KEMENTERIAN PERTANIAN KOMISI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA ( INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO ) PEDOMAN KERANGKA PENYUSUNAN LAPORAN PENILAIAN (TEMPLATE LAPORAN AUDIT) PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERKEBUNAN SESUAI LAMPIRAN II, III, IV, V DAN VI PERMENTAN II TAHUN 2015. Disahkan oleh : Gamal Nasir Dirjen Perkebunan selaku Ketua Komisi ISPO Tanggal : 2015 @ Copyright Komisi ISPO, Kementan. KANPUS KEMENTERIAN PERTANIAN JALAN HARSONO RM NO.3 GEDUNG C lt 5 Ruang 5.09 Ragunan, JAKARTA 12550, TELEPON (021)7827460, FAKSIMILI (021)7818367 WEBSITE : www.ISPO-org.or.id Dokumen ini beserta informasi yang dikendalikan di dalamnya adalah hak milik Komisi ISPO Kementerian Pertanian. Dokumen ini tidak boleh disalin atau dicetak baik sebagian maupun keseluruhannya, atau diberikan kepada pihak lain tanpa adanya persetujuan tertulis dari Ketua Komisi ISPO Kementan. 0 PEDOMAN KERANGKA PENYUSUNAN LAPORAN PENILAIAN (TEMPLATE LAPORAN AUDIT). PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERKEBUNAN SESUAI LAMPIRAN II, III, IV, V DAN VI PERMENTAN II TAHUN 2015. 1. Pendahuluan Dengan diterbitkannya Permentan nomor 11 tahun 2015 tentang Sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia, maka kerangka penyusunan laporan penilaian (audit) yang sudah ada perlu disesuaikan. Laporan penilaian berisikan sampai sejauh mana perusahaan perkebunan/usaha kebun telah menerapkan prinsip dan kriteria ISPO sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran permentan nomor 11 tahun 2015. 2. Tujuan Untuk mendapatkan keseragaman dalam melaporkan hasil audit dan memastikan bahwa Lembaga Sertifikasi ISPO menggunakan kerangka laporan audit sesuai prinsip dan kriteria sebagaimana tercantum dalam lampiran permentan 11 tahun 2015. 3. Ruang Lingkup Pedoman ini mencakup kerangka penyusunan laporan penilaian untuk : A. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN ENERGI TERBARUKAN SESUAI LAMPIRAN II PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015. B. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN SESUAI LAMPIRAN III PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015. C. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN SESUAI LAMPIRAN IV PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015. D. PRINSIP DAN KRITERIA UNTUK ISPO USAHA KEBUN PLASMA SESUAI LAMPIRAN V PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015. E. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA SESUAI PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015 meliputi : Informasi umum, Penilaian sertifikasi ISPO, dan Hasil penilaian ISPO. 4. Pengertian 1. Perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran terkait Tanaman Perkebunan. 1 2. Izin Usaha Perkebunan yang selanjutnya disebut IUP adalah izin tertulis dari Pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan Perkebunan yang melakukan usaha budidaya Perkebunan dan terintegrasi dengan usaha industri pengolahan hasil Perkebunan. 3. Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya yang selanjutnya disebut IUP-B adalah izin tertulis dari Pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan Perkebunan yang melakukan usaha budidaya Perkebunan. 4. Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan yang selanjutnya disebut IUP-P adalah izin tertulis dari Pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan Perkebunan yang melakukan usaha industri pengolahan hasil Perkebunan. 5. Auditor adalah seseorang yang memiliki kompetensi khusus dengan kualifikasi sesuai dengan persyaratan ISPO dan mengacu kepada ISO 19011:2011 (Guidelines for Auditing management systems) atau SNI ISO 19011-2012 Panduan audit sistem manajemen dengan penyesuaian khusus untuk sertifikasi ISPO. 6. Lembaga Sertifikasi ISPO yang selanjutnya disebut Lembaga Sertifikasi adalah lembaga independen yang telah mendapatkan pengakuan dari Komisi ISPO dengan persyaratan mendapatkan akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk sistem manajemen mutu dan sistem manajemen lingkungan. 7. Reviewer adalah Pejabat dari Lembaga Sertifikasi ISPO (yang telah mengikuti pelatihan auditor ISPO) yang ditunjuk dan ditugaskan oleh manajemen untuk memeriksa isi laporan penilaian ISPO dan bertanggung jawab atas kebenarannya. 8. Stakeholders adalah Pihak-pihak yang terkait dengan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan meliputi pemerintah, perusahaan dan karyawannya serta masyarakat. 5. Prinsip dan kriteria Prinsip dan kriteria ISPO untuk perusahaan perkebunan yang melakukan usaha budidaya perkebunan terintegrasi dengan usaha pengolahan dan energy terbarukan sesuai Permentan no 11 tahun 2015. 