FAAL KERJA DAN BIOMEKANIKA 2.1 Pengertian Kerja Menurut Sutalaksana, bekerja merupakan suatu kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Studi ergonomi yang kaitannya dengan kerja manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan, agar dapat memberikan peningkatan efektivitas dan efesiensi selain juga kenyamanan ataupun keamanan bagi manusia sebagai pekerjanya (Sutalaksana, 1979). Salah satu tolak ukur (selain waktu) yang diaplikasikan untuk mengevaluasi apakah tata cara sudah dirancang baik atau belum adalah dengan mengukur penggunaan energi kerja yang harus dilakukan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Berat ringannya kerja yang dilakukan oleh seorang pekerja akan dapat ditentukan oleh gejala-gejala perubahan yang dapat diukur lewat pengukuran anggota tubuh/fisik manusia antara lain: 1. Laju detak jantung 2. Tekanan darah 3. Temperatur badan 4. Konsumsi oksigen yang dihirup 5. Kandungan kimiawi dalam tubuh 2.2 Pembagian kerja Secara umum jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik dan kerja mental. Pengertian dari kerja fisik dan kerja mental, yaitu: 1. Kerja fisik Pengeluaran energi relatif lebih banyak dan pada jenis ini dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu: A. Kerja Statis a. Tidak menghasilkan gerak b. Konstraksi otot bersifat isometris c. Kelelahan lebih cepat terjadi B. Kerja dinamis a. Menghasilkan gerak b. Konstraksi otot bersifat ritmis c. Kelelahan relatif agak lama terjadi d. Konstraksi otot bersifat isotonis 2. Kerja mental Pengeluaran energi relatif sedikit dan cukup sulit untuk mengukur kelelahannya. Hasil kerja manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: a. Faktor-faktor dari individu, meliputi sikap, fisik, minat, motivasi jenis kelamin, pendidikan keterampilan, pengalaman, dan seterusnya. b. Faktor-faktor situasional, meliputi lingkungan fisik, mesin dan faktor peralatan, metode kerja, dan seterusnya. Selain pembagian kerja, juga terdapat kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja. Kriteria-kriteria tersebut adalah: 1. Kriteria Faal Meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan darah, tingkat penguapan, temperatur tubuh, komposisi kimia dalam darah dan air seni, dst. Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh selama bekerja. 2. Kriteria Fisiologis kerja Meliputi kejenuhan, emosi, motivasi, sikap, dan seterusnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama berkerja. 3. Kriteria Hasil kerja Meliputi pengukuran hasil kerja yang diperoleh dari pekerja selama berkerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang diperoleh dari kerja. 2.3 Kelelahan Kerja Definisi umum dari kelelahan kerja adalah suatu kondisi dimana terjadi pada saraf dan otot manusia sehingga tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kelelahan dipandang dari sudut industri adalah pengaruh dari kerja pada pikiran dan tubuh manusia yang cenderung untuk mengurangi kecepatan kerja mereka atau menurunkan kualitas produksi atau kedua-duanya dari performansi optimum seorang operator. Cakupan dari kelelahan yaitu: 1. Penurunan dalam performansi kerja a. Pengurangan dalam kecepatan dan kualitas output yang terjadi bila melewati suatu periode tertentu. b. Disebut fatique Industri. 2. Pengurangan pada kapasitas kerja a. Perusakan otot atau ketidak keseimbangan susunan saraf untuk memberikan stimulasi. b. Disebut fatique fisiologi 3. Laporan-laporan subyektif dari pekerja a. Berhubungan dengan perasaan gelisah dan bosan. b. Disebut juga fatique psikologis 4. Perubahan-perubahan dalam aktivitas dan kapasitas lainnya a. Perubahan fungsi fisiologis atau perubahan dalam kemampuan melakukan aktivitas fisiologis. b. Disebut fatique fungsional. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan yaitu: penentuan lamanya waktu kerja, penentuan lamanya waktu istirahat, sikap mental pekerja, besar beban kerja, kebosanan pekerja dalam lingkungan kerja yang tetap, kondisi operator pada waktu melaksanakan pekerjaan, kecapaian kerja, lingkungan fisik pekerja, jenis dan kebiasaan olahraga, jenis kelamin, usia., dan sikap kerja. Adapun pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan cara: a. Mengukur kecepatan denyut jantung b. Mengukur kecepatan pernapasan c. Mengukur tekanan darah d. Menghitung jumlah kadar oksigen yang dikonsumsi e. Menghitung perubahan suhu tubuh f. Perubahan komposisi kimia darah dan urine g. Jumlah karbondioksida yang terpakai Kelelahan otot adalah kelelahan yang terjadi karena kerja otot, dengan adanya aktivitas kontraksi dan relaksasi. Tipe aktivitas (Ryan : Work & effort) adalah: a. Pengeluaran sejumlah energi secara tepat b. Pekerjaan yang dikerjakan terus menerus c. Pekerjaan setempat atau lokal yang terus menerus berulang dengan pengeluaran energi yang cukup besar d. Perilaku yang dibatasi Mengurangi kelelahan otot (brouha dalam physiolgy Industry) menyarankan agar: a. Mengatur periode istirahat yang cukup berdasarkan atas pertimbangan fisiologis b. Mengatur regu-regu kerja dengan baik dan dapat menyeimbangkan tekanan fisiologis diantara angota pekerja c. Mengatur beban kerja dengan melakukan perancangan kerja d. Menyediakan kebutuhan-kebutuhan operator yang cukup dalam lingkungan kerja yang panas seperti air dan garam e. Menyeleksi pekerja yang didasarkan atas kemampuan fisik mereka dan tingkat pelatihan (training) untuk aktivitas tertentu yang mana membutuhkan energi yang cukup banyak. 2.4 Penentuan waktu istirahat (recovery) Penentukan waktu istirahat atau recovery teoritis terdapat dua cara penentuan. Dua cara penentuan tersebut yaitu: a. Berdasarkan konsumsi energi yang didapatkan dari konversi kecepatan denyut jantung. R T (K S ) K 1,5 Keterangan: R = Waktu istirahat (menit) T = Total waktu kerja K = Energi yang dikeluarkan dalam bekerja S = Konstanta (nilainya berdasarkan tabel dibawah) Tabel 2.1 Penentuan Nilai S Tingkat Pekerjaan S Undully heavy Over 12.5 Very heavy 10-12.5 Heavy 7.5-10 Moderate 5-7.5 Light 2.5-5 Very light under 2.5 b. Berdasarkan kapasitas oksigen terukur R W (B S ) B 0.3 Keterangan : R = Waktu istirahat (jam) W = Waktu total kerja (jam) B = Kapasitas oksigen pada saat bekerja (liter/menit) S = Kapasitas oksigen pada saat diam Energi yang dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari seperti ditunjukan oleh tabel dibawah ini. Tabel 2.2 Perbedaan Energi Pria dan Wanita Jenis Pekerjaan/pekerja Pria (Kkal/hari) Wanita (Kkal/hari) Sekretaris 2700 2250 Pengemudi 3000 2500 Operator mesin 3300 2700 Buruh kasar 3900 3250 Penari balet 3900 3250 Altlet 4800 4250 Tabel 2.3 Kebutuhan Energi Berdasarkan Jenis Pekerjaan 2.5 Jenis pekerjaan Energi (Kkal/hari) Duduk 0.3 Berdiri 0.6 Berjalan 2.1 Berjalan dengan beban 10 kg 3.6 Berjalan dengan kecepatan 16 km 5.2 Mendaki dengan sudut 30o 13.7 Definisi Biomekanika Biomekanika adalah suatu ilmu pengetahuan yang merupakan kombinasi dari ilmu fisika (khususnya mekanika) dan teknik, dengan berdasar pada biologi dan juga pengetahuan lingkungan kerja. Oleh Winter (1990), mendefinisikan bahwa biomekanika dari gerakan manusia adalah ilmu yang menyelidiki, menggambarkan dan menganalisis gerakan manusia. Biomekanika umum adalah bagian dari biomekanika yang berbicara mengenai hukum-hukum dasar yang mempengaruhi tubuh organik manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Biostatik adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisa bagian tubuh dalam keadaan diam maupun bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam (uniform). Biodinamik adalah bagian dari biodinamika umum yang berkaitan dengan gerakan-gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan gaya yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik). Occupational Biomechanics didefinisikan sebagai bagian dari mekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material, dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat meningkat (Chaffin & Anderson, 1984). Pendekatan Biomekanika memandang tubuh sebagai suatu sistem yang terdiri dari elemen-elemen yang saling berkaitan dan terhubung satu sama lain melalui sendi-sendi dan jaringan otot yang ada. Prinsip-prinsip fisika digunakan untuk menyatakan tegangan mekanik