FISIKA DASAR II Semester 2/3 s

advertisement
UNIVERSITAS GADJAH
MADA
PROGRAM STUDI
FISIKA FMIPA
Bahan Ajar 1:
Kelistrikan (Minggu ke 1 dan 2)
FISIKA DASAR II
Semester 2/3 sks/MFF 1012
Oleh
Muhammad Farchani Rosyid
Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun
anggaran 2013
November 2013
BAB 1: KELISTRIKAN
1. Kelistrikan Dan Sumbernya.
1.1 Pembawa muatan: elektron dan proton.
Thales dari Milete (540-546 SM) seorang pemikir Yunani yang hidup pada masa
kurang lebih 600 SM telah menyebut gejala ambar (yang dalam bahasa Yunani disebut
elektron dan ditulis  ). Dikatakan bahwa, ambar apabila digosok dengan bulu atau
kain wol ternyata dapat menarik benda-benda ringan seperti bulu ayam, sobekan kertas dan
lainnya. Gejala seperti ini kemudian disebut sebagai “gejala kelistrikan”. Pada masa
sesudahnya mulai ditemukan gejala-gejala serupa yang dapat ditemukan pada bahan-bahan
lain. Penemuan yang paling penting dalam bidang ini mungkin adalah yang disampaikan oleh
Sir Charles Francois de Cisterney du Fay. Pada tahun 1734, dalam suratnya untuk penguasa
Richmond dan Lenox. Dalam suratnya tersebut dia menyimpulkan bahwa terdapat dua gejala
kelistrikan yang sangat berbeda. Yang pertama adalah gejala kelistrikan yang ditemukan
ketika menggosok ambar, sutra, kertas, benang dan lainnya yang kemudian disebut sebagai
kelistrikan ambar, dan yang kedua adalah gejala kelistrikan yang ditemukan ketika menggosok
gelas, batu kristal, wol, bulu binatang dan beberapa batu berharga. Gejala kelistrikan yang
kedua tersebut kemudian disebut dengan kelistrikan kaca. Benda yang mempunyai kelistrikan
yang sama akan saling menolak saat didekatkan. Sebaliknya, jika kelistrikannya berbeda akan
saling menarik. Batu ambar yang digosok akan menolak sutra yang digosok, tetapi justru akan
menarik batu kristal yang telah digosok. Dewasa ini, istilah kelistrikan ambar dan kaca
tersebut tidak lagi dipakai, kita menggantikan istilah kelistrikan tesebut dengan kelistrikan
negatif dan positif. Pelopor istilah ini adalah Benjamin Franklin (1706-1790).
Apa sebenarnya yang menyebabkan timbulnya gejala kelistrikan yang berbeda di atas?
Pertanyaan tersebut baru dapat terjawab pada abad kesembilanbelas kala J.J Thomson
menemukan berkas sinar katoda (elektron) serta gagasan Rutherford dan Bohr tentang struktur
atom (silahkan baca bab tentang teori atom pada bab-bab selanjutnya). Elektron adalah
partikel yang membawa sifat listrik negatif sehingga dikatakan sebagai pembawa muatan
negatif. Sedangkan yang membawa sifat listrik positif atau disebut pembawa muatan positif
adalah partikel lain yang disebut proton. Proton (p) dan elektron (e) mempunyai besar muatan
yang sama tetapi berbeda tandanya. Karena atom bermuatan netral (tidak positif ataupun
negatif), maka jelaslah bahwa banyaknya elektron dan proton dalam atom adalah sama.
Dalam model atom yang diusulkan oleh Bohr, sejumlah proton dan partikel netral yang lain
(disebut neutron (n)) berkumpul dan membentuk inti atom. Sedangkan elektron yang
bercacah sama dengan proton dalam inti atom akan terus bergerak di sekeliling inti atom
dengan lintasan gerak yang mematuhi hukum-hukum tertentu. Untuk lebih jelasnya
perhatikanlah gambar 1.2 di bawah. Bagaimana atom dapat mempunyai muatan?. Hal ini
mudah saja dijawab. Atom akan mempunyai muatan negatif jika mendapatkan tambahan
elektron. Sedangkan saat elektron dalam atom diambil, tentu saja muatan proton menjadi lebih
dominan sehingga atom menjadi bermuatan positif (lihat gambar 1.3 dan gambar 1.4).
Akhirnya terjawab sudah gejala kelistrikan yang dialami benda-benda di atas. Benda dapat
mempunyai gejala listrik negatif jika atom-atom benda tersebut mendapatkan tambahan
elektron, dan sebaliknya akan bermuatan positif, jika atom-atom benda tersebut diambil
elektronnya.
