1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara berkembang dengan tujuan tercapainya
kemakmuran dan kesejahteraan secara merata dalam tiap lapisan masyarakat. Salah
satu aspek vital dalam mencapai tujuan tersebut yaitu melalui program pembangunan
nasional. Pembangunan nasional dapat dicapai salah satunya melalui pembangunan
infrastruktur. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda
penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dikarenakan gerak laju dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat dipisahkan dengan fasilitas
infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi.
Keadaan infrastruktur Indonesia secara keseluruhan jika dibandingkan
dengan negara-negara tetangga dapat dianggap belum maju. Data baru yang
dihimpun oleh Bank Dunia menunjukkan perkiraan tren investasi infrastruktur dari
tahun 1994 hingga 2011 dalam bidang transportasi, listrik, irigasi, air bersih, sanitasi
dan telekomunikasi. Tidak termasuk peningkatan tajam pada tahun 2007 hingga
2009 yang berkaitan dengan program investasi pembangkit listrik 10.000 MW,
investasi infrastruktur tetap berada sekitar 3 persen dari PDB, dibanding tingkat prakrisis sekitar 7 persen dari PDB (Gambar 1.1).
Gambar 1.1: Investasi Infrastruktur secara Riil dan sebagai Bagian dari PDB
Tetap di Bawah Tingkat Pra-Krisis Asia
Sumber: The World Bank, 2013
1
2
Ketimpangan pembangunan infrastruktur Indonesia terjadi diantara Kawasan
Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Secara umum diketahui
bahwa infrastruktur di Pulau Jawa lebih maju jika dibandingkan dengan infrastruktur
di luar Pulau Jawa. Sebagai contoh panjang jalan di Indonesia hampir mencapai
sepertiganya berada si Pulau Jawa, 80% kapasitas listrik nasional berada di sistem
Jawa-Madura-Bali (JAMALI). Demikian pula sambungan telepon dan kapasitas air
bersih yang lebih dari setengahnya berada di Jawa- Bali. Ketimpangan dapat dilihat
dari besarnya investasi yang berada di pulau Jawa, padahal luasnya hanya mencakup
7% dari seluruh wilayah Indonesia. Pulau jawa merupakan penyumbang PDB
terbesar Indonesia menghasilkan lebih dari 60% total output Indonesia (BPS, 2007).
Provinsi Papua terletak di wilayah paling Timur negara Republik Indonesia
yang memiliki banyak harapan dan peluang. Daerah ini merupakan daerah yang kaya
akan sumber daya alam dimana kesempatan bisnis dan investasi terus berkembang.
Tanah papua yang luas dan dipenuhi oleh keanekaragaman sumber daya alamnya
sangat cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan. Selain daripada itu, Papua juga
menyimpan gas alam, minyak dan aneka bahan tambang lainnya yang siap
menunggu untuk diolah. Walau demikian, sulitnya medan dan berbagai faktor
lainnya merupakan masalah yang perlu ditanggulangi.
Dinas pekerjaan umum Provinsi Papua dibawah naungan kementrian
pekerjaan umum merupakan lembaga atau instansi yang bertugas terhadap
pembangunan infrastruktur di daerah tersebut. Lembaga ini membawahi beberapa
departemen yang disebut dengan Balai, yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan, Balai
Peningkatan Keahlian, Balai Besar wilayah Sungai, Balai Wilayah Sungai, Balai
Bendungan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan, Balai Pelaksanaan Jalan, Balai Informasi
Penataan Ruang. Balai inilah yang merupakan pelaksana langsung untuk
melaksanakan proyek-proyek dalam pembangunan infrastruktur di Papua.
Salah satu infrastruktur di Provinsi Papua yang menjadi soorotan adalah
infrastruktur jalan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum tahun 2010, kualitas jalan nasional tidak mantap menurut kriteria
IRI (International Roughness Index) di Wilayah Papua cenderung tinggi dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir. Pada tahun 2010, dari total panjang jalan 2.920,30 km
sebanyak 1.394 km kondisinya tidak mantap. Jalan tidak mantap tersebut sebesar
37,75 persen termasuk kategori rusak ringan dan 62,25 persen rusak berat. Gambar
berikut merupakan gambaran perkembangan kualitas jalan di Provinsi Papua:
3
Gambar 1.2: Perkembangan Kondisi Kualitas Jalan di Wilayah Papua
Sumber: DitjenBinaMarga Kementerian PU, 2010
Dalam pelaksanaan tugasnya, dinas pekerjaan umum berperan sebagai pihak
pemberi tugas, dimana perusahaan rekanan (PT/CV/lembaga terkait lainnya)
bertugas sebagai pihak pemborong. PT. Putra Papua Barat merupakan salah satu
perusahaan rekanan di bidang konstruksi yang ada di Provinsi Papua. Sebagai
perusahaan kelas menengah dengan total lebih kurang 1000 karyawan, perusahaan
ini sangat bergantung dengan sumber daya manusia dalam perusahaan sebagai
pelaksana utama bisnis konstruksi ini.
