peraturan daerah propinsi daerah tingkat i

advertisement
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I
SULAWESI SELATAN
NOMOR: 7 TAHUN 1996
TENTANG
PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)
DI SULAWESI SELATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I
SULAWESI SELATAN
Menimbang :
a.
b.
c.
Mengingat
:
1.
2.
3.
bahwa dalam rangka upaya meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat nelayan/petani ikan di Sulawesi
Selatan, maka diperlukan usaha untuk meningkatkan
pembinaan dan bimbingan terhadap peningkatan produksi,
pengolahan dan pemasaran ikan perlu diintensifkan;
bahwa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) pada hakekatnya
merupakan prasarana ekonomi perikanan yang dibangun
dengan maksud untuk memperlancar kegiatan produksi,
pengolahan dan pemasaran ikan serta merupakan pusat
pengembangan masyarakat perikanan;
bahwa untuk maksud tersebut di atas, maka dipandang perlu
adanya pengaturan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) di Sulawesi Selatan dengan suatu Peraturan Daerah.
Undang-Undang Nomor 12 Drt. Tahun 1957 tentang
Peraturan Umum Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun
1957 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1288);
Undang-Undang Nomor 47 Prp. Tahun 1960 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara
dan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara Tengah (Lembaran
Negara Tahun 1960 Nomor 151, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2102) juncto Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah
Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan mengubah
Undang-Undang Nomor 47 Prp. Tahun 1960 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara Tengah dan
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 94,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2687);
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974
Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3299);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502);
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957 tentang
Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Pusat Di
Lapangan Perikanan Laut, Kehutanan dan Karet Rakyat
Kepada Daerah Swatantra Tingkat I (Lembaran Negara
Tahun 1957 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 1490);
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang
Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3373);
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1990 tentang Usaha
Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3408);
Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1984 tentang Pembinaan
dan Pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD);
Peraturan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri
Kesehatan Nomor 31/Kpts/Um/I/75 tentang Pembinaan Mutu
Hasil Perikanan;
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993
tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah
Perubahan;
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
613/Kpts/KU.440/9/91 tentang Ketentuan Imbalan Jasa
Penggunaan Fasilitas, Jasa dan Barang yang Dihasilkan Unit
Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Khususnya
Pelabuhan Perikanan Pantai;
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan
Nomor 6 Tahun 1980 tentang Pembentukan, Susunan
Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Perikanan Propinsi Daerah
Tingkat I Sulawesi Selatan;
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan
Nomor 6 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Sulawesi Selatan;
Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I
SULAWESI SELATAN TENTANG PENGELOLAAN PANGKALAN
PENDAPATAN IKAN (PPI) DI SULAWESI SELATAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dirnaksud dengan:
a.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi
Selatan;
b.
Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi
Selatan;
c.
Kantor Wilayah Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil adalah Kantor
Wilayah Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Propinsi Sulawesi
Selatan;
d.
Dinas Perikanan adalah Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat 1 Sulawesi
Selatan;
e.
Pemerintah Daerah Tingkat II adalah Pemerintah Kabupaten/ Kotamadya Daerah
Tingkat II Sulawesi Selatan;
f.
Bupati/Kotamadya adalah Bupati/Kotamadya Kepala Daerah Tingkat II di Propinsi
Daerah/Tingkat I Sulawesi Selatan;
g.
Dinas Perikanan Tingkat II adalah Dinas Perikanan Kabupaten/Kotamadya
Daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan;
h.
Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II adalah Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan;
i.
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas pada
Dinas Perikanan Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang ditetapkan sesuai
dengan Peraturan Perundang -undangan yang berlaku;
j.
Organisasi adalah Koperasi Perikanan/Koperasi Unit Desa (KUD) yang bergerak
di bidang usaha perikanan;
k.
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah tempat berlabuh atau bertambatnya
kapala perikanan guna mendaratkan ikan, memuat perbekalan kapal dan awak
kapal, sebagai pusat kegiatan produksi, pengolahan, pemasaran ikan dan
pembinaan masyarakat perikanan;
l.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah tempat para penjual dan pembeli
melakukan transaksi jual beli ikan dengan cara lelang;
m.
