadaan pantai-pantai 1 Pratikto, Widi Agus Ir. M.Sc., Ph.D., Ir. Haryo Dwito Armono, & Ir. Suntoyo. PERENCANAAN FASILITAS PANTAI DAN LAUT, Edisi Pertama. Yogyakarta. BPFEYOGYAKARTA. 1997. Hal 1 2 BAPEDA Kota Palu.Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu. Pemerintah Daerah Kota Palu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Hal II-01. 1 di wilayah Kota Palu dan pemanfaatan ruang ini sangatlah besar peranannya sebagai pembentuk citra kota. Akan tetapi dalam perkembangan Kota Palu dari kota tradisional (pra-industri) ke kota modern (industri), sering terdapat masalah-masalah fisik seperti meluapnya air sungai yang menyebabkan terjadinya banjir dan genangan-genangan air, juga berkembangnya fasilitas-fasilitas komersil yang tumbuh secara alamiah pada daerah pesisir pantai, sehingga menjadikan wajah kawasan tersebut berupa deretan fasilitas-fasilitas rekreasi yang belum tertata (chaos). Teluk Palu menjadi pusat perhatian pemerintahan Kota Palu karena mempunyai keunikan karakteristik wilayahnya yang berada pada cekungan Teluk Palu, kondisi wilayah Kota Palu berada pada sisi yang saling berhadapan antara sisi Palu bagian barat dan sisi Palu bagian timur. Apabila dilihat dari karakter wilayah Kota Palu, Teluk Palu yang memiliki garis pantai sepanjang 43 Km dengan luas perairan 10.066 ha mempunyai potensi yang sangat besar dalam wisata bahari terutama pada kawasan pesisir pantai Talise Kecamatan Palu Barat. Dengan melihat karakteristik Kota Palu yang sebagian besar wilayahnya terkonsentrasi pada tepi air, terutama pada Kawasan Pantai Talise yang merupakan titik temu antara kawasan Kota Palu bagian barat dan kawasan Kota Palu bagian timur yang mempunyai potensi yang sangat besar dalam mendukung terbentuknya citra sebuah kota dan sebagai patokan pertumbuhan Kota Palu. Berdasarkan hal inilah, maka dalam perencanaan dapat mengacu pada konsep “Waterfront City”. Menurut The Oxford English Reverence Dictionary (1996)3, waterfront adalah bagian dari sebuah kota yang berdampingan dengan sungai, danau, laut, dan sebagainya. Sehingga waterfront dapat diartikan sebagai pertemuan banguan atau daratan dengan tepian air yang menghasilkan karakter khusus sesuai dengan kondisi wilayah yang direncanakan (tergantung dari lokalitasnya). Jenis-jenis waterfront dapat 3 The Oxford Reference Dictionary. Oxford University Press. 1996. 2 dibagi dalam beberapa kategori, antara lain: waterfront menurut lokalitas ialah Laut, Sungai, Danau dan lain-lain, waterfront menurut fungsinya ialah Historical Waterfront, Cultural Waterfront, Recreation Waterfront dan lain-lainnya. Sesuai dengan program pemerintah tentang pengelolahan kawasan tepian pantai yang akan dijadikan kawasan pariwisata, terutama wisata bahari pada kawasan Pantai Talise dengan konsep perencanaan wilayah jenis Recreation Waterfront. Pemilihan konsep ini berhubungan erat dengan pembentukan citra kawasan, dan kawasan ini nantinya dapat dijadikan patokan perkembangan untuk wilayah-wilayah disekitarnya. Untuk itu perlu adanya strategi perencanaan kawasan yang dapat menjadi magnet agar dapat menarik minat pengunjung untuk datang ke kawasan ini. 1.2. Rumusan Masalah. Bagaimana menata dan merancang kawasan tepian air Pantai Talise di Kota Palu, sebagai tempat rekreasi di tepian air dengan konsep Recreation Waterfront, sehingga dapat mewadahi kegiatan rekreasi yang berlangsung di kawasan tersebut, serta dapat menciptakan suatu lingkungan rekreasi yang kontekstual dengan kawasan pantai. 1.3. Tujuan Pembahasan. Merancang kawasan rekreasi di tepian Pantai Talise Kota Palu, dengan memanfaatkan kondisi fisik kawasan Pantai Talise yang berada di lengkungan Teluk Palu, serta dapat mewadahi aktivitas-aktivitas yang sudah ada pada kawasan tersebut dengang konsep Recreation Waterfront. 1.4. Sasaran Pembahasan. • Melakukan studi mengenai Recreation Waterfront. • Melakukan studi mengenai Kawasan-kawasan rekreasi pantai, • Melakukan studi mengenai Kawasan Pantai Talise di Kota Palu 3 • Melakukan Studi mengenai fasilitas-fasilitas Rekreasi Pantai. 1.5. Lingkup Pembahasan. • Penataan kawasan Pantai Talise sebagai Kawasan Rekreasi tepian air atau Recreation Waterfront. • Recreation Waterfront; antara lain mengenai pengabungan fungsi rekreasi, perdagangan, transportasi, dan pariwisata sebagai faktor pendukung. • 1.6. Kawasan tepian air Pantai Talise di Kota Palu. Metoda Pembahasan. Metode pembahasan yang akan diambil meliputi 3 (tiga) cara, yaitu metoda pengumpulan data, metoda penganalisaan masalah, dan studi banding. • Metoda Pengumpulan Data. Dalam tahap pengumpulan data yang digunakan sebagai salah satu metode ini, dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai latar belakang permasalahan, yang dilakukan dengan 3 (cara), yaitu wawancara, Observasi, dan Studi Pustaka. • Metoda Menganalisa Data. Dalam tahap ini data-data yang telah didapatkan dalam metoda pengumpulan data, di pakai untuk mendapatkan pendekatan- pendekatan pada konsep perencanaan dan perancangan. • Studi Banding. Melakukan studi komparatif terhadap kawasan-kawasan daerah tepian air pada daerah lain sebagai pembanding dan acuan dalam perencanan dan perancangan yang lebih baik. 4 1.7. Sistematika Penulisan. Isi laporan kerja praktek ini dituangkan dan dijabarkan melalui sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1 Pendahuluan Dalam bab ini di bahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup serta sistematika penulisan. BAB 2 Tinjauan Eksisting Kawasan Pantai Talise Berisikan tentang tinjauan eksisting kawasan pantai talise di kota Palu, fasilitas-fasilitas yang ada di kawasan pantai, potensipotensi kawasan. BAB 3 Tinjauan Teori Perancangan Kawasan Urban. Berisikan tentang landasan teori yang merupakan acuan dalam menentukan perencanaan dan perancangan, beserta pendekatanpendekatan yang nantinya akan digunakan sebagai pendekatan untuk memecahkan permasalah yang ada di kawasan tepian air Pantai Talise. BAB 4 Analisis dan Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan. Berisikan tentang analisa kawasan tepian air berdasarkan teoriteori dan pendekatan-pendekatan yang mendukung perencanaan. Serta menganalisa permasalahan yang ada di daerah kawasan tepian air dan pemecahan masalah untuk menentukan konsep dasar perencanaan dan perancangan. BAB 5 Konsep Dasar Perancangan Menjabarkan mengenai konsep dasar perencanaan dan perancangan dari topik permasalahan serta dasar-dasar yang mengarah pada transformasi dari konsep ke fisik. 5