“ Blood For Life”, Menyelamatkan Jiwa Melalui Donor Darah: Penerapan Teknik Mass Interpersonal Persuassion oleh Valencia Mieke Randa Tugas Akhir Semester Mata Kuliah: Teknik Intervensi Sosial Ni Putu Sarilani Wirawan NPM: 1006742522 MAGISTER PSIKOLOGI TERAPAN - INTERVENSI SOSIAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2011 1. Pengantar Makalah ini merupakan analisa terhadap hasil wawancara dari praktisi yang telah melakukan sebuah intervensi perilaku. Praktisi yang diwawancara bernama Valencia Mieke Randa yang menggunakan media jejaring sosial internet, yaitu Facebook dan Twitter untuk program bernama ‘Blood for Life’. Wawancara dilakukan di Gedung A RS. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 29 November 2011. Metode wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan terbuka. Daftar pertanyaan telah disiapkan sebelumnya, sesuai dengan teori yang dipilih. Saat wawancara dilakukan diajukan beberapa pertanyaan berbeda atau pertanyaan tambahan yang bersifat probing sesuai dengan dinamika wawancara yang terjadi. Analisa dilakukan dengan menggunakan teori mass interpersonal persuasion sebagaimana yang dikemukakan oleh Fogg (2008). 2. Deskripsi Praktisi dan Intervensinya 2.1 Deskripsi praktisi Valencia Mieke Randa menggagas media online www.Blood4LifeID.org dan memanfaatkan jejaring sosial berbasis internet untuk membantu orang-orang yang membutuhkan darah atau menyumbangkan darah, tanpa birokrasi atau pun prosedur yang biasanya membutuhkan waktu lama (Kompas 30 September 2011). Pengalaman pribadi mendorong Randa untuk memulai intervensi berbasis internet ini pada tahun 2009. Pengalaman ini diperolehnya dari mengamati pengalaman pasien dan keluarga lain yang mengalami keterlambatan penanganan medis karena kurangnya pasokan darah, ketika secara berkala menemani terapi pengobatan kanker ibunya. Awalnya, Randa – yang di kalangan blogger dikenal dengan nama Just Silly - aktif menulis blog mengenai pengalaman ini. Kunjungan langsungnya ke kantor Palang Merah Indonesia (PMI) dan menemukan rak stok darah yang nyaris kosong, semakin memperkuat hasratnya untuk bergerak di bidang ini. Satu pengalaman saat Idul Fitri di tahun 2009 adalah, “Aku ke PMI foto bank darah. Aku bingung 1 kok lebaran lebaran handphone saya bunyi terus-terusan . Trus aku lihat, aku, astaga, benar benar kosong, yang ada hanya darah B sama O. Ini bukti lho, tidak ada darah di PMI (sambil memperlihatkan foto rak yang kosong)”. (V.M.Randa, komunikasi personal, 29 November 2011). Praktisi adalah lulusan Fakultas Teknik pada Universitas Indonesia. Saat ini, ia juga menjalani profesi sebagai professional online media publicist, yaitu melakukan re-branding dan merancang strategi penggunaan media jejaring sosial untuk produk-produk komersial. 1.2 Intervensi yang Dilakukan Oleh Praktisi Konsep awal dari “Blood For Life” (BFL) adalah menjadi jembatan komunikasi dan informasi antara pasien-pasien yang membutuhkan darah dengan para pendonor. Kondisi pasien yang menjadi prioritas adalah pasien kritis dan membutuhkan penanganan segera, pasien dengan penyakit yang membutuhkan transfusi darah segar, serta pasien yang membutuhkan jenis darah langka (misalnya rhesus negatif), atau pun saat PMI tidak memiliki ketersediaan darah. Di dalam perkembangannya, mencermati fakta bahwa PMI tidak mampu memenuhi kebutuhan darah yang dapat mencapai 400 kantong per hari, Randa memiliki tujuan ingin menjadikan donor darah sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat. Praktisi dari awal secara sadar memilih media jejaring sosial sebagai cara intervensinya. Hal ini dilakukan untuk menjangkau orang-orang baru yang tidak dikenalnya secara pribadi sehingga dapat membuka peluang untuk mengajak orang lain mau mendonasikan darah kepada pasien-pasien yang membutuhkan. Praktisi