KUALITAS UDARA AMBIEN DI PROVINSI BANTEN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur Lingkungan hidup lainnya. Adanya kegiatan makhluk hidup menyebabkan komposisi udara alami berubah. Jika perubahan komposisi udara alami melebihi konsentrasi tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya, maka udara tersebut dikatakan telah tercemar. Dalam upaya menjaga mutu udara ambien agar dapat memberikan daya dukung bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal, maka dilakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara. Kualitas udara ambien merupakan tahap awal untuk memahami dampak negatif cemaran udara terhadap lingkungan. Kualitas udara ambien ditentukan oleh: 1. kuantitas emisi cemaran dari sumber cemaran 2. Proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosfer. Kualitas udara ambien akan menentukan dampak negatif cemaran udara terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat (tumbuhan, hewan, material dan Iain-Iainnya). Masih adanya pencemaran lingkungan di wilayah Provinsi Banten sebagai akibat pembangunan yang belum terkendali dan masih kurangnya pengetahuan, pemahaman dan kesadaran dari masyarakat pelaku kegiatan pembangunan terhadap pengelolaan lingkungan hidup maka diperlukan pengendalian pencemaran lingkungan yang berupa ”Pemantauan Kualitas Lingkungan” yang terencana, terarah dan terpadu sesuai dengan arah kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan mengacu pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan. Untuk memberikan pemahaman yang benar tentang pengelolaan lingkungan perlu adanya sistem pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang terencana, terarah dan berkesinambungan. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan, seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan transportasi, industri, perkantoran, dan perumahan yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pencemaran udara. Udara yang tercemar dapat menyebabkan gangguan kesehatan, terutama gangguan pada organ paru-paru, pembuluh darah, dan iritasi mata dan kulit. Pencemaran udara karena partikel debu dapat menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis, emfiesma paru, asma bronchial dan bahkan kanker paru. Pencemar udara yang berupa gas dapat langsung masuk ke dalam tubuh sampai paru-paru dan diserap oleh sistem peredaran darah. Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara serta terjaganya mutu udara, maka pemerintah menetapkan Baku Mutu Udara Ambien Nasional yang terlampir dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999. B. Lokasi Pemantauan Pengambilan sampel udara ambien di 8 (delapan) Kab/Kota di Provinsi Banten, setiap lokasi dilakukan pemantauan 3 (tiga) titik yaitu pemukiman, Kawasan Industri dan padat lalu lintas, lokasi pemantuan antara lain : 1. Kabupaten Tangerang Jl. Citra Raya Boulevard, Cikupa Jl. Pasar Kemis Siliwangi, Jati Uwung Jl. Gatot Subroto Cibodas Tangerang 2. Kota Tangerang Selatan Jl. Raya Serpong / Tugu Alam Sutera Jl. Tekno 5 Kav. A/3 Kawasan Industri Taman Jl. Siliwangi Komplek Villa Dago Pamulang 3. Kota Cilegon Jl. Australia Kawasan Industri Krakatau Steel Jl. Kyai H. Hasyim Ciwandan Jl. Jendral Sudirman Cilegon 4. Kabupaten Serang Jl. Bojonegara, Kp. Wadasari - SDN Wadasari Jl. Akses Koramil, Ciruas Jl. Warung Selikur, Keragilan 5. Kota Tangerang Jl. Jendral Sudirman Depan TangCity Jl. Industri Raya III Jatake Jl. Darmawangsa 17 Perum IV 6. Kabupaten Pandeglang Depan Perumahan Bumi Pandeglang Indah (BPI) Alun-Alun Kota Pandeglang 7. Kabupaten Lebak Depan Terminal Mandala Depan Perumahan Graha Pasir ONA 8. Kota Serang Depan Perumahan Bumi Agung 2 Jalan Mayor Safei - Sumur Bor C. Parameter Pemantauan 1. Sulfur Dioksida (SO2) Pencemaran udara oleh sulfur oksida (SOx) terutama disebabkan oleh dua komponen gas oksida sulfur yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). SO2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar di udara, sedangkan SO3 adalah gas yang tidak reaktif. Pencemaran SOx menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan iritasi mata, serta berbahaya terhadap kesehatan manula dan penderita penyakit sistem pernafasan kardiovaskular kronis. Selain berpengaruh terhadap kesehatan manusia, pencemaran SOx juga berbahaya bagi kesehatan hewan dan dapat merusak tanaman. SO2 adalah kontributor utama hujan asam. Setelah berada di atmosfir, SO2 mengalami konversi menjadi SO3 yang kemudian menjadi H2SO4. