FARMAKOLOGI Pengertian : ilmu yang mempelajari semua yang berhubungan dengan obat dan interaksinya dengan proses kehidupan pengertian sangat luas , mencakup : sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek , mekanisme kerja , ADME dan penggunaan. Sejarah : - Penggunaan obat untuk tujuan sosial,keagamaan atau pengobatan sudah dikenal sejak lama coba-coba pengetahuan turun-temurun pengetahuan empiris. Resep peninggalan orang Samaria ( 5000 th yg lalu ) menggunakan akar, biji-2an, kulit pohon,garam. Jamur antibiotik di China sudah digunakan sejak 2500 th BC obat bisul. Resep tidak masuk akal buta : mata babi, madu, antimon Masuk akal : orang Mesir mengobati rabun senja dengan hati sapi dipanggang digerus - Bahan alam aktivitasnya tidak seragam perkembangan ilmu-ilmu lain - Pertengahan abad 19 perkembangan obat sintetis Ilmu lain yg berkaitan dengan farmakologi : - Farmakognosi dan galenika - Farmasi - Farmakokinetika - Farmakodinamika - Farmakoterapi - Toksikologi Tujuan mempelajari : 1. Supaya dapat menggunakan obat secara rasional 2. Supaya mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit Obat : 1. 2. 3. 4. Semua senyawa kimia yang mempengaruhi jaringan biologi Semua substansi yang dapat mempengaruhi fungsi normal tubuh pada tingkat sel. WHO obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik atau psikis. KONAS : obat adalah bahan atau sediaan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit , gejala sakit, dan/atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi. Sifat-sifat ideal obat : 3 sifat utama : 1. Efektif, mempunyai efikasi 2. Aman 3. Selektif Sifat lain : 1. Kerjanya reversibel 2. 3. 4. 5. 6. 7. Efeknya dapat diramalkan Cara pemberian mudah, sederhana, hasil memuaskan Jumlah dosis per hari rendah Bebas dari interaksi dengan sesama obat Relatif stabil Harga murah Aplikasi Farmakologi : Beberapa hal yang perlu dipahami dalam pemberian obat, yaitu : 1. Obat yang benar 2. Pasien yang benar 3. Dosis yang benar 4. Cara pemberian yang benar 5. Waktu pemberian yang benar 6. Pencatatan dan pelaporan yang benar ( administrasi ) Dalam memberikan obat, pemberi obat mempunyai peran dalam : 1. Patient Care 2. Patient education Patient Care mencakup aspek : 1. Dosis dan cara pemberian obat 2. Meningkatkan efek terapetik 3. Memperkecil efek yang tidak dikehendaki 4. Memperkecil interaksi obat yang tidak dikehendaki 5. Identifikasi pasien dengan resiko tinggi 6. Dapat menanggulangi toksisitas obat Patient education adalah pemberian informasi kepada pasien berupa : 1. Nama obat dan kategori terapetiknya 2. Besarnya dosis 3. Waktu pemberian obat 4. Rute dan teknik pemberian obat 5. Respons terapetik yang diharapkan dan waktu respons mulai 6. Lama obat dapat digunakan dan penyimpanannya 7. Efek yang tidak diinginkan dan cara mengurangi efek tsb 8. Memperkecil interaksi sesama obat yang tidak diinginkan FARMAKOKINETIKA Adalah proses dimana obat mengalami absorpsi, pengikatan dan distribusi untuk sampai di tempat kerja dan timbul efek, kemudian dengan atau tanpa biotransformasi obat diekskresi dari tubuh berlangsung secara serentak. Depot jaringan Reseptor Terikat Bebas Terikat Bebas Sirkulasi Sistemik Absorpsi Obat Bebas Ekskresi Obat Terikat Metabolit Biotransformasi ABSORPSI DAN BIOAVAILABILITAS Absorpsi : proses penyerapan obat dari