Sumber daya manusia merupakan aset penting dalam sebuah perusahaan.
Tanpa adanya sumber daya manusia, sumber daya perusahaan lainnya seperti modal,
metode dan mesin tidak akan dapat memberikan hasil yang optimum. Douglas
(2000) menyatakan bahwa perusahaan membutuhkan karyawan yang mempunyai
kinerja (job performance) yang tinggi. Karyawan dengan kinerja tinggi diharapkan
dapat memberikan implikasi terhadap pencapaian tujuan perusahaan jangka pendek
maupun jangka panjang.
Kinerja karyawan bersifat individual dimana kinerja tersebut merupakan hasil
olah pikir dan tenaga dari seorang karyawan terhadap pekerjaan yang dilakukannya.
Kinerja tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang
diperoleh. Kinerja adalah sebuah aksi, bukan kejadian. Aksi kinerja itu sendiri terdiri
dari banyak komponen dan bukan merupakan hasil yang dapat dilihat pada saat itu
juga. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja karyawan
dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan penekanannya pada hasil kerja yang
diselesaikan karyawan dalam periode waktu tertentu.
Banyak
penelitian
yang
dilakukan
untuk
mengetahui
faktor
yang
mempengaruhi kinerja karyawan. Temuan hasil studi tentang kinerja karyawan
4
dipengaruhi oleh kompensasi dikemukakan oleh Hameed dkk, 2014; Katua, dkk,
2014; Negash dkk, 2014. Penelitian lain menyimpulkan bahwa kinerja karyawan
dipengaruhi oleh budaya organisasi perusahaan (Mohammed dkk., 2013; Chen,
2004; Heather dkk, 2001). Kinerja karyawan juga dipengaruhi oleh kompetensi
(Femi, 2014; Moghimi dkk, 2013; Neves dan Eisenberger, 2012).
Berdasarkan penelitian terdahulu dikemukakan bahwa kinerja karyawan
dapat dipengaruhi oleh kompensasi. Kompensasi merupakan kewajiban dari pihak
perusahaan untuk mendukung kontribusi para karyawannya dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Muljani (2002) berpendapat bahwa jika program
kompensasi dirasakan adil dan kompetitif oleh karyawan, maka perusahaan akan
lebih mudah untuk menarik karyawan yang potensial, mempertahankannya dan
memotivasi karyawan agar lebih meningkatkan kinerjanya, sehingga produktivitas
meningkat dan perusahaan mampu menghasilkan produk dengan harga yang
kompetitif.
Pemberian kompensasi oleh suatu perusahaan berpedoman kepada dua hal
utama. Pertama, kompensasi yang diberikan harus dapat dirasakan adil oleh
karyawan dan kedua, besarnya kompensasi tidak jauh berbeda dengan yang
diharapkan oleh karyawan. Apabila dua hal ini dapat dipenuhi, maka karyawan akan
merasa puas. Kepuasan akan memicu karyawan untuk terus meningkatkan
kinerjanya, sehingga tujuan perusahaan maupun kebutuhan karyawan akan tercapai
secara bersama.
Surat Keputusan Nomor 561/229/10/2014 menyebutkan bahwa UMP
Provinsi
Papua
Barat
pada
tahun
2015
adalah
sebesar
Rp
2.015.000
(http://bisnis.liputan6.com/read/2138489/daftar-lengkap-ump-2015-di-seluruhindonesia?p=6). Pada kenyataannya, berdasarkan data yang didapat gaji rata-rata
karyawan PT. Putra Papua Barat belum memenuhi standar yang ditetapkan. Tabel
berikut menyajikan data gaji rata-rata karyawan PT. Putra Papua Barat selama tiga
tahun belakangan:
5
Tabel 1.1. Gaji Rata-Rata Karyawan PT. Putra Papua Barat Tahun 2013-2015
Tahun
2013
Jumlah
Karyawan
1000
Standar UMP
yang Ditetapkan
Rp 1.720.000
Gaji Rata-Rata
yang Diterima
Rp 1.750.000
2014
1000
Rp 1.870.000
Rp 1.850.000
2015
1000
Rp 2.015.000
Rp 1.950.000
Sumber: Data yang Diolah (2015)
Berdasarakan table 1.1 di atas dapat dilihat bahwa hanya pada tahun 2013
karyawan PT. Putra Papua Barat menerima kompensasi (gaji) sesuai dengan standar
UMP yang ditetapkan. Hal ini menyebabkan banyaknya karyawan yang
mengeluhkan ketidaksesuaian kompensasi yang diterima dengan latar belakang
pendidikan serta beban pekerjaan tersebut. Padahal jika kompensasi atau gaji sudah
pada level yang menarik maka kualitas jasa lebih mudah untuk ditingkatkan
(iapi.or.id).
