farmakologi - WordPress.com

advertisement
FARMAKOLOGI
Pengertian : ilmu yang mempelajari semua yang berhubungan dengan obat dan interaksinya
dengan proses kehidupan
 pengertian sangat luas , mencakup : sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek
, mekanisme kerja , ADME dan penggunaan.
Sejarah :
- Penggunaan obat untuk tujuan sosial,keagamaan atau pengobatan  sudah dikenal sejak
lama  coba-coba  pengetahuan turun-temurun pengetahuan empiris.
 Resep peninggalan orang Samaria ( 5000 th yg lalu ) menggunakan akar, biji-2an,
kulit pohon,garam.
 Jamur  antibiotik  di China sudah digunakan sejak 2500 th BC  obat bisul.
 Resep  tidak masuk akal  buta : mata babi, madu, antimon
Masuk akal : orang Mesir mengobati rabun senja dengan hati sapi 
dipanggang  digerus
- Bahan alam  aktivitasnya tidak seragam  perkembangan ilmu-ilmu lain
- Pertengahan abad 19  perkembangan  obat sintetis
Ilmu lain yg berkaitan dengan farmakologi :
- Farmakognosi dan galenika
- Farmasi
- Farmakokinetika
- Farmakodinamika
- Farmakoterapi
- Toksikologi
Tujuan mempelajari :
1. Supaya dapat menggunakan obat secara rasional
2. Supaya mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala
penyakit
Obat :
1.
2.
3.
4.
Semua senyawa kimia yang mempengaruhi jaringan biologi
Semua substansi yang dapat mempengaruhi fungsi normal tubuh pada tingkat sel.
WHO  obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik atau psikis.
KONAS : obat adalah bahan atau sediaan yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit , gejala sakit, dan/atau penyakit,
untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi.
Sifat-sifat ideal obat :
3 sifat utama :
1. Efektif, mempunyai efikasi
2. Aman
3. Selektif
Sifat lain :
1. Kerjanya reversibel
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Efeknya dapat diramalkan
Cara pemberian mudah, sederhana, hasil memuaskan
Jumlah dosis per hari rendah
Bebas dari interaksi dengan sesama obat
Relatif stabil
Harga murah
Aplikasi Farmakologi :
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam pemberian obat, yaitu :
1. Obat yang benar
2. Pasien yang benar
3. Dosis yang benar
4. Cara pemberian yang benar
5. Waktu pemberian yang benar
6. Pencatatan dan pelaporan yang benar ( administrasi )
Dalam memberikan obat, pemberi obat mempunyai peran dalam :
1. Patient Care
2. Patient education
Patient Care mencakup aspek :
1. Dosis dan cara pemberian obat
2. Meningkatkan efek terapetik
3. Memperkecil efek yang tidak dikehendaki
4. Memperkecil interaksi obat yang tidak dikehendaki
5. Identifikasi pasien dengan resiko tinggi
6. Dapat menanggulangi toksisitas obat
Patient education adalah pemberian informasi kepada pasien berupa :
1. Nama obat dan kategori terapetiknya
2. Besarnya dosis
3. Waktu pemberian obat
4. Rute dan teknik pemberian obat
5. Respons terapetik yang diharapkan dan waktu respons mulai
6. Lama obat dapat digunakan dan penyimpanannya
7. Efek yang tidak diinginkan dan cara mengurangi efek tsb
8. Memperkecil interaksi sesama obat yang tidak diinginkan
FARMAKOKINETIKA
Adalah proses dimana obat mengalami absorpsi, pengikatan dan distribusi untuk sampai di
tempat kerja dan timbul efek, kemudian dengan atau tanpa biotransformasi obat diekskresi
dari tubuh  berlangsung secara serentak.
