PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS

advertisement
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK
TERHADAP INTENSITAS DISMENOREA PRIMER
PADA MAHASISWI PSIK-A 2006-2007 FKUB MALANG
Laily Yuliatun1, Siti Chandra W.B2, Kesuma Pertiwi1
1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2
Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Dismenorea primer didefinisikan sebagai nyeri haid yang tidak berhubungan dengan kondisi
patologis pelvis. Penggunaan terapi nonfarmakologi berupa terapi musik khususnya musik klasik
dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menurunkan intensitas dismenorea karena terapi ini
tidak menimbulkan efek samping. Mekanisma terapi musik dalam menurunkan nyeri berdasarkan
pada prinsip Gate Control dan teori endorphin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
terapi musik klasik terhadap intensitas dismenore primer. Penelitian ini menggunakan desain quasi
experiment. Sampel yang digunakan adalah adalah mahasiswi PSIK-A angkatan 2006-2007 yang
mengalami dismenore dengan jumah sampel 32 orang. Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan uji sample-paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan intensitas dismenorea antara sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan nilai
p=0.005 (α=0.05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka terpai musik dapat digunakan
sebagai terapi alternatif untuk menurunkan dismenorea primer dan perlu penelitian lebih lanjut
tentang manfaat terapi musik klasik yang lebih luas.
Kata kunci: Dismenorea Primer, Terapi Musik, Musik Klasik
ABSTRACT
Primary dysmenorrhea is defined as menstrual pain that is not related to pathologic pelvic
condition. Using of music therapy especially classical music can be one of alternative for
minimizing dysmenorrhea intensity. This therapy mechanism to minimize primary dysmenorrhea
intensity is based on gate control and endorphine theory. This experiment used to know the effect
of the classical music therapy towards primary dysmenorrhea intensity in student of PSIK-A 20062007 Faculty of Medicine Brawijaya University Malang, using quasy experiment with pretest and
posttest group designusing sample-paired t-test. The sample in this study is student of PSIK-A
2006-2007 that experience dysmenorrhea, 32 persons. It can be concluded that classical music
therapy has decrease pain intensity in dysmenorehea (p=0.005, α=0.05). Based on this research,
classical music therapy can be one of alternative therapy to minimize primary dysmenorrhea and
need more research to know more of the use of classical music therapy.
Keywords: Primary Dysmenoohea, Music Therapy
Jurnal Keperawatan Nasional, Vol. I, No. 1, Mei 2013; Korespondensi: Laily Yuliatun, Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang Telp: 0341569117 pswt 126 Email: [email protected]
PENDAHULUAN
olahraga seperti senam,
Dismenore merupakan keluhan sakit atau kram
di daerah perut bagian bawah saat menstruasi
yang dapat dialami oleh sebagian wanita.
Umumnya rasa nyeri terjadi pada hari pertama
dan kedua menstruasi dan biasanya rasa nyeri
akan berkurang setelah keluar darah yang
cukup banyak (Qittun, 2008). Dismenorea
dibedakan menjadi dua jenis yaitu dismenore
primer
dan
sekunder.
Dismenore
primer
umumnya terjadi tiga tahun pertama sejak
merarche pada 90% wanita dan berlanjut
hingga
usia
pertengahan.
Sedangkan
dismenorea sekunder, hampir sebagian besar
disebabkan karena kelainan organ panggul
bersepeda
yang
jalan kaki atau
dilakukan
sebelum
dan
selama menstruasi. Selain itu terapi alternatif
lain yang dapat diterapkan yaitu teknik distraksi
menggunakan musik yang biasa disebut terapi
musik. Mendengarkan musik di lingkungan
yang cukup tenang dengan posisi rileks
diyakini
dapat
menurunkan
keluhan
dismenorea. Dari sekian banyak jenis musik,
musik klasik dinilai sesuai untuk terapi pada
nyeri. Siegel (1999) mengungkapkan bahwa
musik klasik menghasilkan gelombang alfa
yang berperan menenangkan dan merangsang
sistem limbic jaringan neuron otak. Gelombang
alfa berhubungan dengan kondisi pikiran yang
rileks dan santai.
dan jarang ditemukan pada wanita.