tempat pemberian, meliputi : kelengkapan kecepatan Metabolisme / eliminasi lintas pertama ( eliminasi prasistemik ) : metabolisme yg dialami oleh obat pada pemberian per oral, oleh enzim di dinding usus atau di hati, pada waktu obat pertama kali melalui organ-organ tsb dapat dihindari dengan pemberian secara parenteral, sublingual, rektal atau memberikan bersama makanan Bioavailabilitas : jumlah obat yang dinyatakan dalam persen ( % ) terhadap dosis yg dikonsumsi , yang dapat mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh atau aktif. tergantung pada : kelengkapan absorpsi, kecepatan absorpsi dan adanya eliminasi prasistemik Cara-cara pemberian obat : 1. Pemberian secara enteral a. Per oral - Keuntungan : mudah, aman, murah - - - - - Kerugian : banyak faktor yg mempengaruhi bioavailabilitasnya, iritasi sal cerna, perlu kerjasama dg pasien, efek timbul setelah beberapa saat, tidak bisa diberikan kepada penderita yg muntah, tidak sadar. Mekanisme absorpsi : difusi pasif transpor aktif utk obat-2 yg mempunyai struktur kimia mirip zat makanan ( levodopa, metildopa, 6- merkaptopurin, 5-fluorourasil ) Obat yg dapat diberikan per oral ada 2 bentuk : Cair absorpsi mudah Padat kecepatan absorpsi ditentukan oleh kecepatan disintegrasi dan disolusi Sediaan padat selain berupa sediaan biasa, ada yg berupa : Sediaan lepas lambat ( sustained release ) : sediaan yg sengaja dibuat dg waktu disolusi lebih lama masa absorpsi lebih panjang obat dapat diberikan dengan interval waktu lebih lama Sediaan salut enterik ( enteric coated ) : obat yg sengaja dibuat untuk tidak mengalami disintegrasi dalam lambung, karena rusak oleh asam lambung atau menyebabkan iritasi lambung Faktor-faktor yg dapat mempengaruhi bioavailabilitas : Faktor obat : Sifat fisiko-kimia obat : stabilitas obat terhadap pH lambung , enzim pencernaan dan flora usus menentukan jumlah obat yg diabs kelarutan obat, ukuran mol, kelarutan dl lemak menentukan kecepatan abs stabilitas thd enzim dk dinding sal cerna dan hati menentukan jumlah obat bebas yg mencapai sirkulasi Formulasi obat : keadaan fisik obat, adanya zat pengisi menentukan kecepatan disintegrasi dan disolusi Faktor penderita : pH sal cerna, motilitas sal cerna dll Interaksi dalam sal cerna : adanya makanan dll b. Sublingual : tidak mengalami metabolisme lintas pertama c. Per rektal : keuntungan : dapat dipergunakan untuk penderita yg muntah, tidak sadar, pasca bedah dan metabolisme lintas pertama kecil kerugian : iritasi mukosa rektum, absorpsi tidak lengkap dan tidak teratur. 2. Pemberian secara parenteral ( injeksi, suntik ) - keuntungan : efek timbul cepat dan teratur dapat diberikan pada penderita yg muntah, tidak sadar atau tidak kooperatif sangat berguna dalam keadaan darurat - kerugian : butuh cara asepsis bahaya penularan penyakit : hepatitis sukar dilakukan sendiri oleh penderita tidak ekonomis menimbulkan rasa nyeri lebih berbahaya dari pada per oral 3. Pemberian melalui paru-paru ( inhalasi ) - hanya untuk obat yg berbentuk gas atau cairan mudah menguap dan obat dan obat yg dapat diberikan dalam bentuk aerosol - absorpsi terjadi melalui epitel paru-2 dan mukosa sal nafas - keuntungan : absorpsi cepat karena permukaan absorpsi luas terhindar dari eliminasi lintas pertama pada penyakit paru ( asma bronkial ) obat langsung bekerja pada