BAB II - Elib Unikom

advertisement
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI IKLAN SURAT KABAR
DAN IKON PADA IKLAN
2.1. Iklan Surat Kabar
Berdasarkan media yang digunakan iklan dikelompokan dalam 2 kategori,
yaitu iklan above the line dan iklan bellow the line. Iklan media above the
line adalah iklan menggunakan media yang bersifat massa. Massa yang
dimaksud adalah bahwa khalayak sasaran berjumlah besar, antara satu sama
lain tidak saling kenal dan menerpa pesan iklan secara serempak. Media
tersebut diantaranya yaitu; surat kabar, tabloid, televisi, radio, film dan media
interaktif internet. Sedangkan iklan media bellow the line adalah iklan yang
menggunakan media khusus. Media tersebut diantaranya yaitu; leaflet,
poster, spanduk, baliho, dan stiker (Widyatama, 2005: 15).
Selain berdasar kategori umum pembagian media yang digunakan, iklan juga
dapat dibagi secara khusus berdasar jenis media yang digunakan, yaitu satu
diantaranya adalah iklan cetak. Iklan cetak adalah iklan yang dibuat dan
dipasang dengan menggunakan teknik cetak, baik cetak dengan teknologi
sederhana seperti teknik cetak sablon maupun teknologi tinggi seperti teknik
cetak print laser.
Berdasarkan luas space yang dipakai, khusus untuk media cetak surat kabar,
majalah maupun tabloid, iklan-iklan dalam media ini dikenali dalam tiga
bentuk iklan (Widyatama, 2005: 80-85), yaitu:
2.1.1. Iklan Baris
Iklan baris adalah iklan dengan menampilkan pesan iklan yang ditulis
dalam wujud per baris. Iklan ini disebut dengan iklan baris karena
pesan yang dibuat hanya terdiri dari beberapa baris kata / kalimat saja
dan biaya yang dikenakan dihitung per baris. Biasanya iklan baris
tidak lebih dari 3-4 baris dengan luas tidak lebih dari satu kolom.
11
Barang yang diiklankan dalam iklan baris sangat beragam, misalnya
seperti iklan yang menawarkan motor, mobil, dan rumah. Iklan baris
umumnya dipasang oleh perorangan atau toko kecil.
2.1.2. Iklan Kolom
Iklan kolom hampir serupa dengan iklan baris karena iklan ini
memiliki space yang terbatas, Iklan kolom memiliki lebar satu kolom,
namun lebih tinggi di banding iklan baris. Karena memiliki space yang
lebih luas, maka selain pesan verbal tertulis, pada iklan ini
memungkinkan pula pesan non verbal sebagai ilustrasi, berupa
gamabar maupun tanda-tanda visual lainnya.
2.1.3. Iklan Display
Iklan display memiliki ukuran lebih luas dibanding iklan kolom.
Karena memiliki ukuran lebih luas, disamping pesan verbal tertulis
jenis iklan ini mampu mendisplay (memperlihatkan) ilustrasi berupa
gambar-gambar baik foto maupun grafis dalam ukuran yang lebih
besar. Umumnya, ukuran luas iklan display disediakan oleh pengelola
media. Pemasang iklan bebas memilih luas yang dikehendaki sesuai
dengan kebutuhan dan besarnya dana yang dialokasikan.
2.2. Tanda Visual
Tanda adalah sesuatu yang digunakan untuk merepresentasikan dan memberi
makna sesuatu yang lain. Tanda-tanda yang digunakan dan berwujud visual,
disebut sebagai tanda visual. Visualisasi pada iklan display Garuda Indonesia
yang ada di surat kabar Kompas, disusun berdasarkan tanda-tanda visual.
Tanda-tanda visual tersebut berupa tulisan (tipografi), gambar (ilustrasi), dan
warna sebagai representasi dari kepentingan atau maksud tertentu. Bidang
ilmu yang mempelajari mengenai pembacaan tanda disebut dengan semiotika
(the science of signs).
