Template Laporan Audit ISPO

advertisement
KEMENTERIAN PERTANIAN
KOMISI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA
( INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO )
PEDOMAN
KERANGKA PENYUSUNAN LAPORAN PENILAIAN
(TEMPLATE LAPORAN AUDIT)
PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERKEBUNAN
SESUAI LAMPIRAN II, III, IV, V DAN VI PERMENTAN II TAHUN 2015.
Disahkan oleh :
Gamal Nasir
Dirjen Perkebunan selaku Ketua Komisi ISPO
Tanggal :
2015
@ Copyright Komisi ISPO, Kementan. KANPUS KEMENTERIAN PERTANIAN JALAN HARSONO RM NO.3
GEDUNG C lt 5 Ruang 5.09 Ragunan, JAKARTA 12550, TELEPON (021)7827460, FAKSIMILI (021)7818367
WEBSITE : www.ISPO-org.or.id
Dokumen ini beserta informasi yang dikendalikan di dalamnya adalah hak milik Komisi ISPO Kementerian Pertanian.
Dokumen ini tidak boleh disalin atau dicetak baik sebagian maupun keseluruhannya, atau diberikan kepada pihak lain
tanpa adanya persetujuan tertulis dari Ketua Komisi ISPO Kementan.
0
PEDOMAN
KERANGKA PENYUSUNAN LAPORAN PENILAIAN
(TEMPLATE LAPORAN AUDIT).
PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERKEBUNAN
SESUAI LAMPIRAN II, III, IV, V DAN VI PERMENTAN II TAHUN 2015.
1.
Pendahuluan
Dengan diterbitkannya Permentan nomor 11 tahun 2015 tentang Sistem sertifikasi
kelapa sawit berkelanjutan Indonesia, maka kerangka penyusunan laporan
penilaian (audit) yang sudah ada perlu disesuaikan. Laporan penilaian berisikan
sampai sejauh mana perusahaan perkebunan/usaha kebun telah menerapkan
prinsip dan kriteria ISPO sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran
permentan nomor 11 tahun 2015.
2.
Tujuan
Untuk mendapatkan keseragaman dalam melaporkan hasil audit dan memastikan
bahwa Lembaga Sertifikasi ISPO menggunakan kerangka laporan audit sesuai
prinsip dan kriteria sebagaimana tercantum dalam lampiran permentan 11 tahun
2015.
3.
Ruang Lingkup
Pedoman ini mencakup kerangka penyusunan laporan penilaian untuk :
A. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG
MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN
USAHA PENGOLAHAN DAN ENERGI TERBARUKAN SESUAI LAMPIRAN II
PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015.
B. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG
MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN SESUAI LAMPIRAN III
PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015.
C. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG
MELAKUKAN USAHA PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN SESUAI LAMPIRAN
IV PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015.
D. PRINSIP DAN KRITERIA UNTUK ISPO USAHA KEBUN PLASMA SESUAI
LAMPIRAN V PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015.
E. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA SESUAI
PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015
meliputi : Informasi umum, Penilaian sertifikasi ISPO, dan Hasil penilaian ISPO.
4.
Pengertian
1. Perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber
daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan,
dan pemasaran terkait Tanaman Perkebunan.
1
2. Izin Usaha Perkebunan yang selanjutnya disebut IUP adalah izin tertulis dari
Pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan Perkebunan yang
melakukan usaha budidaya Perkebunan dan terintegrasi dengan usaha industri
pengolahan hasil Perkebunan.
3. Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya yang selanjutnya disebut IUP-B adalah
izin tertulis dari Pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan
Perkebunan yang melakukan usaha budidaya Perkebunan.
4. Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan yang selanjutnya disebut IUP-P
adalah izin tertulis dari Pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh
perusahaan Perkebunan yang melakukan usaha industri pengolahan hasil
Perkebunan.
5. Auditor adalah seseorang yang memiliki kompetensi khusus dengan kualifikasi
sesuai dengan persyaratan ISPO dan mengacu kepada ISO 19011:2011
(Guidelines for Auditing management systems) atau SNI ISO 19011-2012
Panduan audit sistem manajemen dengan penyesuaian khusus untuk sertifikasi
ISPO.
6. Lembaga Sertifikasi ISPO yang selanjutnya disebut Lembaga Sertifikasi adalah
lembaga independen yang telah mendapatkan pengakuan dari Komisi ISPO
dengan persyaratan mendapatkan akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN) untuk sistem manajemen mutu dan sistem manajemen lingkungan.
7. Reviewer adalah Pejabat dari Lembaga Sertifikasi ISPO (yang telah mengikuti
pelatihan auditor ISPO) yang ditunjuk dan ditugaskan oleh manajemen untuk
memeriksa isi laporan penilaian ISPO dan bertanggung jawab atas
kebenarannya.
8. Stakeholders adalah Pihak-pihak yang terkait dengan pembangunan kelapa
sawit berkelanjutan meliputi pemerintah, perusahaan dan karyawannya serta
masyarakat.
5.
Prinsip dan kriteria
Prinsip dan kriteria ISPO untuk perusahaan perkebunan yang melakukan usaha
budidaya perkebunan terintegrasi dengan usaha pengolahan dan energy
terbarukan sesuai Permentan no 11 tahun 2015.
2
A.KERANGKA PENYUSUNAN LAPORAN PENILAIAN
PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN
USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN
ENERGI TERBARUKAN SESUAI LAMPIRAN II PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015.
I.
INFORMASI UMUM
1.