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan, SO2 di udara diabsorpsi oleh droplet air alkalin dan membentuk sulfat di dalam droplet. 2. Nitrogen Dioksida (NO2) Nitrogen dioksida (NO2) dan nitrogen monoksida (NO) adalah kelompok oksida nitrogen (NOx) yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. NO merupakan gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan NO2 berbau tajam dan berwarna coklat kemerahan. Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. NO2 bersifat racun, terutama menyerang paru-paru, yaitu mengakibatkan kesulitan bernafas pada penderita asma, batuk-batuk pada anak-anak dan orang tua, dan berbagai gangguan sistem pernafasan, serta menurunkan visibilitas. 3. Oksidan (O3) Oksidan merupakan senyawa yang memiliki sifat mengoksidasi, pengaruhnya terhadap kesehatan adalah mengganggu proses pernafasan dan dapat menyebabkan iritasi mata. Selain menyebabkan dampak yang merugikan pada kesehatan manusia, pencemar ozon dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat ausnya bahan atau material (tekstil, karet, kayu, logam, cat, dsb), penurunan hasil pertanian dan kerusakan ekosistem seperti berkurangnya keanekaragaman hayati. Oksidan di udara meliputi ozon (lebih dari 90%), nitrogen dioksida, dan peroksiasetilnitrat (PAN). Karena sebagian besar oksidan adalah ozon, maka monitoring udara ambien dinyatakan sebagai kadar ozon. 4. Partikulat Partikulat adalah padatan ataupun likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan uap yang berdiameter sangat kecil (mulai dari <1 mikron sampai dengan 500 mikron), yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Disamping mengganggu estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke ke dalam sistem pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan paru-paru. Partikel yang terhisap ke dalam sistem pernafasan akan disisihkan tergantung dari diameternya. Partikel berukuran besar akan tertahan pada saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil yang dapat terhirup (inhalable) akan masuk ke paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam 5. Timbal (Pb) Sebagian besar pencemaran Pb di udara berasal dari senyawa Pb-organik, seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil yang terdapat pada bensin. Hampir semua Pb-tetraetil diubah menjadi Pb organik dalam proses pembakaran bahan bakar bermotor dan dilepaskan ke udara. Selain dari kendaraan bermotor, pencemaran Pb dapat berasal dari penambangan dan peleburan batuan Pb, peleburan Pb sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang mengandung Pb, serta incinerator. Senyawa Pb organik bersifat neurotoksik. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin. Timbal dapat menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan masalah pencernaan; sedangkan berbagai bahan kimia yang mengandung timbal dapat menyebabkan kanker 6. Partikel 2.5 dan 10 Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi PM10 dan PM2.5. Particulate yang berukuran 10 mikron atau kurang disebut sebagai PM10 dan kurang dari 2.5mikrom adalah PM2.5. PM dipelajari secara khusus karena ukurannya yang kecil gampang terhisap saat bernafas dan menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan. Chow, C Judith dari US Environmental Protection Agency mengidentifikasi sumber-sumber particulate antara lain debu dari jalan dan tanah; pembakaran biomassa, gas buang kendaraan bermotor, pembakaran dan debu dari kegiatan konstruksi. Umumnya partikel sekunder berukuran 2,5 mikron atau kurang. Proporsi mayor dari PM2,5 adalah amonium nitrat, ammonium sulfat, natrium nitrat dan karbon organik sekunder. Partikel-partikel ini terbentuk di atmosfer dengan reaksi yang lambat sehingga sering ditemukan sebagai pencemar udara lintas batas yang ditransportasikan oleh pergerakan angin ke tempat yang jauh dari sumbernya. Partikel sekunder PM2,5 dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap kesehatan bukan saja karena ukurannya yang memungkinkan untuk terhisap dan masuk lebih dalam ke dalam sistem pernafasan tetapi juga karena sifat kimiawinya. 