Sebagai pembawa muatan listrik, tentu saja elektron dengan elektron akan bertolakan
jika saling didekatkan, begitu juga proton dengan proton. Tetapi sebaliknya antar proton dan
elektron dapat saling tarik-menarik. Hal ini tetap berlaku di manapun tempatnya, meskipun itu
di dalam atom sekalipun. Bagaimana jika sejumlah elektron ditambahkan pada benda, apakah
yang akan terjadi?. Benar, karena kumpulan elektron tersebut saling tolak-menolak, maka
ketika diletakkan dalam suatu bahan elektron tersebut akan memposisikan diri di dalam bahan
tersebut sehingga tolakan yang terjadi di antara mereka sendiri dapat dirasakan minimal. Jika
dilihat sampai struktur atom, elektron-elektron tersebut hanya dapat diterima oleh atom pada
lintasan terluar untuk mengelilingi inti atom. Lintasan-lintasan gerak elektron mengelilingi inti
tersebut biasa disebut sebagai kulit atom, sehingga lintasan elektron terluar tersebut disebut
juga kulit terluar sedangkan elektron-elektron yang berada di kulit terluar tersebut biasa
disebut sebagai elektron valensi. Setiap kulit atom hanya dapat ditempati oleh elektron dalam
dalam cacah tertentu saja. Selain pada kulit terluar, banyaknya elektron pada setiap kulit tidak
boleh kurang.
Gambar 1.1: Model atom Bohr.
e
n
p
Atom tersusun atas inti atom (yang berisikan
proton (p) dan neutron (n)) serta elektron (e)
yang mengelilinginya. Karena jumlah proton
dan neutron sama banyaknya, sedangkan
mereka mempunyai muatan yang berbeda
tetapi berlawanan, maka atom bersifat netral,
tidak bermuatan.
e
Terdapat benda-benda yang mengijinkan muatan untuk bergerak bebas di dalamnya.
Benda semisal ini disebut konduktor. Logam-logaman adalah contohnya. Dalam konduktor,
muatan yang ditambahkan akan bergerak ke kulit konduktor untuk meminimalisir gaya tolak
yang bekerja antara muatan tersebut. Ada juga bahan yang menyebabkan muatan agak sulit
bergerak didalamnya. Oleh karena itu dalam benda seperti ini, muatan dapat tersusun merata
tanpa harus naik hingga kekulit bahan. Bahan terakhir ini disebut sebagai isolator. Sifat
isolator yang menyebabkan muatan sulit bergerak inilah yang menyebabkan bahan-bahan
isolator dipakai untuk menyekat muatan. Inilah asal nama isolator berasal (dalam bahasa
indonesia berarti “penyekat“) .
1.2 Sifat-sifat istimewa muatan.
Sebagai unsur pembawa muatan, ternyata besarnya muatan elektron dan proton
berhingga besarnya. Yaitu,
e = 1,6 × 10−19 C.
( 1. 1)
Ini adalah besar muatan proton serta elektron. Tatapi proton diberikan tanda positif dan
elektron diberikan tanda negatif. Satuan muatan adalah C, singkatan dari Coulomb, sebagai
penghormatan atas Charles Coulomb sang penemu hukum interaksi antar muatan.
Karena proton dan elektron adalah unsur pembawa muatan, maka setiap muatan positif
suatu benda dapat dinyatakan sebagai kelipatan bilangan bulat dari muatan proton. Begitu pula
muatan negatif, akan selalu merupakan kelipatan bilangan bulat dari muatan elektron. Sifat
inilah yang disebut sebagai sifat kuantisasi muatan. Artinya, muatan apapun mesti
merupakan kelipatan bulat suatu muatan tertentu. Pada saat anda menggosok tongkat gelas
dengan kain sutra, muatan positif timbul pada kaca yang diimbangi pula oleh timbulnya
muatan negatif pada sutra yang digunakan untuk menggosok. Pengukuran menunjukkan
besarnya muatan antara keduanya sama besar tetapi berbeda tanda. Ini berarti proses
penggosokan itu sendiri bukanlah upaya untuk menciptakan muatan, tetapi lebih pada
memindahkan muatan dari gelas ke kain sutra. Ini menunjukkan muatan di manapun adanya
tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Yang ada hanyalah perpindahan muatan. Inilah
asas yang disebut asas kelestarian muatan (conservation of charge). Bagaimanapun suatu
reaksi perpindahan muatan terjadi, besarnya muatan di tempat tersebut selalu tetap. Juga
dengan kecepatan gerak seberapapun besarnya besarnya muatan suatu benda selalu tetap. Asas
terakhir ini disebut sebagai asas invariansi muatan. Elektron yang bergerak pelan ataupun
yang bergerak sampai mendekati kecepatan cahaya sekalipun, akan tetap mempunyai muatan
sebesar e = 1,6 × 10−19 C.
