keselamatan dan kesehatan kerja (k3) terhadap

advertisement
This page was exported from Karya Tulis Ilmiah [ http://karyatulisilmiah.com ]
Export date: Wed Jul 19 12:08:43 2017 / +0000 GMT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
TERHADAP KEBISINGAN DI SEBUAH PERUSAHAAN
INDUSTRI
LINK DOWNLOAD [91.27 KB]
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang dengan karunianya telah memberi kami pemahaman untuk
menulis makalah “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terhadap Kebisingan di Sebuah Perusahaan
Industri” pada mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta dapat menyelesaikan hasil pemikiran untuk
dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa, umumnya yang berhubungan dengan lingkungan serta pihak – pihak yang
bersangkutan dengan kepedulian terhadap lingkungan.
Adapun dalam menyelesaikan makalah ini sudah sepantasnya saya mendapatkan kesulitan dan hambatan. Saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak yang telah membantu kami dalam
penyelesaian makalah ini dengan memberi penjelasan setiap hari.
Oleh Karena itu, makalahyang telah sayatuliskan ini semoga dapat di manfaatkan dan di terjemahkan sebagai
pembahasan.
, 1 Dessember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.............................................................................
i
DAFTAR ISI
.............................................................................
ii
BAB I
.............................................................................
1




PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
.............................................................................
2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
3 Tujuan
.............................................................................
4 Manfaat
.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
.............................................................................
1
3
3
4





1 Kebisingan ............................................................................. 4
2 Tingkat Kebisingan ............................................................................. 6
3 Jenis – Jenis Kebisingan
.............................................................................
4 Efek – Efek Kebisingan
.............................................................................
5 Baku Tingkat Kebisingan .............................................................................
BAB III PENUTUP


.............................................................................
7
7
8
9
1 Kesimpulan
2 Saran
.............................................................................
.............................................................................
9
9
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang
tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja
dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku
pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam
praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak
memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita
saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja
serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat
kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan
kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja
di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi.
Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan
pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan
alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja,
agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang
mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah
satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan
kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja. Secara
keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penanganan apabila terjadi kecelakaan disaat melakukan pekerjaan?
2. Bagaimana cara menangani kebisingan yang berasal dari Mesin Pengolahan yang setiap hari terdengar
oleh para karyawan dan sangat mengganggu kenyamanan pekerja?
3. Bagaimana cara agar saat melakukan proses produksi pekerja dapat memastikan keselamatan kesehatan
kerja?

3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis – jenis kecelakaan kerja yang terjadi di PT Sinar Sosro.
2. Untuk mengetahui peran K3 dalam mencegah kecelakaan kerja.
3. Untuk mengetahui Sistem Manajemen K3 di PT. Sinar Sosro

4 Manfaat
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai program kesehatan dan keselamatan kerja terhadap
produktifitas kerja karyawan dalam perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

1 Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan, saat ini
kebisingan merupakan salah satu penyebab“Penyakit Lingkungan”. yang penting (Slamet, 2006). Sedangkan
kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh
kegiatan manusia atau aktifitas-aktifitas alam (Schilling, 1981).
Suara dihasilkan ketika sumbernya menyentuh partikel-partikel udara sehingga saling bergesekan, menimbulkan
gelombang suara yang bergerak menyebar ke partikel-partikel udara lainnya akhirnya sampai kemana-mana jauh
dari sumbernya. Kecepatan rambat suara ini kira-kira 340 meter/detik, tetapi angka ini bervariasi sesuai dengan
media perantara. Kecepatan rambat suara di besi adalah 5000 meter/detik dan 1500 meter/detik di dalam air
(Phoon, 1988).
Gelombang bunyi adalah gelombang mekanis longitudinal, gelombang bunyi tersebut dapat dijalarkan di dalam
benda padat, benda cair dan gas. Partikel-partikel yang mentransmisikan sebuah gelombang seperti itu berosilasi
di dalam arah penjalaran gelombang itu sendiri. Ada suatu jangkauan frekuensi yang besar di dalam mana dapat
menghasilkan gelombang mekanis longitudinal dan gelombang bunyi adalah dibatasi oleh jangkauan frekuensi
yang dapat merangsang telinga dan otak manusia kepada sensasi pendengaran (Halliday, 1990).
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi dan tenaga bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori:
1. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising yang disebabkan oleh
bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik.
2. Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 .
8.000 Hz.
3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang
menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan senjata api.
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang definisi kebisingan seperti yang tertulis dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987: Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak
diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan kumpulan
nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang tidak diingini sehingga mengganggu ketentraman orang
terutama pendengaran (Dirjen P2M dan PLP Depkes RI, 1993).
Sedangkan menurut surat edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor SE 01/Men/1978:
Kebisingan ditempat kerja adalah semua bunyibunyi atau suara-suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat produksi di tempat kerja (Rizeddin, dalam Suheryanto, 1994).