bronkus - kerugian : perlu alat dan metode khusus sulit dikerjakan dosis sukar diatur iritasi paru-2 4. Pemberian secara topikal a. Pada kulit - epidermis merupakan sawar yg baik dan dermis merupakan lapisan yg permeabel - ada beberapa senyawa kimia yg bisa menembus kulit utuh - jumlah obat yg diserap tergantung pada luas permukaan kulit yg terpajan dan kelarutan obat dalam lemak - hal-2 yg dapat meningkatkan absorpsi obat : inflamasi dan keadaan lain yg meningkatkan aliran darah kulit membuat suspensi obat dalam lemak menggosokkan di atas kulit memakai penutup di atas kulit b. - Pada mata untuk mendapat efek lokal pada mata absorpsi melalui kornea dan akan lebih cepat bila kornea infeksi atau trauma dapat menimbulkan efek sistemik yg tidak diinginkan absorpsi melalui sal nasolakrimalis mis : beta blocker untuk glaukoma dapat menimbulkan efek toksik sistemik DISTRIBUSI - Adalah proses penyebaran obat melalui sirkulasi darah ke seluruh tubuh Tergantung pada : aliran darah sifat fisiko-kimia obat - Distribusi dibedakan atas 2 fase : - a. distribusi fase pertama terjadi segera setelah absorpsi, yaitu ke organ yg perfusinya sangat baik : jantung, hati, ginjal dan otak b. distribusi fase ke dua : lebih luas, mencakup jaringan yg perfusinya kurang baik , mis otot, visera, kulit dan jaringan lemak. Difusi ke ruang interstisiel jaringan cepat , karena celah antarsel endotel cukup besar Distribusi dipengaruhi oleh : kelarutan obat dalam lemak : Obat yg larut lemak melintasi membran sel distribusi di dl sel Obat yg tidak larut lemak distribusi terutama dl cairan ekstrasel ikatan obat pada protein plasma : hanya obat bebas yg dapat berdifusi derajat ikatan ditentukan oleh afinitas obat thd protein , kadar obat dan kadar protein plasma Akumulasi - Obat dapat terakumulasi dalam sel jaringan dengan mekanisme : adanya transport aktif ikatan dg komponen intrasel : protein, fosfolipid, nukleoprotein kelarutan di dalam lemak - Contoh jaringan yg bisa menjadi tempat akumulasi : hati : penggunaan kuinakrin kronik Jaringan lemak : obat yg larut lemak ( mis: tiopental ) Protein plasma : obat yg bersifat asam terikat pd albumin obat yg bersifat basa terikat pd α 1-glikoprotein Tulang : logam berat ( Pb, radium ) Cairan lambung : obat yg bersifat basa lemah Sal cerna : reservoir untuk obat dl sediaan lepas lambat - Obat yg terakumulasi dl keseimbangan dg obat dl plasma akan dilepas waktu kadar dl plasma turun memperpanjang kerja obat Sawar - Adalah pertahanan spesifik pada jaringan tertentu sehingga sulit ditembus oleh mol obat - Ada 2 sawar penting : 1. sawar darah-otak ( Blood Brain Barrier ) 2. sawar uri : terdiri dari sel epitel vili dan sel endotel kapiler janin semua obat oral yg diterima ibu akan masuk ke dl sirkulasi janin keseimbangan antara sirkulasi ibu dan janin tercapai dl waktu 40 menit BIOTRANSFORMASI - Adalah perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim - Molekul obat akan dirubah lebih poler lebih mudah larut air lebih mudah diekskresikan - Perubahan aktifitas : obat menjadi tidak aktif kerja obat berakhir obat tetap aktif, lebih aktif, lebih toksik - Metabolit yg aktif : Langsung diekskresikan mengalami biotransformasi lebih lanjut diekskresikan kerja obat berakhir - Reaksi : 1. Reaksi Fase I = Reaksi Non-sintetik berupa reaksi : oksidasi, reduksi, hidrolisa