good governance - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
GOOD GOVERNANCE
POKOK BAHASAN:
Pengertian Good Governance, Prinsip dan Pilar Good Governance di Indonesia, Latar
belakang Good Governance di Indonesia
Fakultas
Program Studi
FEB
Manajemen
Abstract
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
33012
Syamsunasir, S.Sos, MM
Kompetensi
Materi ini membahas tentang Good
Mahasiswa mampu, mengetahui, memahami dan
Governance
Menjelaskan
tentang
Pengertian
Good
Governance, Prinsip dan Pilar Good Governance
di Indonesia, Latar belakang Good Governance di
Indonesia
2015
1
Kewarganegaraan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Syamsunasir, S.Sos, MM.
http://www.mercubuana.ac.id
GOOD GOVERNANCE
A. Pengertian Good Governance
Administrasi publik mengalami perkembangan paradigma secara dinamis.Diawali dengan Old
Public Administration, di mana terjadi dikotomi locus dan fokus, dan masih kental orientasinya
dengan government. OPA pada perkembangannya bergeser menjadi paradigma baru, yaitu New
Public
Manajemen, New Public Services hingga Good Governance (Keban, 2008). Good
Governance diterjemahkan sebagai tata pemerintahan yang baik merupakan tema umum kajian
yang populer, baik di pemerintahan, civil society maupun di dunia swasta. Kepopulerannya adalah
akibat semakin kompleksnya permasalahan, seolah menegaskan tidak adanya iklim pemerintahan
yang baik. Good Governance dipromosikan oleh World Bank untuk menciptakan tatanan
pemerintahan yang sehat. Pemahaman pemerintah tentang good governance berbeda-beda,
namun setidaknya sebagian besar dari mereka membayangkan bahwa dengan good governance
mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik. Banyak di antara mereka
membayangkan bahwa dengan memiliki praktik good governance yang lebih baik, maka kualitas
pelayanan publik menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan pemerintah
menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga (Dwiyanto, 2005).Lalu bagaimana sebenarnya
asal usul ide Good Governance itu muncul? Bagaimana pula Konsep yang menjadi landasan untuk
terwujudnya
Good Governance? Kritik apa saja yang muncul akibat adanya Paradigma Good
Governance?.Makalah ini menjelaskan tentang pengertian good governance, kronologi munculnya
ide good governance, dan kritik yang muncul terhadap good governance.
Good Governance bisa diartikan juga sebagai kinerja suatu lembaga baik itu pemerintahan,
perusahaan, dan organisasi kemasyarakatan.Pemerintahan yang baik, citra negara berdasarkan
hukum, dimana masyarakatnya merupakan self regulatory society.Dengan demikian, pemerintahan
sudah dapat mereduksi perannya sebagai pembina dan pengawas implementasi visi dan misi
bangsa dalam seluruh sendi-sendi kenegaraan melalui pemantauan terhadap masalah-masalah
hukum yang timbul dan menindak lanjuti keluahan-keluahan masyarakat dan sebagai fasilitator
yang baik.Dengan pengembangan informasi yang baik, kegiatan pemerintahan menjadi lebih
transparan, dan akuntabel, karena pemerintah mampu menangkap feedback dan meningkatkan
peran serta masyarakat.
Menurut bahasa Good Governance diartikan dengan “pemerintahan yang baik”.Sedangkan
menurut istilah Good Governance adalah suatu kesepakatan menyangkutpengaturan negara yang
diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani (civil society) dan sektor suasta.
2015
2
Kewarganegaraan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Syamsunasir, S.Sos, MM.
http://www.mercubuana.ac.id
Kesepakatan tersebut mencakup keseluruhan bentuk mekanisme, kepentingan, menggunakan hak
hukum, memenuhi kewajiban, dan menjembatani perbedaan diantara mereka (ICCE UIN Syahid
Jakarta, 2003:181).