Depot jaringan
Reseptor
Terikat
Bebas
Terikat
Bebas
Sirkulasi Sistemik
Absorpsi
Obat Bebas
Ekskresi
Obat Terikat
Metabolit
Biotransformasi
ABSORPSI DAN BIOAVAILABILITAS
Absorpsi : proses penyerapan obat dari tempat pemberian, meliputi :
 kelengkapan
 kecepatan
Metabolisme / eliminasi lintas pertama ( eliminasi prasistemik ) :
 metabolisme yg dialami oleh obat pada pemberian per oral, oleh enzim di dinding usus
atau di hati, pada waktu obat pertama kali melalui organ-organ tsb
 dapat dihindari dengan pemberian secara parenteral, sublingual, rektal atau memberikan
bersama makanan
Bioavailabilitas : jumlah obat yang dinyatakan dalam persen ( % ) terhadap dosis yg
dikonsumsi , yang dapat mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh
atau aktif.
 tergantung pada : kelengkapan absorpsi, kecepatan absorpsi dan adanya eliminasi
prasistemik
Cara-cara pemberian obat :
1. Pemberian secara enteral
a. Per oral
- Keuntungan : mudah, aman, murah
-
-
-
-
-
Kerugian : banyak faktor yg mempengaruhi bioavailabilitasnya, iritasi sal cerna, perlu
kerjasama dg pasien, efek timbul setelah beberapa saat, tidak bisa diberikan kepada
penderita yg muntah, tidak sadar.
Mekanisme absorpsi :
 difusi pasif
 transpor aktif  utk obat-2 yg mempunyai struktur kimia mirip zat makanan (
levodopa, metildopa, 6- merkaptopurin, 5-fluorourasil )
Obat yg dapat diberikan per oral ada 2 bentuk :
 Cair  absorpsi mudah
 Padat  kecepatan absorpsi ditentukan oleh kecepatan disintegrasi dan
disolusi
Sediaan padat selain berupa sediaan biasa, ada yg berupa :
 Sediaan lepas lambat ( sustained release ) : sediaan yg sengaja dibuat dg waktu
disolusi lebih lama  masa absorpsi lebih panjang  obat dapat diberikan
dengan interval waktu lebih lama
 Sediaan salut enterik ( enteric coated ) : obat yg sengaja dibuat untuk tidak
mengalami disintegrasi dalam lambung, karena rusak oleh asam lambung atau
menyebabkan iritasi lambung
Faktor-faktor yg dapat mempengaruhi bioavailabilitas :
 Faktor obat :
 Sifat fisiko-kimia obat :
 stabilitas obat terhadap pH lambung , enzim pencernaan dan flora usus
 menentukan jumlah obat yg diabs
 kelarutan obat, ukuran mol, kelarutan dl lemak  menentukan
kecepatan abs
 stabilitas thd enzim dk dinding sal cerna dan hati  menentukan
jumlah obat bebas yg mencapai sirkulasi
 Formulasi obat : keadaan fisik obat, adanya zat pengisi  menentukan
kecepatan disintegrasi dan disolusi


Faktor penderita : pH sal cerna, motilitas sal cerna dll
Interaksi dalam sal cerna : adanya makanan dll
b. Sublingual : tidak mengalami metabolisme lintas pertama
c. Per rektal :
 keuntungan : dapat dipergunakan untuk penderita yg muntah, tidak sadar,
pasca bedah dan metabolisme lintas pertama kecil
 kerugian : iritasi mukosa rektum, absorpsi tidak lengkap dan tidak teratur.
2. Pemberian secara parenteral ( injeksi, suntik )
- keuntungan :
 efek timbul cepat dan teratur
 dapat diberikan pada penderita yg muntah, tidak sadar atau tidak kooperatif
 sangat berguna dalam keadaan darurat
-
kerugian :
 butuh cara asepsis
 bahaya penularan penyakit : hepatitis
 sukar dilakukan sendiri oleh penderita
 tidak ekonomis
 menimbulkan rasa nyeri
 lebih berbahaya dari pada per oral
3. Pemberian melalui paru-paru ( inhalasi )
- hanya untuk obat yg berbentuk gas atau cairan mudah menguap dan obat dan obat yg
dapat diberikan dalam bentuk aerosol
- absorpsi terjadi melalui epitel paru-2 dan mukosa sal nafas
- keuntungan :
 absorpsi cepat  karena permukaan absorpsi luas
 terhindar dari eliminasi lintas pertama
 pada penyakit paru ( asma bronkial )  obat langsung bekerja pada bronkus
- kerugian :
 perlu alat dan metode khusus
 sulit dikerjakan
 dosis sukar diatur
 iritasi paru-2
4. Pemberian secara topikal
a. Pada kulit
- epidermis merupakan sawar yg baik dan dermis merupakan lapisan yg permeabel
- ada beberapa senyawa kimia yg bisa menembus kulit utuh
- jumlah obat yg diserap tergantung pada luas permukaan kulit yg terpajan dan
kelarutan obat dalam lemak
- hal-2 yg dapat meningkatkan absorpsi obat :
 inflamasi dan keadaan lain yg meningkatkan aliran darah kulit
 membuat suspensi obat dalam lemak
 menggosokkan di atas kulit
 memakai penutup di atas kulit
b.