tidak perlu energi metabolit : tidak aktif, kurang aktif, lebih aktif 2. Reaksi Fase II = Reaksi sintetik konjugasi obat atau metabolit hasil reaksi fase 1 dengan substrat endogen ( asam glukuronat, asam sulfat, asam asetat, asam amino ) metabolit tidak aktif metabolit lebih poler mudah larut air mudah diekskresi perlu energi EKSKRESI - Obat diekskresi dalam bentuk molekul asal atau metabolit - Jalur ekskresi : Ginjal yang terpenting ekskresi melalui ginjal akan menurun bila terjadi gangguan fungsi ginjal dosis obat harus diturunkan atau interval diperpanjang Empedu usus feses atau dari empedu siklus enterohepatik metabolisme kembali ginjal Jalur lain ; saliva, ASI, air mata, rambut sangat kecil FARMAKODINAMIKA - Mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat dan mekanisme kerjanya Mekanisme Kerja Obat - Efek obat timbul karena terjadi interaksi antara obat dengan reseptor pada sel timbul perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons yang khas bagi suatu obat O + R - OR Efek Semakin baik ikatan O-R aktifitas semakin baik Reseptor : Berupa komponen makromolekul fungsional ( protein ; komponen paling penting ) enzim atau gugus fungsional sel Ada sekelompok reseptor tertentu yang selain berperan sebagai re septor obat, juga berperan sebagai resepor bagi ligan endogen ( hormon, neurotransmitor ) substansi yang efeknya menyerupai efek senyawa endogen efek agonis substansi yang tidak mempunyai aktifitas intrinsik, tetapi menghambat secara kompetitif efek agonis di tempat ikatan agonis efek antagonis Reseptor Obat - Sifat kimia komponen yang paling penting : protein Asam nukleat : reseptor untuk obat sitostatika - Hubungan Struktur dan Aktifitas Struktur kimia obat menentukan sifat-2 farmakologinya : afinitas obat terhadap reseptor dan aktifitas intrinsiknya Perubahan struktur perubahan sifat farmakologi Interaksi Obat – Reseptor Ikatan antara obat dengan reseptor ikatan lemah / non-kovalen Hubungan antara dosis dengan intensitas efek Intensitas efek berbanding lurus dengan jumlah reseptor yang diikat oleh obat, dan efek akan maksimal bila seluruh resepor diikat oleh obat Hubungan antara dosis obat dengan besarnya efek kurva dosis-intensitas efek ( Dose – effect curve = DEC ) bentuk hiperbola diambil bentuk log dosis kurva berbentuk sigmoid lebih mudah membandingkan DEC Variabel hubungan dosis – intensitas efek Ada 4 variabel : potensi, efek maksimal, kecuraman ( slope ) dan variasi biologik. 1. Potensi : menunjukkan rentang dosis yang menimbulkan efek, besarnya ditentukan oleh : a. kadar obat yang mencapai reseptor b. afinitas obat terhadap reseptor 2. Efek maksimal : respons maksimal yang ditimbulkan oleh obat bila diberikan pada dosis yang tinggi pada penggunaan klinik , dosis dibatasi oleh timbulnya efek samping 3. Kecuraman : menunjukkan batas keamanan obat 4. Variasi biologik : variasi antar individu dalam besarnya respons terhadap dosis yang sama dari suatu obat. bisa berlaku untuk satu orang pada satu waktu bisa merupakan nilai rata-2 dari populasi Kerja obat yang tidak diperantarai reseptor Ada beberapa jenis obat yang untuk bisa menimbulkan efek, tidak perlu berikatan dengan reseptor. Kerja obat ini mungkin dengan cara : 1. Mengubah sifat cairan tubuh : Perubahan sifat osmotik Mis : diuretik osmotik ( urea , manitol ) meningkatkan