PEDOMAN TATA KELOLA INVESTASI Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : BAB I : UMUM A. PENDAHULUAN Penyelenggaraan kegiatan Dana Pensiun harus dilakukan sesuai prinsip-prinsip Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun yang baik (Good Pension Fund Governance). Untuk itu diperlukan Pedoman yang mengatur tentang Investasi. Manajemen investasi secara mendasar terfokus pada kegiatan : 1. Asset allocation : merupakan penentuan jenis dan persentase kelas asset yang akan menjadi bagian dari portofolio investasi. 2. Asset selection : merupakan pemilihan sekuritas individu dengan kriteria utama adalah kemampuan memberikan penghasilan yang baik dimasa depan. 3. Asset rebalancing : merupakan proses pemindahan dana secara berkala dari satu aset ke kelas aset lainnya untuk menghindari tekanan guna mengubah proporsi portofolio secara reaktif akibat pergerakan pasar. Pedoman Investasi ini disusun untuk tertib administrasi dalam tata cara pengelolaan investasi sesuai dengan prinsip-prinsip Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun yang Baik (Good Pension Fund Governance). B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Maksud ditetapkan Pedoman / Kebijakan ini adalah untuk digunakan sebagai panduan dalam pengelolaan investasi agar dana yang dikelola memberikan hasil yang optimal dan relatif aman sesuai dengan peraturan perundangundangan di bidang Dana Pensiun serta Arahan Investasi. 2. Tujuan a. Menyediakan panduan dalam pengelolaan investasi yang menjamin terlaksananya tertib administrasi; b. Tercapainya tertib administrasi atas pengelolaan investasi yang sesuai dengan ketentuan Regulator dan Arahan Investasi. C. LANDASAN KEBIJAKAN 1. Undang–Undang pelaksanaannya; No. 11/1992 tentang Dana Pensiun beserta peraturan 2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 511/KMK.06/2002 Halaman 1 dari 36 tentang Investasi Dana Pensiun; 3. Peraturan Dana Pensiun XYZ (PDP XYZ) beserta perubahannya; 4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No.KEP-136/BL/2006 tentang Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun; 5. Surat Keputusan Direktur Utama PT. XYZ No. Kpts031/C00000/2004-S0 tanggal 8 Juli 2004 tentang Arahan Investasi Dana Pensiun XYZ; 6. Surat Keputusan Direktur Utama PT XYZ No.Kpts. 48/C00000/2007-S0 tentang Pedoman Induk Tata Kelola DP XYZ. D. PENGERTIAN 1. Dana Pensiun adalah Dana Pensiun XYZ (DP XYZ); 2. Peraturan Dana Pensiun adalah Peraturan Dana Pensiun dari Dana Pensiun XYZ yang berisi ketentuan yang menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun; 3. Pendiri adalah Pendiri Dana Pensiun XYZ yaitu PT XYZ ; 4. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Dana Pensiun XYZ; 5. Pengurus adalah Pengurus Dana Pensiun yang terdiri dari Presiden Direktur, Direktur Administrasi dan Kepensiunan dan Direktur Keuangan dan Investasi; 6. Deposito Berjangka adalah simpanan dana di bank yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara Dana Pensiun dengan bank yang bersangkutan; 7. Deposito On Call (DOC) adalah simpanan dana di bank yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara Dana Pensiun dengan bank yang bersangkutan, dengan jangka waktu 1 sampai dengan 29 hari; 8. Sertifikat Deposito adalah surat bukti deposito atas unjuk yang bilyet depositonya dapat diperdagangkan; 9. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) selaku Bank Sentral, bersifat atas unjuk dengan nilai nominal tertentu, guna mengatur masalah jumlah uang yang beredar; 10. Saham Bursa adalah surat berharga yang menyatakan kepemilikan terhadap suatu perusahaan tertentu, yang diperdagangkan di suatu pasar modal; 11. Obligasi adalah surat berharga yang tidak bersifat kepemilikan terhadap suatu perusahaan tertentu, namun merupakan instrumen utang jangka panjang bagi perusahan yang menerbitkannya kepada pemegang obligasi, yang diperdagangkan di pasar modal; 12. Unit Penyertaan Reksa Dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemilik menitipkan dana secara kolektif kepada pengelola reksadana untuk diinvestasikan di pasar modal dan pasar uang; 13. Surat Berharga yang diterbitkan Pemerintah RI adalah surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah RI berupa instrumen utang jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal; 14. Penyertaan Langsung pada Saham adalah investasi pada saham yang diterbitkan oleh badan hukum di Indonesia dan tidak diperdagangkan di pasar modal; 15. Surat Pengakuan Utang adalah investasi pada surat pengakuan utang Halaman 2 dari 36 berjangka waktu lebih dari 1 tahun yang diterbitkan oleh badan hukum di Indonesia; 16. Tanah, Bangunan dan Tanah & Bangunan adalah investasi yang ditempatkan dalam bentuk tanah dan bangunan di Indonesia; 17. Aktiva Investasi adalah Aktiva Dana Pensiun yang terdiri dari berbagai macam instrumen investasi yang diperkenankan Undang – Undang dan sesuai dengan Arahan Investasi yang telah ditetapkan dan dikomposisikan kedalam portofolio investasi strategis yang diharapkan memberikan return optimal kepada Dana Pensiun untuk pengembangan dana peserta; 18. Alokasi Aset adalah penentuan jenis dan persentase kelas aset yang akan menjadi bagian portofolio investasi; 19. Asset Rebalancing adalah proses pemindahan dana secara berkala dari satu kelas aset ke kelas aset lainnya; 20. Tolok Ukur Kinerja adalah referensi yang ditetapkan sebagai pembanding dalam mengukur kinerja investasi; 21. Kategori Asset adalah jenis investasi seperti deposito, saham bursa, obligasi korporasi atau negara, properti, surat pengakuan utang dan penyertaan saham langsung; 22. Kelas Asset adalah pembagian lebih lanjut dari jenis aset, misalnya untuk jenis aset saham dapat dibagi lagi menjadi : Sektor Pertambangan, Infrastruktur, Keuangan dsbnya; 23. Proporsi Kelas Aset dalam portofolio adalah besaran persentase tiap kelas aset dalam portofolio investasi; 24. Sekuritas Individu, adalah bentuk investasi pada institusi (contoh obligasi PT. A, deposito bank B, SUN seri FR00XX, dan seterusnya). E. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Pedoman ini mencakup dan mengatur tentang : 1. Tugas, wewenang, tanggung jawab pengelolaan investasi; 2. Kebijakan pengelolaan investasi; 3. Kewenangan pengelolaan investasi; 4. Proses pengelolaan investasi. Halaman 3 dari 36 PEDOMAN TATA KELOLA INVESTASI BAB II : KEBIJAKAN UMUM Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : INVESTASI Pertimbangan utama melakukan aktivitas investasi adalah prinsip kehati-hatian dan manfaat yang dapat dihasilkan. A. Prinsip investasi : 1. Semua investasi harus dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa estimasi tingkat pendapatan yang akan didapat sesuai dengan tingkat risiko dari investasi tersebut; 2. Strategi alokasi asset harus memperhatikan keperluan likuiditas Dana Pensiun; 3. Investasi harus mengacu pada diversifikasi portofolio yang telah ditentukan dalam rencana investasi Dana Pensiun. B. Kebijakan Manajemen Investasi disusun dengan maksud agar pelaksanaan investasi dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang meliputi praktek terbaik, akuntabel, efisien dan efektif, sehingga menghasilkan kombinasi risk dan return terbaik. 1. Sesuai Praktek Terbaik Pelaksanaan investasi dilakukan mengacu pada praktek terbaik manajemen investasi. Praktek terbaik disarikan dari tolok ukur normative, operasional dan industrial. a. Terdapat 8 prinsip yang terkait dengan manajemen investasi yaitu : 1). Pendelegasian peran dan tanggung jawab; 2). Ukuran kinerja; 3). Pengetahuan dan ketrampilan; 4). Ketersediaan informasi; 5). Pengendalian risiko; 6). Pengawasan dan kepatuhan; 7). Transparansi dan tanggung gugat; 8). Code of Conduct dan benturan kepentingan (conflict of interest). b. Adapun untuk manajemen investasi praktek terbaik menyebutkan 8 norma yaitu : 1). Lingkungan internal (Internal Environtment); 2). Tujuan (Objective Setting); 3). Identifikasi peristiwa (Event Identification); 4). Penilaian risiko (Risk Assesment); Halaman 4 dari 36 2. 3. 4. 5. C. 5). Menanggapi risiko (Risk Response); 6). Pengawasan kegiatan (Control Activities); 7). Informasi dan teknologi (Information and Communication); 8). Pemantauan (Monitoring). Penyusunan kebijakan manajemen investasi berdasarkan praktek terbaik akan mengacu pada prinsip dan norma di atas yang disesuaikan dengan kondisi legal yang berlaku bagi dana Pensiun di Indonesia. Akuntabel Pelaksanaan investasi dilakukan sesuai dengan prosedur yang tepat, yang memungkinkan pelaksanaan investasi bersifat transparan, terkendali dan dapat dipertanggung jawabkan. Efisien Tingkat return investasi portofolio yang optimal dengan tingkat risiko tertentu. Efektif Return investasi portofolio sesuai dengan tujuan (return dan risiko) yang dianggarkan dan sesuai dengan total arahan investasi. Optimal Kinerja investasi portofolio maksimal pada tingkat risiko tertentu, setidaknya sama dengan atau lebih dari tolok ukur atau faktor yang ditetapkan sebagai pengukur kinerja portofolio Dana Pensiun. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan kebijakan investasi adalah : 1. Keperluan Likuiditas : Likuiditas harus dipelihara pada tingkat sekurang-kurangnya dapat memenuhi pembayaran manfaat pensiun faktor dan biaya operasional bulanan, serta kewajiban lainnya yang jatuh tempo. 