menjelaskan bahwa media jejaring sosial seperti Facebook memberikan peluang untuk menjadi teman di dunia maya atau dalam istilah Facebook disebut ‘friend’ dari para tokoh publik dan selebritas yang memiliki jumlah teman hingga ratusan. Jika mailing list BFL di tahun 2009 memiliki 44 anggota, saat ini terdaftar sudah ada anggota sebanyak 365 orang. Sementara itu, Facebook BFL disukai oleh lebih dari 10,000 orang dan 400 orang 2 menyebarkan informasi dari akun BFL kepada orang lain di dalam jejaringnya. Akun Facebook BFL melayani informasi kebutuhan darah dan pendonor untuk seluruh Indonesia. Beberapa anggota komunitas BFL kemudian mengajukan usul kepada Randa untuk membuat Facebook BFL yang khusus melayani daerah tertentu untuk memudahkan komunikasi. Saat ini telah ada 7 akun Facebook BFL khusus untuk daerah tertentu, seperti Blood For LifeJember dan Blood For Life-Surabaya. Administrator Facebook di tingkat daerah ini sepenuhnya bersifat sukarela. Randa menggambarkan perbedaan yang terjadi antara konsep awal dengan perkembangan yang terjadi hingga saat ini, sebagai berikut: Perbedaan dengan konsep awal, yang lain, awalnya banyak terfokus di milist. Semakin ke sini, crowd nya bergeser. Kalau di Facebook itu seluruh Indonesia . Crowd paling banyak di Facebook, seluruh Indonesia dan beberapa negara , mereka buat komunitas sendiri juga, sehingga kalau saling butuh bisa saling kontak. Sengaja dibuat Facebook-Facebook di daerah, karena untuk komunikasi akan susah dilakukan kalau semuanya diatur dari BFL Jakarta. (V.M.Randa, komunikasi personal, 29 November 2011). Mengenai cara kerja BFL, Randa menuturkan, sebagai berikut: kalau donor ini, em, urgent, kita berinteraksi langsung dengan si penerima. Jadi kita seperti punya keluarga baru. Karena kita melalui proses seperti, kita telpon-telponan, lalu abis itu janjian di PMI, abis diambil darahnya setelah dicek ternyata cocok, sampai akhirnya si pendonor ikut menemani operasi. Jadi dia kayak menunggui setengah nyawanya di situ. . (V.M.Randa, komunikasi personal, 29 November 2011). Secara lebih detil, cara bekerja BFL (http://www.blood4lifeID.org) adalah: - Keluarga, teman atau tenaga medis (dokter, perawat, bidan) dari para pasien kritis yang membutuhkan darah dapat menuliskan jenis darah yang dibutuhkan dan nomor telepon yang dapat dihubungi melalui mailing list, Facebook atau Twitter, bahkan mengirimkan SMS langsung kepada Randa. - Sukarelawan BFL yang sedang bertugas menjadi administrator akan memverifikasi kebenaran setiap informasi yang diterima dan mengirimkan pesan melalui Facebook dan Twitter secara berkala hingga muncul tanggapan dari pendonor yang bersedia atau pun sudah mendapatkan konfirmasi dari pihak yang membutuhkan. 3 - Pengguna Facebook dan yang melihat informasi ini juga dapat langsung menghubungi nomer telepon yang tercantum. Selain itu, pendonor yang bersedia dan siaga untuk menyumbangkan darah, dapat mendaftar menjadi anggota komunitas BFL melalui mailing list sehingga dapat dihubungi oleh BFL ketika diperlukan. - Pendonor dan pihak pendamping pasien akan berkomunikasi langsung melalui telepon untuk melakukan janji temu di kantor PMI. Hingga saat ini, baru PMI yang memiliki fasilitas dan infrastruktur untuk melakukan donasi darah (seperti alat uji tes kelayakan darah dan kantong darah yang dapat menjaga kestabilan struktur darah cair hingga saatnya transfusi kepada pasien) dan karena itulah pihak pendamping pasien dan pendonor akan bertemu pertama kali di kantor PMI. Komunikasi lebih lanjut antara pendamping pasien dan pendonor biasanya kerap terjadi, karena pendonor ingin mengetahui keadaan kesehatan pasien yang telah ditolongnya atau pun sekedar memberikan motivasi kepada pihak pendamping pasien. Perkembangan media jejaring berbasis internet dipengaruhi oleh