Faktor lainnya yang turut mempengaruhi kinerja karyawan adalah budaya
organisasi. Banyak pakar menyebutkan bahwa budaya organisasi dapat menjadi basis
adaptasi dan kunci keberhasilan organisasi sehingga banyak penelitian dilakukan
untuk mengidentifikasi nilai-nilai atau norma-norma perilaku yang bisa memberikan
kontribusi besar bagi keberhasilan organisasi (Rashid dkk, 2003). Hubungan antara
budaya organisasi dengan kesuksesan perusahaan diyakini oleh para ilmuwan
perilaku organisasi dan sejumlah peneliti sangatlah erat. Keberhasilan suatu
perusahaan untuk mengimplementasikan aspek-aspek atau nilai-nilai (values) budaya
organisasinya dapat mendorong organisasi tersebut tumbuh dan berkembang secara
berkelanjutan.
Akan tetapi sayangnya, peran strategis budaya organisasi tersebut kurang
disadari dan dipahami oleh kebanyakan pelaku perusahaan di Indonesia, terutama
pemilik serta pihak manajemen perusahaan. Masalah-masalah ketenagakerjaan yang
terjadi dalam beberapa tahun terakhir, seperti konflik pengusaha dengan karyawan,
aksi unjuk rasa, demontrasi, pemogokan kerja yang dilakukan karyawan, serta
pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan pihak manajemen, menunjukkan
bahwa kesadaran manajemen terhadap peran strategis dan implementasi budaya
organisasi dalam perusahaan masih sangat lemah dan mengkuatirkan.
6
Berdasarkan pengamatan penulis selama bergabung dengan PT. Putra Papua
Barat, peneliti melihat berbagai permasalahan terkait budaya organisasi seperti
adanya budaya minum-minum setelah jam kerja selesai. Budaya minum-minum
tersebut menyebabkan rendahnya disiplin kerja karyawan yang tercermin dari
absensi karyawan dimana banyaknya karyawan yang tidak masuk tanpa alasan. Hal
ini diperburuk lagi dengan lahirnya paradigma karyawan yang merasa bahwa Papua
adalah tanah mereka sehingga karyawan bertindak semau-maunya seperti tidak
adanya ketepatan waku dalam menyelesaikan pekerjaan.
Selanjutnya, hal yang tak kalah penting yang perlu menjadi perhatian
perusahaan dalam meningkatkan kinerja karyawan adalah kompetensi. Kompetensi
pada dasarnya merupakan gambaran apa yang seharusnya dilakukan seorang dalam
pekerjaannya. Kompetensi ini berperan sebagai pembentuk kinerja yang sempurna,
konsisten dan efektif dibandingkan yang kinerja rata-rata individu yang dimiliki
perusahaan. Penambahan kompetensi dalam penilaian kinerja diharapkan dapat
memperbaiki proses penilaian efektivitas kerja pegawai.
Untuk menghasilkan kinerja yang baik secara produktivitas, kompetensi yang
berhubungan dengan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku
(attitude) harus ada dalam setiap perusahaan. Dengan menerapkan sistem kompetisi
ini, maka keperluan perusahaan akan karyawan yang berkompeten sesuai dengan
posisi masing-masing jabatan yang diperlukan perusahaan akan terpenuhi. Pada
kenyataannya, banyak karyawan PT. Putra Papua Barat yang berasal dari luar Papua.
Hal ini disebabkan karena kurangnya daya kompetensi masyarakat lokal untuk
bersaing dengan karyawan dari luar Papua. Maka tidak heran jika secara struktural,
jabatan-jabatan penting perusahaan didominasi karyawan pendatang yang berasal
dari luar Papua.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
peneliti ingin melihat dan meneliti lebih jauh mengenai bagaimana pengaruh
kompensasi, budaya organisasi, dan kompetensi terhadap kinerja karyawan di PT.
Putra Papua Barat.
7
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
PT. Putra Papua Barat?