2. Jangka Waktu Investasi : Mengingat karakteristik kewajiban Dana Pensiun bersifat jangka panjang, maka harus terdapat kesesuaian antara kewajiban dan aset (asset-liability matching). 3. Regulasi Investasi : Batasan-batasan Investasi Dana Pensiun diatur oleh Departemen Keuangan yaitu : a. KMK No.511/KMK06/2002, beserta perubahannya; b. Keputusan Dirjen Lembaga Keuangan No. Kep.2344/LK/2003, beserta perubahannya; c. Keputusan Dirjen Lembaga Keuangan No. Kep.2344/LK/2003, beserta perubahannya. 4. Peraturan Perpajakan : Perhitungan return dilakukan dengan mempertimbangkan pajak. Dengan demikian bila terdapat perbedaan tarif pajak maka investasi akan mengarah pada instrumen investasi yang memberikan insentif pajak lebih sehingga total biaya menjadi lebih rendah dan return lebih tinggi. 5. Preferensi : Preferensi investasi Dana Pensiun umumnya mengacu pada faktor keamanan investasi, misalnya terlihat dari lebih disukainya penempatan deposito di Bank-bank Pemerintah, pembelian Surat Berharga Pemerintah, obligasi Korporasi dengan rating tinggi, saham-saham Bluechips, dan Halaman 5 dari 36 sebagainya. D. Kombinasi Risk - Return Dengan mempertimbangkan sasaran investasi, keperluan likuiditas, jangka waktu investasi, peraturan perpajakan dan preferensi manajemen, ditetapkanlah kombinasi risiko return yang hendak dicapai sesuai dengan kebijakan manajemen investasi yang meliputi : 1. Perencanaan manajemen investasi dan risiko yang meliputi filosofi risiko, investasi dan strategi investasi (alokasi asset, asset selection dan asset rebalancing); 2. Implementasi manajemen investasi dan risiko investasi meliputi cara penempatan atau pelepasan portofolio, kewenangan penempatan dan pelepasan portofolio investasi serta penggunaan manajer investasi eksternal; 3. Pemantauan Kinerja investasi meliputi penilaian dan pelaporan portofolio investasi, pemantauan biaya transaksi, pendapatan investasi, integritas investasi (rekonsiliasi transaksi dan rekonsiliasi bunga dan dividen). Kebijakan lainnya yang meliputi arus kas, asset liability management dan cash balance. Halaman 6 dari 36 PEDOMAN TATA KELOLA INVESTASI BAB III : ALOKASI KEKAYAAN Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : DANA PENSIUN Pada dasarnya Kekayaan Dana Pensiun yang dikategorikan sebagai Investasi mengacu pada KMK 511 tahun 2002 tentang Investasi Dana Pensiun. KMK tersebut menyatakan batasan-batasan kuantitatif dan kualitatif. A. Kekayaan yang dikategorikan sebagai Investasi Tidak Langsung pada Dana Pensiun Investasi tidak langsung adalah investasi yang dilakukan pada portofolio sebagai berikut : 1. Deposito Berjangka; 2. Deposito On Call (DOC); 3. Sertifikat Deposito; 4. Sertifikat Bank Indonesia; 5. Saham Bursa; 6. Obligasi; 7. Unit Penyertaan Reksa Dana; 8. Surat Berharga yang diterbitkan Pemerintah RI. B. Kekayaan yang dikategorikan Sebagai Investasi Langsung pada Dana Pensiun Investasi langsung adalah investasi yang dilakukan pada Badan Hukum di Indonesia, terdiri atas : 1. Penyertaan Langsung pada Saham; 2. Surat Pengakuan Utang; 3. Tanah; 4. Bangunan; 5. Tanah dan Bangunan. C. Kekayaan yang dikategorikan Sebagai Bukan Investasi 1. Kas dan Rekening Giro; 2. Piutang yang diperkenankan berdasarkan Undang-undang Dana Pensiun dan Peraturan Pelaksanaannya; 3. Perangkat computer; 4. Peralatan kantor dan peralatan lainnya; 5. Biaya dibayar dimuka. Halaman 7 dari 36 D. Jenis Investasi yang diperbolehkan Berdasarkan KMK 511 tahun 2002 tentang Dana Pensiun jenis investasi yang diperbolehkan adalah sebagai berikut : No. KMK 511 Jenis Investasi batasan batasan kuantitatif per pihak Deposito berjangka pada Bank boleh 100% 20% 2. Deposito On Call pada Bank boleh 100% 20% 3. Sertifikat Deposito pada bank boleh 100% 20% 4. Saham yang tercatat di bursa efek Indonesia boleh 100% 20% 5. Obligasi yang tercatat di bursa efek Indonesia boleh 100% 20% 6. Penempatan Langsung 7. Pengakuan Utang 1. Batasan Kualitatif 1. 2. 3. 8. Tanah 9. Bangunan SPU berjangka waktu > 1 thn dan jatuh tempo < 10 thn. Jumlah penempatan langsung dan SPU < SPU dijamin oleh penerbit dgn 20% dari total kekayaannya min 100%. investasi Penerbit SPU membukukan laba 3 thn terakhir. 4. Saham dan SPU dari badan hukum yang tidak ada hubungannya dengan Pendiri, Mitra Pendiri, Penerima titipan, serta afiliasi, Pengawas dan Pengurus DP. 1. Dilengkapi bukti kepemilikan atas nama Dana Pensiun 10. Tanah dan Bangunan di Indonesia 2. Memberikan penghasilan kpd DP atau bertambah nilainya krn pembangunan, penggunaan, dan atau pengelolaan oleh pihak lain. 10% 20% 20% 20% < 15% 11. Unit Penyertaan Reksadana 20% 12. Sertifikat Bank Indonesia 20% 13. Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah RI boleh > 20% Dengan memperhatikan peraturan-peraturan, arahan investasi dari Pendiri, serta batasan-batasan seperti tersebut di atas, diharapkan investasi Dana Pensiun berada dalam keadaan aman dalam arti dialokasikan tidak hanya pada satu jenis investasi saja melainkan adanya penyebaran (diversifikasi) dan dalam waktu yang bersamaan terdapat peningkatan kekayaan. Halaman 8 dari 36 PEDOMAN TATA KELOLA INVESTASI BAB IV : ARAHAN INVESTASI & Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : RENCANA INVESTASI Tujuan Arahan Investasi adalah memberikan pedoman bagi Pengurus untuk melaksanakan investasi bagi Dana Pensiun secara optimal dengan memperhitungkan prinsip kehati-hatian dan tingkat risiko serta tingkat keamanan investasi. 1. Dalam Arahan Investasi sebagaimana dimaksud, paling kurang harus mencantumkan hal-hal sebagai berikut : a. Sasaran hasil investasi setiap tahun dalam bentuk kuantitatif yang harus dicapai oleh Pengurus; b. Batas maksimum proporsi kekayaan Dana Pensiun yang dapat ditempatkan untuk setiap jenis investasi; c. Batas maksimum proprsi kekayaan Dana Pensiun yang dapat ditempatkan pada satu Pihak; d. Obyek investasi yang dilarang untuk penempatan kekayaan Dana Pensiun; e. Ketentuan likuiditas minimum portofolio investasi Dana Pensiun untuk mendukung ketersediaan dana guna pembayaran manfaat pensiun dan operasional dana pensiun; f. Sistem pengawasan dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan investasi; g. Ketentuan mengenai penggunaan tenaga ahli; penasihat, lembaga keuangan dan jasa lain yang dipergunakan dalam pengelolaan investasi; dan h. Sanksi yang akan diterapkan Dana Pensiun kepada Pengurus atas pelanggaran ketentuan mengenai investasi yang ditetapkan dalam UndangUndang Dana Pensiun dan peraturan pelaksanaannya. 2. Rencana Investasi : a. Pengurus wajib bertindak sedemikian rupa sehingga keputusan investasi yang diambil merupakan keputusan investasi yang obyektif, yang semata-mata untuk kepentingan Peserta, Dana Pensiun, dan atau Pemberi Kerja. Oleh karena itu Pengurus wajib menyusun rencana investasi tahunan, yang memuat sekurang-kurangnya : 1) Rencana komposisi jenis investasi; 2) Perkiraan tingkat hasil hasil investasi untuk masing-masing jenis investasi dimaksud; dan 3) Pertimbangan yang mendasari rencana komposisi jenis investasi dimaksud. b. Rencana investasi sebagaimana dimaksud dalam point a. harus merupakan penjabaran Arahan Investasi serta mencerminkan penerapan prinsip-prinsip penyebaran risiko dan keputusan investasi yang obyektif. Halaman 9 dari 36 c. Rencana investasi sebagaimana dimaksud dalam point a. hanya akan berlaku setelah paling kurang mendapat persetujuan Dewan Pengawas. 3. Sasaran Hasil Investasi : Dalam pengelolaan kekayaan Dana Pensiun, sasaran umum hasil investasi ditetapkan secara tahunan oleh Pendiri dalam Rencana Investasi Tahunan. Halaman 10 dari 36 PEDOMAN TATA KELOLA INVESTASI BAB V : PERENCANAAN INVESTASI Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : Perencanaan investasi meliputi : alokasi asset, pemilihan sekuritas individu serta assets rebalancing. A. Alokasi Aset Alokasi aset adalah bagian yang sangat penting dalam proses manajemen investasi karena banyak penelitian menunjukkan bahwa hal utama yang menentukan kinerja keseluruhan suatu portofolio investasi adalah bagaimana tiap-tiap kelas aset dialokasikan dalam portofolio tersebut. 1. Empat kategori besar pembagian kelas aset yaitu : a. Kas ekuivalen (misalnya deposito dan SBI); b. Sekuritas berpendapatan tetap (misalnya obligasi korporasi, surat pengakuan utang dan surat berharga yang diterbitkan pemerintah RI); c. Ekuitas (saham yang diperdagangkan di bursa efek dan penyertaan langsung pada saham); d. Properti (tanah, bangunan tanah dan bangunan). 2. Tujuan alokasi aset adalah : a. Digunakan sebagai pedoman formal bagi para manajer investasi internal maupun eksternal; b. Untuk menentukan campuran yang optimal dari berbagai kelas aset yang berpotensi menghasilkan return yang diinginkan dengan tingkat fluktuasi / risiko minimum pada nilai portofolio investasi. Dengan melakukan investasi di beberapa kelas aset, akan meningkatkan probabilitas bahwa jika nilai salah satu kelas aset mengalami penurunan, nilai jenis investasi lainnya mungkin sedang mengalami kenaikan. 