PENGARUH EKSTRAK BIJI ANGGUR (Vitis vinifera) TERHADAP MORFOLOGI DAN PROLIFERASI PIG KIDNEY (PK) CELL LINE Andhista Pramiswari1, Dwi Listyorini2, Abdul Gofur2 1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No.5, Malang, Indonesia [email protected] Abstrak: Buah anggur merupakan buah yang kaya senyawa fenolik, yang diperkirakan sekitar 60 hingga 70% terdapat pada biji anggur. Ekstrak biji anggur menunjukkan efek penghambatan pada pertumbuhan sel kanker. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh ekstrak biji anggur terhadap sel normal. Sel PK normal diberi ekstrak sebanyak 0, 25, 50, dan 100 µg/ml diinkubasi selama 24 atau 48 jam. Parameter yang diamati adalah morfologi sel PK berupa bentuk dan ukuran sel, serta proliferasi sel PK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji anggur sebanyak 0, 25, 50, dan 100 µg/ml memperbesar sel setelah inkubasi selama 24 jam namun tidak menjadi lebih besar lagi setelah inkubasi selama 48 jam. Ekstrak biji anggur sebanyak 0, 25, 50, dan 100 µg/ml meningkatkan proliferasi sel dibandingkan kontrol setelah inkubasi selama 24 jam dan 48 jam, namun semakin tinggi dosis ekstrak yang diberikan terhadap sel, dapat menurunkan proliferasi sel. Hal tersebut menunjukkan bahwa biji anggur bersifat toksik pada sel normal. Kata Kunci: ekstrak biji anggur, morfologi PK Cell Line, proliferasi PK Cell Line Seribu spesies anggur terbagi menjadi dua subgenus, yaitu Euvitis dan Muscadinia. Kebanyakan spesies yang diketahui berasal dari subgenus Euviti. Terdapat jenis anggur Eropa dan Amerika Selatan, yang kebanyakan sulit dibedakan sehingga lebih mudah dikatakan jenis anggur terbagi menjadi anggur merah, anggur hitam (biru kehitaman), dan anggur putih (Tarmizi, 2010). Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang sebagian besar terdapat pada anggur, yaitu sekitar 65 hingga 76%. Diperkirakan sekitar 60 hingga 70% senyawa polifenol terdapat pada biji anggur. Antioksidan buah anggur menunjukkan efek penghambatan pada pertumbuhan sel kanker. GSPs menunjukkan induksi apoptosis pada sel kanker paru-paru (Zhou & Raffoul, 2012). Penelitian mengenai aktivitas senyawa fenolik ekstrak biji anggur terhadap sel kanker memberikan efek penghambatan proliferasi sel sehingga ekstrak biji anggur dapat digunakan sebagai pengobatan terhadap penderita kanker. Adanya manfaat dari pemberian ekstrak biji anggur tersebut menjadikan landasan penelitian untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan ekstrak biji anggur terhadap sel normal selama berlangsungnya pengobatan pada sel kanker. METODE Peneltian ini dilakukan di Laboratorium Tissue Culture bagian Peningkatan Mutu dan Pengembangan Produk (PMPP) Pusat Veterinaria Farma (Pusvetma) Surabaya. Penelitian ini menggunakan Pig Kidney (PK) cell line yang diperoleh dari 1 2 Pusat Veterinaria Farma (Pusvetma), Surabaya. Biji anggur yang digunakan sebagai ekstrak didapatkan dari buah anggur biru kehitaman yang dibeli di Pasar Besar, Malang. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. Dipilih jenis penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji anggur (Vitis vinifera) terhadap morfologi sel dan proliferasi cell line Pig Kidney (PK). Prosedur penelitian yang dilaksanakan sebagai berikut. Pembuatan Ekstrak Biji Anggur Membersihkan kemudian mencuci biji anggur di bawah air mengalir hingga bersih. Menghaluskan biji anggur menggunakan mortal dan pistil. Menimbang kemudian mencampur dengan methanol hingga didapatkan 30 mg/ml. Membuat stok ekstrak dengan mencampurkan 30 mg/ml pengenceran methanol dengan 1 ml ethanol 70% kemudian disimpan pada keadaan gelap dalam suhu –20°C. Ekstrak diencerkan dengan perbandingan 1:300 untuk mendapatkan 100 µg/ml. Dosis yang diberikan pada kultur sel terbagi menjadi 25 µg/ml, 50 µg/ml, dan 100 µg/ml (Dinicola et al., 2010). Kultur Sel Line Pig Kidney (PK) dan Plating Sel line PK dicampur dengan medium kultur sel DMEM dan 5% FBS, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C di inkubator CO2 selama 24 jam sampai 8090% kultur sel line PK confluent. Setelah confluent, dilakukan subkultur dengan cara: 1) membuang medium dari botol kultur, 2) mencuci sel dengan 10 mL PBS, 3) menambahkan 5 mL tripsin, 4) inkubasi pada suhu ruang, 5) menambah 5 mL PBS, 6) inkubasi pada inkubator CO2 pada suhu 37°C selama beberapa menit, 7) menambahkan medium DMEM kemudian dihomogenkan, 8) memasukkan sel+medium sebanyak 100 µl dalam microplate 96 well, 9) inkubasi pada suhu 37°C di inkubator CO2 selama 24 jam. Perlakuan Kontrol negatif, yaitu kultur sel line Pig Kidney (PK) tanpa diberi ekstrak; kontrol positif yaitu medium DMEM; perlakuan, yaitu memberikan ekstrak biji anggur pada kultur cell line Pig Kidney (PK) dengan dosis 25 µg/ml, 50 µg/ml, dan 100 µg/ml, masing-masing 50 µl untuk setiap ulangan. Dilakukan inkubasi selama 24 dan 48 jam untuk masing-masing microplate. MTT Proliferation Assay Pemberian reagen MTT untuk perlakuan durasi inkubasi 24 jam dan 48 jam dilakukan setelah membuang cairan dalam microplate, kemudian masing-masing ditetesi PBS sebanyak 250 µl. Ditambahkan medium DMEM sebanyak 100 µl, dan reagen MTT sebanyak 10 µl pada masing-masing ulangan. Inkubasi selama 3 jam. Cairan dalam microplate dibuang kemudian ditambahkan DMSO sebanyak 50 µl pada masing-masing ulangan. Dilakukan homogenisasi dengan alat shaker (Mosmann, 1983). 3 Pengamatan Pengamatan dilakukan pada kultur sel line Pig Kidney (PK) setelah inkubasi selama 24 dan 48 jam (kontrol), serta pada kultur sel line Pig Kidney (PK) yang telah diberi ekstrak biji anggur dengan dosis 25 µg/ml, 50 µg/ml, dan 100 µg/ml setelah inkubasi 24 dan 48 jam (perlakuan), yang telah diberi reagen MTT. Setelah inkubasi 3 jam dan dishaker, dilakukan pengamatan dengan spectrophotometer menggunakan ELISA reader pada λ 620. HASIL Morfologi Sel Hasil pengamatan morfologi sel PK pada kontrol negatif maupun perlakuan menunjukkan bahwa morfologi sel PK normal, yaitu berbentuk epiteloid. Pada kontrol durasi inkubasi 24 dan 48 jam morfologi sel normal dengan diameter ±10 µm (Gambar 1.A, E). Pada perlakuan, ukuran sel lebih besar dibandingkan kontrol dengan diameter ±12 hingga 20 µm (Gambar 1.B, C, D, F, G, H). 24 jam 48 jam E B F C G D H 100 µg/ml 50 µg/ml 25 µg/ml kontrol A Gambar 1. Hasil pengamatan morfologi sel (garis hitam: 20µm) 4 Proliferasi Sel Hasil MTT Proliferation Assay menunjukkan bahwa rerata nilai absorbansi setelah diinkubasi selama 24 jam pada kontrol negatif adalah 0,427%, pada sel yang diberi 25 µg/ml ekstrak adalah 0,558%, sel yang diberi 50 µg/ml ekstrak adalah 0,532%, dan sel yang diberi 100 µg/ml ekstrak adalah 0,504%. Rerata nilai absorbansi setelah diinkubasi selama 48 jam pada kontrol negatif adalah 0,591%, pada sel yang diberi 25 µg/ml ekstrak adalah 0,672%, sel yang diberi 50 µg/ml ekstrak