pada tubuh dan gaya otot yang diperlukan untuk mengimbangi tegangan-tegangan tersebut. Dalam melakukan analisis biomekanik, tubuh manusia dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari link (penghubung) dan joint (sambungan). Tiap link mewakili segmen tubuh tertentu dan tiap joint menggambarkan sendi yang ada. Menurut Chaffin & Anderson (1984), tubuh manusia terdiri dari link, yaitu : 1. Link lengan bawah yang dibatasi joint telapak tangan dan siku 2. Link lengan atas yang dibatasi joint siku dan bahu 3. Link punggung yang dibatasi joint bahu dan pinggul 4. Link paha yang dibatasi joint pinggul dan lutut 5. Link betis yang dibatasi joint lutut dan mata kaki 6. Link kaki yang dibatasi joint mata kaki dan telapak kaki 2.6 Analisis Biomekanika Analisis biomekanika ada 2 (dua) yaitu secara statis berupa analisis besarnya gaya dan momen yang terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu, saat tubuh dalam kondisi tanpa gerakan. Sedangkan analisis biomekanika secara dinamis adalah analisis besarnya gaya dan momen yang terjadi pada bagianbagian tubuh tertentu saat tubuh dalam kondisi bergerak. Menurut Winter (1990), terhadap tiga jenis gaya bekerja di dalam tubuh manusia, yaitu : 1. Gaya Gravitasi yaitu gaya yang melalui pusat massa dari segmen tubuh manusia dengan arah ke bawah. Besar gayanya adalah massa di kali percepatan gravitasi (F = m.g). 2. Gaya Reaksi yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat segmen tubuh itu sendiri. 3. Gaya Otot yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi, dan gaya ini menggambarkan besarnya momen otot. Dengan mendefinisikan jenis pekerjaan dan postur tubuh didalam melakukan pekerjaan tersebut, dapat dihitung besarnya gaya dan momen yang terjadi pada setiap link dan sendi melalui analisa mekanik. Baik pada saat tubuh dalam posisi diam (biostatic) maupun pada saat bergerak (biodynamic). Hukum Kesetimbangan Gaya menyatakan bahwa penjumlahan aljabar dari semua gaya yang bekerja pada suatu benda dalam keadaan kesetimbangan statis adalah sama dengan nol ( F = 0). Untuk mendapatkan kesetimbangan gaya secara keseluruhan, maka gaya-gaya dibedakan sedikitnya dalam dua arah, yaitu vertikal dan horizontal. Sehingga diperoleh rumus kesetimbangan gaya sebagai berikut: ∑𝐹𝑥 = 0 ; untuk arah horizontal ∑𝐹𝑦 = 0 ; untuk arah vertikal Kemudian dari Hukum Kesetimbangan Momen menyatakan bahwa penjumlahan aljabar momen-momen dari semua gaya yang bekerja pada satu suatu benda dalam keadaan kesetimbangan statis adalah sama dengan nol (∑M = 0). Prinsip-prinsip dasar yng diaplikasikan pada mekanika di atas, dapat dilakukan analisis biomekanika pada berbagai segmen tubuh manusia dengan memandang tubuh sebagai sistem multiple link, maka hasil perhitungan gaya dan momen pada suatu link akan dipengaruhi link sebelumnya dan akan mempengaruhi link selanjutnya. Oleh sebab itu link terakhir (link kaki) akan menahan beban yang berasal dari berat seluruh link sebelumnya, baik beban eksternal maupun beban link itu sendiri. Dalam menganalisis biomekanika khususnya pada perajin gerabah perlu digambarkan secara diagram segment- segment tubuh yang akan dianalisis yaitu pada bagian lengan yang bertujuan memudahkan dalam menentukan gaya-gaya yang berpengaruh pada sistem anatomi tubuh manusia. - Hasil dan Pembahasan Perajin dalam melakukan kerja menggunakan peralatan baru sebelumnya perlu dilakukan pelatihan dan sosialisasi agar nantinya diharapkan dapat menerima serta memahami untuk bekerja secara nyaman dan lebih ergonomis. Biaya untuk membuat satu prototype peralatan meja putar perboard yang dilengkapi motor penggerak beserta kursi fleksibel sekitar Rp 350.000,- serta diperlukan bahan dan komponen yang harus dimodifikasi sedemikian rupa, karena tidak dijual secara bebas dipasaran. Perbandingan kondisi kerja perajin gerabah dalam melakukan aktivitas pembuatan guci dapat dilihat pada tabel 2, terlihat data hasil analisis Nodic Body Map adanya perubahan berupa penurunan tingkat keluhan rasa sakit pada anggota tubuh, juga konsumsi energi menjadi lebih efisien. Beban yang ditahan untuk