2 A.KERANGKA PENYUSUNAN LAPORAN PENILAIAN PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN ENERGI TERBARUKAN SESUAI LAMPIRAN II PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015. I. INFORMASI UMUM 1. RUANG LINGKUP SERTIFIKASI 1.1 Pedoman Standar Penilaian Informasi Perusahaan 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 1.2.7 1.2.8 1.2.9 1.2.10 Nama Perusahaan Personal Kontak Alamat Perusahaan Telepon Fax E-mail Website Status Perusahaan Akta Perusahaan Wakil manajemen perusahaan yang melengkapi permohonan sertifikasi ISPO DokumenPrasyarat yang dimiliki Perusahaan a. Kelas Kebun I, II, dan III b. Ijin Usaha Perkebunan c. HGU 1.3 Tipe Penilaian (Full Assessment) 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 Unit Sertifikasi (1 profit entity) Tipe Sertifikat Nama perusahaan yang tercantum dalam sertifikat, sesuai HGU Jumlah unit pengelolaan 1.4 Lokasi Kebun Nama Kebun Lokasi GPS Latitude Longitude 1 2 1.5 Lokasi Pabrik Nama Pabrik Lokasi GPS Latitude Longitude 3 1 2 1.6 Peta Lokasi dan Operasional Kebun 1.7 1.7.1 1.7.2 1.7.3 Hak Atas Tanah Perorangan (HakMilik) Negara (HGU/HGB/HP) Masyarakat (Tanah Adat/Ulayat) 1.8 Uraian Penggunaan Lahan 1.8.1 1.8.2 1.8.3 1.8.4 1.8.5 1.8.6 1.8.7 1.8.8 Total area Area Tertanam Pabrik/Bangunan/Jalan/ Area yang tidak dapat ditanam Sempadan Sungai Sempadan Danau Lereng Makam/tempat yang dikeramatkan dll. Area yang dicadangkan (sejak tahun …….) Area okupasi Bibitan Area Konservasi 1.9 Uraian Sumber Bahan Baku 1.9.1 Kebun Inti NamaKebun TotalArea (Ha) Area Tertanam (Ha) Tercantum pada gambar 1 dan gambar 2 Produksi TBS (ton/tahun) Yield (ton/ha/thn) Pasokan ke PKS TBS (ton/tahun) % TOTAL Sumber data : Realisasi produksi tahun 2014 1.9.2 Skema Petani dan Sumber lainnya Sumber Anggota Lokasi Total Area (Ha) Produksi TBS (ton/tahun) Pasokan ke PKS TBS % (ton/tahun) 4 Plasma Sumber lainnya : TOTAL 1.10 - Uraian Pabrik Nama Pabrik Kapasitas Olah (ton/jam) TBS Olah (ton/tahun ) CPO Out put (ton) Ekstr aksi (%) Palm Kernel Ekstraks Out put i (ton) (%) PKO Out Ekstr put aksi (ton) (%) Sumber data : Data Produksi PKS ………….. Jan – Des 2014 1.11 Tahun Tanam dan Siklus Tanam 1.11.1 Sebaran Umur Tanaman TahunTanam UmurTan aman Luas(Ha) (Nama Estate) Total TOTAL Sumber : Areal Statement 1.11.2 SiklusTanam 1.12 Perkiraan Tonase Produk Bersertifikat 1.12.1 1.12.2 1.12.3 1.12.4 1.12.5 Aktual KlaimTahunanTonase Produk Bersertifikat TBS Produksi CPO Produksi Palm Kernel (PK)Produksi Palm Kernel Oil (PKO) Produksi 1.13 Perkiraan Klaim Produksi TBS Bersertifikat Nama Kebun Tahun TotalArea (Ha) Area Tertanam (Ha) Ton/tahun *) Ton/tahun *) Ton/tahun *) Ton/tahun *) Ton/tahun *) TBS (ton/tahun) Yield (ton/ha/thn) 5 TOTAL Sumber :Data Aktual Produksi Total Area adalah HGU yang dimiliki 1.14 Perkiraan Produksi Minyak Kelapa Sawit Bersertifikat NamaPabri k Kapasitas Olah (ton/jam) TBS Olah (ton/tahun ) CPO Out put (ton) Ekstr aksi (%) Kernel Ekstraks Out put i (ton) (%) PKO Out Ekstr put aksi (ton) (%) Sumber : Data Budget PKS 2014 1.15 1.15.1 1.15.2 1.15.3 PenerapanSertifikasi Lain 1.16 1.16.1 Ringkasan Internal Audit ISPO ISO 9001:2008/ISO 14001: 2004 OHSAS 18001:2007 / SMK3 HACCP 1.16.2 Daftar Auditor Internal ISPO - Jumlah - Tanggal pelatihan internal auditor ISPO Pengalaman Audit 1.16.3 Kegiatan Internal Audit ISPO 2. Lembaga Sertifikasi 2.1 Lembaga Sertifikasi Nama dan alamat lengkap serta contact person. 2.2 Lead Auditor dan Auditor 2.2.1 Audit tahap 1 Audit tahap 2 Tim Auditor 1. (nama auditor dan riwayat pekerjaan) Dst 1. (nama auditor dan riwayat pekerjaan) Dst Daftar riwayat hidup (CV) dari masing-masing tim auditor 6 II. PENILAIAN SERTIFIKASI ISPO 1. Metodologi Penilaian, Proses Penilaian dan Lokasi Penilaian Lapangan Agenda Kegiatan Tabel. Agenda Kegiatan Audit ISPO Stage2 2. Tanggal Penilaian ST-1 ST-2 3. ST-1 ST-2 4. Perkiraan Hari Orang Kerja Untuk Pelaksanaan Penilaian Jumlah auditor yang turut serta: orang Jumlah hari untuk kegiatan assessment di lokasi: hari Jumlah hari orang kerja untuk kegiatan assessment di lokasi: Jumlah auditor yang turut serta: orang Jumlah hari untuk kegiatan assessment di lokasi: hari Jumlah hari orang kerja untuk kegiatan assessment di lokasi: (keterangan mengenai proses pelaksanaan audit tahap 1) ST-2 (keterangan mengenai proses pelaksanaan audit tahap 2) ST-1 ST-2 hari Perincian Pelaksanaan Penilaian ST-1 5. hari Lokasi Penilaian Lapangan Lokasi penilaian lapangan ditentukan pada saat pelaksanaan Stage-1. Lokasi penilaian lapangan Stage-2 selengkapnya tertuang dalam Laporan Hasil Penilaian ini. 6. Konsultasi Publik dan Daftar Pemangku Kepentingan yang Dihubungi 6.1 Ringkasan Proses Konsultasi Publik. ST-1 ST-2 Proses Konsultasi Publik Stakeholder akan dilakukan pada saat pelaksanaan Stage-2. Ringkasan Proses Konsultasi Publik Stakeholder tertuang dalam Notulensi Rapat di bagian Lampiran. 