osmolaritas filtrat glomerulus mengurangi reabsorpsi air pada tubuli efek diuretik Perubahan sifat asam-basa Mis : antasid menetralkan asam lambung 2. Berinteraksi dengan molekul kecil atau ion : Mis : Ca Na EDTA ( chelating agent ) akan mengikat Pb menjadi kelat yang tidak aktif pada keracunan Pb 3. Masuk ke dalam komponen sel dan kemudian bertindak sebagai antimetabolit. obat yang merupakan analog purin atau pirimidin dapat masuk ke dalam asam nukleat fungsi terganggu , mis : 6-merkaptopurin, flusitosin, antikanker FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPONS PENDERITA TERHADAP OBAT DOSIS YANG DIBERIKAN ( RESEP ) - Kepatuhan penderita Kesalahan medikasi DOSIS YANG DIMINUM Faktor-2 Farmakokinetik KADAR OBAT DI TEMPAT KERJA - Kondisi fisiologik Kondisi patologik Faktor genetic Interaksi obat Toleransi Faktor-2 Farmakodinamik INTENSITAS EFEK FARMAKOLOGIK ( RESPONS PENDERITA ) KONDISI FISIOLOGIK 1. Anak Pada neonatus dan bayi terdapat perbedaan respons yang disebabkan karena berbagai fungsi farmakokinetik dan farmakodinamik yang belum sempurna : a. Absorpsi : produksi asam lambung masih sedikit pH lambung > peristaltik lambat laju absorpsi lambat O.o.a lambat metabolisme lintas pertama kurang b. Distribusi : kapasitas ikatan protein plasma rendah sawar darah otak dan sawar kulit belum sempurna ada jaringan yang sedang tumbuh yang peka terhadap obat-2 tertentu c. Biotransformasi : terutama glukuronidasi dan hidroksilasi belum sempurna d. Ekskresi : fungsi ekskresi ginjal lebih rendah Harus diperhatikan pada penggunaan obat : a. Sulfonamid, salisilat, vit K sintetik ( K3 ) : kernikterus karena obat mendesak ikatan antara bilirubin dengan protein plasma kapasitas ikatan protein plasma masih rendah glukuronidasi bilirubin oleh hepar turun sawar darah otak belum sempurna b. Heksaklorofen : neorutoksisitas karena sawar kulit belum sempurna c. Kloramfenikol : sindrom bayi abu-2 , karena : glukuronidasi oleh hepar rendah filtrasi obat utuh oleh ginjal rendah kadar obat dalam jaringan tinggi d. Aminoglikosida : intoksikasi karena filtrasi glomerulus rendah e. Morfin, barbiturat IV : depresi pernafasan karena sawar darah – otak belum sempurna f. Tetrasiklin : perubahan warna gigi yang permanen 2. Usia lanjut Faktor-2 yang menyebabkan terjadinya perubahan respons obat : a. Absorpsi : diperlambat karena aliran darah ke GIT dan motilitas berkurang absorpsi diperlambat mula kerja obat tertunda b. Distribusi : cairan tubuh berkurang kadar obat dalam darah dan jaringan >> rasio lemak terhadap air >> obat yg larut lemak dapat terakumulasi jumlah albumin berkurang jumlah obat bebas >> c. Biotransformasi : penurunan produksi enzim penurunan aliran darah hati penurunan fungsi hati total penurunan metabolisme waktu paruh diperpanjang d. Ekskresi : penurunan aliran darah ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerulus ( 4050% ) penurunan ekskresi e. Perubahan farmakodinamik : peningkatan sensitivitas reseptor , terutama reseptor di otak f. Adanya berbagai penyakit penggunaan banyak jenis obat kemungkinan interaksi >> Yang perlu diperhatikan pada pemberian obat pada usila : a. Berikan obat hanya dengan indikasi yang paling tepat b. Pilih obat yang paling menguntungkan dan tidak berinteraksi c. Mulai dengan dosis separuh lebih sedikit daripada dosis dewasa