Pelelangan Ikan adalah proses penjualan ikan dihadapan umum dengan cara
penawaran bertingkat;
n.
Penyelenggaraan Pelelangan Ikan adalah kegiatan untuk melaksanakan
pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI);
o.
Retribusi adalah pungutan atas jasa dan penggunaan sarana PPI yang telah
disediakan oleh Pemerintah.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah untuk:
a.
Menciptakan iklim usaha yang sehat di bidang produksi, pengolahan dan
pemasaran ikan;
b.
Memudahkan pembinaan dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan;
Pasal 3
Tujuan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah untuk:
a.
Meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani ikan;
b.
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
BAB III
PENGADAAN, LOKASI
DAN PENGELOLA PANGKALAN
PENDAPATAN IKAN (PPI)
Pasal 4
Setiap Warga Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia yang akan
memperjualbelikan hasil tangkapan dan budidaya ikan diwajibkan didaratkan di
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
Pasal 5
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Sulawesi Selatan diadakan oleh Pemerintah Pusat
yang kemudian diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah.
Pasal 6
Lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Sulawesi Selatan ditetapkan dengan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 7
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Peraturan
Daerah ini dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD).
Pasal 8
(1)
Terhadap sarana yang ada dalam ruang lingkup Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
dapat digunakan oleh setiap orang atau badan hukum sesuai ketentuan yang
(2)
(3)
berlaku.
Ikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Peraturan Daerah in'i, harus
diperjualbelikan secara lelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Tata cara pengelolaan sarana Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ditetapkan
dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 9
(1)
(2)
Organisasi yang dipandang mampu untuk menyelenggarakan pelelangan ikan
ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah.
Apabila dalam Daerah tersebut belum ada organisasi yang dipandang mampu,
sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, maka penye1enggaraan pelelangan
ikan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
BAB IV
RETRIBUSI
Pasal 10
Setiap orang atau badan hukum yang menggunakan sarana Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) dikenakan Retribusi.
Pasal 11
Obyek dan besarnya retribusi dimaksud dalam pasal 10 Peraturan Daerah ini, adalah
sebagai berikut :
a.
Uang tambat dan labuh :
1.
Tambat
Tarif pokok harian tambat bagi kapal yang berukuran panjang 10 meter
atau lebih dan atau tonase 5 GT atau lebih dikenakan uang tambat Rp.
200,- per 1/4 etmal (6 jam) per meter panjang kapal;
2.
Labuh
a).
Tarif pokok labuh bagi kapal sebagaimana dimaksud dalam angka 1
huruf a pasal ini per etmal (24 jam); sebesar Rp. 50,- per isi kotor
kapal (IGT : 2,835 M3) per lamanya kapal di pelabuhan;
b).
Bagi kapal-kapal yang menetap berlabuh dipelabuhan selaku
langganan, dikenakan tarif labuh 50 % dari jumlah tarif selama
sebulan.
b.
Penjualan Es, Air Bersih dan Bahan Bakar Minyak (BBM):
1.
Penjualan Es per balok sesuai dengan harga pasar tambah biaya
eksploitasi dan penyusutan 15 %.
2.
Penjualan Air Bersih
a).
Yang berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM) sesuai dengan
harga pasar tambah biaya eksploitasi 10%.
b).
Air Sumur Bor per liter sesuai ketentuan yang berlaku.
3.
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
(Solar, Olie, Bensin) disesuaikan harga Jasa
c.
Fasilitas PPI :
1.
Jasa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 5% per harga lelang;
2.
Sewa bakul/keranjang volume 30 kg
1
(satu) buah
Rp. 150,3.
Sewa Coldroom per etmal/kg :
a.
Udang
Rp. 50,b.
Ikan
Rp. 25,d.
Sewa Bangunan/Tanah :
1.
Bangunan sementara per m2
per bulan
Rp. 500,2.
Bangunan semi permanen
per m2 per bulan
Rp. 1.000,3.
Bangunan permanen per m2
per bulan
Rp. 1.500,4.
Tanah untuk penjemuran jaring
dan ikan per m2 per etmal
Rp.