Meskipun penelitian mengenai dismenorea
telah cukup banyak dilakukan, akan tetapi
fenomena dismenorea masih perlu mendapat
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh
terapi
musik
klasik
terhadap
intensitas dismenorea primer pada responden.
perhatian. Hal tersebut disebabkan karena
tingkat
kompleksitas
dan
angka
kejadian
METODE PENELITIAN
dismenorea yang cukup tinggi. Lebih dari 50%
wanita
di
setiap
negara
mengalami
dismenroea. Data statistik menunjukkan bahwa
di Amerika presentase dismenorea mencapai
60% dan di Swedia hingga 72% dari jumlah
wanita usia subur (French, 2005). Sedangkan
di Indonesia diperkirakan 55% wanita usia
subur
mengalami
dismenorea
(Gunawan,
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
desain
penelitian
(eksperiment
semu)
quasi
experiment
dengan
pendekatan
pretest and posttest group design. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi
PSIK-A angkatan 2006-2007 yang mengalami
dismenorea yang terpilih secara purposive
sampling dan memenuhi kriteria inklusi sampel.
2002).
Variabel independen pada penelitian ini adalah
Terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dismenorea, baik terapi
farmakologis maupun terapi nonfarmakologis.
Terapi
nonfarmakologis
meliputi
kompres
hangat, masase lembut pada daerah perut,
terapi
musik
klasik,
sedangkan
variabel
dependen pada penelitian ini adalah intensitas
dismenorea primer. Instrumen yang digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan
skala
boourbonis
untuk
mengukur
tingkat
nyeri
Untuk mengetahui pengaruh terapi musik
berupa skala 0-10. Pemberian terapi musik
klasik
dengan
dismenorea primer, menggunakan uji paired
menggunakan
seperangkat
MP3
player yang dihubungkan dengan headphone.
terhadap
penurunan
intensitas
sample t-test. Terdapat perbedaan intensitas
dismenorea antara sebelum perlakuan dan
setelah
HASIL PENELITIAN
perlakuan,
dimana
intensitas
dismenorea menurun setelah diberikan terapi
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat nyeri
musik klasik (p=0.005, α=0.05). Hal tersebut
pada dismenore primer dengan menggunakan
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi
skala
musik klasik terhadap penurunan intensitas
bourbonis
didapatkan
hasil
bahwa
intensitas dismenore primer yang dirasakan
dismenorea primer.
oleh responden sebelum terapi adalah 19
orang (59%) merasakan dismenore sedang
dan 13 orang (41%) merasakan dismenorea
berat.
Setelah diberikan terapi musik klasik
selama
45
menit,
kemudian
dilakukan
pengukuran kembali didapatkan 13 orang
(41%) merasakan dismenorea ringan, 12 orang
(37%) merasakan dismenorea sedang, serta 7
orang (22%) merasakan dismenorea berat.
Berdasarkan
data
yang
diperoleh
dapat
dikategorikan berdasarkan perbedaan nilai
nyerinya
yaitu
3
responden
merasakan
dismenorea yang dialaminya tidak berkurang
(nilai perbedaan 0), 11 responden merasakan
dismenorea yang dialaminya sedikit berkurang
(nilai perbedaan 1), 15 responden merasakan
dismenorea
yang
dialaminya
berkurang
moderat (nilai perbedaan 2), dan 3 responden
merasakan
dismenorea
yang
dialami
berkurang lebih moderat (nilai perbedaan 3).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi
penurunan nyeri responden yaitu: menurun
91%, tetap 0% dan meningkat 0%.