penggunanya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi BFL. Berkaitan dengan hal ini, Randa mengungkapkan: Awalnya bersifat terbuka dan tidak dikelola, namun ke depan mulai dipikirkan untuk diorganisir. Karena kita pernah satu kali dapetin ada orang cari dana pakai nama Blood For Life itu, dan kita mulai mikir kok gak ijin? Jadi kita mulai berpikir untuk menertibkan. Sekarang sudah dibentuk organisasi non profit, tapi belum disahkan aja, menjadi perkumpulan non profit, dimana sudah ditentukan divisi ini ini ini, dan selanjutnya akan mengontrol per daerah. … sudah ada komitmen dibuat lebih terstruktur dan terarah, selama ini kan spreading the news, ada banyak orang tertolong, intinya kan itu.. (V.M.Randa, komunikasi personal, 29 November 2011). 3. Blood For Life dan Analisa Teoritis Mass Interpersonal Persuassion (Fogg, 2008) Media berbasis internet memiliki karakteristik yang diperlukan untuk suatu komunikasi yang persuasif, serta merupakan bagian dari saluran yang menggabungkan antara atribusi positif dari komunikasi interpersonal dan komunikasi massa (Cassell, Jackson, & Cheuvront, 1998). Fogg (2008) menamakan pertemuan antara kekuatan persuasi interpersonal dengan jangkauan media massa ini sebagai Mass Interpersonal Persuasion (MIP) . MIP awalnya 4 merupakan suatu kajian terhadap Facebook Platform yang dikenal sebagai Facebook Apps. Cara-cara baru merubah sikap dan perilaku secara signifikan menggunakan persuasi ini terutama didorong dengan maraknya media jejaring sosial – diawali dengan Facebook, lalu belakangan diikuti oleh Twitter – sebagai media persuasi interpersonal berbasis internet dengan cakupan massa yang luas. Fogg (2008) menyatakan bahwa MIP tidaklah terbatas hanya pada fenomena Facebook. Fogg terutama menyoroti bahwa dengan adanya media online ini, orang biasa pun (tanpa keterampilan penguasaan perangkat lunak komputer yang canggih) tetap dapat menggunakan aplikasi yang disediakan serta mendistribusikan secara luas. Fogg (2008) menyatakan terdapat enam komponen dari MIP. Berikut ini adalah ulasan teknik intervensi yang dilakukan BFL berdasarkan enam komponen MIP ini: Persuasive experience, yaitu: pengalaman yang diciptakan untuk merubah sikap, a. perilaku, atau keduanya, pengalaman ini lebih dari sekedar memberi informasi atau pun menghibur. Pencipta pengalaman memiliki intensi untuk memberikan dampak terhadap kehidupan orang lain (Fogg, 2008). Randa dari awal memiliki hasrat untuk menjembatani kebutuhan darah kritis dengan para dermawan yang bersedia menolong. Di dalam perkembangannya, Randa memiliki tujuan untuk dapat menjadikan donor darah sebagai gaya hidup keseharian. Randa mengatakan, “Kita ingin donor darah jadi lifestyle supaya tidak terlalu banyak orang yang urgent untuk dibantu. Operasi jantung, leukemia, itu membutuhkan darah segar. Jadi, walaupun PMI terpenuhi tetap dibutuhkan fresh donor“ (V.M.Randa, komunikasi personal, 29 November 2011). Randa mengakui tantangan untuk mempengaruhi perilaku orang adalah karena isu mendonorkan darah merupakan hal yang tidak menarik. Untuk itu persuasi melalui online 5 social media membutuhkan kreativitas namun tetap dengan memperlihatkan ketulusan, sebagaimana pernyataan Randa: Everything that comes from the heart will touch the heart. …. Di online social media yang utama adalah kemampuan kita mengolah kata-kata, mengkomunikasikan segala hal dengan kreatif dan tidak membosankan, tidak membuat orang merasa digurui, dan tidak membuat orang merasa dihakimi. Perlu cara khusus untuk mengedukasi, dan yang terpenting we have to be humble plus komitmen itu juga penting banget. (V.M.Randa, komunikasi personal, 29 November 2011). Komitmen dan konsistensi pesan di dalam media sosial BFL ditunjukkan melalui isi pesan dan informasi yang hanya berhubungan dengan fokus BFL yaitu kebutuhan