2. Bagaimana budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan PT. Putra Papua Barat?
3. Bagaimana kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
PT. Putra Papua Barat?
4. Bagaimana kompensasi, budaya organisasi dan kompetensi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja kayawan PT. Putra Papua Barat?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan PT.
Putra Papua Barat.
2. Untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan
PT. Putra Papua Barat.
3. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kinerja karyawan PT.
Putra Papua Barat.
4. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi, budaya organisasi, dan
kompetensi terhadap kinerja karyawan PT. Putra Papua Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Untuk memberikan sumbangan ilmiah dan diharapkan dapat dijadikan
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan kinerja karyawan PT. Putra
Papua Barat melalui pengelolaan sumber daya manusia yang berkaitan
dengan kompensasi, budaya organisasi, dan kompetensi.
2. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan peneliti dalam bidang
bisnis dan manajemen khususnya yang berhubungan dengan kompensasi,
budaya organisasi, kompetensi dan kinerja karyawan.
3. Sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam pengambilan kebijakan dan
keputusan terhadap karyawan PT. Putra Papua Barat.
8
1.5 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini akan melibatkan sebanyak 100 orang karyawan PT.
Putra Papua Barat, dengan ruang lingkup yang akan diteliti adalah bagaimana
pengaruh kompensasi, budaya organisasi, dan kompetensi terhadap kinerja karyawan
pada PT. Putra Papua Barat.
1.6 Stace of The Art
Tabel 1.2 State of The Art
No
1
Metode
Kuantitatif
Judul
The Impact of An
Organization’s
Culture
Towards
Employees’
Performance:
A
Study
On
The
Frontline
Hotel
Employees
Penulis
Ramesh
Kumar
Moona Haji
Mohamed,
Dr
Che
Supian
Mohammad
Nor,
Nurfadhilah
Abu Hasan,
Venkadesan
Olaganthan,
Yosudha
Gunasekaran
Mr.
Abdul
Hameed,
Mphil,
Muhammad
Ramzan,
MBA, Hafiz
M.
Kashif
Zubair,
MBA,
Ghazanfar
Ali, MBA,
Muhammad
Arslan, MBA
Halil Zaim,
Mehmet
Fatih Yaşar,
Ömer Faruk
Ünal
2
Kuantitatif
Impacto
of
Compensation On
Employee
Performance
(Empirical
Evidence
From
Banking Sector of
Pakistan)
3
Kuantitatif
4
Kuantitatif
Analyzing
The
Effects of Individual
Competencies On
Performance:
A
Field
Study
In
Services Industries
In Turkey
The
Relationship Sethela June,
Keterangan
Jurnal penelitian ini
membahas
tentang
bagaimana organisasi
budaya
mempengaruhi kinerja
karyawan di industri
hotel.
Jurnal penelitian ini
membahas
untuk
mengukur
dampak
dari
kompensasi
terhadap
kinerja
karyawan.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis dampak
kompetensi individu
terhadap
kinerja
industri jasa di Turki.
Jurnal penelitian ini
9
No
Metode
5
Kuantitatif
6
Kuantitatif
Judul
Between
Role
Ambiguity,
Competency
And
Person-Job Fit With
The
Job
Performance
of
Employees In The
Service
Sector
SMEs In Malaysia
The
Effect
of
Competence
On
Commitment,
Performance And
Satisfaction
With
Reward
As
A
Moderating
Variable
(A
Study
On
Designing
Work
Plans In Kendari
City Government,
Southeast Sulawesi)
The Influence of
Competence,
Motivation,
And
Organisational
Culture To High
School Teacher Job
Satisfaction
And
Performance
Penulis
Rosli
Mahmood
Alamsyah
Lotunani,
M.S Idrus,
Eka Afnan,
and Margono
Setiawan
H.
Muhammad
Arifin
Sumber: Data yang Diolah (2015)
Keterangan
membahas
tentang
hubungan
antara
ambiguitas
peran,
kompetensi
dan
kecocokan pekerjaan
seseorang
terhadap
kinerja
kerja
karyawan sektor jasa
SME di Malaysia.
Jurnal penelitian ini
menganalisis
dan
menjelaskan pengaruh
dari
kompetensi
terhadap komitmen,
kinerja, dan kepuasan
dengan penghargaan
sebagai
variabel
moderating
pada
study
kasus
perancangan rencana
kerja di kota Kendari,
Sulawesi Tenggara
Di dalam jurnal ini
dibahas
mengenai
pengaruh kompetensi,
motivasi, dan budaya
organisasi
terhadap
kepuasan kerja dan
kinerja guru SMA di
Kota Jayapura, Papua,
Indonesia.
10
Download