RUANG LINGKUP SERTIFIKASI
1.1
Pedoman Standar Penilaian
Informasi Perusahaan
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
1.2.10
Nama Perusahaan
Personal Kontak
Alamat Perusahaan
Telepon
Fax
E-mail
Website
Status Perusahaan
Akta Perusahaan
Wakil manajemen perusahaan yang
melengkapi permohonan sertifikasi ISPO
DokumenPrasyarat yang dimiliki
Perusahaan
a. Kelas Kebun I, II, dan III
b. Ijin Usaha Perkebunan
c. HGU
1.3
Tipe Penilaian (Full Assessment)
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
Unit Sertifikasi (1 profit entity)
Tipe Sertifikat
Nama perusahaan yang tercantum dalam
sertifikat, sesuai HGU
Jumlah unit pengelolaan
1.4
Lokasi Kebun
Nama Kebun
Lokasi
GPS
Latitude
Longitude
1
2
1.5
Lokasi Pabrik
Nama Pabrik
Lokasi
GPS
Latitude
Longitude
3
1
2
1.6
Peta Lokasi dan Operasional Kebun
1.7
1.7.1
1.7.2
1.7.3
Hak Atas Tanah
Perorangan (HakMilik)
Negara (HGU/HGB/HP)
Masyarakat (Tanah Adat/Ulayat)
1.8
Uraian Penggunaan Lahan
1.8.1
1.8.2
1.8.3
1.8.4
1.8.5
1.8.6
1.8.7
1.8.8
Total area
Area Tertanam
Pabrik/Bangunan/Jalan/
Area yang tidak dapat ditanam
 Sempadan Sungai
 Sempadan Danau
 Lereng
 Makam/tempat yang dikeramatkan
dll.
Area yang dicadangkan (sejak tahun …….)
Area okupasi
Bibitan
Area Konservasi
1.9
Uraian Sumber Bahan Baku
1.9.1
Kebun Inti
NamaKebun
TotalArea
(Ha)
Area
Tertanam
(Ha)
Tercantum pada gambar 1 dan gambar 2
Produksi
TBS
(ton/tahun)
Yield
(ton/ha/thn)
Pasokan ke PKS
TBS
(ton/tahun)
%
TOTAL
Sumber data : Realisasi produksi tahun 2014
1.9.2
Skema Petani dan Sumber lainnya
Sumber
Anggota
Lokasi
Total
Area
(Ha)
Produksi
TBS
(ton/tahun)
Pasokan ke PKS
TBS
%
(ton/tahun)
4
Plasma
Sumber
lainnya :
TOTAL
1.10
-
Uraian Pabrik
Nama
Pabrik
Kapasitas
Olah
(ton/jam)
TBS
Olah
(ton/tahun
)
CPO
Out put
(ton)
Ekstr
aksi
(%)
Palm Kernel
Ekstraks
Out put
i
(ton)
(%)
PKO
Out Ekstr
put
aksi
(ton)
(%)
Sumber data : Data Produksi PKS ………….. Jan – Des 2014
1.11
Tahun Tanam dan Siklus Tanam
1.11.1
Sebaran Umur Tanaman
TahunTanam
UmurTan
aman
Luas(Ha)
(Nama Estate)
Total
TOTAL
Sumber : Areal Statement
1.11.2
SiklusTanam
1.12
Perkiraan Tonase Produk Bersertifikat
1.12.1
1.12.2
1.12.3
1.12.4
1.12.5
Aktual KlaimTahunanTonase Produk Bersertifikat
TBS Produksi
CPO Produksi
Palm Kernel (PK)Produksi
Palm Kernel Oil (PKO) Produksi
1.13
Perkiraan Klaim Produksi TBS Bersertifikat
Nama Kebun
Tahun
TotalArea
(Ha)
Area
Tertanam
(Ha)
Ton/tahun *)
Ton/tahun *)
Ton/tahun *)
Ton/tahun *)
Ton/tahun *)
TBS
(ton/tahun)
Yield
(ton/ha/thn)
5
TOTAL
Sumber :Data Aktual Produksi
Total Area adalah HGU yang dimiliki
1.14
Perkiraan Produksi Minyak Kelapa Sawit Bersertifikat
NamaPabri
k
Kapasitas
Olah
(ton/jam)
TBS
Olah
(ton/tahun
)
CPO
Out put
(ton)
Ekstr
aksi
(%)
Kernel
Ekstraks
Out put
i
(ton)
(%)
PKO
Out Ekstr
put
aksi
(ton)
(%)
Sumber : Data Budget PKS 2014
1.15
1.15.1
1.15.2
1.15.3
PenerapanSertifikasi Lain
1.16
1.16.1
Ringkasan Internal Audit ISPO
ISO 9001:2008/ISO 14001: 2004
OHSAS 18001:2007 / SMK3
HACCP
1.16.2
Daftar Auditor Internal ISPO
- Jumlah
- Tanggal pelatihan internal auditor ISPO
Pengalaman Audit
1.16.3
Kegiatan Internal Audit ISPO
2.
Lembaga Sertifikasi
2.1
Lembaga Sertifikasi
Nama dan alamat lengkap serta contact person.
2.2
Lead Auditor dan Auditor
2.2.1
Audit
tahap
1
Audit
tahap
2
Tim Auditor
1. (nama auditor dan riwayat pekerjaan)
Dst
1. (nama auditor dan riwayat pekerjaan)
Dst
Daftar riwayat hidup (CV) dari masing-masing tim auditor
6
II. PENILAIAN SERTIFIKASI ISPO
1.
Metodologi Penilaian, Proses Penilaian dan Lokasi Penilaian Lapangan
Agenda Kegiatan
Tabel. Agenda Kegiatan Audit ISPO Stage2
2.
Tanggal Penilaian
ST-1
ST-2
3.
ST-1
ST-2
4.
Perkiraan Hari Orang Kerja Untuk Pelaksanaan Penilaian
Jumlah auditor yang turut serta: orang
Jumlah hari untuk kegiatan assessment di lokasi: hari
Jumlah hari orang kerja untuk kegiatan assessment di lokasi:
Jumlah auditor yang turut serta: orang
Jumlah hari untuk kegiatan assessment di lokasi: hari
Jumlah hari orang kerja untuk kegiatan assessment di lokasi:
(keterangan mengenai proses pelaksanaan audit tahap 1)
ST-2
(keterangan mengenai proses pelaksanaan audit tahap 2)
ST-1
ST-2
hari
Perincian Pelaksanaan Penilaian
ST-1
5.
hari
Lokasi Penilaian Lapangan
Lokasi penilaian lapangan ditentukan pada saat pelaksanaan Stage-1.