2 Tingkat Kebisingan
Karena ada kisaran sensitivitas, telinga dapat mentoleransi bunyi-bunyi yang lebih keras pada frekuensi yang
lebih rendah dibanding pada frekuensi tinggi. Kisaran kurva-kurva pita oktaf dikenal sebagai kurva tingkat
kebisingan (NR = noise rating) pernah dibuat untuk menyatakan analisis pita oktaf yang dianjurkan pada
berbagai situasi. Kurva bising yang diukur yang terletak dekat di atas pita analisis menyatakan NR kebisingan
tersebut (Harrington dan Gill, 2005).
Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan RI Nomor 701/PD.03.04.Lp, (Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan Tahun
1992), tingkat kebisingan diuraikan sebagai berikut:
1. Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise Level = Leq) adalah tingkat
kebisingan terus menerus (=steady noise) dalam ukuran dBA, berisi energi yang sama dengan energi
kebisingan terputus-putus dalam satu periode atau interval waktu pengukuran.
2. Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus
dari tingkat kebisingan pada siang, petang dan malam hari.
3. Tingkat ambien kebisingan (=Background noise level) atau tingkat latar belakang kebisingan adalah
rata-rata tingkat suara minimum dalam keadaan tanpa gangguan kebisingan pada tempat dan saat
pengukuran dilakukan, jika diambil nilainya dari distribusi statistik adalah 95% atau L-95.

3 Jenis – Jenis Kebisingan
Suma'mur (1993) mengemukakan bahwa selain dibedakan menurut tingkatannya kebisingan juga dibedakan
menurut jenisnya sebagai berikut:
1. Kebisingan continue yaitu kebisingan dengan spektrum berfrekuensi luas misal: suara yang timbul oleh
kompresor, kipas angin, dapur pijar serta spektrum yang berfrekuensi sempit contoh: suara gergaji
sirkuler, katup gas.
2. Kebisingan terputus-putus misal suara lalu lintas, suara pesawat udara yang tinggal landas.
3. Kebisingan implulsif (= impact or impulsive noise) seperti: pukulan martil, tembakan senapan, ledakan
meriam dan lain-lain.

4 Efek – Efek Kebisingan
Dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kebisingan adalah efek kesehatan dan non kesehatan. Hal ini
dapat terjadi karena telinga tidak diperlengkapi untuk melindungi dirinya sendiri dari efek kebisingan yang
merugikan. Bunyi mendadak yang keras secara cepat diikuti oleh reflek otot di telinga tengah yang akan
membatasi jumlah energi suara yang dihantarkan ke telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan dengan
keadaan semacam itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang terpajan pada kebisingan mengalami
pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau terus menerus. Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama
dan kuat akan merusak organ korti dan selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian permanen (Harrington dan
Gill, 2005).
Secara umum telah disetujui bahwa untuk amannya, pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak
melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan yang keras selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan
ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak
disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat
mengganggu dan dirasakan sangat merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat pendengaran
dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang adanya rasa mual, lemas, stres,
sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah. Apakah kebisingan dapat menyebabkan perubahan yang
menetap seperti penyakit tekanan darah tinggi (Pulat, 1992).
Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan pendengaran biasanya disebabkan karena energi kebisingan yang
tinggi mampu menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah, dan
tingkat pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada efek psikososial dan psikomotor ringan jika dicoba bekerja
di lingkungan yang bising (Harrington dan Gill, 2005).

5 Baku Tingkat Kebisingan
Nilai ambang batas kebisingan adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat
diterima oleh manusia tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu yang cukup
lama/terus menerus, selanjutnya ditulis NAB. Penting untuk diketahui bahwa di dalam menetapkan standar NAB
pada suatu level atau intensitas tertentu, tidak akan menjamin bahwa semua orang yang terpapar pada level
tersebut secara terus menerus akan terbebas dari gangguan pendengaran, karena hal itu tergantung pada respon
masing-masing individu (Keputusan MENLH, 1996).
BAB III
PENUTUP

1 Kesimpulan
Berdasarkan penulisan makalah di atas, maka dapat di peroleh beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non
kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.
2. Pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA..
3. Kebisingan terdiri dari 3 jenis, yaitu Kebisingan continue, Kebisingan terputus – putus dan Kebisingan
implulsif

1 Saran
1. Lengkapi persediaan alat pelindung diri (APD)
2. Setiap pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk keselamatan kerja.
3. Pemeriksaan mesin produksi secara rutin agar tidak menyebabkan kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen, P2M dan PLP Departemen Kesehatan RI. 1993. Pelatihan Petugas Pengawas
Tingkat Kebisingan Model III. Jakarta.
Halliday. 1990. Fisika. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Harrington & F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi 3. Penerbit EGC
Cetakan I. Jakarta.
Kryter, K.D. 1985. The Effect of Noise on Man. Academic Press. New York.
Pulat, B. M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Prentice Hall. Inc
Englewood Cliff. New Jersey.
Schilling, R.S.F. 1981. Occupational Health Practice, 2nd. Ed Butterworths & Co.
Ltd, London.
Slamet, JS. 2006. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Suma.mur, PK. 1993. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV. Haji
Masagung. Jakarta.
Sumber internet
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatan-kerja.html
http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-keselamatan-kerja/
http://drifai.wordpress.com/makalah-k3/
http://ajago.blogspot.com/2007/12/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di.html
http://ekookdamezs.blogspot.com/2011/03/makalah-kesehatan-keselamatan-kerja.html
Post date: 2014-06-16 18:16:00
Post date GMT: 2014-06-16 18:16:00
Post modified date: 2016-05-17 08:48:55
Post modified date GMT: 2016-05-17 08:48:55
Powered by [ Universal Post Manager ] plugin. MS Word saving format developed by gVectors Team www.gVectors.com
Download