PEMBAHASAN
Intensitas
Dismenorea
primer
pada
Responden sebelum diberikan Terapi Musik
Klasik
Sebelum diberi terapi musik klasik, intensitas
dismenorea yang dirasakan responden diukur
terlebih dahulu. Sebelum diberikan terapi
musik
klasik
didapatkan
59%
responden
mengalami nyeri sedang dan 41% mengalami
nyeri berat. Nyeri yang dirasakan responden
disebabkan
karena
peningkatan
produksi
prostaglandin yang berlebih yang merangsang
hiperaktivitas uterus, sedangkan perbedaan
intensitas dismenorea yang dialami tersebut
tergantung pada kadar prostaglandin yang
diproduksi. Beberapa penelitian membuktikan
bahwa wanita yang mengalami dismenorea
mengalami peningkatan kadar prostaglandin
yang terjadi terutama pada dua hari pertama
menstruasi.
Kadar
prostaglandin
tersebut
mencapai 5-13 kali lebih tinggi dibanding pada
wanita yang tidak mengalami dismenorea.
Wong
(1998)
juga
bahwa
dalam merespon dan mempersepsikan nyeri
prostaglandin sangat terkait dengan infertilitas
yang dialami. Menurut Potter dan Perry (2005),
pada
kemampuan
wanita,
menyebutkan
dismenorea,
hipertensi,
preeklamsi-eklamsi, dan syok anafilaktik.
seseorang
mempersepsikan
nyeri
dalam
dipengaruhi
oleh
sejumlah factor yang dapat menurunkan dan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri dan
Intensitas
Dismenorea
Primer
pada
Responden setelah diberikan Terapi Musik
mempengaruhi
sikap
responden
terhadap
nyeri.
Klasik
Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap
Setelah
dilakukan
didapatkan
hasil
merasakan
terapi
bahwa
musik
41%
dismenorea
klasik
responden
ringan,
dan 22% responden mengalami dimenorea
berat. Long (1996) menyatakan bahwa nyeri
benar-benar
subyektif.
nyaman
Oleh
karena
yang
itu
meskipun stimulus nyeri disebabkan oleh hal
yang sama yaitu kontraksi uterus namun reaksi
yang ditimbulkan oleh tiap individu berbeda
dan
intensitas
nyeri
yang
dirasakanpun
berbeda.
dismenore yang dialaminya tidak berkurang, 11
responden
(35%)
merasakan
dismenorea yang dialaminya sedikit berkurang,
15
orang
responden
dismenorea
moderat,
merasakan
yang
dan
3
(47%)
merasakan
dialaminya
berkurang
orang
dismenore
responden
yang
Primer
pada
Responden
Dari hasil analisa data dengan uji paired
sample
(9%)
dialaminya
berkurang lebih moderat. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa penurunan nilai nyeri
untuk masing-masing responden bervariasi.
Variasi yang dialami oleh responden terjadi
karena kemampuan setiap individu berbeda
t-test
pada taraf
signifikansi 5%
(α=0.05) didapatkan nilai p=0.005, maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan antara
pretest dan posttest. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terapi musik klasik memiliki pengaruh
terhadap
penurunan
intensitas
dismenore
primer pada responden.
Dengan demikian terapi musik klasik terbukti
dapat
Terdapat 3 orang responden (9%) merasakan
orang
Dismenorea
37%
responden mengalami dismenorea sedang,
merupakan perasaan tidak
Intensitas
menurunkan
intensitas
dismenorea
primer. Pengaruh terapi musik klasik terhadap
penurunan
intensitas
dismenorea
primer
karena musik dapat mempengaruhi persepsi
nyeri, dimana musik dapat berefek positif
melalui
terhadap
mekanisme
nyeri
pengalihan
(distraksi),
perhatian
memberikan
perasaan nyaman, merangsang pengeluaran
endorphin dan menyebabkan perasaan tenang
(relaksasi). Seseorang yang mendengarkan
musik
akan
memfokuskan
pikiran
dan
perhatiannya pada suara atau irama musik
yang diterimanya, sehingga fokus perhatiannya
terhadap
stimulus
nyeri
teralihkan
atau
berkurang. Pada mekanisme distraksi terjadi
penurunan perhatian atau persepsi terhadap
dismenorea ringan, 37.5% dismenorea sedang
nyeri dengan memfokuskan perhatian pada
dan 21.9% mengalami dismenorea berat.