2. Gaya Dan Medan Listrik Statis.
2.1 Gaya Listrik (Gaya Coulomb).
Charles Augustin Coulomb (1736-1806) pada tahun 1785 dengan neraca puntiran telah
berhasil melakukan pengamatan kualitatif terhadap gaya antara muatan-muatan listrik dan
mengemukakan hukum tentang hubungan antara gaya tarik atau gaya tolak dua muatan dengan
besar muatan ( q )dan jarak kedua muatan itu ( r ). Hukum itu dikenal dengan hukum
Coulomb yang menyatakan bahwa besar gaya tarik atau gaya tolak antara dua benda titik
bermuatan listrik berbanding lurus dengan hasil kali kedua muatan itu dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara kedua muatan tersebut. Sehingga gaya tarik atau gaya tolak dapat
dirumuskan sebagai
q q
F k 122 .
( 1. 2)
r
Dengan F adalah besarnya gaya Coulomb (newton), k = konstantanta Coulomb yang dalam
SI dinyatakan sebesar
k=
1
40
= 8,9874×109 Nm2/C2.
Sedangkan q1 dan q 2 menyatakan muatan-muatan titik yang saling berinteraksi. Tetapan  0
disebut permitivitas ruang hampa yang mempunyai nilai 0 = 8,854 × 10 −12 C2/Nm2. Arah
gaya yang dialami oleh masing-masing muatan sama besarnya tetapi berlawanan arah. Arah
gaya listrik tersebut searah dengan vektor posisi yang memisahkan oleh kedua muatan. Jika

jarak kedua muatan dinyatakan dalam vektor posisinya, yaitu r  r r , dengan r̂ menyatakan
vektor satuan ke arah tersebut dan r menyatakan besarnya vektor posisi r atau menyatakan
juga jarak antara kedua muatan, maka besarnya gaya listrik yang dirasakan oleh muatan
pertama karena kehadiran muatan kedua (F12) apabila dinyatakan dalam notasi vektor adalah
q1 q 2
rˆ
( 1. 3)
r2
karena besarnya gaya yang dialami oleh muatan kedua (F21) sama besarnya dengan besarnya
gaya yang dialami muatan pertama (F12) dan hanya berlawanan arah, maka dapat kita nyatakan
F12  k
F21 = − F12   k
q1 q 2
rˆ
r2
( 1. 4)
Sebagai catatan, benda titik bermuatan selanjutnya disebut muatan titik.
2.2 Medan Listrik
Seperti ketika kita memahami gravitasi, pertanyaan-pertanyaan ’jenaka’ berikut ini
bisa timbul lagi di benak kita : Bagaimanakah benda pertama pada Contoh 1 di atas bisa
mengetahui keberadaan benda kedua dan sekaligus juga bagaimanakah benda ketiga
mengetahui keberadaan benda kedua, sehingga gaya tarik ataupun gaya tolak yang dilakukan
oleh benda ketiga dan kedua berubah ketika kedudukan (konstelasi) benda-benda bermuatan
itu berubah. Bila benda kedua dibawa lebih dekat ke benda pertama maka besar gaya yang
dilakukan oleh benda pertama pada benda kedua semakin membesar dan gaya yang dilakukan
oleh benda ketiga pada benda kedua melemah. Bagaimana pula benda pertama bisa
mengetahui bahwa benda kedua bertambah dekat dan benda ketiga mengetahui bahwa benda
kedua bertambah jauh sehingga benda pertama “harus“ menambah kuat tarikannya dan benda
ketiga mengurangi tarikannnya? Apakah hal ini (bertambah atau berkurannya besar gaya
listrik oleh benda pertama) terjadi tepat sesaat setelah benda kedua bergeser tempat? Lalu
bagaimana caranya sebuah benda bermuatan mengetahui bahwa benda yang berada
didekatnya itu memiliki muatan yang sejenis dengan yang ia miliki sehingga ia harus
melakukan gaya tolak. Dan bagaimanakah cara benda itu mengetahui bahwa benda bermuatan
yang ada di dekatnya memiliki muatan tak sejenis dengan yang ia miliki sehingga ia harus
melakukan gaya tarik?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu sama dengan jawaban pada kasus gravitasi :
sebuah muatan titik akan mempengaruhi ruang di sekitarnya. Hal ini dapat kita lihat
bagaimana gaya interaksi antara sebuah muatan titik Q dengan sebuah muatan uji q. Muatan
uji mula-mula berada pada jarak yang cukup dekat dari Q. Kemudian kita jauhkan muatan q
itu dari muatan Q hingga suatu ketika tidak terlihat lagi interaksi antara keduanya. Pengaruh
yang diberikan oleh suatu benda bermuatan pada ruangan di sekitarnya sehingga muatanmuatan lain merasakan gaya interaksi dari/dengan benda bermuatan itu dinamakan medan
listrik. Seberapa besarnya pengaruh yang diberikan oleh suatu benda bermuatan kita cirikan
dengan sebuah besaran vektor yang disebut kuat medan listrik. Kuat medan listrik
tergantung pada posisi dalam ruang. Kuat medan listrik di suatu tempat didefinisikan sebagai
gaya yang dialami oleh sebuah muatan uji positif yang besarnya satu satuan di tempat itu.