darah kritis serta informasi mengenai kegiatan dan edukasi donor darah. Randa akan menegur secara langsung sukarelawan yang bertugas jika menemukan informasi yang tidak terkait dengan fokus BFL pada media Facebook dan Twitter. Penggunaan tanda baca hashtag (#) dan kata (yang dituliskan dengan huruf kapital semua) seperti ‘urgent’ dan ‘red alert’ (untuk kebutuhan pasien kritis) dan ‘green update” (untuk kebutuhan yang sudah terpenuhi atau pun informasi kegiatan donor darah) merupakan cara untuk menyajikan informasi secara singkat dan informatif. Pada setiap posting informasi untuk kebutuhan darah, selalu tersedia nomer telepon yang dapat dihubungi langsung oleh pendonor yang darahnya cocok dan bersedia membantu. b. Automated structure, yaitu: teknologi digital yang membentuk pengalaman persuasif (Fogg, 2008). Fogg menjelaskan bahwa struktur otomatis dari teknologi digital memiliki dua fungsi. Fungsi pertama, dapat secara terus-menerus menyampaikan pengalaman persuasif. Kedua, otomatisasi membuat orang-orang dengan mudah membagi pengalamannya dengan orang lain. Untuk BFL, walaupun teknologinya berjalan secara otomatis, namun informasi yang disampaikan tetap perlu diverifikasi kebenarannya untuk menjaga kepercayaan dari para pengguna dan menjaga kredibilitas BFL. Randa dibantu oleh beberapa sukarelawan untuk memverifikasi informasi yang diterima oleh BFL. Saat ini, Twitter dikelola oleh 4 orang dan Facebook dikelola oleh satu orang . Selain itu, ada seorang sukarelawan yang membantu 6 mengelola mailing list dan seorang sukarelawan lagi untuk mendukung operasionalisasi secara offline. Randa menyampaikan bahwa penggunaan online social media memudahkan untuk menyebarluaskan informasi dan menyediakan cara yang sederhana untuk membantu, yaitu hanya dengan sebuah klik untuk mengirimkan informasi mengenai kebutuhan darah kepada orang-orang yang berada di dalam jaringan Facebook. Salah satu contoh informasi yang tersedia adalah sebuah pesan di Facebook BFL dari PMI Kota Blitar mengenai jumlah kantong darah untuk setiap jenis darah yang tersedia pada tanggal 30 November 2011. c. Social distribution, yaitu pengalaman persuasif yang diteruskan dari satu orang ke orang lainnya (Fogg, 2008). Hal ini dapat terjadi karena adanya kredibilitas dari orang-orang yang berada di dalam jaringan sosial yang didukung oleh fakta bahwa di balik setiap tindakan di dalam Facebook selalu dapat dikaitkan dengan orang yang dikenal. Selain itu, distribusi sosial di dalam jejaring sosial ini memudahkan untuk berbagi dan menerima informasi. Saat ini fitur yang menghubungkan Facebook dan Twitter semakin memudahkan orang untuk meneruskan pengalaman persuasif ini. Hal ini dapat diamati dari posting informasi yang terdapat di halaman Facebook BFL seringkali bersumber dari informasi yang ada di Twitter, dan sebaliknya. Hal ini dijelaskan oleh Randa, Tadinya kita gak pake Twitter. Tadinya kita pakai Facebook dan milist. … Bergerak ke sini kan, makin lama kan Twitter makin happening. Ketika kita mulai main main di Twitter itu tuh luar biasa powerful, karena Twitter itu per second, per detik kan, update per detik. Dan saya kadang kadang orangnya tidak tahu malu., colek Fahira Idris untuk retweet, colek orang yang followernya banyak, Panji dicolekin. Jadi orang-orang yang followernya banyak aku gak punya malu lah. Ketika colek-colek itu, aku gak kenal sama sekali. Aku cuma liat, orang ini twitter nya follower nya banyak, aku gak malu-malu. (V.M.Randa, komunikasi personal, 29 November 2011).1 Randa tidak hanya mengandalkan jaringan sosial yang dimilikinya sendiri atau pun hanya menggunakan database anggota komunitas, namun secara sadar praktisi mencari dan 1 Fahira Idris adalah seorang pengusaha yang juga aktif dalam kegiatan kemanusiaan, yang pada tahun 2010 dinobatkan sebagai The Most Inspiring Twitter oleh survey yang dilakukan The Top 10 Blog (Kristanti, 2010). Saat tulisan ini disusun Twitter Fahira Idris memiliki 41,038 followers. Sementara itu, Pandji Pragiwaksono adalah penyiar radio, penyiar televisi dan musisi yang memiliki misi sosial dan membangkitkan nasionalisme dengan menggagas Indonesia Unite dan terlibat dalam dukungan untuk penderita kanker pada anak. Saat tulisan ini disusun halaman fans Facebook nya memiliki 7332 penggemar dan Twitter-nya memiliki 156,433 followers. 