25,5.
Ruangan terbuka yang tidak
beratap per m2 per etmal
Rp.
25,6.Ruangan terbuka yang beratap
per m2 per etmal
Rp. 250,7.Tempat penumpukan barang
ruangan terbuka beratap
per m2 per etmal
Rp. 350,e.Sewa Listrik :
1.Sesuai tarif PLN ditambah biaya
Eksploitasi
Rp.
10,2.
Dari generator disesuaikan
dengan biaya eksploitasi dan
eksploirasi generator ditambah
10%.
f.
Pelayanan bengkel
Ditentukan berdasarkan penggantian
onderdil/suku cadang ditambah biaya
perbaikan ditambah 10%.
g.
Pas Masuk PPI :
1.
Untuk umum 1 orang 1 kali
masuk
Rp. 100.2.
Kendaraan sepeda/becak
Rp. 100,3.
Kendaraan sepeda motor
Rp. 200,4.
Kendaraan mobil
Rp. 500,5.
Bagi yang menggunakan pas langganan
dibayar per bulan 80 % dari tarif harian.
Pasal 12
Pemungutan retribusi atas penggunaan sarana Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Aparat Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dan Jasa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang
penyelenggaraannya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 13
(1)
(2)
Seluruh hasil penerimaan retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 12
Peraturan Daerah ini oleh Aparat dan atau Petugas Pemungut disetor ke
Bendaharawan Khusus penerima Unit Pelaksana Tehnis Dinas (UPTD) setiap
hari.
Bendaharawan Khusus Penerima Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) menyetor
seluruh hasil penerimaan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ke
Kas Pemerintah Daerah Tingkat II setempat selambat-lambatnya 1 x 24 jam
seterimanya pungutan retribusi dengan menyampaikan bukti penerimaan, dan
tembusan disampaikan kepada Dinas Pendapatan Daerah.
Pasal 14
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) melaporkan basil penerimaan retribusi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 Peraturan Daerah ini kepada Kepala Dinas
Perikanan Daerah Tingkat II setempat setiap bulan, dengan tembusan kepada :
a.
Kepala Dinas Perikanan;
b.
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II setempat;
c.
Kepala Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II setempat;
d.
Kepala Dinas Pendapatan Daerah.
Pasal 15
(1)
(2)
(3)
Retribusi yang diperoleh atas penggunaan sarana (Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 Peraturan Daerah ini yang dilakukan
oleh Aparat Pemungut Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dimaksud dalam
pasal 12 Peraturan Daerah ini digunakan untuk :
a.Kontribusi kepada Pemerintah Daerah : 40 %.
b.Kontribusi kepada Pemerintah Daerah Tingkat II : 60 %.
Retribusi yang diperoleh atas jasa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 11 Peraturan Daerah ini digunakan untuk :
a.Kontribusi kepada Pemerintah Daerah : 30 %
b.Kontribusi kepada Pemerintah Daerah Tingkat II : 70 %
Kontribusi retribusi dimaksud ayat (1) dan (2) pasal ini digunakan untuk :
a.
Pemerintah Daerah
1).
Biaya rehabilitasi PPI : 75 %
2).
Biaya pembinaan dan pengawasan PPI : 25 %
b.
Pemerintah Daerah Tingkat II
1).
Dana Kesejahteraan Sosial Nelayan
2).
Biaya Operasional PPI
3).
4).
5).
Biaya Pemeliharaan PPI
Biaya Pembinaan dan Pengawasan PPI
Biaya pembangunan dan rehabilitasi prasarana dan sarana
penunjang PPI
Pasal 16
(1)
(2)
Kepada Aparat pemungut dan Instansi terkait lainnya yang menunjang
pendapatan daerah, diberikan uang perangsang 5 % (lima persen) dari hasil
pungutan yang disetor ke Kas Daerah.
Pembagian uang perangsang sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, akan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 17
(1)
(2)
Penggunaan kontribusi dimaksud dalam pasal 15 ayat (3) huruf a dibebankan
pada Anggaran Pepdapatan dan Belanja (APBD) Propinsi Daerah Tingkat I
Sulawesi Selatan dan huruf b dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.