Konsep good governance yang dimajukan di atas menggambarkan bahwa sistem
pemerintahan yang baik menekankan kepada kesepakatan pengaturan negara yang diciptakan
bersama pemerintah, lembaga-lembaga negara yang baik di tingkat pusat maupun daerah, sektor
swasta, masyarakat madaniDengan demikian Good governance dikategorikan pemerintahan yang
baik, dalam standar proses dan maupun hasil-hasilnya, semua unsur pemerintahan bisa bergerak
secara sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan dar rakyat dan terlepas dari
gerakan-gerakan anarkis yang dapat menghambat proses pembangunan. Dapat di kategorikan
pemerintahan yang baik, jika pembangunan itu dapat dilakukan dengan biaya sangat minimal
menuju cita-cita kesejahteraan dan kemakmuran, memperlihatkan hasil indikator kemampuan
ekonomi rakyat meningkat, kesejahteraan spiritualisasinya meningkat dengan indikator masyarakat
rasa aman, tenang, bahagia dan penuh dengan kedamaian.
B. Prinsip dan Pilar Good Governance di Indonesia
Berikut adalah prinsip-prinsip Good Governance :
a.
Partisipasi masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara
langsung
maupun
melalui
lembaga
perwakilan
sah
yang
mewakili
kepentingan
mereka.Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
b.
Tegaknya supremasi hukum
Menurut Asep Sulaiman (2012:156) kerangka hukum harus adil dan di berlakukan tanpa
pandang
bulu,
termasuk
di
dalamnya
hukum-hukum
yang
menyangkut
hak
asasi
manusia.Karna prinsip penegakan hukum menunjukan adanya penegakan hukum yang adil
bagi semua pihak tanpa kecuali, menjungjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai hidup
masyarakat.
c.
Transparansi
Tranparansi di bangun atas darsar arus informasi yang bebas, denganadanya transparansi
maka pemerintahan menunjukan kinerjanya sebagai tolak ukur dan informasi bagi masyarakat
dipemerintahan.
2015
3
Kewarganegaraan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Syamsunasir, S.Sos, MM.
http://www.mercubuana.ac.id
d.
Peduli pada stakeholder
Maksud dari peduli pada stakeholder lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan
harus berusaha mngayomi semua pihak yang berkepentingan.
e.
Berorientasi pada konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi
terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaikbagi kelompok-kelopok
masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur.
f.
Kesetaraan
Kesetaraan adalah perlakuan yang sama kepada semua unsur tanpa memandang atribut
yang menempel pada subyek tersebut (prasetya,2001:78). Dalam hal ini jelas bahwa setiap
warga juga mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahtraan mereka.
g.
Efektifitas dan Efesien
Proses-proses pemerintahan lembaga –lembaga membuahkan hasil seseuai kebutuhan
warga masyarakat dan dengan menggunaka sumber-sumber daya yang ada seoptimal
mungkin.
h.
Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah sektor swasta dan organisasi-organisasi
masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga
yang berkepentingan.
i.
Visi strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata
pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang
dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki
pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi
perspektif tersebut.
Berikut adalah pilar-pilar Good Governance:
Good governance hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh lembaga yang
melibatkan kepentingan publik .jenis lembaga tersebut adalah :
2015
4
Kewarganegaraan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Syamsunasir, S.Sos, MM.
http://www.mercubuana.ac.id
a.
Negara
1.
Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil.
2.
Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan
b.
3.
Menyediakan public service yang efektifdan accountable
4.
Menegakkan HAM
5.
Melindungi lingkungan hidup
6.
Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan public.
Sektor Swasta
c.
1.
Menjalankan industri
2.
Menceiptakan lapangan kerja
3.
Menyediakan insentif bagi karyawan
4.
Meningkatkan standar hidup masyarakat
5.
Memilahara lingkungan hidup
6.
Menaati peraturan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat
7.
Menyediakan kredit bagi pengembangan HAM.
Masyarakat Madani
1.
Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi
2.
Mempengaruhi kebijakan publik
3.
Sebagai sarana cheks dan balances pemerintah
4.
Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah
5.
Mengembangkan SDM
6.
Sarana berkomunikasi antara anggota masyarakat
C. Latar belakang Good Governance di Indonesia
Transformasi government sepanjang abad ke-20 pada awalnya ditandai dengan konsolidasi
pemerintahan demokratis (democratic government) di dunia Barat.Tahap II berlangsung pada pasca
Perang Dunia I, diindikasikan dengan semakin menguatnya peran pemerintah.Pemerintah mulai
tampil dominan, yang melancarkan regulasi politik, redistribusi ekonomi dan kontrol yang kuat
terhadap ruang-ruang politik dalam masyarakat.Peran negara pada tahap ini sangat dominan untuk
membawa perubahan sosial dan pembangunan ekonomi. Tahap III, terjadi pada periodisasi tahun
1960-an sampai 1970-an, yang menggeser perhatian ke pemerintah di negara-negara Dunia
Ketiga. Periode tersebutmerupakan perluasan proyek developmentalisme (modernisasi) yang
2015
5
Kewarganegaraan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Syamsunasir, S.Sos, MM.
http://www.mercubuana.ac.id
dilakukan oleh dunia Barat di Dunia Ketiga, yang mulai melancarkan pendalaman kapitalisme. Pada
periode tersebut,
pendalaman kapitalisme itu diikuti oleh kuatnya negara dan hadirnya rezim
otoritarian di kawasan Asia, Amerika Latin dan Afrika. Modernisasi mampu mendorong
pembangunan ekonomi dan birokrasi yang semakin rasional, partisipasi politik semakin meningkat,
serta demokrasi semakin tumbuh berkembang merupakan asumsi perspektif Barat yang
dimanifestasikan dalam tahapan tersebut.Perspektif ini kemudian gugur, karena pembangunan
ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin diikuti oleh meluasnya rezim otoritarian yang umumnya
ditopang oleh aliansi antara militer, birokrasi sipil dan masyarakat bisnis internasional (Bourgon,
2011).Tahap IV, ditandai dengan krisis ekonomi dan finansial negara yang melanda dunia
memasuki dekade 1980-an.
Krisis ekonomi juga dihadapi
Indonesia yang ditandai dengan
anjloknya harga minyak tahun 1980-an. Krisis ekonomi pada periode 1980-an mendorong
munculnya cara pandang baru terhadap pemerintah. Pemerintah dimaknai bukan sebagai solusi
terhadap problem yang dihadapi, melainkan justru sebagai akar masalah krisis.Karena itu pada
masa ini berkembang pesat “penyesuaian struktural”, yang lahir dalam bentuk deregulasi,
debirokratisasi, privatisasi, pelayanan publik berorientasi pasar.Berkembangnya isu-isu baru ini
menandai kemenangan pandangan neoliberal yang sejak lama menghendaki peran negara secara
minimal, dan sekaligus kemenangan pasar dan swasta.Tahap V, adalah era 1990-an, dimana
proyek demokratisasi (yang sudah dimulai dekade 1980-an) berkembang luas seantero jagad. Pada
era ini muncul cara pandang baru terhadap pemerintahan, yang ditandai munculnya governance
dan good governance. Perspektif yang berpusat pada government bergeser ke perspektif
governance.Sejumlah lembaga donor seperti IMF dan World Bank dan para praktisi pembangunan
internasional yang justru memulai mengembangkan gagasan governance dan juga good
governance.
Sebagai reaksi terhadap krisis pada tahun 1985, Secretary of the Treasury Amerika Serikat,
James Baker menginisiasi sebuah kebijakan baru, yaitu Structural Adjustment Program
(SAP).Kebijakan ini berbasis pada Washington Consensus. Berdasarkan kebijkana baru ini,
Negara-negara yang ingin mendapatkan utang dari IMF dan Bank Dunia harus berkomitmen untuk
melakukan re-strukturisasi atau perubahan dalam kebijakan ekonomi makro mereka, yang berarah
pada ekonomi yang berorientasi ekspor (export-led growth), mengurangi peranan Negara dalam
ekonomi (good governance), dan privatisasi sector-sektor publik (Gilpin, 2001 :314).