7. Karbon Monooksida (CO) Gas Karbon monoksida adalah sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mudah larut dalam air, beracun dan berbahaya. Zat gas CO ini akan mengganggu pengikatan oksigen pada darah karena CO lebih mudah terikat oleh darah dibandingkan dengan oksigen dan gas-gas lainnya. Pada kasus darah yang tercemar karbon monoksida dalam kadar 70% hingga 80% dapat menyebabkan kematian pada orang. Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. Karbon monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Karbon monoksida, CO, dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung karbon dan oleh pembakaran pada tekanan dan suhu tinggi yang terjadi pada mesin. Karbon monoksida dapat juga dihasilkan dari reaksi oksidasi gas metana oleh radikal hidroksi dan dari perombakan/pembusukan tanaman meskipun tidak sebensar yang dihasilkan oleh bensin. Pada jam-jam sibuk di daerah perkotaan konsentrasi gas CO bisa mencapai 50 -100 ppm. Tingkat kandungan CO di atmosfir berkorelasi positip dengan padatnya lalu lintas, tetapi korelasi negatif dengan kecepatan angin.Keberadaan atau umur gas CO di atmosfir tidak lama hanya kira-kira 4 bulan. Hal ini terjadi karena karbon monoksida di atmosfir dihilangkan melalui reaksi dengan radikal hidroksil, HO*. Pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuhtumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung api yang meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan punah. Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3) bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-patung sehingga mengakibatkan tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila terhisap masuk ke dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan terjadinya keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh pencemaran udara.Asap tebal dari hasil kebakaran hutan ini sangat merugikan, baik dalam segi ekonomi, transportasi (udara, darat dan laut) dan kesehatan. Akibat asap tebal tersebut menyebabkan terhentinya alat-alat transportasi karena dikhawatirkan akan terjadi tabrakan. Selain itu asap itu merugikan kesehatan yaitu menyebabkan sakit mata, radang tenggorokan, radang paru-paru dan sakit kulit. Pencemaran udara lainnya berasal dari limbah berupa asap yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kedaraan bermotor dan limbah asap dari industri. Untuk dapat menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa usaha antara lain: mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan pula agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna, selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap industri, penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis (taman bertindak sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman kembali pohonpohon pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak dilakukan pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik. D. Data Hasil Pemantauan Pemantauan kualitas udara ambien dilakukan 1 kali dalam setahun yaitu pada bulan Oktober 2015. Pertimbangan dalam menetapkan lokasi pemantauan udara ambien meliputi : arah angin, tata guna lahan, tinggi cerobong dan luas sebaran bahan pencemar. Pelaksanaan pemantauan udara ambien dilakukan oleh labortorium yang terkreditasi yaitu PT. Unilab Perdana. E. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien Data pemantauan kualitas udara ambien di Provinsi Banten Tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1. Kabupaten Tangerang No Parameter 1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 2 Karbon Monoksida (CO) ***) 3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) Pengukur Jl. Citra Raya Boulevard, Cikupa Baku Mutu Waktu LS 06º 13’ 45‚31” BT 106º 31’ 22‚12” 26 Oktober 2015 1 jam 900 24 Jam 365 1 jam 30.000 24 Jam 10.000 1 jam 400 24 Jam 150 235 4 Oksidan (O3) ***) 1 jam 5 Hidrokarbon (HC) ***) 3 Jam 6 Debu (TSP) 24 Jam 7 PM10 (Partikel < 10 µm) 8 Timbal (Pb) 9 Amonia (NH3) ***) 10 Hidrogen Sulfida (H2S) ***) 24 Jam 1 Jam 24 Jam 160 Lokasi : Kabupaten Tangerang Jl. Pasar Kemis Siliwangi, Jati Uwung Jl. Gatot Subroto Cibodas Tangerang Satuan LS 06º 11’ 21‚58” BT 106º 35’ 14‚55” LS 06º 11’ 18‚09” BT 106º 36’ 02‚99” 26 Oktober 2015 26 Oktober 2015 34 38 36 4.033 5.018 4.640 32 36 34 28 118 36 137 µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ 26 µg/Nm³ 131 µg/Nm³ 230 µg/Nm³ 111 116 104 55 60 47 0,1 0,2 0,1 2**) 0,01 0,05 0,01 ppm 0,02**) 0,001 0,004 0,002 ppm 150 2 µg/Nm³ µg/Nm³ 2. No Kota Tangerang Selatan Parameter 1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 2 Karbon Monoksida (CO) ***) 3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) Lokasi : Tangerang Selatan Jl. Raya Serpong / Tugu Alam Sutera Jl. Tekno 5 Kav. A/3 Kawasan Industri Taman Tekno Jl. Siliwangi Komplek Villa Dago Pamulang Pengukur Satuan Baku Mutu LS 06º 20’ 36‚69” BT 106º 43’ 11‚3” LS 06º 20’ 24‚86” BT 106º 40’ 37‚27” LS 06º 14’ 45‚8” BT 106º 38’ 58‚91” Waktu 1 jam 900 24 Jam 365 1 jam 30.000 24 Jam 10.000 1 jam 400 24 Jam 150 235 4 Oksidan (O3) ***) 1 jam 5 Hidrokarbon (HC) ***) 3 Jam 6 Debu (TSP) 24 Jam 7 PM10 (Partikel < 10 µm) 8 Timbal (Pb) 9 Amonia (NH3) ***) 24 Jam 1 Jam 24 Jam 10 Hidrogen Sulfida (H2S) ***) 3. 35 31 32 4.204 4.067 3,941 36 30 28 35 38 µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ 36 µg/Nm³ µg/Nm³ 124 118 118 88 121 192 43 65 98 0,2 0,2 0,3 2**) 0,003 0,002 0,004 ppm 0,02**) 0,001 0,001 0,004 ppm 160 230 150 2 µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ Kota Cilegon Lokasi : Cilegon No Parameter 1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 2 Karbon Monoksida (CO) ***) 3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) Pengukur Jl. Australia Kawasan Industri Krakatau Steel Baku Mutu Waktu S : 5.9965570 E : 106. 0152200 Jl. Jendral Sudirman Cilegon S 06º 00’ 57‚5” E 105º 58’ 37‚2” S 06º 00’ 45‚2” E 106º 02’ 41‚3” 1 jam 900 34 32 36 24 Jam 365 - - - 1 jam 30.000 4,078 3,838 4,365 24 Jam 10.000 - - - 1 jam 400 37 34 38 24 Jam 150 - - - 235 30 4 Oksidan (O3) ***) 1 jam 5 Hidrokarbon (HC) ***) 3 Jam 6 Debu (TSP) 24 Jam 7 PM10 (Partikel < 10 µm) 8 Timbal (Pb) 9 Amonia (NH3) ***) 10 Hidrogen Sulfida (H2S) ***) Jl. Kyai H. Hasyim Ciwandan 24 Jam 1 Jam 24 Jam 160 230 150 124 32 38 118 131 118 131 84 - - - 78 65 84 - - - 37 33 42 Satuan µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ - - - 0.2 0.1 0.2 µg/Nm³ 2**) 0.1 0.1 0.04 ppm 0,02**) 0.003 0.001 0.002 ppm 2 4. No Kabupaten Serang Parameter Jl. Bojonegara, Kp. Wadasari - SDN Wadasari Pengukur Baku Mutu LS 05º 58’ 55‚9092” BT 106º 5’ 19‚78” Waktu 15 Oktober 2015 1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 2 Karbon Monoksida (CO) ***) 3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) 15 Oktober 2015 15 Oktober 2015 39 35 33 4.640 4.800 4.525 35 31 32 33 37 40 µg/Nm³ 131 124 124 µg/Nm³ 110 138 129 53 67 62 0,1 0,4 0,2 2**) 0,01 0,03 0,01 ppm 0,02**) 0,001 0,001 0,001 ppm 1 jam 900 24 Jam 365 1 jam 30.000 24 Jam 10.000 1 jam 400 24 Jam 150 235 1 jam 5 Hidrokarbon (HC) ***) 3 Jam 6 Debu (TSP) 24 Jam 230 24 Jam 1 Jam 24 Jam 150 8 Timbal (Pb) 9 Amonia (NH3) ***) 10 Hidrogen Sulfida (H2S) ***) 5. No Satuan LS 06º 08’ 17‚24” BT 106º 18’ 11‚86” Oksidan (O3) ***) PM10 (Partikel < 10 µm) Jl. Warung Selikur, Keragilan LS 06º 07’ 34‚83” BT 106º 14’ 10‚32” 4 7 Lokasi : Kabupaten Serang Jl. Akses