Medan listrik di suatu tempat dengan vektor posisi r disimbolkan dengan E(r). Oleh karena
itu,
E(r) = F(r) ∕q,
( 1. 5)
dengan F(r) gaya yang di alami oleh muatan uji di titik dengan vektor posisi r. Kuat medan
listrik diberi satuan N/C.
Sekarang, berapakah medan listrik di suatu titik dengan vektor posisi r yang ditimbulkan oleh
suatu muatan titik sebesar Q yang kita letakkan pada pangkal koordinat? Bila muatan uji yang
kita pakai senilai q, maka gaya listrik yang dialami oleh muatan q di titik r adalah
FqQ(r) = [kQq/r2] r̂ .
Medan listrik di titik itu berdasarkan persamaan ( 1. 5) diberikan oleh
E(r) = FqQ(r)/q = [kQ/r2] r̂ .
Karena r̂ = r/r, maka
Q
r.
( 1. 6)
r3
Jadi, E(r) searah dengan r bila Q positif dan berlawanan dengan r bila Q negatif.
Mengingat kuat medan listrik merupakan besaran vektor yang tergantung pada posisi,
maka baik besar maupun arah kuat medan listrik tentu berubah-ubah tergantung posisi. Untuk
memudahkan, Michael Faraday menggambarkan arah dan besar medan listrik ini dalam
bentuk garis-garis berarah yang disebut sebagai garis-garis gaya. Jumlah garis gaya
persatuan luas (rapat garis gaya) di suatu tempat
menggambarkan besar kuat medan listrik di
tempat itu. Sedang arah garis menunjukkan arah
vektor kuat medan listrik di tempat itu. Garisgaris gaya tidak pernah berpotongan. Garis-garis
gaya selalu keluar menjauh dari muatan positif
dan menuju ke muatan negatif (lihat Gambar 1.
2).
Karena antara dua muatan sejenis saling
tolak-menolak, maka garis gaya mereka tidak
dapat saling bertemu. Sebaliknya, muatan positif
Gambar 1.2
dan negatif dapat saling mempertemukan garisgaris gaya. Sekarang perhatikan garis-garis gaya untuk interaksi dua muatan bertanda sama
pada gambar 1. 11. Anda dapat melihat, garis-garis gaya mereka tidak saling bertemu. Anda
tentu bertanya, bagaimana halnya dengan daerah tempat garis-garis gaya yang tidak
ditemukan? Ini berarti bahwa di situ medan listrik kedua muatan itu sama besarnya. Sehingga
daerah tanpa garis-garis gaya tersebut merupakan tempat “aman” bagi muatan uji. Jika yang
berinteraksi adalah dua muatan yang berbeda tanda, garis-garis gaya mereka dapat saling
bertemu dan membentuk lintasan tertutup. Ini menunjukkan tidak adanya daerah aman bagi
muatan uji. Dimanapun berada, dia akan tertarik pada muatan yang berbeda tanda dengannya.
E(r) = k
Sekarang diandaikan terdapat beberapa muatan titik q1 , q 2 , .., q n yang tersebar di beberapa
tempat. Suatu titik P akan memiliki vektor posisi yang berbeda-beda bila diukur dari masingmasing muatan titik itu. Titik P dimisalkan memiliki vektor posisi r1 bila diukur dari q1 , r2
bila diukur dari q 2 , r3 bila diukur dari q3, dan seterusnya. Masing-masing muatan itu tentunya
akan menghasilkan kuat medan di titik P. Kuat medan yang dihasilkan di titik P oleh muatan
nomor i, diberikan oleh
q
Ei = k 3i ri.
ri
Di titik P, kuat medan listrik total merupakan jumlahan vektor dari medan listrik yang
ditimbulkan oleh masing-masing muatan tersebut. Jadi,
EP = E1 + E2 + E3 + …+ En.