Lokasi penilaian lapangan Stage-2 selengkapnya tertuang dalam Laporan Hasil Penilaian ini.
6.
Konsultasi Publik dan Daftar Pemangku Kepentingan yang Dihubungi
6.1
Ringkasan Proses Konsultasi Publik.
ST-1
ST-2
Proses Konsultasi Publik Stakeholder akan dilakukan pada saat pelaksanaan Stage-2.
Ringkasan Proses Konsultasi Publik Stakeholder tertuang dalam Notulensi Rapat di bagian
Lampiran.
6.2
ST-1
ST-2
Daftar Stakeholders yang Dihubungi
Daftar Stakeholder akan ditentukan pada saat pelaksanaan Stage-2.
Daftar Stakeholders yang Dihubungi selengkapnya tercantum pada bagian Lampiran.
7.
Penentuan Waktu Kunjungan Berikutnya
ST-1
Kunjungan berikutnya
ST-2
Kunjungan berikutnya
7
III.HASIL PENILAIAN
3.1.HASIL PENILAIAN SERTIFIKASI ISPO
No
Prinsip dan Kriteria
1.
LEGALITAS USAHA PERKEBUNAN
1.1.
Izin Lokasi
Perusahaan Perkebunan harus memperoleh Izin Lokasi dari pejabat
yang berwenang.
1.1.1
Tersedia izin lokasi dari pejabat berwenang sesuai peraturan perundang undangan
Hasil Audit
1.1.2
Tanah yang dapat ditunjuk dalam Izin lokasi merupakan tanah yang
peruntukannya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Hasil Audit
1.1.3
1.1.4
Acuan
audit
1.2
1.2.1
Pemegang Izin Lokasi wajib membebaskan tanah dalam areal Izin
Lokasi dari hak dan kepentingan pihak lain sesuai peraturan
perundang-undangan.
Hasil Audit
Pemegang izin lokasi wajib memenuhi persyaratan lainya yang
berlaku.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.1.
Perusahaan Perkebunan harus memiliki izin usaha perkebunan
Izin Usaha Perkebunan (IUP);
Hasil Audit
1.2.2
Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan (SPUP);
Hasil Audit
1.2.3
Izin Tetap Usaha Budidaya Perkebunan (ITUBP);
Hasil Audit
1.2.4
Izin Usaha Tetap Usaha Industri Perkebunan (ITUIP);
Hasil Audit
1.2.5
Izin/Persetujuan Prinsip Menteri Pertanian;atau
Hasil Audit
1.2.6
Acuan
audit
1.3.
1.3.1
izin usaha perkebunan yang diterbitkan oleh Kepala BKPM atas nama
Menteri Pertanian
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.2.
Perolehan lahan usaha perkebunan
Areal Penggunaan Lain (APL).
Hasil Audit
1.3.2
Hutan Produksi yang dapat Konversi (HPK).
Hasil Audit
Catatan 1.3.2. : izin pada kawasan hutan.
8
No
1.3.3
Prinsip dan Kriteria
Tanah Adat/Tanah Ulayat dari Masyarakat Hukum Adat.
Hasil Audit
1.3.4
Acuan
audit
1.4
1.4.1
Acuan
audit
1.5.
1.5.1
Tanah lain sesuai peraturan di bidang pertanahan.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.3.
Hak Atas Tanah
Perusahaan Perkebunan wajib memiliki hak atas tanah berupa Hak
Guna Usaha (HGU).
Tersedia HGU dengan luasan sesuai peraturan perundang-undangan di
bidang perizinan usaha perkebunan.
Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.4.
Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar.
Perusahaan Perkebunan yang mengajukan IUP-B atau IUP dengan luas
250 ha atau lebih, berkewajiban memfasilitasi pembangunan kebun
masyarakat sekitar dengan luasan paling kurang 20% dari luas areal
IUP-B atau IUP.
Tersedia dokumen kerjasama Perusahaan Perkebunan dengan
masyarakat sekitar kebun tentang fasilitasi pembangunan kebun
masyarakat.
Hasil Audit
1.5.2
Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat diselesaikan paling lama 3
(tiga tahun) sejak dimulainya pembangunan kebun perusahaan
Hasil Audit
1.5.3
Acuan
audit
1.6.
1.6.1
Tersedia laporan perkembangan realisasi fasilitasi pembangunan
kebun masyarakat sekitar.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.5.
Lokasi Perkebunan
Perusahaan Perkebunan harus memastikan bahwa penggunaan
lahan perkebunan telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTRW-P) atau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
(RTRW-K).
Rencana Tata Ruang Wilayah sesuai peraturan perundang-undangan
Hasil Audit
1.6.2
Tersedia dokumen perolehan hak atas tanah.
Hasil Audit
1.6.3
Acuan
audit
1.7.
Tersedia Peta lokasi kebun
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.6.
Tanah Terlantar.
Perusahaan Perkebunan harus memanfaatkan hak atas tanah
Catatan 1.6.1. Untuk Propinsi Kalimantan Tengah harap dicatat areal KKP dan KKA,
apakah ada dalam areal kebun ?, apakah izin pelepasan kawasan hutan telah
dimasukkan.
9
No
1.7.1
Acuan
audit
1.8
1.8.1
Prinsip dan Kriteria
sesuai dengan peruntukannya.
Tanah terlantar merupakan tanah yang tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya
atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.7.
Sengketa Lahan
Perusahaan Perkebunan wajib menyelesaikan sengketa lahan yang ada
di dalam areanya dengan melibatkan instansi yang terkait.
Perusahaan Perkebunan wajib melaporkan sengketa lahan yang ada
untuk diselesaikan, termasuk pembuatan peta dari lahan yang
disengketakan tersebut.