muda d. Berikan regimen dosis yang sederhana ( 1x sehari ) dan sediaan yang mudah ditelan e. Periksa secara berkala obat yang dikonsumsi penderita, hentikan obat yang tidak diperlukan lagi Perubahan respons obat yang sering terjadi : a. Digoksin : intoksikasi, karena berat badan turun, filtrasi glomerulus turun, gangguan elektrolit dan penyakit kardiovaskuler yang lanjut b. Tiazid, furosemid : hipotensi, hipokalemia, hipovolemia, hiperglikemia, hiperurikemia karena bert badan turun, fungsi ginjal turun, meknisme homeostatik kardiovaskuler turun. c. Barbiturat : gelisah sampai psikosis karena sensitivitas otak meningkat dan metabolisme hepar turun d. Diazepam, nitrazepam, flurazepam : depresi SSP meningkat karena meningkatnya sensitivitas otak dan metabolisme menurun Ketidakpatuhan pada usila menimbulkan masalah khusus , sebab-2 : a. menurunnya daya ingat b. Berkurangnya mobilitas dan keluwesan gerak c. Gangguan penglihatan dan pendengaran d. Efek samping merugikan dari obat e. Tidak mengerti tujuan penggunaan obat KONDISI PATOLOGIK 1. Penyakit saluran cerna - mengurangi kecepatan dan / atau jumlah obat yang diabsorpsi p.o, melalui : perlambatan pengosongan lambung percepatan waktu transit dalam sal cerna malabsorpsi dan/ atau metabolisme dalam sal cerna - Prinsip pemberian obat : hindarkan obat yang bersifat iritan pada keadaan stasis / hipomotilitas sal cerna hindarkan sediaan lepas lambat dan sediaan salut enterik pada keadaan hiper atau hipomotilitas dosis disesuaikan berdasarkan respons klinik 2. Penyakit kardiovaskuler - Dapat mengurangi distribusi obat dan aliran darah ke hepar dan ginjal kadar obat dalam darah >> - Prinsip pemberian obat : turunkan dosis awal dan penunjang sesuaikan dosis berdasarkan respons klinik 3. Penyakit hepar Terutama pada penyakit hati yang parah , karena hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar - Mengurangi metabolisme dan sintesa protein plasma kadar obat bebas dalam plasma >> - Meningkatkan sensitivitas reseptor di otak terhadap obat-2 : depresan ( sedatifhipnotik, analgesik narkotik ), diuretik yang menimbulkan hipokalemia, dan obat yang dapat menimbulkan konstipasi. pencetus ensefalopati hepatik - Berkurangnya sintesa faktor pembekuan darah respons terhadap antikoagulan >> - Obat-obat yang dapat menyebabkan retensi cairan ( antiinflamasi non-steroid, kortikosteroid, kortikotropin ) memperburuk udem dan asites. Obat-2 hepatotoksik yang berhubungan dengan dosis, sudah akan menyebabkan toksisitas pada hepar pada dosis rendah Prinsip pemberian obat : Pilih obat yang ekskresi utama melalui ginjal Hindarkan penggunaan obat-2 depresi 4. Penyakit ginjal - mengurangi ekskresi melalui ginjal - Mengurangi kadar protein plasma atau mengurangi ikatan protein plasma ( ureum dan FFA dalam darah >> ), akibatnya : kadar obat bebas dalam darah >> terjadi perubahan keseimbangan elektrolit dan asam basa meningkatkan sensitifitas atau respons jaringan terhadap obat-2 tertentu mengurangi atau menghilangkan efektifitas beberapa jenis obat - Prinsip pemberian obat : Pilih obat yang eliminasinya terutama melalui hati Hindarkan penggunaan tetrasiklin, diuretik merkuri, diuretik hemat kalium, diuretik tiazid, antidiabetik oral dan aspirin Gunakan dosis lebih rendah dari normal, terutama untuk obat-2 yang eliminasi utama melalui ginjal