-
Pada mata
untuk mendapat efek lokal pada mata
absorpsi melalui kornea dan akan lebih cepat bila kornea infeksi atau trauma
dapat menimbulkan efek sistemik yg tidak diinginkan  absorpsi melalui sal
nasolakrimalis  mis : beta blocker untuk glaukoma dapat menimbulkan efek toksik
sistemik
DISTRIBUSI
-
Adalah proses penyebaran obat melalui sirkulasi darah ke seluruh tubuh
Tergantung pada :
 aliran darah
 sifat fisiko-kimia obat
-
Distribusi dibedakan atas 2 fase :
-
a. distribusi fase pertama  terjadi segera setelah absorpsi, yaitu ke organ yg perfusinya
sangat baik : jantung, hati, ginjal dan otak
b. distribusi fase ke dua : lebih luas, mencakup jaringan yg perfusinya kurang baik , mis
otot, visera, kulit dan jaringan lemak.
Difusi ke ruang interstisiel jaringan  cepat , karena celah antarsel endotel cukup besar
Distribusi dipengaruhi oleh :
 kelarutan obat dalam lemak :
 Obat yg larut lemak  melintasi membran sel  distribusi di dl sel
 Obat yg tidak larut lemak  distribusi terutama dl cairan ekstrasel
 ikatan obat pada protein plasma :
hanya obat bebas yg dapat berdifusi
derajat ikatan ditentukan oleh afinitas obat thd protein , kadar obat dan kadar
protein plasma
Akumulasi
- Obat dapat terakumulasi dalam sel jaringan dengan mekanisme :
 adanya transport aktif
 ikatan dg komponen intrasel : protein, fosfolipid, nukleoprotein
 kelarutan di dalam lemak
- Contoh jaringan yg bisa menjadi tempat akumulasi :
 hati : penggunaan kuinakrin kronik
 Jaringan lemak : obat yg larut lemak ( mis: tiopental )
 Protein plasma :
 obat yg bersifat asam terikat pd albumin
 obat yg bersifat basa terikat pd α 1-glikoprotein
 Tulang : logam berat ( Pb, radium )
 Cairan lambung : obat yg bersifat basa lemah
 Sal cerna : reservoir untuk obat dl sediaan lepas lambat
- Obat yg terakumulasi  dl keseimbangan dg obat dl plasma  akan dilepas waktu kadar
dl plasma turun  memperpanjang kerja obat
Sawar
- Adalah pertahanan spesifik pada jaringan tertentu sehingga sulit ditembus oleh mol obat
- Ada 2 sawar penting :
1. sawar darah-otak ( Blood Brain Barrier )
2. sawar uri : terdiri dari sel epitel vili dan sel endotel kapiler janin  semua obat oral yg
diterima ibu akan masuk ke dl sirkulasi janin  keseimbangan antara sirkulasi ibu dan
janin tercapai dl waktu 40 menit
BIOTRANSFORMASI
- Adalah perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim
- Molekul obat akan dirubah  lebih poler  lebih mudah larut air  lebih mudah
diekskresikan
- Perubahan aktifitas :
 obat menjadi tidak aktif  kerja obat berakhir
 obat tetap aktif, lebih aktif, lebih toksik
- Metabolit yg aktif :
 Langsung diekskresikan
 mengalami biotransformasi lebih lanjut  diekskresikan
 kerja obat berakhir
-
Reaksi :
1. Reaksi Fase I = Reaksi Non-sintetik
 berupa reaksi : oksidasi, reduksi, hidrolisa
 tidak perlu energi
 metabolit : tidak aktif, kurang aktif, lebih aktif
2. Reaksi Fase II = Reaksi sintetik
 konjugasi obat atau metabolit hasil reaksi fase 1 dengan substrat endogen (
asam glukuronat, asam sulfat, asam asetat, asam amino )