Hasil Audit
1.8.2
Perusahaan Perkebunan harus dapat membuktikan bahwa sengketa
lahan yang ada di arealnya telah disepakati penyelesaiannya
Hasil Audit
1.8.3
Acuan
audit
1.9
1.9.1
Acuan
audit
2.
2.1
2.1.1
Dokumen penyelesaian masalah sengketa dan/atau dokumen masalah
sengketa yang sedang diproses.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.8.
Bentuk Badan Hukum
Perusahaan Perkebunan harus berbentuk badan hukum.
Tersedia dokumen badan hukum Perusahaan Perkebunan sesuai
peraturan perundang-undangan.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 1.9.
MANAJEMEN PERKEBUNAN
Perencanaan Perkebunan.
Perusahaan Perkebunan harus memiliki perencanaan jangka pendek,
menengah dan panjang untuk memproduksi minyak sawit
berkelanjutan.
Tersedia dokumen tentang Visi dan Misi Perusahaan Perkebunan telah
memiliki untuk memproduksi minyak sawit berkelanjutan.
Hasil Audit
2.1.2
Tersedia struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas bagi setiap
unit dan pelaksana.
Hasil Audit
2.1.3
Tersedia perencanaan jangka panjang yang dijabarkan dalam
perencanaan 5 (lima) tahunan. Evaluasi dilakukan setiap tahun untuk
menjamin berlangsungnya usaha perkebunan. Perencanaan tersebut
Catatan 2.1.2. : berbentuk chart.
10
No
Prinsip dan Kriteria
meliputi antara lain replanting, proyeksi produksi, proyeksi rendemen,
perkiraan harga dan indikator keuangan.
Hasil Audit
2.1.4
Tersedia Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).
Hasil Audit
2.1.5
Acuan
audit
2.2
2.2.1
2.2.1.1
2.2.1.1.1
2.2.1.1.2
2.2.1.1.3
Acuan
audit
2.2.1.2
Dalam hal melakukan kemitraan harus dilengkapi dengan perjanjian
secara tertulis yang diketahui oleh Pemerintah Daerah untuk
menghasilkan minyak sawit berkelanjutan.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.1.
Penerapan Teknis Budidaya dan Pengolahan Hasil
Penerapan pedoman teknis budidaya
Pembukaan lahan
Pembukaan lahan yang memenuhi kaidah-kaidah konservasi tanah
dan air
Tersedia standard operating procedure (SOP) pembukaan lahan termasuk penataan
lahan
Hasil audit
Tersedia peta penataan lahan
Hasil Audit
Tersedia rekaman pembukaan lahan.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.1.
Perbenihan
Perusahaan Perkebunan dalam melakukan penanaman harus
menggunakan benih unggul.
2.2.1.2.1. Tersedia SOP perbenihan
Hasil Audit
2.2.1.2.2. Tersedia sertifikat benih yang diterbitkan oleh UPTD atau UPT Pusat Perbenihan
Perkebunan atau pihak yang berwenang.
Hasil Audit
2.2.1.2.3. Tersedia dokumen pelaksanaan penyediaan benih.
Hasil Audit
2.2.1.2.4. Tersedia dokumen penanganan benih yang tidak memenuhi persyaratan.
Hasil Audit
Acuan
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.2.
audit
2.2.1.3
Penanaman pada lahan mineral.
Perusahaan Perkebunan harus melakukan penanaman sesuai baku
teknis.
2.2.1.3.1. Tersedia SOP penanaman yang mengacu kepada Pedoman Teknis
Pembangunan Kebun Kelapa Sawit di Lahan Mineral.
Hasil Audit
2.2.1.3.2. Tersedia dokumen pelaksanaan penanaman.
Hasil Audit
11
No
Prinsip dan Kriteria
Acuan
audit
2.2.1.4
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.3.
2.2.1.4.1.
Tersedia SOP atau instruksi kerja untuk penanaman pada lahan
gambut dan mengacu peraturan perundang-undangan.
Penanaman pada Lahan Gambut.
Perusahaan Perkebunan yang melakukan penanaman pada lahan
gambut harus dilakukan dengan memperhatikan karakteristik lahan
gambut sehingga tidak menimbulkan kerusakan fungsi lingkungan.
Hasil Audit
2.2.1.4.2. Penanaman dilakukan pada lahan gambut berbentuk hamparan
dengan kedalaman < 3 m dan proporsi mencakup 70% dari luas areal
gambut yang diusahakan, lapisan tanah mineral dibawah gambut
bukan pasir kuarsa atau tanah sulfat masam dan pada lahan gambut
dengan tingkat kematangan matang (saprik).
Hasil Audit
2.2.1.4.3. Pengaturan tinggi air tanah (water level) antara 60-80 cm untuk
menghambat emisi karbon dari lahan gambut.
Hasil Audit
2.2.1.4.4. Dokumen pelaksanaan penanaman tanaman terdokumentasi.
Hasil Audit
Acuan
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.4.
2.2.1.5
Pemeliharaan Tanaman
2.2.1.5.1. Tersedia SOP pemeliharaan tanaman dengan menerapkan Good
Agriculture Practices (GAP) kelapa sawit.
Hasil Audit
2.2.1.5.2. Memiliki dokumen pelaksanaan pemeliharaan tanaman.
Hasil Audit
Acuan
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.5.
audit
2.2.1.6
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Perusahaan Perkebunan harus menerapkan sistem Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) sesuai Pedoman Teknis
2.2.1.6.1. Tersedia SOP pengamatan dan pengendalian OPT.
Hasil Audit
2.2.1.6.2. Tersedia SOP untuk penanganan limbah pestisida.
Hasil Audit
2.2.1.6.3. Tersedia dokumen pelaksanaan pengamatan dan pengendalian OPT
serta penggunaan jenis pestisida yang terdaftar
Acuan
audit
2.2.1.7
Hasil Audit
Kolom pada Lampiran II butir 2.2.1.6.