Bank Dunia sendiri dalam mempromosikan good governance di Indonesia melalui tiga pintu
yaitu CGI (Consultative Group on Indonesia), Kemitraan untuk Pembaruan Tata Pemerintahan
(Partnership for Governance Reform) dan Justice for the Poor. Dalam forum tahunan CGI, Bank
Dunia memimpin dan memiliki kekuasaan untuk mengarahkan kebijakan ekonomi (termasuk
2015
6
Kewarganegaraan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Syamsunasir, S.Sos, MM.
http://www.mercubuana.ac.id
desakan pembentukan peraturan perundang-undangan).Ini bisa terjadi karena pemerintah masih
menerima
kucuran
utang
sehingga
prasyarat
utang
tersebut
harus
dipenuhi
sebagai
kompensasinya. Sedangkan Bank Dunia pula bekerja secara dekat dengan UNDP dan ADB
sebagai sponsor dana utama untuk Partnership for Governance Reform. Melalui forum kelompok
multi-stakeholder di Kemitraan ini, Bank Dunia telah terlibat aktif dalam membuat kerangka kerja
hukum untuk pembangunan (legal framework for development), seperti pembaruan peradilan,
pembaruan hukum, dan pembentukan lembaga pemerintahan baru. Pengaruh besar kemitraan ini
adalah justru peran hegemoninya sebagai lembaga dana untuk proyek-proyek governance yang
dijalankan oleh tidak saja lembaga negara, namun juga organisasi non-pemerintah. Sedangkan
Justice for the Poor adalah sebuah institusi yang baru-baru saja dikreasi Bank Dunia dalam
mempromosikan pengurangan kemiskinan di Indonesia, khususnya sebuah strategi pemberdayaan
untuk kaum miskin melalui bantuan hukum.
Bagi Bank Dunia, program-program pemberdayaan hukum dan penyadaran hukum merupakan
hal penting dalam mewujudkan kaum miskin atas akses keadilan. Dalam urusan pemantauan
korupsi, Bank Dunia sendiri memilih menfokuskan lebih banyak pada proyek-proyek yang
didanainya sendiri, semacam Proyek Pengembangan Kecamatan (PPK).Proyek pembaruan
ketatapemerintahan melalui good governance cenderung untuk melayani promosi konsensus
pembaruan sosial dan ekonomi, khususnya dengan mengaplikasikan pemberdayaan teknokratik
dan bahasa liberal partisipasi.Di titik ini, diskursus dan arah kecenderungan hak-hak asasi manusia
lebih menyesuaikan dengan liberalisasi pasar.Inilah yang disebut “market friendly human rights
paradigm‟ (paradigma hak-hak asasi manusia yang ramah pasar).Muncul dan berperannya Justice
for the Poor di Indonesia adalah tak terpisahkan dengan program global dalam Poverty Reduction
Strategy Papers (PRSPs) yang disponsori Bank Dunia.PRSPs telah mengaplikasikan proyek dan
mekanisme seragam untuk berbagai persoalan kemiskinan di negara ketiga.PRSPs yang demikian
harus diimplementasikan sebagai kondisi untuk menerima pinjaman. Berdasarkan laporan Focus on
Global South yang bermarkas di Bangkok, PRSPs telah mempromosikan kebijakan-kebijakan
berorientasikan pasar, perdagangan terbuka, investasi, rezim finansial, dan mendesakkan peran
negara agar menghapus perusahaan-perusahaan milik negara.(Wiratraman 2006: 67). Kritik Good
Governance Berdasarkan uraian diatas dalam perjalanan penerapan good governance hampir
banyak negara mengasumsikannya sebagai sebuah ideal type of governance, padahal konsep itu
sendiri sebenarnya dirumuskan oleh banyak praktisi untuk kepentingan praktis-strategis dalam
rangka membangun relasi negara-masyarakat-pasar yang baik dan sejajar.