3. Tahapan implementasi Alokasi aset yaitu : a. Mempertimbangkan faktor-faktor berikut : 1) Peraturan Perundang-undangan dan Arahan Investasi Pendiri; 2) Sasaran tingkat kinerja hasil investasi dan tingkat risiko yang digunakan aktuaris; 3) Tingkat pertumbuhan historis nilai pokok investasi; 4) Tingkat real return dari portofolio investasi (tingkat hasil investasi setelah dikurangi tingkat inflasi), berkaitan dengan sasaran tingkat kinerja investasi yang diproyeksikan oleh aktuaris; 5) Kebutuhan likuiditas; 6) Toleransi risiko atau berapa besar tingkat fluktuasi pendapatan investasi yang dapat ditolerir; Halaman 11 dari 36 7) Jangka waktu investasi yang disesuaikan dengan kebutuhan likuiditas; 8) Batasan-batasan dan pertimbangan lain-lainnya. b. Struktur jatuh tempo dari asset dan kewajiban harus ditelaah secara hatihati dan dicocokkan sebisa mungkin (matching); c. Strategi alokasi aset perlu dievaluasi kembali setiap tahun untuk menentukan apakah rebalancing perlu dilakukan untuk membawa portofolio investasi kembali kepada sasaran hasil investasi dengan tingkat risiko yang dapat diterima; d. Tingkat diversifikasi kelas aset dalam portofolio investasi ditentukan berdasarkan : 1) Sasaran hasil investasi dan risiko yang telah ditentukan; dan 2) kemampuan untuk memantau dan melakukan analisa kemajuan investasi dan kepatuhan terhadap sasaran yang telah ditetapkan. B. Pemilihan Sekuritas Individu Dengan menggunakan strategi alokasi aset sebagai referensi, pada tahap ini manajer investasi melakukan pemilihan sekuritas individu. Kriteria pemilihan utama adalah potensi sekuritas dalam memberikan penghasilan yang baik dimasa depan. 1. Bentuk kebijakan perencanaan pemilihan sekuritas individu adalah : a. Pengurus menetapkan kebijakan pemilihan sekuritas; b. Kriteria sekuritas adalah yang memberikan prospek yang baik dimasa depan; c. Parameter pemilihannya ditetapkan pada masing-masing sekuritas, melalui tahap-tahap pemilihan sebagai berikut : 1) Menetapkan tolok ukur; 2) Analisa risiko dan return; 3) Memilih sekuritas. d. Apabila diperlukan, dapat dilakukan melalui pertemuan komite investasi operasional. Komite investasi operasional merupakan komite yang terdiri dari pejabat dan staf yang terkait dalam pengambilan keputusan pemilihan sekuritas. 1) Kondisi dapat dilaksanakannya pertemuan komite investasi operasional adalah apabila : a) Terjadi perubahan kondisi makro yang menyebabkan peta peluang dan risiko antar berbagai jenis investasi berubah secara signifikan dari apa yang telah diprediksikan; b) Terdapat isu yang mempengaruhi perilaku pasar dan investor; c) Terdapat perubahan regulasi; d) Terdapat kebutuhan untuk melakukan realokasi anggaran investasi karena timbulnya peluang; e) Hal-hal yang dirasakan perlu. Pertemuan ini bersifat insidentil. Output yang diharapkan adalah keputusan yang dapat dijadikan pedoman investasi dalam kondisi tersebut, yang dituangkan dalam suatu notulen yang ditandatangani oleh seluruh anggota komite. 2) Manfaat dari pertemuan komite investasi operasional adalah : a) Kualitas keputusan yang lebih tinggi karena melalui proses diskusi yang ditunjang data dan informasi dari semua pihak yang terlibat; Halaman 12 dari 36 b) Komitmen yang lebih tinggi dari semua pihak yang terkait karena dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. C. Kebijakan perencanaan pemilihan sekuritas individu pada masing-masing portofolio investasi 1. Deposito Bank mitra dipilih dan dievaluasi oleh Direktur Keuangan & Investasi berdasarkan tingkat kesehatan yang diukur dengan parameter kuantitatif dan kualitatif. Aturan yang lebih rinci ditetapkan melalui Keputusan Direktur Investasi. 2. SBI Pengambilan keputusan keikutsertaan dalam lelang diatur melalui Keputusan Direktur Keuangan & Investasi. 3. Saham Bursa Efek a. Ditetapkan benchmark untuk menilai kinerja investasi, yaitu ada premium di atas suku bunga bebas risiko. b. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan : 1) Analisa data-data histories; 2) Analisa kondisi pasar; 3) Analisa para analis dan pengamat; 4) Rekomendasi mitra (sekuritas, fund manager, konsultan). c. Tahap-tahap dalam melakukan pemilihan emiten : 1) Analisa makro ekonomi; 2) Analisa portofolio untuk menetapkan diversifikasi dengan mengacu pada alokasi aset : a) Antara saham inti dan bukan-inti dengan perbedaan sebagai berikut : (1) Saham inti memiliki jangka waktu investasi yang lebih lama dan merupakan saham blue chips. Kontribusi saham inti terutama diharapkan dari kenaikan SPI dalam jangka panjang; (2) Saham bukan-inti memiliki jangka waktu investasi yang lebih pendek, dan merupakan saham lapis kedua. Kontribusi saham bukan inti terutama diharapkan dari kenaikan SPI dalam jangka pendek yang harus segera direalisasikan. b) Antar industri emiten, untuk meminimalkan risiko operasional suatu industri; c) Antara saham yang dikelola secara internal dan yang dikelola oleh industri. 3) Analisa industri, untuk memilih industri yang atraktif; 4) Analisa emiten, meliputi : a) Memilih emiten yang sesuai kriteria; b) Menetapkan harga target dari tiap emiten; c) Menentukan prosentase investasi pada tiap emiten melalui metode pembobotan. 5) Analisa kelayakan setiap transaksi. 4. Obligasi Halaman 13 dari 36 a. Ditetapkan tolok ukur untuk menilai kinerja investasi berupa yield atau imbal hasil, misal : 1) Ada premi di atas suku bunga bebas risiko, atau 2) Rata-rata yield pasar. b. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan : 1) Analisa data-data histories; 2) Analisa kondis pasar; 3) Analisa para analis dan pengamat (media); 4) Rekomendasi mitra (sekuritas, fund manager, konsultan). c. Tahap-tahap dalam melakukan pemilihan emiten : 1) Analisa makro ekonomi; 2) Analisa portofolio untuk menetapkan diversifikasi dengan mengacu pada alokasi aset : a) Antara obligasi yang dimiliki hingga jatuh tempo dan tersedia untuk dijual dengan perbedaan sebagai berikut : (1) Minimum 1% obligasi yang dikelompokkan sebagai tersedia untuk dijual. (2) Maksimum 99% obligasi yang dikelompokkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo. Kontribusinya terutama diharapkan dari penerimaan bunga kupon. Pemilihan dilakukan dengan kriteria kupon dan imbal hasil hingga jatuh tempo besar, serta durasi (volatilitas terhadap pergerakan suku bunga pasar) pendek. b) Antar industri emiten, untuk meminimalkan risiko operasional industri; c) Antara obligasi yang dikelola oleh internal dan yang dikelola oleh fund manager eksternal; d) Masa jatuh tempo, untuk meminimalkan risiko likuiditas; e) Durasi, untuk meminimalkan risiko pasar. 3) Analisa industri, untuk memilih industri yang atraktif; 4) Analisa emiten, untuk memilih emiten yang rating dan prospek bagus; 5) Analisa kelayakan setiap transaksi. d. Pembelian : 1) Menghitung durasi dari obligasi yang akan dibeli dan membandingkan secara relatif dengan durasi portofolio; 2) Menghitung imbal balik hingga jatuh tempo obligasi yang akan dibeli; 3) Benchmark dengan rata-rata pasar sesuai umur obligasi (diindikasikan oleh kurva imbal hasil); 4) Keputusan beli dan klasifikasi sebagai tersedia untuk dijual diambil bila likuiditas relatif tinggi, durasi pendek dan imbal hasil hingga jatuh tempo lebih tinggi dari pasar (harga lebih murah) sehingga terdapat potensi untuk memperoleh gain; 5) Keputusan beli juga dapat diambil meskipun imbal hasil hingga jatuh tempo tidak lebih tinggi dari pasar, tetapi dengan justifikasi berupa ekspektasi Dana Pensiun terhadap arah dan besarnya perubahan suku bunga. e. Penjualan : 1) Menghitung imbal hasil hingga jatuh tempo obligasi yang akan dijual; 2) Membandingkan dengan benchmark rata-rata pasar sesuai umur obligasi (kurva imbal hasil); 3) Keputusan jual diambil bila imbal hasil hingga jatuh tempo lebih rendah Halaman 14 dari 36 dari pasar (harga lebih mahal) sehingga keuntungan sudah cukup layak untuk direalisasikan; 4) Keputusan jual juga dapat diambil meskipun imbal hasil hingga jatuh tempo tidak lebih rendah dari pasar, tetapi dengan justifikasi harus diupayakan lebih besar dari pendapatan kupon bila tidak dijual setelah amortisasi; 5) Dalam periode yang bersangkutan, gain (setelah dikurangi pajak) ditambah pendapatan kupon dari reinvestasi hasil penjualan harus diupayakan lebih besar dari pendapatan kupon bila tidak dijual setelah amortisasi. f. Pindah Status : Sebelum masa jatuh tempo, terhadap obligasi yang dikelompokkan sebagai tersedia untuk dijual dan nilai perolehannya > dari nilai nominalnya dan pada saat itu : 1) Harga pasar > = harga perolehan, maka : a) Jual, bila gain setelah pajak ditambah dengan kupon reinvestasi hasil penjualan pada periode tahun tersebut > sisa kupon bila tidak dijual setelah amortisasi; b) Pindah ke status dimiliki hingga jatuh tempo, bila gain setelah pajak ditambah kupon reinvestasi pada periode tahun tersebut < sisa kupon bila tidak dijual setelah amortisasi. 2) Harga pasar < perolehan dan tidak ada ekspektasi harga pasar akan naik pada sisa umur obligasi tersebut, maka jual (realisasi SPI sebagai kerugian). Hal ini lebih menguntungkan daripada memindahkan ke kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, dimana selain harus merealisasikan SPI sebagai kerugian juga harus mengamortisasi sisa premium selama sisa umur obligasi tersebut. 5. Surat Berharga Yang Diterbitkan Pemerintah RI a. Ditetapkan tolok ukur untuk menilai kinerja investasi berupa yield / imbal hasil, maka : 1) Ada premi di atas suku bunga bebas risiko, atau 2) Rata-rata yield SUN di pasar b. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan : 1) Analisa data-data historis; 2) Analisa kondisi pasar; 3) Analisa para analis dan pengamat; 4) Rekomendasi mitra (sekuritas, fund manager, konsultan). c. Tahap-tahap dalam melakukan pemilihan emiten : 1) Analisa makro ekonomi; 2) Analisa portofolio untuk menetapkan diversifikasi dengan mengacu pada alokasi aset, antara obligasi yang dimiliki hingga jatuh tempo dan tersedia untuk dijual dengan perbedaan sebagai berikut : a) Minimum 1% SUN yang dikelompokkan sebagai tersedia untuk dijual. Jangka waktu investasi lebih singkat dan kontribusinya terutama diharapkan dari laba/rugi perolehan/pelepasan investasi. Kriteria pemilihan adalah yang likuiditasnya tinggi dan memiliki durasi (volatilitas terhadap pergerakan suku bunga pasar) panjang, sehingga terdapat kemungkinan untuk memperoleh capital gain dari pergerakan harga dengan cara membeli saat harga murah dan Halaman 15 dari 36 menjual pada saat mahal; b) Selain point a) adalah SUN yang dikelompokkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo. Kontribusinya terutama diharapkan dari penerimaan bunga kupon. Pemilihan dilakukan dengan kriteria kupon dan imbal hasil hingga jatuh tempo besar, serta durasi (volatilitas terhadap pergerakan suku bunga pasar) pendek. 3) Analisa kelayakan setiap transaksi. d. Pembelian : 1) Menghitung durasi dari SUN yang akan dibeli dan membandingkan secara relatif dengan durasi portofolio; 2) Menghitung imbal hasil hingga jatuh tempo SUN yang akan dibeli; 3) Benchmark dengan rata-rata pasar sesuai umur SUN (diindikasikan oleh kurva imbal hasil); 4) Keputusan beli dan klasifikasi sebagai tersedia untuk dijual diambil bila durasi relatif panjang, dan imbal hasil hingga jatuh tempo lebih tinggi dari pasar (harga lebih murah) sehingga terdapat potensi untuk memperoleh gain; 5) Keputusan beli juga dapat diambil meskipun imbal hasil hingga jatuh tempo tidak lebih tinggi dari pasar, tetapi dengan justifikasi berupa ekspektasi Dana Pensiun terhadap arah dan besarnya perubahan suku bunga. e. Penjualan : 1) Menghitung imbal hasil hingga jatuh tempo SUN yang akan dijual; 2) Membandingkan dengan benchmark rata-rata pasar sesuai umur SUN (kurva imbal hasil); 3) Keputusan jual diambil bila imbal hasil hingga jatuh tempo lebih rendah dari pasar (harga lebih mahal) sehingga keuntungan sudah cukup layak untuk direalisasikan; 4) Keputusan jual juga dapat diambil meskipun imbal hasil hingga jatuh tempo tidak lebih rendah dari pasar, tetapi dengan justifikasi berupa Dana Pensiun terhadap arah dan besarnya perubahan suku bunga; 5) Gain (setelah dikurangi pajak) ditambah pendapatan kupon reinvestasi hasil penjualan harus diupayakan lebih besar dari pendapatan kupon bila tidak dijual setelah amortisasi. f. Pindah Status : Kebijakan pindah status untuk SUN dengan masa jatuh tempo tinggal 3 tahun, berstatus tersedia untuk dijual dan nilai perolehannya lebih besar dari nilai nominalnya, adalah sama dengan kebijakan pindah status untuk obligasi. 6. Unit Penyertaan Reksadana a. Ditetapkan tolok ukur untuk menilai kinerja investasi berupa hasil : 1) Ada premi di atas suku bunga bebas risiko, atau 2) rata-rata return reksadana di pasar. b. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan : 1) analisa kinerja historis reksadana; 2) analisa kondisi pasar; 3) analisa para analis dan pengamat; 4) rekomendasi mitra (sekuritas, fund manager, konsultan). c. Tahap-tahap dalam melakukan pemilihan emiten : Halaman 16 dari 36 1) Analisa makro ekonomi; 2) Analisa portofolio dengan mengacu pada alokasi aset menetapkan diversifikasi ke dalam : 1) Reksadana pasar uang; 2) Reksadana pendapatan tetap; 3) Reksadana saham; 4) Reksadana campuran. 3) Pemilihan manajer investasi dan jenis reksadana; 4) Pemantauan dan evaluasi kinerja; 5) Analisa kelayakan setiap transaksi. untuk d. Pembelian : 1) Mengestimasikan gain yang akan diperoleh; 2) Membandingkan estimasi gain dengan return yang dipersyaratkan. e. Penjualan : 1) Realisasi gain dilakukan setiap periode waktu tertentu, selama tingkat return-nya dinilai layak; 2) Apabila tingkat return-nya dinilai tidak layak, maka diberi toleransi waktu selama jangka waktu tertentu. Atau bisa juga tetap direalisasikan dengan judgment khusus (misalnya mengejar target pendapatan, pergantian personal kunci dalam pengelola reksadana atau pertimbangan kondisi makro ekonomi); 3) Menentukan jenis investasi untuk mereinvestasikan hasil penjualan. 7. Surat Pengakuan Utang a. Ditetapkan benchmark untuk menilai kinerja investasi dalam bentuk adanya di atas suku bunga bebas risiko b. Tahap-tahap dalam melakukan pemilihan debitur : 1) Perusahaan memenuhi kriteria seperti yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan mengenai Investasi Dana Pensiun; 2) analisa kelayakan investasi atas proposal yang diajukan melalui pemeringkatan oleh Perusahaan Pemeringkat dan analisa kualitatif dan kuantitatif (analisa prospek atas proyek yang didanai serta kualitas manajemen perusahaan). 8. Penyertaan Saham pada Perusahaan a. Ditetapkan benchmark untuk menilai kinerja investasi; b. Tahap-tahap dalam melakukan investasi : 1) Screening perusahaan (tidak dilarang oleh peraturan); 2) Valuasi perusahaan (untuk menentukan harga wajar); 3) Menetapkan target dividen; 4) Melakukan negosiasi harga; 5) Mengelola dan mengevaluasi kinerja, prospek perusahaan dan pendapatan dividen (melalui instrument kontrak manajemen, dan peran sebagai komisaris/sekretaris dekom); 6) Bila terdapat perubahan signifikan dalam kinerja, prospek dan pendapatan, dilakukan valuasi ulang untuk menentukan keputusan jual/tahan/tambah atas kepemilikan saham yang ada. 9. Properti a. Ditetapkan benchmark untuk menilai kinerja investasi; b. Tahap-tahap dalam melakukan investasi : Halaman 17 dari 36 1) 2) 3) 4) Valuasi properti (untuk menetapkan harga wajar); Menetapkan target pendapatan sewa dan selisih penilaian investasi; Melakukan negosiasi harga; Mengelola dan mengevaluasi kinerja, prospek dan pendapatan, dilakukan valuasi ulang untuk menentukan keputusan jual/tahan/tambah atas properti tersebut; 5) Bila terdapat perubahan signifikan dalam kinerja, prospek dan pendapatan, dilakukan valuasi ulang untuk menentukan keputusan jual/tahan/tambah atas properti tersebut. D. Pemindahan Aset (Asset Rebalancing) Tantangan terbesar dalam mengelola portofolio investasi adalah menghindari tekanan untuk mengubah proporsi portofolio secara reaktif karena pergerakan pasar. Cara terbaik menghindari masalah ini dengan mengadopsi kebijakan alokasi aset jangka panjang dan mempertahankanya dengan menggunakan proses asset rebalancing secara sistematis. 1. Definisi : Rebalancing adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses pemindahan dana secara berkala dari satu aset ke kelas aset lainnya. 2. Tujuan : Menghasilkan portofolio investasi dengan komposisi tiap-tiap kelas aset pada atau dekat dengan alokasi dan return yang ditargetkan. 3. Fakta (Hasil Riset) : a) Asset rebalancing dapat mengurangi tingkat volatilitas hasil portofolio investasi aktual dibandingkan dengan portofolio tolok ukur dan juga memberikan hasil tambahan dibandingkan dengan portofolio yang tidak menggunakan proses aset rebalancing; b) Peningkatan kinerja terbesar dihasilkan dari proses rebalancing pada kelas aset saham dibandingkan dengan oblibasi. Karena data historis menunjukkan kedua kelas aset ini sangat berbeda dari segi penghasilan investasi, volatilitas dan juga memiliki tingkat korelasi yang rendah; c) Rebalancing pada tingkat manajer investasi tidak memberikan tambahan hasil investasi yang berarti. Kemungkinan penyebabnya adalah hampir samanya tingkat volatilitas penghasilan masing-masing investasi, dan juga karena besarnya tingkat korelasi antara para manajer investasi. 4. Faktor Pemicu (Trigger) Dua metode untuk menentukan kapan asset rebalancing perlu dilakukan : a) Terjadwal : gunakan tanggal tertentu sebagai pemicu dilakukan asset rebalancing. Artinya lakukan asset rebalancing pada waktu yang sama misalnya sekali setiap tahun, enam bulan atau kwartal. b) Range : tentukan besar kisaran persentase masing-masing kelas aset dapat berubah di sekitar target yang ditentukan dalam lokasi Halaman 18 dari 36 aset. Lakukan rebalancing jika salah satu dari persentasi aktual kelas aset berada diluar kisaran yang telah ditentukan. 5. Bentuk Implementasi asset rebalancing : a) Keputusan asset rebalancing ditetapkan dalam rapat komite investasi berdasarkan pertimbangan analisa historis, kondisi makro, peluang pasar, dan ekspektasi eksternal; b) Ditetapkan mekanisme asset rebalancing : realokasi dari kelas aset yang melampaui kisaran toleransi ke kelas aset yang prosentasenya dibawah yang ditargetkan, atau investasi baru dari dana yang baru masuk. Halaman 19 dari 36 PEDOMAN TATA KELOLA INVESTASI Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : BAB VI : IMPLEMENTASI MANAJEMEN Perbaikan ke : INVESTASI A. Kebijakan Penempatan, Pelepasan, Penghentian Investasi 1. Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito a. Menempatkan Dana 1) Latar belakang penempatan dana di Deposito Berjangka adalah diversifikasi risiko dan adanya tingkat return Deposito Berjangka yang dapat diprediksi sebelumnya; 2) Latar belakang penempatan dana dalam bentuk Sertifikat Deposito adalah diversifikasi risiko dan adanya tingkat return dan risiko Sertifikat Deposito yang dapat diprediksi serta Sertifikat Deposito dapat diperjualbelikan setiap saat; 3) Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito hanya dapat ditempatkan pada bank yang beroperasi di Indonesia; 4) Nilai Penempatan Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito pada setiap Bank Swasta ditentukan oleh Pengurus; 5) Komposisi penempatan dana dalam Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito di Bank Pemerintah dan Bank Swasta ditetapkan oleh Pengurus; 6) Jangka waktu penempatan Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito di Bank Pemerintah tidak dibatasi. Sedangkan jangka waktu penempatan Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito di Bank Swasta ditetapkan oleh Pengurus. b. Menahan Investasi 1) Evaluasi atas setiap instrument investasi Deposito Berjangka dan Sertifikat harus dilakukan secara terus menerus dan periodik oleh fungsi investasi; 2) Jika estimasi return dari suatu Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito dapat direalisasikan secara optimal dan bank senantiasa memiliki kinerja yang baik, maka penempatan Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito di bank tersebut dapat terus dipertahankan. c. Menarik Dana 1) Pencairan Deposito Berjangka sebelum jatuh tempo dari suatu Bank Peserta penempatan dana dapat dilakukan apabila memenuhi alasanalasan berikut ini : a) Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas yang sifatnya tidak dapat ditunda lagi, dimana alternatif lain sudah tidak memungkinkan; b) Bank Peserta penempatan dana menghadapi berisiko tinggi; c) Bank termasuk kategori obyek investasi yang dilarang Halaman 20 dari 36 sebagaimana dimaksud dalam Arahan Investasi. 2) Penarikan Sertifikat Deposito sebelum jatuh tempo dilakukan jika memenuhi alasan-alasan tertentu. 2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) a. Menempatkan Dana 1) Penempatan dana dalam SBI dilakukan dalam rangka penyebaran risiko dan optimalisasi return portofolio. Pembelian SBI dilakukan jika tingkat suku bunga SBI (setelah dikurangi bank fee) minimal sama dengan rata-rata tingkat suku bunga Deposito Berjangka pada Bank Pemerintah; 2) Komposisi dana yang ditempatkan pada SBI dilaksanakan berdasarkan ketetapan Pengurus. b. Menahan Investasi Evaluasi atas SBI harus dilakukan secara terus menerus dan periodik. Jika estimasi return SBI dapat direalisasikan secara optimal, maka penempatan dana dalam SBI di BI dan di bank atau lembaga tersebut dapat dipertahankan. c. Menarik Dana Keputusan untuk mencairkan SBI dapat dipertimbangkan bila Dana Pensiun memerlukan dana tersebut untuk keperluan likuiditas atau peruntukan investasi dengan tingkat return yang lebih baik, dan ketika bank atau lembaga peserta penempatan dana menghadapi kondisi ekonomi dan hukum yang berisiko tinggi bagi kelangsungan usahanya atau kemampuannya membayar kewajiban-kewajibannya. 3. Saham yang Listed di Bursa Efek a. Menempatkan Dana 1) Latar belakang penempatan dana dalam bentuk Saham adalah diversifikasi risiko dan optimalisasi return portofolio investasi, dimana investasi Saham diharapkan memberi tingkat return yang optimal dengan tingkat risiko tertentu; 2) Investasi di pasar modal dilakukan dengan mengutamakan tingkat risiko yang rendah, potensi return yang optimal, mudah diperjualbelikan dan memperhatikan penyebaran jenis industri dari emiten pada portofolio investasi Dana Pensiun yang ada; 3) Dengan pertimbangan tingkat resiko dan return tertentu, saham dibagi dalam : a) Saham-saham papan atas (blue chips); b) Saham-saham kelas menengah (second liner); c) Saham-saham kelas bawah (third liner). 4) Bila Pendiri go publik, maka Dana Pensiun dapat membeli saham yang diterbitkan Pendiri dengan memperhatikan ketentuan bahwa seluruh investasi kekayaan Dana Pensiun yang ditempatkan pada satu pihak tidak boleh melebihi 10% dari total investasi; 5) Keputusan Penempatan dana dalam saham ditujukan untuk kepentingan jangka panjang, menengah dan pendek. Kepentingan jangka panjang adalah untuk memiliki saham emiten tertentu sehingga akan diperoleh dividen (dividen oriented). Kepentingan jangka menengah ditujukan untuk memiliki saham emiten tertentu sekaligus dapat melepasnya sewaktu-waktu ketika dihadapkan pada kondisi Halaman 21 dari 36 adanya harapan untuk memperoleh capital gain atau adanya challenger tertentu. Kepentingan jangka pendek dapat dipenuhi dengan melakukan pembelian, menahan dan penjualan dalam frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan kepentingan jangka panjang dan menengah, yang lebih ditujukan untuk memperoleh capital gain (capital gain oriented). Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis fundamental dan atau analisis teknikal. Tolok ukur terhadap data rata-rata industri, pasar atau data historis yang dimiliki Dana Pensiun dapat digunakan sebagai salah satu bahan penilaian mengenai tingkat harga saham. Selain analisis fundamental dan atau analisis teknikal, analisis harga saham dilakukan dengan mempertimbangkan pula : (a) Kondisi ekonomi dan kondisi pasar, untuk menjadi dasar pertimbangan dalam menilai ekonomi dan pasar terhadap risiko; (b) Kondisi Industri, untuk menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan sebaran industri dalam portofolio investasi dan estimasi tingkat pertumbuhan kinerja emiten dengan kelompok industrinya. 6) Informasi untuk analisis dalam proses pengambilan keputusan membeli (termasuk menahan dan menjual) dapat berasal dari jasa pihak ketiga yang memiliki keahlian, kompeten atau kredibel dibidangnya. b. Menahan Investasi 1) Evaluasi atas setiap Saham harus dilakukan secara terus menerus dan periodik; 2) Saham dapat ditahan dengan tujuan perolehan yield yang cukup baik maupun capital gain di masa yang akan datang; 3) Jika saham menghadapi kondisi harga pasar yang fluktuatif sehingga sulit diidentifikasi perilaku harga pasarnya dan kondisi demikian diperkirakan akan bersifat sementara waktu, maka saham dapat ditahan. c. Menarik Dana 1) Keputusan untuk melepas Saham dipertimbangkan bila Dana Pensiun memerlukan dana tersebut untuk keperluan likuiditas atau peruntukan investasi dengan tingkat return yang lebih baik; 2) Jika pada suatu kondisi tertentu diperkirakan bahwa penjualan saham dapat mengakibatkan perolehan keuntungan, sementara harga pasar saham diperkirakan telah mencapai tingkat harga pasar tertinggi, maka penjualan saham dapat dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan; 3) Jika penahanan atas suatu saham diperkirakan akan mengakibatkan kerugian yang jumlahnya material (misalnya karena permasalahan serius dalam suatu emiten mengakibatkan harga pasar saham emiten terus menerus mengalami penurunan), maka saham tersebut harus segera dijual (cut loss) keputusan untuk melakukan cut loss adalah merupakan Keputusan Pengurus; 4) Short selling harus dihindari dalam aktivitas investasi pada saham, mengingat terkandungnya tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam aktivitas tersebut. Halaman 22 dari 36 4. Obligasi yang Listed di Bursa a. Menempatkan Dana 1) Dilakukan dengan mengutamakan tingkat risiko yang rendah, diversifikasi risiko, potensi return yang optimal, mudah diperjual belikan dan memperhatikan penyebaran jenis industri dari emiten pada portofolio investasi Dana Pensiun; 2) Bila Pendiri go publik, maka Dana Pensiun dapat membeli obligasi yang diterbitkan Pendiri dengan memperhatikan ketentuan bahwa seluruh investasi kekayaan Dana Pensiun yang ditempatkan pada satu pihak tidak boleh melebihi 10% dan total investasi sesuai ketentuan yang berlaku; 3) Analisis fundamental harus senantiasa dilakukan dalam penempatan dana dalam obligasi. Selain itu, analisis terhadap tujuan peruntukan dana hasil penjualan obligasi oleh emiten, prospek usaha emiten dan peringkat obligasi yang diberikan oleh lembaga yang berwenang, kompeten dan kredibel harus pula dipertimbangkan. b. Menahan Investasi 1) Evaluasi atas setiap Obligasi harus dilakukan secara terus menerus dan periodik; 2) Suatu Obligasi dapat ditahan dengan tujuan perolehan tingkat bunga dan tingkat pengembalian nilai nominal obligasi; 3) Jika Obligasi menghadapi kondisi harga pasar yang sangat fluktuatif sehingga sulit diidentifikasi perilaku harga pasarnya dan kondisi demikian diperkirakan akan bersifat sementara waktu, maka obligasi dapat ditahan; 4) Investasi pada suatu obligasi dapat ditahan jika kebijakan menahan tersebut diperkirakan akan berdampak pada perolehan suatu tingkat return baik bunga maupun capital gain, di masa yang akan datang. c. Menarik Dana 1) Keputusan untuk melepas Obligasi dapat dipertimbangkan bilamana Dana Pensiun memerlukan dana tersebut untuk keperluan likuiditas atau peruntukan investasi dengan tingkat return yang lebih baik; 2) Jika pada suatu kondisi tertentu diperkirakan bahwa penjualan obligasi dapat mengakibatkan perolehan keuntungan, sementara harga pasar obligasi diperkirakan telah mencapai tingkat harga pasar tertinggi, maka penjualan obligasi dapat dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan; 3) Jika penahanan atas suatu obligasi diperkirakan akan mengakibatkan kerugian yang jumlahnya material (misalnya karena permasalahan serius dalam suatu emiten mengakibatkan harga pasar obligasi emiten terus menerus mengalami penurunan, atau emiten lalai dalan melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo, baik pokok maupun bunga), maka obligasi tersebut harus segera dijual (cut loss). Keputusan untuk melakukan cut loss merupakan Keputusan Pengurus. 