12
Semiotika biasanya didefinisikan sebagai ilmu yang mengkaji tanda-tanda
(the study of sign). Pada dasarnya semiotika adalah studi atas kode-kode,
yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas
tertentu sebagai sesuatu yang bermakna. Pada perkembangannya terdapat
istilah semiotika dan semiologi, walaupun berbeda istilah namun keduanya
merujuk kepada ilmu tentang tanda-tanda. Menurut Charles S. Peirce (Kris
Budiman, 2003:3) semiotika tak lain daripada sebuah nama lain logika, yakni
doktrin tentang tanda-tanda. Sementara bagi Ferdinand de Saussure
semiologi adalah ilmu umum tentang tanda yang mengkaji tanda-tanda di
dalam masyarakat. Definisi semiotika yang diutarakan oleh Charles S. Peirce
lebih menegaskan semiotika sebagai suatu cabang dari filsafat, sedangkan
definisi semiologi yang diutarakan oleh Ferdinand de Saussure lebih ke arah
disiplin ilmu psikologi sosial.
Dalam pandangan Saussure, makna pada sebuah tanda sangat dipengaruhi
oleh tanda lain. Tanda merupakan representasi dari gejala-gejala dan
memiliki kriteria seperti: nama, peran, fungsi, tujuan, dan keinginan yang
berada pada seluruh kehidupan manusia (Alex Sobur, 2006:124). Budaya
adalah salah-satu bagian dari kehidupan manusia dan menjadi sistem tanda
yang digunakan sebagai pengatur kehidupannya. Karena itu tanda sangatlah
akrab dalam kehidupan manusia yang penuh dengan makna-makna. Karya
sastra, film, bangunan, bendera dan lainnya adalah tanda-tanda yang
merupakan produk strukturisasi dari subjek kolektif. Subjek kolektif sendiri
dapat berupa sebuah sistem kekerabatan, kelompok kerja, kelompok teritori
dan lainnya. Saussure menggambarkan tanda terdiri atas signifier dan
signified. Signifier adalah bunyi atau coretan tanda sedangkan signified
adalah gambaran mental atau konsep dari signifier (Alex Sobur, 2006:125).
2.2.1. Unsur-unsur Visual
Dalam Desain Komunikasi Visual bentuk, garis, terang-gelap, dan
warna digabungkan akan menghasilkan elemen grafis seperti
Tipografi, Ilustrasi (imaji), warna, dan lain-lain. Elemen grafis tersebut
13
merupakan aspek pembentuk tanda yang digunakan dalam berbagai
bidang dan kebudayaan, salah-satunya dalam bidang periklanan, yang
sarat dengan sistem pertandaan pada penyampaian pesannya.
1. Tipografi, yaitu bidang ilmu yang mempelajari seluk-beluk
mengenai huruf, yang mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai fungsi
estetis dan fungsi komunikasi, sebagai fungsi estetis, tipografi
digunakan untuk menunjang penampilan sebuah pesan agar terlihat
menarik, sedangkan sebagai fungsi komunikasi tipografi digunakan
untuk menyampaikan pesan (informasi) berupa teks dengan jelas
dan tepat (Danton Sihombing, 2003:67). Teks sendiri dibangun dari
huruf-huruf yang berdiri sendiri dan memiliki karakter berbeda
yang bila digabungkan akan membentuk sebuah kata, kemudian
kata dirangkaikan akan membentuk sebuah kalimat, yang
merupakan bentuk transformasi dari bahasa verbal ke bahasa
visual. Karakter-karakter dalam tipografi sangat dipengaruhi oleh
aspek bentuk (form), ukuran (size), terang-gelap (contrast), ruang
(space), dan tekstur (grain).
Bentuk dalam tipografi diwakili oleh jenis huruf yaitu, huruf
berkait (serif) dan huruf tanpa kait (sans serif). Kedua jenis huruf
tersebut
memiliki
kesan-kesan
tersendiri,
menurut
Danton
Sihombing, MFA, (2003:66) memilih bentuk huruf sama dengan
ketika kita memilih pakaian, pertimbangannya adalah keselarasan,
kenyamanan, atau trend-nya. Sebuah trend dalam tipografi lahir
karena terkonfrontasi oleh kebutuhan jaman, sehingga pesan-pesan
yang muncul memiliki korelasi dengan periode waktu tertentu.