Pemanenan
12
No
Prinsip dan Kriteria
Perusahaan Perkebunan melakukan panen tepat waktu dengan cara
yang baik dan benar dan mencatat produksi TBS.
2.2.1.7.1. Tersedia SOP pelaksanaan pemanenan.
Hasil Audit
2.2.1.7.2. Tersedia dokumen produksi bulanan, triwulan, semester dan tahunan.
Hasil Audit
2.2.1.7.3. Tersedia informasi proyeksi produksi sampai dengan tahun
mendatang.
Acuan
audit
2.2.2
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.1.7.
Penerapan Pedoman Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan.
Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS).
Perusahaan Perkebunan harus memastikan bahwa TBS yang dipanen
harus segera diangkut ke tempat pengolahan untuk menghindari
penurunan kualitas.
2.2.2.1.1. Tersedia SOP untuk pengangkutan TBS.
2.2.2.1
Hasil Audit
2.2.2.1.2. Tersedia dokumen pelaksanaan pengangkutan TBS.
Hasil Audit
Acuan
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.2.1.
audit
2.2.2.2
Penerimaan TBS di Unit Pengolahan Kelapa Sawit
2.2.2.2.1
Perusahaan Perkebunan memastikan bahwa TBS yang diterima sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan
Tersedia SOP penerimaan dan pemeriksaan/ sortasi TBS yang sesuai
ketentuan perundang-undangan.
Hasil Audit
2.2.2.2.2
Tersedia dokumen penerimaan TBS yang sesuai dan tidak sesuai
dengan persyaratan.
Hasil Audit
2.2.2.2.3
Acuan
audit
2.2.2.3
2.2.2.3.1
Tersedia dokumen harga TBS
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.2.2.
Pengolahan TBS.
Perusahaan Perkebunan harus merencanakan dan melaksanakan
pengolahan TBS melalui penerapan praktek pengolahan yang baik
(GMP).
Tersedia SOP/instruksi kerja yang diperlukan baik untuk proses
pengolahan maupun proses pemantauan dan pengukuran kualitas
CPO.
Hasil Audit
2.2.2.3.2
Tersedia dokumen hasil uji spesifikasi teknis hasil pengolahan
Hasil Audit
13
No
2.2.2.3.3
Prinsip dan Kriteria
Tersedia dokumen pelaksanaan pengolahan
Hasil Audit
2.2.2.3.4
Acuan
audit
2.2.2.4
2.2.2.4.1
Tersedia dokumen penggunaan air untuk unit pengolahan kelapa
sawit.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.2.3.
Pengelolaan Limbah.
Perusahaan Perkebunan memastikan bahwa limbah unit pengolahan
kelapa sawit dikelola sesuai peraturan perundang-undangan.
Tersedia SOP mengenai pengelolaan limbah (padat, cair dan udara).
Hasil Audit
2.2.2.4.2
Tersedia dokumen mengenai pengukuran kualitas limbah cair sesuai
parameter baku mutu
Hasil Audit
2.2.2.4.3
Tersedia dokumen mengenai pengukuran kualitas udara (emisi dan
ambient)
Hasil Audit
2.2.2.4.4
Tersedia dokumen pelaporan pemantauan dan pengelolaan limbah
kepada instansi yang berwenang terdokumentasi
Hasil Audit
2.2.2.4.5
Acuan
audit
2.2.2.5
2.2.2.5.1
Tersedia surat izin pembuangan air limbah ke badan air dari instansi
berwenang.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.2.4.
Pemanfaatan Limbah.
Perusahaan Perkebunan harus memanfaatkan limbah untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan.
Tersedia SOP pemanfaatan limbah (padat, cair dan udara).
Hasil Audit
2.2.2.5.2
Tersedia surat izin pemanfaatan limbah cair untuk Land Application
(LA) dari instansi berwenang.
Hasil Audit
2.2.2.5.3
Acuan
audit
2.3
2.3.1
Tersedia dokumen pemanfaatan limbah
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.2.2.5.
Tumpang Tindih dengan Usaha Pertambangan
Perusahaan Perkebunan memiliki kesepakatan terhadap penyelesaian
tumpang tindih dengan usaha pertambangan sesuai peraturan
perundang-undangan
Tersedia kesepakatan tertulis antara pemegang hak atas tanah
(pengusaha perkebunan) dengan pengusaha pertambangan.
Hasil Audit
14
No
2.3.2
Acuan
audit
2.4
2.4.1.
Prinsip dan Kriteria
Tersedia bukti bahwa Pengusaha pertambangan telah mengembalikan
tanah bekas tambang seperti kondisi semula (tanah lapisan bawah di
bawah dan lapisan atas berada di atas) tanpa menimbulkan dampak
erosi dan kerusakan lahan dan lingkungan.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.3.
Rencana dan Realisasi Pembangunan Kebun dan Unit Pengolahan
Kelapa Sawit
Tersedia dokumen rencana dan realisasi pemanfaatan lahan (HGU)
untuk pembangunan perkebunan unit pengolahan kelapa sawit kantor,
perumahan karyawan,sarana pendukung dan kebutuhan lainnya.
Hasil Audit
2.4.2.
Acuan
audit
2.5
2.5.1.
Tersedia dokumen rencana pembangunan unit pengolahan dan
realisasi kapasitas unit pengolahan kelapa sawit.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.4.
Penyediaan Data dan Informasi Kepada Instansi Terkait serta
Pemangku Kepentingan Lainnya Selain Informasi yang Dikecualikan
Sesuai Peraturan Perundang-undangan.
Tersedia SOP pelayanan informasi kepada pemangku kepentingan.
Hasil Audit
2.5.2.
Tersedia dokumen pemberian informasi kepada pemangku kepentingan
Hasil Audit
2.5.3.
Acuan
audit
3.