FAKTOR GENETIK - Farmakogenetik : cabang farmakologi yang mempelajari perubahan respons obat karena pengaruh faktor genetik - Perbedaan farmakokinetik dan farmakodinamik tergantung pada gen, yang disebabkan oleh kekurangan, kelebihan atau polimorfisme enzim tertentu, yaitu pada pembentukan isoenzim dengan aktifitas enzim yang berubah terjadi sejak lahir - Idiosinkrasi : hipersensitifitas bawaan terhadap senyawa tertentu - Contoh : defisiensi enzim Glukosa-6-fosfat-dehidrogenase pemberian obat-2 antimalaria, sulfonamid dan nitrofurantoin anemia hemolitik ( orang negro, penduduk L tengah, India ) FAKTOR LAIN 1. Interaksi obat 2. Toleransi T. Farmakokinetik dan T. farmakodinamik 3. Pengaruh lingkungan : Mis : kebiasaan merokok mempercepat metabolisme obat-2 tertentu ( mis. Teofilin ) respons penderita << EFEK SAMPING - Adalah efek selain efek utama suatu obat Sifat : 1. Diinginkan atau tidak diinginkan Mis : reserpin ( antihipertensi ) yg mempunyai efek samping sedasi, sehingga : penggunaan pada pasien dengan hipertensi karena faktor psikis menguntung penggunaan pada pasien depresi merugikan 2. Tidak merugikan atau parah Eritromisin mual Bleomisin fibrosis paru-2 3. Dapat diperkirakan sebelumnya atau tidak Asam mefenamat agranulositosis Reaksi-2 alergi 4. Tergantung pada dosis atau tidak Yang termasuk efek samping : 1. Efek toksik Tergantung pada dosis dan sifatnya spesifik pada masing-2 obat Penggunaan obat pada dosis besar efek toksik pasti terjadi Kadang-2 bisa terjadi pada penggunaan obat dengan dosis terapi variasi biologik Efek toksik dapat berupa : a. Gangguan pada GIT dan SSP b. Kerusakan sel-2 parenkim hati dan ginjal c. Perubahan pembentukan sel-2 darah d. Mutagen, karsinogen Penyakit karena obat : suatu keadaan atau penyakit yang timbul setelah penggunaan obat tertentu, yang tetap ada walaupun pemakaian obat telah dihentikan mis : Streptomisin tuli 2. Reaksi alergi - Adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan reaksi organisme terhadap senyawa tertentu - Sifat : tidak tergantung pada dosis tidak spesifik pada suatu senyawa terjadi karena ada reaksi antigen – antibodi - Syarat : harus ada kontak pertama sensibilisasi - Faktor -2 yang mempercepat timbulnya alergi : Genetik Frekuensi pemakaian Cara pemakaian - Jenis reaksi alegi : Jenis reaksi segera anafilaktik Jenis reaksi lambat reaksi tuberkulin Bentuk khusus Sindrom Stevens – Johnson 3. Efek samping sekunder Akibat yang tidak diinginkan dari kerja utama obat penyakit lain 4. Efek samping pada kehamilan Dapat berupa : kematian janin teratogen kerusakan lain : cacat pendengaran, anomali gigi, maskulinisasi fetus perempuan. 5. Ketergantungan obat Adalah suatu keadaan psikis dan fisik yang terjadi karena interaksi obat dengan organisme, yang dikarakterisasi melalui reaksi perilaku, antara lain selalu terpaksa menggunakan obat secara periodik atau berulang untuk mengalami efek psikisnya dan untuk mencegah efek yang tidak enak karena kehilangan obat tsb Tahap-2 : Habituasi ( pembentukan kebiasaan ) : kebutuhan untuk menggunakan obat tertentu secara teratur untuk mencapai suatu keadaan euforia sifat ketergantungan : psikis Toleransi : setelah pemberian berulang suatu obat, maka dosis harus ditingkatkan untuk mendapatkan efek yang sama ketergantungan fisik Adiksi : ketergantungan psikis dan fisik