 metabolit tidak aktif
 metabolit lebih poler  mudah larut air  mudah diekskresi
 perlu energi
EKSKRESI
- Obat diekskresi dalam bentuk molekul asal atau metabolit
- Jalur ekskresi :
 Ginjal  yang terpenting
 ekskresi melalui ginjal akan menurun bila terjadi gangguan fungsi
ginjal  dosis obat harus diturunkan atau interval diperpanjang
 Empedu  usus  feses atau dari empedu  siklus enterohepatik 
metabolisme kembali  ginjal
 Jalur lain ; saliva, ASI, air mata, rambut  sangat kecil
FARMAKODINAMIKA
- Mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat dan mekanisme kerjanya
Mekanisme Kerja Obat
- Efek obat timbul karena terjadi interaksi antara obat dengan reseptor pada sel  timbul
perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons yang khas bagi suatu obat
O + R
-
OR
Efek
Semakin baik ikatan O-R  aktifitas semakin baik
Reseptor :
 Berupa komponen makromolekul fungsional ( protein ; komponen paling penting )
 enzim atau gugus fungsional sel
 Ada sekelompok reseptor tertentu yang selain berperan sebagai re septor obat, juga
berperan sebagai resepor bagi ligan endogen ( hormon, neurotransmitor )
 substansi yang efeknya menyerupai efek senyawa endogen  efek agonis
 substansi yang tidak mempunyai aktifitas intrinsik, tetapi menghambat secara
kompetitif efek agonis di tempat ikatan agonis  efek antagonis
Reseptor Obat
-
Sifat kimia
 komponen yang paling penting : protein
 Asam nukleat : reseptor untuk obat sitostatika
-
Hubungan Struktur dan Aktifitas
 Struktur kimia obat menentukan sifat-2 farmakologinya : afinitas obat terhadap
reseptor dan aktifitas intrinsiknya
 Perubahan struktur  perubahan sifat farmakologi
Interaksi Obat – Reseptor
 Ikatan antara obat dengan reseptor  ikatan lemah / non-kovalen
 Hubungan antara dosis dengan intensitas efek
 Intensitas efek berbanding lurus dengan jumlah reseptor yang diikat oleh obat,
dan efek akan maksimal bila seluruh resepor diikat oleh obat
 Hubungan antara dosis obat dengan besarnya efek  kurva dosis-intensitas efek (
Dose – effect curve = DEC )  bentuk hiperbola  diambil bentuk log dosis  kurva
berbentuk sigmoid  lebih mudah membandingkan DEC
 Variabel hubungan dosis – intensitas efek
Ada 4 variabel : potensi, efek maksimal, kecuraman ( slope ) dan variasi biologik.
1. Potensi : menunjukkan rentang dosis yang menimbulkan efek, besarnya ditentukan
oleh :
a.
kadar obat yang mencapai reseptor
b. afinitas obat terhadap reseptor
2. Efek maksimal : respons maksimal yang ditimbulkan oleh obat bila diberikan pada
dosis yang tinggi  pada penggunaan klinik , dosis dibatasi oleh timbulnya efek
samping
3. Kecuraman : menunjukkan batas keamanan obat
4. Variasi biologik : variasi antar individu dalam besarnya respons terhadap dosis yang
sama dari suatu obat.
 bisa berlaku untuk satu orang pada satu waktu
 bisa merupakan nilai rata-2 dari populasi
Kerja obat yang tidak diperantarai reseptor
Ada beberapa jenis obat yang untuk bisa menimbulkan efek, tidak perlu berikatan dengan
reseptor.