( 1. 7)
Tentu saja, sebagai vektor jumlahan di atas
mematuhi tata cara penjumlahan vektor. Dan
untuk menentukan kuat medan listriknya adalah
dengan mencari besarnya vektor medan listrik
tersebut.
2.3 Hukum Gauss: Distribusi muatan
sembarang.
Yang kita tinjau sejauh ini dalam berbagai
contoh adalah muatan-muatan titik atau muatan titik
yang tersebar pada berbagai tempat secara diskret.
Jika muatan-muatan yang kita tinjau tersebar pada
benda besar (benda yang tidak dapat dianggap sebagai
titik), apakah perumusan kuat medan listriknya sama
saja?. Tentu saja tidak. Ada sedikit perubahan
Gambar 1.3
berkaitan dengan sifat benda bermuatan itut. Jika saja Garis-garis gaya antara muatan sejenis
muatan ditambahkan pada benda-benda besar seperti tidak dapat saling bertemu. Sedangkan
itu, maka muatan-muatan tersebut akan disebarkan antar muatan yang berbeda dapat saling
bertemu,
bahkan
menyambung.
dengan aturan tertentu dalam benda dan tidak lagi dapat
dikatakan
sebagai
sebaran diskret
beberapa muatan titik. Sebaran muatan dalam benda besar ini disebut sebaran atau distribusi
kontinyu. Dalam hal ini ada besaran yag cukup penting yang menggambarkan sebaran muatan
itu. Besaran ini disebut rapat muatan. Bila sebaran muatan dalam suatu benda tidak tergantung
posisi dalam benda itu, maka sebaran semacam ini disebut sebaran seragam atau sebaran
homogen. Dalam sebaran seragam rapat muatan merupakan suatu tetapan. Pada prinsipnya,
muatan-muatan yang ditambahkan dalam benda tersebut akan diatur menurut fungsi tertentu
dalam benda dan dengan kerapatan yang berbeda-beda di setiap tempat. Untuk lebih
mudahnya, kita akan membatasi diri pada distribusi yang seragam saja.
Jika muatan yang diberikan pada benda senilai Q dan muatan itu tersebar merata pada benda,
maka dapat kita difinisikan rapat muatan seragam (homogen) pada benda itu sebagai berikut.
a. Jika benda itu mempunyai volume V , maka kita definisikan rapat muatan volume 
sebagai
Q
( 1. 8)
 .
V
b. Jika benda merupakan luasan dengan luas A , kita difinisikan rapat muatan luasan
 sebagai
Q
( 1. 9)
A
c. Jika benda merupakan benda memanjang dengan panjang L , kita definisikan rapat
muatan linier  , sebagai
Q
( 1. 10)
 .
L
 
Apa makna rapat muatan-rapat muatan di atas?. Mari kita lihat. Pada rapat muatan
luasan yang seragam, misalnya, persamaan  = Q/A menunjukkan bahwa muatan Q yang
diberikan pada suatu luasan A dibagikan secara merata pada seluruh luasan tersebut.
Penggunaan ketiga rapat muatan di atas disesuaikan dengan kasus yang dihadapi.
Untuk menentukan medan listrik yang diakibatkan distribusi kontinyu, kita
memerlukan tehnik integrasi yang cukup rumit. Ada baiknya anda menengok teknik ini dalam
A
A
Gambar 1.4
Gambar 1.5
buku-buku pustaka yang disebutkan di akhir bab ini. Tetapi, walaupun terbatas, perhitungan
medan listrik di sekitar sebaran kontinyu cukup terbantu oleh adanya hukum Gauss yang
akan kita jelaskan di bawah ini.