Pencairan penggunaan kontribusi dimaksud ayat (1) pasal ini dilaksanakan atas
usul Dinas Perikanan kepada Gubernur Kepala Daerah dan Dinas Perikanan
Daerah Tingkat II kepada Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah yang
bersangkutan.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
Pembinaan dan Pengawasan Operasional pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
dilaksanakan oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kepala Dinas Perikanan Daerah Tingkat
II setempat secara bersama-sama dan atau sendiri-sendiri.
Pasal 19
Kegiatan pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dilaporkan setiap bulan dan
tembusan disampaikan kepada instansi terkait.
BAB VII
LARANGAN
Pasal 20
Ikan yang ternyata mengandung racun dan atau busuk menurut pengamatan petugas
yang berwewenang sehingga tidak layak untuk dimakan, tidak diizinkan masuk ke
Wilayah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan ikan tersebut segera dimusnahkan.
Pasal 21
(1)
(2)
Aparat Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) tidak diperkenankan ikut serta
menawar dalam pelelangan ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pelanggaran terhadap keterttuan ayat (1) pasal ini akan diambil tindakan sesuai
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 22
(1)
(2)
Barang siapa melanggar ketentuan dimaksud dalam pasal 4, pasal 8 ayat (2) dan
pasal 20 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga)
bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah).
Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 23
Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 24 Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh pejabat
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan pemerintah daerah yang
pengangkatannya ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 24
(1)
Dalam melaksanakan tugas penyidikan, maka pejabat Penyidik Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana dimaksud pasal 23 Peraturan Daerah ini, berwenang :
a.
Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana pelanggaran terhadap Peraturan Daerah;
b.
Melakukan tindakan pertama pada saat itu, ditempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;
c.
Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d.
Melakukan penyitaan benda dan atau surat;
e.
Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
f.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
g.
Mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan;
h.
Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik Polisi Negara Republik Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti
(2)
(3)
atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya
melalui penyidik Polisi Negara Republik Indonesia memberitahukan hal
tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;
i.
Mengadakan
tindakan
lain
menurut
hukum
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat Berita Acara setiap tindakan tentang :
a.Pemeriksaan perkara
b.Pemasukan rumah
c.Penyitaan benda
d.Pemeriksaan surat
e.Pemeriksaan saksi
f.Pemeriksaan tempat kejadian.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil mengirimkan hasil penyidikan dimaksud ayat (2)
pasal ini kepada penuntut umum melalui penyidik Polisi Republik Indonesia atau
penyidik khusus.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
(1)
(2)
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan/peraturan yang
bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, dinyatakan tidak berlaku lagi.
Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah sepanjang
mengenai pelaksanaannya.
Pasal 26
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I
Sulawesi Selatan.
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH PROPINSI DAERAH
TINGKAT I SULAWESI SELATAN
Ketua,
Cap/ttd
H. ALIM BACHRIE
Ditetapkan di Ujung Pandang
Pada tanggal 4 Juli 1996
GUBERNUR KEPALA DAERAH
TINGKAT I SULAWESI SELATAN,
Cap/ttd
H. Z. B. PALAGUNA
DISAHKAN OLEH :
Menteri Dalam Negeri dengan Surat
Keputusan Nomor 523.53-926
Tanggal 19 Nopember 1996
DIUNDANGKAN:
Dalam Lembaran Daerah Propinsi
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan
Nomor 13 Tanggal3 Desember 1996
Seri B Nomor 3 (Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 135)
SEKRETARIS WILAYAH/DAERAH,
ttd
Drs. HAKAMUDDIN DJAMAL
Pangkat : Pembina Utama Madya
NIP
: 010 056 311
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I
SULAWESI SELATAN
NOMOR: 7 TAHUN 1996
TENTANG
PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)
DI SULAWESI SELATAN
I.
PENJELASAN UMUM
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957 tentang Penyerahan
Sebagian dari urusan Pemerintah Pusat di Lapangan Perikanan Laut, Kehutanan
dan Karet Rakyat kepada Daerah Swatantra Tingkat I, pasal 3 pada pokoknya
menegaskan bahwa Pemerintah Daerah berhak mengadakan peraturan mengenai
perikanan laut yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia dalam wilayahnya.