5. Unit Penyertaan Reksa Dana a. Menempatkan Dana 1) Penempatan dana dilakukan dalam bentuk Unit Penyertaan Reksa Dana; Halaman 23 dari 36 2) Reksa Dana yang dipilih adalah Reksa Dana yang telah memperoleh ijin dari badan yang berwenang, dalam hal ini yaitu Bapepam Lembaga Keuangan (Bapepam LK); 3) Pemilihan Reksa Dana dilakukan dengan mempertimbangkan kinerja atau Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana serta track record dari Manajer Investasi. b. Menahan Investasi Investasi pada Unit Penyertaan Reksa Dana dapat ditahan jika diperkirakan akan berdampak pada perolehan suatu tingkat return, baik dividen maupun capital gain, dimasa yang akan datang; c. Menarik Dana 1) Keputusan untuk melepas Unit Penyertaan Reksa Dana dapat dipertimbangkan bila Dana Pensiun memerlukan dana tersebut untuk keperluan likuiditas atau peruntukan investasi dengan tingkat return yang lebih baik; 2) Jika pada suatu kondisi tertentu diperkirakan bahwa penjualan Unit Penyertaan Reksa Dana dapat mengakibatkan perolehan keuntungan, sementara harga pasar diperkirakan telah mencapai tingkat harga pasar tertinggi, maka penjualan dapat dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan; 3) Jika penahanan diperkirakan akan mengakibatkan kerugian yang jumlahnya material (misalnya karena permasalahan serius dalam suatu Reksa Dana mengakibatkan harga pasar saham Reksa Dana terus menerus mengalami penurunan), maka Unit Penyertaan Reksa Dana tersebut dapat segera dijual (cut loss). Keputusan untuk melakukan cut loss merupakan Keputusan Pengurus. 6. Penyertaan pada Saham yang diterbitkan oleh Badan Hukum a. Menempatkan Dana 1) Badan Hukum dimaksud memiliki kriteria berikut ini : a) Badan Hukum didirikan didasarkan hukum Indonesia; b) Badan Hukum bukan Pendiri atau Mitra Pendiri Dana Pensiun; c) Badan Hukum yang tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Pendiri. 2) Latar belakang penempatan dana dalam Penyertaan Saham pada dasarnya adalah untuk kepentingan jangka panjang, yaitu kepemilikan atas perusahaan dan perolehan dividen (dividen oriented) serta capital gain; 3) Analisis keputusan Penyertaan Saham Terhadap Badan Hukum penerbit saham harus dilakukan studi kelayakan, sedikitnya dengan melakukan : a) Analisis fundamental; b) Analisis prospek pertumbuhan usaha, seperti analisis atas pangsa pasar produk serta sektor industrinya; c) Analisis manajemen usaha, yaitu analisis atas para manajer dalam Badan Hukum penerbit saham, minimal top manajement; d) Analisis keputusan penempatan dana dalam Penyertaan Saham kemudian dilanjutkan dengan estimasi return Penyertaan Saham setiap tahun selama 5 tahun yang akan datang dan estimasi nilai jual Penyertaan Saham minimal pada tahun ke-5 di masa yang Halaman 24 dari 36 akan datang yang didiskonto untuk memperoleh nilai terkini (present value) dari return guna dibandingkan dengan harga perolehannya (metode net present value). 4) Kecuali dalam kondisi khusus, tidak diperkenankan untuk mengkonversi Surat Pengakuan Utang (SPU) menjadi Penyertaan Saham pada perusahaan penerbit SPU; 5) Penempatan dana ke Penyertaan Saham yang dilatar belakangi dengan kepentingan yang bersifat strategis, misalnya kepentingan untuk mengendalikan perusahaan penerbit saham, tidak mengurangi kewajiban untuk terlebih dahulu melakukan analisis penempatan dana sebagaimana diuraikan pada poin di atas. b. Menahan Investasi 1) Evaluasi atas Penyertaan Saham harus dilakukan secara periodik, minimal 1 tahun sekali; 2) Penyertaan Saham dapat ditahan jika perusahaan penerbit saham memiliki kinerja yang baik sehingga terdapat prospek perolehan dividen serta capital gain di masa yang akan datang. c. Pelepasan Penyertaan Saham 1) Keputusan untuk melepas Penyertaan Saham dapat dipertimbangkan bila Dana Pensiun memerlukan dana untuk keperluan likuiditas dan atau untuk investasi lain dengan tingkat return yang lebih baik; 2) Jika penahanan atas suatu Penyertaan Saham diperkirakan akan mengakibatkan kerugian yang jumlahnya material (misalnya karena permasalahan serius dalam perusahaan yang dapat mengakibatkan kinerja perusahaan menurun drastis sehingga perusahaan tidak mampu membayar dividen selama 3 tahun terturut-turut atau nilai wajar penyertaan saham terus menurun, serta kondisi ini diperkirakan akan bersifat jangka panjang), maka saham tersebut dapat segera dilepas; 3) Keputusan untuk melakukan pelepasan adalah merupakan Keputusan Pengurus. d. Restrukturisasi Badan Hukum Penerbit Saham 1) Merger dan akuisisi Jika Badan Hukum Penerbit Saham melakukan merger atau diakuisisi oleh Badan Hukum lainnya, maka terhadap Badan Hukum yang baru harus dilakukan analisis kembali, sebagaimana analisis untuk pengambilan keputusan penempatan dana. 2) Spin off Jika Badan Hukum Penerbit Saham melakukan spin off, maka keputusan mengenai Badan Hukum yang akan ditetapkan sebagai peserta penempatan dana ditetapkan oleh Pengurus atas persetujuan Dewan Pengawas. 3) Go Public Jika Badan Hukum penerbit saham melakukan Go Public, maka proporsi kepemilikan atas Badan Hukum tersebut ditetapkan kembali oleh Pengurus. 4) Leverage Buyout (LBO) dan Management Buyout (MBO) Jika Badan Hukum penerbit saham melakukan LBO atau MBO, maka penyertaan saham dilepas pada tingkat harga yang menguntungkan. Halaman 25 dari 36 e. Stock Split Jika Badan Hukum penerbit saham melakukan Stock Split, maka Stock Split tersebut tidak akan mempengaruhi proporsi kepemilikan saham Dana Pensiun pada Badan Hukum penerbit saham. Nilai wajar Penyertaan Saham disesuaikan dengan nilai wajar saham setelah Stock Split. 7. Investasi pada SPU yang diterbitkan oleh Badan Hukum a. Menempatkan Dana pada SPU 1) Badan Hukum dimaksud memiliki kriteria berikut ini : a) Badan Hukum didirikan berdasarkan hukum Indonesia; b) Badan Hukum bukan Pendiri atau Mitra Pendiri Dana Pensiun; c) Badan Hukum yang tidak memiliki hubungan Afiliasi dengan Pendiri. 2) Analisis keputusan penempatan dana dalam SPU dilakukan sebagai berikut ini : a) Analisis manajemen usaha, yaitu analisis atas para manajer dalam Badan Hukum dimaksud; b) Analisis pertumbuhan kinerja, seperti analisis atas pangsa pasar produk serta sektor industrinya; c) Mempertimbangkan cash payback periods proyek (lebih dari 1 th dan maks. 10 th); d) Dapat digunakan Jasa Perusahaan Pemeringkat; e) Mengacu pada KMK No. 511/KMK 06/2002 SPU harus dijamin oleh penerbitnya sekurang-kurangnya 100% (seratus perseratus) dari nilai utang. 3) Penempatan dana dapat dipertimbangkan setidaknya jika : a) Analisis atas manajer dan pangsa pasar menunjukkan nilai kualitatif yang bersifat positif; b) Analisis keuangan menunjukkan bahwa proyek feasible; c) Cash payback periods tidak lebih lama dari periode yang dipertimbangkan oleh Pengurus; d) Bunga SPU lebih besar dari rata-rata bunga SBI atau Deposito Berjangka pada Bank Pemerintah. 4) Penerbitan SPU yang dilatarbelakangi dengan kepentingan yang bersifat strategis, misalnya kepentingan untuk mengendalikan proyek atau perusahaan, atau kepentingan lain seperti kepentingan untuk mendukung pelaksanaan proyek dengan pertimbangan tertentu, tidak mengurangi kewajiban untuk terlebih dahulu melakukan analisis penempatan dana sebagaimana diuraikan pada poin 2) dan 3). b. Perpanjangan SPU SPU dapat diperpanjang jika perusahaan belum dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo, sementara kinerja proyek senantias dalam keadaan baik atau memiliki prospek untuk membaik, atau proyek masih dinilai feasible, proyek tidak sedang atau akan menghadapi masalah serius dalam bidang ekonomi dan hukum yang dapat mengganggu kelangsungan usahanya, serta proyek masih memerlukan dana melalui SPU tersebut. Perpanjangan SPU diputuskan oleh Pengurus (maksimum 10 th terhitung mulai penempatan awal). Halaman 26 dari 36 c. Penghentian SPU 1) Keputusan unuk menghentikan SPU, selain karena jangka waktu SPU telah selesai, juga apabila Badan Hukum dimaksud tidak membutuhkan SPU lagi; 2) Jika perpanjangan suatu SPU diperkirakan akan mengakibatkan kerugian yang jumlahnya material (misalnya karena permasalahan serius dalam proyek dapat mengakibatkan kinerja proyek menurun drastis dan kondisi ini diperkirakan akan bersifat jangka panjang), maka SPU tersebut harus segera direstrukturisasi; 3) Penghentian SPU harus merupakan keputusan Pengurus. d. Restrukturisasi SPU 1) Jika perpanjangan SPU secara ekonomis tidak memungkinkan lagi, maka terhadap badan usaha peserta penempatan dana harus dilakukan restrukturisasi hutang; 2) Keputusan untuk melakukan restrukturisasi dan bentuk restrukturisasi ditetapkan oleh Pengurus atas persetujuan Dewan Pengawas; 3) Investasi pada SPU harus direstrukturisasi, terutama jika : a) Perusahaan tidak mampu membayarkan kewajibannya setelah mengalami perpanjangan hutang; b) Kinerja proyek mengalami kecenderungan terus merugi; c) Rendahnya prospek peningkatan kinerja proyek. e. Restrukturisasi Badan Hukum Penerima SPU 1) Merger dan Diakuisisi Jika Badan Hukum penerima SPU melakukan merger atau diakuisisi oleh Badan Hukum lainnya, dan Badan Hukum baru memerlukan dana melalui SPU, maka kontrak lama harus diperbaharui dengan kontrak baru sesuai dengan aspek hukum perusahaan baru. 2) Mengakuisisi Jika Badan Hukum penerima SPU mengakuisisi Badan Hukum lain dan Badan Hukum penerima SPU dimaksud masih memerlukan dana melalui SPU, maka dilakukan prosedur perpanjangan SPU sebagaimana diuraikan pada point b. Perpanjangan SPU. 3) Spin off Jika Badan Hukum dimaksud melakukan Spin off dan Badan Hukum lama dan atau Badan Hukum yang baru memerlukan dana melalui SPU, maka keputusan mengenai Badan Hukum yang akan ditetapkan sebagai penerima SPU ditetapkan kembali oleh Pengurus / atas persetujuan Dewan Pengawas. Atas Badan Hukum yang baru dilakukan analisis sebagaimana analisis untuk penempatan dana pada SPU. 8. Investasi pada Tanah dan Bangunan a. Penempatan Dana 1) Kekayaan Dana Pensiun dapat diinvestasikan pada Tanah dan Bangunan, dengan kriteria Tanah dan Bangunan sebagai berikut : a) Tanah dan Bangunan di Indonesia; b) Tanah yang sudah mulai dibangun atau pada bangunan yang sudah selesai dibangun; c) Memiliki Sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional; Halaman 27 dari 36 d) Tidak dalam perkara di Pengadilan; e) Berlokasi di daerah yang strategis dan komersil. 