Korelasi tersebut menjadikan bentuk huruf sebagai perekam visual
dari jaman yang kemudian melekatkan asosiatif tertentu pada
berbagai jenis huruf. Contohnya jenis huruf Roman Script yang
lahir pada jaman kejayaan kerajaan Romawi, memiliki bentuk
huruf serif dan digunakan sebagai huruf pada buku-buku dan Alkitab di gereja-gereja, karena itu huruf serif sering diasosiatifkan
14
dengan hal-hal yang religius dan anggun. Berbeda dengan jenis
huruf Universal yang lahir pada abad ke-20 di Jerman yang
memiliki bentuk sans serif, yang dirancang oleh institusi Bauhaus
dengan semangat penolakan terhadap gaya-gaya huruf lama.
Cirinya adalah dengan meminimalisasikan bahkan menghilangkan
unsur dekoratif dalam huruf, sehingga sebuah bentuk huruf akan
terlihat sederhana (simple). Penolakan terhadap gaya huruf lama
memberikan asosiatif pada huruf sans serif sebagai huruf modern,
terbebas dari unsur dekoratif yang akhirnya memberikan kesan
dinamis.
Selain pada bentuk, ukuran (size) pada tipografi memiliki asosiatifasosiatif tertentu juga yang berfungsi untuk memberikan efek
penekanan pada pesan, seperti contohnya dalam komik, huruf
dibuat besar untuk memberikan efek teriakan atau keras. Dalam
tipografi ukuran terbagi dalam ketebalan, proporsi, dan kemiringan
yang semuanya mempunyai fungsi sebagai penekanan (vocal
point). Ketebalan huruf diasosiatifkan dengan sesuatu yang berat
atau ringan, sedangkan proporsi, tinggi dan pendek diasosiatifkan
dengan keras dan lemah. Kemiringan biasa diasosiatifkan dengan
sesuatu yang penting atau dinamis.
Kemudian terang dan gelap (contrast) pada huruf berkaitan dengan
kesan optik pada mata. Kesan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu
kesan background dan foreground, background atau latar
merupakan huruf yang intensitasnya lebih gelap dari huruf lainnya
dan diasosiatifkan dengan ‘kedua’, sedangkan foreground adalah
huruf yang berada di depan atau yang intensitasnya paling kuat dan
diasosiatifkan dengan ‘utama’. Tipografi juga melihat jarak atau
ruang (space) sebagai bagian dari pendukung kemunculan huruf.
Ruang tersebut biasa dinamakan kerning (jarak antar huruf) dan
leading (jarak antar baris huruf) yang menghasilkan interval
15
kerapatan antar huruf. Kesan yang muncul dari permainan interval
ini adalah renggang dan padat, asosiatif yang muncul pada
kerenggangan huruf adalah ringan, sedangkan jarak yang padat
menghasilkan asosiatif gelap dan berat. Terakhir adalah tekstur
yang dalam tipografi digunakan sebagai penguat tampilan huruf
agar dapat tampil lebih vokal serta menambah nilai dramatik pada
pesan. Contohnya efek rusak pada anatomi huruf dimaksudkan
untuk mendramatisisr atmosfir dari pesan-pesan yang berkaitan
dengan kehancuran dan ketakutan.
2. Ilustrasi (illustration), diartikan segala bentuk gambar, lukisan,
diagram, dan foto, yang digunakan untuk menjelaskan atau
menerangkan teks (Alastair Campbell, 200:316). Ilustrasi banyak
digunakan untuk media publikasi seperti surat kabar, majalah, dan
brosur yang semuanya merupakan bagian dari media cetak. Karena
itu ilustrasi sering diidentifikasikan sebagai bagian dari media
cetak yang sifatnya statis, walaupun teknologi diluar cetak seperti
televisi dan komputer juga menggunakan ilustrasi dalam format
yang lebih canggih (bergerak). Sama halnya seperti tipografi,
ilustrasi juga dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, dan tekstur. Dalam
kebudayaan
aspek
ukuran
sering
menjadi
ukuran
untuk
menunjukan keagungan, seperti halnya piramida di mesir. Begitu
juga dengan bentuk yang merupakan aspek penting dalam
memberikan pemaknaan, contohnya cinta diimplementasikan
dalam ilustrasi berbentuk hati yang merupakan makna simbolik.
Tekstur
juga
dalam
ilustrasi
merupakan
salah-satu
aspek
pembentuk makna, seperti bentuk kabur pada fotografi yang
memunculkan kesan imajinasi.