6.2 ST-1 ST-2 Daftar Stakeholders yang Dihubungi Daftar Stakeholder akan ditentukan pada saat pelaksanaan Stage-2. Daftar Stakeholders yang Dihubungi selengkapnya tercantum pada bagian Lampiran. 7. Penentuan Waktu Kunjungan Berikutnya ST-1 Kunjungan berikutnya ST-2 Kunjungan berikutnya 7 III.HASIL PENILAIAN 3.1.HASIL PENILAIAN SERTIFIKASI ISPO No Prinsip dan Kriteria 1. LEGALITAS USAHA PERKEBUNAN 1.1. Izin Lokasi Perusahaan Perkebunan harus memperoleh Izin Lokasi dari pejabat yang berwenang. 1.1.1 Tersedia izin lokasi dari pejabat berwenang sesuai peraturan perundang undangan Hasil Audit 1.1.2 Tanah yang dapat ditunjuk dalam Izin lokasi merupakan tanah yang peruntukannya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Hasil Audit 1.1.3 1.1.4 Acuan audit 1.2 1.2.1 Pemegang Izin Lokasi wajib membebaskan tanah dalam areal Izin Lokasi dari hak dan kepentingan pihak lain sesuai peraturan perundang-undangan. Hasil Audit Pemegang izin lokasi wajib memenuhi persyaratan lainya yang berlaku. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.1. Perusahaan Perkebunan harus memiliki izin usaha perkebunan Izin Usaha Perkebunan (IUP); Hasil Audit 1.2.2 Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan (SPUP); Hasil Audit 1.2.3 Izin Tetap Usaha Budidaya Perkebunan (ITUBP); Hasil Audit 1.2.4 Izin Usaha Tetap Usaha Industri Perkebunan (ITUIP); Hasil Audit 1.2.5 Izin/Persetujuan Prinsip Menteri Pertanian;atau Hasil Audit 1.2.6 Acuan audit 1.3. 1.3.1 izin usaha perkebunan yang diterbitkan oleh Kepala BKPM atas nama Menteri Pertanian Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.2. Perolehan lahan usaha perkebunan Areal Penggunaan Lain (APL). Hasil Audit 1.3.2 Hutan Produksi yang dapat Konversi (HPK). Hasil Audit Catatan 1.3.2. : izin pada kawasan hutan. 8 No 1.3.3 Prinsip dan Kriteria Tanah Adat/Tanah Ulayat dari Masyarakat Hukum Adat. Hasil Audit 1.3.4 Acuan audit 1.4 1.4.1 Acuan audit 1.5. 1.5.1 Tanah lain sesuai peraturan di bidang pertanahan. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.3. Hak Atas Tanah Perusahaan Perkebunan wajib memiliki hak atas tanah berupa Hak Guna Usaha (HGU). Tersedia HGU dengan luasan sesuai peraturan perundang-undangan di bidang perizinan usaha perkebunan. Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.4. Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar. Perusahaan Perkebunan yang mengajukan IUP-B atau IUP dengan luas 250 ha atau lebih, berkewajiban memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar dengan luasan paling kurang 20% dari luas areal IUP-B atau IUP. Tersedia dokumen kerjasama Perusahaan Perkebunan dengan masyarakat sekitar kebun tentang fasilitasi pembangunan kebun masyarakat. Hasil Audit 1.5.2 Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat diselesaikan paling lama 3 (tiga tahun) sejak dimulainya pembangunan kebun perusahaan Hasil Audit 1.5.3 Acuan audit 1.6. 1.6.1 Tersedia laporan perkembangan realisasi fasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.5. Lokasi Perkebunan Perusahaan Perkebunan harus memastikan bahwa penggunaan lahan perkebunan telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW-P) atau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW-K). Rencana Tata Ruang Wilayah sesuai peraturan perundang-undangan Hasil Audit 1.6.2 Tersedia dokumen perolehan hak atas tanah. Hasil Audit 1.6.3 Acuan audit 1.7. Tersedia Peta lokasi kebun Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.6. Tanah Terlantar. Perusahaan Perkebunan harus memanfaatkan hak atas tanah Catatan 1.6.1. Untuk Propinsi Kalimantan Tengah harap dicatat areal KKP dan KKA, apakah ada dalam areal kebun ?, apakah izin pelepasan kawasan hutan telah dimasukkan. 9 No 1.7.1 Acuan audit 1.8 1.8.1 Prinsip dan Kriteria sesuai dengan peruntukannya. Tanah terlantar merupakan tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.7. Sengketa Lahan Perusahaan Perkebunan wajib menyelesaikan sengketa lahan yang ada di dalam areanya dengan melibatkan instansi yang terkait. Perusahaan Perkebunan wajib melaporkan sengketa lahan yang ada untuk diselesaikan, termasuk pembuatan peta dari lahan yang disengketakan tersebut. Hasil Audit 1.8.2 Perusahaan Perkebunan harus dapat membuktikan bahwa sengketa lahan yang ada di arealnya telah disepakati penyelesaiannya Hasil Audit 1.8.3 Acuan audit 1.9 1.9.1 Acuan audit 2. 2.1 2.1.1 Dokumen penyelesaian masalah sengketa dan/atau dokumen masalah sengketa yang sedang diproses. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.8. Bentuk Badan Hukum Perusahaan Perkebunan harus berbentuk badan hukum. Tersedia dokumen badan hukum Perusahaan Perkebunan sesuai peraturan perundang-undangan. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.9. MANAJEMEN PERKEBUNAN Perencanaan Perkebunan. Perusahaan Perkebunan harus memiliki perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang untuk memproduksi minyak sawit berkelanjutan. Tersedia dokumen tentang Visi dan Misi Perusahaan Perkebunan telah memiliki untuk memproduksi minyak sawit berkelanjutan. Hasil Audit 2.1.2 Tersedia struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas bagi setiap unit dan pelaksana. Hasil Audit 2.1.3 Tersedia perencanaan jangka panjang yang dijabarkan dalam perencanaan 5 (lima) tahunan. Evaluasi dilakukan setiap tahun untuk menjamin berlangsungnya usaha perkebunan. Perencanaan tersebut Catatan 2.1.2. : berbentuk chart. 10 No Prinsip dan Kriteria meliputi antara lain replanting, proyeksi produksi, proyeksi rendemen, perkiraan harga dan indikator keuangan. Hasil Audit 2.1.4 Tersedia Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Hasil Audit 2.1.5 Acuan audit 2.2 2.2.1 2.2.1.1 2.2.1.1.1 2.2.1.1.2 2.2.1.1.3 Acuan audit 2.2.1.2 Dalam hal melakukan kemitraan harus dilengkapi dengan perjanjian secara tertulis yang diketahui oleh Pemerintah Daerah untuk menghasilkan minyak sawit berkelanjutan. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.1. Penerapan Teknis Budidaya dan Pengolahan Hasil Penerapan pedoman teknis budidaya Pembukaan lahan Pembukaan lahan yang memenuhi kaidah-kaidah konservasi tanah dan air Tersedia standard operating procedure (SOP) pembukaan lahan termasuk penataan lahan Hasil audit Tersedia peta penataan lahan Hasil Audit Tersedia rekaman pembukaan lahan. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.1. Perbenihan Perusahaan Perkebunan dalam melakukan penanaman harus menggunakan benih unggul. 2.2.1.2.1. Tersedia SOP perbenihan Hasil Audit 2.2.1.2.2. Tersedia sertifikat benih yang diterbitkan oleh UPTD atau UPT Pusat Perbenihan Perkebunan atau pihak yang berwenang. Hasil Audit 2.2.1.2.3. Tersedia dokumen pelaksanaan penyediaan benih. Hasil Audit 2.2.1.2.4. Tersedia dokumen penanganan benih yang tidak memenuhi persyaratan. Hasil Audit Acuan Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.2. audit 2.2.1.3 Penanaman pada lahan mineral. Perusahaan Perkebunan harus melakukan penanaman sesuai baku teknis. 2.2.1.3.1. Tersedia SOP penanaman yang mengacu kepada Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Kelapa Sawit di Lahan Mineral. Hasil Audit 2.2.1.3.2. Tersedia dokumen pelaksanaan penanaman. Hasil Audit 11 No Prinsip dan Kriteria Acuan audit 2.2.1.4 Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.3. 2.2.1.4.1. Tersedia SOP atau instruksi kerja untuk penanaman pada lahan gambut dan mengacu peraturan perundang-undangan. Penanaman pada Lahan Gambut. Perusahaan Perkebunan yang melakukan penanaman pada lahan gambut harus dilakukan dengan memperhatikan karakteristik lahan gambut sehingga tidak menimbulkan kerusakan fungsi lingkungan. Hasil Audit 2.2.1.4.2. Penanaman dilakukan pada lahan gambut berbentuk hamparan dengan kedalaman < 3 m dan proporsi mencakup 70% dari luas areal gambut yang diusahakan, lapisan tanah mineral dibawah gambut bukan pasir kuarsa atau tanah sulfat masam dan pada lahan gambut dengan tingkat kematangan matang (saprik). Hasil Audit 2.2.1.4.3. Pengaturan tinggi air tanah (water level) antara 60-80 cm untuk menghambat emisi karbon dari lahan gambut. Hasil Audit 2.2.1.4.4. Dokumen pelaksanaan penanaman tanaman terdokumentasi. Hasil Audit Acuan Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.4. 2.2.1.5 Pemeliharaan Tanaman 2.2.1.5.1. Tersedia SOP pemeliharaan tanaman dengan menerapkan Good Agriculture Practices (GAP) kelapa sawit. Hasil Audit 2.2.1.5.2. Memiliki dokumen pelaksanaan pemeliharaan tanaman. Hasil Audit Acuan Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.5. audit 2.2.1.6 Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perusahaan Perkebunan harus menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sesuai Pedoman Teknis 2.2.1.6.1. Tersedia SOP pengamatan dan pengendalian OPT. Hasil Audit 2.2.1.6.2. Tersedia SOP untuk penanganan limbah pestisida. Hasil Audit 2.2.1.6.3. Tersedia dokumen pelaksanaan pengamatan dan pengendalian OPT serta penggunaan jenis pestisida yang terdaftar Acuan audit 2.2.1.7 Hasil Audit Kolom pada Lampiran II butir 2.2.1.6. Pemanenan 12 No Prinsip dan Kriteria Perusahaan Perkebunan melakukan panen tepat waktu dengan cara yang baik dan benar dan mencatat produksi TBS. 2.2.1.7.1. Tersedia SOP pelaksanaan pemanenan. Hasil Audit 2.2.1.7.2. Tersedia dokumen produksi bulanan, triwulan, semester dan tahunan. Hasil Audit 2.2.1.7.3. Tersedia informasi proyeksi produksi sampai dengan tahun mendatang. Acuan audit 2.2.2 Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.7. Penerapan Pedoman Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan. Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS). Perusahaan Perkebunan harus memastikan bahwa TBS yang dipanen harus segera diangkut ke tempat pengolahan untuk menghindari penurunan kualitas. 