Perhatikanlah garis-garis gaya yang muncul dari muatan titik pada gambar 1. 13 di
samping. Anda dapat melihat, makin jauh dari muatan titik, makin renggang pula garis-garis
gayanya yang berarti makin lemah pula medan listrik yang dirasakan. Jika kemudian kita
berikan selembar bidang dengan luas A untuk ditembus oleh garis-garis gaya tersebut, tentu
saja makin dekat bidang itu ke muatan makin banyak garis gaya yang dapat menembus bidang
tersebut. Orientasi bidang itu sendiri juga berpengaruh terhadap banyaknya garis-gaya yang
menembusnya. Makin tegak bidang tersebut, makin banyak garis gaya yang akan
menembusnya. Tepatnya, jika banyaknya garis gaya yang menembus bidang A tersebut
dilambangkan dengan  dan menyebutnya dengan fluks listrik, maka dapat diperoleh
hubungan
  E A cos  E•A,
( 1.11)
dengan  menyatakan sudut yang dibentuk oleh medan listrik E dan vektor luasan A, yakni
vektor yang besarnya A dan tegak lurus terhadap luasan. Seandainya kita membuat suatu
permukaan tertutup yang melingkupi seluruh muatan, maka seluruh garis gaya yang keluar
dari muatan itu tidak ada yang tidak menembus permukaan tertutup itu, bukan? Karena
banyaknya garis gaya sebanding dengan besarnya muatan yang mengeluarkannya, maka
fluks listrik melalui permukaan tertutup yang melingkupi benda bermuatan sebanding
dengan banyaknya muatan listrik yang dilingkupinya. Pernyataan ini merupakan akibat
hukum Coulomb yang dapat ditunjukkan melalui hitung vektor. Dalam elektrosatika,
pernyataan di atas umumnya disebut sebagai hukum Gauss yang ditemukan oleh seoarng
matematikawan Jerman bernama Karl Friedrich Gauss (1777-1855). Dan permukaan tertutup
itu disebut permukaan Gauss. Secara matematik hukum Gauss dapat diungkapkan sebagai
  E A cos  
qA
0
,
( 1.12)
dengan q A menyatakan muatan yang dilingkupi secara sempurna oleh permukaan A. Sekali
lagi, sudut  yang menyatakan sudut antara vektor medan listrik E dan permukaan A. Untuk
kemudahan perhitungan, permukaan atau luasan tertutup selalu dipilih sedemikian rupa
sehingga cos  = 1. Konsekuensi dari penyederhanaan ini adalah, agar permukaan A yang
melingkupi muatan dibuat mengikuti simetri muatan tersebut. Meskipun analisa yang kita buat
menggunakan contoh muatan titik, tetapi dapat dibuktikan bahwa persamaan (1.12) di atas
dapat berlaku baik untuk sembarang distribusi muatan; baik distribusi muatan titik ataupun
distribusi muatan kontinyu. Agar perhitungannya menjadi mudah, sangat dianjurkan untuk
membuat permukaan uji seluas A diatas agar mengikuti bentuk simetri benda.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh berikut.
E
E
E
Permukaan
Gauss
A
E
Gambar 1.6
E
L
Ditinjau seutas kawat yang sangat panjang. Kawat tersebut dimuati sehingga memiliki
muatan yang tersebar merata sepanjang kawat dengan rapat muatan linier . Tentukan kuat
medan listrik di suatu titik yang berjarak a dari kawat tersebut!
Jawab: Kita akan menggunakan hukum Gauss. Tetapi bagaimana cara memilih permukaan
Gauss? Anda dapat membuktikan sendiri (sebagai latihan) bahwa komponen-komponen vektor
medan listrik yang sejajar kawat saling menghapus. Yang tersisa adalah komponen-komponen
vektor medan yang tegak lurus pada panjang kawat (radial). Jadi, arah medan listrik adalah
radial. Oleh karena kawat kita memiliki simetri silinder dan kuat medan listrik tidak
tergantung pada posisi memanjang kawat itu, maka cukup berasalan bila kita simpulkan bahwa
medan listrik yang ditimbulkan oleh kawat bermuatan semacam itu juga memiliki simetri
silinder, artinya medan listrik di suatu titik semata-mata hanya tergantung pada jarak titik yang
diamati itu dari kawat. Jadi, titik-titik yang berada pada permukaan suatu silinder yang
berpusatkan kawat kita itu akan memiliki kuat medan listrik yang sama besarnya. Jadi, sebagai
permukaan Gauss kita pilih sebuah permukaan tertutup yang berbentuk silinder berjari-jari a
dan menutupi sebagian kawat sepanjang L (gambar 1.6). Selanjutnya kita perlu menghitung
fluks listrik. Permukaan Gauss yang kita pilih tersusun atas tiga bagian : dua bagian tutup dan
satu bagian selubung. Dua tutup yang dimaksud adalah tutup depan dan tutup belakang.
Bagian ini tidak mempunyai saham apapun pada fluks total karena pada bagian ini arah medan
tegak lurus pada arah vektor luasan. Artinya, produk skalarnya nol. Pada bagian selubung,
vektor luasan selalu berarah radial keluar meninggalkan pusat silinder (kawat). Pada
permukaan selubung silinder ini, arah vektor kuat medan sejajar pada vektor luasan : searah
bila muatan kawat positif dan berlawanan arah bila muatan kawat negatif.. Tetapi, kita bisa
menuliskan kuat medan itu sebagai E, nilainya akan menentukan arahnya kemudian. Karena
kuat medan listrik bersifat konstan pada permukaan selubung silinder maka, sumbangan fluks
bagian ini adalah
E × luas selubung = E2aL.