analisis biomekanik juga mengalami penurunan. Hal ini berakibat pada kenaikan produktifitas kerja para perajin gerabah. Tabel 2.4 Perbandingan Kondisi Kerja Sebelum dan Sesudah Menggunakan Peralatan Baru No. Atribut 1 Nordic Body Map Leher Punggung Pinggang Pergelangan kaki Denyut Jantung Saat bekerja (Beats/minute) Saat istirahat (Beats/minute) Konsumsi energi (Kkal/menit) 2 3 Biomekanika 4 Produktivitas Sebelum Perbaikan 29 orang 45 orang 46 orang 33 orang 115,54 Sesudah Perbaikan 3 orang 2 orang 1 orang 2 orang 100,76 68,42 70,58 3,0098 1,7482 Beban yang ditahan 1757,844 N (Σy) Waktu standar 38,73 menit Output standar 12 buah/hari 1407,199 N 26,80 menit 18 buah/hari 2.7 Konsep Biomekanika Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2 bagian. Berikut adalah bagian dari konsep biomekanika: 1. General Biomechanic General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum – hukum dan konsep – konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu: a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam (uniform). b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik) (Tayyari, 1997). 2. Occupational Biomechanic. Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini dapat kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Untuk leebih jelasnya disini akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan penganalisaan biomekanik. Dalam biomekanik ini banyak melibatkan bagian bagian tubuh yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yakni kolaborasi antara Tulang, Jaringan penghubung (Connective Tissue) dan otot yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tulang Tulang adalah alat untuk meredam dan mendistribusikan gaya/tegangan yang ada padanya. Tulang yang besar dan panjang berfungsi untuk memberikan perbandingan terhadap beban yang terjadi pada tulang tersebut. Mungkin dalam aplikasinya biomekanik selalu berhubungan dengan kerangka manusia, oleh sebab itu di bawah ini adalah gambar kerangka manusia (Eko Nurmianto, 1996). Tulang juga selalu terikat dengan otot, dan jaringan penghubung (connective Tissue) yakni ligamen,cartilage dan Tendon. Fungsi otot disini untuk menjaga posisi tubuh agar tetap sikap sempurna. 2. Connective Tissue atau jaringan penghubung a. Cartilagenous Fungsi dari sambungan Cartilagenous adalah untuk pergerakan yang relatif kecil. Contoh: Sambungan tulang iga ( ribs ) dan pangkal tulang iga (sternum) Sambungan cartilagenous khusus, antara vertebrata ( ruas-ruas tulang belakang) yaitu dikenal sebagai interveterbratal disc, yang terdiri dari pembungkus, dan dikelilingi oleh inti (puply core). Verterbrae juga terdapat pada ligamen dan otot. Adanya gerakan yang relatif kecil pada setiap jointnya, dapat mengakibatkan adanya flaksibelitas badan manusia untuk membungkuk, menengadah, dan memutar. Sedangkan disc berfungsisebagai peredam getaran pada saat manusia bergerak baik translasi dan rotasi (Nurmianto, 1996). b. Ligamen Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang untuk stabilitas sambungan (joint stability) atau untuk membentuk bagian sambungan dan menempel pada tulang. Ligamen tersusun atas serabut yang letaknya tidak paralel. Oleh karenanya tendon dan ligamen bersifat inelastic dan berfungsi pula untuk menahan deformasi. Adanya tegangan yang konstan akan dapat memperpanjang ligamen dan menjadikannya kurang efektif dalam menstabilkan sambungan (joints). Ligamen tersebut untuk membatasi rentang gerakan. Batasan jangkauan dapat menentukan ruang gerakan atau aktifitas yang digambarkan oleh sistem sambungan tulang. Sambungan tulang yang sederhana ada pada siku dan lutut. Dengan adanya alasan bahwa kedua adalah sambungan yang membatasi gerakan fleksi (flexion). Sambungan siku memberikan kebebasan gerak pada tulang tangan. Lengan dan tungkai adalah sambungan yang komplek, yang mampu untuk mengadakan gerakan 3 dimensi, Contoh: gerakan mengangkat tangan, sambungan siku juga dibantu oleh sambungan bahu, pergerakan rotasi seluruh tangan pada sumbunya dan gerakan lengan tangan pada sambungan pergelangan tangannya. Tangan manusia mempunyai flesibilitas yang tinggi dalam gerakannya (Nurmianto, 1996). c. Tendon Berfungsi sebagai penghubung antara antara tulang dan otot terdiri dari sekelompok serabut collagen yang letaknya paralel dengan panjang tendon. Tendon bergerak dalam sekelompok jaringan serabut dalam sutu area dimana adanya gaya gesekan harus diminimumkan. Bagian dalam dari jaringan ini mengeluarkan cairan synovial untuk pelumasan (Nurmianto, 1996). 