Kerja obat ini mungkin dengan cara :
1. Mengubah sifat cairan tubuh :
 Perubahan sifat osmotik
Mis : diuretik osmotik ( urea , manitol )  meningkatkan osmolaritas filtrat
glomerulus  mengurangi reabsorpsi air pada tubuli  efek diuretik
 Perubahan sifat asam-basa
Mis : antasid  menetralkan asam lambung
2. Berinteraksi dengan molekul kecil atau ion :
 Mis : Ca Na EDTA ( chelating agent ) akan mengikat Pb menjadi kelat yang tidak
aktif  pada keracunan Pb
3. Masuk ke dalam komponen sel dan kemudian bertindak sebagai antimetabolit.
 obat yang merupakan analog purin atau pirimidin dapat masuk ke dalam asam
nukleat  fungsi terganggu , mis : 6-merkaptopurin, flusitosin, antikanker
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RESPONS PENDERITA TERHADAP OBAT
DOSIS YANG DIBERIKAN
( RESEP )
-
Kepatuhan penderita
Kesalahan medikasi
DOSIS YANG DIMINUM
Faktor-2 Farmakokinetik
KADAR OBAT DI
TEMPAT KERJA
-
Kondisi fisiologik
Kondisi patologik
Faktor genetic
Interaksi obat
Toleransi
Faktor-2 Farmakodinamik
INTENSITAS EFEK FARMAKOLOGIK
( RESPONS PENDERITA )
KONDISI FISIOLOGIK
1. Anak
Pada neonatus dan bayi terdapat perbedaan respons yang disebabkan karena berbagai
fungsi farmakokinetik dan farmakodinamik yang belum sempurna :
a. Absorpsi :
 produksi asam lambung masih sedikit  pH lambung >
 peristaltik lambat  laju absorpsi lambat  O.o.a lambat
 metabolisme lintas pertama kurang
b. Distribusi :
 kapasitas ikatan protein plasma rendah
 sawar darah otak dan sawar kulit belum sempurna
 ada jaringan yang sedang tumbuh yang peka terhadap obat-2 tertentu
c. Biotransformasi : terutama glukuronidasi dan hidroksilasi belum sempurna
d. Ekskresi : fungsi ekskresi ginjal lebih rendah
Harus diperhatikan pada penggunaan obat :
a. Sulfonamid, salisilat, vit K sintetik ( K3 ) : kernikterus karena
 obat mendesak ikatan antara bilirubin dengan protein plasma
 kapasitas ikatan protein plasma masih rendah
 glukuronidasi bilirubin oleh hepar turun
 sawar darah otak belum sempurna
b. Heksaklorofen : neorutoksisitas karena sawar kulit belum sempurna
c. Kloramfenikol : sindrom bayi abu-2 , karena :
 glukuronidasi oleh hepar rendah
 filtrasi obat utuh oleh ginjal rendah
 kadar obat dalam jaringan tinggi
d. Aminoglikosida : intoksikasi karena filtrasi glomerulus rendah
e. Morfin, barbiturat IV : depresi pernafasan karena sawar darah – otak belum sempurna
f. Tetrasiklin : perubahan warna gigi yang permanen
2. Usia lanjut
Faktor-2 yang menyebabkan terjadinya perubahan respons obat :
a. Absorpsi : diperlambat karena aliran darah ke GIT dan motilitas berkurang  absorpsi
diperlambat  mula kerja obat tertunda
b. Distribusi :
 cairan tubuh berkurang  kadar obat dalam darah dan jaringan >>
 rasio lemak terhadap air >>  obat yg larut lemak dapat terakumulasi
 jumlah albumin berkurang  jumlah obat bebas >>
c. Biotransformasi :
 penurunan produksi enzim
 penurunan aliran darah hati
 penurunan fungsi hati total
 penurunan metabolisme  waktu paruh diperpanjang
d. Ekskresi : penurunan aliran darah ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerulus ( 4050% ) penurunan ekskresi
e. Perubahan farmakodinamik : peningkatan sensitivitas reseptor , terutama reseptor di
otak
f. Adanya berbagai penyakit  penggunaan banyak jenis obat  kemungkinan interaksi
>>
Yang perlu diperhatikan pada pemberian obat pada usila :
a. Berikan obat hanya dengan indikasi yang paling tepat
b. Pilih obat yang paling menguntungkan dan tidak berinteraksi
c. Mulai dengan dosis separuh lebih sedikit daripada dosis dewasa muda
d. Berikan regimen dosis yang sederhana ( 1x sehari ) dan sediaan yang mudah ditelan
e. Periksa secara berkala obat yang dikonsumsi penderita, hentikan obat yang tidak
diperlukan lagi
Perubahan respons obat yang sering terjadi :
a. Digoksin : intoksikasi, karena berat badan turun, filtrasi glomerulus turun, gangguan
elektrolit dan penyakit kardiovaskuler yang lanjut
b. Tiazid, furosemid : hipotensi, hipokalemia, hipovolemia, hiperglikemia, hiperurikemia
karena bert badan turun, fungsi ginjal turun, meknisme homeostatik kardiovaskuler
turun.
