Dalam rangka persiapan atau pembahasan rancangan undang-undang (RUU) dan rancangan peraturan daerah (Ranperda) dan juga dalam rangka evaluasi atau klarifikasi Perda, seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan, hal ini dinamakan konsultasi publik.1 Gambar 4 Konsultasi Publik Oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kota Pekalongan a. Mengganti perizinan dengan peraturan yang umum Setiap perizinan-perizinan yang dipersyaratkan kepada investor agar dapat menjalankan aktivitasnya, justru semakin mempersulit investor itu sendiri, dimana proses untuk mendapatkan izin tersebut terkadang memakan waktu terlalu lama dan persyaratannya terlalu banyak, padahal dalam kenyataannya, investor telah siap dan mampu untuk beraktivitas. Hal inilah yang terkadang menjadi masalah bagi para investor. Dengan demikian akan lebih baik jika Pemda mengeluarkan suatu peraturan sebagai pengganti perizinan- perizinan,,yang benar-benar bisa dijadikan dasar bagi mereka (investor) untuk menjalankan aktivitasnya. Peraturan tersebut tentunya harus mengatur mengenai jenis-jenis usaha atau hal-hal apa saja yang termasuk ke dalam peraturan tersebut, dan memberikan penjelasan secara spesifik mengenai jangka waktu yang diberikan kepada investor dalam menjalankan aktivitasnya 1 Dapat dilihat pada ketentuan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Sejalan dengan ketentuan tersebut, ketentuan Pasal 139 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga mengamanatkan hal yang sama. Dalam ketentuan Pasal 139 tersebut, disebutkan masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan Raperda. 11 sesuai dengan peraturan tersebut. Tentunya tidak lupa juga untuk mengatur persyaratan-persyaratan untuk memulai sesuatu investasi di daerah tersebut. Pada akhirnya, peraturan tersebut merupakan suatu kumpulan dari izin-izin usaha yang ada sebelumnya, beserta jangka waktu dan persyaratanpersyaratannya. Maka dari itu, selama para investor bertindak sesuai dengan peraturan tersebut, Pemda hanya perlu mengeluarkan dokumen sebagai dokumen pengganti izin, Pemda dapat hanya mengeluarkan semacam surat keterangan yang berisikan informasi-informasi untuk setiap perusahaan/investor, termasuk jenis investasi, jangka waktu yang diberikan dan sebagainya, yang memang sebelumnya sudah diatur dalam peraturan tersebut. b. Menerapkan deadline untuk proses prosedur pelayanan Penerapan deadline mempunyai tujuan untuk menunjang pelayanan Pemda dan BKPMD yang prima, efektif dan jauh dari kesan buruk karena tarif yang mahal dan prosedur yang bertele-tele. Persoalan ini dapat direduksi salah satunya dengan cara mempersingkat proses pelayanan izin memulai usaha, sebagai contoh, pelayanan perizinan di KPTSP Kabupaten Magelang melayani proses perizinan-perizinan sebagai berikut: - Persetujuan prinsip paling lama 15 (lima belas) hari kerja; - Penerbitan izin lokasi paling lama 18 (delapan belas) hari kerja; - Penerbitan izin mendirikan / mengubah / merobohkan bangunan (IMB) paling lama 14 (empat belas) hari kerja; - Penerbitan SIUP dan TDP paling lama 5 (lima) hari kerja; - Penerbitan izin usaha jasa konstruksi (SIUJK) paling lama 14 (empat belas) hari kerja. Apabila sampai batas waktu pelayanan, namun belum ada keputusan untuk menerbitkan perizinan, maka dapat dianggap bahwa permohonan perizinan tersebut diterima. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong kinerja dari Pemda atau BKPMD untuk bekerja secara cepat, disiplin dan efisien dalam melayani investor. 