adalah 0,684%, dan sel yang diberi 100 µg/ml ekstrak adalah 0,640%. Rerata nilai absorbansi pada kontrol positif durasi inkubasi 24 jam yaitu 0,082% dan pada kontrol positif durasi inkubasi 48 jam yaitu 0,090%. Nilai absorbansi menunjukkan persentase sel hidup. Semakin tinggi nilai absorbansi, maka persentase sel hidup juga semakin meningkat. Proliferasi sel yang diberi ekstrak biji anggur mengalami peningkatan dibandingkan dengan kontrol. Pada durasi inkubasi 24 jam, persentase sel hidup dengan penambahan ekstrak lebih tinggi dibandingkan kontrol dengan kecenderungan menurun dari dosis 25, 50, dan 100 µg/ml. Pada durasi inkubasi 48 jam, persentase sel hidup dengan penambahan ekstrak juga lebih tinggi dibandingkan kontrol dengan kecenderungan meningkat pada dosis 25 dan 50 µg/ml dan cenderung pada dosis 100 µg/ml. Peningkatan dan penurunan rerata nilai absorbansi disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik persentase nilai absorbansi kultur sel PK kontrol dan perlakuan. Hasil analisis statistik dengan menggunakan Anava Ganda pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa ekstrak biji anggur maupun durasi inkubasi secara signifikan (0,000 < 0,05) mempengaruhi persentase sel hidup. Interaksi antara ekstrak biji anggur dengan durasi inkubasi signifikan (0,007 < 0,05) mempengaruhi persentase sel hidup. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima dan hipotesis nihil ditolak. Hasil uji lanjut BNT ditunjukkan pada Tabel 1. 5 Tabel 1. Uji lanjut BNT interaksi ekstrak biji anggur dengan durasi inkubasi. Durasi inkubasi (jam) Ekstrak biji anggur (µg/ml) 24 Kontrol (-) Kontrol (+) 48 b d e a a 25 c d f 50 c d f 100 c e f PEMBAHASAN Pada kultur PK cell line sebagai kontrol negatif pada durasi inkubasi 48 jam menunjukkan bahwa sel-selnya normal berbentuk epiteloid dan berukuran lebih kecil yaitu ±10 µm, daripada sel-sel pada kultur PK cell line yang diberi ekstrak biji anggur sebanyak 25, 50, dan 100 µg/ml yang diinkubasi selama 48 jam, yaitu ±12 µm. Durasi inkubasi tidak mempengaruhi morfologi sel pada kontrol maupun perlakuan. Ekstrak biji anggur memberikan pengaruh peningkatan ukuran sel pada durasi inkubasi 24 jam maupun 48 jam, dengan artian sel membesar setelah 24 jam tetapi tidak menjadi lebih besar setelah 48 jam. Kontrol positif dalam penelitian ini merupakan pembanding untuk kontrol negatif serta sebagai syarat pengamatan menggunakan MTT Proliferation Assay. Nilai absorbansi kontrol positif yang hanya berisi medium merupakan batas pembanding untuk semua perlakuan baik kontrol negatif maupun sel yang diberi ekstrak biji anggur sebanyak 25, 50, dan 100 µg/ml. Absorbansi kontrol positif tidak signifikan bermakna dibandingkan dengan absorbansi kontrol negatif maupun perlakuan. Hal ini berarti bahwa nilai absorbansi kontrol negatif dan perlakuan sudah terkoreksi, dan perbedaan di antara kontrol negatif dan perlakuan adalah perbedaan karena perlakuan, bukan karena medium. Ukuran sel PK yang telah diberi ekstrak biji anggur lebih besar daripada kontrol negatif, diduga telah mendapatkan nutrisi lebih dari ekstrak biji anggur selain nutrisi dari medium kultur dan serum berupa FBS. Peningkatan ukuran tersebut bukan berarti sel PK mengalami pembelahan secara abnormal sehingga dapat menimbulkan sel kanker, namun sel-sel PK tersebut menunjukkan mampu bertahan ketika terdapat senyawa yang tidak dikenal memasuki siklus fisiologi