c. Barbiturat : gelisah sampai psikosis karena sensitivitas otak meningkat dan
metabolisme hepar turun
d. Diazepam, nitrazepam, flurazepam : depresi SSP meningkat karena meningkatnya
sensitivitas otak dan metabolisme menurun
Ketidakpatuhan pada usila menimbulkan masalah khusus , sebab-2 :
a. menurunnya daya ingat
b. Berkurangnya mobilitas dan keluwesan gerak
c. Gangguan penglihatan dan pendengaran
d. Efek samping merugikan dari obat
e. Tidak mengerti tujuan penggunaan obat
KONDISI PATOLOGIK
1. Penyakit saluran cerna
- mengurangi kecepatan dan / atau jumlah obat yang diabsorpsi p.o, melalui :
 perlambatan pengosongan lambung
 percepatan waktu transit dalam sal cerna
 malabsorpsi
 dan/ atau metabolisme dalam sal cerna
-
Prinsip pemberian obat :
 hindarkan obat yang bersifat iritan pada keadaan stasis / hipomotilitas sal cerna
 hindarkan sediaan lepas lambat dan sediaan salut enterik pada keadaan hiper
atau hipomotilitas
 dosis disesuaikan berdasarkan respons klinik
2. Penyakit kardiovaskuler
- Dapat mengurangi distribusi obat dan aliran darah ke hepar dan ginjal  kadar obat
dalam darah >>
- Prinsip pemberian obat :
 turunkan dosis awal dan penunjang
 sesuaikan dosis berdasarkan respons klinik
3. Penyakit hepar
Terutama pada penyakit hati yang parah , karena hati mempunyai kapasitas cadangan yang
besar
- Mengurangi metabolisme dan sintesa protein plasma  kadar obat bebas dalam
plasma >>
- Meningkatkan sensitivitas reseptor di otak terhadap obat-2 : depresan ( sedatifhipnotik, analgesik narkotik ), diuretik yang menimbulkan hipokalemia, dan obat yang
dapat menimbulkan konstipasi.
 pencetus ensefalopati hepatik
- Berkurangnya sintesa faktor pembekuan darah  respons terhadap antikoagulan >>
-
Obat-obat yang dapat menyebabkan retensi cairan ( antiinflamasi non-steroid,
kortikosteroid, kortikotropin ) memperburuk udem dan asites.
Obat-2 hepatotoksik yang berhubungan dengan dosis, sudah akan menyebabkan
toksisitas pada hepar pada dosis rendah
Prinsip pemberian obat :
 Pilih obat yang ekskresi utama melalui ginjal
 Hindarkan penggunaan obat-2 depresi
4. Penyakit ginjal
- mengurangi ekskresi melalui ginjal
- Mengurangi kadar protein plasma atau mengurangi ikatan protein plasma ( ureum dan
FFA dalam darah >> ), akibatnya :
 kadar obat bebas dalam darah >>
 terjadi perubahan keseimbangan elektrolit dan asam basa
 meningkatkan sensitifitas atau respons jaringan terhadap obat-2 tertentu
 mengurangi atau menghilangkan efektifitas beberapa jenis obat
- Prinsip pemberian obat :
 Pilih obat yang eliminasinya terutama melalui hati
 Hindarkan penggunaan tetrasiklin, diuretik merkuri, diuretik hemat kalium,
diuretik tiazid, antidiabetik oral dan aspirin
 Gunakan dosis lebih rendah dari normal, terutama untuk obat-2 yang eliminasi
utama melalui ginjal
FAKTOR GENETIK
- Farmakogenetik : cabang farmakologi yang mempelajari perubahan respons obat karena
pengaruh faktor genetik
- Perbedaan farmakokinetik dan farmakodinamik tergantung pada gen, yang disebabkan
oleh kekurangan, kelebihan atau polimorfisme enzim tertentu, yaitu pada pembentukan