Koramil, Ciruas 160 2 µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ Kota Tangerang Parameter 1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 2 Karbon Monoksida (CO) ***) 3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) Lokasi : Kota Tangerang Jl. Industri Raya III Jatake Jl. Jendral Sudirman Depan TangCity Pengukur Jl. Darmawangsa 17 Perum IV Baku Mutu Satuan S 06º 11’ 42‚52” E 106º 38’ 00,91” Waktu S 06º 11’ 40‚29” E 106º 33’ 01,18” S 06º 11’ 34,10” E 106º 36’ 04,44” 27 Oktober 2015 27 Oktober 2015 27 Oktober 2015 1 jam 35 900 38 34 24 Jam 365 1 jam 30.000 24 Jam 10.000 1 jam 400 24 Jam 150 235 4 Oksidan (O3) ***) 1 jam 5 Hidrokarbon (HC) ***) 3 Jam 6 Debu (TSP) 24 Jam 7 PM10 (Partikel < 10 µm) 8 Timbal (Pb) 9 Amonia (NH3) ***) 10 Hidrogen Sulfida (H2S) ***) 24 Jam 1 Jam 24 Jam 160 µg/Nm³ 4.754 5.006 4.25 38 38 29 24 131 35 26 µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ 137 111 105 117 96 51 58 45 0,2 0,1 0,1 2**) 0,01 0,02 0,1 ppm 0,02**) 0,005 0,001 0,003 ppm 230 150 2 µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ 6. Kabupaten Pandeglang No Parameter 1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 2 Karbon Monoksida (CO) ***) 3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) Lokasi : Kabupaten Pandeglang Depan Perumahan Bumi Pandeglang Indah (BPI) Alun-Alun Kota Pandeglang Pengukur Baku Mutu S 06º 06’ 57‚81” E 106º 03’ 40‚46” Waktu S 06º 18’ 39‚21” E 106º 06’ 24‚75” 26 Oktober 2015 26 Oktober 2015 1 jam 900 24 Jam 365 1 jam 30.000 24 Jam 10.000 1 jam 400 24 Jam 150 235 4 Oksidan (O3) ***) 1 jam 5 Hidrokarbon (HC) ***) 3 Jam 6 Debu (TSP) 24 Jam 7 PM10 (Partikel < 10 µm) 8 Timbal (Pb) 9 Amonia (NH3) ***) 24 Jam 1 Jam 24 Jam 10 Hidrogen Sulfida (H2S) ***) 7. No 160 37 39 4.651 3.006 37 40 48 124 Satuan µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ 44 µg/Nm³ 131 µg/Nm³ 230 µg/Nm³ 107 146 52 67 0,1 0,1 2**) 0,04 0,2 ppm 0,02**) 0,01 0,01 ppm 150 2 µg/Nm³ µg/Nm³ Kabupaten Lebak Parameter 1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 2 Karbon Monoksida (CO) ***) 3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) Lokasi : Kabupaten Lebak Depan Terminal Mandala Pengukur Depan Perumahan Graha Pasir ONA Baku Mutu Satuan LS 06º 20’ 50,77” BT 106º 13’ 51,70” LS 06º 21’ 32,52” BT 106º 15’ 11,51” Waktu 27 Oktober 2015 27 Oktober 2015 1 jam 900 24 Jam 365 1 jam 30.000 24 Jam 10.000 1 jam 400 24 Jam 150 235 4 Oksidan (O3) ***) 1 jam 5 Hidrokarbon (HC) ***) 3 Jam 6 Debu (TSP) 24 Jam 7 PM10 (Partikel < 10 µm) 8 Timbal (Pb) 9 Amonia (NH3) ***) 10 Hidrogen Sulfida (H2S) ***) 24 Jam 1 Jam 24 Jam 160 41 35 5.396 4.938 44 34 44 137 µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ 39 µg/Nm³ 118 µg/Nm³ 230 µg/Nm³ 239 162 107 82 0.5 0,05 2**) 0,1 0,02 ppm 0,02**) 0,01 0,01 ppm 150 2 µg/Nm³ µg/Nm³ 8. No Kota Serang Parameter Pengukur Baku Mutu Waktu 1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 2 Karbon Monoksida (CO) ***) 3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) 1 jam 900 24 Jam 365 5,098 31 38 48 43 µg/Nm³ 118 131 µg/Nm³ 141 207 48 94 0,2 0,3 2**) 0,04 0,05 ppm 0,02**) 0,01 0,01 ppm 10.000 1 jam 400 24 Jam 150 235 5 Hidrokarbon (HC) ***) 3 Jam 6 Debu (TSP) 24 Jam 7 PM10 (Partikel < 10 µm) 8 Timbal (Pb) 9 Amonia (NH3) ***) F. 4.594 30.000 1 jam 10 Hidrogen Sulfida (H2S) ***) 38 1 jam Oksidan (O3) ***) 24 Jam 1 Jam 24 Jam Satuan 35 24 Jam 4 Lokasi : Kota Serang U5. Jalan Mayor Safei - Sumur Bor S 06º 06’ 19‚56” E 106º 10’ 13,6” S 06º 06’ 41‚83” E 106º 08’ 48‚24” 08 Oktober 2014 28 Oktober 2015 Depan Perumahan Bumi Agung 2 160 230 150 2 µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan pemantauan Kualitas udara ambien dan hasil pemeriksaan di laboratorium dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar wilayah di Provinsi Banten masih memenuhi baku mutu udara ambien 2. Masih rendahnya kualitas infrakstruktur seperti jalan yang mengakibatkan emisi debu dapat mempengaruhi hasil pemantauan kualitas udara ambien