Prinsip Good Governance sebenarnya sudah ditanamkan pada saat Undang – Undang Dasar
(UUD) 1945 pertama kali lahir.Prinsip ini dapat dilihat dalam pembukaan UUD 1945 alenia
2015
7
Kewarganegaraan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Syamsunasir, S.Sos, MM.
http://www.mercubuana.ac.id
IV.Namun pada perkembangannya Good Governance mulai urgent dibicarakan pasca tumbangnya
rezim orde baru.
Tumbangnya rezim orde baru (atau populer disebut masa reformasi) membuat supremasi
terhadap sistem demokrasi semakin santer.Demokrasi menjadi menjadi kata kunci dalam Good
Governance.
Prinsip dasar yang kami maksud adalah tentang prinsip musyawarah mufakat, menjunjung
moralitas, bersikap terbuka, tanggap, menjaga persatuan, berkeadilan social, bergotong-royong,
bertanggung jawab, dan berkeinginan luhur.
Hal ini sejalan dengan sembilan nilai prinsipil dalam Good Governance. Misalnya, prinsip
transparansi yang sudah terkandung dalam prinsip musyawarah mufakat.Dimana pengambilan
keputusan dalam musyawarah mufakat lebih mengutamakan unsur maslahat
dibanding
politis.Pengambilan keputusan dalam musyawarah mufakat pun dapat diakses oleh keseluruhan
stakeholder terkait.
Prinsip lain adalah akuntabilitas. Prinsip akuntabilitas sudah terkandung dalam nilai bertanggung
jawab.
Orientasi ideal Good Governance diarahkan pada pencapaian tujuan nasional danpemerintahan
yang berfungsi ideal apabila melakukan upaya mencapai tujuan nasional secara efektif dan efisien.
Pada Pembukaan Alenia IV UUD 1945 dinyatakan Tujuan Nasional adalah sebagai berikut;
1)
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
2)
Memajukan kesejahteraan umum;
3)
Mencerdaskan kehidupan bangsa,
4)
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Dengan demikian maka Good Governance di Indonesia, dapat didefinisikan sebagai praktek
penyelenggaraan
pemerintahan
yang
demokratis dengan kemampuan
mengelola
berbagai
sumberdaya sosial dan ekonomi dengan baik untuk kepentingan rakyat Indonesia berdasarkan
asas musyawarah dan mufakat.
Sedangkan wujudnya di Indonesia berupa Penyelenggaraan tata pemerintahan yang bersih dan
berwibawa, efisien dan efektif, tanggap dan bertanggungjawab, bertindak dan berpihak pada
kepentingan rakyat, serta mampu menjaga keselarasan hubungan kemitraan melalui proses
interaksi yang dinamis dan konstruktif antara pemerintah, rakyat, dan berbagai kelompok
kepentingan di dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila.
Kemasan wujud good governance dalam paradigma dalam negeri, terefleksi dari penekanan
pokok-pokok kebijakan yang mencakup tiga bidang, yaitu :
2015
8
Kewarganegaraan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Syamsunasir, S.Sos, MM.
http://www.mercubuana.ac.id
1)
Politik: memposisikan pemerintah sebagai fasilitator, mendorong dialogis yang interaktif,
dan dorongan untuk berkembangnya lembaga politik dan tradisi;
2)
Partisipasi masyarakat: mendorong prakarsa lokal terus berkembang dan mendorong
peranan maksimal lembaga kemasyarakatan;
3)
Pembangunan Daerah : pengakuan kewenangan daerah (kecuali yang dipusatkan),
pemisahaan eksekutif dan legislatif daerah, serta mengawal berkembangnya dinamika
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Memberikan tekanan orientasi regional/local,
menjawab masalah kunci daerah/wilayah, dan memperkuat kerja sama wilayah/antar
daerah.
2015
9
Kewarganegaraan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Syamsunasir, S.Sos, MM.
http://www.mercubuana.ac.id
Download