Nilai fluks ini adalah fluks total medan listrik yang menmbus permukaan Gauss yang telah
kita pilih. Oleh karena itu, berdasarkan hukum Gauss
E2aL = muatan yang diselubungi oleh permukaan Gauss = L/0
Dari persamaan terakhir ini didapat
E=
2k

=
.
a
20 a
( 1.13)
Contoh berikutnya, ditinjau sebuah bola konduktor berjari-jari a diberi muatan listrik sebesar
Q sehingga menyebar di permukaannya secara merata. Tentukan besarnya medan listrik baik
r
Permukaan Gauss
a
a
(a)
(b)
Gambar 1.7
di dalam maupun di luar bola
Jawab: Seperti yang telah dijelaskan di awal bab, muatan-muatan yang diberikan pada
konduktor akan ditempatkan dikulit konduktor tersebut. Oleh karena itu, meskipun
mempunyai volume, konduktor hanya mempunyai distribusi muatan luas. Dalam kasus ini,
jika besarnya muatan yang diberikan adalah Q , maka rapat muatan permukaan dihitung
menurut
Q
Q
.


luas permukaan bola 4 a 2
Bola adalah bentuk geometris yang paling simetris. Pencerminan terhadap sembarang bidang
yang melalui pusatnya menghasilkan bola itu kembali. Pemutaran sejauh sudut berapapun dan
memutari sumbu manapun yang melalui titik pusatnya selalu membawa kembali ke bola itu.
Oleh karena itu, bila sebuah bola konduktor memiliki muatan yang tersebar merata pada
permukaanya, maka kuat medan listrik pada titik yang jaraknya r dari pusat bola tidak
tergantung pada arah, melainkan semata-mata haya tergantung pada jarak dari pusat bola
konduktor itu. Jadi, kuat medan listrik pada titik-titik yang jaraknya sama dari pusat bola
konduktor, yakni titik-titik yang terletak pada permukaan suatu bola bernilai sama. Arah
medan listrik tentu saja selalu radial. Oleh karena itu, cukup bijak seandainya kita memilih
permukaan suatu bola yang berpusat pada pusat bola konduktor itu sebagai permukaan Gauss.
a. Kuat medan listrik di dalam bola (r < a)
Untuk keperluan ini, dibuat permukaan Gauss berupa permukaan bola yang
berpusat di pusat bola konduktor. Karena yang akan kita hitung adalah kuat medan di
dalam bola konduktor, maka jari-jari permukaan Gauss itu harus kurang dari jari-jari bola
konduktor (lihat Gambar 1. 17(a)). Fluks listriks dihitung sebagai perkalian antara besar
kuat medan listrik E dengan luas permukaan Gauss. Nilai fluks ini harus sama dengan
besar muatan yang diselubungi oleh permukaan Gauss dibagi 0. Tetapi, dari gambar
tampak bahwa permukaan semacam itu tidak pernah menyelubungi muatan sebab semua
muatan yang diberikan kepada bola konduktor berada di permukaannya. Jadi, fluks sama
dengan nol. Tetapi karena luas permukaan Gauss tidak pernah sama dengan nol, maka
yang harus nol adalah kuat medan listrikny. Kesimpulannya kuat medan listriks dalam
bola konduktor bermuatan sama dengan nol.
b. Kuat medan listrik di luar bola. (r > a)
Dengan cara yang sama, kita buat permukaan Gauss berupa kulit bola berjejari r >
a. Tentu saja muatan yang dilingkupi oleh permukaan ini akan sama dengan muatan yang
berada dalam bola, yaitu Q. Bila E kuat medan listrik pada permukaan Gauss itu, maka
fluks listrik merupakan perkalian
E × luas permukaan Gauss = E4r2.
mengingat kuat medan listrik konstan pada permukaan bola Gauss itu dan arahnya tegak
lurus permukaan Gauss. Jadi, dari hukum Gauss dadapatkan
E4r2 = Q/0.
atau
E=
Q
40 r 2
.
( 1. 14)
Dapat anda lihat, persamaan terakhir serupa dengan kuat medan listrik dari sebuah titik. Ini
menunjukkan, bahwa perilaku medan listrik antara muatan titik dan bola konduktor
hampir tidak ada bedanya.
Sifat bahwa kuat medan listrik di dalam bola konduktor bermuatan sama dengan nol bukan
hanya milik bola konduktor saja. Semua konduktor berperilaku begitu. Jadi. Bila anda berada
di dalam rongga sebuah konduktor raksasa yang diberi muatan sebanyak mungkin, maka anda
tidak akan merasakan apa-apa. Gejala ini disebut gejala sangkar Faraday.
Pelat sangat luas yang bermuatan merata. Tentukan kuat medan listrik di titik-titik pada
jarak sejauh h dari selembar plat yang sangat luas bila bahan itu diberi muatan listrik sehingga
tersebar merata dengan rapat muatan  yang seragam!