2) Tanah dan Bangunan haruslah merupakan aset yang produktif, sehingga peruntukan dana dalam Tanah dan Bangunan adalah untuk memperoleh return berupa sewa atau bagi hasil, pendapatan usaha bentuk lain, dan laba penjualan ketika Dana Pensiun melepas Tanah dan Bangunan tersebut; 3) Analisis keputusan investasi pada tanah dan bangunan harus berdasarkan pada : a) Penetapan jumah dana yang akan ditempatkan pada tanah dan bangunan; b) Penetapan tujuan investasi pada tanah dan bangunan dan tujuan peruntukan tanah dan bangunan; c) Hasil analisis nilai pasar dan bangunan; d) Hasil analisis operasional tanah dan bangunan; e) Hasil analisis risiko proyek melalui analisis sensitivitas, atau metode penilaian risiko lain yang dianggap lebih tepat; Hasil analisis keuangan, yaitu estimasi pendapatan periodik selama jangka waktu tertentu dan tanah dan bangunan setelah dikurangi biaya operasionalnya, dan estimasi nilai jualnya pada akhir tahun tertentu di masa mendatang. b. Menahan Investasi Investasi pada Tanah dan Bangunan dapat ditahan apabila Tanah dan Bangunan senantiasa bersifat produktif, dapat memberikan tingkat return sesuai dengan anggaran atau target, dan kebijakan untuk menahannya diperkirakan akan memiliki dampak diperolehnya return yang sama atau lebih baik di masa yang akan datang. c. Pelepasan Tanah dan Bangunan Pelepasan Tanah dan Bangunan dapat dipertimbangkan bila : 1) Dana Pensiun memerlukan dana tersebut untuk keperluan likuiditas yang mendesak; 2) Peruntukan investasi dengan tingkat return yang lebih baik; 3) Tanah dan Bangunan akan digunakan atau dimiliki oleh pihak lain untuk peruntukan tertentu yang bersifat tidak melanggar hukum, baik bisnis maupun sosial. d. Penilaian Kembali Tanah dan Bangunan Tanah dan Bangunan dinilai sesuai dengan peruntukannya : 1) Sebagai properti (tanah dan bangunan) : berdasarkan harga jual 2) Sebagai tanah : berdasarkan harga pasar; 3) Penilaian dilakukan oleh Independent Appraiser. B. Kebijakan Kewenangan Menempatkan, Menarik Dana atau Melepaskan Instrumen Deposito Berjangka, Deposito On Call, Sertifikat Deposito dan Sertifikat Bank Indonesia 1. Portofolio Deposito Berjangka, Deposito on call, Sertifikat Deposito dan Sertifikat Bank Indonesia a. Proses pengambilan keputusan penempatan dan penarikan dan atau pelepasan instrument investasi diatur dengan pelimpahan wewenang oleh Pengurus, kepada pejabat struktural dibawahnya. Halaman 28 dari 36 b. Pejabat yang berwewenang dan bertanggung jawab sebagaimana butir a diatas, diatur dengan batas kewenangan terhadap kegiatan penempatan, penarikan, pelepasan instrument portofolio sebagai berikut : 1) Pengurus Dana Pensiun (dalam hal ini Presiden Direktur dan Direktur Keuangan & Investasi) a) Berwenang penuh memutuskan penempatan dana dan menahan instrument investasi; b) Berwenang penuh memutuskan penarikan dana atau pelepasan instrument investasi; c) Berwenang penuh memutuskan pemindah bukuan dana dalam kaitannya dengan penempatan dana maupun Untuk kebutuhan likuiditas; d) Seluruh kewenangan tersebut diatas dilaksanakan dengan : (1) Berdasarkan pada UU Dana Pensiun No. 11 Th. 1992; (2) Berdasarkan pada Arahan Investasi dan Peraturan Dana Pensiun (PDP) yang berlaku. 2) Manajemen Level Menengah Dana Pensiun a) Berwenang memaraf penempatan dana maksimal senilai equivalent tertentu, yang ditetapkan oleh Pengurus, untuk setiap transaksi penempatan Deposito; b) Berwenang memaraf penarikan dana maksimal senilai equivalent tertentu yang ditetapkan oleh Pengurus; c) Apabila salah satu pejabat tersebut diatas tidak berada di tempat, maka dapat diatur sebagai berikut : (1) Pengganti sementara (Pjs) dapat mengganti kewenangannya, selama ada surat penunjukkan yang bersangkutan sebagai Pjs; (2) Pejabat diatasnya dapat menggantikan kewenangan bawahannya. 2. Portofolio Investasi Lainnya Proses pengambilan keputusan penempatan dan penarikan Dana atau pelepasan setiap instrumen investasi selain deposito dalam investasi portofolio Dana Pensiun adalah merupakan keputusan Direktur Keuangan & Investasi dan Presiden Direktur. Halaman 29 dari 36 PEDOMAN TATA KELOLA INVESTASI BAB VII : PENGELOLAAN INVESTASI MELALUI PIHAK KETIGA Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : A. PENGERTIAN Yang dimaksud dengan Pengelolaan Investasi melalui pihak ketiga adalah pengalihan pengelolaan sebagian investasi dari Pengurus ke Mitra Kerja (Manajer Investasi), dimana penunjukkan Manajer Investasi harus mendapatkan persetujuan Pendiri. B. JENIS-JENIS PENGELOLAAN INVESTASI Pengelolaan dana melalui Manajer Investasi dapat berupa : Discretionary fund (kontrak pengelolaan dana oleh Manajer Investasi) 1. Discretionary fund adalah kontrak pengelolaan dana milik Dana Pensiun kepada Mitra Kerja dengan kewenangan penuh berdasarkan arahan investasi dan kontrak yang ditetapkan oleh para pihak. 2. Pengelolaan Portofolio Investasi Kolektif Dana Pensiun adalah pengelolaan dana bersama beberapa Dana Pensiun oleh Manajer Investasi berdasarkan kontrak investasi kolektif (KIK). Pengalihan pengelolaan Investasi sebagaimana dimaksud pada butir 1. dan 2. tidak mengurangi tanggung jawab Pengurus terhadap keamanan dan kesesuaian investasi terhadap peraturan perundang-undangan. Portofolio investasi kolektif hanya dibentuk dari investasi Dana Pensiun. C. PENGGUNAAN MANAGER INVESTASI EKSTERNAL Manajer Investasi Eksternal 1. Manajer Investasi Eksternal yang bekerja untuk kepentingan Dana Pensiun diwajibkan untuk mengkomunikasikan secara tertulis kepada Fungsi Investasi, jika terjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi portofolio investasi Dana Pensiun dalam kurun waktu 5 hari; 2. Setiap Manajer Investasi Eksternal diberikan tolok ukur ukur kinerjanya yang disesuaikan dengan peran masing-masing manajer investasi; 3. Manajer Investasi Eksternal harus membuat laporan mengenai kinerjanya dikirim kepada Fungsi Investasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan; 4. Kegagalan dalam mengikuti pedoman-pedoman kontrak kerja dapat diberikan sanksi pemberhentian kepada manajer investasi yang bersangkutan. D. KEBIJAKAN PEDOMAN MANAJER INVESTASI EKSTERNAL 1. Mengidentifikasikan perusahaan manajemen investasi eksternal dan penjelasan mengenai amanat kewajibannya (fiduciary responsibility); 2. Memasukkan secara jelas dan rinci mengenai penentuan kelas asset yang akan diinvestasikan beserta tolok ukur yang digunakan untuk menilai kinerja Manajer Investasi; Halaman 30 dari 36 3. Membuat jadual pelaporan, jenis, format mengenai kinerja investasi yang diperlukan; 4. Menentukan jumlah biaya dan jangka waktu pembayaran; 5. Prosedur pemutusan kontrak hubungan kerja; 6. Kode etik sebagai acuan dalam melakukan manajemen investasi; 7. Membuat prosedur untuk pemberitahuan secara lebih cepat apabila terjadi perubahan kepemilikan atau personel kunci perusahaan manajemen investasi; 8. Membuat pernyataan bahwa Manajer Investasi Eksternal akan mematuhi kebijakan investasi Dana Pensiun; 9. Semua keputusan investasi harus tunduk pada peraturan-peraturan, arahan investasi Pendiri dan kebijakan investasi Dana Pensiun, dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian sesuai dengan tanggung jawab manajer investasi sebagai salah satu pengemban amanat (fiduciary) dalam struktur Dana Pensiun; 10. Diversifikasi pada tiap portofolio investasi akan dijaga dalam wilayah spesialisasi masing-masing manajer investasi, dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian; 11. Semua transaksi sekuritas harus dilakukan sesuai dengan standar-standar eksekusi terbaik, untuk memaksimumkan hasil pendapatan dalam kerangka hukum yang ada; 12. Sekuritas yang dapat diperjual belikan harus dikeluarkan oleh perseroan terbatas yang berstatus badan hukum di Indonesia; 13. Untuk sekuritas dalam bentuk obligasi korporasi, peringkat kredit minimum yang dikeluarkan oleh Perusahaan Pemeringkat Efek Indonesia harus memenuhi kriteria seperti di Arahan Investasi; 14. Perubahan pada