12 c. Pelayanan Satu Atap (One Stop Service – PTSP) (dengan harga dan jangka waktu yang tetap dan yang diumumkan) Salah satu kiat untuk menyederhanakan prosedur perizinan usaha adalah dengan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). PTSP memiliki fungsi untuk mempercepat proses pelayanan perizinan, yang tentu saja dapat dilakukan dengan diikuti adanya pelimpahan wewenang dari Pemda kepada BKPMD untuk mengeluarkan perizinan melalui PTSP itu sendiri. Sebagai contoh adalah PTSP di Kabupaten Aceh Besar. Penerapan PTSP di Kab. Aceh Besar diawali dengan didirikannya Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (KPTSP) melalui Peraturan Bupati Aceh Besar Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Aceh Besar, yang kemudian ditingkatkan menjadi Qanun Nomor 3 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Aceh Besar dimana beberapa izin (18 izin) sudah dilimpahkan penandatangannya kepada Kepala KPTSP melalui Keputusan Bupati Aceh Besar Nomor 205 Tahun 2007 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Perizinan Kepada Kantor Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Aceh Besar.2 Dengan adanya mekanisme pelayanan perizinan cepat PTSP, Kab. Aceh Besar hingga kini telah melayani berbagai macam perizinan dengan mudah dan praktis. 2 KPTSP Kabupaten Aceh Besar, Sekilas Tentang Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (KPTSP) Kabupaten Aceh Besar, dapat dilihat (On-line) di: http://kptspacehbesar.blogspot.com/2010/03/sekilas-tentang-kantor-pelayanan.html, tanggal 3 Maret 2010 13 Gambar 1 Mekanisme PTSP Kab. Aceh Besar Agar KPTSP dapat menjalankan fungsinya sebagai kantor yang baik yang memberikan pelayanan perizinan, memiliki kendali yang tepat, terukur dan terkendali menuju pelayanan satu pintu, maka dibutuhkan adanya: - Penyusunan dan penyempurnaan Standar Operating Procedure (SOP) KPTSP; - Penyusunan dan penyempurnaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KPTSP sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen pelayanan kepada masyarakat.3 - Peningkatan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).4 Sistem ini diciptakan untuk memfasilitasi PTSP lebih 3 Dapat dilihat pada ketentuan Undang-undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Pusat Pengolahan data dan Infomasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (Pusdatin BKPM) memikul tanggung jawab atas terlaksananya sistem pelayanan investasi secara nasional. Untuk melaksanakannya, Pusdatin BKPM sesuai kewenangan yang diberikan telah membangun Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik yang selanjutnya disingkat SPIPISE. Sistem ini dibuat menurut bisnis proses dan dinamika pelayan perijinanan di BKPM Pusat dan Badan 4 14 lanjut. Pelaksanaan SPIPISE memang bertujuan untuk “memangkas” birokrasi perizinan yang biasa berbelit lambat dan tidak bisa diprediksi, menuju ke perizinan yang murah, lebih efisien dan dapat diprediksi. Fasilitas SPIPISE ini juga bebas pungutan liar sebab untuk melakukan pengurusan suatu perizinan dapat dilakukan dari rumah pihak yang bersangkutan, dalam hal ini investor, melalui perangkat teknologi yang ada. Batam sebagai pilot project atau daerah percontohan atas SPIPISE sendiri telah dapat mengurusi 102 perizinan sejak diresmikan di tahun 2010. d. Menggunakan Manajer Sektoral untuk membantu perusahaan Penunjukkan Manajer Sektoral untuk mendampingi perusahaan dalam berinvestasi di daerah sebagai salah fasilitas yang dapat memberi keuntungan untuk investor, dimana kewajiban dari Manajer Sektoral adalah memaksimumkan kemudahan berinvestasi di daerah untuk investor. Dalam penunjukkannya, dipilih orang yang dianggap paling ahli dalam kegiatan investasi dan mengerti akan seluk-beluknya. Manager Sektoral bertindak sebagai pejabat penghubung (liaison officer) antara perusahaan/investor dengan Pemda dan BKPMD. Manager Sektoral bertugas untuk memberikan panduan dan mendampingi di setiap kegiatan berinvestasi seperti dalam permohonan perizinan, pemberian pendapat/saran akan peluang investasi yang ada di daerah, sebagai contact person saat perusahaan/investor menemukan permasalahan/kesulitan dalam berinvestasi, juga memberikan kabar terkini akan perkembangan regulasi atau perizinan terbaru menyangkut kegiatan investasi. Penanaman Modal Daerah. Dapat dilihat (On-line) di: http://zulitaufik.blog.com/2011/10/29/dss-untukoptimalisasi-tim-sosialiasi-spipise/ 15