3. Otot ( Muscle ) Membahas masalah otot striatik yaitu otot sadar. Otot terbentuk atas visber (fibre), dengan ukuran panjang dari 10-40 mm dan berdiameter 0,01-0,1 mm dan sumber energi otot berasal dari pemecahan senyawa kaya energi melalui proses aerob maupun anaerob. a. Anaerobic Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi tanpa bantuan oksigen. Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi energi, dan membentuk asam laktat. Dalam proses ini asam laktat akan memberikan indikasi adanya kelelahan otot secara local, karena kurangnya jumlah oksigen yang disebabkan oleh kurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung. Misalnya jika ada gerakan yang sifatnya tiba-tiba (mendadak), lari jarak dekat (sprint), dan lain sebagainya. Sebab lain adalah karena pencegahan kebutuhan aliran darah yang mengandung oksigen dengan adanya beban otot statis. Ataupun karena aliran darah yang tidak cukup mensuplai oksigen dan glikogen akan melepaskan asam laktat. b. Aerobic Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan enegi dengan bantuan oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi dengan cepat menjadi dan dalam kondisi aerobic. Sehingga beban pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Di samping itu aliran darah yang cukup akan mensuplai lemak, karbohidrat dan oksigen ke dalam otot. Akibat dari kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun drastic di bawah norma, dan kebalikannya kadar asam laktat akan meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah. 2 COO H 2 Hal tersebut di atas adalah merupakan proses kontraksi otot yang telah disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan arti pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh karenanya para ergonom hendaklahmemperhatikan hal-hal seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari (Nurmianto, 1996): a) Beban otot statis (static muscle loads). b) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi pada popliteal (lipat lutut). c) Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi. Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian adalah : a. Kekuatan kerja otot. Kekuatan kerja otot bergantung pada : 1. Posisi anggota tubuh yang bekerja 2. Arah gerakan kerja. 3. Perbedaan kekuatan antar bagian tubuh. 4. Usia. b. Kecepatan dan ketelitian. c. Daya tahan jaringan tubuh terhadap beban. Suatu hal yang penting untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk menopang beban statis. Beban statis yang terjadi pada semua otot harus diminimumkan. Gaya yang terjadi pada kontraksi otot sama dengan sebanding dengan penampang melintangnya. Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaksi bila bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot yang lain, dikenal dengan gerakan antagonis. Biomekanika dapat diterapkan pada perancangan kembali pekerjaan yang sudah ada, mengevaluasi pekerjaan, penanganan material secara manual, pembebanan statis dan penentuan sistem waktu. Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban 1. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan frekuensi pemindahan. 2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat. 3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak berbahaya. 4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada pemindahan barang. 5. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu. 6. Kurangi frekuensi pemindahan. 7. Berikan waktu istirahat. 8. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan tenaga. 9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat dengan tubuh. 10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan tidak menimbulkan cidera punggung.