3.1
Tersedia dokumen tanggapan atas pelayanan informasi terhadap
permintaan informasi.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 2.5
PERLINDUNGAN TERHADAP PEMANFAATAN HUTAN ALAM PRIMER
DAN LAHAN GAMBUT.
Tersedia dokumen pelepasan kawasan apabila lahan yang digunakan
adalah berasal dari kawasan hutan.
Hasil Audit
3.2
Acuan
audit
4
4.1
Tersedia dokumen Izin Lokasi dari bupati/walikota.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 3.
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN.
Kewajiban Perusahaan Perkebunan yang Terintegrasi dengan Unit
Pengolahan Kelapa Sawit.
Perusahaan Perkebunan yang terintegrasi dengan unit pengolahan
harus melaksanakan kewajiban pengelolaan dan pemantauan
15
No
4.1.1
Prinsip dan Kriteria
lingkungan sesuai Peraturan perundang-undangan.
Tersedia IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Tersedia
Hasil Audit
4.1.2
Tersedia dokumen izin dari Pemerintah Daerah untuk pembuangan
limbah cair ke badan air.
Hasil Audit
4.1.3
Acuan
audit
4.2
4.2.1
Tersedia dokumen izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup untuk unit pengolahan yang
membuang limbah cair ke laut.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.1
Kewajiban Terkait Izin Lingkungan.
Perusahaan Perkebunan harus melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan izin lingkungan
Tersedia Izin Lingkungan (dahulu dokumen AMDAL / UKL-UPL) sesuai
ketentuan perundang undangan.
Hasil Audit
4.2.2
Acuan
audit
4.3.
4.3.1
Tersedia dokumen terkait pelaksanaan penerapan hasil Izin
Lingkungan termasuk laporan kepada instansi yang berwenang.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.2
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).
Bahan berbahaya dan beracun dan limbah B3 harus dikelola sesuai
peraturan perundang-undangan.
Tersedia tempat penyimpanan limbah B3 yang memenuhi persyaratan
sesuai peraturan perundang-undangan
Hasil Audit
4.3.2
Tersedia izin penyimpanan sementara dan/atau pemanfaatan limbah
B3 dari Pemerintah Daerah
Hasil Audit
4.3.3
Tersedia SOP atau instruksi kerja mengenai pengelolaan limbah B3.
Hasil Audit
4.3.4
Tersedia Perjanjian kerja dengan pihak ketiga untuk menangani limbah
B3.
Hasil Audit
4.3.5
Acuan
audit
4.4
Tersedia dokumen penyimpanan dan penanganan limbah B3.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.3
Gangguan dari Sumber yang tidak Bergerak.
Catatan 4.3.1. : penyimpanan sementara
16
No
Prinsip dan Kriteria
Gangguan sumber yang tidak bergerak berupa baku teknis tingkat
kebisingan, baku tingkat getaran, baku tingkat kebauan dan baku
tingkat gangguan lainnya ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
4.4.1
Tersedia SOP atau instruksi kerja untuk menangani gangguan sumber
tidak bergerak sesuai dengan pedoman yang yang diterbitkan oleh
Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
lingkungan hidup
Hasil Audit
4.4.2
Tersedia laporan hasil pengukuran baku teknis tingkat gangguan dari
sumber yang tidak bergerak kepada Pemerintah Daerah
Hasil Audit
4.4.3
Acuan
audit
4.5.
Tersedia dokumen penanganan gangguan dari sumber tidak bergerak
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.4
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Perusahaan Perkebunan harus melakukan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
Hasil Audit
4.5.1
Tersedia SOP pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Hasil Audit
4.5.2
Tersedia SDM yang mampu mencegah dan menangani kebakaran
Hasil Audit
4.5.3
Tersedia sistem, sarana dan prasarana pengendalian kebakaran sesuai
peraturan perundang-undangan;
Hasil Audit
4.5.4
Tersedia organisasi dan sistem tanggap darurat.
Hasil Audit
4.5.5
Acuan
audit
4.6
4.6.1
Tersedia dokumen pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran, pemantauan kebakaran dan pemeliharaan sarana dan
prasarana serta pelaporannya.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.5
Pelestarian keanekaragaman Hayati (biodiversity)
Perusahaan Perkebunan harus menjaga dan melestarikan
keanekaragaman hayati pada areal yang dikelola
Tersedia daftar jenis tumbuhan dan satwa di kebun dan sekitar kebun,
sebelum dan sesudah dimulainya usaha perkebunan;
Hasil Audit
17
No
4.6.2
Prinsip dan Kriteria
Melaporkan keberadaan tumbuhan dan satwa langka kepada Badan
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA);
Hasil Audit
4.6.3
Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar mengenai
keberadaan tumbuhan dan satwa langka.
Hasil Audit
4.6.4
Acuan
audit
4.7
4.7.1
Tersedia dokumen bila pernah ditemukan dan/atau insiden dengan
satwa langka dan/atau satwa liar misalnya gajah, harimau, badak, dan
lain-lain dan cara penanganannya.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.6
Konservasi Terhadap Sumber dan Kualitas Air
Tersedia SOP identifikasi, pengelolaan dan pemeliharaan sumber dan
kualitas air
Hasil Audit
4.7.2
Tersedia program pemantauan kualitas air permukaan
Hasil Audit
4.7.3
Acuan
audit
4.8
4.8.1
Tersedia dokumen pengelolaan air dan pemeliharaan sumber air.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.7
Kawasan Lindung.
Perusahaan Perkebunan harus melakukan identifikasi, sosialisasi dan
menjaga kawasan lindung sesuai peraturan perundang-undangan.
Tersedia hasil identifikasi berbentuk peta kawasan lindung yang wajib
dipatuhi dan disampaikan kepada Pemerintah Daerah.
Hasil Audit
4.8.2
Tersedia peta yang menunjukkan lokasi kawasan lindung, di dalam
dan di sekitar kebun.