Ilustrasi sebagai implementasi bahasa yang diterjemahkan dalam
visual memiliki sifat arbitrer, yaitu dapat memiliki beragam makna,
tergantung dari pengalaman si pembacanya. Perbedaan tersebut
16
dapat muncul karena masing-masing individu (pembaca) memiliki
pengalaman atau referensi yang berbeda, baik yang muncul secara
alamiah ataupun karena faktor kultural. Namun perbedaan tersebut
dapat diatasi dengan makna-makna yang telah disepakati bersama
(konvensi) terhadap sebuah ilustrasi (simbolik), contohnya seperti
ilustrasi yang sudah disinggung sebelumnya, yaitu ilustrasi bentuk
hati untuk mengungkapan cinta, yang bentuknya sesungguhnya di
dalam tubuh manusia berbeda dengan hati untuk acara valentine,
tetapi secara konvensi bentuk tersebut sudah menjadi simbolik
untuk ungkapan cinta. Karena sifatnya yang arbitrer maka untuk
menghindari terjadinya pengkaburan makna pada analisis ilustrasi,
dalam penelitian ini digunakan makna-makna ilustrasi yang sudah
menjadi bentuk konvensi dan menjadi simbol universal.
3. Warna, warna yang kita lihat selama ini adalah berasal dari sinar
matahari atau lampu, yang terpantulkan dalam spektrum-spektrum
yang kemudian terlihat menjadi warna-warni, bentuk kongkritnya
adalah pelangi yang biasa kita lihat. Warna muncul karena pantulan
sinar yang datang ke mata kita berbeda-beda tibanya. Bila sinar
yang bergelombang hanya 700-800 nano maka yang munculnya
warna merah, sekitar 600 nano berwarna kuning, 400 nano
berwarna ungu, dan benda yang memantulkan semua spektrumakan
nampak putih, sementara yang tidak memantulkan akan tampak
hitam. Spektrum warna yang dapat dilihat terbagi atas:
1. Warna primer, yakni warna yang tidak bisa dibuat dengan
memakai warna yang lain sebagai bahannya. Warna-warna
primer ini adalah: merah, kuning, dan biru
2. Warna sekunder, yakni warna tahap kedua atau warna-warna
yang dapat dibuat dengan campuran antara dua warna primer.
Warna merah dan kuning akan membentuk warna oranye,
kuning dan biru membentuk hijau, biru dan merah membentuk
ungu.
17
3. Warna tersier, yakni warna tahap ketiga, dibuat dengan
campuran warna sekunder dan primer yang bukan komplemen
dari warna tersebut: merah dan oranye jadi oranye kemerahan,
merah dengan ungu jadi ungu kemerahan, kuning dengan oranye
jadi oranye kekuningan, kuning dengan hijau jadi hijau
kekuningan, biru dengan hijau jadi hijau kebiruan, biru dengan
ungu jadi ungu kebiruan dan jumlah-jumlah warna yang
dihasilkan tidak terbatas tergantung zat warna dari elemen yang
disertakan.
Warna, warna memiliki sifat atau kesan yang mewakili karakter
tertentu. Tetapi warna sebagai salah satu unsur visual juga tidak
memiliki makna yang tetap dan sama dalam perannya
mendukung komunikasi secara visual. Dalam tradisi kuno dari
masyarakat yang berbeda, warna kadang-kadang dimaknai
secara berbeda tergantung kebudayaan yang berkembang dalam
masyarakat tersebut. Dalam kebudayaan modern yang semakin
bersifat global, warna memiliki peran fungsional yang sangat
tinggi sehingga makna atau simbol dari warna diupayakan
seragam antar wilayah dan negara. Atau dengan kata lain
pamaknaan terhadap warna semakin universal. Hal ini terutama
berkaitan dengan fungsi warna sebagai bahasa penyampai pesan
yang menuntut persamaan persepsi antar komunikator dan
komunikan. Para ilmuan berpendapat bahwa perbedaan warna
tersebut dikarenakan adanya perbedaan pada rangsangan otak
yang diterima oleh mata, dimana pada prosesnya otak manusia
berbeda dalam merasakan sensasi yang masuk, tergantung
kepekaannya masing-masing (Dra, Sulasmi D.P, 1989: 39).