7 memberanikan diri untuk melakukan posting pesan-pesan mengenai BFL di halaman Facebook dan Twitter dari para selebritas yang memiliki jaringan sosial yang lebih luas, sehingga distribusi sosial untuk pesan-pesan BFL pun menjadi lebih luas. d. Rapid cycle adalah pengalaman persuasif dapat didistribusikan secara cepat dari satu orang ke orang lainnya (Fogg, 2008). MIP bekerja dengan sangat baik, jika terdapat waktu yang paling singkat antara terlibat dan melibatkan orang lain. Salah satu contoh yang tampak pada halaman Facebook BFL adalah ketika terdapat sebuah pesan mengenai kebutuhan darah kritis yang dalam waktu 10 menit telah mendapatkan tanggapan sebuah informasi mengenai stok darah yang tersedia pada bank darah PMI Kota Surakarta. Moderator BFL juga akan memberikan informasi jika pesan mengenai kebutuhan darah telah terpenuhi. Moderator BFL terkadang menggali respon anggota jejaring dengan mengajukan pertanyaan untuk mendorong terjadinya berbagi pengalaman di antara anggota jejaring. Salah satu contoh adalah pesan posting pada tanggal 27 November 2011, melalui Twitter yang dihubungkan ke Facebook , ” tweeps, sharing yuk.. gimana sih cara kalian ngatasin takut waktu baru mau donor pertama kali?”(http://twitter.com/blood4lifeID). Anggota jejaring yang berbagi pengalaman akan menyertakan kode hashtag” #takutdonorpertama” di dalam tanggapannya. Tanggapan pertama muncul 3 menit setelah pertanyaan dikirimkan oleh BFL. Pengalaman yang dibagikan oleh para anggota beragam dari yang bernada humor hingga bernada serius. e. Huge social graph yaitu pengalaman persuasif dapat menjangkau jutaan orang yang terhubung melalui ikatan sosial atau interaksi yang terstruktur (Fogg, 2008). MIP hanya dapat terjadi jika terdapat grafik sosial yang sangat besar dan jika pesan tersebar melalui berbagai media sosial yang saling terhubung untuk dapat menjangkau lebih banyak lagi orang yang terhubung melalui jaringan sosial. 8 Randa menggunakan suatu analogi untuk menjelaskan mengenai komponen ini, sebagaimana dikatakannya: Sosial media itu kayak akar serabut. Linknya terbuka di sini, di bawahnya tuh ada follower yang punya follower lagi, yang punya follower nya lagi . Jadi begitu preeeng, begitu disebarin gitu, kan begitu dibuka satu pintu, itu membuka kesempatan yang lebih besar untuk si pasien mendapatkan potensial donor. Bisa aja kan, one simple click, yang kita gak ngerasain. Klik. Tapi itu bisa berarti sebuah nyawa buat orang lain, karena potensial donor nya bisa ada di follower kita, atau follower nya si follower kita. Memang ini konsep awalnya. (V.M.Randa, komunikasi personal, 29 November 2011). Randa benar-benar mengandalkan kekuatan media sosial di dalam intervensinya, sebagaimana dikemukakannya, “Saya tidak pernah turun ke lapangan, bener-bener memaksimalkan online social media, lewat blog, lewat twitter.. . Aku cerita tentang BFL via Twitter, pakai cool twit, twitter yang teksnya panjang, dan secara reguler aku twit ke tementemen …” (V.M.Randa, komunikasi personal, 29 November 2011). f. Measured impact, merupakan pengaruh dari pengalaman persuasif yang dapat diamati oleh pengguna dan pencipta (Fogg, 2008). Dampak penggunaan media sosial – Facebook dan Twitter – di dalam BFL dapat dilihat melalui beberapa data. Untuk halaman Facebook, dapat