aspek hukum dalam ekonomi modul ke 11 perizinan usaha disusun

advertisement
ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
MODUL KE 11
PERIZINAN USAHA
DISUSUN OLEH
AGUS RIYANTO, S.H, LLM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
Pengertian Izin
 Secara etimologis, bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan izin adalah pernyataan
“tidak melarang atau memperbolehkan”. Dengan demikian izin terdapat dua kemungkinan
dasar yaitu dapat dilarang atau diperbolehkan dan dapat dilarang atau tidak
diperbolehkan.
 Di Indonesia masalah izin dikeluarkan oleh “birokrasi pemerintahan” dari tingkat daerah
sampai dengan tingkat pusat. Sehingga swasta memiliki ketergantungan yang tinggi
terhadap “birokrasi” dan pada akhirnya akan menimbulkan aspek politik uang untuk
mendaptkan izin tersebut jika ingin tidak dipersulit. Istilah “jika dipersulit mengapa harus
dipermudah” adalah ironi dalam perizinan usaha.
 Indonesia adalah belantara dari Republik Izin.
Konsekuesi Izin dan Tidak Memiliki Izin
 Birokrasi yang panjang
 Uang menjadi kata kunci
 Waktu penyelesaian yang tidak dapat diprediksi
 Pengusuran rumah jika tidak ada IMB
 Penutupan tempat usaha
 Penertiban dokumen yang tidak lengkap
Di India, korupsi berlangsung di bawah mejanya, di Cina Korupsi terjadi di atas meja, di
Indonesia korupsi sekalian dengan meja-mejanya (TEMPO, Edisi 24-30 Desember 2007).
Inpres No. 5 Tahun 1984
 Begitu peliknya masalah perizinan, maka pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No.
5 Tahun 1984 tanggal 11 April 1984 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan
Pengendalian Perizinan di Bidang Usaha.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Agus Arijanto,SE,MM
ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
 Keluarnya ketentuan Inpres No.5/1984 dimaksud untuk lebih dapat menyerderhanakan
sistem perizinan yang begitu banyak dan rumit dalam penyelesaiannya.
 Dikeluarkannya ketentuan ini juga dimaksudkan untuk menunjang berhasilnya
pelaksanaan pembangunan yang bertumpu pada trilogi pembangunan, yaitu pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, serta pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya
Penyerderhanaan Perizinan
 Perlunya dikurangi jumlah perizinan yang harus dimiliki pengusaha, sehingga yang benarbenar diperlukan saja yang diberikan izin .
 Perlunya diserderhanakan persyaratan administratif dengan mengurangi jumlah dan
menghindari pengurangan persyaratan yang sealur dalam rangkaian perizinan.
 Perlunya diberikan jangka waktu yang cukup panjang, sehingga dapat memberi jaminan
bagi kepastian dan kelangsungan usaha.
 Perlunya dikurangi bila perlu meringankan dan menghilangkan sama sekali biaya
pengurusan perizinan.
 Perlunya disederhanakan tata cara pelaporan, sehingga satu laporan dapat dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan berbagai instansi.
 Perlunya dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perizinan di bidang usaha, dan
ditekankan agar penerima izin dapat diwajibkan untuk dapat memberikan laporan paling
banyak satu kali setiap satu semester.
 Perlunya dilakukan penerbitan terhadap pelaksanaan perizinan yang juga menyangkut
personel sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepegawaian, termasuk tuntutan
ganti rugi, disiplin pegawai negeri dan tuntutan pidana.
Masalah Perizinan
 Adanya bentuk dan jenis perizinan yang diselenggarakan umumnya secara bertahap,
yang diawali dengan letter of intent untuk mendapatkan izin prinsip yang kemudian dikenal
dengan adanya izin sementara, izin tetap dan izin perluasan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Agus Arijanto,SE,MM
ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
 Adanya badan hukum yang dipersyaratkan dalam hal perizinan sehingga terdapat
berbagai kemungkinan badan hukum berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku seperti,
KUHP, UUPMA, UMPDN dll.
 Adanya bidang kegiatan industri yang dalam pemberian izinnya dibedakan antara bidang
yang dikelola oleh departemen-departemen.
 Di bidang perdagangan pada dasarnya izin diterbitkan oleh departemen perdagangan,
namun dipersyaratkan pula untuk mendapat rekomendasi dari departemen terkait,
sehingga jalurnya menjadi lebih panjang.
Acuan Dalam Persyaratan Perizinan
 Syarat untuk mendapatkan izin.
 Bobot kegiatan usaha yang dikaitkan dengan izin yang diberikan.
 Berbagai persyaratan penopang yang terkait dengan dampak pemberian izin yang
bersangkutan.
 Berbagai hak dan manfaat yang dapat digunakan oleh penerima izin.
 Penerima izin diharuskan untuk memenuhi kewajiban, sesuai dengan pengarahan
pemerintah,miasalnya untuk peningkatan ekspor, penyediaan lapangan kerja, menjadi
bapak angkat, mendorong golongan ekonomi lemah, koperasi, pencegahan pencemaran
dan sebagainya.
Dalam perizinan, seringkali ditemui adanya masalah antara pihak yang memberi izin yang
membebani berbagai persyaratan dan kewajiban serta sanksi yang diberikan oleh pemerintah,
dengan pihak yang meminta izin yang harus memenuhi syarat dan memenuhi kewajiban.
Bidang Usaha Yang Tidak Wajib Daftar
Menurut Keppres No. 53 tahun 1988, disebutkan adanya beberapa hal Kegiatan usaha yang
tidak dikenakan ketentuan terhadap wajib daftar Perusahaan, yaitu :
 Usaha atau kegiatan yang bergerak diluar bidang perekonomian dan sifat serta tujuannya
tidak semata-mata untuk mencari keuntungan dan/atau laba.
 Bidang-bidang usaha seperti :
- Pendidikan formal dalam segala jenis dan jenjang.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Agus Arijanto,SE,MM
ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
- Pendidikan non formal baik negeri maupun swasta.
- Notaris.
- Penasehat Hukum.
- Praktek dokter perorangan maupun kelompok.
- Rumah sakit.
- Klinik pengobatan
SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
 Surat Izin Usaha Perdagangan atau disingkat “SIUP” adalah surat izin untuk dapat
melaksanakan kegiatan perdagangan. Dengan hal ini maka setiap usaha perdagangan
sebelum beroperasi “wajib” memiliki SIUP terlebih dahulu sebelum beroperasi usahanya.
 Dasar hukum dari SIUP adalah Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan, yang menentukan bahwa suatu perusahaan wajib didaftarkan dalam jangka
waktu 3 bulan setelah perusahaan menjalankan usahanya.
 Untuk dapat melaksanakan ketentuan diatas khususnya tentang izin usaha, telah
mengalami beberapa kali pergantian dan terakhir diatur oleh Peraturan Menteri
Perdagangan RI No. 36/M-DAG/9/2007 tentang Penerbitan SIUP (“Permendag
No.36/2007”).
Kewajiban Pendaftaran
 Pasal 2 ayat (1) Permendag No.36/2007 ditetapkan bahwa setiap perusahaan yang
melakukan kegiatan perdagangan “wajib” memiliki SIUP.
 Untuk memperoleh SIUP, maka Perusahaan terlebih dahulu “wajib” mengajukan Surat
Permohonan Izin (SPI) yang diperoleh secara cuma-cuma pada Kantor Wilayah
Departemen Perdagangan setempat.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Agus Arijanto,SE,MM
ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
Download