2.3. Semiotika Iklan
Iklan advertisement sebagai sebuah objek semiotika, mempunyai perbedaan
mendasar dengan desain yang bersifat tiga dimensional, khususnya desain
18
produk. Iklan, seperti di media komunikasi massa, pada umumnya
mempunyai fungsi komunikasi langsung (direct comunication function)
sementara sebuah desain produk, mempunyai komunikasi tidak langsung
(indirect comunication function).(piliang , 2003: 263).
Menurut Gillian Dyer, Torben Vestergaard dan Judith Williamson dalam
Piliang, 2003: 263. Untuk membedakan iklan secara semiotis dari objek
desain yaitu iklan selalu berisikan unsur – unsur tanda berupa :
1. Objek yang diiklankan
2. Konteks berupa lingkungan, orang atau mahluk lainnya yang memberikan
makna pada objek.
3. Teks (berupa tulisan) yang memperkuat makna, meskipun yang terakhir
ini tidak selalu hadir dalam sebuah iklan.
Entitas
Fungsi
Objek
Visual / Tulisan
Elemen tanda
yang
mempresentasikan
objek atau produk
yang di iklankan.
Konteks
Visual / Tulisan
Elemen tanda
yang
memberikan
atau diberikan
konteks dan
makna pada
objek yang di
iklankan.
Teks
Tulisan
Tanda linguistik
yang
memperjelas
dan
menambatkan
makna
(anchoring).
Tabel 2.1. Semiotika Iklan
(Sumber: Piliang, 2003: 263)
Van Zoest dalam Sobur (2006 :126) menyatakan hubungan antara signifier
dan signified ini dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang
ditandainya, seperti foto, peta.
2. Indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukan adanya hubungan
dengan yang ditandai, misalnya asap adalah indeks dari api.
3. Simbol adalah sebuah tanda dimana hubungan antara signifier dan
signified semata-mata adalah masalah konvensi, kesepakatan atau
peraturan.
19
2.3.1. Ikon Pada Iklan
Pada dasarnya ikon merupakan tanda yang bisa menggambarkan ciri
utama sesuatu meskipun sesuatu yang lazim disebut sebagai objek
acuan tersebut tidak hadir. Hubungan antara tanda dengan objek dapat
juga diinterpretasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks
tidak memerlukan kesepakatan (Mulyana, dalam Sobur, 2006:158).
Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai
apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai dengan
kemiripan. Misalnya, foto Megawati adalah ikon Megawati, gambar
Amien Rais adalah ikon Amien Rais (Sobur, 2006:158).
Menurut Zoest dalam Dahana dalam Sobur, mengurai ikon dalam tga
macam perwujudan:
1. Ikon spasial atau topologis, yang ditandai dengan adanya kemiripan
antara ruang/profil dan bentuk teks dengan apa yang diacunya.
2. Ikon relasional atau diagramatik, dimana terjadi kemiripan antara
hubungan, dua unsur tekstual dengan hubungan dua unsur acuan.
3. Ikon metafora, disini bukan lagi dilihat adanya kemiripan, antara
tanda dan acuan, namun antara dua acuan, kedua-duanya diacu
dengan tanda yang sama, yang pertama bersifat langsung, dan yang
kedua bersifat tak langsung. Biasanya dalam konteks seni, ikon ini
muncul dalam parabel, alegori atau kisah metafisis.
2.4. Gaya Dalam Pelaksanaan Pesan Iklan
Dalam pelaksanaan pesan, ada empat hal yang harus diperhatikan oleh tim
kreatif, yaitu gaya, nada, kata, dan format. Gaya terdiri dari dari potongan
kehidupan, gaya hidup, fantasi, citra, musik, simbol kepribadian, keahlian
teknis, bukti ilmiah, bukti kesaksian, menjual langsung, demonstrasi,
perbandingan, dan kombinasi (Suyanto, 2004:18).
20
Potongan kehidupan (slice of life)
Menunjukan sesuatu atau beberapa orang yang menggunakan produk tersebut
dalam keadaan normal. Sesuatu keluarga yang duduk di ruang makan
menunjukan kepuasan terhadap suatu merek biskuit baru.
Gaya hidup (life style)
Gaya ini menekankan bagaimana suatu produk sesuai dengan suatu gaya
hidup. Iklan wiski Skotlandia menunjukan seorang setengah baya yang
tampan memegang segelas wiski Scotch di satu tangan dan mengemudikan
kapalnya dengan tangan lainnya.
