ATTRACTING INVESTMENT IN REGENCIES Daftar Isi Pengantar Penyusun Setiap perekonomian, nasional atau regional, membutuhkan investasi. Investasi asing dapat memberikan kontribusi yang sangat kuat untuk pekerjaan, ekspor dan pendapatan pemerintah. Namun penanam modal (investor) memerlukan stabilitas dan kepastian. Secara umum, lingkungan yang memiliki ketentuan hukum yang lebih stabil dan pasti, akan membuat semakin besar investasi yang diberikan oleh para investor. Investor asing membutuhkan iklim yang sifatnya kondusif seperti rasa aman, tertib, serta adanya suatu kepastian atau jaminan hukum dari negara penerima modal.1 Pemerintah daerah (Pemda) memiliki peranan penting dalam membentuk lingkungan investasi. Oleh sebab itu, buku ini akan memberikan masukan atas hal-hal yang dapat Pemda lakukan untuk menarik investasi asing dari perspektif investor. Manfaat ekonomi dan manfaat lainnya yang diperoleh dari investasi dari dalam maupun luar negeri: Lapangan kerja Manfaat pendapatan Pengaruh yang baik untuk investasi lokal Alih teknologi Keterampilan buruh yang meningkat Peningkatan ekspor Meningkatnya daya saing internasional untuk perusahaan lokal Buku ini merupakan panduan singkat untuk meningkatkan iklim investasi lokal melalui beberapa rekomendasi yang akan kami berikan, yang bertujuan untuk memberikan dukungan kepada Pemda (Kabupaten, Kotamadya dan Provinsi) yang 1 Camelia Malik, Jaminan Kepastian Hukum Dalam Kegiatan Penanaman Modal Di Indonesia, Majalah Hukum Bisnis Vol 26- No.4- Tahun 2007, hal.16. 1 ingin membuat peraturan dan prosedur yang ramah bagi warga masyarakat dan perusahaan. Sebagaimana rekomendasi tersebut didasarkan pada pengalaman dalam kerja sama dengan Pemerintah-pemerintah Daerah di Indonesia. Daftar Singkatan Daftar Istilah Ringkasan Eksekutif: I. Rekomendasi untuk Menarik Investasi Berbagai faktor yang bisa menjadi daya saing dan daya tarik investasi serta dapat menjadi rekomendasi atau usulan untuk menunjang iklim investasi yang kondusif, yakni sebagai berikut: 1) Kebijakan dan Peraturan dalam Investasi, 2) Peningkatan Efisiensi dan Pelayanan di Pemda maupun di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKMPD), 3) Pembentukkan Daya Saing Investasi Melalui Pengembangan Infrastruktur, dan 4) Pertajaman Strategi Pemasaran dan Penyediaan Informasi Tentang Daerah. 1. Kebijakan dan Peraturan dalam Investasi Arus modal asing akan meningkat seiring keseriusan Pemda dalam menciptakan peraturan hukum yang stabil dan konsisten, didukung dengan prosedur perizinan yang lebih singkat bagi investor dalam bidang penanaman modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal. Untuk setiap peraturan, pertanyaan yang perlu ditanyakan yakni: apakah peraturan ini benar-benar mewujudkan hasil yang diinginkan dan efek samping apa yang dapat ditimbulkan? Apakah mungkin ada cara lain yang lebih efektif dan memiliki efek samping negatif yang lebih sedikit untuk mencapai hasil yang diinginkan? Apakah peraturan tersebut akan sulit untuk dipatuhi? Dapatkan peraturan dibuat lebih sederhana? Sebuah tinjauan kritis akan dapat bermanfaat. Yang menjadi prioritas tertinggi adalah peraturan-peraturan yang dianggap paling membebani perusahan-perusahaan. Akan lebih bermanfaat untuk mengambil 2 langkah-langkah yang relatif mudah diimplementasikan dan juga memiliki dampak yang relatif besar (quick wins), untuk mendapatkan lebih banyak dukungan dan kepercayaan dari perusahaan dan juga warga masyarakat. Ada banyak kemungkinan untuk memperbaiki peraturan dan beban biaya administrasi dengan bekerja lebih efisien. a. Konsistensi regulasi pada semua tingkatan terutama peraturan daerah dengan peraturan perundang-undangan lainnya Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh badan pemerintahan yang berbeda mungkin dapat menimbulkan pertentangan satu dengan lainnya. Daftar pertentangan-pertentangan hukum tersebut menjadi langkah awal bagi badanbadan pemerintahan untuk melakukan diskusi secara bersama-sama dalam mencari solusinya. Dalam pembahasan tersebut dapat pula dipertimbangkan persoalan beban administratif yang telah diberikan peraturan-peraturan tersebut kepada masyarakat. Memberikan kesempatan yang berkelanjutan bagi masyarakat untuk melaporkan bagaimana mereka menjalani peraturan tersebut, sebagai contoh, melalui pemberian survei, sounding boards (komite perwakilan khusus) dari perusahan-perusahaan, warga masyarakat dan pertemuan balai kota, yang ditindaklanjuti dengan pertemuan