dilihat dari jumlah orang yang menyukai dan membicarakan halaman group BFL. Untuk Twitter dapat dilihat dari jumlah followers, jumlah list (yaitu halaman Twitter orang lain yang menautkan Twitter-nya dengan Twitter BFL), serta untuk setiap informasi yang dikirim dapat dilihat juga dari jumlah retweet (re-tweet adalah menyebarluaskan informasi ke alamat Twitter lainnya) - dikenali dengan kode “RT”- yang terjadi. Selain itu, jika permintaan kebutuhan darah telah terpenuhi maka administrator dari media sosial ini akan mengirimkan pesan dengan kode “#green update”. 4. Rekomendasi Beberapa tindakan yang dapat dilakukan Randa untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan Facebook dan Twitter dari BFL, antara lain adalah: 9 • Melakukan kajian terhadap perilaku mendonorkan darah dari para anggota jejaring media sosial, berdasarkan model tahapan perubahan perilaku (Prochaska, Redding, & Evers, 2008). Implikasi dari pemahaman ini adalah pesan persuasif dan informasi edukasi yang disampaikan melalui status Facebook dan Twitter dapat secara spesifik dirancang untuk memindahkan perilaku dari satu tahap ke tahap berikutnya. Misalnya, jika diketahui bahwa sebagian besar anggota komunitas berada pada tahap prakontemplasi (tidak memiliki intensi untuk menyumbangkan darah dalam 6 bulan ke depan), maka informasi edukasi yang disampaikan dalam media sosial ini dapat dirancang untuk mendorong orang mulai memikirkan pentingnya mendonorkan darah. Jika sebagian besar anggota komunitas berada pada tahap aksi (telah menyumbangkan darah dalam 6 bulan terakhir), maka dapat dirancang informasi edukasi secara online maupun menyediakan kegiatan offline yang dapat memperkuat perilaku anggota komunitas sehingga mau melakukan donasi darah berulang (misalnya dengan memuat kisah profil pendonor di Facebook). • Menggunakan satu desain logo dan nama program secara konsisten pada berbagai media sosial resmi, sebagai cara untuk memperkuat branding. Konsistensi penulisan nama secara resmi perlu dipikirkan- apakah “Blood For Life” atau “Blood4Life” atau “Blood4LifeID” - sehingga pengguna internet yang awam dapat dengan cepat mengidentifikasi media sosial yang resmi dan dapat dipercaya. Branding yang menggugah dan digunakan secara konsisten dapat memperkuat kepercayaan terhadap komunitas (Sargeant, Hudson, dan West, 2008) . Kepercayaan merupakan komponen penting dari kredibilitas sebuah aplikasi teknologi komputer untuk persuasi (Fogg & Tseng, 1999). Branding yang lebih kuat dapat mengurangi kekuatiran dan atau kecurigaan terhadap kemungkinan penipuan, karena branding yang kuat dapat membantu meningkatkan kredibilitas di kalangan potensial pendonor. 10 Daftar Pustaka Cassell, M. M., Jackson, C., & Cheuvront, B. (1998). Health Communication on the Internet:An Effective Channel for Health Behavior Change? Journal of Health Communication , 3, 71-79. Fogg, B. J. (2008). Mass Interpersonal Persuasion: An Early View of a New Phenomenon. Third International Conference on Persuasive Technology. Berlin: Springer. Fogg, B. J., & Tseng, H. (1999). The Elements of Computer Credibility. Proceedings of the Conference on Human Factors and Computing Systems. Pittsburgh. Kristanti, E. Y. (2010, Agustus 30). Fahira Idris, Tweeter Terinspiratif: "Saya Tidak Takut FPI, karena Saya Benar'. Retrieved Desember 08, 2011, from Vivanews.com: http://fokus.vivanews.com/news/read/174089-tweeter-paling-inspiratif Prochaska, J. O., Redding, C. A., & Evers, K. E. (2008). The Transtheoritical Model and Stages of Change. In K. Glanz, B. K. Rimer, & K. Viswanath (Eds.), Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice (4th ed., pp. 97-121). San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc. Sargeant, A., Hudson, J., & West, D. C. (2008). Conceptualizing Brand Values in The