isoenzim dengan aktifitas enzim yang berubah  terjadi sejak lahir
- Idiosinkrasi : hipersensitifitas bawaan terhadap senyawa tertentu
- Contoh : defisiensi enzim Glukosa-6-fosfat-dehidrogenase  pemberian obat-2
antimalaria, sulfonamid dan nitrofurantoin  anemia hemolitik ( orang negro, penduduk
L tengah, India )
FAKTOR LAIN
1. Interaksi obat
2. Toleransi  T. Farmakokinetik dan T. farmakodinamik
3. Pengaruh lingkungan :
Mis : kebiasaan merokok  mempercepat metabolisme obat-2 tertentu ( mis. Teofilin
)  respons penderita <<
EFEK SAMPING
-
Adalah efek selain efek utama suatu obat
Sifat :
1. Diinginkan atau tidak diinginkan
Mis : reserpin ( antihipertensi ) yg mempunyai efek samping sedasi, sehingga :
 penggunaan pada pasien dengan hipertensi karena faktor psikis  menguntung
 penggunaan pada pasien depresi  merugikan
2. Tidak merugikan atau parah
 Eritromisin  mual
 Bleomisin  fibrosis paru-2
3. Dapat diperkirakan sebelumnya atau tidak
 Asam mefenamat  agranulositosis
 Reaksi-2 alergi
4. Tergantung pada dosis atau tidak
Yang termasuk efek samping :
1. Efek toksik
 Tergantung pada dosis dan sifatnya spesifik pada masing-2 obat
 Penggunaan obat pada dosis besar  efek toksik pasti terjadi
 Kadang-2 bisa terjadi pada penggunaan obat dengan dosis terapi  variasi
biologik
 Efek toksik dapat berupa :
a. Gangguan pada GIT dan SSP
b. Kerusakan sel-2 parenkim hati dan ginjal
c. Perubahan pembentukan sel-2 darah
d. Mutagen, karsinogen
 Penyakit karena obat : suatu keadaan atau penyakit yang timbul setelah
penggunaan obat tertentu, yang tetap ada walaupun pemakaian obat telah
dihentikan
mis : Streptomisin  tuli
2. Reaksi alergi
- Adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan reaksi organisme terhadap senyawa
tertentu
- Sifat :
 tidak tergantung pada dosis
 tidak spesifik pada suatu senyawa
 terjadi karena ada reaksi antigen – antibodi
- Syarat : harus ada kontak pertama  sensibilisasi
- Faktor -2 yang mempercepat timbulnya alergi :
 Genetik
 Frekuensi pemakaian
 Cara pemakaian
- Jenis reaksi alegi :
 Jenis reaksi segera  anafilaktik
 Jenis reaksi lambat  reaksi tuberkulin
 Bentuk khusus  Sindrom Stevens – Johnson
3. Efek samping sekunder
Akibat yang tidak diinginkan dari kerja utama obat  penyakit lain
4. Efek samping pada kehamilan
Dapat berupa :
 kematian janin


teratogen
kerusakan lain : cacat pendengaran, anomali gigi, maskulinisasi fetus
perempuan.
5. Ketergantungan obat
Adalah suatu keadaan psikis dan fisik yang terjadi karena interaksi obat dengan
organisme, yang dikarakterisasi melalui reaksi perilaku, antara lain selalu terpaksa
menggunakan obat secara periodik atau berulang untuk mengalami efek psikisnya dan
untuk mencegah efek yang tidak enak karena kehilangan obat tsb
Tahap-2 :
 Habituasi ( pembentukan kebiasaan ) : kebutuhan untuk menggunakan obat
tertentu secara teratur untuk mencapai suatu keadaan euforia  sifat
ketergantungan : psikis
 Toleransi : setelah pemberian berulang suatu obat, maka dosis harus
ditingkatkan untuk mendapatkan efek yang sama  ketergantungan fisik
 Adiksi : ketergantungan psikis dan fisik
Download