kondisi investasi berikut memerlukan persetujuan tertulis lebih dahulu dari Pengurus Dana Pensiun. a. Penghapusan utang; b. Perpanjangan jatuh tempo pembayaran bunga atau hutang pokok; c. Konversi pinjaman menjadi ekuitas; d. Melepaskan tanggung jawab quarantor atau co-obligor; e. Menurunkan tingkat bunga dibawah yang tercantum diperjanjian awal; f. Melepaskan jaminan; g. Melakukan subordinasi atas hak Dana Pensiun sebagai kreditur, atau menurunkan posisi Dana Pensiun sebagai kreditur di struktur capital debitur; h. Melakukan tambahan investasi pada perusahaan yang karena keadaan keuangannya tidak layak lagi dipertimbangkan sebagai potensial investasi. E. KEBIJAKAN PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN MANAJER INVESTASI EKSTERNAL 1. Kebijakan pemilihan dan pemberhentian manajer investasi eksternal dibagi menjadi : a. Pemilihan dan Pemberhentian 1) Keputusan untuk menggunakan manajer investasi eksternal berdasarkan alasan berikut : a) Benchmark terhadap pengelolaan investasi In House; b) Diversifikasi risiko. Halaman 31 dari 36 2) Membuat dokumentasi yang menjelaskan keputusan untuk mempekerjakan atau memberhentikan seorang manajer investasi eksternal dengan cakupan hal-hal berikut ini : a) Sebab-sebab utama diambilnya keputusan tersebut; b) Manfaat yang diharapkan terhadap portofolio investasi Dana Pensiun; c) Faktor-faktor utama yang digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan; d) Pihak-pihak yang terlibat tanggung jawabnya. b. Proses Pemilihan 1) Pengurus dapat menunjuk Mitra Kerja / konsultan pemilihan atau membentuk komite pemilihan untuk melakukan penelitian banding terhadap beberapa manajer investasi eksternal yang potensial; 2) Menentukan proses pemilihan manajer investasi eksternal yang bersifat terbuka dan kompetitif untk memastikan semua manajer investasi yang berkualifikasi baik telah teridentifikasikan; 3) Pengurus menentukan tanggung jawab dan wewenang manajer investasi eksternal dengan jelas dan didokumentasikan. Dalam penentuan tanggung jawab dan wewenang pengurus dibantu oleh Konsultan pemilihan atau Komite pemilihan; 4) Konsultan pemilihan / komite pemilihan menentukan sumber calon potensial yang akan dipilih; 5) Konsultan pemilihan/komite pemilihan harus menerapkan proses kehati-hatian dalam proses pemilihan dengan menggunakan dokumen Request for Proposal (RFP). Informasi yang terdapat di RFP terdiri : a) Informasi kuantitatif mengenai latar belakang perusahaan manajemen investasi; b) Struktur organisasi perusahaan manajemen investasi; c) Pengalaman kerja personal kunci, termasuk tingkat turn-over karyawannya; d) Filosofi investasi dan strategi manajemen portofolio investasi; e) Proses transaksi jual beli (trading) dan biayanya; f) Sistem manajemen risiko dan kebijakan investasi yang digunakan. g) Fee manajemen; h) Referensi dari Dana Pensiun lain; i) Wawancara dengan personel kunci perusahaan manajemen investasi dengan staf fungsi Investasi. 6) Pendiri dan Dewan Pengawas memberikan tersetujuan tertulis. Halaman 32 dari 36 PEDOMAN TATA KELOLA INVESTASI Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : BAB VIII : PENILAIAN TERHADAP MITRA KERJA INVESTASI A. PENGERTIAN Penilaian terhadap mitra kerja dalam kegiatan Investasi adalah tahapan evaluasi yang harus dilalui oleh Dana Pensiun. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dan kapasitas (capacity) serta kemungkinan risiko yang timbul dari Mitra Kerja dan memberikan hasil yang optimal seperti yang diharapkan oleh Investor. B. MITRA KERJA INVESTASI (MKI) MKI adalah pihak dengan mana Dana Pensiun berhubungan dan bertransaksi dalam aktivitas sehari-harinya. Adapun MKI dimaksud antara lain : 1. Bank a. Kriteria yang harus dianalisis dalam memilih Bank yang tepat : 1) Kesehatan Bank yang baik; dapat dilihat dari : Total Assets, CAR, LDR, NPL BMPK, dan Rentabilitas (ROA & ROE) serta BOPO; 2) Kepemilikan Bank; Pemerintah (BUMN), BUMD (Pemda), Swasta (Tbk.) dan Asing; 3) Track Record Manajemen dan Pemilik Bank; 4) Ikut program penjaminan (bila tersedia). b. Pedoman dasar memilih Bank harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Keterangan BUMN/Tbk Total Assets BPD SWASTA/Tbk ASING berdomisili sama dengan Dana Pensiun Rp. 3 trilyun atau lebih, kecuali Bank yg didlmnya ada penyertaan modal DP PERTAMINA Rp. 5 trilyun atau lebih CAR di atas 8% di atas 8% di atas 8% di atas 8% LDR dibawah 85% dibawah 85% dibawah 80% dibawah 80% NPL dibawah 5% dibawah 5% dibawah 5% dibawah 5% Suku Bunga Maks. Penjaminan Maks. Penjaminan Maks. Penjaminan Maks. Penjaminan Track Record Manajemen/ Pemilik Tidak termasuk DOT (Daftar Orang Tercela) Tidak termasuk DOT Tidak termasuk DOT Tidak termasuk DOT BMPK ROA ROE Tidak melanggar Tidak melanggar Tidak melanggar Diatas 2% Diatas 12% Tidak melanggar Diatas 2% Diatas 12% Halaman 33 dari 36 2. Perusahaan Sekuritas (Penyedia Jasa Brokerage) Beberapa aspek yang dianalisis dari Perusahaan Sekuritas yang akan dipilih sebagai broker : a. Ukuran Kuantitatif : 1) Total Assets : minimum Rp. 100 milyar; 2) MKBD : 2 kali yang ditetapkan Bapepam; 3) ROA : positif dalam 3 tahun terakhir; 4) ROE : positif dalam 3 tahun terakhir > rate deposito. b. Ukuran Kualitatif 1) Memiliki ijin sebagai Perusahaan Efek sebagai WMI, WPPE dan WPEE; 2) Sebagai anggota Bursa Efek yang aktif; 3) Mempunyai track record yang positif (termasuk individu manajemennya), individu manajemen tidak melakukan trading untuk dan atas nama pribadi dengan menggunakan fasilitas perusahaannya; 4) Mempunyai etika bisnis yang baik seperti tidak pernah membuat masalah dan tidak pernah mengadakan perdagangan semu; 5) Memberikan fee transaksi jual/beli yang terbaik; 6) Melaksanakan pembayaran sesuai ketentuan, tidak pernah melakukan gagal bayar dan gagal serah; 7) Memiliki kualitas transaksi kualitas riset yang bersaing dan bagus. c. Prosedur pemilihan Perusahaan Sekuritas dengan menganalisa data yang berasal dari : 1) Annual report / Audit report; 2) Laporan MKBD (Modal Kerja Bersih yang Disesuaikan) terakhir; 3) Mengetahui Pejabat/ Person yang berwenang menandatangani konfirmasi transaksi. 3. Manajer Investasi Eksternal (MIE) Dalam memilih MIE, Dana Pensiun wajib menganalisa kemampuan dan kemauan dari Perusahaan secara kelembagaan maupun menganalisa kemampuan dari para individu yang akan menangani investasi dimaksud. Secara garis besar dapat dilihat dari beberapa aspek yakni aspek kuantitatif Institusi/ Perusahaan : a. Memiliki ijin dari BAPEPAM sebagai Manajer Investasi; b. Memiliki pengalaman dalam memberikan jasa pengelolaan investasi minimal 3 tahun; c. Mampu mengelola portofolio investasi sesuai dengan perundang-undangan di bidang investasi Dana Pensiun; d. Dana kelolaan termasuk dalam 10 besar (Sumber dari Bapepam atau publikasi media masa); e. Transparan dalam menempatkan Portofolio; f. Return historis di atas benchmark yang sesuai; g. Menyampaikan Laporan Investasi serta konsisten dan tepat waktu; h. Fee kompetitif; i. Memiliki SOP yang baku dan manajemen risiko yang memadai. 4. Kustodian Dalam memilih Kustodian, Dana Pensiun wajib memilih kustodian yang dimiliki oleh Bank, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Dana Pensiun dan Undang-Undang Perbankan. Halaman 34 dari 36 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kustodian bank : a. Bank yang telah memiliki ijin sebagai bank kustodian dari Bank Indonesia; b. Memiliki sistem kustodian yang modern dan baik; c. Memiliki reputasi pelayanan yang baik; d. Biaya atas penitipan dan transaksi kompetitif; e. Mudah diakses; f. Mendapat ijin tertulis dari Pendiri. Halaman 35 dari 36 PEDOMAN TATA KELOLA INVESTASI Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : BAB IX : PENUTUP 1. Ketentuan dan kaidah – kaidah dalam Kebijakan Investasi yang diatur dan ditetapkan oleh Pengurus dan dinyatakan berlakunya oleh Pendiri ini menjadi dasar dan atau pedoman bagi seluruh Insan Dana Pensiun dan Pekerja dalam Unit Kerja Dana Pensiun dalam bersikap, berpikir dan bertindak melaksanakan tugas dan pekerjaannya. 2. Pedoman Kebijakan Investasi ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Pedoman/Kebijakan Penerapan Tata Kelola Yang Baik (Good Pension Fund Governance) yang berlakunya ditetapkan oleh Pendiri. 3. Pedoman Kebijakan Investasi ini menetapkan Prinsip-Prinsip Pedoman/Kebijakan pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Investasi yang diterapkan di Dana Pensiun. Perincian pelaksanaan Pedoman/Kebijakan tersebut lebih lanjut dituangkan dalam bentuk Pedoman/Kebijakan berbagai bidang yang lain dan pedoman dan prosedur operasional yang ditetapkan dalam bentuk Buku Pedoman Operasional (BPO) masing-masing bidang. 4. Sejak berlakunya Pedoman Kebijakan Investasi ini maka seluruh kebijakan, peraturan atau ketentuan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Pedoman Kebijakan Investasi ini akan diadakan penyesuaian. 5. Pedoman Kebijakan Investasi ini berlaku sejak penetapan berlakunya Pedoman/Kebijakan Penerapan Tata Kelola Yang Baik oleh Pendiri. 6. Pedoman Kebijakan Investasi ini diberitahukan dan disosialisasikan kepada semua jajaran Dana Pensiun. Jakarta, 28 Desember 2007 DANA PENSIUN XYZ PENGURUS, Presiden Direktur Direktur Keuangan & Investasi Direktur Administrasi & Kepensiunan Halaman 36 dari 36