Jawab: Dengan alasan simetri, vektor kuat medan listrik yang dihasilkan oleh sebaran muatan
seperti itu tentu saja selalu tegak lurus pada permukaan plat dan hanya tergantung pada jarak
dari permukaan plat. Oleh karena itu, untuk mencari medan listrik pada jarak h dari plat
tersebut, baik di bawah maupun di atasnya, kita membuat permukaan Gauss yang berbentuk
silinder setinggi 2h seperti pada gambar 1.8. Setengah bagian permukaan hayal tersebut
berada di atas plat dan sebagian yang lain di bawah plat. Karena kuat medan listrik selalu
tegak lurus pada permukaan plat, maka bagian permukaan Gauss yang tertembus oleh medan
listrik hanyalah pada permukaan (tutup) atas dan bawah saja. Selubung tabung tidak tertembus
oleh medan listrik. Oleh karena itu, fluks listrik yang menembus permukaan hayal tersebut
adalah fluks listrik yang melalui permukaan bawah dan yang melalui permukaan atas. Jika
tutup bagian atas dan bawah tabung itu mempunyai luas A, didapatkan fluks listrik pada
permukaan
bawah
adalah
E
 Bawah  E A dan pada sisi
atasnya  Atas  E A dan tentu
saja fluks totalnya adalah
h
   Atas   Bawah  2 E A .
B
Berdasar hukum Gauss, fluks
listrik total ini harus sama
Gambar 1.8
dengan muatan yang diselubungi
oleh permukaan Gauss. Muatan
yang dimaksud sama dengan muatan yang berada pada wilayah plat yang dipotong oleh
permukaan Gauss (wilayah B). Besar muatan ini adalah qA = A. Oleh karena itu,
q
q
  A  2E A  A
0
0
E 
qA
20 A
.
Akibatnya,
E 
qA
20 A

 A


20 A
20
Jadi kuat medan listrik yang dirasakan pada jarak h dari plat bermuatan tesebut adalah
( 1. 15)
E

,
2 0
( 1. 16)
dengan arah tergantung pada jenis muatan yang diberikan kepada plat itu. Jika muatan itu
positif, maka kuat medan berarah keluar meninggalkan bidang plat (lembaran) di kedua
sisinya. Bila muatan yang diberikan negatif, maka kuat medan listrik berarah menuju bidang
lembaran pada kedua sisinya. Tampak bahwa besar kuat medan listrik tidak tergantung
jaraknya dari permukaan lembaran.
Selanjutnya, tentukan kuat medan listrik di tengah dua lembar plat dengan luas tak terhingga
yang didekatkan sejarak d satu dari yang lainnya. Muatan total kedua bahan tersebut sama
besar tetapi berbeda tanda dengan rapat muatan luasan keduanya masing-masing  dan −.
Jawab: Kita telah menentukan kuat medan listrik dari
plat tak terhingga berapat muatan  , yaitu
E

.
2 0
Karena kedua lembaran mempunyai muatan yang
berbeda tanda, maka medan listrik yang diakibatkan
oleh plat positif dan yang diakibatkan oleh plat negatif
saling menguatkan di daerah yang terletak di antara
kedua plat itu. Sehingga didapatkan
+
Etotal  Ebahan kiri  Ebahan kanan
−



20
20


0

Gambar 1.9
d
Jadi, di daerah antara kedua plat akan ditemukan medan listrik sebesar
Etotal 

,
0
( 1. 17)
dengan arah menuju ke plat negatif. Dapat anda lihat, tidak ada suku jarak pada kuat medan
listrik tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kuat medan listrik di antara kedua
lembaran itu sama di manapun berada.
Daftar Pustaka
1. Blatt, F.D., 1983, Principles of Physics, second edition, Allyn and Bacon Inc., Boston.
2. Duncan, T., 1987, Advanced Physics. Fields, Waves and Atoms, edisi ketiga, John
Murray, Hongkong.
3. Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J., 1997, Fundamental of Physics, fifth edition, John
Wiley & Sons, Inc., New York.
4. Hewitt, P.G., 2002, Conceptual Physics, ninth edition, Addison Wesley, New York.
5. Serway, R. A. dan Beichner, R.J., 2000, Phyisics for Scientists and Engineers with
Modern Physics, Saunders College Publishing, New York.
6. Vanderlinde, J., 1993, Classical Electromagnetic Theory, John Wiley & Sons, Canada.
7. Wangness, R. K.,1986, Electromagnetics Fields, edisi kedua, John Wiley & Sons, New
York.
Download