Hasil Audit
4.8.3
Acuan
audit
4.9
4.9.1
Tersedia dokumen identifikasi, sosialisasi dan keamanan kawasan
lindung.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.8
Konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi.
Perusahaan Perkebunan harus melakukan koservasi lahan dan
menghindari erosi sesuai peraturan perundang-undangan
Tersedia SOP konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi termasuk
sempadan sungai.
Hasil Audit
4.9.2
Tersedia peta topografi dan lokasi penyebaran sungai.
Hasil Audit
4.9.3
Tersedia dokumen pelaksanaan konservasi kawasan dengan potensi
18
No
Prinsip dan Kriteria
erosi tinggi.
Acuan
audit
4.10
4.10.1
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.9
Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Perusahaan Perkebunan harus melakukan inventarisasi dan mitigasi
sumber emisi GRK.
Tersedia inventarisasi sumber emisi GRK
Hasil Audit
4.10.2
Tersedia SOP mitigasi GRK.
Hasil Audit
4.10.3
Tersedia dokumen tahapan alih fungsi lahan.
Hasil Audit
4.10.4
Acuan
audit
5
Tersedia dokumen mitigasi GRK.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 4.10
TANGGUNG JAWAB TERHADAP PEKERJA
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
5.1
5.1.1
Perusahaan Perkebunan wajib menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).
Tersedia dokumentasi K3 yang ditetapkan oleh Perusahaan
Perkebunan
Hasil Audit
5.1.2
Telah dibentuk organisasi K3 yang didukung sarana dan prasarana.
Hasil Audit
5.1.3
Acuan
audit
5.2.
5.2.1
Tersedia dokumen penerapan K3 termasuk pelaporan.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 5.1
Kesejahteraan dan peningkatan kemampuan pekerja
Perusahaan Perkebunan harus meningkatkan kesejahteraan dan
kemampuan pekerja sesuai peraturan perundang-undangan
Diterapkannya peraturan tentang upah minimum.
Hasil Audit
5.2.2
Tersedia sistem penggajian baku yang ditetapkan.
Hasil Audit
5.2.3
Tersedia sarana dan prasarana untuk kesejahteraan pekerja
Hasil Audit
5.2.4
Tersedia kebijakan Perusahaan Perkebunan untuk mengikutsertakan
karyawan dalam program Jamsostek sesuai peraturan perundang-
Catatan 4.10.4 : Perhitungan gas rumah kaca sesuai petunjuk ISPO.
Catatan 5.2.4. : apakah semua karyawan terdaftar di Jamsostek.
19
No
Prinsip dan Kriteria
undangan.
Hasil Audit
5.2.5
Acuan
audit
5.3
5.3.1
Tersedia program pelatihan untuk peningkatan kemampuan karyawan
dan dokumen pelaksanaannya.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 5.2
Penggunaan Pekerja Anak dan Diskriminasi pekerja (Suku, Ras,
Gender dan Agama).
Perusahaan Perkebunan dilarang mempekerjakan anak di bawah umur
dan melakukan diskriminasi sesuai peraturan perundang-undangan
Menerapkan kebijakan tentang persyaratan umur pekerja dan menjaga
kesusilaan.
Hasil Audit
5.3.2
Menerapkan kebijakan tentang peluang dan perlakuan yang sama
untuk mendapatkan kesempatan kerja.
Hasil Audit
5.3.3
Tersedia dokumen daftar karyawan
Hasil Audit
5.3.4
Tersedia mekanisme penyampaian pengaduan dan keluhan pekerja
Hasil Audit
5.3.5
Tersedia dokumen pengaduan dan keluhan pekerja.
Hasil Audit
Acuan
audit
5.4
5.4.1
Kolom panduan pada Lampiran II butir 5.3
Fasilitasi Pembentukan Serikat Pekerja.
Perusahaan Perkebunan harus memfasilitasi terbentuknya Serikat
Pekerja dalam rangka memperjuangkan hak-hak pekerja.
Tersedia dan menerapkan kebijakan terkait dengan serikat pekerja.
Hasil Audit
5.4.2
Tersedia daftar pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja.
Hasil Audit
5.4.3
Acuan
audit
5.5
5.5.1
Tersedia dokumen pembentukan serikat pekerja dan pertemuanpertemuan baik antara Perusahaan Perkebunan dengan serikat pekerja
maupun intern serikat pekerja.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 5.4
Perusahaan Perkebunan mendorong dan memfasilitasi pembentukan
koperasi pekerja dan karyawan.
Tersedia kebijakan Perusahaan Perkebunan dalam mendukung
pembentukan koperasi;
Hasil Audit
5.5.2
Tersedia daftar pekerja dan karyawan yang menjadi anggota koperasi.
20
No
Prinsip dan Kriteria
Hasil Audit
5.5.3
Acuan
audit
6
Tersedia dokumen pembentukan koperasi
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 5.5
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT
6.1
Tanggung jawab sosial dan lingkungan kemasyarakatan.
6.1.1
Perusahaan Perkebunan harus memiliki komitmen sosial,
kemasyarakatan dan pengembangan potensi kearifan lokal.
Tersedia program peningkatan kualitas kehidupan dan lingkungan
yang bermanfaat, baik Perusahaan Perkebunan, komunitas setempat
maupun masyarakat pada umumnya;
Hasil Audit
6.1.2
Ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kebun dengan
melakukan kemitraan usaha.
Hasil Audit
6.1.3
Melakukan pembangunan di sekitar kebun antara lain melalui
berbagai kegiatan antara lain pendidikan, kesehatan, pembangunan
jalan, pertanian, usaha produktif, olah raga, seni budaya dan
keagamaan
Hasil Audit
6.1.4
Acuan
audit
6.2
6.2.1
Tersedia laporan pelaksanaan program CSR.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 6.1
Pemberdayaan Masyarakat Adat/ Penduduk Asli
Perusahaan perkebunan berperan dalam mensejahterakan masyarakat
hukum adat/ penduduk asli
Tersedia program peningkatan kesejahteraan masyarakat hukum adat
(penduduk asli).