dengan para ahli, dapat menjadi sarana yang berguna untuk mendapatkan tanggapan dan saran untuk perbaikan dalam peraturan dan beban administratif. Di beberapa kasus, hanya pemerintah pusat yang dapat memecahkan persoalan tanpa membuat aturan dan membebani biaya administratif. Terkait dengan itu, Pemda harus melaporkan kepada pemerintah pusat dan sesering mungkin bekerjasama dengan asosiasi Pemda seperti APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia). Pemda juga dapat belajar dari daerah lain yang mulai menyederhanakan peraturan. APEKSI bisa memfasilitasi tukar menukar informasi dan pengalaman dari Pemda-Pemda dan menyediakan informasi terkait teknis penyusunan perda yang ramah investasi. 3 b. Mengganti perizinan dengan peraturan yang umum Perizinan-perizinan yang cukup banyak dapat membingungkan dan memakan waktu yang cukup lama, sehingga akan lebih baik dan efisien apabila dapat dikeluarkan suatu peraturan yang mencakup substansi dari perizinan-perizinan yang dibutuhkan untuk berinvestasi di daerah. Isi dari peraturan tersebut sudah mencakup syarat-syarat, prosedur, biaya, jangka waktu serta sanksi-sanksi. Jadi, sebelum seorang investor ingin memulai investasinya, peraturan tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai hal-hal apa saja yang harus dan boleh dilakukan, serta yang tidak boleh dilakukan oleh investor di suatu daerah. c. Menerapkan deadline untuk prosedur pelayanan perizinan Dengan adanya kepentingan bagi investor terhadap pelayanan yang efisien, membuat prosedur pelayanan investasi yang tidak berbelit-belit memiliki nilai tertinggi. Maka dari itu, diperlukan adanya batas waktu (deadline) yang ditetapkan untuk setiap pelayanan perizinan baik di Pemda ataupun BKPMD. Apabila setelah lewat dari jangka waktu yang ditetapkan untuk penyelesaian pelayanan perizinan namun Pemda atau BKPMD tidak juga memberikan keputusan, maka permohonan perizinan yang diajukan itu dianggap diterima. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung prosedur pelayanan perizinan yang cepat dan efisien bagi investor. d. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (One Stop Services - PTSP) (dengan harga dan jangka proses yang tetap dan yang diumumkan) Apabila pelayanan perizinan dengan sistem terpadu satu pintu (one stop service - PTSP) dapat dimungkinkan untuk hanya berada di dalam kelembagaan Badan Koordinasi Penanaman Modal di Daerah (BKPMD), sistem ini membuat waktu pembuatan izin menjadi lebih singkat. Pasalnya, dengan pengurusan administrasi berbasis teknologi informasi, input data cukup dilakukan sekali dan administrasi bisa dilakukan simultan. Namun, PTSP pun akan berfungsi lebih 4 baik apabila disertai dengan adanya pelimpahan wewenang dari Pemda ke BKPMD untuk mengurus segala perizinan mengenai investasi, agar pelayanan perizinan benar-benar hanya melalui “satu pintu” saja. Dengan adanya sistem PTSP, seluruh perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota dapat terlayani dalam satu lembaga. Harapan yang ingin dicapai adalah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada peran usaha mikro, kecil, dan menengah. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas layanan publik. Oleh karena itu, diharapkan terwujud pelayanan publik yang cepat murah, mudah, transparan, dan terjamin. e. Menggunakan Manager Sektoral untuk membantu perusahaan Diperlukan untuk menunjuk salah satu pegawai pemerintahan (liaison officer) dalam kantor/instansi tersebut, juga di dalam Pemda serta BKPMD yang diberikan tanggung jawab sebagai pejabat penghubung antara Pemda/BKPMD dengan perusahaan/investor. Orang tersebut membantu perusahaan/investor baik di dalam perizinan maupun dalam menyelesaikan masalah yang mereka miliki, seperti pembuatan izin, status tanah, sengketa bisnis dengan mitra atau klien, bea cukai, kantor pajak, Departemen Tenaga Kerja, Imigrasi ataupun masalah dengan masyarakat setempat. Sehingga dapat mendukung proses kegiatan investasi daerah yang mudah dan cepat. f. Menggunakan model standar untuk formulir permohonan perizinan Adanya standardisasi model formulir perizinan yang sama di setiap wilayah. Perumusan model standar formulir perizinan tersebut dilakukan dan dibahas secara bersama oleh para Pemda, BKPMD atau APEKSI di setiap wilayah di seluruh Indonesia, agar dapat ditentukan suatu model standar yang disepakati untuk digunakan bersama. Isi dari model standar tersebut haruslah jelas, detail dan mudah diaplikasikan oleh para investor. 5