2.2.2.1.1. Tersedia SOP untuk pengangkutan TBS. 2.2.2.1 Hasil Audit 2.2.2.1.2. Tersedia dokumen pelaksanaan pengangkutan TBS. Hasil Audit Acuan Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.2.1. audit 2.2.2.2 Penerimaan TBS di Unit Pengolahan Kelapa Sawit 2.2.2.2.1 Perusahaan Perkebunan memastikan bahwa TBS yang diterima sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan Tersedia SOP penerimaan dan pemeriksaan/ sortasi TBS yang sesuai ketentuan perundang-undangan. Hasil Audit 2.2.2.2.2 Tersedia dokumen penerimaan TBS yang sesuai dan tidak sesuai dengan persyaratan. Hasil Audit 2.2.2.2.3 Acuan audit 2.2.2.3 2.2.2.3.1 Tersedia dokumen harga TBS Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.2.2. Pengolahan TBS. Perusahaan Perkebunan harus merencanakan dan melaksanakan pengolahan TBS melalui penerapan praktek pengolahan yang baik (GMP). Tersedia SOP/instruksi kerja yang diperlukan baik untuk proses pengolahan maupun proses pemantauan dan pengukuran kualitas CPO. Hasil Audit 2.2.2.3.2 Tersedia dokumen hasil uji spesifikasi teknis hasil pengolahan Hasil Audit 13 No 2.2.2.3.3 Prinsip dan Kriteria Tersedia dokumen pelaksanaan pengolahan Hasil Audit 2.2.2.3.4 Acuan audit 2.2.2.4 2.2.2.4.1 Tersedia dokumen penggunaan air untuk unit pengolahan kelapa sawit. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.2.3. Pengelolaan Limbah. Perusahaan Perkebunan memastikan bahwa limbah unit pengolahan kelapa sawit dikelola sesuai peraturan perundang-undangan. Tersedia SOP mengenai pengelolaan limbah (padat, cair dan udara). Hasil Audit 2.2.2.4.2 Tersedia dokumen mengenai pengukuran kualitas limbah cair sesuai parameter baku mutu Hasil Audit 2.2.2.4.3 Tersedia dokumen mengenai pengukuran kualitas udara (emisi dan ambient) Hasil Audit 2.2.2.4.4 Tersedia dokumen pelaporan pemantauan dan pengelolaan limbah kepada instansi yang berwenang terdokumentasi Hasil Audit 2.2.2.4.5 Acuan audit 2.2.2.5 2.2.2.5.1 Tersedia surat izin pembuangan air limbah ke badan air dari instansi berwenang. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.2.4. Pemanfaatan Limbah. Perusahaan Perkebunan harus memanfaatkan limbah untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan. Tersedia SOP pemanfaatan limbah (padat, cair dan udara). Hasil Audit 2.2.2.5.2 Tersedia surat izin pemanfaatan limbah cair untuk Land Application (LA) dari instansi berwenang. Hasil Audit 2.2.2.5.3 Acuan audit 2.3 2.3.1 Tersedia dokumen pemanfaatan limbah Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.2.5. Tumpang Tindih dengan Usaha Pertambangan Perusahaan Perkebunan memiliki kesepakatan terhadap penyelesaian tumpang tindih dengan usaha pertambangan sesuai peraturan perundang-undangan Tersedia kesepakatan tertulis antara pemegang hak atas tanah (pengusaha perkebunan) dengan pengusaha pertambangan. Hasil Audit 14 No 2.3.2 Acuan audit 2.4 2.4.1. Prinsip dan Kriteria Tersedia bukti bahwa Pengusaha pertambangan telah mengembalikan tanah bekas tambang seperti kondisi semula (tanah lapisan bawah di bawah dan lapisan atas berada di atas) tanpa menimbulkan dampak erosi dan kerusakan lahan dan lingkungan. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.3. Rencana dan Realisasi Pembangunan Kebun dan Unit Pengolahan Kelapa Sawit Tersedia dokumen rencana dan realisasi pemanfaatan lahan (HGU) untuk pembangunan perkebunan unit pengolahan kelapa sawit kantor, perumahan karyawan,sarana pendukung dan kebutuhan lainnya. Hasil Audit 2.4.2. Acuan audit 2.5 2.5.1. Tersedia dokumen rencana pembangunan unit pengolahan dan realisasi kapasitas unit pengolahan kelapa sawit. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.4. Penyediaan Data dan Informasi Kepada Instansi Terkait serta Pemangku Kepentingan Lainnya Selain Informasi yang Dikecualikan Sesuai Peraturan Perundang-undangan. Tersedia SOP pelayanan informasi kepada pemangku kepentingan. Hasil Audit 2.5.2. Tersedia dokumen pemberian informasi kepada pemangku kepentingan Hasil Audit 2.5.3. Acuan audit 3. 3.1 Tersedia dokumen tanggapan atas pelayanan informasi terhadap permintaan informasi. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.5 PERLINDUNGAN TERHADAP PEMANFAATAN HUTAN ALAM PRIMER DAN LAHAN GAMBUT. Tersedia dokumen pelepasan kawasan apabila lahan yang digunakan adalah berasal dari kawasan hutan. Hasil Audit 3.2 Acuan audit 4 4.1 Tersedia dokumen Izin Lokasi dari bupati/walikota. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 3. PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN. Kewajiban Perusahaan Perkebunan yang Terintegrasi dengan Unit Pengolahan Kelapa Sawit. Perusahaan Perkebunan yang terintegrasi dengan unit pengolahan harus melaksanakan kewajiban pengelolaan dan pemantauan 15 No 4.1.1 Prinsip dan Kriteria lingkungan sesuai Peraturan perundang-undangan. Tersedia IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Tersedia Hasil Audit 4.1.2 Tersedia dokumen izin dari Pemerintah Daerah untuk pembuangan limbah cair ke badan air. Hasil Audit 4.1.3 Acuan audit 4.2 4.2.1 Tersedia dokumen izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup untuk unit pengolahan yang membuang limbah cair ke laut. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.1 Kewajiban Terkait Izin Lingkungan. Perusahaan Perkebunan harus melaksanakan kewajibannya sesuai dengan izin lingkungan Tersedia Izin Lingkungan (dahulu dokumen AMDAL / UKL-UPL) sesuai ketentuan perundang undangan. Hasil Audit 4.2.2 Acuan audit 4.3. 4.3.1 Tersedia dokumen terkait pelaksanaan penerapan hasil Izin Lingkungan termasuk laporan kepada instansi yang berwenang. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.2 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Bahan berbahaya dan beracun dan limbah B3 harus dikelola sesuai peraturan perundang-undangan. Tersedia tempat penyimpanan limbah B3 yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan Hasil Audit 4.3.2 Tersedia izin penyimpanan sementara dan/atau pemanfaatan limbah B3 dari Pemerintah Daerah Hasil Audit 4.3.3 Tersedia SOP atau instruksi kerja mengenai pengelolaan limbah B3. Hasil Audit 4.3.4 Tersedia Perjanjian kerja dengan pihak ketiga untuk menangani limbah B3. Hasil Audit 4.3.5 Acuan audit 4.4 Tersedia dokumen penyimpanan dan penanganan limbah B3. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.3 Gangguan dari Sumber yang tidak Bergerak. Catatan 4.3.1. : penyimpanan sementara 16 No Prinsip dan Kriteria Gangguan sumber yang tidak bergerak berupa baku teknis tingkat kebisingan, baku tingkat getaran, baku tingkat kebauan dan baku tingkat gangguan lainnya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4.4.1 Tersedia SOP atau instruksi kerja untuk menangani gangguan sumber tidak bergerak sesuai dengan pedoman yang yang diterbitkan oleh Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup Hasil Audit 4.4.2 Tersedia laporan hasil pengukuran baku teknis tingkat gangguan dari sumber yang tidak bergerak kepada Pemerintah Daerah Hasil Audit 4.4.3 Acuan audit 4.5. Tersedia dokumen penanganan gangguan dari sumber tidak bergerak Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.4 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Perusahaan Perkebunan harus melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran Hasil Audit 4.5.1 Tersedia SOP pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Hasil Audit 4.5.2 Tersedia SDM yang mampu mencegah dan menangani kebakaran Hasil Audit 4.5.3 Tersedia sistem, sarana dan prasarana pengendalian kebakaran sesuai peraturan perundang-undangan; Hasil Audit 4.5.4 Tersedia organisasi dan sistem tanggap darurat. Hasil Audit 4.5.5 Acuan audit 4.6 4.6.1 Tersedia dokumen pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran, pemantauan kebakaran dan pemeliharaan sarana dan prasarana serta pelaporannya. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.5 Pelestarian keanekaragaman Hayati (biodiversity) Perusahaan Perkebunan harus menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati pada areal yang dikelola Tersedia daftar jenis tumbuhan dan satwa di kebun dan sekitar kebun, sebelum dan sesudah dimulainya usaha perkebunan; Hasil Audit 17 No 4.6.2 Prinsip dan Kriteria Melaporkan keberadaan tumbuhan dan satwa langka kepada Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA); Hasil Audit 4.6.3 Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar mengenai keberadaan tumbuhan dan satwa langka. Hasil Audit 4.6.4 Acuan audit 4.7 4.7.1 Tersedia dokumen bila pernah ditemukan dan/atau insiden dengan satwa langka dan/atau satwa liar misalnya gajah, harimau, badak, dan lain-lain dan cara penanganannya. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.6 Konservasi Terhadap Sumber dan Kualitas Air Tersedia SOP identifikasi, pengelolaan dan pemeliharaan sumber dan kualitas air Hasil Audit 4.7.2 Tersedia program pemantauan kualitas air permukaan Hasil Audit 4.7.3 Acuan audit 4.8 4.8.1 Tersedia dokumen pengelolaan air dan pemeliharaan sumber air. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.7 Kawasan Lindung. Perusahaan Perkebunan harus melakukan identifikasi, sosialisasi dan menjaga kawasan lindung sesuai peraturan perundang-undangan. Tersedia hasil identifikasi berbentuk peta kawasan lindung yang wajib dipatuhi dan disampaikan kepada Pemerintah Daerah. Hasil Audit 4.8.2 Tersedia peta yang menunjukkan lokasi kawasan lindung, di dalam dan di sekitar kebun. Hasil Audit 4.8.3 Acuan audit 4.9 4.9.1 Tersedia dokumen identifikasi, sosialisasi dan keamanan kawasan lindung. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.8 Konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi. Perusahaan Perkebunan harus melakukan koservasi lahan dan menghindari erosi sesuai peraturan perundang-undangan Tersedia SOP konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi termasuk sempadan sungai. Hasil Audit 4.9.2 Tersedia peta topografi dan lokasi penyebaran sungai. Hasil Audit 4.9.3 Tersedia dokumen pelaksanaan konservasi kawasan dengan potensi 18 No Prinsip dan Kriteria erosi tinggi. Acuan audit 4.10 4.10.1 Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.9 Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Perusahaan Perkebunan harus melakukan inventarisasi dan mitigasi sumber emisi GRK. Tersedia inventarisasi sumber emisi GRK Hasil Audit 4.10.2 Tersedia SOP mitigasi GRK. Hasil Audit 4.10.3 Tersedia dokumen tahapan alih fungsi lahan. Hasil Audit 4.10.4 Acuan audit 5 Tersedia dokumen mitigasi GRK. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.10 TANGGUNG JAWAB TERHADAP PEKERJA Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 5.1 5.1.1 Perusahaan Perkebunan wajib menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Tersedia dokumentasi K3 yang ditetapkan oleh Perusahaan Perkebunan Hasil Audit 5.1.2 Telah dibentuk organisasi K3 yang didukung sarana dan prasarana. Hasil Audit 5.1.3 Acuan audit 5.2. 5.2.1 Tersedia dokumen penerapan K3 termasuk pelaporan. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 5.1 Kesejahteraan dan peningkatan kemampuan pekerja Perusahaan Perkebunan harus meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan pekerja sesuai peraturan perundang-undangan Diterapkannya peraturan tentang upah minimum. Hasil Audit 5.2.2 Tersedia sistem penggajian baku yang ditetapkan. Hasil Audit 5.2.3 Tersedia sarana dan prasarana untuk kesejahteraan pekerja Hasil Audit 5.2.4 Tersedia kebijakan Perusahaan Perkebunan untuk mengikutsertakan karyawan dalam program Jamsostek sesuai peraturan perundang- Catatan 4.10.4 : Perhitungan gas rumah kaca sesuai petunjuk ISPO. Catatan 5.2.4. : apakah semua karyawan terdaftar di Jamsostek. 19 No Prinsip dan Kriteria undangan. Hasil Audit 5.2.5 Acuan audit 5.3 5.3.1 Tersedia program pelatihan untuk peningkatan kemampuan karyawan dan dokumen pelaksanaannya. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 5.2 Penggunaan Pekerja Anak dan Diskriminasi pekerja (Suku, Ras, Gender dan Agama). Perusahaan Perkebunan dilarang mempekerjakan anak di bawah umur dan melakukan diskriminasi sesuai peraturan perundang-undangan Menerapkan kebijakan tentang persyaratan umur pekerja dan menjaga kesusilaan. Hasil Audit 5.3.2 Menerapkan kebijakan tentang peluang dan perlakuan yang sama untuk mendapatkan kesempatan kerja. Hasil Audit 5.3.3 Tersedia dokumen daftar karyawan Hasil Audit 5.3.4 Tersedia mekanisme penyampaian pengaduan dan keluhan pekerja Hasil Audit 5.3.5 Tersedia dokumen pengaduan dan keluhan pekerja. Hasil Audit Acuan audit 5.4 5.4.1 Kolom panduan pada Lampiran II butir 5.3 Fasilitasi Pembentukan Serikat Pekerja. Perusahaan Perkebunan harus memfasilitasi terbentuknya Serikat Pekerja dalam rangka memperjuangkan hak-hak pekerja. Tersedia dan menerapkan kebijakan terkait dengan serikat pekerja. Hasil Audit 5.4.2 Tersedia daftar pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja. Hasil Audit 5.4.3 Acuan audit 5.5 5.5.1 Tersedia dokumen pembentukan serikat pekerja dan pertemuanpertemuan baik antara Perusahaan Perkebunan dengan serikat pekerja maupun intern serikat pekerja. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 5.4 Perusahaan Perkebunan mendorong dan memfasilitasi pembentukan koperasi pekerja dan karyawan. Tersedia kebijakan Perusahaan Perkebunan dalam mendukung pembentukan koperasi; Hasil Audit 5.5.2 Tersedia daftar pekerja dan karyawan yang menjadi anggota koperasi. 20 No Prinsip dan Kriteria Hasil Audit 5.5.3 Acuan audit 6 Tersedia dokumen pembentukan koperasi Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 5.5 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT 6.1 Tanggung jawab sosial dan lingkungan kemasyarakatan. 6.1.1 Perusahaan Perkebunan harus memiliki komitmen sosial, kemasyarakatan dan pengembangan potensi kearifan lokal. Tersedia program peningkatan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik Perusahaan Perkebunan, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya; Hasil Audit 6.1.2 Ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kebun dengan melakukan kemitraan usaha. Hasil Audit 6.1.3 Melakukan pembangunan di sekitar kebun antara lain melalui berbagai kegiatan antara lain pendidikan, kesehatan, pembangunan jalan, pertanian, usaha produktif, olah raga, seni budaya dan keagamaan Hasil Audit 6.1.4 Acuan audit 6.2 6.2.1 Tersedia laporan pelaksanaan program CSR. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 6.1 Pemberdayaan Masyarakat Adat/ Penduduk Asli Perusahaan perkebunan berperan dalam mensejahterakan masyarakat hukum adat/ penduduk asli Tersedia program peningkatan kesejahteraan masyarakat hukum adat (penduduk asli). Hasil Audit 6.2.2 Tersedia program melestarikan kearifan lokal. Hasil Audit 6.2.3 Acuan audit 6.3 6.3.1 Tersedia dokumen realisasi program bersama masyarakat adat/ penduduk asli. Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 6.2 Pengembangan Usaha Lokal Perusahaan perkebunan memprioritaskan untuk memberi peluang pembelian/pengadaan barang dan jasa kepada masyarakat di sekitar kebun. Tersedia dokumen transaksi lokal termasuk pembelian lokal, 21 No Prinsip dan Kriteria penggunaan kontraktor lokal, dll. Acuan audit 7 7.1 Hasil Audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 6.3 PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN. Perusahaan Perkebunan dan unit pengolahan hasil berkewajiban meningkatkan kinerja (teknis, ekonomis, sosial, dan lingkungan) secara berkelanjutan dengan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi yang mendukung peningkatan produksi berkelanjutan. Tersedia dokumen hasil penerapan perbaikan/peningkatan usaha yang berkelanjutan. Hasil Audit Acuan audit Kolom panduan pada Lampiran II butir 7 22 3.2. IDENTIFIKASI TEMUAN, TINDAKAN KOREKSI, PENILAIAN ULANG DAN CATATAN KOMPONEN POSITIF 3.2.1.Identifikasi temuan, Tindakan koreksi dan Penilaian ulang saat Penilaian stage 1 No. Ref Std Ketidaksesuaian Grade Area Batas Waktu Permintaa n Tindakan Koreksi Penilaian ulang Dan Tanggal Sta tus Tgl Closed 3.2.2.Identifikasi temuan, Tindakan koreksi dan Penilaian ulang saat Penilaian stage 2 No. Ref Std Ketidaksesuaian Grade Area Batas Waktu Permintaa n Tindakan Koreksi Penilaian ulang Dan Tanggal Sta tus Tgl Closed 23 3.2.3.Catatan Komponen Positif NO Ref. std Deskripsi /Penjelasan 3.3.Catatan Mengenai Legalitas NO Ref. std Deskripsi /Penjelasan 24 3.4.Ringkasan Isu-isu yang muncul dari Publik,Tanggapan Manajemen dan Auditor Isu dari Stakeholder Tanggapan Manajemen Tangapan Auditor 3.5. Kesepakatan hasil audit 3.6. Pengakuan organisasi . Tandatangan resmi atas temuan hasil penilaian. Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Wakil Manajemen dari Perusahaan yang diperiksa mengakui hasil penilaian, dan setuju pada seluruh isi uraian laporan hasil penilaian ini, termasuk temuan-temuan ketidaksesuaian. Ditandatangani atas nama Nama Perusahaan yang diaudit Wakil Manajemen Nama Lembaga Sertifikasi Lead Auditor (Tanda tangan & stempel) Nama lengkap Tanggal ditandatangani (Tanda tangan & stempel) Nama lengkap Tanggal ditandatangani 25 Lampiran. 1. 2. 3. 4. Daftar pemangku kepentingan yang dihubungi pada saat proses sertifikasi. Program kegiatan penilaian (audit plan). Istilah-istilah. DLL. B. KERANGKA PENYUSUNAN LAPORAN PENILAIAN PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN SESUAI LAMPIRAN III PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015. Kerangka penyusunan laporan penilaian prinsip dan kriteria ISPO untuk perusahaan perkebunan yang melakukan usaha budidaya perkebunan mengikuti urutan pada butir A diatas dengan penyesuaian prinsip kriteria sebagaimana dalam lampiran III permentan nomor 11 tahun 2015. C. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN SESUAI LAMPIRAN IV PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015. Kerangka penyusunan laporan penilaian prinsip dan kriteria ISPO untuk perusahaan perkebunan yang melakukan usaha pengolahan hasil perkebunan mengikuti urutan pada butir A diatas dengan penyesuaian prinsip kriteria sebagaimana dalam lampiran IV permentan nomor 11 tahun 2015. D. PRINSIP DAN KRITERIA UNTUK ISPO USAHA KEBUN PLASMA SESUAI LAMPIRAN V PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015. Kerangka penyusunan laporan penilaian prinsip dan kriteria ISPO untuk usaha kebun plasma mengikuti urutan pada butir A diatas dengan penyesuaian prinsip kriteria sebagaimana dalam lampiran V permentan nomor 11 tahun 2015. E. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA SESUAI PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015 Kerangka penyusunan laporan penilaian prinsip dan kriteria ISPO untuk usaha kebun swadaya mengikuti urutan pada butir A diatas dengan penyesuaian prinsip kriteria sebagaimana dalam lampiran VI permentan nomor 11 tahun 2015. 26 6. PENJELASAN 1. Indikator dan panduan mengikuti lampiran II, III, IV, V dan VI Permentan no 11 tahun 2015. 2. Beberapa hal yang harus dilengkapi : - Resume legalitas - Peta lokasi dan peta lainnya yang ditampilkan lebih jelas dan ukuran memadai, sehingga mudah dibaca. - Pengesahan Reviewer yang ditugaskan secara resmi oleh Manajemen Lembaga Sertifikasi. - Menyampaikan laporan penilaian/audit dalam bentuk hard-copy yang di cetak/print bolak balik dilengkapi dengan soft-copy. --------- ===== -------- 27