sel tersebut (Tian et al., 2009). Persentase sel hidup dari nilai absorbansi pada kultur PK cell line yang diberi ekstrak biji anggur dosis 25, 50, dan 100 µg/ml setelah diinkubasi selama 24 jam lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak biji anggur mampu memicu proliferasi sel. Pada durasi inkubasi 24 jam, semakin tinggi dosis ekstrak menyebabkan penurunan proliferasi sel. Berbeda dengan perlakuan durasi inkubasi selama 24 jam, inkubasi selama 48 jam menunjukkan peningkatan persentase sel hidup pada sel PK yang diberi ekstrak sebanyak 50 µg/ml, namun terjadi penurunan persentase sel hidup yang diberi ekstrak sebanyak 100 6 µg/ml. Dosis ekstrak yang semakin tinggi dapat menurunkan proliferasi sel PK normal (Schuck et al., 2013). Ekstrak biji anggur sebanyak 25, 50 dan 100 µg/ml dapat menurunkan proliferasi sel kanker kolon (CaCo) (Dinicola et al., 2010), sementara itu hasil penelitian menunjukkan bahwa proliferasi sel meningkat dibandingkan kontrol pada durasi inkubasi 24 dan 48 jam, namun semakin tinggi dosis ekstrak dapat menurunkan proliferasi sel. Hal tersebut menunjukkan bahwa biji anggur bersifat toksik pada dosis yang lebih tinggi. Penelitian juga membuktikan bahwa sitotoksisitas ekstrak biji anggur terhadap sel normal lebih rendah daripada terhadap sel kanker seperti dilaporkan oleh Weaver et al. (2009). SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menghasilkan kesimpulan yaitu ekstrak biji anggur dapat memperbesar ukuran sel dan meningkatkan proliferasi sel PK normal. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak biji anggur terhadap sel normal dengan menggunakan objek pembanding sel kanker sehingga dapat diketahui perbedaan pengaruh ekstrak tersebut pada pembelahan sel normal dan sel kanker, khususnya pada proliferasi sel. DAFTAR RUJUKAN Dinicola, S., Cucina, A., Pasqualato, A., Proietti, S., D’Anselmi, F., Pasqua, G., Santamaria, A. R., Coluccia, P., Laganà, A., Antonacci, D., Giuliani, A., and Bizzarri, M. 2010. Apoptosis-Inducing Factor and Caspase-Dependent Apoptotic Pathways Triggered by Different Grape Seed Extracts on Human Colon Cancer Cell Line Caco-2. British Journal of Nutrition 104: 824-832. Mosmann, T. 1983. Rapid Colorimetric Assay for Cellular Growth and Survival: Application to Proliferation and Cytotoxicity Assays. Journal of Immunological Methods 65: 55-63. Schuck, A. G., Weisburg, J. H., Greenbaum, R. E., Golfeiz, M. D., Segal, J. R., Weiss, R. A., Liebman, E. C., Zuckerbraun, H. L., and Babich, H. 2013. Selective Cytotoxicity od a Grape Seed Proanthocyanidin Extract to Human Oral Carcinoma HSC-2 Cells. Cell & Developmental Biology (2): 1-8. Tarmizi. 2010. Buah Anggur Berpotensi Anti Kanker. (Online) (http://kimia.unp.ac.id/?p=221), diakses tanggal 1 November 2013. Tian, T., Lindell, S. L., Henderson, S. C., and Mangino, M. J. 2009. Protective Effect of Ezrin on Cold Storage Preservation Injury in the Pig Kidney Proximal Tubular Epithelial Cell Line [LLC-PK1]. Transplantation (10): 1488-1496. Weaver, J., Briscoe, T., Hou, M., Goodman, C., Kata, S., Ross, H., McDougall, G., Stewart, D., and Riches, A. 2009. Strawberry Polyphenols are Equally Cytotoxic to Tumourigenic and Normal Human Breast and Prostate Cell Line. International Journal of Oncology (34): 777-786. Zhou, K. & Raffoul, J. J. 2012. Potential Anticancer Properties of Grape Antioxidants. Journal of Oncology (2012): 1-8.