Charity Sector: the Relationship between Sector, Cause and Organization. The Service Industries Journal , 28 (5), 615-632. Tambunan, I. (2011, September 30). Valencia Mieke Randa: Panik dalam Ruang "IGD" Maya. Harian Kompas , p. 16. Halaman Web: http://www.blood4lifeID.org http://facebook.com/blood4lifeID http://twitter.com/blood4lifeID 11 LAMPIRAN 1. Daftar pertanyaan (durasi wawancara: 60 menit) a. Membangun rapport: - Perkenalan pewawancara - Tujuan wawancara (termasuk meminta ijin untuk menggunakan alat perekam dan menjelaskan durasi wawancara) b. Langkah-langkah intervensi yang dilakukan a. Perubahan perilaku seperti apa yang ingin dihasilkan melalui Blood For Life? b. Perubahan sosial seperti apa yang menurut Anda terjadi dengan inisiatif Anda ini? c. Persuasive experience: - Apa alasan/pertimbangan Anda menggunakan media online untuk menghubungkan pendonor dan orang yang membutuhkan bantuan darah? - Pada awal memulai, langkah-langkah apa yang dilakukan/direncanakan? - Cara-cara spesifik apa yang dilakukan dan atau dikembangkan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang sehingga mau mendonorkan darah? Kalimat pernyataan apa yang digunakan waktu awal mengembangkan media online? d. Automated structure: - Cara-cara spesifik apa yang dilakukan dan atau dikembangkan sehingga respon terhadap permintaan darah dapat dengan cepat ditanggapi? e. Social distribution: - Hal-hal apa saja yang membuat Anda memutuskan menggunakan situs yang juga dilengkapi dengan mailing list, Facebook, dan Twitter? Mana dari platform berbasis internet ini yang menurut Anda memberikan jangkauan terluas dan juga 12 mendapat respon cepat, jika ada kebutuhan terhadap permintaan darah jenis tertentu? - Seperti apakah gambaran umum profil pengguna (pendonor dan pasien) dari kegiatan Anda? f. Rapid cycle - Cara-cara apa yang dilakukan dan dikembangkan untuk membangun momentum dan memperluas jangkauan terhadap inisiatif Anda? g. Huge social graph: - Berapa orang yang bergabung dan mendukung inisiatif Anda pada bulan pertama, peluncuran inisiatif Anda? - Berapa orang yang hingga saat ini mendukung inisiatif Anda? Berapa orang yang menjadi target Anda dalam 2 tahun ke depan? Bagaimana cara yang akan Anda lakukan untuk mencapai target ini? - Cara apa yang dilakukan untuk mengelola komunitas pendonor ini? - Apa tantangan terbesar bagi Anda dalam mengelola komunitas pendonor ini? h. Measured impact - Adakah perubahan positif yang terjadi namun tidak direncanakan di awal? - Bagaimanakah cara Anda mengukur keberhasilan inisiatif Anda? - Indikator apa saja, jika ada, yang digunakan, untuk mengukur dampak yang telah dicapai oleh program Anda? c. Pembelajaran dari kesuksesan dan kegagalan - Menurut Anda, apa definisi keberhasilan dari kegiatan yang Anda lakukan? - Menurut Anda, faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu kesuksesan inisiatif Anda? 13 - Tantangan terbesar apakah yang pernah Anda alami di dalam proses membangun dan memperbesar jangkauan inisiatif Anda? - Tantangan apa yang masih ada hingga saat ini? Langkah-langkah apa saja yang telah Anda lakukan untuk menghadapi tantangan ini d. Latar belakang dan peran agen perubahan (agent of change) - Mengapa Anda tertarik untuk melakukan kegiatan ini? - Manfaat apa yang Anda rasakan/terima secara pribadi? - Bagaimana cara Anda menjaga/mempertahankan idealisme yang Anda miliki? - Jika Anda diminta untuk memberikan 1-2 saran kepada orang lain yang ingin menciptakan perubahan kehidupan ke arah yang lebih baik dengan menggunakan platform berbasis internet, apa yang akan Anda sampaikan? e. Penutup - Menjelaskan rencana yang akan dilakukan oleh pewawancara terhadap hasil wawancara - Menyampaikan terimakasih atas kesediaan untuk meluangkan waktu dan menjawab pertanyaan yang diajukan 14 2. Kliping Kompas 15