Fantasi (fantasy)
Gaya ini menciptakan fantasi disekitar produk tersebut atau pengguanaanya.
Produk menjadi bagian pusat situasi yang diciptakan pengiklan. Dengan
menguasai teknologi digital, orang-orang kreatif diperiklanan saat ini dapat
menghasilkan urutan fantasi yang seolah-olah nyata. Iklan kosmetik biasanya
menggunakan gaya fantasi untuk menarik konsumen.
Suasana atau citra (mood or image)
Membangkitkan suasana atau citra di sekitar produk tersebut, seperti
kecantikan, cinta, atau ketenangan. Tidak ada pengakuan atas produk tersebut
kecuali sugesti. Karena iklan-iklan mobil dan rokok terkenal berusaha
membangkitkan suatu suasana atau citra (Marlboro Man yang “macho” dari
Philip Moris dan Jon Camel yang “santai” dari R.J.Reynolds).
Musik (musical)
Menggunakan latar musik atau menunjukan satu atau beberapa orang atau
tokoh kartun menyanyikan suatu lagu tentang produk tersebut. Iklan coca –
cola yang menampilkan suatu lagu berjudul “I’d like to Teach the World to
Sing” (saya ingin mengajar dunia bernyanyi).
21
Simbol kepribadian (personallity symbol)
Menciptakan suatu karakter yang menjadi personifikasi produk tersebut.
Karakter tersebut bisa berupa orang, binatang, atau animasi. Iklan Marlboro
menggunakan karakter Cowboy.
Keahlian teknis (technical expertise)
Gaya ini menggunakan pendekatan dengan menunjukan keahliaan,
pengalaman dan, kebanggaan perusahaan dalam membuat produk tersebut.
Misalnya, iklan jam Rolex menggunakan gaya keahlian teknis dalam
mengeksekusi pesan iklan. Produk Rolex yang dibuat menggunakan
teknologi mutakhir, keakuratan, dan inspirasi.
Bukti ilmiah (scientific evidence)
Gaya ini menggunakan pendekatan dengan menyajikan bukti survey atau
bukti ilmiah atau bukti laboraturium bahwa merek tersebut lebih disukai atau
mengungguli merek lain. Gaya ini umum dalam ketegori obat bebas.
Misalnya, gaya eksekusi iklan untuk obat demam dan alergi Dimetapp dari
Whitehall Robins. “Dimetapp is the cold brand recommended. 4 to 1 by
pediatricians.” Ibu, dokter, dan ahli farmasi telah percaya pada merek
Dimetapp lebih dari 30 tahun.
Bukti kesaksian (testimonial evidence)
Banyak pengiklan lebih menyukai gaya ini jika orang meghargai produk
berdasarkan pengalaman personalnya saat menggunakan merek atau
memperoleh manfaat selama menggunakannya. Bukti kesaksian sangat
efektif ketika seseorang memberikan kesaksian kepada orang yang
merupakan target pasarnya dan kesaksian tersebut menarik untuk diceritakan.
Bukti kesaksian harus berdasarkan penggunaan nyata suatu produk untuk
menghindari masalah yang berkait dengan hukum. Gaya ini lebih efektif jika
datangnya dari sumber yang dkenal atau sumber yang populer yaitu seorang
suber yang sangat dipercaya.
22
Menjual langsung (straight sell)
Gaya menjual langsung tertuju langsung pada informasi produk. Iklan Air
France dengan judul ‘Flying Cheaply’ menggunakan gaya pelaksanaan pesan
menjual langsung.
Demonstrasi (demonstration)
Gaya demondtrasi dirancang untuk mengilustrasikan keunggulan kunci suatu
produk. Gaya ini dapat sangat efektif dalam meyakinkan konsumen terhadapa
kualitas suatu produk dan manfaatnya setelah memiliki atau menggunakan
merek tersebut.
Perbandingan (comparison)
Merupakan cara langsung yang menunjukan keungguklan merek terhadap
pesaing atau posisi merek terkenal atau merek baru atau merek pemimpin
industri.
Kombinasi
Kombinasi merupakan teknik eksekusi pesan dalam iklan yang merupakan
gabungan dari teknik-teknik lain. Iklan-iklan yang bagus pada E-Commerce
adalah kombinasi. Perusahaan asuransi keluarga sanitas menggunkan daya
tarik kombinasi dalam iklannya.
23
Download