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) pada hakekatnya merupakan prasarana
ekonomi perikanan yang dibangun dengan maksud untuk memperlancar kegiatan
produksi, pengolahan dan pemasaran ikan serta merupakan pusat
pengembangan masyarakat perikanan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dengan mengingat pentingnya usaha
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat nelayan I petani ikan,
maka dipandang perlu melakukan langkah pembinaan dan pengaturan
pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Sulawesi Selatan.
Dengan terseienggaranya pembinaan dan pengaturan dimaksud, maka dapat pula
dilakukan peningkatan pendapatan asli Daerah dalam rangka mewujudkan
Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab dengan cara pengenaan
retribusi Daerah terhadap penggunaan sarana Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
sebagai suatu jasa usaha dan jasa Milik Daerah dari Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Surat Menteri Dalam Negeri tanggal 5 Februari
1985 Nomor 977/527/PUOD perihal Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 48 Tahun 1984.
PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 :
Cukup jelas
Pasal 2 :
Cukup jelas
Pasal 3 :
Cukup jelas
Pasal 4 :
Yang dimaksud ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota per air
an lainnya, adalah :
1)
Pisces (ikan bersirip);
2)
Crustacea (udang, ranjungan, kepiting dan sebangsanya);
3)
Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput dan
sebangsanya);
4)
Coelenterata (ubur -ubur dan sebangsanya);
5)
Echinodermata (teripang, buill babi dan sebangsanya);
6)
Amphibia (kodok dan sebangsanya);
7)
Reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan
sebangsanya);
8)
Mamalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan
sebangsanya);
9)
Algae ( rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya
di dalam air);
10)
Biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis
tersebut di atas.
Pasal 5 :
Cukup jelas
Pasal 6 :
Cukup jelas
Pasal 7 :
Cukup jelas
Pasal 8 :
Cukup jelas
Pasal 9 :
ayat (1):
ayat (2) :
Pasal 10 :
Apabila acta Organisasi yang dipandang mampu
menyelenggarakan pelelangan ikan dan lokasi Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) termasuk wilayah kerjanya, maka
Organisasi dimaksud dapat ditunjuk dan ditetapkan selaku
penyelenggara pelelangan ikan dengan Sural Keputusan
Gubernur Kepala Daerah setelah memperoleh bahan
pertimbangan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen
Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil, serta Kepala Dinas
Perikanan.
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 11
:
a.
b.
Retribusi dimaksud adalah pungutan yang dilakukan
terhadap pengguna dan atau pemakai jasa sarana
Pangkalan pendaratan Ikan (PPI).
yang dimaksud dengan 1/4 etmal, adalah 6 jam
periode pertama (jam pertama sampai jam keenam)
sedangkan 1/4 etmal berikutnya adalah enam jam
periode ke dua (jam ketujuh sampai jam kedua belas)
daD seterusnya:
Pasal 12
:
Cukup jelas
Pasal 13
:
Cukup jelas
Pasal 14
:
Cukup jelas
Pasal 15
ayat (3)
:
a.
b.
Pembinaan dan Pengawasan PPI dilakukan
oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II
bersama dengan organisasi profesi nelayan
Dana kesejahteraan sosial nelayan terdiri dari
tabungan dana asuransi, dana paceklik, dana
kesehatan dan dana sosial lainnya.
Pasal 16
:
Cukup jelas
Pasal 17
:
Cukup jelas
Pasal 18
:
Cukup jelas
Pasal 19
:
Cukup jelas
Pasal 20
:
Untuk mencegah bahaya yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan bagi masyarakat konsumen
dilakukan oleh Inspektor (pengawas motu ikan).
Pasal 21 :
ayat (1)
:
ayat (2)
:
Termasuk
Petugas
Organisasi
menyelenggarakan pelelangan ikan.
Cukup jelas.
Pasal 22
:
Cukup jelas.
Pasal 23
Pasal 24
:
:
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 25
:
Cukup jelas.
yang
Pasal 26
:
Cukup jelas.
Download