Hasil Audit
6.2.2
Tersedia program melestarikan kearifan lokal.
Hasil Audit
6.2.3
Acuan
audit
6.3
6.3.1
Tersedia dokumen realisasi program bersama masyarakat adat/
penduduk asli.
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 6.2
Pengembangan Usaha Lokal
Perusahaan perkebunan memprioritaskan untuk memberi peluang
pembelian/pengadaan barang dan jasa kepada masyarakat di sekitar
kebun.
Tersedia dokumen transaksi lokal termasuk pembelian lokal,
21
No
Prinsip dan Kriteria
penggunaan kontraktor lokal, dll.
Acuan
audit
7
7.1
Hasil Audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 6.3
PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN.
Perusahaan Perkebunan dan unit pengolahan hasil berkewajiban
meningkatkan kinerja (teknis, ekonomis, sosial, dan lingkungan) secara
berkelanjutan dengan mengembangkan dan mengimplementasikan
rencana aksi yang mendukung peningkatan produksi berkelanjutan.
Tersedia dokumen hasil penerapan perbaikan/peningkatan usaha yang
berkelanjutan.
Hasil Audit
Acuan
audit
Kolom panduan pada Lampiran II butir 7
22
3.2.
IDENTIFIKASI TEMUAN, TINDAKAN KOREKSI, PENILAIAN ULANG DAN
CATATAN KOMPONEN POSITIF
3.2.1.Identifikasi temuan, Tindakan koreksi dan Penilaian ulang saat Penilaian stage
1
No.
Ref
Std
Ketidaksesuaian
Grade
Area
Batas
Waktu
Permintaa
n Tindakan
Koreksi
Penilaian
ulang
Dan
Tanggal
Sta
tus
Tgl
Closed
3.2.2.Identifikasi temuan, Tindakan koreksi dan Penilaian ulang saat Penilaian stage
2
No.
Ref
Std
Ketidaksesuaian
Grade
Area
Batas
Waktu
Permintaa
n Tindakan
Koreksi
Penilaian
ulang
Dan
Tanggal
Sta
tus
Tgl
Closed
23
3.2.3.Catatan Komponen Positif
NO
Ref. std
Deskripsi /Penjelasan
3.3.Catatan Mengenai Legalitas
NO
Ref. std
Deskripsi /Penjelasan
24
3.4.Ringkasan Isu-isu yang muncul dari Publik,Tanggapan Manajemen dan Auditor
Isu dari Stakeholder
Tanggapan Manajemen
Tangapan Auditor
3.5. Kesepakatan hasil audit
3.6. Pengakuan organisasi .
Tandatangan resmi atas temuan hasil penilaian.
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Wakil Manajemen dari Perusahaan yang
diperiksa mengakui hasil penilaian, dan setuju pada seluruh isi uraian laporan hasil
penilaian ini, termasuk temuan-temuan ketidaksesuaian.
Ditandatangani atas nama
Nama Perusahaan yang diaudit
Wakil Manajemen
Nama Lembaga Sertifikasi
Lead Auditor
(Tanda tangan & stempel)
Nama lengkap
Tanggal ditandatangani
(Tanda tangan & stempel)
Nama lengkap
Tanggal ditandatangani
25
Lampiran.
1.
2.
3.
4.
Daftar pemangku kepentingan yang dihubungi pada saat proses sertifikasi.
Program kegiatan penilaian (audit plan).
Istilah-istilah.
DLL.
B. KERANGKA PENYUSUNAN LAPORAN PENILAIAN PRINSIP DAN KRITERIA ISPO
UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA
PERKEBUNAN SESUAI LAMPIRAN III PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015.
Kerangka penyusunan laporan penilaian prinsip dan kriteria ISPO untuk perusahaan
perkebunan yang melakukan usaha budidaya perkebunan mengikuti urutan pada butir A
diatas dengan penyesuaian prinsip kriteria sebagaimana dalam lampiran III permentan
nomor 11 tahun 2015.
C. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG
MELAKUKAN USAHA PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN SESUAI LAMPIRAN IV
PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015.
Kerangka penyusunan laporan penilaian prinsip dan kriteria ISPO untuk perusahaan
perkebunan yang melakukan usaha pengolahan hasil perkebunan mengikuti urutan pada
butir A diatas dengan penyesuaian prinsip kriteria sebagaimana dalam lampiran IV
permentan nomor 11 tahun 2015.
D. PRINSIP DAN KRITERIA UNTUK ISPO USAHA KEBUN PLASMA SESUAI LAMPIRAN V
PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015.
Kerangka penyusunan laporan penilaian prinsip dan kriteria ISPO untuk usaha kebun plasma
mengikuti urutan pada butir A diatas dengan penyesuaian prinsip kriteria sebagaimana
dalam lampiran V permentan nomor 11 tahun 2015.
E. PRINSIP DAN KRITERIA ISPO UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA SESUAI
PERMENTAN NOMOR 11 TAHUN 2015
Kerangka penyusunan laporan penilaian prinsip dan kriteria ISPO untuk usaha kebun
swadaya mengikuti urutan pada butir A diatas dengan penyesuaian prinsip kriteria
sebagaimana dalam lampiran VI permentan nomor 11 tahun 2015.
26
6.
PENJELASAN
1.
Indikator dan panduan mengikuti lampiran II, III, IV, V dan VI Permentan no
11 tahun 2015.
2.
Beberapa hal yang harus dilengkapi :
- Resume legalitas
- Peta lokasi dan peta lainnya yang ditampilkan lebih jelas dan ukuran
memadai, sehingga mudah dibaca.
- Pengesahan Reviewer yang ditugaskan secara resmi oleh Manajemen
Lembaga Sertifikasi.
- Menyampaikan laporan penilaian/audit dalam bentuk hard-copy yang di
cetak/print bolak balik dilengkapi dengan soft-copy.
--------- ===== --------
27
Download