stimulasi
lain
atau
menjauhkan
pikiran
terhadap nyeri. Smelzer dan Bare (2002)
menyatakan
mekanisme
strategi
bahwa
teknik
efektif
distraksi
kognitif
untuk
merupakan
yang
menjadi
mengalihkan
Terdapat pengaruh yang signifikan terapi
musik klasik terhadap intensitas dismenorea
primer pada mahasiswi PSIK A- 2006-2007
FKUB Malang dengan nilai p=0.005 (α=0.05)
fokus
perhatian seseorang pada sesuatu selain nyeri.
Seseorang yang kurang menyadari adanya
DAFTAR KEPUSTAKAAN
nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada
American Music Therapy Association. 2006.
nyeri hanya akan terganggu dan lebih toleran
Music
terhadap nyeri.
management
Potter
dan
Perry
(2005)
therapy
in
the
treatment
of
and
pain.
menyatakan bahwa distraksi menyebabkan
http//www.musictherapy.orgfactsheets.pain
terstimulasinya sistem aktivasi retikuler. Jika
. diakses tanggal 7 Mei 2009.
sistem aktivasi retikuler menghambat stimulus
nyeri atau stimulus yang menyakitkan, maka
akan
menurunkan
respon
nyeri.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa musik
mampu
mengurangi
persepsi
nyeri
dan
Anugoro., Dito. 2008. Segala sesuatu tentang
nyeri
haid.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php.
Diakses tanggal 7 Mei 2009.
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Musik
Decherney., Alan H. 2007. Current diagnosis &
mengalihkan fokus seseorang dari rasa nyeri,
treatment obstetrics & gynecology.10th
memecah siklus kecemasan dan ketakutan
edition.
yang dapat meningkatkan reaksi nyeri serta
Companies.Inc
mengalihkan perhatian pada sensasi yang
menyenangkan.
USA.
The
McGraw-Hill
French L.2005. American family physician :
dysmenorrhea. Proquest.71(2): 285
Halim., Samuel. 2007. Efek Mozart dan terapi
music
KESIMPULAN
Intensitas
dismenorea
primer
sebelum
diberikan terapi musik klasik didapatkan 59.4%
responden mengalami dismenore sedang dan
40.6% dismenorea berat.
Intensitas nyeri setelah diberi terapi musik
klasik didapatkan 40.6% responden mengalami
dalam
dunia
kesehatan.
Http://www.tempo.co.id/medik.
Diakses
tanggal 7 Mei 2009.
Muttaqin 2008. Seni music klasik untuk SMK.
Jakarta: direktorat Pembinaan sekolah
Kejuruan, Direktorat jenderal Manajemen
pendidikan
Dasar
dan
Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional.
Notoatmojo
S.2005.
Metodologi
penelitian
kesehatan Ed. Revisi. Jakarta Rineke
Cipta.
Nursalam.
2005. Ed 4 vol.2. Jakarta: EGC.
Spiritia. 2004. Terapi alternative. Yayasan
2003.
Konsep
dan
Penerapan
metodologi penelitian ilmu keperawatan:
pedoman skripsi, tesis dan instrumen
penelitian keperawatan. Ed1. Jakarta :
Salemba Medika
Pandoe
dan praktik. Diterjemahkan : yasmin asih.
W.
2006.
Spiritia
Smeltzer S c., Bare B.G. 2002. Buku ajar
keperawatan
Diterjemahkan
medical
Agung
bedah.
waluyo
Ed8.
Cetakan 1. Jakarta : EGC
Music
Therapy.
http://www.my.opera.com. Diakses 3 Juni.
2009.
Potter P.A., perry., Anne G. 2005. Buku ajar
fundamental keperawatan: konsep, proses
Spwnthe
A.
2003.
Manfaat
music.
http://www.partikelwebgaul.com.
Diakses
tanggal 3 Juni 2009.
Tamsuri
A.
2007.
Konsep
penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC
dan
Download